67
1 ANALISIS USAHATANI TANAMAN SAYURAN ORGANIK KANGKUNG DARAT (Ipomea Reptana) PADA LAHAN PEKARANGAN I Ketut Mahaputra Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jl. By Pass Ngurah Rai-Pesanggaran,PO BOX 3480, Denpasar E-mail : [email protected] Submitted date: 20 Mei 2015 Approved date: 29 Mei 2015 ABSTRACT Analysis Of Plant Vegetables Organic Farming Land Kale (Ipomea Reptana) On Yards One of the agricultural commodities horticultural products classified as varieties of vegetables that many farmers cultivated land is swamp land (Ipomea reptana) in an effort to boost revenue by leveraging their yards. In an effort cultivation of land, with the understanding today’s society has begun to lead to organic farming. The study was conducted on a narrow yard area available yard office with the aim of seeing the amount of additional income from the cultivation of kale land without utilization of production facilities that are chemically. Analysis of farming is done with the approach reception (Pd = TR-TC) with a complete analysis of R / C ratio in kale look at the feasibility of farming land. The results showed that the organic vegetable farming land kale can provide benefits as a source of revenue of Rp. 1.79 million, - and the value of R / C indicates feasible. Key words: Swamp land, organic, farming ABSTRAK Salah satu komoditas pertanian dari produk hortikultura yang tergolong jenis sayur mayur yang banyak dibudidayakan petani adalah tanaman kangkung darat (Ipomea reptana)dalam upaya meningkatkan pendapatan dengan memanfaatkan lahan pekarangan. Dalam upaya budidaya kangkung darat, dengan pemahaman masyarakat dewasa ini sudah mulai mengarah kepada pertanian organik. Kajian ini dilakukan pada lahan pekarangan sempit yang tersedia dihalaman perkantoran dengan tujuan melihat besaran tambahan pendapatan dari budidaya kangkung darat tanpa pemanfaatan sarana produksi yang bersifat kimiawi. Analisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan (Pd=TR-TC) dengan kelengkapan analisis R/C ratio dalam melihat kelayakan usahatani kangkung darat. Hasil kajian menunjukkan bahwa usahatani sayuran organik kangkung darat dapat memberikan keuntungan sebagai sumber pendapatan sebesar Rp. 1.790.000,- dan nilai R/C menunjukkan layak untuk dilakukan. Kata kunci : Kangkung darat, organik, usahatani PENDAHULUAN Dampak pemanfaatan sarana produksi kimia sudah sangat kita rasakan dewasa ini. Penggunaan pupuk buatan dan pestisida secara terus menerus pada sistem pertanian konvensional dan dengan takaran yang berlebihan, menyebabkan antara lain yaitu Pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia pertanian, membahayakan kesehatan manusia dan hewan, menurunkan keanekaragaman hayati, meningkatkan resistensi organisme pengganggu, dan menurunkan produktivitas lahan karena erosi dan pemadatan tanah. Berbagai hal tersebut telah menyadarkan kita tentang dampak negatif serta menimbulkan reaksi di berbagai tempat dan kelom- pok masyarakat, antara lain dengan dikembang- kannya berbagai sistem pertanian yang ramah lingkungan. Salah satu sistem tersebut adalah yang disebut Pertanian Organik (Organic Farming). Pertanian modern yang dibutuhkan masa kini adalah pertanian yang mampu berproduksi secara Analisis Usahatani Tanaman sayuran Organik Kangkung Darat (Ipomea Reptana) Pada Lahan Pekarangan | I Ketut Mahaputra

ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

  • Upload
    hakhanh

  • View
    243

  • Download
    8

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

1

ANALISIS USAHA TANI TANAMAN SA YURAN ORGANIK KANGKUNG DARA T(Ipomea Reptana ) PADA LAHAN PEKARANGAN

I Ketut Mahaputra

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai-Pesanggaran,PO BOX 3480, Denpasar

E-mail : [email protected]

Submitted date: 20 Mei 2015 Approved date: 29 Mei 2015

ABSTRACT

Analysis Of Plant Vegetables Organic Farming Land Kale (Ipomea Reptana) On Yards

One of the agricultural commodities horticultural products classified as varieties of vegetables that manyfarmers cultivated land is swamp land (Ipomea reptana) in an effort to boost revenue by leveraging theiryards. In an effort cultivation of land, with the understanding today’s society has begun to lead to organicfarming. The study was conducted on a narrow yard area available yard office with the aim of seeing theamount of additional income from the cultivation of kale land without utilization of production facilities thatare chemically. Analysis of farming is done with the approach reception (Pd = TR-TC) with a completeanalysis of R / C ratio in kale look at the feasibility of farming land. The results showed that the organicvegetable farming land kale can provide benefits as a source of revenue of Rp. 1.79 million, - and the valueof R / C indicates feasible.

Key words : Swamp land, organic, farming

ABSTRAK

Salah satu komoditas pertanian dari produk hortikultura yang tergolong jenis sayur mayur yang banyakdibudidayakan petani adalah tanaman kangkung darat (Ipomea reptana)dalam upaya meningkatkanpendapatan dengan memanfaatkan lahan pekarangan. Dalam upaya budidaya kangkung darat, denganpemahaman masyarakat dewasa ini sudah mulai mengarah kepada pertanian organik. Kajian ini dilakukanpada lahan pekarangan sempit yang tersedia dihalaman perkantoran dengan tujuan melihat besarantambahan pendapatan dari budidaya kangkung darat tanpa pemanfaatan sarana produksi yang bersifatkimiawi. Analisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan (Pd=TR-TC) dengan kelengkapananalisis R/C ratio dalam melihat kelayakan usahatani kangkung darat. Hasil kajian menunjukkan bahwausahatani sayuran organik kangkung darat dapat memberikan keuntungan sebagai sumber pendapatansebesar Rp. 1.790.000,- dan nilai R/C menunjukkan layak untuk dilakukan.

Kata kunci : Kangkung darat, organik, usahatani

PENDAHULUAN

Dampak pemanfaatan sarana produksi kimiasudah sangat kita rasakan dewasa ini.Penggunaan pupuk buatan dan pestisida secaraterus menerus pada sistem pertanian konvensionaldan dengan takaran yang berlebihan,menyebabkan antara lain yaitu Pencemaran airtanah dan air permukaan oleh bahan kimiapertanian, membahayakan kesehatan manusia danhewan, menurunkan keanekaragaman hayati,

meningkatkan resistensi organisme pengganggu,dan menurunkan produktivitas lahan karena erosidan pemadatan tanah. Berbagai hal tersebut telahmenyadarkan kita tentang dampak negatif sertamenimbulkan reaksi di berbagai tempat dan kelom-pok masyarakat, antara lain dengan dikembang-kannya berbagai sistem pertanian yang ramahlingkungan. Salah satu sistem tersebut adalahyang disebut Pertanian Organik (Organic Farming).

Pertanian modern yang dibutuhkan masa kiniadalah pertanian yang mampu berproduksi secara

Analisis Usahatani Tanaman sayuran Organik Kangkung Darat (Ipomea Reptana)Pada Lahan Pekarangan | I Ketut Mahaputra

Page 2: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 20152

terus menerus (sustainable), tanpa merusak lahandan lingkungan, serta menghasilkan bahanmakanan yang sehat dan bergizi. Konseppertanian modern berkelanjutan pada dasarnyaadalah pengelolaan ekosistem pertanian yangbertujuan untuk meningkatkan produksi tanamandengan memperhatikan kelestarian lahan dansumber daya alam lainnya sehingga mampumenjaga kontinuitas dan kualitas pangan sertakesehatan manusia (Ruchijat, 2006).Seiringdengan meningkatnya pemahaman masyarakatakan produk pangan berkualitas, maka permintaanproduk pertanian organik semakin meningkat. Halini merupakan peluang yang sangat besar bagipetani dan peternak. Pemanfaatan limbah ternaksebagai pupuk organik, baik limbah padat maupuncair merupakan salah satu pengelolaansumberdaya terbarukan (renewable resources),yang dapat meningkatkan kesuburan tanah baiksecara fisik,kimia maupun biologis. Penambahanbahan organik kedalam tanah pada siklususahatani selain berdampak positif terhadapkesububuran lahan juga berdampak terhadapefisiensi terhadap penggunaan input luar.

Budidaya sayuran organik bisa dilakukandimana saja asalkan tanahnya subur. Sayuranseperti bayam, sawi, katuk, pek choy, caisim,selada, kangkung dan kemangi adalah sayuransangat menjanjikan keuntungan jika dibudidaya.Disamping menguntungkan, semua jenis sayurantersebut dapat diupayakan pada lahan-lahan yangtidak begitu luas, misalnya pada pekaranganrumah tangga petani (lahan sempit). Usaha dipekarangan jika dikelola secara intensif sesuaidengan potensi pekarangan itu sendiri, disampingdapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangga, juga dapat memberikan sumbanganpendapatan bagi rumah tangga. Lahan pekarangansudah lama dikenal dan memiliki fungsi multiguna,yaitu untuk menghasilkan bahan makanan sebagaitambahan hasil sawah dan tegalnya, sayur danbuah-buahan, unggas, ternak kecil dan ikan,rempah, bumbu-bumbu dan wangi-wangian, bahankerajinan tangan, serta uang tunai (Sajogyo, 1994).Kelebihan pekarangan dalam kehidupan petaniadalah secara berkesinambungan dapatmenyediakan kebutuhan sehari-hari keluargapetani (Salikin, 2005).

Hingga saat ini, upaya mewujudkanketahanan dan kemandirian pangan terus digarapsecara serius. Pemerintah, melalui pernyataanPresiden, menegaskan bahwa ketahanan dankemandirian pangan nasional harus dimulai darirumah tangga, sehingga tak ayal setiap rumahtangga memegang peranan penting dalam

mendukung upaya tersebut.Banyak cara yang bisaditempuh, namun pemanfaatan lahan pekarangansebagai sumber pengembangan pangan untukmewujudkan kemandirian pangan rumahtangga,merupakan salah satu pilihan yang sangat menarikdan potensial dikembangkan (Badan LitbangPertanian, 2012)

Salah satu komoditas pertanian dari produkhortikultura yang tergolong jenis sayur mayur yangbanyak dibudidayakan petani adalah tanamankangkung darat. Kangkung termasuk dalam familiConvolvulaceae (keluarga kangkung-kangkungan).Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia danmerupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampirdi mana-mana terutama di kawasan berair. Selainsebagai bahan sayuran yang mengandung vitamintinggi, kangkung juga bermanfaat sebagaiantitoksin dalam tubuh manusia. Kemudahannyadalam membudidayakan menjadikan tanamankangkung terutama kangkung darat (Ipomeareptana) banyak dikembangkan oleh petani dalamupaya meningkatkan pendapatan denganmemanfaatkan lahan pekarangannya

Selain sebagai bahan sayuran yangmengandung vitamin tinggi, tanaman kangkungsangat mudah dikembangkan dalam skala rumahtangga petani. Kemudahannya dalammembudidayakan menjadikan tanaman bayamcabut banyak dikembangkan oleh petani untukmeningkatkan pendapatan dengan memanfaatkanlahan pekarangan. Selain peluang dalampeningkatan pendapatan, dalam pemenuhankebutuhan pangan yang bernilai gizi di masyarakatpetani juga meningkat. Keragaman pola konsumsimasyarakat akibat pemanfaatan pekarangan akanmampu meningkatkan PPH (pola pangan harapan).Secara nasional PPH saat ini adalah rata-rata 77,3(Gayatri K Yana, 2012). Namun apabila dilihatperkembangan PPH dari tahun 2001 – 2011ternyata skor PPH wilayah perkotaan mengalamipenurunan dari 80,5 tahun 2002 menjadi 78,7 tahun2011. Sedangkan untuk wilayah pedesaan skorPPH justru mengalami peningkatan dari 75,2 padatahun 2002 menjadi 76,2 tahun 2011, (Gayatri KYana, 2012).Berdasarkan kajian Suyasa, dkk(2012), menunjukkan bahwa keberadaan MKRPL(Model Kawasan Rumah Pangan Lestari) diwilayah Tamblang, Buleleng mampumeningkatkan PPH dari 65,01menjadi 73.

Melihat perkembangan pemanfaatanpekarangan untuk berusahatani sayuran organikdi Propinsi Bali, maka dipandang perlu melihatbesaran tambahan pendapatan dari usahataniyang dilakukan terkait dengan besaran cost yangdikeluarkan. Untuk itu dilakukan kajian analisis

Page 3: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

3

pendapatan usahatani tanaman sayurankhususnya tanaman bayam cabut pada lahanpekarangan dengan memanfaatkan saranaproduksi organik.

METODE PENELITIAN

Kajian dilakukan pada bulan Juli – Septemberpada lahan seluas 200 M2 di pekarangan (kebun)kantor BPTP Bali. Analisis penerimaan usahataniyang merupakan perkalian antara produksi denganharga jual, dengan rumus matematis sebagaiberikut:TRi = Yi . Pyi

Yaitu : TR = total penerimaanY = produksi yang diperolehdalam suatu

usahatani iPy = Harga Y

Perhitungan penerimaan (keuntungan) usahatanibertanam kangkung secara organik yang diterima:Keuntungan = TR (Total Revenue) - TC (Total Cost)Pd = TR – TCKeterangan: - Pd = Pendapatan- TR = Penerimaan Total (Total Revenue)- TC = BiayaTotal (Total Cost)

Untuk tingkat kelayakan usahatani kangkungdarat dilihat dari RC ratio.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagian besar masyarakat petani masihberanggapan bahwa menggunakan bahan kimiaseperti pupuk anorganik dapat mempercepatpertumbuhan tanaman, tetapi dalam penggunaanbahan kimia tersebut terdapat banyak kelemahanantara lain adalah sisa dari kandungan bahan kimiatadi meninggalkan residu pada tanah, sehinggatanah menjadi tercemar dan berkurangnyakandungan bahan organik tanah. Maka dari itu,pemerintah Provinsi Bali saat ini memulai programke arah pertanian organik yang lebih ramahlingkungan (Go Green) dengan dukungan dariprogram SIMANTRI (Sistem Pertanian Terintegrasi)dalam penyediaan sumber pupuk organik yangdibutuhkan masyarakat petani khususnya di Bali.

Dalam aktifitas usahatani sayuran organiktidak diperlukan tempat khusus atau lahan yangsangat luas, tetapi dalam hal lahan yangdigunakan dalam budidaya adalah tanah yangsubur, dalam arti kandungan unsur hara baik unsurmakro dan mikro tercukupi untuk proses vegetatif

dan generatif dari tanaman yang dibudidayakan.Untuk mencapai kondisi lahan yang subur sangatdibutuhkan pupuk organik dalam upaya menjagaproduktivitas lahan yang ada agar dapatdiperdayagunakan dengan baik keberlanjutannya.

Tanaman sayuran merupakan jenis komoditiyang memiliki nilai ekonomi tinggi dan berperanpenting dalam pemenuhan berbagai kebutuhankeluarga petani.Hal ini dapat ditunjukkan denganbeberapa fenomena diantaranya adalah tanamansayur-sayuran berumur relatif pendek sehinggadapat cepat menghasilkan, dapat diusahakandengan mudah hanya menggunakan teknologisederhana, dan hasil produksi sayur-sayuran dapatcepat terserap pasar karena merupakan salah satukomponen susunan menu keluarga yang tidakdapat ditinggalkan.

Tanaman sayur-sayuran dapat dibagi atas 3jenis yang dipilah menurut bagian tanaman yangdipanen, yaitu: (1) sayuran daun yang dipanenbagian daunnya, seperti bayam, kangkung, kubis,dan sawi, (2) sayuran biji dan polong, yang dipanenbagian polong dan bijinya seperti kapri, kacanghijau, kedelai, dan petai, dan (3) sayuran umbidan buah yang dipanen bagian umbi dan buahnyamisalnya kentang, ubi jalar, lobak, dan Lombok(Marsudi. Edy, 2012), Saat ini yang banyakdiupayakan masyarakat di Bali adalah jenistanaman sayuran kangkung. Kangkung dapatmenjadi olahan khas masyarakat di Bali sepertimakanan Tumis Kangkung, Plecing Kangkungyang sudah sangat dikenal oleh para wisatawandalam negeri maupun asing, sehingga permintaanakan sayuran tersebut semakin hari semakinmeningkat. Areal pekaranganpun sudah banyakdiupayakan untuk budidaya tanaman kangkung,yaitu jenis kangkung darat.

Kangkung darat menghendaki tanah yangsubur, gembur banyak mengandung bahan organikdan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanamankangkung darat tidak menghendaki tanah yangtergenang, karena akar akan mudah membusuk.Sedangkan kangkung air membutuhkan tanahyang selalu tergenang air. Tanaman kangkungmembutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya,sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidakdapat mempertahankan kandungan air secarabaik.

Pada kajian ini digunakan dosis pemberianpupuk kandang sebanyak 20 ton/Ha atau 2 kg/M2. Adapun tahapan yang dilakukan dalamusahatani kangkung darat, yaitu: 1) PengolahanLahan, tahapan pertama kegiatan budidayakangkung organik ini menggunakan media tanam

Analisis Usahatani Tanaman sayuran Organik Kangkung Darat (Ipomea Reptana)Pada Lahan Pekarangan | I Ketut Mahaputra

Page 4: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 20154

dilahan pekarangan (halaman perkantoran), yangtelah dilakukan sebelumnya untuk taman (kebunkantor) dengan luasan 200 M2 sehingga diperlukanpengolahan lahan sempurna dan pembuatanbedengan (guludan) untuk memudahkanpenyiraman serta menghindari air yang tergenang.

Lebar guludan 1,5 M dan jarak antar guludan0,5 M; 2) Pemupukan dan Penanaman, padatahapan ini dilakukan proses pemupukan setelahtanah dibersihkan dan diolah sekaligus dilakukanpemupukan secara merata menggunakan pupukpadat limbah sapi sebanyak 400 kg, selanjutnyapenanaman dengan sistem tugal, dimana tiaplubang diisi 2-3 biji benih kangkung darat denganjarak tanam 10 x 10 cm; 3) Proses berikutnyadilakukan penyiraman sampai kondisi tanah dapatdikatakan lembab, dan biji kangkung tertutup ratadengan tanah; 4) Pemeliharaan dan Penyulaman,dengan melakukan pergantian untuk tanamanyang tidak tumbuh sempurna atau tidak meratapada guludan, selanjutnya dilakukan penyianganyaitu membersihkan dari tumbuhan penggangguatau gulma, yang secara tidak langsung dapatmengurangi produktivitas dari tanaman kangkungitu sendiri; dan 5) Tahapan selanjutnya dalambudidaya kangkung darat organik adalah panendan pasca panen, dimana pada tahapanpemanenan dilakukan sebanyak 2 kali panen.

Hal ini disebabkan pertumbuhan tanamankangkung yang tidak merata. Selanjutnyadilakukan proses pasca panen yaitu denganpencucian atau washing untuk membersihkan daritanah atau kotoran yang ada pada kangkung.

Kemudian menuju ke proses sortening yaitudisamakan sesuai dengan ukuran, jenis, dantingkat kesegaran lalu diikat. Kangkung yang barudipanen dikumpulkan dan kemudian disatukansebanyak 15 batang kangkung dalam satu ikatan.Penyimpanan sebelum dipasarkan agar tidakcepat layu, kangkung yang telah diikat dicelupkandalam air tawar dan ditutup dengan daun pisang;dan 6) Tahapan terakhir adalah pemasaran, yaitudengan cara didistribusikan langsung ke rumahtangga, kios maupun warung terdekat. Dalamproses ini dapat dilakukan dengan baik mengingattampilan fisik untuk kangkung organik berbedadengan yang tidak organik. Kangkung terlihatsangat segar dan lebih besar, walaupun padabeberapa daun terlihat berlubang tidak sempurna.

Selanjutnya analisis usahatani dari data yangdiperoleh seperti terlihat pada Tabel 1.

Hasil analisis usahatani budidaya kangkungorganik didapatkan Total revenue = Rp 3.465.000,-dan Total Cost Rp. 1.675.000,-, sehingga diperolehnilai R/C sebesar 2,07. Nilai R/C > 2mengindikasikan bahwa usahatani budidayakangkung organik ini layak untuk dilanjutkan dandikembangkan lagi karena peluang memperolehkeuntungan cukup besar dan sudah dapatmenutupi variabel cost (VC) maupun fix cost (FC)yang dibutuhkan. Dari hasil analisis juga terlihatbahwa pemanfaatan lahan pekarangan seluas 200M2 dapat memberikan keuntungan tambahansebagai sumber pendapatan sebesar Rp.1.790.000,- yang dapat dilakukan secara berulang,mengingat umur tanam sampai dengan panen

Tabel 1. Analisis Usahatani Kangkung Darat pada Lahan Pekarangan, Tahun 2014

Per Luas Usahatani (200 M2)No Uraian

Vol Satuan Harga Jumlah

1 Sewa lahan 200 M2 400.0002 Saprodi

Benih 3 kg 70.000 210.000Pupuk (kandang) 400 Kg 800 320.000

3 Tenaga kerjaPengolahan lahan n pupuk 2 OH 60.000 120.000Tanam dan penyulaman 2 OH 60.000 120.000Pengairan 3 OH 60.000 180.000Penyiangan 3 OH 60.000 180.000Panen 1 OH 60.000 60.000Pasca panen 1 OH 60.000 60.000

4 Penjualan/pemasaran 1 OH 60.000 60.000Total Biaya 1.675.000Produksi (ikat) 2.100 1.650 3.465.000R/C 2,07

Sumber : Data primer diolah

Page 5: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

5

pertama untuk tanaman kangkung darat tidak lebihdari 1 bulan. Hal ini tentu menjadi peluang usahayang menarik untuk pengembangan sayuran padalahan sempit (pekarangan) terutama pada daerahperkotaan. Harga yang diterima pada saatpenjualan rata-rata lebih tinggi dari kangkunganorganik yaitu sebesar Rp. 1.650,-/ikat,sedangkan kangkung anorganik dengan rata-rataharga sebesar Rp. 1.200,-/ikat. Namun kendaladihadapi, bahwa pemahaman masyarakat tentangpertanian organik masih perlu ditingkatkan,mengingat selisih harga yang cukup signifikantersebut.

Sejalan dengan hasil kajian tersebut beberapaahli menyatakan pemanfaatan pekarangan dapatdilakukan melalui kegiatan intensifikasipekarangan terpadu, dengan memadukan tiga sub-sektor dalam pekarangan yaitu pertanian,peternakan dan perikanan, yang disesuaikandengan ketersediaan sumber daya, pengetahuan,dan perilaku sosial masyarakat setempat. Hasilpenelitian menunjukkan, bahwa tanaman danternak di pekarangan memberi kontribusipendapatan keluarga (Arifin, 2010). Pendapatanyang diperoleh dari pekarangan di Desa Sambirejo,Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidultiap bulannya berkisar antara Rp. 335.000 - Rp.2.246.428,- (Rahayu, 2010). Namun demikian,dengan penataan pekarangan yang lebih baikdapat memberikan pendapatan hingga Rp3.236.821,- per bulan atau Rp 38.841.848,- pertahun (Mardiyanto, 2009). Hasil penelitian tersebutmembuktikan bahwa pekarangan dapat dijadikanlahan usaha tani yang efektif untuk mendukungprogram ketahanan pangan keluarga di perkotaanmaupun di perdesaan.

KESIMPULAN

Pemanfaatan lahan pertanian sempit, yaitulahan pekarangan di wilayah perkotaan dalamaktifitas usahatani sayuran organik kangkung daratcukup layak untuk dilakukan dan dapatmemberikan tambahan keuntungan sebagaisumber pendapatan keluarga sebanyak Rp.1.790.000,- Dari nilai R/C yang diperoleh (R/C>2),menyatakan bahwa biaya tetap maupun biayavariabel dapat ditutupi dengan hasil produksi,sehingga ini berarti usahatani tersebutmenguntungkan untuk diusahakan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H. S. 2010. Optimalisasi pemanfaatanpekarangan untuk mendukung ketahananpangan rumah tangga. Makalah disajikan padadiskusi tematik memperkuat basis ketahananpangan rumah tangga. Dramaga, Bogor. 03April 2010

Badan Litbang Pertanian. 2012. Pedoman UmumPengembangan Kawasan rumah panganLestari. Edisi populer. Badan litbangPertanian. Kementerian Pertanian.

Gayatri, K. Yana. 2012. Presentasi ProgramPercepatan Penganekaragaman KonsumsiPangan (P2KP) dan sinerginya DenganMKRPL. Badan Ketahanan Pangan.

Mardiyanto, A. 2009. Perencanaan LanskapPekarangan Dengan Sistem PertanianTerpadu. Skripsi. Departemen ArsitekturLanskap Fakultas Pertanian Institut PertanianBogor. 145 hal.

Marsudi. Edi, 2012. Analsisis PendapatanBeberapa Usahatani Sayuran di KabupatenPidie. ejournal.unigha.ac.id/Journal SAINSRiset vol 1 no 1 14.

Rahayu, E. S. 2010. Pemberdayaan MasyarakatPetani Dalam Program Pekarangan Terpadudi Desa Sambirejo Kecamatan NgawenKabupaten Gunungkidul. Skripsi. FakultasPertanian Universitas Sebelas Maret.Surakarta. 186 hal.

Ruchijat, E. 2006. Implementasi PHT untukMeningkatkan Nilai Tambah bagi Petani.Balitan Cihea. Dinas Pertanian TanamanPangan Provinsi Jawa Barat.

Sajogyo, Pudjiwati. 1994. MenujuGiziBaik YangMerata di Pedesaandan Di Kota. GajahMadaPress.Yogyakarta.

Salikin, Karwan. 2005. Sistem PertanianBerkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta.

Suyasa IN., IA. Parwati., IN. Sugama., IW.Sunanjaya dan LGD. Budiari. 2012. LaporanAkhir Tahun. Model Kawasan Rumah PanganLestari. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.Badan Litbang Pertanian.

Analisis Usahatani Tanaman sayuran Organik Kangkung Darat (Ipomea Reptana)Pada Lahan Pekarangan | I Ketut Mahaputra

Page 6: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 20156

DISTRIBUSI PEMASARAN PRODUK AGROINDUSTRI KOPI BUBUK ARABIKA MADUDI KELOMPOK TANI HARAPAN MAJU DUSUN PETUNG, DESA BATUR TENGAH

KECAMATAN KINTAMANI KABUP ATEN BANGLI

Made Adi Wahyuni 1, Ketut Putra Wijaya 2, dan Ketut Kariada 3

1Dinas Perkebunan Propinsi BaliJl. D.I Panjaitan, Renon, Denpasar, Bali

2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai,Pesanggaran Denpasar-Selatan,Bali, 80222

E-mail : [email protected]

Submitted date: 18 Mei 2015 Approved date: 26 Mei 2015

ABSTRACT

Distribution Marketing Of Agro Product Arabica Coffe Powder Honey At harapan MajuFarmers Group At Petung Central Batur Village Kintamani, Bangli Regency

Bali Province is one of the coffee-producing areas in Indonesia. Bali province produces two kinds of coffeethat is Robusta and Arabica coffee, but the coffee species most widely cultivated in the province of Bali isArabica coffee. One of agro-products are used in the case study is arabica coffee produced by HarapanMajuFarmers Group at Petung Central Batur village, Kintamani, Bangli regency, with Arabica coffee brandHoney Kintamani. Marketing distribution channels here defined as a collection of networks interconnected toperform an activity in the process of delivering the product from the manufacturer to the user in order to meetcustomer requirements profitably. This paper will discuss the specifics of the context of the strategy of marketingdistribution channels for honey Kintamani arabica ground coffee, with emphasis on one marketing distributionmodel. During the period in which economic growth and rising incomes, non-price factors could be the keyto sales success. This type of research used in this study was a descriptive study with a quantitative approach.The data used in this study is a data distribution strategy of marketing in relation to the marketing of productsmanufactured by Farmers Group Harapan Maju, with a brand of coffee Arabica Honey Kintamani and datafrom Plantation Office of Bali Province from 2010-2014 and data obtained from the website of coffee that arerelevant to this study i.e. www.ico.org, www.aeki-aice.org and www.gaeki.or.id. From the results of the analysiscan be drawn some conclusions as follows: (1) the agroindustrial Harapan Maju Farmers Group in theprocessing of honey Kintamani arabica ground coffee is a home industry with the characteristics of businessscale is still small. (2) The distribution channel marketing strategies used in marketing is a combination ofintermediate stages of marketing “zero-level channel” (direct marketing), “one level channel”, and two channellevels “. (3) The price realized is a determinant of corporate profits and the price has not been used as apromotional tool by the manufacturers in view of the manufacturer has not found difficulty in marketing theirproducts.

Key words : Distribution marketing, arabica coffee powder honey Kintamani,

ABSTRAK

Provinsi Bali merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Indonesia.Provinsi Bali menghasilkan duamacam kopi yaitu kopi Robusta dan kopi Arabika, namun jenis kopi yang paling banyak diusahakan diProvinsi Bali adalah Kopi Arabika.Salah satu produk agroindustri yang dijadikan kasus dalam kajian adalahproduk agroindustri kopi bubuk arabika yang diproduksi oleh Kelompok Tani Harapan Maju, Banjar Petung,Desa Batur Tengah, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, dengan merek kopi Arabika MaduKintamani.Saluran distribusi pemasaran didefinisikan sebagai sekumpulan organsisasi jaringan kerjayang saling terkait untuk melakukan suatu kegiatan dalam proses penyampaian produk dari produsen kepemakai guna memenuhi kebutuhan pelanggan secara menguntungkan. Tulisan ini akan membahassecara spesifik konteks strategi saluran distribusi pemasaran kopi bubuk arabika madu kintamani, denganmenekankan pada salah satu model distribusi pemasaran. Selama periode di mana pertumbuhan ekonomidan pendapatan meningkat, faktor non-harga sempat menjadi kunci keberhasilan penjualan.Jenis penelitian

Page 7: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

7

yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan dalamkajian ini adalah data strategi distribusi pemasaran dalam kaitannya dengan pemasaran produk yangdiproduksi oleh Kelompok Tani Harapan Maju, Banjar Petung, Desa Batur Tenghah, Kecamatan Kintamani,Kabupaten Bangli, dengan merek kopi Arabika Madu Kintamani dan data dari Dinas Perkebunan ProvinsiBali dari tahun 2010-2014 serta data yang didapat dari website kopi yang relevan dengan penelitian iniseperti; www.ico.org, www.aeki-aice.org dan www.gaeki.or.id. Dari hasil analisis dapat ditarik beberapasimpulan sebagai berikut: (1) perusahaan agroindustri Kelompok Tani Harapan Maju pada pengolahankopi bubuk arabika madu kintamani merupakan perusahaan home industri dengan ciri skala usaha masihkecil. (2) stategi saluran distribusi pemasaran yang digunakan dalam memasarkan adalah perpaduan daritahapan perantara pemasaran “ zero level channel” (direct marketing), “one level channel” , dan two levelchannel”. (3) Harga disadari merupakan penentu keuntungan perusahaan dan harga belum dijadikan alatpromosi oleh produsen mengingat produsen belum menemukan kesulitan dalam pemasaran produknya.

Kata Kunci : Distribusi pemasaran, dan kopi bubuk arabika madu Kintamani

PENDAHULUAN

Peran komoditas kopi bagi perekonomianIndonesia cukup penting, baik sebagai pendapatanpetani kopi, sumber devisa, penghasil bahan bakuindustri, atau penyedia lapangan pekerjaan melaluikegiatan pengolahan, pemasaran danperdagangan. Dengan semakin berkembangnyakomoditas kopi dalam perdagangan dunia dansemakin luasnya perkebunan kopi di Indonesiamemberikan harapan besar bagi perekonomianpetani khususnya, dan perekonomian nasionalIndonesia umumnya sebagai negara agraris.

Keunggulan Kopi Indonesia di Luar Negeri: dari 10 jenis kopi spesialti yang paling terkenaldidunia, 5 diantaranya berasal dari Indonesia yaitu: Aceh – Gayo Coffee, Mandaheling Coffee, JavaCoffee, Bali Coffee, dan Toraja Coffee. DisampingKopi Luwak (Civet Coffee), potensiPengembangan Kopi Arabika Spesialti Indonesiaadalah : Gayo Coffee (Aceh), Mandheling coffee(Sumatra Utara), Lintong Coffee (Sumatra Utara),

Mangkuraja Coffee (Bengkulu – Sumatra), JavaEstate Coffee (Jawa Timur), Java Sindoro –Sumbing (Jawa Tengah), Java Preanger (JawaBarat), Toraja Coffee (Sulawesi Selatan), KalosiCoffee (Sulawesi Selatan), Bali-Kintamani Coffee(Bali), Flores-Bajawa Coffee (NTT), Baliem ValleyCoffee (Papua), Kopi Luwak (Bali, Sumatra, Jawa)dan lain-lain (Asrikan, 2015).

Dinas Perkebunan Provinsili,ICO (2013),menyebutkan bahwa pertumbuhan rata-ratapermintaan kopi dunia periode 2011 – 2014mencapai 2,3%, sementara pertumbuhan produksidunia dari tahun 2013 ke 2014 adalah minus (-)3.5%. Dengan adanya pertumbuhan positif ataspermintaan kopi dunia serta pertumbuhan negatifatas produksi harus dilihat sebagai peluang untukmerebut pasar dunia melalui peningkatan produksinasional, baik kualitas maupun kuantitas.

Di Indonesia sendiri, kopi merupakan salahsatu dari delapan komoditas utama perkebunanyang memiliki luas areal yang cukup besarserta menjadi komoditas ekspor yang sangatmenjanjikan, dimana hanya dua jenis kopi yangbanyak diusahakan yaitu kopi Robusta yangmenguasai mayoritas luas tanam kopi di Indonesiadibandingkan kopi Arabika. Luas areal kopi diIndonesia mengalami perkembangan dari tahun2010 sampai dengan tahun 2013 sebesar 0,84 %begitu juga produksi yang dihasilkanperkembangannya dari tahun 2010 s.d tahun 2013sebesar 0,48 % (http://www.aeki-aice.org/).

Provinsi Bali merupakan salah satu daerahpenghasil kopi di Indonesia. Provinsi Balimenghasilkan dua macam kopi yaitu kopi Robustadan kopi Arabika, namun jenis kopi yang palingbanyak diusahakan di Provinsi Bali adalah KopiArabika. Total luas lahan pertanaman Kopi Arabikadi Provinsi Bali pada tahun 2014 mencapai 13.150Ha. Kabupaten Bangli merupakan daerah denganwilayah luas areal tanam kopi yang paling tinggi

Distribusi Pemasaran Produk Agroindustri Kopi Bubuk Arabika Madu di Kelompok Tani Harapan MajuDusun Petung, Ds. Batur, Kintamani Bangli | Made Adi Wahyuni,dkk.

Page 8: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 20158

dibanding Kabupaten lainnya, yaitu 6.625 Ha yangdiusahakan oleh 7845 rumah tangga. Dari sisiproduksi, pada tahun 2014 Kabupaten Bangli jugamenjadi daerah penghasil kopi Arabika terbesardi Bali dengan jumlah produksi 2.488,39 ton(Statistik Dinas Perkebunan Provinsi Bali, Tahun2014). Kecamatan Kintamani merupakankecamatan dengan luas areal tanam terluas diKabupaten Bangli, yaitu 6.334 Ha, dengan produksi2.165 ton pada tahun 2013. Wilayahpengembangan Kopi Arabika di Provinsi Baliadalah wilayah di Kecamatan Kintamani,Kabupaten Bangli, wilayah Petang KabupatenBadung, wilayah Sukasada Kabupaten Buleleng,wilayah Rendang Kabupaten Karangasem,Wilayah Kerta, Payangan Kabupaten Gianyar, danwilayah Pupuan Kabupaten Tabanan (StatistikDinas Perkebunan Provinsi Bali, Tahun 2014).

Kopi Arabika sebagai produk ekspormemberikan kontribusi terhadap PDRB dan PADProvinsi Bali, dalam era pasar global danpersaingan yang semakin ketat, seperti yang terjadisaat ini dan pada tahun-tahun yang akan datang,diferensiasi produk merupakan sarana pentinguntuk menarik perhatian konsumen. PemasaranKopi Arabika telah dilaksanakan pembinaan-pembinaan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Balimelalui Pola Kemitraan dimana pada tahun 2008memperoleh sertifikat IG pertama di Dunia yaituKopi Kintamani Bali, dalam suatu LembagaKawasan Pemasaran Kopi Arabika yang disebutdengan Kawasan MPIG yaitu KawasanMasyarakat Perlindungan Indikasi Geografis,dengan nomor regestrasi yaitu MPIG ID IG000000001 dan terbentuk koperasi MPIG padaTahun 2013 (Dinas Perkebunan Provinsi Bali2015).

Salah satu produk agroindustri pada komoditikopi yaitu produk Kopi Bubuk Arabika MaduKintamani yang merupakan produksi agroindustri,yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Harapan Majuyang berlokasi di Banjar Petung, Desa BaturTengah, Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli,merupakan kelompok usahatani agroindustri kopiyang ada pada kawasan MPIG sudah mulaiberkembang walaupun dengan menggunakan alatproduksi home industri sudah memasarkanproduknya, namun belum optimal.

Saluran distribusi pemasaran didefinisikansebagai sekumpulan organsisasi jaringan kerjayang saling terkait untuk melakukan suatukegiatan dalam proses penyampaian produk dariprodusen ke pemakai guna memenuhi kebutuhanpelanggan secara menguntungkan. Tujuan utamadari pada saluran pemasaran adalah menjalin

hubungan kerjasama yang saling menguntungkanantar kelompok industri dengan konsumenpotensial untuk membentuk berbagai macamproduk sesuai dengan target pasar yang dituju.Dari arti serta tujuan utama dari saluran pemasaranmaka fungsi saluran pemasaran tersebut meliputi: pengumpulan informasi, penyebaran komunikasiuntuk merangsang pembelian, melakukanpemesanan ke usaha manufactur, memperolehdana untuk membiayai persediaan, serta mengaturkesinambungan penyimpanan pergerakan produk(Sukaatmadja, 2008).

Menurut Philip Kotler (2002) dalam bukunyayang berjudul Manajemen Pemasaran di Indonesiamenyatakan bahwa: ada tiga level salurandistribusi pemasaran dengan alternatif kekurangandan kelebihannya sebagai berikut :a. “zero level channel” (direct marketing) :

saluran pemasarannya langsung kepelanggan kelebihannya yaitu dapatmemenuhi permintaan konsumen disekitarnyasecara cepat dan tepat. Sedangkankekurangannya adalah kemampuan untukmengembangkan usaha menjadi terbatas,karena salah satu manfaat dari saluranpemasaran tersebut sebagai tempatpengenalan produk.

b. “one level channel” : Saluran pemasarannyamelalui usaha retail (usaha dagang/toko,minimarket, supermarket, swalayan).Kelebihannya menggunakan saluran iniadalah produk cepat dikenal. Sedangkankekurangnya adalah dalam menjual produkini membutuhkan waktu (tempat tersebar) danbiaya (dalam hal ini biaya distribusi) lebihbesar.

c. “two level channel” : Saluran pemasarannyamelalui pedagang besar, setelah itu barudidistribusikan ke pe-ritail untuk selanjutnyadisalurkan ke konsumen. Kelebihannyamenggunakan saluran ini adalah cepat dikenaldipasaran.Dari uraian tersebut diatas, maka untuk

memperoleh suatu pemasaran produk yang idealdari produk agroindustri, perlu adanya kajiandistribusi pemasaran terhadap produk kopi bubukarabika madu kintamani yang dihasilkan olehKelompok Tani Harapan Maju, Dusun Petung, DesaBatiur Tengah, Kecamatan Kintamani, KabupatenBuleleng. Tulisan ini akan membahas secaraspesifik konteks saluran distribusi pemasarandalam kaitannya dalam proses penyampaianproduk dari produsen ke pemakai (konsumen)guna memenuhi kebutuhan pelanggan secaramenguntungkan.

Page 9: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

9

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian adalah pada Kelompok TaniHarapan Maju yang berlokasi di Banjar Petung,Desa Batur Tengah, Kecamatan KintamaniKabupaten Bangli, Provinsi Bali. Lokasi iniditentukan secara sengaja (purposive), didasarkanatas pertimbangan bahwa Kelompok Tani HarapanMaju merupakan Kopi Kintamani mutu terbaikdengan cita rasa khas (Kopi Spesialty).Pengambilan data dan analisa dilakukan padabulan Juli-September 2015, dengan lingkupdistribusi pemasaran produk agroindustri kopibubuk arabika yang dilaksanakan oleh KelompokTani Harapan Maju, Dusun Petung, Desa BaturTengah, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli

Jenis penelitian yang digunakan adalahdeskriptif dengan pendekatan kuantitatif. MenurutSugiyono (2012) penelitian deskriptif adalahpenelitian yang dilakukan untuk mengetahuivariabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpamembuat perbandingan atau menghubungkanvariabel yang lain. Penelitian ini juga termasukpendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2006)penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakanangka, mulai dari pengumpulan data, penafsiranterhadap data tersebut, serta penampilan darihasilnya terkait dengan aspek - aspek distribusisaluran pemasaran oleh perusahaan agroindustri.Metode yang digunakan yakni: Wawancara,observasi, dokumentasi, penelusuran data online

Tujuan teknik analisis data adalah untukmenginterprestasikan dan menarik kesimpulan darisejumlah data yang terkumpul. Sesuai dengan jenispenelitian yang digunakan yaitu analisis deskriptifkuantitatif, untuk menganalisis data dengan caramendeskripsikan atau menggambarkan data yangtelah terkumpul sebagaimana adanya tanpabermaksud membuat kesimpulan yang berlakuuntuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2012).Pada analisis deskriptif ini data saluran distribusipemasaran yang digunakan pada pemasaran kopibubuk arabika madu Kintamani.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi

Kelompok Tani Harapan Maju, Banjar Petung,Desa Batur Tengah Kecamatan KintamaniKabupaten Bangli, terletak pada kawasan wisataKintamani pada ketinggian antara 1200 – 1300

meter dari permukaan laut yang saat ini telahmelakukan kegiatan pengolahan Kopi arabikaKintamani melalui proses pengolahan kopi dengancara olah basah (WP). Kopi Arabika Kintamaniyang di kelola oleh Kelompok Tani mampumenghasilkan Kopi Kintamani dengan mutu baikdengan cita rasa khas ( Kopi Spesialty ) serta telahmendapat perlindungan indikasi geografis (IG) danpangsa pasar ekspor.

Untuk lebih meningkatkan PerkembanganEkonomi Masyarakat Berbasis Agribisnis, makaanggota kelompok tani merintis kegiatan usahakelompok dengan mensinergikan bidang pertaniandengan pariwisata yang dikelola oleh KelompokTani Harapan Maju. Dengan merintis berdirinyaAgrowisata Giri Alam yang berdiri mulai tahun2014.

Data Produksi Agroindustri

Salah satu produk agroindustri yang dijadikankasus dalam hal kajian ini adalah produkagroindustri olahan kopi arabika yang ada diKelompok Tani Harapan Maju dengan merk KopiBubuk Arabika Madu Kintamani yang termasukkategori home industri. Kelompok Kelompok TaniHarapan Maju memproduksi kopi bubuk denganmenggunakan alat dan rumah produksi yangsederhana. Walaupun alat yang digunakansederhana, koi bubuk Arabika Madu Kintamanisudah dikemas dengan cukup baik dan sudahmendapat ijin seperti PIRT bahkan ijin Halalsehingga pangsa pasarnyapun cukup luas.Pemasaran Kopi Arabika olah basah yang telahdilakukan oleh Kelompok Tani Harapan Maju dalamproses pemasaran satu pintu bekejasama denganKoperasi Tani MPIG (Masyarakat PerlindunganIndikasi Geografis) melakukan kemitraan denganPT. Taman Delta Indonesia Semarang. Sedanguntuk rencana pemasaran kopi bubuk akanbekerjasama dengan Hotel-hotel dan Restoranyang ada di sekitar daerah Pariwisata Kintamanidan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatKintamani dan Bali.

Distribusi Pemasaran Produk Agroindustri Kopi Bubuk Arabika Madu di Kelompok Tani Harapan MajuDusun Petung, Ds. Batur, Kintamani Bangli | Made Adi Wahyuni,dkk.

Page 10: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201510

Distribusi Pemasaran

Saluran distribusi pemasaran didefinisikansebagai sekumpulan organsisasi jaringan kerjayang saling terkait untuk melakukan suatukegiatan dalam proses penyampaian produkdariprodusen ke pemakai guna memenuhikebutuhan pelanggan secara menguntungkan.Tujuan utama dari pada saluran pemasaran adalahmenjalin hubungan kerjasama yang salingmenguntungkan antar kelompok industri dengankonsumen potensial untuk membentuk berbagaimacam produk sesuai dengan target pasar yangdituju. Dari arti serta tujuan utama dari saluranpemasaran maka fungsi saluran pemasarantersebut meliputi : pengumpulan informasi,penyebaran komunikasi untuk merangsangpembelian, melakukan pemesanan ke usahamanufactur, memperoleh dana untuk membiayaipersediaan, serta mengatur kesinambungan

bubuk arabika madu kintamani yang diproduksioleh Kelompok Tani Harapan Maju, saluranpemasarannya melalui usaha retail (usahadagang/toko, minimarket, supermarket,swalayan) di sekitar Denpasar dan termasukbeberapa Kabupaten di Bali diantaranyaBangli, Gianyar, Badung dan Kodya Denpasar.

c. “two level channel” dimana produsen kopibubuk arabika madu kintamani yang diproduksioleh Kelompok Tani Harapanb Maju, saluranpemasarannya melalui pedagang besar,setelah itu baru didistribusikan ke pedagangritail untuk selanjutnya disalurkan kekonsumen.Melihat dari 3 tingkatan saluran pemasaran

tersebut idealnya produsen kopi bubuk arabikamadu Kintamani yang diproduksi oleh KelompokTani Harapan Maju, Banjar Petung, Desa BaturTengah, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli,memilih ketiga level saluran pemasaran tersebutdiatas dengan alternatif kekurangan dankelebihannya sebagai berikut :a. “Zero level channel” (direct marketing) :

kelebihannya yaitu dapat memenuhipermintaan konsumen disekitarnya secaracepat dan tepat. Sedangkan kekurangannyaadalah kemampuan untuk mengembangkanusaha menjadi terbatas, disamping itu lambatproduk tersebut dikenal oleh konsumen,karena salah satu manfaat dari saluranpemasaran tersebut sebagai tempatpengenalan produk.

b. “One level channel” : Kelebihannyamenggunakan saluran ini adalah produk cepatdikenal. Sedangkan kekurangnya adalahdalam menjual produk ini membutuhkan waktu(tempat tersebar) dan biaya (dalam hal inibiaya distribusi) lebih besar.

c. “Two level channel” : Kelebihannyamenggunakan saluran ini adalah produk yangdiproduksi cepat dikenal dipasaran karenasaluran ini adalah merupakan salah satumedia untuk mengenalkan produk tersebut(agen promosi).Volume permintaan produk cenderung

volumenya dalam partai besar. Kekurangannyaadalah jika hanya mengandalkan pada two levelchannel maka kecenderungannya wholesellerdapat memainkan harga sehingga merugikanprodusen. Selain itu juga jika ada pesaing barupada produk yang sama maka wholeseller dapatmempermainkan produsen. Berdasarkanpengalaman kelebihan dan kekurangan distribusipemasaran yang telah dilaksanakan baik toko-tokoyang menjual produk kopi bubuk arabika madukintamani yang diproduksin oleh Kelompok TaniHarapan Maju, Desa Batur Tengah Kecamatan

penyimpanan pergerakan produk.Dalam kasus kajian produk agroindustri kopi

bubuk pada Kelompok Tani Harapan Maju denganmerek Kopi Arabika Madu Kintamani maka,sebagai gambaran bahwa manajemen produk kopibubuk arabika madu Kintamani yang diproduksioleh Kelompok Tani Harapan Maju, Banjar Petung,Desa Batur Tengah, Kecamatan Kintamani,Kabupaten Bangli, menjelang barang sampai ketangan konsumen maka pihak manajemen telahmenyalurkannya lewat beberapa tahapanperantara pemasaran dengan perpaduan dari ketiga saluran pemasaran atau 3 distribusipemasaran diantaranya :a. “zero level channel” (direct marketing) :

dimana produsen kopi bubuk arabika madukintamani, saluran pemasarannya langsungke pelanggan di sekitar Kecamatan Kintamanidan Kecamatan lainnya di wilayah KabupatenBangli.

b. “one level channel” dimana produsen kopi

Page 11: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

11

Kintamani, Kabupaten Bangli, adalah memper-hatikan aspek-aspek atribut produk diantaranya :• Mutu Produk

Ini menunjukkan sejauh mana produk kopibubuk berfungsi sebagaimana harusnya,misalnya tentang keterhandalannya, dayatahan, dan ketepatan untuk dikonsumsi olehkonsumen.

• FiturBerperan menambah manfaat utama sebuahproduk, dengan demikian fitur juga berfungsimembedakan produk dengan produk lainnyayang sejenis, yang edapat memnuhi harapankonsumen.Fiturnya yang dapat ditonjolkanadalah cita rasa yang khas, kerenyahan, dankualitas bahan baku yang terjamin mutunya.

• Desain dan KemasanDesain dan Kemasan cukup menentukansebagai atribut produk, walaupun produkmemiliki fitur lengkap mungkin belum tentumenarik jika desainnya tidak ekonomis dantidak menarik. Sehingga sering seorangpemasar mengatakan yang penting kema-sannya yang bersih, bagus, rapid an uniksehingga konsumen tertarik untuk membeliproduk.

• Segmen pasar (dilihat dari segi pemasaran,struktur dan manajemennya)

• Melaksanakan evaluasi dan monitoringtentang jalur pemasaran yang selama inisudah digunakan.Implikasinya terhadap rencana dan tujuan

pemasaran produsen produk agroindustri kopibubuk arabika madu Kintamani yang diproduksioleh Kelompok Tani Harapan Maju, Banjar Petung,desa Batur Tengah, Kecamatan Kintamani,Kabupaten Bangli adalah menerapkan langkah-langkah seperti tersebut diatas sehingga produkkopi bubuk dapat menguasai jalur distribusipemasaran produknya.Walaupun keuntungan yangdiperoleh lebih kecil,harga disadari merupakanpenentu keuntungan perusahaan dan harga belumdijadikan alat promosi oleh produsen mengingatprodusen belum menemukan kesulitan dalampemasaran produksi, dan tidak menjadi masalahbuat produsen karena yang dikejar oleh produsenadalah volume penjualan dan promosi yang dapatdilakukan oleh distributor atau pedagang besarsehingga sangat memungkinkan produk kopibubuk arabika kintamani terpromosikan melaluidistribusi pemasaran tersebut.

KESIMPULAN

Perusahaan agroindustri Kelompok TaniHarapan Maju, Banjar Petung, desa Batur Tengah,Kecamatan Kintamani, Kabupaten Banglimerupakan perusahaan home industri kopi bubukarabika madu kintamani dengan ciri skala usahakecil. Distribusi pemasaran yang digunakan dalammemasarkan produk kopi bubuk arabika madukintamani adalah perpaduan dari tahapan perantarapemasaran “ zero level channel” (directmarketing), “one level channel” , dan two levelchannel”. Harga disadari merupakan penentukeuntungan perusahaan dan harga belum dijadikanalat promosi oleh produsen mengingat produsenbelum menemukan kesulitan dalam pemasaranproduknya.

DAFTAR PUSTAKA

Asrikan, Isdarmawan, 2015, Hambatan EksporKopi Indonesia. Materi Pertemuan TindakLanjut Kerjasama Komoditi Regional,Surabaya.

Kotler, Philip, 2002, Manajemen Pemasaran, EdisiMilenium Jilid, 1 dan 2. PT. Prenhalindo,Jakarta

Kustiari, Reni, 2007, Perkembangan Pasar KopiDunia Dan Implikasinya Bagi Indonesia,FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI.Volume 25 No. 1, Juli 2007 : 43 – 55.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian KuantitatifKualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukaatmaja, 2009, Bahan Materi ManajemenPemasaran. Bahan Kuliah MagisterAgribisnis, Universitas Udayana Denpasar.

Tjiptono, Fandy, 2008, Strategi Pemasaran,edisi3. Andi, Yogyakarta.

ICO, 2013, Dinas Perkebunan Provinsi Bali, DalamPertemuan Pemasaran Ekspor Impor,Denpasar

http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/files/content/4/ ICO_ORGANISASI_KOPI_INTERNASIONAL20060109120016.doc./2015/10/15

http://bankmandiri.co.id/indonesia/eriview-pdf/MIDL17167178.pdf./2015/9/20

http://www.kemendag.go.id/id/news/2015/02/11/-indonesia-urutan-ketiga-eksportir-kopi-terbesar-dunia-di-2012.

Distribusi Pemasaran Produk Agroindustri Kopi Bubuk Arabika Madu di Kelompok Tani Harapan MajuDusun Petung, Ds. Batur, Kintamani Bangli | Made Adi Wahyuni,dkk.

Page 12: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201512

KINERJA KELOMPOK PELAKU USAHA “JEMPIRING” DARI PERSPEKTIFMANAJEMEN KEUANGAN DI DESA BLAHKIUH - ABIANSEMAL – BADUNG

Ni Wayan Suryathi 1 dan Ni Made Delly Resiani 2

1)Fakultas Ekonomi dan Bisnis Undiknas DenpasarJl Tukad Yeh Aya, Po Box 3261, Panjer Denpasar Selatan 80225, Bali

2) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai-Pesanggaran,PO BOX 3480, Denpasar

E-mail: [email protected]

Submitted date: 3 Juni 2015 Approved date: 15 Juni 2015

ABSTRACT

Actors Group Business Performance “Jempiring” Perspective Of Financial Management InThe Village Blahkiuh – Abiansemal – Badung

Farmer groups have a very important role in the implementation of the programs provided by the governmentto accelerate the growth and development units of agro-scale households, small and medium scale ruralThis study aims to determine the performance of a group of business actors “Jempiring” Blahkiuh, AbiansemalBadung regency seen from the perspective of the financial management of liquidity ratios and profitabilityratios. Group businesses services unit, development and processing of agricultural products (UP3HP)Jempiring in Badung district was chosen as a place to study with the consideration that the group of businessesUP3HP is still running until now, and is still active in the account for its finances to the government of Badung,through the submission of reports accountability savings and loan every three months. The choice of locationresearch done by purposive sampling that sampling technique with a certain consideration or samplingtechniques with sengaja.The analysis of the data used is the analysis of liquidity ratios and profitability ratios.Based on the results of the analysis can be concluded that the group’s performance businesses “Jempiring”Blahkiuh, Abiansemal Badung from the perspective of financial management, namely in terms of liquidityratio from January to June 2015 group of business actors “Jempiring” Blahkiuh, Abiansemal Badung has theability to pay Debt is excellent with an average of 1,333,39% from the current ratio and quick ratio of1135.32%. While the ability to capitalize on the profit margin of 28.38% and return on investment of 65.53%.

Key words : Group performance, perspective, financial management

ABSTRAK

Kelompok tani memiliki peran yang sangat penting dalam penerapan program-program yang diberikanoleh pemerintah untuk mempercepat penumbuhan dan pengembangan unit-unit agroindustri skala rumahtangga, skala kecil dan menengah di pedesaan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja kelompokpelaku usaha “Jempiring” Blahkiuh, Abiansemal Kabupaten Badung dari perspektif manajemen keuangandilihat dari rasio likuiditas dan rasio profitabilitas. Kelompok pelaku usaha unit pelayanan, pengembangandan pengolahan hasil pertanian (UP3HP) di Kabupaten Badung ini dipilih sebagai tempat penelitiandengan pertimbangan bahwa kelompok pelaku usaha UP3HP Jempiring ini masih berjalan hingga kini,dan masih aktif dalam mempertanggungjawabkan keuangannya kepada pemerintah Kabupaten Badung,melalui penyampaian laporan pertanggungjawaban simpan pinjam setiap tiga bulan sekali. Pemilihanlokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangantertentu atau teknik pengambilan sampel dengan sengaja.Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisisrasio likuiditas dan rasio profitabilitas. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kinerja kelompokpelaku usaha “Jempiring” Blahkiuh, Abiansemal Kabupaten Badung dari perspektif manajemen keuanganyaitu dilihat dari rasio likuiditas dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2015 kelompok pelakuusaha “Jempiring” Blahkiuh, Abiansemal Kabupaten Badung memiliki kemampuan membayar hutang yangsangat baik dengan rata-rata sebesar 1,333,39% dari current ratio dan 1.135,32% dari quick ratio. Sedangkankemampuan dalam memperoleh keuntungan dari Profit Margin sebesar 28,38% dan Return On Investmentsebesar 65,53%.

Kata kunci : Kinerja kelompok, perspektif, manajemen keuangan

Page 13: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

13

PENDAHULUAN

Dewasa ini perhatian pemerintah terhadapkeberadaan petani sangat serius, terlebih kepadapetani yang mau melakukan kegiatan secaraberkelompok, sebagaimana yang dinyatakandalam SK Menteri Pertanian No. 93/Kpts/OT. 210/3/97, Tanggal 18 Maret 1997, bahwa perubahanparadigma pembangunan pertanian daripeningkatan produksi menjadi pendekatanagribisnis membutuhkan petani dengan posisitawar yang kuat (Aulia dan Dharmawan, 2010).Kondisi ini hanya dapat dicapai jika petani mampuberhimpun dalam suatu kekuatan bersama, sepertihalnya kelompok tani (Azis, 2009). Penumbuhankelompok tani bertujuan mengembangkan sistempembinaan yang partisipatif dan berkelanjutanuntuk meningkatkan pendapatan dankesejahteraan petani beserta keluarganya(Widodo, 2008).

Kelompok tani memiliki peran yang sangatpenting dalam penerapan program-program yangdiberikan oleh pemerintah (Ari et al., 2014). Salahsatu program yang diluncurkan oleh Dirjen BinaPengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian padatahun 2001 yaitu program unit pelayananpengembangan dan pengolahan hasil pertanian(UP3HP) yang bertujuan mempercepatpenumbuhan dan pengembangan unit-unitagroindustri skala rumah tangga, skala kecil danmenengah di pedesaan (Dirjen Bina Pengolahandan Pemasaran Hasil Pertanian, 2005). Komoditasolahan hasil pertanian dewasa ini sesungguhnyamempunyai prospek yang cerah untukdikembangkan. Oleh karena itu, sudah selayaknyaunit-unit pengolahan hasil pertanian mendapatpembinaan terpadu dari berbagai aspekdiantaranya dari segi manajemen, teknologi, mutu,produksi, pemasaran, penguatan kelembagaan,serta akses terhadap permodalan (Dirjen BinaPengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian,2005; Martua, 2013).

Kelompok Pelaku Usaha (UP3HP)“Jempiring” Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung sampai akhir bulan Juni 2015 masihmempertanggungjawabkan keuangannya kepadapemerintah melalui laporan simpan pinjam, sebagaibentuk pertanggungjawaban kinerja yang dicapai.Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dankuantitas yang dicapai oleh seorang ataukelompok dalam melaksanakan tugasnya sesuaitanggungjawab yang diberikan kepadanya(Pribadiono, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluanbahwa selama ini kelompok pelaku usaha

“Jempiring” dalam mempertanggungjawabankeuangannya masih belum akurat, dimana laporanpertanggungjawabannya adalah berupa laporansimpan pinjam, laporan ini belum menunjukkanlaporan kinerja kelompok yang benar,sebagaimana juga pendapat Hermanto danSwastika (2011) yang menyimpulkan hasilpenelitianya bahwa dari sekian banyak kelompoktani yang dibentuk, sebagian besar kinerjanyabelum seperti yang diharapkan. Sedangkan danabantuan pinjaman langsung (BPL) dari pemerintahadalah dana yang digunakan untuk modal usaha,sehingga laporan pertanggungjawabankeuangannya adalah laporan pemakaian modalyaitu laporan keuangan berupa laporan posisikeuangan (dulu neraca) dan laporan laba rugikomprehensif (dulu laporan laba rugi). Jadiberdasarkan pertimbangan tersebut, sangatmenarik untuk mengkaji “Kinerja Kelompok PelakuUsaha “Jempiring” dari Perspektif ManajemenKeuangan di Desa Blahkiuh- Abiansemal –Badung” dengan rumusan permasalahan yangdiangkat adalah bagaimanakah kinerja kelompokpelaku usaha “Jempiring” Blahkiuh, AbiansemalKabupaten Badung dari perspektif manajemenkeuangan yaitu dilihat dari rasio likuiditas danrasio profitabilitas.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah Kelompok PelakuUsaha Unit Pelayanan, Pengembangan danPengolahan Hasil Pertanian (UP3HP) “Jempiring”di Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal,Kabupaten Badung. Pemilihan lokasi yaitu denganpurposive sampling yaitu teknik penentuan sampeldengan pertimbangan tertentu atau teknikpengambilan sampel dengan sengaja, sehinggadata yang diperoleh lebih representatif untukmelakukan proses penelitian yang kompeten dibidang keuangan. (Sugiyono, 2007).

Kelompok pelaku usaha unit pelayanan,pengembangan dan pengolahan hasil pertanian(UP3HP) di Kabupaten Badung ini dipilih sebagaitempat penelitian dengan pertimbangan bahwakelompok pelaku usaha UP3HP Jempiring inimasih berjalan hingga kini, dan masih aktif dalammempertanggungjawabkan keuangannya kepadapemerintah Kabupaten Badung, melaluipenyampaian laporan pertanggungjawaban simpanpinjam setiap tiga bulan sekali.

Kinerja Kelompok Pelaku Usaha “Jempiring” Dari Perspektif Manajemen Keuangandi Desa Blahkiuh - Abiansemal - Badung | Ni Wayan Suryathi,dkk.

Page 14: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201514

Sumber da ta dan jenis data

Sumber data yang digunakan dalam penelitianini adalah data primer dan data sekunder.

Sumber data primer yaitu ketua, sekretarisdan anggota Kelompok Pelaku Usaha JempiringBlahkiuh, Abiansemal, Kabupaten Badung, yangdipilih secara purposif untuk memberikan datadan informasi tentang kinerja kelompoknya.Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba RugiKomprehensif yang disusun berdasarkaninformasi penjualan dari anggota kelompok pelakuusaha.

Sumber data sekunder adalah laporanpertanggungjawaban keuangan yang diperoleh dariDinas Pertanian, Perkebunan, dan KehutananKabupten Badung, dan sudah diolah KelompokTani Jempiring Blahkiuh, Abiansemal, KabupatenBadung pada bulan Januari sampai dengan bulanJuni 2015.

Jenis data yang dipergunakan pada penelitianini adalah data kuantitatif dan data kualitatif.

Data kuantitatif yaitu data yang biasanyadapat dijelaskan dengan angka-angka (Bungin,2009). Data kuantitatif dalam hal ini adalah datamengenai laporan posisi keuangan dan laporanlaba rugi komprehensif Kelompok Pelaku UsahaJempiring Blahkiuh, Abiansemal, Badung untukbulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015.

Data kualitatif adalah data yang berupauraian-uaraian atau keterangan-keterangan sepertilaporan kegiatan penumbuhan dan pembinaan unitpelayanan, pengembangan dan pengolahan hasilpertanian (UP3HP) Kabupaten Badung Tahunanggaran 2010. Surat Keputusan Bupati BadungNo 1823/02/HK/2010 tentang Penetapan kelompokpelaku usaha Unit Pelayanan, Pengembangan danPengolahan Hasil Pertanian (UP3HP) KabupatenBadung penerima Bantuan Pinjaman LangsungMasyarakat (BPLM) Tahun Anggaran 2010.

Variabel penelitian

Variabel penelitian ini adalah kinerja keuanganKelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,Abiansemal, Badung pada bulan Januari sampaidengan bulan Juni 2015.

Variabel kinerja keuangan Kelompok PelakuUsaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal,Kabupaten Badung pada bulan Januari sampaidengan bulan Juni 2015 yang dasar penguku-rannya menggunakan laporan keuangandiklasifikasikan sebagai berikut.1. Laporan Posisi Keuangan (dulu Neraca)

Kelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,

Abiansemal, Kabupaten Badung pada bulanJanuari sampai dengan bulan Juni 2015.

2. Laporan laba rugi komprehensif (dulu laporanlaba rugi) Kelompok Pelaku Usaha JempiringBlahkiuh, Abiansemal, Kabupaten Badungpada bulan Januari sampai dengan bulan Juni2015.Sedangkan pengukuran kinerja keuangan

yang menggunakan laporan posisi keuangan danlaporan laba rugi komprehensif dianalisis dengananalisis rasio berikut.1. Rasio likuiditas Kelompok Pelaku Usaha

Jempiring Blahkiuh, Abiansemal, KabupatenBadung pada bulan Januari sampai denganbulan Juni 2015.

2. Rasio profitabilitas Kelompok Pelaku UsahaJempiring Blahkiuh, Abiansemal, KabupatenBadung pada bulan Januari sampai denganbulan Juni 2015.

Prosedur pengumpulan data

Dalam penelitian ini, cara dan prosedurpengumpulan data yang digunakan adalah sebagaiberikut.

Observasi partisipasi

Pengamatan berperanserta adalah menunjukpada proses penelitian yang mempersyaratkaninteraksi sosial antara peneliti dengan ketua,sekretaris dan anggota Kelompok Pelaku UsahaJempiring Blahkiuh, Abiansemal, KabupatenBadung yang masih berjalan.

Peneliti akan menggunakan pengamatanberperanserta-terbatas, yaitu dengan tidakmerahasiakan identitas peneliti. Pengamatan akandilakukan dengan cara melihat dan terlibat dalamaktivitas pertemuan kelompok yaitu dengan melihatkemampuan seluruh anggota kelompok tani dalamberdiskusi, membuat perencanaan kegiatan,kemampuan dalam menggunakan teknologi danmemanfaatkan informasi.

Studi dokumentasi

Penelusuran dokumen dilakukan sebagaipenguatan terhadap data-data yang tidak bisadilengkapi dari pengamatan berperanserta danwawancara. Data sekunder diperoleh denganmenganalisis dan melakukan kajian pustakaterhadap berbagai literatur, jurnal, buku,makalah dan informasi dari internet yang terkaitdengan topik penelitian (Aulia dan Dharmawan,2010).

Page 15: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

15

Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan denganmempelajari dokumen keuangan yaitu catatantentang laporan simpan pinjam yang di buatKelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,Abiansemal, Kabupaten Badung sejak bulanJanuari sampai dengan bulan Juni 2015, sertamempelajari dokumen atau laporan lain yang adadi Dinas Pertanian, Perkebunan dan KehutananKabupaten Badung berkaitan dengan penelitian.

Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitianini adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif(Bungin, 2009; Lina et al., 2013). Data kuantitatifhadir dalam wujud catatan harian. Isi catatanharian tersebut adalah hasil-hasil pengamatan,hasil-hasil wawancara, dan kutipan dari berbagaidokumen (Sitorus, 1998). Analisis data kualitatifadalah analisis yang dimaksudkan untuk memberigambaran dan menerangkan, membandingkan

serta menjelaskan secara deskriptif laporankeuangan Kelompok Pelaku Usaha JempiringBlahkiuh, Abiansemal, Kabupaten Badung untukbulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015melalui laporan posisi keuangan (LPK), laba rugikomprehensif dan analisis rasio baik rasiolikuiditas maupun rasio profitabilitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Kinerja Keuangan Kelompok PelakuUsaha UP3HP Jempiring

Kinerja merupakan salah satu faktor pentingyang menunjukkan efektifitas dan fisiensiperusahaan dalam mencapai tujuannya Berda-sarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasiltentang profil kinerja keuangan Kelompok PelakuUsaha UP3HP Jempiring seperti pada Tabel 1.

Berdasarkan data pada Laporan PosisiKeuangan (LPK) dari bulan Januari sampai denganbulan Juni tahun 2015, dapat ditunjukkan

Tabel 1. Posisi Keuangan (LPK) Kelompok Pelaku Usaha UP3HP Jempiring Blahkiuh, AbiansemalKabupaten Badung selama enam bulan yaitu dari bulan Januari, Pebruari, Maret, April, Mei, danbulan Juni tahun 2015.

AKTIVA Januari Pebruari Maret April Mei Juni

Kas 6.550.000,00 1.975.000,00 8.715.500,00 1.292.500,00 1.511.900,00 1.760.000,00Piutang 38.200.000,00 42.885.000,00 57.650.000,00 48.750.000,00 51.000.000,00 57.000.000,00Persediaan 11.550.500,00 10.600.300,00 5.425.000,00 5.975.000,00 6.887.000,00 8.345.000,00Peralatan 9.980.000,00 7.725.000,00 11.150.000,00 7.855.000,00 10.275.000,00 9.610.000,00

Jumlah 66.280.500,00 63.185.500,00 82.940.500,00 63.872.500,00 71.673.900,00 76.715.500,00

PASIVA Januari Pebruari Maret April Mei Juni

Hutang 5.400.000,00 6.750.000,00 2.625.000,00 4.125.000,00 4.875.000,00 7.500.000,00Laba bl berjalan 41.880.500,00 37.435.500,00 61.315.500,00 40.747.500,00 47.798.900,00 50.215.500,00Modal Awal 19.000.000,00 19.000.000,00 19.000.000,00 19.000.000,00 19.000.000,00 19.000.000,00

Jumlah 66.280.500,00 63.185.500,00 82.940.500,00 63.872.500,00 71.673.900,00 76.715.500,00

Sumber : Laporan Posisi Keuangan Kelompok Pelaku Usaha UP3HP Jempiring Blahkiuh, AbiansemalKabupaten Badung

Tabel: 2 Pertumbuhan Kekayaan Bulan Januari s/d Juni 2015

Bulan Harta(Rp) % Hutang(Rp) % Modal(Rp) %

Jan 66.280.500,00 - 5.400.000,00 - 60.800.500,00 -Peb 63.185.500,00 (4,90) 6.750.000,00 20,00 56.435.500,00 (7,70)Maret 82.940.500,00 31,27 2.625.000,00 (157,00) 80.315.500,00 (29,73)April 63.872.500,00 (29,85) 4.125.000,00 36,36 59.747.500,00 34,42Mei 71.673.900,00 10,88 4.875.000,00 15,38 66.798.900,00 10,56Juni 76.715.500,00 6,58 7.500.000,00 35,00 66.215.500,00 (0,88)

Sumber : Laporan Posisi Keuangan Kelompok Pelaku Usaha UP3HP Jempiring Blahkiuh, AbiansemalKabupaten Badung

Kinerja Kelompok Pelaku Usaha “Jempiring” Dari Perspektif Manajemen Keuangandi Desa Blahkiuh - Abiansemal - Badung | Ni Wayan Suryathi,dkk.

Page 16: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201516

pertumbuhan kekayaan Kelompok Pelaku UsahaUP3HP Jempiring Blahkiuh, AbiansemalKabupaten Badung sebagaimana tampak padaTabel 2.

Berdasarkan laporan posisi keuangan padaTabel 2. menunjukkan bahwa pertumbuhankekayaan Kelompok Pelaku Usaha UP3HPJempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung, dari harta, modal dari bulan Januari,Pebruari, Maret, April, Mei, dan Juni tahun 2015cenderung berfluktuasi. Sedangkan jumlah hutangdari bulan April sampai dengan bulan Juni tahun2015 terus meningkat yaitu sebesar Rp4.125.000,00 pada bulan April 2015 naik menjadiRp 4.875.000,00 pada bulan Mei dan pada bulanJuni 2015 menjadi Rp 7.500.000,00.

Laba Rugi Komprehensif Kelompok PelakuUsaha UP3HP Jempiring

Laba rugi komprehensif Kelompok PelakuUsaha UP3HP Jempiring Blahkiuh, AbiansemalKabupaten Badung selama enam bulan yaitu daribulan Januari, Pebruari, Maret, April, Mei, dan Junitahun 2015 seperti pada Tabel 3.

Pertumbuhan laba rugi komprehensifKelompok Pelaku Usaha UP3HP Jempiring

Pertumbuhan laba rugi komprehensifKelompok Pelaku Usaha UP3HP JempiringBlahkiuh, Abiansemal Kabupaten Badung selama

Tabel 3. Laba Rugi Komprehensif Kelompok Pelaku Usaha UP3HP Jempiring Blahkiuh AbiansemalKabupaten Badung Periode Januari 2015

Januari Pebruari Maret April Mei Juni

Hasil Penjualan 185.675.000,00 167.500.000,00 246.396.000,00 172.150.000,00 204.345.000,00 215.810.000,00

Harga Pokok:Ketan 56.250.000,00 42.750.000,00 67.500.000,00 49.500.000,00 63.000.000,00 78.300.000,00Tepung terigu 12.000.000,00 11.360.000,00 24.000.000,00 11.600.000,00 22.000.000,00 13.600.000,00Gula pasir 11.400.000,00 11.076.000,00 17.280.000,00 10.424.000,00 14.580.000,00 11.976.000,00Gula jawa 9.600.000,00 9.065.000,00 12.000.000,00 9.925.000,00 9.725.000,00 10.400.000,00Kelapa 246.000,00 225.000,00 350.000,00 210.000,00 246.000,00 265.000,00Garam 120.000,00 100.000,00 150.000,00 120.000,00 120.000,00 135.000,00Sayur-sayuran 2.700.000,00 2.100.000,00 3.500.000,00 1.500.000,00 2.250.000,00 2.150.000,00Blueband 3.600.000,00 3.115.000,00 5.200.000,00 3.200.000,00 2.975.000,00 2.995.000,00Telor 8.400.000,00 7.830.000,00 12.000.000,00 8.340.000,00 11.067.000,00 8.316.000,00Minyak goreng 18.000.000,00 16.500.000,00 19.600.000,00 11.430.000,00 18.200.000,00 16.772.000,00Upah langsung 13.500.000,00 13.500.000,00 13.500.000,00 13.500.000,00 13.500.000,00 13.500.000,00

Total Harga 135.816.000,00 117.621.000,00 175.080.000,00 119.749.000,00 157.663.000,00 158.274.000,00Pokok

Laba kotor 49.859.000,00 49.879.000,00 71.316.000,00 52.401.000,00 46.682.000,00 57.536.000,00

Biaya operasional:Kayu bakar dan gas 5.700.000,00 5.130.000,00 7.330.000,00 5.500.000,00 6.100.000,00 4.995.000,00Pulsa listrik 360.000,00 365.000,00 520.000,00 360.000,00 475.000,00 450.000,00Bensin 126.000,00 126.000,00 126.000,00 126.000,00 126.000,00 126.000,00Kotak 525.000,00 475.000,00 512.000,00 420.000,00 493.000,00 487.000,00Plastik 300.000,00 250.000,00 325.000,00 250.000,00 382.000,00 295.000,00Pulsa HP 180.000,00 180.000,00 180.000,00 180.000,00 180.000,00 180.000,00Canang 675.000,00 675.000,00 895.000,00 675.000,00 750.000,00 675.000,00Sewa los 112.500,00 112.500,00 112.500,00 112.500,00 112.500,00 112.500,00

Total Biaya 7.978.500,00 7.313.500,00 10.000.500,00 7.653.500,00 8.618.500,00 7.320.500,00Operasional

Laba/Rugi 41.880.350,00 42.565.500,00 61.315.500,00 44.747.500,00 38.063.500,00 50.215.500,00

Sumber : Kelompok Pelaku Usaha UP3HP Jempiring Blahkiuh, Abiansemal Kabupaten Badung (datadiolah peneliti)

Page 17: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

17

enam bulan yaitu dari bulan Januari, Pebruari,Maret, April, Mei, dan Juni tahun 2015 seperti padaTbael 4..

Berdasarkan data pada Tabel 4 menunjukkanbahwa hasil penjualan yang diperoleh KelompokPelaku Usaha Jempiring Blahkiuh, AbiansemalKabupaten Badung dari bulan Januari sampaidengan Juni 2015 adalah berfluktuasi. Jumlahbiaya operasional juga berfluktuasi. Sedangkanlaba yang diperoleh dari bulan Januari sampaidengan bulan Juni 2015 rata-rata meningkatsebesar 1,35%, kecuali pada bulan April terjadipenurunan, hal ini disebabkan karena pada bulanMaret saat hari raya Nyepi jumlah penjualanmeningkat sebesar 30,58%. Tetapi secarakeseluruhan laba yang diperoleh terus meningkat.

Pengukuran Kinerja Keuangan dengan RasioKeuangan

Liquidity analysis

Analisis dengan mempergunakan rasiolikuiditas adalah rasio yang digunakan untukmengukur kemampuan Kelompok Pelaku UsahaJempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung dalam memenuhi kewajiban yang segeraharus dibayar. Penilaian likuiditas dalam penelitianini diukur dengan mempergunakan analisis currentratio dan quick ratio.Hasil perhitungan rasiolikuiditas dari bulan Januari sampai dengan bulanJuni 2015 tampak pada Tabel 5.

Pada Tabel 5 nampak bahwa current ratio,

Tabel 4. Pertumbuhan Laba Rugi Komprehensif

Tahun 2015 Penjualan (Rp) % Total Biaya (Rp) % Laba (Rp) %

Jan 185.675.000,00 - 7.978.500,00 - 41.880.350,00 -Peb 167.500.000,00 (910,85) 7.313.500,00 (9,09) 42.565.500,00 1,61Maret 246.396.000,00 32,02 10.000.500,00 26,87 61.315.500,00 30,58April 172.150.000,00 (43,13) 7.653.500,00 (30,67) 44.747.500,00 (37,03)Mei 204.345.000,00 15,75 8.618.500,00 11,20 47.798.900,00 6,83Juni 215.810.000,00 5,31 7.320.500,00 (17,73) 50.215.500,00 4,81

Sumber : Kelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal Kabupaten Badung (laporan labarugi komprehensif)

Tabel 5 . Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal Kabupaten Badung Bulan Januari s/d Juni Tahun2015

Sumber: Kelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal Kabupaten Badung (hasil perhitungan)Keterengan: CR = Cash Rasio, QR = Quick rasio

Kinerja Kelompok Pelaku Usaha “Jempiring” Dari Perspektif Manajemen Keuangandi Desa Blahkiuh - Abiansemal - Badung | Ni Wayan Suryathi,dkk.

Page 18: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201518

dan quick ratio selama bulan Januari 2015 sampaidengan bulan Juni 2015 menunjukkan hasilberfluktuasi dengan rata-rata current ratio adalahsebesar 1.333,39%, quick ratio adalah sebesar1.135.32%

Bulan Januari tahun 2015

Current RatioKelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,

Abiansemal Kabupaten Badung pada bulanJanuari 2015 adalah sebesar 968,53% ini berartibahwa setiap Rp 100,00 hutang lancar dijamin olehaktiva lancar sebesar Rp 968,53. Hal inimencerminkan bahwa Kelompok Pelaku UsahaJempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung mampu menjamin hutang lancarnya yangsegera akan jatuh tempo.

Quick RatioKelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,

Abiansemal Kabupaten Badung untuk bulanJanuari 2015 adalah sebesar 828,70% artinyabahwa setiap Rp 100,00 hutang lancar dijamin olehaktiva lancar tanpa memasukkan unsurpersediaan ke dalam pelunasan hutang jangkapendek sebesar Rp 828,70. Ini menunjukkanbahwa Kelompok Pelaku Usaha JempiringBlahkiuh, Abiansemal Kabupaten Badung dalamkeadaan likuid karena berada di atas 100% yaitustandar ratio likuiditas yang secara umumdipergunakan sebagai dasar penilaian.

Bulan Pebruari tahun 2015

Perhitungan current ratio Kelompok PelakuUsaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung untuk bulan Pebruari 2015 adalah sebesar732,75% ini berarti bahwa setiap Rp 100,00 hutanglancar Kelompok Pelaku Usaha JempiringBlahkiuh, Abiansemal Kabupaten Badung dijaminoleh aktiva lancar sebesar Rp 732,75. Hal inimencerminkan bahwa Kelompok Pelaku UsahaJempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung mampu menjamin hutang lancarnya yangsegera akan jatuh tempo.

Quick Ratio yang berhasil dicapai olehKelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,Abiansemal Kabupaten Badung bulan Pebruari2015 adalah sebesar 634,97% artinya bahwasetiap Rp 100,00 hutang lancar Kelompok PelakuUsaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung dijamin oleh aktiva lancar tanpamemasukkan unsur persediaan ke dalampelunasan hutang jangka pendek sebesar Rp

634,97. Ini menunjukkan bahwa Kelompok PelakuUsaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung dalam keadaan likuid karena berada diatas 100% yaitu standar ratio likuiditas yangsecara umum dipergunakan sebagai dasarpenilaian kinerja suatu unit bisnis.

Bulan Maret tahun 2015

Current RatioKelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,

Abiansemal Kabupaten Badung untuk bulan Maret2015 adalah sebesar 2.811,07% ini berarti bahwasetiap Rp 100,00 hutang lancar dijamin oleh aktivalancar sebesar Rp 2.811,07. Hal ini mencerminkanbahwa Kelompok Pelaku Usaha JempiringBlahkiuh, Abiansemal Kabupaten Badung mampumenjamin hutang lancarnya yang segera akanjatuh tempo.

Quick RatioUntuk bulan Maret 2015 adalah sebesar

2.185,35% artinya bahwa setiap Rp 100,00 hutanglancar dijamin oleh aktiva lancar tanpamemasukkan unsur persediaan ke dalampelunasan hutang jangka pendek sebesar Rp2.185,35. Ini menunjukkan bahwa KelompokPelaku Usaha Jempiring Blahkiuh, AbiansemalKabupaten Badung dalam keadaan likuid karenaberada di atas 100% yaitu standar ratio likuiditasyang secara umum dipergunakan sebagai dasarpenilaian kinerja perusahaan.

Bulan April tahun 2015

Current RatioKelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,

Abiansemal Kabupaten Badung bulan April 2015adalah sebesar 1.333,76% ini berarti bahwa setiapRp 100,00 hutang lancar Kelompok Pelaku UsahaJempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp1.333,76. Hal ini mencerminkan bahwa KelompokPelaku Usaha Jempiring Blahkiuh, AbiansemalKabupaten Badung, mampu menjamin hutanglancarnya yang segera akan jatuh tempo.

Quick RatioKelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,

Abiansemal Kabupaten Badung bulan April 2015adalah sebesar 1.237,39% artinya bahwa setiapRp 100,00 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancartanpa memasukkan unsur persediaan ke dalampelunasan hutang jangka pendek sebesar Rp1.237,39. Ini menunjukkan bahwa Kelompok

Page 19: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

19

Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh, AbiansemalKabupaten Badung dalam keadaan likuid karenaberada di atas 100% yaitu standar ratio likuiditasyang secara umum dipergunakan sebagai dasarpenilaian.

Bulan Mei tahun 2015

Current RatioKelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,

Abiansemal Kabupaten Badung bulan Mei 2015adalah sebesar 1.259,46% ini berarti bahwa setiapRp 100,00 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancarsebesar Rp 1.259,46. Hal ini mencerminkan bahwaKelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,Abiansemal Kabupaten Badung mampu menjaminhutang lancarnya yang segera akan jatuh tempo.

Quick RatioKelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,

Abiansemal Kabupaten Badung bulan Mei 2015adalah sebesar 1.048,69% artinya bahwa setiapRp 100,00 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancartanpa memasukkan unsur persediaan ke dalampelunasan hutang jangka pendek sebesar Rp1.048,69. Ini menunjukkan bahwa KelompokPelaku Usaha Jempiring Blahkiuh, AbiansemalKabupaten Badung dalam keadaan likuid karenaberada di atas 100% yaitu standar ratio likuiditasyang secara umum dipergunakan sebagai dasarpenilaian suatu kinerja.

Bulan Juni tahun 2015

Current RatioKelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,

Abiansemal Kabupaten Badung bulan Juni 2015adalah sebesar 894,74% ini berarti bahwa setiapRp 100,00 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancarsebesar Rp 894,74. Hal ini mencerminkan bahwaKelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,Abiansemal Kabupaten Badung mampu menjaminhutang lancarnya yang segera akan jatuh tempo.

Quick RatioSebesar 876,81% artinya bahwa setiap Rp

100,00 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancartanpa memasukkan unsur persediaan ke dalampelunasan hutang jangka pendek sebesar Rp876,81. Ini menunjukkan bahwa Kelompok PelakuUsaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung dalam keadaan likuid karena beradadi atas 100% yaitu standar ratio likuiditas yang

secara umum dipergunakan sebagai dasarpenilaian.

Berdasarkan standar rasio likuiditas yangsecara umum dipergunakan baik current ratiomaupun quick ratio yang baik adalah beradadiantara 100% sampai 200%. Ini bebarti bahwa,hasil perhitungan yang diperoleh Kelompok PelakuUsaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung dari bulan Januari sampai dengan bulanJuni 2015 memberi hasil rata-rata sebesar1.333,39% untuk current ratio dan quick ratiosebesar 1.135.32%, ini berarti Kelompok PelakuUsaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung berada dalam keadaan likuid artinya aktivalancar dalam keadaan aman untuk menjaminkewajiban lancar yang segera jatuh tempo,meskipun current ratio dan quick ratio dari bulanJanuari sampai dengan bulan Juni 2015 hasilnyaberfluktuasi, tetapi masih berada di atas standarrasio likuiditas.

Profitability analysis

Rasio ini digunakan untuk mengukurkemampuan Kelompok Pelaku Usaha JempiringBlahkiuh, Abiansemal Kabupaten Badung untukmendapatkan laba dari setiap penjualan yangdilakukan. Hasil perhitungan rasio profitabilitasKelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,Abiansemal Kabupaten Badung dari bulan Januarisampai dengan bulan Juni 2015 adalah padaTabel 6.

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwarasio profit margin dan rasio Return on Invesment(ROI) dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni2015 menunjukkan hasil yang berfluktuasi denganrata-rata PM 28,38% dan ROI dengan rata-ratasebesar 65,53%. Secara terperinci masing-masinghasil perhitungan PM dan ROI diuraikan sebagaiberikut.

Bulan Januari tahun 2015

Profit MarginRasio margin laba usaha Kelompok Pelaku UsahaJempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung pada bulan Januari 2015 adalah 26,85%,artinya bahwa kemampuan Kelompok PelakuUsaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung untuk menghasilkan laba setelah bebanoperasi/beban usaha dan harga pokok penjualanadalah sebesar 26,85%.

Kinerja Kelompok Pelaku Usaha “Jempiring” Dari Perspektif Manajemen Keuangandi Desa Blahkiuh - Abiansemal - Badung | Ni Wayan Suryathi,dkk.

Page 20: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201520

Return on Investment (ROI)Return on Investment yang dihasilkan

Kelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,Abiansemal Kabupaten Badung pada bulanPebruari 2015 adalah 63,19%, artinya bahwakemampuan Kelompok Pelaku Usaha JempiringBlahkiuh, Abiansemal Kabupaten Badung dalampenggunakan aktivanya untuk memperolehkeuntungan sesuai yang diharapkan adalahsebesar 63,19%.

Bulan Pebruari tahun 2015

Profit MarginRasio margin laba usaha Kelompok Pelaku

Usaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung pada bulan Pebruari 2015 adalah 29,78%,

artinya bahwa kemampuan Kelompok PelakuUsaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung untuk menghasilkan laba setelah bebanoperasi/beban usaha dan harga pokok penjualanadalah sebesar 29,78%.

Return on Investment (ROI)Return on Investment yang dihasilkan

Kelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,Abiansemal Kabupaten Badung pada bulanPebruari 2015 adalah 67,37%, artinya bahwakemampuan Kelompok Pelaku Usaha JempiringBlahkiuh, Abiansemal Kabupaten Badung dalampenggunakan aktivanya untuk memperolehkeuntungan sesuai yang diharapkan adalahsebesar 67,37%.

Tabel 6. Perhitungan Profitability Ratio Kelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung Januari s/d bulan Juni 2015

Page 21: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

21

Bulan Maret tahun 2015

Profit MarginRasio margin laba usaha Kelompok Pelaku

Usaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung pada bulan Maret 2015 adalah 28,94%,artinya bahwa kemampuan Kelompok PelakuUsaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung untuk menghasilkan laba setelah bebanoperasi/beban usaha dan harga pokok penjualanadalah sebesar 28,94%.

Return on Investment (ROI)Return on Investment yang dihasilkan

Kelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,Abiansemal Kabupaten Badung pada bulan Maret2015 adalah 73,96%, artinya bahwa kemampuanKelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,Abiansemal Kabupaten Badung dalampenggunakan aktivanya untuk memperolehkeuntungan sesuai yang diharapkan adalahsebesar 73,96%.

Bulan April tahun 2015

Profit MarginRasio margin laba usaha Kelompok Pelaku

Usaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung pada bulan April 2015 adalah 28,94%,artinya bahwa kemampuan Kelompok PelakuUsaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung untuk menghasilkan laba setelah bebanoperasi/beban usaha dan harga pokok penjualanadalah sebesar 28,94%.

Return on Investment (ROI)Return on Investment yang dihasilkan

Kelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,Abiansemal Kabupaten Badung pada bulan April2015 adalah 70,06%, artinya bahwa kemampuanKelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,Abiansemal Kabupaten Badung dalampenggunakan aktivanya untuk memperolehkeuntungan sesuai yang diharapkan adalahsebesar 70,06%.

Bulan Mei tahun 2015

Profit MarginRasio margin laba usaha Kelompok Pelaku

Usaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung pada bulan Mei 2015 adalah 27,61%,artinya bahwa kemampuan Kelompok PelakuUsaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal Kabupaten

Badung untuk menghasilkan laba setelah bebanoperasi/beban usaha dan harga pokok penjualanadalah sebesar 27,61%.

Return on Investment (ROI)Return on Investment yang dihasilkan

Kelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,Abiansemal Kabupaten Badung pada bulan Mei2015 adalah 53,11%, artinya bahwa kemampuanKelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,Abiansemal Kabupaten Badung dalampenggunakan aktivanya untuk memperolehkeuntungan sesuai yang diharapkan adalahsebesar 53,11%.

Bulan Juni tahun 2015

Profit MarginRasio margin laba usaha Kelompok Pelaku

Usaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung pada bulan Juni 2015 adalah 26,66%,artinya bahwa kemampuan Kelompok PelakuUsaha Jempiring Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung untuk menghasilkan laba setelah bebanoperasi/beban usaha dan harga pokok penjualanadalah sebesar 26,66%.

Return on Investment (ROI)Return on Investment yang dihasilkan

Kelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,Abiansemal Kabupaten Badung pada bulan Juni2015 adalah 65,46%, artinya bahwa kemampuanKelompok Pelaku Usaha Jempiring Blahkiuh,Abiansemal Kabupaten Badung dalampenggunakan aktivanya untuk memperolehkeuntungan sesuai yang diharapkan adalahsebesar 65,46%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pada hasil pembahasan dapatdisimpulkan bahwa kinerja kelompok pelaku usaha“Jempiring” Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung dari perspektif manajemen keuangan yaitudilihat dari rasio likuiditas dari bulan Januari sampaidengan bulan Juni tahun 2015 kelompok pelakuusaha “Jempiring” Blahkiuh, AbiansemalKabupaten Badung memiliki kemampuanmembayar hutang yang sangat tinggi di atas 100%yaitu diatas standar rasio likuiditas baik daricurrent ratio maupun dari quick ratio. Bahkan dibulan Maret 2015 pada saat ada upacarakeagamaan yaitu hari raya Nyepi kemampuan

Kinerja Kelompok Pelaku Usaha “Jempiring” Dari Perspektif Manajemen Keuangandi Desa Blahkiuh - Abiansemal - Badung | Ni Wayan Suryathi,dkk.

Page 22: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201522

membayar hutang jangka pendek sampaimencapai di atas 2.000%. Ini menunjukkan bahwakelompok pelaku usaha ini sangat likuid.Selanjutnya dilihat dari rasio profitabilitas daribulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2015menunjukkan bahwa kelompok pelaku usaha“Jempiring” Blahkiuh, Abiansemal KabupatenBadung memiliki rata-rata kemampuan dalammemperoleh keuntungan dari Profit Margin sebesar28,38% dan Return On Investment sebesar65,53%.

Berdasarkan hasil kesimpulan dari kinerjakelompok pelaku usaha “Jempiring” Blahkiuh,Abiansemal Kabupaten Badung, dapat disarankankepada kelompok pelaku usaha “Jempiring”Blahkiuh, Abiansemal Kabupaten Badunghendaknya segera menyesuaikan laporanpertanggungjawaban keuangannya kepadapemerintah Kabupaten Badung, sehingga sesuaidengan peruntukan modal yang telah diberikan.Kelompok pelaku usaha “Jempiring” Blahkiuh,Abiansemal Kabupaten Badung hendaknya tetapmampu mempertahankan kualitas produkolahannya sehingga penjualan terus dapatditingkatkan, yang berdampak pada peningkatankeuntungan, agar kemampuannya membayarhutang akan terus dapat ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ari, F., Djoko K.A., Wahib M. 2014. AnalisisTingkat Kinerja Kelompok Tani SertaHubungannya Dengan Tingkat KetahananPangan Rumah Tangga Petani (Studi Kasusdi Kecamatan Rasanae Timur Kota Bima).AGRISE Volume XIV No. 2 Bulan Mei 2014ISSN: 1412-1425. Malang: ProgramPascasarjana Fakultas Pertanian, UniversitasBrawijaya.

Aulia dan Dharmawan, 2010. Kearifan Lokal DalamPengelolaan Sumberdaya Air di KampungKuta Local Wisdom of Water ResourceManagement in Kampung Kuta. Bogor:Sodality Jurnal Transdisiplin Sosiologi,Komunikasi, dan Ekologi Manusia | Desember2010. hlm. 345-355. ISSN 1978-4333, Vol.04, No. 03. Departemen Sains Komunikasidan Pengembangan Masyarakat. FakultasEkologi Manusia IPB.

Azis, S. 2009. Analisis Kinerja KeuanganBerdasarkan Rasio Profitabilitas PadaPerusahaan Pabrik Roti Tony Bakery Pare-Pare. Makasar: Jurnal Ekonomi BalanceFekon Unismuh Makasar.

Bungin, H. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Dirjen Bina Pengolahan dan Pemasaran HasilPertanian, 2005. Pedoman PengembanganAgroindustri Pedesaan. Jakarta: DepartemenPertanian.

Hermanto dan Swastika, 2011. PenguatanKelompok Tani : Langkah Awal PeningkatanKesejahteraan Petani. Bogor: Pusat SosialEkonomi dan Kebijakan Pertanian. Volume 9No 4. 4 Desember 2011.371-390 (http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ ART9-4e.pdf).

Lina, L., Sudjana, N., Endang W. N. P. 2013.Analisis Kinerja Keuangan Perusahaandengan Menggunakan Metode EconomicValue Added (Eva) dan Metode Market ValueAdded (MVA) (Studi pada PT Japfa ComfeedIndonesia Tbk. dan PT Charoen PokphandIndonesia Tbk. di BEI Periode 2009-2011).Malang: Fakultas IlmuAdministrasiUniversitas Brawijaya.

Martua, 2013. Analisis Kinerja Sosial danKeuangan Lembaga Keuangan Mikro PUAPdi Desa Pandau Jaya Kecamatan Siak HuluKabupaten Kampar. Riau: Fakultas PertanianUniversitas Riau.

Pribadiono. 2005. Materi Kuliah Analisis SWOTuntuk Mengetahui Strategi Pemasaran diUniversitas Bhayangkara Surabaya.Surabaya: Universitas Bhayangkara.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian.Cetakan Keduabelas. Bandung: Alfabeta.http://asiabusinesscentre. blogspot.com/2012/07/ teknik-pengambilan-sampel.

Widodo. 2008. Memberdayakan Kelompok Tanidalam Perspektif Peran Ketua Kelompok(KK) (serial online) diakses 26 April 2014.http://kultivar. blogspot.com /2008/ 02/memberdayakan -kelompok- tani - dalam.Html.

Page 23: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

23

PENDAPATAN USAHATANI TOMAT DI DESA ANTAPAN,KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN

Jemmy Rinaldi 1,Suharyanto 2,dan I Made Rai Yasa3

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar-Selatan, Bali, 80222

E-mail: [email protected]

Submitted date: 15 Juni 2015 Approved date: 22 Juni 2015

ABSTRACT

Tomato Farming Income In The Village Antapan, Baturiti, Tabanan District

Tomatoes are horticultural commodities that are important in people’s lives and is a commodity that isconsumed every day. But on the other hand the price of tomatoes is very volatile farm level. The purpose ofthis study are: (1) determine how much revenue and feasibility of farming tomatoes at farm level, and (2)know how big the break-even point of production and the price of tomatoes at the farmer level. This study wasconducted by PRA in Antapan Village, Baturiti, Tabanan by interviewing 30 farmers. Methods of data analysiswith partial budget analysis to determine income eligibility and the break-even point of production andprices. The results show that the tomato farm in the village Antapan the planting area of 10 are able to earnan income of Rp. 4,862,163, - and worth the effort. While the break-even point of production is equal to2379.06 kilograms per 10 acres and a breakeven price of Rp. 1784.30 per kilogram

Key words: Income, farm tomatoes, breakeven

ABSTRAK

Tomat merupakan komoditas hortikultura yang penting dalam kehidupan masyarakat dan merupakankomoditas yang dikonsumsi setiap hari. Tetapi disisi lain harga tomat ditingkat petani sangat fluktuatif.Tujuan dari kajian ini adalah: (1) mengetahui seberapa besar pendapatan dan kelayakan usahatani tomatdi tingkat petani, dan (2) mengetahui seberapa besar titik impas produksi dan harga tomat di tingkat petani.Kajian ini dilakukan dengan metode PRA di Desa Antapan, Baturiti, Tabanan dengan mewawancara 30orang petani. Metode analisis data dengan analisis anggaran parsial untuk mengetahui pendapatan,kelayakan serta titik impas produksi dan harga. Hasil kajian menunjukkan bahwa usahatani tomat di DesaAntapan dengan luas areal tanam sebesar 10 are mampu memperoleh pendapatan sebesar Rp. 4.862.163,-dan layak untuk diusahakan. Sedangkan titik impas produksi yaitu sebesar 2.379,06 kilogram per 10 aredan titik impas harga Rp. 1.784,30 per kilogram.

Kata kunci : Pendapatan, usahatani tomat, titik impas

PENDAHULUAN

Dibandingkan sektor-sektor lainnya, sektorpertanian dianggap sektor yang lentur dalammenghadapi krisis moneter dan ekonomi, karenaselain merupakan sumber mata pencahariansebagian besar masyarakat, ternyata jugamampu meningkatkan kapasitas penyerapantenaga kerja. Hal ini dibuktikan bahwa usaha yangberbasis pada sumberdaya domestik masihmenunjukkan keunggulannya dalammenghadapi krisis ekonomi dibandingkan usaha

yang berbasis sumberdaya impor (G. Kartono dkk,2004).

Komoditas hortikultura merupakan komoditaspotensial yang mempunyai nilai ekonomi danpermintaan pasar yang tinggi. Kontribusi subsektor hortikultura terhadap pembangunan sektorpertanian dari tahun ke tahun cenderung meningkatyang ditandai dengan peningkatan beberapaindikator makro seperti produk domestik bruto(PDB), volume ekspor, penyerapan tenaga kerjadan nilai tukar petani (NTP) (Badan LitbangPertanian, 2012).

Pendapatan Usahatani Tomat di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti,Kabupaten Tabanan | Jemmy Rinaldi,dkk.

Page 24: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201524

Komoditas hortikultura mempunyaikedudukan yang sangat penting dalam kehidupanmasyarakat, peranannya sebagai sumber gizi.Komoditas Horitikultura merupakan komoditasyang dikonsumsi setiap hari, sehingga perlu untukdikembangkan. Perlu dikembangkannyakomoditas-komoditas Hortikultura karenakomoditas ini memiliki nilai Ekonomis yang tinggiseperti halnya pada tomat. Tomat dapatdikonsumsi dalam bentuk Sambal Tomat dan JusTomat. Melihat nilai Ekonomis dari Tomat, makaapabila dikembangkan dalam suatu sistemusahatani yang komersial dapat meningkatkanpendapatan petani.

Tomat merupakan salah satu komoditashortikultura dari kelompok jenis sayuran buahtahunan yang dapat di tanam ditanah dataranrendah atau dataran tinggi. Buah ini merupakansumber vitamin A dan C (Patricia, 2001). DiIndonesia buah tomat sangat digemari, karenarasanya enak, baik untuk dimakan segar, dibuatsalad maupun untuk bumbu masak, bahkantanaman ini mengandung vitamin C, vitamin A(karoten) dan mineral. Konsumsi tomat segar danolahan meningkat terus seiring dengan kebutuhanmanusia pada gizi yang seimbang. Tetapi disisilain harga tomat ditingkat petani sangat fluktuatif,bahkan cenderung menurun yang menyebabkanpetani merasa rugi jika mengusahakan komoditastomat. Oleh karena itu, tujuan dari kajian ini adalah:(1) mengetahui seberapa besar pendapatan dankelayakan usahatani tomat di tingkat petani, dan(2) mengetahui seberapa besar titik impas produksidan harga tomat di tingkat petani.

METODE PENELITIAN

Kajian dilakukan di Desa Antapan, KecamatanBaturiti, Kabupaten Tabanan dengan pendekatanParticipatory Rural Appraisal (PRA). Suatupengertian prinsip dari PRA menurut Leeuwis(2000), adalah pemberdayaan masyarakat(community empowerment), dengan melibatkanmasyarakat untuk berpartisipasi dalam prosesperencanaan (process of planning), pengambilankeputusan (decision making) dan pembelajaransosial (social learning).

Kajian ini dilakukan pada tahun 2015 denganmewawancara 30 responden petani mengenaiusahatani tomat yang diusahakan. Adapun analisispendapatan digunakan rumus (Downey danErickson, 1985 dan Suratiyah, 1997) :

I = Σ (y . Py ) - Σ (Xi . Pxi )Keterangan :I = Pendapatan (Rp/ha)Y = Output/hasil (kg)Pxi = Harga input (Rp)Py = Harga output (Rp)Xi = Jumlah input (i = 1,2,3….n)

Data dianalisis menggunakan tabulasi silangdan statistik sederhana. Analisis dilakukan denganmenggunakan analisis anggaran parsial. Indikatoranalisis yang dipakai adalah R/C ratio (Return CostRatio). Soekartawi (1995) menyebutkan bahwa R/C ratio adalah perbandingan (nisbah) antarapenerimaan dan biaya. Secara matematik, hal inidapat dituliskan sebagai berikut :

Ra =

CR = Py.YC = FC + VCa = {(Py.Y) / (FC +VC)}

Keterangan:R = PenerimaanC = BiayaPy = Harga outputY = OutputFC = Biaya tetap (fixed cost)VC = Biaya tidak tetap (variabel cost)Jika a > 1 maka dikatakan layak,

a < 1 maka dikatakan tidak layak dana = 1 maka dikatakan impas (tidak untung

maupun merugi)Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar

titik impas harga dan produksi komoditas tomatyang diusahakan petani, secara matematik dapatdituliskan:

BEP/Titik Impas Produksi TC

BEPY = P

Keterangan:BEP Y = Titik Impas Produksi (kg)TC = Total Biaya (Rp)P = Harga (Rp)

Nilai BEP Produksi ≥ produksi yang diterima petanimaka usaha tersebut tidak layak.Nilai BEP produksi < produksi yang diterima petanimaka usaha tersebut layak.

Page 25: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

25

BEP/Titik Impas HargaTC

BEP P = Y

Keterangan:BEP P = Titik Impas Harga (Rp/kg)TC = Total Biaya (Rp)Y = Produksi (kg)

Nilai BEP harga ≥ harga jual yang diterima petanimaka usaha tersebut tidak layak.Nilai BEP harga < harga jual yang diterima petanimaka usaha tersebut layak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendap atan dan Kelayakan Usahat ani Tomat

Berdasarkan hasil PRA, rata-rata petanimelakukan usahatani tomat dengan luas arealtanam sebesar 10 are. Sebagian besar petanimenggunakan benih tomat varitas mata yang dibeliuntuk berusahatani tomat. Penggunaan benihtomat rata-rata menghabiskan 10 gram atau 1sacet untuk luas lahan 10 are. Penggunaan inputsarana produksi dalam berusahatani tomat selainbenih juga digunakan pupuk kandang, pupuk kimia,

Tabel 1. Pendapatan Usahatani Tomat di Desa Antapan Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan denganluas areal tanam rata-rata 10 Are Tahun 2014

No Uraian Jumlah Satuan Harga Satuan Total Nilai(Rp) (Rp)

I. Biaya Sarana Produksi 1. Benih (Mata) 10gr/sacet 1 sacet 110.000 110.0002. Pupuk Kandang: - Ayam 1 engkel 500.000 500.000 - Sapi 1 carry 125.000 125.0003. Pupuk Kimia: - NPK 25 kg 10.000 250.000 - Kapur (dolomit) 1 zak 20.000 20.0004. Obat-obatan: - Kabrio Top (fungisida) 2 sacet 95.000 190.000 - Serfa (Insektisida) 2 botol 30.000 60.000 - Dursban (insektisida) 1 botol 45.000 45.000 - Lisotin (pencegah lalat) 3 botol 40.000 120.000 - Biourine (12x 1,5 liter) 18 liter 3.000 54.0005. Bahan: - Ajir 2.000 batang 700 1.400.000 - Tali 4 kg 19.000 76.000 - Mulsa Plastik 1 roll 650.000 650.000

Total Biaya Sarana Produksi 3.600.000

II. Biaya Tenaga Kerja 1. Pengolahan Tanah + pasang mulsa + 1 roll 800.000 800.000

pupuk dasar2. Semai (1 org x 15 menit) 0,03 HOK 70.000 2.1883. Ngoker (1 org x 8 jam) 1 HOK 50.000 50.0004. Tanam (2 org x 4 jam) 1 HOK 60.000 60.0005. Penyemprotan (12 x 1 org x 1 jam) 1.5 HOK 70.000 105.0006. Pemupukan Ngocor (4 x 1 org x 4 jam) 2 HOK 50.000 100.0007. Pemupukan Biasa (2 x 2org x 1 jam) 0,5 HOK 70.000 35.0008. Pasang Ajir (1 org x 8 jam 1,5 hari) 1,5 HOK 70.000 105.0009. Pasang Tali (4 x 2 org x 8 jam ) 8 HOK 60.000 480.00010. Panen (10x 3 org x 8 jam) 30 HOK 60.000 1.800.000

Total Biaya Tenaga Kerja 3.537.188

III. Total Biaya Usahatani 7.137.188

IV. Produksi/Penerimaan 4.000 kg 3.000 12.000.000

V. Pendapatan Usahatani 4.862.813

VI. R/C ratio 1,68

Pendapatan Usahatani Tomat di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti,Kabupaten Tabanan | Jemmy Rinaldi,dkk.

Page 26: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201526

obat-obatan dan bahan sarana produksi lainnya.penggunaan pupuk kandang dalam usahatanitomat digunakan pupuk dari kotoran ayam dansapi. Sedangkan penggunaan pupuk kimia adalahNPK serta kapur (dolomit) dan begitu juga obat-obatan sangat beragam.

Total biaya usahatani tomat yaitu sebesar Rp.7.137.188,- terdiri dari biaya sarana produksisebesar Rp. 3.600.000,- dan biaya tenaga kerjasebesar Rp. 3.537.188,-. Besarnya biayausahatani tomat disebabkan karena besarnyabiaya sarana produksi dan tenaga kerja. Jika biayadihitung secara nyata yang dikeluarkan petani,maka total biaya hanya mencapai Rp. 6.337.188,-yaitu seluruh biaya sarana produksi dan biayatenaga kerja pengolahan tanah, pasang mulsa danpemupukan dasar yang dilakukan secaraborongan. Sedangkan biaya lainnya yang tidakdikeluarkan oleh petani yaitu biaya tenaga kerjadari semai sampai dengan panen yang seluruhnyadilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga. Halini dapat dikatakan bahwa tenaga kerja dalamkeluarga dapat meminimalisir biaya usahatanitomat. Talumingan (2011) dan Zubaidi dan Astutik(2010), menyatakan bahwa hasil penelitiannyamengenai tomat juga menunjukkan bahwa tenagakerja merupakan biaya terbesar. hal inimenunjukkan bahwa peran tenaga kerja keluargasangat diperlukan dalam berusahatani tomat, agardapat meminimalisir biaya.

Produksi tomat yang diusahakan petani diDesa Antapan sebagian besar dijual secara kiloan.Rata-rata produksi tomat yang diusahakan denganluas areal tanam 10 are menghasilkan sebanyak4.000 kilogram dengan harga rata-rata Rp. 3.000per kilogram. Berdasarkan hasil rata-rata produksitersebut penerimaan usahatani tomat yangdiusahakan petani di Desa Antapan, KecamatanBaturiti, Tabanan yaitu sebesar Rp. 12.000.000,-.Pendapatan dari usahatani tomat dengan luas arealtanam rata-rata sebesar 10 are diperolehpendapatan sebesar Rp. 7.137.188,- dengan nilaiR/C ratio 1,68. Artinya setiap seribu rupiah yangdikeluarkan dalam berusahatani tomat, makaakan menghasilkan sebesar seribu enam ratusdelapan puluh rupiah atau memperoleh keuntungansebesar enam ratus delapan puluh rupiah.

Titik Imp as Produksi dan Harga T omat

Titik impas produksi dan harga seringkalidiabaikan petani dalam berusahatani. Padahal

kedua hal tersebut sangat berpengaruh terhadapuntung ruginya suatu usahatani. Berdasarkananalisa pendapatan usahatani tomat di DesaAntapan, Baturiti, Tabanan menunjukkan bahwaproduksi tomat yang dihasilkan petani dan hargatomat yang diterima petani masih diatas titik impasproduksi dan harga, yang ditunjukkan dari nilaipendapatan yang positif. Produksi tomat, hargatomat per kilogram dan titik impas produksi danharga tomat dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Titik Impas Harga dan Produksi Tomat diDesa Antapan, Kecamatan Baturiti,Kabupaten Tabanan

No Uraian Jumlah

1. Total Biaya Usahatani (Rp) 7.137.188,002. Produksi (Kg) 4.000,003. Harga Produk/kg 3.000,004. Titik Impas/BEP Produksi (Kg) 2.379,065. Titik Impas/BEP Harga (Rp/kg) 1.784,30

Berdasarkan Tabel 2, titik impas produksiyang dihasilkan dari usahatani tomat yangdiusahakan petani di Desa Antapan yaitu sebesar2.379,06. Artinya untuk usahatani tomat denganluas areal tanam 10 are agar tidak mengalamikerugian, maka petani harus memproduksiminimal 2.379,06 kg. sedangkan titik imas hargadiperoleh sebesar 1.784,30. Artinya agar petanitidak mengalami kerugian dalam berusahatanitomat, petani harus menjual produksi tomat yangdihasilkan minimal dengan harga Rp. 1.784,30/kg. Oleh karena itu untuk mengurangi kerugianpetani dalam berusahatani tomat, maka petaniharus berproduksi dan menjual hasil produksitomatnya lebih besar dari titik impas produksidan harga yang dihasilkan.

KESIMPULAN

Usahatani tomat yang diusahakan petani diDesa Antapan dengan rata-rata luas areal tanamsebesar 10 are mampu memperoleh pendapatansebesar Rp. 4.862.813,- per musim tanam danlayak untuk diusahakan.Titik impas produksi tomatdengan luas areal 10 are yaitu sebesar 2.379,06kg. Sedangkan titik impas harga tomat yaitusebesar Rp. 1.784,30/kg. Hasil produksi tomatnyalebih besar dari titik impas produksi dan hargayang dihasilkan.

Page 27: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

27

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2012. Panduan UmumProgram Dukungan Pengembangan KawasanAgribisnis Hortikultura (PDPKAH). BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian,Kementerian Pertanian.

Downey, W.D. dan S.P. Erickson. 1985.Manajemen Agribisnis. Dialihbahasakan olehRochidayat, Gonda S dan Alfonsus. PenerbitErlangga. Jakarta. 516 hal.

Kartono, G. Suyamto, F. Kasijadi, R. Hardianto,B. Irianto dan Z. Arifin. 2004. ProsidingSeminar Prospek Sub Sektor PertanianMenghadapi Era AFTA Tahun 2003. PusatPenelitian dan Pengembangan SosialEkonomi Pertanian. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian.

Patricia, M.S. 2001. Analisa PendapatanUsahatani Tomat Apel di Desa Kunyangan,Kecamatan Tombatu. Skripsi FakultasPertanian Unsrat. Manado.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. PenerbitUniversitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Suratiyah, K. 1997. Analisis Usahatani. JurusanSosial Ekonomi Pertanian. Fakultas PertanianUniversitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Talumingan, C., R. Kaunang, dan R. Habaludin.2011. Analisa Pendapatan Usahatani Tomatdi Desa Tonsewar, Kecamatan Tompaso,Kabupaten Minahasa. Jurnal ASE. Volume 7No. 3, September 2011: 43-51.

Zubaidi, A. dan Astutik. 2010. Analisis Pendapatandan Peranan Wanita dalam Usahatani TomatLahan Kering di Kabupaten Gresik. JurnalBuana Sains Vo. 10 No. 2: 139-146, 2010.

Pendapatan Usahatani Tomat di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti,Kabupaten Tabanan | Jemmy Rinaldi,dkk.

Page 28: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201528

PERAN SEKTOR PERTANIAN DAN SEKT OR NON PERTANIAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH

(Studi Kasus di Subak Guama)

Nyoman Ngurah Arya 1 dan Nyoman Yudiarini 2

1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali, 8022

2 Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati DenpasarE-mail: [email protected]

Submitted date: 15 Juni 2015 Approved date: 23 Juni 2015

ABSTRACT

Contribution Of Agricultural Contribution Of Agricultural Sector And Non agricultural SectorTo Total Income Famers Household Rice Farming

Mastery narrow rice fields can not longer be relied upon as the sole source of income for farm households.That condition requires that the farmers and the labor force held perform activities outside the agriculturalsector in order to meet the needs of the household. This research was conducted in Subak Guama whichaims to analyze the contribution of rice farming income, agriculture and non-agricultural sectors of the totalincome of farm households. The analysis showed that rice farming contributes the highest among thevarious productive activities by the farmers and their families. Judging from sectoral aspects, income fromnon-agricultural sector provide a greater contribution to the total income of farm households than theagricultural sector.

Key words : Contibutions, rice farming, agricultural sector, non-agricultural sector, farmers household income

ABSTRAK

Luas sawah yang sempit tidak lagi dapat diandalkan sebagai satu-satunya sumber pendapatan bagirumah tangga petani. Kondisi tersebut mengharuskan petani dan angkatan kerja yang dimiliki melakukanaktivitas-aktivitas di luar sektor pertanian sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.Penelitian ini dilakukan di Subak Guama yang bertujuan untuk menganalisis kontribusi pendapatandariusahatani padi, pendapatan dari sektor pertanian dan non pertanian terhadap total pendapatan rumahtangga petani. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani padi memberikan kontribusi yang palingtinggi di antara berbagai aktivitas produktif yang dilakukan petani beserta keluarganya.Ditinjau dari aspeksektoral, pendapatan dari sektor non pertanian memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap totalpendapatan rumah tangga petani daripada sektor pertanian.

Kata kunci : Kontribusi, usahatani padi,sektor pertanian, sektor non pertanian, pendapatan rumah tanggapetani

PENDAHULUAN

Kabupaten Tabanan merupakan daerahpenghasil beras tertinggi di Bali, karena memilikiluas lahan sawah yang terluas dan sebagian besarpenduduknya masih menggantungkanpenghidupannya dari usahatani padi sawah.Namun, seiring dengan pertambahan jumlahpenduduk, perkembangan sektor pariwisata, danadanya sistem bagi waris telah berdampak yang

cukup besar terhadap semakin sempitnyapenguasaan luas garapan setiap petani.Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwasetiap petani di Bali memiliki luas garapan lahansawahsekitar 0,30 hektar. Luas garapan sawahyang semakin menyempit berbanding lurusdengan semakin rendahnya pendapatan yangditerima dari usahatani sawah.Hal inimengindikasikan bahwa aktivitas usahatani sawahtidak dapat lagi diandalkan sebagai satu-satunya

Page 29: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

29

sumber pendapatanbagi rumah tanggapetani.Kondisi tersebutmengharuskan petani danangkatan kerja yang dimiliki melakukan aktivitas-aktivitas di luar sektor pertanian sebagai upayauntuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.Secara teoritis, pendapatan rumah tangga petanimengukur imbalan yang diperoleh keluarga petanidari penggunaan faktor-faktor produksi,pengelolaan, dan modal milik sendiri ataumodalpinjaman yang diinvestasikan ke dalamusahatanidan atau kegiatan di luar usahatani(Soekartawietal., 1986). Pendapatan rumah tangga berasal daridua sektor utama, yakni pertanian (farm) danbukan pertanian (non farm). Pendapatan daripertanian bersumber dari usahatani (on farm) danluar usahatani (off farm) (Hendayana danTogatorop, 2006). Banyak kasus dijumpai bahwapendapatan dari luar sektor pertanian memilikikontribusi yang besar terhadap total pendapatanrumah tangga petani (Nurmanaf, 2003)..Pendapatan rumah tangga, dalam hal ini rumahtangga petani, sangat bergantung pada sifatpetani, keterampilan yang dimiliki, penguasaanaset-aset produktif, dan aksesibilitas terhadappermodalan dari angkatan kerja yang ada padasetiap rumah tangga petani. Penelitian inibertujuan untuk menganalisis kontribusipendapatan usahatani padi, pendapatan darisektor pertanian dan non pertanian terhadap totalpendapatan rumah tangga petani di Subak Guama.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Subak Guama yangberlkasi di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan,pada tahun 2014.Lokasi penelitian ditentukansecara sengaja (purposive sampling) denganpertimbangan bahwa Subak Guama dianggap telahmampu menerapkan sistem agribisnis.

Jenis data yang diambil meliputi data primerdan skunder.Data primer diperoleh dari petanianggota Subak Guama melalui wawancaralangsung menggunakan daftar pertanyaanterstruktur (kuesioner) yang telah dipersiapkansebelumnya.Sedangkan data skunder diperolehdari instansi/lembaga melalui laporan-laporan,hasil-hasil penelitian, dan bentuk informasi lainnyayang terkait dengan penelitian ini. Data yangdiambi adalah data pada tahun 2013, yangmencakup: karakteristik petani, luas dan statuspenguasaan lahan usahatani, jenis dan jumlahfaktor produksi, biaya produksi, jumlah produksiusahatani yang diperoleh, penerimaan danpendapatan usahatani, sumber-sumber

pendapatan rumah tangga petani, total pendapatanrumah tangga petani, dan data lain yang relevandengan penelitian ini. Sebagai populasi dalampenelitian ini adalah seluruh anggota SubakGuama, yang berjumlah 614 orang.Jumlahsampelditetapkan menggunakan rumus Slovin,sebagai berikut:

Nn =

(1+Ná2)

614 =

(1+ 614 x 0,12) = 86 orang

Keterangan:n = Jumlah sampel;N = Jumlah populasi; daná = Taraf signifikansi 10%.Untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatanipadi dilakukan dengan menghitung selisih antarajumlah penerimaan dengan jumlah biaya dalamberusahatani (Soekartawi, 1995), yang secaramatematis dirumuskan sebagai berikut:I = R - C = P.Q – (FC + VC)Keterangan:I = Pendapatan/keuntungan; P = harga per

satuan produksi padi ;Q = Jumlah produksi padi; FC= biaya tetap; dan

VC = biaya variabel.Analisis kontribusi setiap pendapatan yang

diterima petani beserta keluarganya terhadap totalpendapatan rumah tangganya, secara matematisdirumuskan sebagai berikut:

PdiKont

i (%) = x 100 %

TPdKeterangan :Kont

i = Kontribusi pendapatan dari usahatani i

Pdi = Pendapatan dari usahatani ke iTPd = Total pendapatan keluarga

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Petani Sampel

Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa,umur petani sampel rata-rata 55,59 tahun, berkisarantara 36 – 80 tahun. Berdasarkan umjur rata-ratapetani diketahui bahwa petani sampel hampirmenginjak usia yang tidak produktif. Jumlah petaniyang berusia produktif dan tidak produktif sama,

Peran Sektor Pertanian dan Sektor Non Pertanian terhadap Total PendapatanRumah Tangga Petani Padi Sawah | Nyoman Ngurah Arya,dkk.

Page 30: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201530

yaitu masing-masing berjumlah 43 orang(50%).Faktor umur dapat berpengaruh terhadapkinerja dan tingkat produktivitas seseorang, karenafaktor umur pada uumnya terkait dengankemampuan berpikir dan fisik.Petani yang beradapada usia produktif biasanya akan bekerja lebihefisien, produktivitasya relatif tinggi, dankemampuan bekerjanya akan meningkat sampaimencapai batas umur tertentu, sebaliknya petaniyang berada pada usia tidak produktif cenderungmemiliki kinerja dan produktivitas yang relatifrendah.

Tingkat pendidikan sering dipakai sebagaisalah satu indikator untuk mengukur kompetensiseseorang dalam melakukan sesuatu. Pendidikanmempunyai peranan penting bagi petani dalammengelola usahataninya, karena berhubungan eratdengan tingkat kemampuan dan keterampilandalam penyerapan informasi dan penerapanteknologi usahatani. Semakin tinggi tingkatpendidikan petani, pada umumnya semakin baikpula kemampuan berpikir, mengadopsi teknologimaupun keterampilannya dalam mengelolausahataninya. Berdasarkan tingkat pendidikan,diketahui bahwa sebanyak 58 orang petani(67,44%) tamat SD, sembilan orang(10,47%)tamat SLTP, 18 orang (20,93%) tamatSLTA, dan satu orang (1,16%) tamat perguruantinggi (S-1).Data tersebut mengindikasikan bahwakualitas SDMyang ada relatif rendah, karenasebagian besar berpendidikan dasar.Kondisi inidapat berdampak kurang baik dalam menyerapinformasi dan menerapkan teknologi usahataniyang yang ada secara tepat dan benar.

Luas lahan garapan dan status penguasaanyadapat mempengaruhi perilaku petani dalammengelola usahataninya. Sebagai sumberpenghidupan bagi petani, luas garapan memilikiarti yang sangat penting karena berpengaruhterhadap jumlah produksi usahatani dan tingkatpendapatan mereka. Luas lahan garapan petanisampel rata-rata 0,40 hektar. Dapat disimpulkanbahwa lahan usahatani yang dikelola petanisampel relatif sempit, sehingga pendapatanusahatani padi kemungkinan belum dapatmemenuhi seluruh kebutuhan rumah tanggapetani. Berdasarkan status penguasaan lahangarapan, terdapat 61 orang (70,93%) sebagaipetani pemilik, 10 orang (11,63%) sebagai petanipenggarap, dan 15 orang (17,44%) sebagai petanipemilik dan penggarap. Status peguasaan lahangarapan akan dapat mempengaruhi pengambilankeputusan dalam menjalankan kegiatanusahatani. Selain itu, juga dapat mempengaruhitingkat pendapatan petani. Bagi petani penggarap

cenderung sulit mengambil keputusan, karenapada umumnya mereka bergantung dan mengikutikeputusan yang diambil pemilik lahan.

Mata pencaharian petani dibedakan menjadidua, yakni mata pencaharian pokok dansampingan.Berdasarkan mata pencaharian pokok,diketahui bahwa75 orang (87,21%) sebagai petani,tiga orang (3,49%) sebagai peternak babi, satuorang (1,16%) sebagai PNS, tiga orang (3,49%)sebagai karyawan swasta, tiga orang (3,49%)sebagai tukang bangunan, dan satu orang(1,16%() sebagai tukang ukir.Petani respondenyang mata pencaharian pokoknya selain petani(11 orang), menjadikan petani sebagai pekerjaansampingan. Responden yang bermata pencaharianpokok sebagai petani, untuk meningkatkanpendapatan rumahtangganya, mereka dananggtota keluarganya juga bekerja sebagaipeternak sapi, peternak babi, buruh bangunan,buruh tani, berdagang, tukang ukir, membuat kue/jajan, dll.

Data jumlah tanggungan keluargamenunjukkan bahwa setiap rumah tangga petaniterdiri atas lima orang anggota keluarga , tigaorang merupakan angkatan kerja (berusiaproduktif) dan dua orang berusia tidak produktif.Jadi, nisbah ketergantungannya (BorderDependency Ratio, BDR) sebesar 66,67%,merupakan nisbah yang relatif tinggi. Nisbahtersebut bermakna bahwa setiap 100 pendudukproduktif menanggung hampir67 orang pendudukyang tidak produktif. Kondisi ini juga telahmemotivasi petani dan angkatan kerjanyaberusaha mencari pekerjaan lain agar dapatmemenuhi seluruh kebutuhan rumah tangganya.

Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi

Subak Guama secara umum memiliki indekspertanaman (IP) padi rata-rata sebesar 2,5, yaitudua kali pada musim penghujan (MH) dan satukali pada musim kemarau (MK). Dalam satu tahunterjadi panen sebanyak dua kali (MH kedua danMK), sedangkan panen padi pada MH pertamadilakukan pada awal tahun berikutnya. Luaspenguasaan lahan setiap petani rata-rata 0,40hektar, namun luas tanam yang ada pada MH IIadalah 0,32 hektar setiap petani dan luas tanampada MK rata-rata 0,33 hektar. Terdapat lahanyang bera pada MH II seluas 0,08 hektar dan padaMKseluas 0,07 hektar pada setiap lahan garapanpetani. Produksi padi yang diperoleh setiap petanidalam dua kali musim tanam pada tahun 2013rata-rata sebesar 4,09 ton per luas tanam atau

Page 31: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

31

sekitar 12,65 ton per hektar. Harga gabah keringpanen yang diterima petani berkisar antara Rp3.500,00 sampai dengan Rp 3.800/kg. Jumlahpendapatan dari usahatani padi yang diterimasetiap petani pada tahun 2013 rata-rata Rp 10,63juta.

Struktur Pendap atan Rumah T angga Pet ani

Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwapendapatan rumah tanggapetani di Subak Guamaselain dari usahatani (on farm), juga bersumberdari berbagai aktivitas yangdilakukannya baik padaoff farm dan non farm,, meliputi buruh tani, PNS/TNI/POLRI, karyawan swasta, usaha dagang,tukang dan buruh bangunan, usaha industri rumahtangga, dan berbagai aktivitas produktif lainnya(Tabel 1).Senada dengan Nurmanaf (2003) bahwapendapatan rumah tangga di pedesaan umumnyaberasal dari berbagaisumber, yang berbeda antarrumah tangga,bergantung pada kesempatanbekerja danberusaha dari masing-masingangkatan kerja yang ada.

Tabel 1 menunjukkan bahwa, usahatani padimasih tetap merupakan sumber penghasilanutama bagi sebagian besar petani di SubakGuama, yang ditunjukkan oleh kontribusinya yangpaling besar (19,43%) di antara sumber-sumberpendapatan lainnya. Kontribusi pendapatan

sebagai buruh bangunan beradapada posisi kedua,yaitu sebesar 14,63%, sedangkan usahatanitegalan memberikan kontribusi yang palingkecil,yaitu sebesar 1,40%. Sebagian besar petani dananggota keluarganya, terutama yang berusiaproduktif dalam memanfaatkan waktu luangnyabekerja pada sektor informal, di antaranya sebagaiburuh bangunan. Bagi mereka, buruh bangunantidak membutuhkan tingkat pendidikanyang tinggidan keterampilan yang khusus.Pembangunanperumahan dan sarana pendukung sektorpariwisata yangn cukup pesat, sebagai dampakdari pertambahan jumlah penduduk danperkembangan sektor pariwisata telah mampumenarik tenaga kerja dari perdesaan untukmenambah penghasilannya.

Apabila struktur pendapatan rumah tanggapetani tersebut dibedakan menjadi dua sektorutama, yakni sektor pertanian (onfarm dan offfarm) dan non pertanian (non farm), Tabel 1menunjukkan bahwa kontribusi sektor di luarpertanian (non farm) memberikan kontribusi yanglebih tinggi daripada sektor pertanian (on farmdan off farm). Kontribusi sektor di luar pertaniansebesar 62,03%, sedangkan sektor pertaniansebesar 37,97%.Besaran kontribusi tersebutmengindikasikan bahwa insentif yang diperolehdari sektor pertanian lebih rendah daripada sektordi luar pertanian.Kondisi ini berdampak terhadapsemakin kecilnya curahan tenaga kerja petani atau

Tabel 1. Struktur PendapatanRumah Tangga Petani di Subak Guama pada Tahun 2013

No. Sumber pendapatan Jumlah pendapatan Kontribusi rata-rata (Rp) (%)

I Sektor Pertanian1 Usahatani padi 10.631.198 19,432 Usahatani tegalan 763.628 1,403 Ternak sapi 3.806.977 6,964 Ternak babi 2.353.488 4,305 Buruh tani 3.216.512 5,88

Subjumlah 20.771.803 37,97

II Sektor Non Pertanian1 PNS/TNI/POLRI 3.139.535 5,742 Karyawan swasta 8.597.674 15,723 Tukang bangunan 7.183.721 13,134 Buruh bangunajn 8.005.116 14,635 Tukang ukir 4.046.512 7,406 Industri rumah tangga 1.360.465 2,497 Dagang/kios 1.604.651 2,93

Subjumlah 33.937.674 62,03

Total 54.709.477 100,00

Sumber: Data primer (diolah)

Peran Sektor Pertanian dan Sektor Non Pertanian terhadap Total PendapatanRumah Tangga Petani Padi Sawah | Nyoman Ngurah Arya,dkk.

Page 32: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201532

alokasi waktu kerja petani pada sektor pertanian,khsusnya pada usahatani, sehingga terkesanusahatani yang dikelolanya hanya sebagai usahasambilan/sampingan. Hal senada diungkapkanoleh Rochaeni dan Lokollo (2005) bahwa, alokasiwaktu kerja anggota rumah tangga petani diKelurahan Situgede Bogor lebih banyak ditujukanpada kegiatan nonusahatanidaripada usahatanipadi, karena pendapatan yang diterima darikegiatan nonusahatani lebih besar. Namun, hasilpenelitian yang berbeda dikemukakan oleh Zakaria(2006) bahwa sumber pendapatan dari sektorpertanian memberikan kontribusi lebih besarterhadap total pendapatan rumah tangga petani.Pada umumnya, pendapatan dari sektor pertanian,dalam hal ini kegiatan usahatani padi sawah,sangat dipengaruhi oleh penguasaan lahanusahatani, biaya produksi, dan harga jual produkusahatani.Lumintang (2013) menyimpulkan bahwabesar kecilnya pendapatan usahatani padi sawahyang diterima dipengaruhi oleh penerimaan danbiaya produksi.

Aksessibilitas suatu lokasi terhadap pusat-pusat penyelenggaraan perekonomian juga sangatmempengaruhi struktur pendapatan rumah tangga,dalam hal ini rumah tangga petani. Subak Guamayang berlokasi di Kecamatan Marga, KabupatenTabanan, memiliki aksessibilitas yang cukup baikdengan sarana transportasi yang memadai danberjarak relatif dekat dengan Kota Tabanan,Denpasar dan Badung sebagai pusat-pusatperekonomian. Kondisi ini telah berdampakterhadap cukup tingginya mobilitas petani danangkatan kerjanya untuk bekerja di sektor luarpertanian. Nurmanaf (2004) menyatakan bahwasuatu lokasi yang memiliki aksessibilitas baikakan berdampak terhadap perkembangan sektordi luar pertanian lebih cepat dan memiliki jenis-jenis kegiatan yang lebih beragam. Hal ini akanmempengaruhi pola kehidupan masyarakatnyadan struktur pendapatan, termasuk strukturpendapatan rumah tangga petani berlahan sempit.

KESIMPULAN

Usahatani padi sawah merupakan matapencaharian pokok atau sumber utamapendapatan sebagian besar petani di SubakGuama, yang ditunjukkan oleh kontribusinya yangpaling tinggi terhadap total pendapatan rumahtangga petani. Namun, apabila dibedakan secarasektoral, pendapatan dari sektor non pertanian(non-farm) memberikan kontribusi yang lebih besarterhadap pendapatan rumah tangga petanidaripada sektor pertanian (farm).

DAFTAR PUSTAKA

Hendayana, R. dan MH. Toatorop. 2006.Pengalokasian Waktu Kerja Keluarga dalamUsaha Ternak dan Dampaknya terhadapPendapatan Rumah Tangga. SeminarNasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.Prosiding:1058-1064.

Lumintang, F.M.2013.Analisis PEndapatan PetaniPadidi Desa Teep Kecamatan LangoanTimur.Jurnal EMBA.1(3):991-998.

Nurmanaf, A.R.2003.Karakteristik Rumah TanggaPetani Berlahan Sempit: Struktur danStabilitas Pendapatan di Wilayah BerbasisLahan SawahTadah Hujan (Kasusdi PropinsiJawa Tengah dan Jawa Timur).SOCA (Socio-Economis ofAgricultural and Agribusiness.3(2):1-11.

Nurmanaf, A.R.2004. Peranan Sektor NonPertanian terhadap Pendapatan RumahTangga Petani Berlahan Sempit.SOCA(Socio-Economis ofAgricultural andAgribusiness. 4(3):1-12.

Rochaeni, S. dan E.M.Lokollo.2005.Faktor-faktoryang Mempengaruhi Keputusan EkonomiRumah Tangga Petani di Kelurahan SitugedeKota Bogor.Jurnal Agro Ekonomi 23(2):133-158.

Singarimbun, M. 1989. Metode dan ProsesPenelitian. Dalam Singarimbun, Masri danSofian Effendi (Ed). Metode Penelitian Survai.LP3ES. Jakarta.

Soekartawi, A. Soeharjo, J. Dillon dan J. BrianHardraker.1986.Ilmu Usahatani dan Penelitianuntuk Usahatani Kecil.UIP.Jakarta.

Soekartawi, A. 1995. Analisis Usahatani.Universitas Indonesia. Jakarta.

Zakaria, A.K.2006.Keragaan Kesempatan Kerja diSektor Pertaniandan Pengaruhnya terhadapPendapatan Rumah Tangga Pedesaan.SOCA(Socio-Economis of Agricultural andAgribusiness. 6(2):1-14.

Page 33: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

33

PERKEMBANGAN POPULASI DAN BEBERAP A JENIS PENYAKIT YANG SERINGMENYERANG BABI YANG DIPELIHARA DIPETERNAKAN

Nyoman Suyasa

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar-Selatan, Bali, 80222

E-mail :[email protected]

Submitted date: 18 Juni 2015 Approved date: 24 Juni 2015

ABSTRACT

Population Growth And Some kind Of Disease Frequently Attack Pork MaintainedIn Livestock

Pigs are animals that are maintained by many people in Bali, especially people in rural areas. Besidesmaintained as producing an income, cultural customs Pigs also maintained in preparation for the ceremony.At a certain moment the pig is usually cut as a complementary means of rituals or ceremonies in theframework of cultural activities. Currently the pig population has decreased, within the last five years (2010 -2014) the pig population decline reached 10.96%. Many of the constraints faced by farmers other than feedprices continue to increase, the price of meat is erratic even tend to decline and farmers are the most feareddisease outbreak that could bring harm or even death of livestock. Among the many diseases that harmthem is Hog Cholera (hog cholera), Diarrhoea White (white scourse), Scabies (itch on the skin), pneumonia(cough-cough) and others. This paper is a literature review to supplement and enhance the knowledge offarmers and companion who manages the farm, hoping to assist mainly in the prevention and treatment ofdiseases that attack so that losses can be prevented.

Key words : Pig, population, livestock disease

ABSTRAK

Babi merupakan ternak yang banyak di pelihara oleh masyarakat di Bali, terutama masyarakat yang ada didaerah pedesaan. Selain dipelihara sebagai penghasil pendapatan, secara adat budaya Babi jugadipelihara untuk persiapan upacara. Pada saat tertentu biasanya babi dipotong sebagai pelengkap saranaupacara agama ataupun upacara dalam rangka kegiatan adat. Saat ini populasi babi mengalami penurunan,dalam jangka waktu lima tahun terakhir (2010 -2014) populasi babi mengalami penurunan mencapai10,96%. Banyak kendala yang dihadapi peternak selain harga pakan yang terus mengalami peningkatan,harga daging yang tidak menentu bahkan cenderung menurun dan yang paling ditakuti peternak adalahberjangkitnya penyakit yang dapat membawa kerugian bahkan kematian ternak. Diantara penyakit yangbanyak membawa kerugian diantaranya adalah Hog Cholera (kolera babi), Mencret Putih (white scourse),Scabies (penyakit gatal pada kulit), Pneumonia (Batuk-batuk) dan lainnya. Tulisan ini merupakan kajianpustaka untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan peternak dan pendamping yang mengelolapeternakan, dengan harapan dapat membantu terutama dalam pencegahan dan penanganan penyakityang menyerang sehingga kerugian dapat di cegah.

Kata kunci : Babi, populasi, penyakit ternak

PENDAHULUAN

Babi merupakan salah satu ternak primadonakarena merupakan komoditas yang diunggulkan,karena nilai ekonomi yang tinggi serta bagimasyarakat Bali Babi memiliki nilai sosial yang

penting di masyarakat Bali karena mempunyaiperanan penting dalam upacara agama dan adat.Hampir 80% rumah tangga yang beragama Hindumemelihara babi 2 sampai 5 ekor, hal inidisebabkan oleh peranan ternak babi dalamkehidupan sosial di Bali sangat berarti bila

Perkembangan Populasi dan Beberapa Jenis Penyakit Yang SeringMenyerang Babi Yang Dipelihara Di Peternakan | Nyoman Suyasa.

Page 34: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201534

dihubungkan dengan upacara adat maupunkeagamaan (Sutji,2003). Disamping itu babidipelihara juga sebagai penampungan sisa-sisadapur dan tabungan keluarga. Sehubungan ituditinjau dari segi ketrampilan memelihara babi, bagimasyarakat di Bali sudah cukup dapat diandalkan(Mantra, dkk.1988).

Saat ini jumlah babi secara keseluruhanmencapai 817.489 ekor, bila dibandingkan dengan5 tahun yang lalu jumlah babi 918.087 ekor terjadipenurunan populasi 10,96%. Beberapa jenis babiyang saat ini berkembang di kawasan peternakandi Bali adalah Babi Bali, Babi Saddle Backperanakan dan babi Landrace persilangan(Disnakkeswan Prov, 2014)

Beberapa wilayah yang ditetapkan sebagaikawasan pengembangan peternakan memilikipotensi sumber daya alam yang memadai sertasumber daya manusia yang mumpuni dan memilikikemauan yang tinggi untuk mengembangkanpeternakan yang telah digeluti selama ini.Pertimbangan tersebut menjadi salah satu kriteriasehingga untuk kegiatan pendampingan cukupsesuai dengan persyaratan secara umum.Persyaratan dimaksud adalah tersedianya potensiberupa populasi ternak yang cukup serta potensialam sebagai sumber pakan bagi ternak tersediasepanjang waktu serta kemudahan dalampenerapan teknologi maupun introduksikelembagaan.

Pada umumnya pemeliharaan ternak di Bali(Sapi, Kambing dan Babi) masih bersifat sebagaiusaha sampingan, hanya ternak babi beberapadiantaranya sudah mengarah ke semi intensifbahkan beberapa diantaranya intensif denganskala menengah sampai besar. sehinggaproduktivitasnya rendah dengan tingkat kematiancukup tinggi akibat dari manajemen pemeliharaankurang dan pengetahuan tentang penyakit.Produktivitas P Peternakan babi dapat dinaikanapabila segala aspek yang berkaitan denganbudidaya ternak Babi dapat diintensifkan sehinggamampu memberikan hasil/produksi yangmaksimal.

Selama ini pengetahuan tentang penyakitpada babi oleh peternak sangatlah minim sehinggabanyak menimbulkan kerugian, atau apabilamemanfaatkan tenaga lain akan menimbulkanbeban pengeluaran yang semakin tingggi. Untukitulah peningkatan pengetahuan tentang penyakityang sering menyerang babi bagi peternaksangatlah diperlukan, sehingga bisa dilakukanlangkah-langkah antisipatif untuk mencegahnya.

METODE PENELITIAN

Materi tulisan ini diperoleh dari studi literaturdan sebagian merupakan data yang diperoleh dariDinas Peternakan dan Kesehatan Provinsi Bali.Beberapa penyakit yang di paparkan merupakanpenyakit-penyakit yang sangat sering menyerangbabi yang dipelihara di peternakan baik kecilmenengah maupun besar. Dari data-data yangdiproleh selanjutnya diuraikan secara deskriptif danbeberapa data sekunder diolah menggunakananalisis persentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Babi Di Bali

Tingkat populasi babi di Bali saat ini mencapai817.489 ekor menurun 3,73 % dibandingkan tahunsebelumnya yang berjumlah 847.953 ekor.Pupolasi babi di Bali dalam kurun waktu 5 tahunterus mengalami penurunan, rata rata penurunan2 – 3 % per tahun sehingga kalau di akumulasidalam kurun waktu 5 tahun sudah terjadipenurunan populasi 10,96% (DisnakkeswanProv.Bali, 2014). Ada banyak faktor yangmempengaruhi penurunan populasi diantaranya :harga pakan yang semakin mahal, harga jualdaging yang cenderung terus menurun sehinggaantara pengeluaran untuk biaya produksidibandingkan dengan harga jual produk selisihnyasangat minim bahkan boleh dikatakan peternakmerugi kalau dihitung sampai dengan tenaga kerjayang dikeluarkan. Hal ini terjadi pada peternak-peternak kecil yang memelihara induk ataupunpembesaran antara 2 – 5 ekor.

Pemelihraan babi terdapat di 9 kabupaten/kota di Bali dan kabupaten Buleleng memilikipopulasi babi terbanyak yaitu 196.497 ekor(24,04%) disusul kabupaten Karangasem dengan142.977 ekor (17,49%) dan terbanyak ketigaadalah kabupaten Gianyar dengan 128.597(15,73%) dari jumlah populasi (tabel 1). Sedangkanjumlah babi terendah ada di kota Denpasar 16.251ekor atau hanya 1,98% dari total populasi babiyang ada di Bali.

Page 35: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

35

Beberapa penyakit yang sering menyerangBabi

Hog Cholera (Kolera babi)

Cholera Babi merupakanp penyakit akut,menyerang semua umur babi, yang ditandaikematian tiba-tiba, morbiditas tinggi, menyerangsal. Pernafasan dan pencernaan. Penyebabnyaadalah Virus Cholera, dan cara penularan adalahsecara kontak langsung maupun tidak langsungseperti makanan, air minum, alat- kandangataupun serangga. Dengan Gejala klinis yangsering muncul adalah : babi tidak aktif, nafsumakan turun, suhu tubuh meningkat (40 -42oC),peradangan pd mata yg berakibat kelopak matamerapat dan konstipasi disertai keluarnya kotoranberbentuk pasta. Gejala susulan yang munculantara lain : diare kuning kelabu yang parah,kadang muntah warna kekuning-kuningan dan cirikhasnya adalah adanya warna kulit yang kemerah-merahan karena terjadinya perdarahan umumdiseluruh tubuh.

Apabila dilakukan bedah bangkai akan terlihatkelenjar getah bening submaxilaris dankerongkongan membengkak dan adanyaperdarahan, juga terjadi pada ginjal, juga hal yangsama terjadi pada alat tubuh yang lain sepertikulit, tenggorokan, jantung dan selaput dalamusus.

Pencegahan :Pencegahan yang dapat dilakukan adalah

dengan mengupayakan kandang dalam keadaankering dan bersih, membatasi pengunjung,

kendaraan dan lainnya ke dalam kandang sertamengisolasi ternak yang baru dibeli. Hal lainnyayang dapat dilakukan adalah memberikankomposisi makanan yang sesuai dengan beratbadan babi. Selain itu, untuk tindakan penanganandilakukan program vaksinasi.

PengobatanSedangkan untuk pengobatan pada kasus

yang berat sulit dilakukan sedangkan pada kasusyang ringan dapat diberikan vitamin dan antibiotikaatau anti serum.

Swine Influenza (Influenza Babi)

Tergolong penyakit akut yg disebabkan virus,yang menyerang alat pernafasan yg biasanyamuncul selama musim dingin

Gejala klinis yang muncul adalah :Babi terlihat lemah, batuk-batuk dan susah

nafas dari hidung dan mata keluar lendir. Ternakmengalami demam dengan suhu tubuh tinggi (42o C), namun tingkat kematian atau mortalitasrendah < 5%. Masa berlangsung penyakit singkat3-7 hari, kemudian hilang dengan sendiri.

Pencegahan :Manajemen pemeliharaan yang baik, seperti

kebersihan kandang terjaga dengan baik, ventilasi,tempat makan dan minum yang selalu bersih,pemberian pakan juga teratur dan kesehatanternak terjaga dengan baik dengan selalumelakukan pengamatan dan sewaktu-waktudiberikan vitamin

Tabel 1. Populasi Babi Bali, Saddle Back Peranakan, Landrace Persilangan di Bali

Babi Bali, Babi Saddle Back Peranakan dan Babi Landrace PersilanganKab/Kota Pejantan Jantan Muda Kebiri Induk Betina Muda Kucit Jumlah

Jantan Betina

Denpasar 21 5 4.134 1.711 3.202 3.554 3.624 16.251Badung 200 1.278 21.708 8.868 13.714 18.494 18.217 82.479Gianyar 203 3.281 32.292 10.779 26.394 27.720 27.928 128.597Klungkung 362 2.645 6.365 3.000 4.128 5.552 5.220 27.272Karangasem 1.695 8.384 37.437 13.499 26.220 28.133 27.609 142.977Bangli 227 23 23.673 4.767 6.487 16.770 11.034 63.881Buleleng 2.018 9.197 38.234 26.780 33.745 39.340 47.183 196.497Jembrana 370 1.682 16.834 5.348 9.646 15.024 16.094 64.998Tabanan 297 840 37.009 8.640 15.791 17.597 14.363 94.537

Jumlah 2014 5.393 27.335 217.686 83.392 139.327 172.184 172.172 817.489

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov Bali 2014

Perkembangan Populasi dan Beberapa Jenis Penyakit Yang SeringMenyerang Babi Yang Dipelihara Di Peternakan | Nyoman Suyasa.

Page 36: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201536

Pengobatan :Untuk penyakit ini tidak ada obat yang spesifik

yang dapat menyembuhkan, pemanfaatanAntibiotik hanya untuk mengatasi infeksi

sekunder

Enteritis Colibacilosis (White Scourse)

Penyakit mencret putih ini paling seringmenyerang anak babi yang masih menyusui atauyang baru lahir sampai umur 3 minggu.Menyebabkan pertumbuhan anak babi tidakoptimal, dan ini merupakan kerugian bagi peternakkarena bobot jual untuk bibit tidak tercapai danbabi akan terlihat kurus dan kurang sehat.

Penyebab:Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri

Escherichia. Coli atau sering disebut E.coli.Kuman ini banyak ditemui pada kotoran ternak,dan pada kondisi tertentu seperti jumlah dan faktorpenunjang yang lain seperti kondisi ternak yanglemah, dan lainnya.

Cara penularan:Penularan penyakit ini dapat melalui kontak

langsung dengan hewan yang menderita, alat-alatseperti tempat makan, tempat minum, peralatankandang dll.

Kondisi yang menunjang kejadian ini adalah :lingkungan lembab , kandang kotor.

Gejala Klinis :Gejala klinis yang sering muncul setiap

adanya penyakit ini adalah : diare dan dehidrasi,gejala khas yang mudah dikenali adalah adanyawarna feses encer dengan warna keputihan hinggakecoklatan, sering muntah-muntah, dan ternaklama-lama menjadi kurus. Ternak yang terserangpenyakit ini nilai jualnya terutama untuk bibitmenjadi sangat rendah, bahkan jarang ada pembelisehingga harus dipelihara sendiri dengan tingkatproduktivitas yang rendah.

Pencegahan :Pencegahan dapat dilakukan dengan

membuat lingkungan kering dan hangat ( 32-34o

C), kebersihan kandang yang selalu dijaga, danpemanfaatan desinfektan untuk kebersihankandang sangat dibutuhkan. Pencegahan yanglain adalah pemberian vaksinasi ETEC yang dapatdiberikan pada saat induk bunting, sehingga anakyang dilahirkan telah memiliki kekebalan tubuhyang mencukupi untuk mencegah terjadinya

penyakit ini (Suyasa, dan IAP. Parwati 2014). Carapencegahan yang lainnya adalah pemberianantibiotic (AB) : pada induk : setelah melahirkananak 3 hr , 12 hr dan 21 hr.

Pengobatan :Antibiotik melalui oral atau injeksi intra

muskular

Scabies (Penyakit Kulit Pada Babi)

Scabies adalah penyakit kulit pada hewanyang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei (sejenistungau), dapat menyerang semua hewan piaraan,dan babi merupakan salah satu hewan piaraan yangrentan terserang penyakit ini. Penyakit initermasuk sering menyerang babi yang dipeliharaoleh peternak di Bali. Disamping itu juga tungauini menyerang hewan liar seperti misalnya; padawombat, musang, dingo, dan lainnya. Hewanterserang mengalami penurunan kondisi tubuh,kerugian ekonomi, menimbulkan ketidaksenangan pemelihara dan lingkungan karenasifatnya yang zoonosis . Gejala klinis pada kulithewan yang terserang berupa adanya gatal-gatal(menggosok-gosokkan badan), luka pada kulit danbulu rontok. Penularan terjadi dengan cara kontaklangsung antara hewan sakit dan hewan sehat(Anonimus, 1981). Penyakit ini d Indonesia sudahlama dikenal dan diatur dalam Staatsblaad no.432dan no. 435 tahun1912(Anonimus, 2001) dantermasuk penyakit hewan menular daftar B dalamSK Mentan No.487/ KPTD/UM/6/1981 tentangPencegahan, Pemberantasan dan PengobatanPenyakit Hewan Menular (Anonimus, 1991).

Akhir-akhir ini penyakit Scabies banyakdijumpai menyerang berbagai jenis hewan piaraanyang sangat merugikan petani dan kesulitan dalampenangananinya (Anonimus 1982; Kertayadyadkk. 1982; Putra dan Gunawan 1983).

Menurut McCarthy et al. (2004) Sarcoptesscabiei ini ditemukan hampir di seluruh dunia.Penularan Sarcoptesscabiei dapat terjadi jikamelakukan kontak langsung secara sengajadengan larva, nimfa dan tungau betina fertil baikdari permukaan kulit secara langsung atau daribendabenda yang terinfeksi Sarcoptes scabiei(Sasmita dkk., 2005). Prevalensi scabies padamanusia di negara yang belum berkembangsebesar 4% sampai 27% (Guldbakke, 2006),sedangkan prevalensi pada ternak cukup tinggiseperti pada babi sebesar 20% sampai 80%(Damriyasa et al., 2004).

Page 37: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

37

Scabies merupakan penyakit kulit yangbersifat zoonosis dengan menimbulkan kegatalanyang hebat serta gejala kudis yang berkerak dansangat mengganggu dalam aktivitasnya yangberakibat menurunnya produktivitas daging dankulit (Ralph et al., 1985).

Gejala Klinis.Masa inkubasi akan bervariasi terjadi selama

10 – 42 hari. Pada awal infestasi kulit akanmengalami erithema selanjutnya akan terjadipapula yang akan berlanjut menjadi vesikulaselanjutnya akan terjadiperadangan danterbentuknya eksudat karena adanya iritasi.Hewan penderita akan gelisah, gatal danmenggaruk/menggosokkan badannya sehinggaterjadi luka dan pendarahan. Eksudat mengendappada permukaan kulit dan terbentuk keropeng ataukerak.

PengobatanDapat dilakukan secara langsung pada kulit

dengan perendaman, disikat atau di semprot, oraldan parenteral. Pengobatan dapat diulang 2 – 3kali. Pengobatan langsung pada kulit dapatmenggunakan bahan-bahan yang mengandungcaumaphos 0,1%, benzema hexa chorida 1%, danlainnya.

PencegahanJaga kebersihan kandang, awasi ternak yang

keluar masuk peternakan dan jaga kepadatanpopulasi agar jangan terlalu padat.

KESIMPULAN

Berbagai jenis penyakit strategis yang seringmenyerang babi yang dipelihara banyakmenimbulkan kerugian, maka dari itu untukmencegah terjadinya serangan penyakit yangpaling penting diperhatikan adalah manajemenusaha peternakan babi yang baik. Sehingga dariawal sudah diketahui bagai letak kandang yangbaik, sanitasi, aerasi, serta saluran pembersihankandang harus lancar dan bersih, kondisi kandanghangat namun tidak boleh lembab. Pencegahanyang lain adalah selalu melakukan vaksinasi agarternak memiliki kekebalan yang cukup apabila adawabah yang menyebar

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 1991. SK Mentan No.487/ KPTD/UM/6/1981 tentang Pencegahan, Pemberantasandan Pengobatan Penyakit Hewan Menular.

Anonimus , 2001. Perjalanan Menuju Undang-un-dang no. 6 tahun 1967. A Groups of IndonesianVeterinarians.https://groups. yahoo.com/neo/groups/Indonesia_Vets/ conversations/messages/57. Diunggah, 16 Nopember 2015.

Damriyasa, I.M., Failing., R Volmer., H.Zahner andC.Bauer. 2004. prevalence, risk factor andeconomic importance of infestations withSarcoptes scabiei and Haematopinus suis insows of pig breeding farms in Hesse,Germany. Medical and Veterinary Entomology18:361-367.

Disnakkeswan Prov. Bali. 2014. Informasi DataPeternakan Di Provinsi Bali Tahun 2014. DinasPeternakan dan Kesehatan Hewan ProvinsiBali. Denpasar.

Guldbakke, K.K. 2006. Crusted scabies: a clinicalreview journal of drugs in dermatology. (http://findaricles.com/p/articles/ mi_mOPDE).

Guntoro, N Suyasa, Deli R.,Sugianyar, BadungS.D., Sudarma, Desak R.P., Sriyanto, AstaGunawan.2012. Laporan Akhir tahun. DemplotIntegrasi Tanaman-Ternak mendukung PSDSdi Kecamatan Busungbiu-Kab. Buleleng.Balai pengkajian teknologi Pertanian Bali.

Kemp, D.J, Shelley F Walton, Pearly Harumal andBart J Currie. 2002. The Scourge of scabies(http:// www.google.com/TheScourgeofScabies/pdf).

Kertayadnya, I.G., D.H.A. Unruh, M. Gunawan danK.S. Adhyputra. 1982. Scabies, epizotiologi,pengobatan dan perkiraan kerugian ekonomi,Laporan Tahunan Hasil Penyidikan PenyakitHewan di Indonesia Periode Tahun 1976-1981.Direktorat Kesehatan Hewan, DirektoratJenderal Peternakan, Jakarta, hal 16-23.

McCarthy, J.S, D.J. Kemp, S.F Walton and B.J.Currie. 2004. Scabies more than just anirritation. Poatgraduate Medical Journal2004;80:382-387.

Perkembangan Populasi dan Beberapa Jenis Penyakit Yang SeringMenyerang Babi Yang Dipelihara Di Peternakan | Nyoman Suyasa.

Page 38: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201538

Nyoman Suyasa, dan IAP. Parwati. 2014.Introduksi Vaksin Etec Dalam MenurunkanKejadian Diare Akibat Escherichia ColiEnterotoxigenic Pada Anak Babi. ProsidingSeminar Nasional dan Loka Karya TernakBabi. Fakultas Peternakan UniversitasUdayana

Ralph, E.W., Robert D Hall, Alberto B. Bruce, philipJ. Scholl. 1985. livestock Entomology. A WileyInterscience Publication. Texas.265-267

Sasmita, R., Poedji H., Agus S. Dan Ririen N.W.2005. Buku Ajar Ilmu Penyakit ArthropodaVeteriner. Laboratorium Entomogi dan

Protozoologi. Departemen Pendidikan danKebudayaan Fakultas Kedokteran HewanUniversitas Airlangga. Surabaya.

Sutji, N.N. 2003.Pengaruh Penggunaan “FeedSuplemen” dalam Ransum Tradisionalterhadap Komposisi Fisik Karkas BakalanBabi Guling. Prosiding Seminar NasionalRevitalisasi Teknologi kreatif dalammendukung Agibisnis dan Otonomi Daerah.Denpasar, 7 Oktober 2003. Pusat Penelitiandan pengembangan Sosial EkonomiPertanian. Badan penelitian danPengembangan Pertanian. DepartemenPertanian. Hal 404-409.

Page 39: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

39

POTENSI PEMANFAATAN TANAMAN PAKAN LOKAL, LIMBAH SA YURANDAN JERAMI PADI UNTUK MENDUKUNG PENGGEMUKAN SAPI BALI

DI KECAMATAN BATURITI

Ni Luh Gede Budiari 1 dan I Made Rai Yasa2

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran, Denpasar, Bali

E-mail : [email protected]

Submitted date: 23 Juni 2015 Approved date: 29 Juni 2015

ABSTRACT

Potential Use Of Local Feed Plat, Waste Vegetables And Rice Sraw To Support FattenningBali Cattle In Baturiti

Feed utilization based on local resources can support the development of livestock production in BaturitiDistrict with a sustainable manner. The results of the various types of vegetable plants and waste local feedis a source of raw material potential alternative feed.The research was conducted in the village of Sandan,Baturiti, Tabanan, from June to November 2014. Observed variables was waste production of greenvegetables, cabbage, cauliflower, beans and rice straw. To determine the potential of local crops as animalfeed, plant species inventoried. The data that collected were analyzed descriptively to determine the potentialof the observed variables. The results of this study that the potential vegetables waste (kale, cabbage,cauliflower and beans) and rice straw in one year as 7487.8 kg able to adequate the needs of two head ofcattle during the 125-day maintenance. Type of forage in the Sandan village as 10 types with the nutrients(proteins 7-28%) potential for animal feed. Local feed utilization can overcome the difficulties of feed duringthe dry season, because most local food produce throughout the year.

Key words : Local food, Bali cattle, dry season

ABSTRAK

Pemanfaatan pakan berbasis sumber daya lokal dapat mendukung perkembangan produksi ternak diKecamatan Baturiti secara berkelanjutan. Hasil limbah berbagai jenis tanaman sayuran dan pakan lokalmerupakan sumber bahan baku pakan alternatif yang potensial. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sandan,Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, dari bulan Juni sampai Nopember 2014. Variabel yang diamatiproduksi limbah sayur hijau, kubis, bunga kol, kacang panjang dan jerami padi. Untuk mengetahui potensitanaman lokal sebagai pakan ternak dilakukan inventarisasi jenis tanaman. Data yang dikumpulkan dianalisisdeskriptif untuk mengetahui potensi dari variabel yang diamati. Hasil dari kajian ini menunjukan potensilimbah sayuran (sayur hijau, kubis, bunga kol dan kacang panjang) dan jerami padi dalam satu tahunsebanyak 7.487,8 kg mampu mencukupi kebutuhan 2 ekor ternak sapi selama 125 hari pemeliharaan.Jenis hijauan pakan yang ada di Desa Sandan sebanyak 10 jenis dengan kandungan gizi (protein 7 – 28 %)berpotensi sebagai pakan ternak. Pemanfaatan pakan lokal dapat mengatasi kesulitan pakan pada musimkemarau, karena pakan lokal kebanyakan produksinya sepanjang tahun.

Kata kunci : Pakan lokal, sapi bali, musim kemarau

PENDAHULUAN

Sapi Bali merupakan plasma nutfah Bali yangkelestariannya masih tetap dijaga. Potensi sapiBali sebagai sumber sapi potong merupakanpeluang pasar yang menjanjikan. Permintaan sapiBali untuk pasar Jakarta rata-rata 200.000 ekor

per tahun (Kompas.com 2009), disamping itupermintaan lokal Bali pun cukup tinggi yakni rata-rata 35.175 ekor per tahun (Disnak Bali 2008).Permintaan ini belum dapat dipenuhi disebabkankarena rendahnya populasi sapi di Bali, yaitu hanya2,1% atau 12.130 ekor per tahun, dan lambatnyapertumbuhan ternak yang digemukkan. Untuk

Potensi Pemanfaatan Tanaman Pakan Lokal, Limbah Sayuran dan Jerami PadiUntuk Mendukung Penggemukan Sapi Bali ..... | Ni Luh Gede Budiari, dkk..

Page 40: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201540

menjaga keseimbangan populasi maka GubernurBali mengeluarkan peraturan No. 41 tahun 2006,berisi tentang pengaturan pengeluaran sapi bali.Jumlah sapi bali yang diizinkan untuk diantarpulaukan sebanyak 75.000 ekor per tahun, danmulai tahun 2009 izin pengeluaran sapi baliditurunkan menjadi 55.000 ekor per tahun(Bisnisbali.com 2009). Rendahnya populasi sapiBali disebabkan karena keterbatasan lahan untukmengembangkan peternakan sapi.

Ketersediaan hijauan pakan ternak seringmenjadi kendala dalam pengembangan ternak diBali. Alih fungsi lahan yang besar menyebabkanlahan pertanian di Bali semakin sempit untukmengembangkan peternakan. BPS (2013)melaporkan tiap tahun lahan sawah digunakansebagai perumahan sebanyak 100 Ha, sehinggaberdampak pada penyediaan pakan ternak.

Untuk mengatasi persoalan pakan salah satuupaya yang dapat dilakukan adalah denganmemanfaatkan pakan lokal yang potensinya belumdimanfaatkan secara optimal. Hal tersebutumumnya disebabkan karena sistem pertanianmasih berjalan secara subsistem dan belumterintegrasi secara menyeluruh. Hasil sisa, hasilsamping dan limbah berbagai jenis tanamanmerupakan sumber bahan baku pakan alternatifyang potensial. Hasil sampingan dari usahapertanian biomasanya relatif lebih banyak dengankeragaan produk yang lebih banyak. Potensi inisangat mendukung dalam usaha ternak sapi kalaudiintegrasikan secara intensif. Pertambahan bobotbadan sapi bali yang mengkonsumsi hijauan sajabelum menunjukkan hasil yang optimal. Sapi baliyang diberi pakan rumput lapangan hanyamencapai 100-200 g/ekor/hari (Gunawan et al.,2003). Kondisi ini menunjukkan bahwa produksidan kualitas hijauan terkait erat denganpertumbuhan ternak di lahan kering. Berdasarkanpermasalahan yang ada maka kajian mengenaipotensi pemanfaatan pakan lokal untukmendukung penggemukan sapi Bali di kecamatanBaturiti dilakukan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sandan,Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, dari bulanJuni sampai Nopember 2014. Variabel yang diamatiproduksi limbah sayur hijau, kubis, bunga kol,kacang panjang dan jerami padi. Untuk mengetahuipotensi tanaman lokal sebagai pakan ternakdilakukan inventarisasi jenis tanaman. Untuk

menghitung produksi limbah pertanian diestimasidari produktivitas (hasil utama tanaman) dikalikannilai konversi dan luas panen tiap komoditastersebut (Prasetyo, et al. 2006).

Rumus Perhitungan Produksi l imbahpertanian :PLP = Prod. Komoditas/ha x % nilai konversilimbah x luas panenKeterangan :- PLP : Produksi Limbah Pertanian- Produksi komoditas/ha dilihat dari hasil

laporan Dinas Pertanian.% nilai konversi limbah diestimasi dari tabel

Ashari et al. (2000).Data yang dikumpulkan dianalisis deskriptif

untuk mengetahui potensi dan dari variabel yangdiamati.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keterkaitan Musim Dengan PenyediaanPakan Sapi

Pakan merupakan salah satu faktor yangberpengaruh pada produktivitas ternak.Ketersediaan pakan ternak berupa hijauan sangattergantung pada musim. Pada musim hujan jumlahpakan akan melimpah dan pada musim kemaraupeternak akan kesulitan mendapatkan pakan.Menurunya curah hujan (Gambar 1.), diikuti olehpenurunan ketersediaan pakan ternak (HMT) dilokasi kajian. Dari periode Pebruari sampai bulanJuli terjadi penurunan produksi dan kualitas pakan.Hal ini merupakan kendala utama pemeliharaanternak di daerah tropis (Panjaitan, 2001).Pertambahan bobot badan sapi bali yangmengkonsumsi hijauan saja belum menunjukkanhasil yang optimal. Sapi bali yang diberi pakanrumput lapangan hanya mencapai 100-200 g/ekor/hari (Gunawan et al., 2003). Lebih lanjut Mastikadan Puger. (2009) melaporkan bahwa tidakcukupnya ketersediaan pakan dari aspek kuantitasdan kualitas dalam siklus tahunan merupakanfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan sapi Bali.Prawiradiputra et al. (2006) melaporkan bahwakomponen iklim terutama curah hujan sangatberpengaruh terhadap hasil dan mutu hijauanpakan ternak (HPT). Pada musim hujan (MH)produksi HPT tinggi tetapi mutunya rendah,sebaliknya untuk musim kemarau (MK)produksinya rendah tetapi kualitasnya baik karenakandungan proteinnya lebih banyak dibandingkankandungan serat kasarnya.

Page 41: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

41

Gambar 1. Rata-rata Curah Hujan Per Bulan, diKecamatan Baturiti, Tahun 2014.

Pada periode bulan pebruari sampai Julilimbah sayuran dan jerami padi merupakan bahanpakan yang dominan diberikan oleh peternak.Disamping pakan berasal dari limbah, pada musimkemarau pakan lokal seperti lemutu, endong danrumput bambu masih berproduksi tinggi sehinggadapat dijadikan campuran pakan. Yasa et al. (2005)menyatakan selain ketersediaan HMT menurunpada musim kemarau, jenis pakan yang diberikanpada ternak sapi juga lebih mengandalkan pakankering seperti jerami padi, jagung dan rumputkering. Terbatasnya ketersediaan hijauanmenyebabkan lebih banyak pemanfaatan pakanberserat yang berasal dari limbah tanaman pangan.Limbah berserat tersebut merupakan sumberpakan yang penting bagi ternak ruminansia hinggasaat ini. Oleh karena itu, sistem usaha ternakruminansia di daerah yang ketersediaan hijauannya

terbatas harus terintegrasi dengan sistemusahatani yang ada sebagai sumber pakan yangmemadai.

Potensi Limbah sayuran, Padi danKandungan Gizi Pakan T ernak

Desa Sandan, Kecamatan Baturiti merupa-kan salah satu sentra sapi penggemukan dansentra produksi sayuran untuk Propinsi Bali.Limbah sayuran mempunyai potensi sebagaipakan ternak, dimana produksinya sangat banyakbelum dimanfaatkan secara optimal. Pakan yangdiberikan dominan berupa rumput dan hanya bebe-rapa peternak yang memanfaatkan limbah sayuransebagai pakan ternak. Padahal dilihat dari potensidan kandungan gizinya (Tabel 2.) limbah sayuranmengandung protein yang tinggi dapat dijadikansebagai bahan pakan. Sisa – sisa tanaman berupabatang, daun, kulit yang dijadikan limbah rata-rataproduksinya 10-20% dapat dijadikan pakan ternak.Potensi limbah sayuran (sayur hijau, kubis, bungakol dan kanjang panjang) (Tabel 1). Untuk satukali musim tanam sebanyak 543,9 kg dan 1,087,8kg dalam satu tahun. Jerami padi dalam setahunberpotensi menyediakan pakan ternak sebanyak6.400 kg. Kalau digabungkan potensi limbah sayurdan jerami padi sebagai pakan ternak sapisebanyak 7.487,76 kg mampu memenuhikebutuhan 2 ekor sapi yang rata-rata beratbadannya 300 kg selama 125 hari pemeliharaan.

Tabel 1. Potensi Limbah Sebagai Pakan Ternak Di Desa Sandan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.

No Nama Limbah Luas Tanam Produksi/ha % Nilai Produksi limbah(are) (kg) Konversi (kg)

1 Sayur Hijau 15 30.100 10 4522 Kembang Kol 15 968 10 14,523 Jerami Padi (Ciherang) 40 8.000 100 3.2004 Jerami Kacang Panjang 15 5.157 10 77,355

Sumber : Data primer diolah

Tabel 2. Kandungan gizi Limbah sayuran di Desa Sandan, kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.

KANDUNGAN GIZI (%)No NAMA BAHAN

BK PK LK SK TDN

1 Sayur Hijau 90,39 23,29 2,28 13,64 57,192 Kembang kol 97,38 16,62 23,45 6,74 35,113 Jerami Padi 31,80 5,20 1,20 26,80 51,504 Jerami Kacang Panjang 28,40 6,90 3,30 33,50 55,30

Potensi Pemanfaatan Tanaman Pakan Lokal, Limbah Sayuran dan Jerami PadiUntuk Mendukung Penggemukan Sapi Bali ..... | Ni Luh Gede Budiari, dkk..

Page 42: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201542

Kandungan protein yang terdapat dalamsayur hijau, kembang kol dan kacang panjangcukup tinggi yaitu 23,29%, 16,62% dan 6,90%(Tabel 2) sehingga kebutuhan protein dari pakansapi yang terdiri dari campuran rumput raja, limbahsayuran dan jerami padi sudah tercukupi. Kualitaspakan sangat dipengaruhi oleh kandungan gizipakan. Melalui inovasi teknologi limbah dan sisahasil ikutan agroindustri pertanian dapatdimanfaatkan sebagai sumber pakan sapi yangpotensial untuk usaha penggemukan danpembibitan. Bahan pakan asal biomas lokal yangberharga murah pada umumnya bersifat bulkyserta mempunyai keterbatasan kualitas karenakandungan protein, TDN, palatabilitas dankecernaan yang rendah dapat digunakan secaraoptimal sebagai pakan basal. Mastika. (1991)melaporkan bahwa peningkatan kualitas pakanwalaupun berasal dari limbah ternyata mampumeningkatkan pertambahan berat badan 1,5-2 kalilipat dibandingkan dengan yang diberi rumputlapang yaitu hanya memberikan pertambahanberat badan antara 200-235 gr/ekor/hari, dan yangdiberi rumput gajah 320 gr/ekor/hari. Apabila limbahpertanian dapat dimanfaatkan secara optimal makapenyediaan pakan akan lebih murah dan bermutu,sehingga dapat meningkatkan pendapatanpeternak, mendukung peningkatan populasi danproduktivitas ternak, dan membuka peluang usahasekaligus dapat mengatasi pencemaranlingkungan yang disebabkan oleh produksi limbahyang tidak ditangani secara baik (Bidura danPartama, 2008).

Potensi T anaman S pesifik Lokasi danKandungan Gizi Pakan T ernak

Potensi sumber daya lokal sangatmendukung budidaya ternak sapi. Hijauan pakanternak yang spesifik lokasi belum banyakdimanfaatkan oleh peternak sebagai pakan.Padahal beberapa jenis hijauan pakan (daunpucuk, lemutu, rumput bambu dan pepaya)berproduksi sepanjang tahun dengan kandunganprotein yang tinggi (Tabel 3). Pada waktu musimkemarau saat produksi rumput menurun hijauanpakan spesifik lokasi (Tabel 3) dan limbah sayuran(Tabel 1) dapat diberikan pada ternak. Pemberianhijauan pakan pada ternak sapi sebaiknyadicampur lebih dari satu jenis karena denganpemberian campuran dari berbagai jenis dapatmemenuhi kebutuhan gizi dari ternak.Pencampuran hijauan penting dilakukan karenakandungan gizi dari satu hijauan pakan itu tidaksama dengan hijauan lainnya (Tabel 3).

Kandungan protein dari hijauan lokal sebagianbesar lebih tinggi dari rumput lapangan yang hanyamengandung protein 6,70% dan serat kasar34,20%. Pada produksi rumput mulai menurunpemanfaatan 70% pakan lokal ditambah limbahsayuran akan mampu memenuhi kebutuhan gizidari ternak sapi. Pemberian pakan yang spesifiklokasi dari segi kulitas dan kuantitas sangatberpotensi sebagai pakan ternak yangketersediaanya perlu dilestarikan dandibudidayakan.

Tabel 3. Kandungan Gizi dari Beberapa Tanaman Pakan Ternak Yang Tumbuh Di Desa Sandan, KecamatanBaturiti, Kabupaten Tabanan.

KANDUNGAN GIZI (%)NO NAMA BAHAN

BK PK LK SK TDN

1 Daun Pucuk 91,25 23,57 3,47 16,62 54,282 Lemutu 93,43 13,54 4,21 22,16 47,993 Lengkuas 93,19 11,01 4,32 25,26 45,974 Pepaya 89,37 7,18 5,09 23,56 58,365 Kunyit 92,66 10,23 6,48 20,87 47,886 kebenben 91,89 18,21 3,47 16,85 52,327 Bongkot 92,16 28,10 3,21 20,20 59,618 Endong 93,14 11,04 3,44 23,52 44,389 Rumput Bambu 92,35 15,89 4,16 24,16 57,4710 Pakis 91,62 17,79 4,30 15,13 51,15

Keterangan : BK : Bahan Kering LK : Lemak Kasar PK : Protein Kasar SK : Serat KasarTDN : Total Digestible Nutrient

Page 43: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

43

KESIMPULAN DAN SARAN

Pakan yang tersedia di lokasi kajianberfluktuasi terkait dengan musim. Produksilimbah sayuran (sayur hijau, kubis, bunga kol, dankacang panjang) dan jerami padi dalam setahunberpotensi memenuhi kebutuhan pakan 2 ekorsapi selama 125 hari. Hijauan pakan lokalberpotensi sebagai pakan karena kandunganprotein tinggi dan tersedia sepanjang musim.Hijauan pakan lokal berpotensi sebagai pakanternak perlu dibudidayakan dan dilestarikan danlimbah sayuran yang tersedia perlu dioptimalkanpemanfaatannya untuk pakan.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, E. Juarini, Sumanto, B. Wibowo danSuratman. 2000. Petunjuk Teknis Identifikasidan Analisis Potensi Wilayah PengembanganPeternakan. Direktorat PengembanganPeternakan. Jakarta.

Bisnisbali.com. 2009. Tetap Mengacu padaKeseimbangan Populasi Soal PenentuanKuota Sapi Antarpulau Denpasar (BisnisBali).http://www.bisnisbali.com/2009/12/19/news/agrohobi/lo.html [Minggu, 10 Januari 2010]

Bidura, I.G.N.G. dan I.B.G. Partama. 2008. LimbahPakan Ternak Alternatif dan AplikasiTeknologi. Penerbit Universitas Udayana.

BPS Propinsi Bali. 2013. Bali dalam Angka 2013.BPS Propinsi Bali. Denpasar.

Disnak Prov Bali. Dinas Peternakan Provinsi Bali.2009. Laporan Cacah Jiwa Ternak Provinsi Bali2008. Dinas Peternakan Provinsi Bali.Denpasar.

Gunawan, A. Dickey, dan S. Lukman. 2003. SapiBali, Potensi Produktivitas dan Nilai Ekonomi.Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Kompas.com. 2009. Warga Jakarta Doyan SapiBali. Sabtu, 12 Desember 2009. http://regional.kompas.com/read/2009/12/12/17360312/warga.jakarta.doyan.sapi.bali.[Minggu, 10 Januari, 2010].

Mastika. I.M. 1991. Potensi Limbah Pertanian danIndustri Pertanian serta Pemanfaatannyauntuk Makanan Ternak. Makalah PengukuhanGuru Besar Ilmu Makanan Ternak PadaFakultas Peternakan UNUD-Denpasar.

Mastika. I. M. dan A.W. Puger. 2009. UpayaPerbaikan Penampilan (Performance) SapiBali Melalui Perbaikan Ketersediaan danKualitas Pakan.Fakultas Peternakan,Universitas Udayana. Makalah Disampaikanpada Seminar Sapi Bali di Unud dalamRangka Perayaan Dies Natalis Unud ke 47,pada Tanggal 5-6 Oktober 2009, di KampusPusat Sudirman Denpasar : 12 hal.

Panjaitan, T. 2001. NutritiveValue of PreservedGliricidia (Glirisidia sepium) as RuminantFeed. Master Thesis. James Cook University

Prasetyo A, T Herawati dan Muryanto. 2006.Produksi dan Kualitas Limbah PertanianSebagai Pakan Substitusi Ternak RuminansiaKecil

di Kabupaten Brebes. Prosiding Seminar NasionalTeknologi Peternakan dan Veteriner. 2006.Hal: 440-452

Prawiradiputra, B.R. Sajimin, N.D. Purwantari danI. Herdiawan. 2006. Hijauan Pakan Ternak diIndonesia. Badan Penelitian danpengembangan Pertanian DepartemenPertanian. Jakarta.

Yasa, I.M.R., I G.A.K. Sudaratmaja, I. N. Adijaya,K.Mahaputra, W. Trisnawati, Suharyanto, S.Guntoro, J. Rinaldi, D.A.A. Elizabeth dan P.Y.Priningsih 2005. Participatory Rural AppraisalPrima Tani LKDRIK Desa Sanggalangit. BalaiPengkajian Teknologi Pertanian Bali.

Potensi Pemanfaatan Tanaman Pakan Lokal, Limbah Sayuran dan Jerami PadiUntuk Mendukung Penggemukan Sapi Bali ..... | Ni Luh Gede Budiari, dkk..

Page 44: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201544

PREVALENSI DAN UPAYA PENGENDALIAN PARASIT GASTROINTESTINALPADA KELINCI DENGAN POLA MANAJEMEN BUDIDA YA SEMI INTENSIFDI DESA RIANG GEDE KECAMA TAN PENEBEL KABUPATEN TABANAN

I Putu Agus KertawirawanBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali

Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar-Selatan, Bali, 80222E-mail : [email protected]

Submitted date: 30 Juni 2015 Approved date: 9 Juli 2015

ABSTRACT

Prevalence And Parasite Control Effort Gastrointenal, The Rabbit Management Pattern WithSemi-Intensive Farming In The Village Riang Gede Penebel District Tabanan

In the development of rabbits, the disease is one of the obstacles encountered. One of the diseases thatconstrain livestock development rabbit is a gastrointestinal infection caused by parasitic worms and protozoa.The experiment was conducted in the Riang Gede village, Penebel District Tabanan regency in 2013 whichaims to determine the prevalence of gastrointestinal parasites in rabbits. This study uses 30 faecal samplestaken from adult rabbits were randomly (random). Samples were collected and tested in the laboratory of theVeterinary Denpasar using floating and Withlock. The observed parameters include the type and prevalenceof gastrointestinal parasites (worms and protozoa). The level of prevalence of gastrointestinal parasites inthe study sites 50% positive and 50% negative infection. The highest prevalence was dominated by Eimeriasp with prevalence rates as much as 46.7%, while Strongyloides as much as 3.3%. The high level of prevalenceEimeria sp indicates cases of coccidiosis (bloody diarrhea) in the research location high enough to causedeath in rabbits. Handling cases of coccidiosis on the location of the research can be done by givingAntikoksidiostat be Sulfadimidine 0.2% in drinking water for 24 days, a dose of 0.5-1% in the feed for 14 daysor administration Sulfonamides 0.5-1% in the diet for 7 days. For the treatment of parasites Strongyloidesperformed using Ivermectin dose of 200-400 micrograms / kg (subcutan), doses of 400 micrograms (orally)or use Piperazine dose of 500 micrograms / kg (orally) was repeated 10 days.

Key words : Rabbit, prevalence, gastrointestinal parasites

ABSTRAK

Dalam pengembangan ternak kelinci, penyakit merupakan salah satu kendala yang dihadapi. Salah satupenyakit yang menjadi kendala pengembangan ternak kelinci adalah infeksi parasit gastrointestinal yangdisebabkan oleh cacing maupun protozoa. Penelitian dilaksanakan di desa Riang Gede, Kecamatan PenebelKabupaten Tabanan tahun 2013 yang bertujuan untuk mengetahui tingkat prevalensi parasit gastrointestinalpada kelinci. Penelitian ini menggunakan 30 sampel feses yang diambil dari kelinci dewasa secara acak(random). Sampel yang dikoleksi lalu di uji pada laboratorium Balai Veteriner Denpasar menggunakanmetode apung dan Withlock. Parameter yang diamati meliputi jenis dan prevalensi infeksi parasitgastrointestinal (cacing dan protozoa). Tingkat prevalensi parasit gastrointestinal pada lokasi penelitian50% positif terinfeksi dan 50% negatif. Prevalensi tertinggi didominasi oleh Eimeria sp dengan tingkatprevalensi sebanyak 46,7% sedangkan Strongyloides sebanyak 3.3%. Tingginya tingkat prevalensi Eimeriasp mengindikasikan kasus penyakit koksidiosis (diare berdarah) di lokasi penelitian cukup tinggi sebagaipenyebab kematian pada kelinci. Penanganan kasus koksidiosis pada lokasi penelitian dapat dilakukandengan pemberian Antikoksidiostat berupa Sulfadimidine 0.2% dalam air minum selama 24 hari, dosis0.5-1% dalam pakan selama 14 hari atau pemberian Sulfonamid 0,5-1% dalam pakan selama 7 hari.Untuk penanganan parasit Strongyloides dilakukan menggunakan Ivermectin dosis 200-400 microgram/kg(subcutan), dosis 400 microgram (per oral) atau menggunakan Piperazine dosis 500 microgram /kg (peroral) diulang 10 hari.

Kata kunci : Kelinci, prevalensi, parasit gastrointestinal

Page 45: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

45

PENDAHULUAN

Kelinci merupakan komoditas peternakanyang belum banyak berkembang secara luas dimasyarakat. Pada daerah tertentu, ternak inimerupakan ternak yang umum dibudidayakan olehpetani seperti di wilayah sentra pengembangankomoditas sayuran karena limbah yang dihasilkandapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan kelinci.Selain sebagai komoditas konsumsi, kelinci jugamerupakan ternak hias yang dipelihara sebagaihewan hobi dan juga digunakan sebagai hewanlaboratorium. Saat ini banyak pendapat yangmenyatakan bahwa kelinci merupakan bahanpangan hewani yang cukup menyehatkan karenamemiliki kadar protein tinggi dan rendah lemakdibandingkan dengan daging ayam, kalkun,domba, sapi dan babi (Farrel dan Raharjo,.1984);dalam Lestari 2004).

Desa Riang Gede terletak di KecamatanPenebel Kabupaten Tabanan yang terdiri dari 9dusun dan 1 subak dengan luas wilayah mencapai400 Ha dengan 80% penduduknya berfrofesisebagai petani (Profil desa Riang Gede, 2012).Desa Riang Gede mempunyai potensi dansumberdaya lahan kering dan sawah irigasi teknisyang sangat potensial untuk dikembangkanmenjadi sumber pendapatan masyarakat.Berdasarkan potensi wilayah yang ada, di desaini banyak berkembang peternakan kelincidisamping komoditas ternak lainnya seperti sapi,babi dan ayam. Seperti dalam pengembangankomoditas ternak lainnya, kendala yang dihadapipeternak dalam usaha pengembangannya masihcukup banyak. Penyakit merupakan salah satukendala umum dalam pengembangan komoditaspeternakan sebagaimana pula dalampengembangan ternak kelinci. Kasus kematiankelinci yang terjadi sebagian besar disebabkanoleh penyakit gangguan pencernaan (diare)maupun gangguan penyakit kulit (scabies).

Salah satu penyakit yang menjadi kendaladalam pengembangan ternak kelinci adalah infeksiparasit gastrointestinal yang disebabkan olehcacing maupun protozoa. Pada banyak kasus,koksidiosis merupakan faktor penyebab kegagalanusaha budidaya kelinci dengan tingkat mortalitas(kematian) yang cukup tinggi. Koksidiosismerupakan salah satu penyakit protozoa yangmampu menyebabkan gangguan pertumbuhan dangangguan nutrisi. Penyakit tersebut ditandaidengan penurunan berat badan, diare yang bersifat

rendah maupun berat disertai mucus dan darahyang mengakibatkan dehidrasi. Tingkat mortalitaskasus koksidiosis cukup tinggi 15-35% terutama28 hari pasca lepas sapih (Licois et al., 2000);Iskandar, 1991). Mortalitas koksidiosis padaberbagai jenis hewan berkisar antara 5-100%, danmenimbulkan kerugian ekonomi yang besar berupapenurunan efisiensi pakan dan menghambatpertambahan berat badan.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian inidilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenisdan tingkat prevalensi parasit gastrointestinal padakelinci di lokasi penelitian. Hasil tersebut nantinyadapat digunakan sebagai dasar penentuan upayapencegahan maupun pengendalian kasuskematian ternak serta menekan kerugian ekonomiyang ditimbulkan.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di desa Riang Gede,Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan padabulan Mei tahun 2013. Sampel yang dikoleksiberupa feses yang berasal dari 30 ekor ternakkelinci dewasa yang dibudidayakan oleh KelompokTernak Tri Welu secara acak (random). Sampelfeses yang dikoleksi adalah feses yang barudikeluarkan (< 12 jam) dan dimasukkan ke dalambahan pengawet sampel berupa cairan formalin10%. Sampel yang di isolasi lalu di uji padalaboratorium Balai Veteriner Denpasarmenggunakan metode apung dan Withlock.Parameter yang diamati meliputi jenis dan tingkatprevalensi infeksi parasit gastrointestinal (cacingdan protozoa). Hasil pemeriksaan dapat dilihat daritelur maupun larva yang teridentifikasi daripemeriksaan tersebut di atas. Sampel dinyatakanpositif apabila ditemukan telur cacing ataupunOosit di dalamnya. Prevalensi infeksi dihitungdengan cara membagi jumlah sampel yang positifterinfeksi parasit dengan total jumlah sampel yangdiperiksa, kemudian dikalikan 100 %. Data hasilpemeriksaan selanjutnya dianalisis secaradeskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji laboratorium diperoleh datasebagai berikut ;

Prevalensi dan Upaya Pengendalian Parasit Gastroin Testinal Pada Kelincidengan Pola Manajemen Budidaya Semi Intensif ..... | I Putu Agus Kertawirawan

Page 46: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201546

Tabel 1. Hasil Uji Laboratorium Feses Kelinci diKelompok Ternak Tri Welu, Desa RiangGede, Kecamatan Penebel, KabupatenTabanan, Tahun 2013.

No Jenis Infeksi Jumlah PersentaseParasit Terinfeksi (%)Gastrointestinal (ekor)

1 Eimeria sp 14 46,72 Strongyloides 1 3,33 Negatif 15 50

Sumber : Hasil Pemeriksaan LaboratoriumParasitologi Balai Besar VeterinerDenpasar tahun 2013.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30sampel kelinci di lokasi penelitian terdapat 14sampel yang positif terinfeksi Eimeria sp atausebesar 46,7%, 1 sampel positif terinfeksi cacingStrongyloides atau sebesar 3,3% dan 15 sampelnegatif parasit gastrointestinal atau sebesar 50%.Eimeria sp merupakan protozoa pencernaan yangmerupakan salah satu parasit gastrointestinal yangmenyerang saluran pencernaan, sedangkanStrongyloides merupakan parasit cacing dari klasnematode.

Tingkat Prevalensi dan Upaya PengendalianParasit Gastrointestinal Kelinci

Eimeria sp

Berdasarkan data yang diperoleh, tingkatprevalensi Eimeria sp pada lokasi penelitian cukuptinggi yaitu 46.7%. Tingginya Eimeria sp yangdiisolasi dari sampel feses yang di ambilmengindikasikan potensi kejadian dan penyebaranpenyakit koksidiosis cukup tinggi. Penyakit yangdisebabkan oleh penularan Eimeria sp dikenaldengan penyakit koksidiosis. Tingginya prevalensiEimeria sp pada kelinci kemungkinan disebabkanakibat sanitasi kandang yang masih kurang baik,meskipun pada penelitian yang dilakukan olehPramesti dkk (2013) menyatakan bahwa penyakitkoksidiosis yang menyerang kelinci tidakdipengaruhi oleh umur dan sanitasi. Lebih lanjutdikatakan bahwa tingkat prevalensi Eimeria sppada suatu daerah kemungkinan disebabkan olehwaktu pengambilan pakan yang dilakukan padapagi dan sore hari, dimana pada waktu tersebuthijauan cenderung tercemar Eimeria sp sehinggamemperbesar kemungkinan kelinci terserangpenyakit. Sejalan dengan penelitian Bariroh dkk

(2001) menyebutkan bahwa 90% kasuskoksidiosis menyerang kelinci lepas sapih hinggaumur 6 bulan. Penularan penyakit koksidiosisberasal dari makanan yang tercemar sporozoit.Sporozoit merupakan bentuk infektif koksidia yangditemukan dalam ookista bersporulasi.Pengambilan pakan ternak di lokasi penelitiandilakukan pada pagi hari. Pakan yang diperolehdiletakkan di sekitar kandang dan diberikan secarabertahap pada kelinci. Kemungkinan cemaranparasit bisa terjadi karena pakan diletakkanberdekatan dengan lokasi kandang. Kemungkinanlain juga bisa disebabkan oleh waktu pembersihankandang yang dilakukan setiap 3 (tiga) hari sekali,sehingga kemungkinan kelinci yang terserangEimeria sp dapat menularkan kelinci lainnyamelalui sisa pakan yang tercemar.

Tingginya prevalensi yang ditemukan karenasampel feses yang dikoleksi berasal dari kelincidewasa (indukan). Kasus koksidiosis pada kelincidewasa umumnya lebih besar karena merupakanhewan karier dan cenderung lebih tahan terhadappenyakit tersebut sepanjang ketahanan tubuhnyamasih terjaga. Permasalahan yang terjadi apabilakelinci dewasa (induk) ini melahirkan anak, makaanak yang dilahirkan akan memiliki resiko yangtinggi untuk terserang melalui cemaran feses yangdihasilkan oleh induknya. Sehingga pengendalianEimeria sp pada induk kelinci mutlak dilakukanuntuk menghindari penularan kasus pada anak kelinciyang dilahirkan selain menjaga sanitasi kandang.

Pengobatan kasus koksidiosis pada ternakkelinci dapat dilakukan dengan pemberianAntikoksidia yang dapat diaplikasikan peroral,maupun dicampurkan pada pakan dan air minum(Harkness et.al. 1983). Berdasarkanpemakaiannya antikoksidia dapat berfungsisebagai pengobatan (treatment) dan upayapengendalian (control) (Ostler. 1961). Antikoksidiayang ada kebanyakan bersifat profilaksis yaituhanya bersifat pencegahan dan harus segeradiberikan pada saat exsposure (permulaanmunculnya gejala klinis) atau sesudahnya agarhasil yang diberikan efektif. Sehingga istilah yangtepat digunakan untuk antikoksidia adalahkoksidiostat. Koksidiostat yang umum digunakandalam peternakan adalah Sulfonamid danderivatnya. Beberapa koksidiostat yang dapatdigunakan dalam pengendalian koksidiosis antaralain Sulfadimidine 0.2% dalam air minum selama24 hari atau dosis 0.5-1% dalam pakan selamaselama 14 hari (Ostler. 1961). Lebih lanjut menurutOstler (1961) penggunaan Sulfonamid 0,5-1%dalam pakan selama 7 hari dapat juga digunakan.

Page 47: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

47

Strongyloides

Parasit gastrointestinal lainnya yangditemukan adalah Strongyliodes. Tingkatprevalensi Strongyloides di lokasi penelitian cukuprendah yaitu 3.3%. Strongyloides merupakanpenyakit yang disebabkan oleh parasit cacing dariklas nematode. Lokasi infeksi dari cacing iniadalah pada usus halus dan sekum. Cacing initidak saja menyerang kelinci, tapi juga seringmenyerang hewan lainnya meskipun dia memilikispesies yang berbeda. Strongyloides westeriditemukan pada kuda dan keledai. Strongyloidespapilorus pada hewan ruminant, Strongyloidesransomi ditemukan pada babi, Strongyloidesstercoralis ditemukan pada anjing dan kucing,sedangkan Strongyloides avium dapat ditemukanpada ayam/unggas. Larva infertile dapat masukmelalui penetrasi kulit yang menyebabkan reaksierythematus dimana pada domba sering diikutimasuknya organisme asing lainnya sehinggamenyebabkan pembusukan pada kaki/kuku. Jalurjalannya larva di paru-paru dapat terlihat ketikadilakukan pembedahan/nekropsi. Parasit dewasaditemukan dalam duodenum dan jejunum bagianproximal dan jika ditemukan dalam jumlah banyakmungkin menyebabkan peradangan denganoedema dan pengikisan epitel. Gejala klinis umumyang sering terlihat hanya pada hewan sangatmuda adalah diare, anorexia, kusam, penurunanberat badan (Urquhart; et.all. 1996).

Meskipun tingkat prevalensi Strongyliodes dilokasi penelitian cukup rendah, namun indikasi inimenunjukkan bahwa di lokasi pengembanganternak kelinci berpotensi berkembang danmenyebarnya kasus tersebut jika tidak ditanganisecara baik. Pemberian obat cacing dan sanitasikandang yang baik merupakan salah satu upayadalam menekan penyebaran kasus penyakittersebut. Untuk pengobatan, dapat dilakukandengan menggunakan preparat Ivermectin dosis200-400 microgram/kg (subcutan) atau 400microgram (per oral). Penggunaan Piperazinedengan dosis 500 microgram /kg (per oral) di ulang10 hari juga efektif digunakan (Bishop,1996).

KESIMPULAN

Tingkat prevalensi parasit gastrointestinalpada kelinci di lokasi penelitian 50% positifterinfeksi, dengan prevalensi tertinggi didominasioleh Eimeria sp sebanyak 46,7% sedangkan

Strongyloides sebanyak 3.3%. Tingginyaprevalensi Eimeria sp mengindikasikan tingkatkasus penyakit koksidiosis (diare berdarah) dilokasi penelitian cukup tinggi sebagai penyebabkematian pada kelinci.

Penanganan kasus koksidiosis pada lokasipenelitian dapat dilakukan dengan pemberianAntikoksidiostat berupa Sulfadimidine 0.2% dalamair minum selama 24 hari, dosis 0.5-1% dalampakan selama 14 hari atau dengan pemberianSulfonamid 0,5-1% dalam pakan selama 7hariPenanganan parasit Strongyloides dapatdilakukan dengan menggunakan preparatIvermectin dosis 200-400 microgram/kg(subcutan), dosis 400 microgram (per oral) ataudengan menggunakan Piperazine dosis 500microgram /kg (per oral) di ulang 10 hari.

DAFTAR PUSTAKA

Bariroh, N.R, Wafiatiningsih,I. Sulistyono dan R.A.Saptani. 2001. Prospek PengembanganKelinci Non-lokal di Kalimantan Timur.Lokakarya Nasional Potensi dan PeluangPengembangan Usaha Agribisnis Kelinci.Samarinda dan Bogor.

Bishop,Y.M. 1996. The Veterinary Formulary.Hanbook of Medicines Used in VeterinaryPractice. Third Edition. London RoyalPharmaceutical Siciety of Great Britain andBritish Veterinary Association.

Farrel, D.J and Raharjo. Y.C. 1984. PotensiTernakKelinci Sebagai Penghasil Daging.Puslitbangnak. Deptan.

George, J.R. 1980. Parasitology for Veterinarians.W.B. Saunders Company, Philadelphia.

Harkness,J.E and J.E. Wagner. 1983. The Biologyand Medicine of Rabbits and Rodents. 2nd

Edition. Lea and Febiger. Philadelphia.

Iskandar, T.1991. Kepekaan Kelinci (Oryctolaguscuniculus) terhadap infeksi E. stidae danGambaran Darahnya. Penyakit Hewan 23 (42): 22-28

Lestari.S.C.M. 2004. Penampilan Produksi KelinciLokal Menggunakan Pakan Pellet DenganBerbagai Aras Kulit Biji Kedelai. Pros. Seminar

Prevalensi dan Upaya Pengendalian Parasit Gastroin Testinal Pada Kelincidengan Pola Manajemen Budidaya Semi Intensif ..... | I Putu Agus Kertawirawan

Page 48: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201548

Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.Hlm. 670-675.

Licois, D. Coudert,P. and Nere, N. 2000. EpizootictRabbits Enterocolitis and Coccidiosis ACriminal Conspiracy. 7 th Rabbits CongressValence-Espagne.

Profil Desa. 2012. Profil Desa Riang Gede,Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanantahun 2012.

Ostler, O.C. 1961. The Desease of Broiler Rabbits.Vet.Rec (47): 1237-1252.

Urquhart G.M., Armour J., Duncan J.L., Dunn A.m.,and Jennings F.W. 1996. VeterinaryParasitology 2nd Edition. ELBS, England.

Page 49: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

49

TINGKAT KONSUMSI ENERGI MELALUI DIVERSIFIKASI P ANGAN LOKALPADA KEGIATAN MKRPL (Kasus Desa Catur , Kint amani)

Parwati, I.A.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai-Pesanggaran,PO BOX 3480, Denpasar

E-mail: [email protected]

Submitted date: 13 Juli 2015 Approved date: 21 Juli 2015

ABSTARCT

Energy Consumption Levels Through Diversification Of Local Food In MKRPL Activivities( Case Catur Village, Kintamani )

Diversification is one way to achieve food security, efforts to build a diversified food consumption has beencarried out since the 60s, through Presidential Instruction. Through Model Region Sustainable Food House(MKRPL) is expected to further diversify food consumption and also the consumption of staple foods. Theaim of this study was to see how much intake of energy that has been consumed by people in the Caturvillage and the extent to which patterns of diversification that has been implemented with the activitiesMKRPL. Determining the location of deliberately namely in the Catur village, is the location of MKRPL in2012, Samples taken as many as 20 people through direct interviews using a structured questionnairerefers to the consumption of SUSENAS questionnaire. Data were analyzed using PPH Score. Indicators offood diversity and the level of energy consumption assessed from a score of PPH. Results show the averagefarmer to spend money to make ends meet for the family per day most purchases Rice ( grains group),expenditure for the purchase of fruits and vegetables is the third highest expenditure after the others andpurchase animal food group. Consumption patterns in rural Catur is still not in accordance with the idealfood pattern contained in PPH. Consumption of a group of grains (rice, corn, wheat) is still dominant. Foodconsumption current for each food is still less than the consumption expected, the amount of consumptionof energy and protein consumed by farm families cooperator not meet the recommended consumption ofenergy family cooperator 1224.36 kilo calories and protein 19.6 grams / capita / day whereas therecommendations of Widyakarya Food and Nutrition 2008 standard energy consumption per capita per dayis 2000 kilo calories, whereas protein 52 GRM / capita / day.

Key words : Energy consumption, diversification, MKRPL, Dietary Pattern Hope (PPH)

ABSTRAK

Diversifikasi pangan merupakan salah satu cara dalam mewujudkan ketahanan pangan, upaya membangundiversifikasi konsumsi pangan telah dilaksanakan sejak tahun 60-an, melalui Intruksi Presiden. Melaluikegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) diharapakan untuk lebih menganekaragamkankonsumsi pangan dan juga konsumsi pangan pokok. Tujuan dari Kajian ini adalah ingin melihat seberapabesar asupan energy yang telah dikonsumsi oleh masyarakat di desa Catur dan sejauh mana poladiversifikasi pangan yang telah diterapkan dengan adanya kegiatan MKRPL. Penentuan lokasi secarasengaja yaitu di Desa Catur, merupakan lokasi MKRPL tahun 2012, Sampel yang diambil sebanyak 20orang melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur mengacu kuesionerkonsumsi dari SUSENAS. Data dianalisis menggunakan Skor PPH. Indikator keanekaragaman pangandan tingkat konsumsi energy dinilai dari skor PPH. Hasil menunjukan Rata-rata petani mengeluarkan uanguntuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga per hari terbanyak untuk pembelian Beras (kelompk padi-padian), pengeluaran untuk pembelian sayur dan buah adalah pengeluaran terbanyak ketiga setelah lain-lain dan pembelian kelompok pangan hewani. Pola konsumsi masyarakat di desa Catur masih belumsesuai dengan pola pangan ideal yang tertuang dalam PPH. Konsumsi dari kelompok padi-padian (beras,jagung, terigu) masih dominan. Konsumsi pangan aktual untuk setiap bahan pangan masih kurang darikonsumsi yang diharapkan, jumlah konsumsi energy dan protein yang dikonsumsi keluarga petani koperatorbelum memenuhi anjuran, konsumsi energy keluarga koperator 1224.36 kilo kalori dan protein 19.6 gram/kapita/hari sedangkan rekomendasi dari Widyakarya Pangan dan Gizi Tahun 2008 standar konsumsi energyper kapita per hari adalah 2000 kilo kalori, sedangkan protein 52 grm/kapita/hari.

Kata Kunci : Konsumsi energy, diversifikasi, MKRPL, PPH

Tingkat Konsumsi Energi Melalui Diversifikasi Pangan Lokal Pada Kegiatan MKRPL(Kasus Desa Catur, Kintamani) | Parwati, I.A.

Page 50: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201550

PENDAHULUAN

Upaya membangun diversifikasi konsumsipangan telah dilaksanakan sejak tahun 60-an.Saat itu pemerintah mulai menganjurkan konsumsibahan pangan pokok selain beras, akhir Pelita I(1974), secara eksplisit pemerintahmencanangkan kebijakan diversifikasi panganmelalui Inpres No. 14 tahun 1974 tentangPerbaikan Menu Makanan Rakyat (UPMMR), dandisempurnakan melalui Inpres No. 20 tahun 1979.Maksud dari instruksi tersebut adalah untuk lebihmenganekaragamkan jenis pangan danmeningkatkan mutu gizi makanan rakyat baiksecara kulaitas maupun kuantitas sebagai usahauntuk meningkatkan kualitas sumber dayamanusia. Namun dalam perjalanannya, tujuandiversifikasi konsumsi pangan lebih ditekankansebagai usaha untuk menurunkan tingkatkonsumsi beras, karena diversifikasi konsumsipangan hanya diartikan pada penganekaragamanpangan pokok, (Mewa Ariani. (http://www.google.co.id/. 2012). Selanjutnya programdiversifikasi konsumsi pangan dilakukan secara

parsial, baik dalam konsep, target wilayah dansasaran, tidak dalam diversifikasi secara utuh.Studi yang dilakukan oleh Suhardjo, (1998)menyatakan bahwa diversifikasi panganmerupakan salah satu cara dalam mewujudkanketahanan pangan. Lebih lanjut dikatakan bahwadiversifikasi pangan dapat dijadikan sebagaiinstrument kebijakan dalam mengurangiketergantungan pada beras.

Dengan mengacu pada patokan yang telahditetapkan dalam Widyakarya Nasional Pangandan Gizi VI (1998), bahwa kecukupan energy rata-rata sebesar 2200 Kalori/kapita/hari (Tabel 1) danprotein sebesar 48 gram/kapita/hari, berarti tingkatkonsumsi energy penduduk Indonesia sampaitahun 2004 masih belum sesuai patokan yangdianjurkan, Mewa Ariani. (http://www.google.co.id).

Konsumsi pangan termasuk konsumsi energydan protein, sangat dipengaruhi oleh daya belimasyarakat dan kesadaran masyarakat terhadappangan dan gizi. Seperti terlihat pada Tabel 2.Bahwa tingkat konsumsi energy dan proteinmasyarakat berbeda antar kelompok pendapatandan terdapat kecendrungan semakin tinggi

Tabel 1. Kecukupan Energi Rata-Rata

No. Kelompok pangan Energi (kal) % Bobot Skor Maks

1. Padi-padian 1100 50.0 6.5 25.02. Umbi-umbian 132 6.0 0.5 2.53. Pangan Hewani 264 12.0 2.0 25.04. Minyak dan Lemak 220 10.0 0.5 5.05. Buah/Biji berminyak 66 3.0 0.5 1.06. Kacang-kacangan 110 5.0 2.0 10.07. Gula 110 5.0 0.5 2.58. Sayur dan Buah 132 6.0 5.0 30.09. Lain-lain 60 3.0 0.0 0.0

Total 2200 100.0 17.5 100.0

Sumber Susenas (2004)

Tabel 2. Konsumsi Energi dan Protein Menurut Kelompok Pendapatan

Kelompok Pendapatan Penduduk Energi Protein (Rp/Kapita/bln) (%) ( Kalori/Kapita/hari) (grm/kapita/hari)

I < 60.000 0,72 1.240,9 31,5II 60.000 - 79.999 3,45 1.452,0 28,0III 80.000 - 99.999 7,80 1.627,6 37,5IV 100.000 - 149.999 23,17 1.794,9 43,3V 150.000 - 199.999 21,47 1.983,4 49,4VI 200.000 - 299.999 22,82 2.126,8 54,6VII 300.000 - 499.999 14,01 2.253,1 62,2VIII > 500.000 6,57 2.398,0 72,9

Sumber : Susenas, 2004.

Page 51: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

51

pendapatan, semakin tinggi pula tingkatkonsumsinya.

Program diversifikasi konsumsi pangan pokokyang selama ini diharapkan untuk mengkonsumsipangan non beras,lebih banyak tidak tercapai.Oleh sebab itu melalui kegiatan Model KawasanRumah Pangan Lestari (MKRPL) diharapakanuntuk lebih menganekaragamkan konsumsipangan dan juga konsumsi pangan pokok. Darihasil kajian yang dilakukan oleh Parwati, dkk(2012) mendapatkan bahwa konsumsi darikelompok padi-padian (beras, jagung, terigu) masihdominan. Skor PPH sebelum MKRPL sebesar68.85, pangan yang dimakan belum mencukupiharapan dan kurang beragam. Skor PPH ini jauhlebih kecil dari skor PPH Bali (71,59), sedangkansetelah MKRPL skor meningkat menjadi 72,62namun peningkatan ini masih jauh dari skorharapan (100). Hal senada juga didapatkan olehHeni S. Rahayu, dkk (2012) bahwa melaluikegiatan MKRPL di desa Ujombou ( Sulteng)mampu meningkatkan nilai PPH dari 74,8 menjadi83,3 walupun belum sesuai harapan (100).

Berdasarkan permasalahan dan hasil daribeberapa kajian yang berhubungan dengandiversifikasi pangan, kajian ini ingin melihatseberapa besar asupan energy yang telahdikonsumsi dan sejauh mana pola diversifikasipangan yang telah diterapkan oleh masyarakat diDesa Catur dengan adanya kegiatan MKRPLmelalui perhitungan Pola Pangan Harapan.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu penelitian

Penentuan lokasi secara sengaja yaitu diDesa Catur, Kecamatan Kintamani, KabupatenBangli, sesuai dengan lokasi pengkajian ModelKawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) yangdilaksanakan BPTP Bali. Penelitian ini dilakukanpada Mei sampai September 2012.

Metode Pengumpulan Data

Sumber datanya adalah data primer dan datasekunder. Data primer diperoleh dari petanikooperator (pelaksana pengkajian) sampel yangdiambil sebanyak 20 orang merupakan ibu-iburumah tangga, melalui wawancara langsungdengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur(kuesioner) yang telah dipersiapkan. Pola Pangan

Harapan (PPH) adalah jenis dan jumlah kelompokpangan utama yang dianjurkan untuk memenuhikebutuhan zat gizi berdasarkan kontribusi zat gizienergi masing-masing kelompok pangan. SkorPPH yang dipakai adalah skor PPH tingkatkonsumsi keluarga/rumahtangga yang didekatidengan pengeluaran pangan satu hari yang lalu.Kuesioner konsumsi yang digunakan mengikutikuesioner konsumsi Survey Sosial EkonomiNasional (SUSENAS) yang dilaksanakan olehBPS. Angka konversi zat gizi juga mengikuti angkakonversi yang digunakan dalam SUSENAS.

Metode Analisis Data

• Data yang digunakan untuk menganalisisPPH adalah data jumlah konsumsi energi perkelompok pangan serta jumlah responden.

• Energi aktual dihitung berdasarkan jumlahkonsumsi energi berdasarkan kode PPHdibagi dengan jumlah responden.

• Persentase energi aktual setiap kelompokpangan didapat dengan membandingkanenergi setiap kelompok pangan dengan totalkonsumsi energi seluruh kelompok pangandikali 100.

• Persentase Angka Kecukupan Energi (AKE)didapat dengan membandingan konsumsienergi aktual setiap kelompok pangan denganrata-rata AKE, yaitu 2000, kemudian dikali100.

• Skor aktual dan skor AKE dihitung daripersentase masing-masing dikali denganbobot. Bobot telah ditetapkan dengan prinsipdasar triguna makanan (zat pembangun, zatpengatur, dan zat tenaga).Skor PPH adalah skor AKE per golongan

pangan, Jika Skor AKE lebih kecil daripada SkorMaksimum, maka Skor PPH yang didapat adalahsama dengan skor AKE. Namun, jika Skor AKElebih besar daripada skor Maksimum, maka SkorPPH adalah sama dengan skor Maksimum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Petani Koperator

Aspek daya beli dan ketersediaan panganyang cukup (jumlah, mutu, keragaman dan aman),serta faktor kesadaran pangan dan gizi merupakanfaktor yang menonjol dalam menentukankonsumsi pangan yang beragam dan berimbang (

Tingkat Konsumsi Energi Melalui Diversifikasi Pangan Lokal Pada Kegiatan MKRPL(Kasus Desa Catur, Kintamani) | Parwati, I.A.

Page 52: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201552

Suhardjo, 1998). Daya beli rumah tangga berkaitandengan jumlah tingkat pendapatan dan jumlahanggota keluarga. Semakin banyak jumlahanggota keluarga yang tidak diimbangi olehpendapatan yang memadai maka akanmenurunkan daya beli rumah tangga terhadapbahan makanan. Berikut adalah rata-rata jumlahanggota keluarga dan tingkat pendapatan petanikoperator di desa Catur, Bangli.

Tabel 3. Keragaan Jumlah Anggota KeluargaResponden di Desa Catur 2012

Jumlah Anggota Keluarga n %

<5 12 0.605-6 5 0.25>6 3 0.15

Total 20 1.00

Sumber : data primer diolah

Dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa jumlah rata-rata anggota keluarga petani koperator di desaCatur adalah dibawah 5 ( 2 samapi 4 orang/KK)yaitu hampir 60%. Jumlah ini sesuai dengankeluarga ideal yang diharapkan yaitu rata-rata 4orang, dari 20 petani koperator (responden) hanya3 orang (15%) yang memiliki anggota keluargadiatas 6 orang, jumlah anggota rumah tangga akanmempengaruhi tingkat konsumsi pangan, tingkatkonsumsi masyarakat sangat dipengaruhi olehdaya beli, demikian halnya tingkat daya belimasyarakat sesuai dengan tingkat pendapatan,menurut Mewa Ariani (http://www.google.co.id/.)terdapat kecendrungan semakin tinggi pendapatan,semakin tinggi pula tingkat konsumsinya. Berikutadalah tingkat pendapatan rumah tanggaresponden per bulan di desa Catur.

Tabel 4. Tingkat Pendapatan Keluarga Respondendi Desa Catur Tahun 2012

Tingkat Pendapatan/bulan n %

< 400,000 14 0.70400,000 - 600,000 4 0.20

> 600000 2 0.10Total 20 1.00

Sumber : Data primer Diolah

Berdasarkan Tabel 4, tingkat pendapatanpetani koperator di desa Catur mayoritas dibawahRp 400.000, hal ini disebabkan, mayoritas petanikoperator di desa Catur adalah petani kebun(Grafik 1), dengan komoditas yang ditanam

kebanyakan adalah tanaman tahunan (jeruk dankopi), sehingga penghasilan bulanan hanyamengandalkan hasil dari tanaman sela yangditanam ( labu siam, ubi jalar). Anjuran dalamWidyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI agarterpenuhi kebutuhan energy dan gizinya minimalpendapatan perkapita per bulan adalah Rp200.000. Pengaruh tingkat pendapatan terhadappola konsumsi masyarakat juga disampaikan olehCahyani (2008) yang menyatakan bahwapendapatan keluarga merupakan variable yangberpengaruh dominan terhadap Pola PanganHarapan (PPH) masyarakat.

Tingkat pendapatan keluarga ini berkaitandengan keragaan pekerjaan yang ada di desaCatur (Grafik 1).

Grafik 1. Keragaan Pekerjaan Petani Koperator diDesa Catur

Petani koperator merupakan perkumpulan ibu-ibu rumah tangga yang berdomisili di desa Catur.Sebagian ibu-ibu peserta M-KRPL bermatapencaharian sebagai petani pekebun ( 70%),sedangkan sisanya (30%) ada yang sebagaidagang, peternak dan buruh tani. Dilihat dari segipendidikan, tingkat pendidikan ibu-ibu ( Tabel 5)sebagian besar tamat Sekolah Dasar (55%), tamatSekolah Menengah Pertama (30%) dan tamatSekolah Menengah Atas (15%). TingkatPendidikan juga berpengaruh pada pola fikir dalamkesesuaian penyusunan menu terhadap standargizi. Martanto dan Ariani (2004) menyatakan bahwafaktor budaya, pendidikan dan gaya hidupmerupakan faktor penentu konsumsi pangan.

Diversifikasi konsumsi pangan pada dasarnyamemperluas pilihan masyarakat dalam kegiatankonsumsi sesuai dengan citarasa yang diinginkandan mendapatkan pangan dan gizi agar dapathidup sehat dan aktif (Ariani, 2012). Denganmelihat pendidikan petani responden sebagianbesar (55%) adalah tamatan SD ditambah

Page 53: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

53

kurangnya pengetahuan tentang gizi makamasyarakat Catur masih butuh penyuluhan lebihlanjut tentang pola konsumsi pangan yang tepat.

Rata-rata Jumlah konsumsi dan pengeluaranRumah Tangga per hari di Desa Catur

Rata-rata petani mengeluarkan uang untukmemenuhi kebutuhan hidup keluarga per harisebanyak Rp 42.716 dimana pengeluaranterbanyak untuk pembelian Beras (kelompk padi-padian) yaitu sebanyak 22%, rata-rata kebutuhanberas keluarga per hari di desa catur 1,66 kg(rata-rata jumlah anggota 4.5/KK). Pengeluaranuntuk pembelian sayur dan buah adalahpengeluaran terbanyak keempat (11%) setelahpembelian lain-lain 19% (bumbu dapur, snackanak-anak, makan dan minum), dan kelompokpangan hewani (17%).

Tabel 6. Rata-rata pengeluaran petani untukkebutuhan pangan sehari di Desa Catur

No. Jenis konsumsi Jml. Konsumsi Harga(Kg) (Rp)

1 Padi-padian 1.66 8,8502 Umbi-umbian 0.27 2,7003 Pangan Hewani 1.90 7,1164 Minyak dan Lemak 0.28 4,9505 Buah/Biji berminyak 0 -6 Kacang-kacangan 0.24 3,0007 Gula 0.69 3,0008 Sayur dan buah 1.22 4,8509 Lain-lain 4.37 8,250 Total 10.63 42,716

Sumber : Data Primer diolah

Harga beras saat survey Rp 7500 - 8000/kg.Konsumsi pangan termasuk konsumsi energy danprotein sangat dipengaruhi oleh daya beli

masyarakat dan kesadaran masyarakat terhadappangan dan gizi. Rata-rata keluarga di desa Caturmengkonsumsi 1.66 kg/kk/hari beras, sayur danbuah merupakan jumlah konsumsi terbesar ke duasetelah kelompok padi-padian, melihat jumlahtersebut, sebelum kegiatan MKRPL, petani harusmengeluarkan dana Rp 4.850 per hari untukpembelian sayur (75%) dan buah (25%), Rp 7.116(untuk pembelian kelompok pangan hewani), Rp8.250 (untuk pembelian lain-lain terutama bumbudapur). Setelah MKRPL pengeluaran terutamauntuk pembelian sayur dan buah, umbi-umbian,lain-lain, kelompok pangan hewani bisa ditekanbahkan untuk kelompok sayur dan buah danbumbu dapur tidak ada lagi. Jadi dalam waktusebulan petani bisa menghemat pengeluaransebesar Rp 660.360,-, dan dari jenis sayur yangdikonsumsi lebih beragam. Dan apabila tanamandi pekarangan tersebut betul-betul dipeliharasecara maksimal sangat mungkin dijadikansumber pendapatan. Pendapat ini didukung olehpenelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2010)bahwa dengan memanfaatkan pekaranganpendapatan yang diperoleh di Desa Sambirejo,Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul tiapbulannya berkisar antara Rp. 335.000 - Rp.2.246.428 Namun demikian, dengan penataanpekarangan yang lebih baik dapat memberikanpendapatan hingga Rp 3.236.821 per bulan atauRp 38.841.848 per tahun (Mardiyanto, 2009)

Diversifikasi Pola Konsumsi Pangan KeluargaPetani Koperator dan PerbandinganKontribusi Energi

Sumber energy dan protein desa Catur terpolautama pada nasi dan ikan danau dan ikan laut(terutama ikan asin) sesuai kultur kebiasaan danketersediaan bahan setempat. Hal ini sesuaidengan Penelitian Mewa Ariani (http://www.google.co.id/) yang menyatakan bahwakonsumsi pangan dan protein sangat dipengaruhioleh ketersediaan dan faktor social budaya. Halini tergambar pada konsumsi sumber energy danprotein di desa Catur yang hampir seragam(Tabel 7).

Jumlah konsumsi energy dan protein yangdikonsumsi keluarga petani koperator belummemenuhi anjuran. Rekomendasi dari WidyakaryaPangan dan Gizi Tahun 2008 standar konsumsienergy per kapita per hari adalah 2000 kilo kalori,sedangkan protein 52 grm/kapita/hari, sedangkankonsumsi energy keluarga koperator 1224.36 kilo

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Suami Istri KeluargaResponden di Desa Catur Tahun 2012

Suami IstriTingkat Pendidikan

n % n %

SD 9 0.45 11 0.55SMP 7 0.35 6 0.30SLTA 4 0.20 3 0.15Total 20 1.00 20 1.00

Sumber : Data Primer diolah

Tingkat Konsumsi Energi Melalui Diversifikasi Pangan Lokal Pada Kegiatan MKRPL(Kasus Desa Catur, Kintamani) | Parwati, I.A.

Page 54: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201554

kalori dan protein 19.6 gram/kapita/hari. Menu yangkurang beragam yaitu didominasi nasi dan ikanjuga dipengaruhi oleh ketersediaan bahan lain yangkurang. Ketersediaan ini juga dipengaruhi letak/lokasi desa/wilayah yang jauh dari sumberproduksi. Jarak desa Catur ke kecamatan 20 kmdengan waktu tempuh 30 Menit. Jarak kekabupaten 45 km dengan waktu tempuh 1 jamsedangkan ke propinsi 60 km dengan waktutempuh 1,5 – 2 jam, dengan ketinggian tempat1100 sampai 1340 m di atas permukaan air laut,dengan suhu maximum/minimum 270c s/d 120c,dengan kelembaban 75 – 8%. Sedangkan curahhujan 3250 mm/th.

Konsumsi pangan aktual untuk setiap bahanpangan masih kurang dari konsumsi yangdiharapkan. Hal ini dapat terlihat dari selisih antarakonsumsi ideal dengan konsumsi aktual padaTabel 8. Pangan dengan selisih ‘kurang” lebihbanyak dari pada yang “lebih”. Konsumsi energiideal dihitung dari % kontribusi ideal dikali denganrata-rata AKE, yaitu 2000. Kontribusi energi daripangan yang dikosumsi hampir sebagian besarbelum mencukupi AKE. Pangan yang dikonsumsi

kebanyakan kurang dari kebutuhan. Dari hasilsurvey yang telah dilakukan baik sebelum maupunsetelah MKRPL pola konsumsi masyarakat didesa Catur khususnya masih belum sesuaidengan pola pangan ideal yang tertuang dalamPPH. Konsumsi dari kelompok padi-padian (beras,jagung, terigu) masih dominan. Dimanaseharusnya pangsa konsumsi energy seharusnyadari kelompok pangan padi-padian hanya 50persen, namun kenyataanya 58,75 persen.Sebaliknya, pangsa energy dari umbi-umbianmasih sekitar setengahnya dari yang dianjurkan,padahal di Bali, khususnya di desa Catur tersediaberbagai jenis umbi-umbian dengan harga yangrelative murah. Hal ini didukung oleh penelitian yangdilakukan oleh Mewa Ariani (2009) yangmenyatakan bahwa pola konsumsi masyarakatIndonesia masih belum sesuai dengan pola panganharapan dimana khusus untuk kelompok panganpadi-padian di desa 60,7 persen sedangkan di kota63,9 persen, dimana seharusnya konsumsi energyuntuk kelompok ini sebesar 50 persen. Namunyang perlu diwaspadai adalah konsumsi pangansumber minyak + lemak yang sudah berlebih.

Tabel 7. Tingkat Konsumsi Energi dan Macam Sumber Energi Keluarga Petani Koperator di Desa CaturTahun 2012

Sumber Energi Jml konsumsi Sumber Jml konsumsi(grm/kapita/hari) Protein (grm/kapita/hari)

Beras 1174.94 Ikan 7.7Ubi Jalar 23.86 Telur 4.98Talas 8.78 Tempe 6.88Ketela Pohon 16.98Total 1224.36 19.56

Sumber : Data Primer Diolah

Tabel 8. Perbandingan Kontribusi Energi

Energi Aktual (Kkal/kap/hr) Kontribusi (%)No. Kelompok Pangan

Aktual ideal selisih Aktual ideal selisih

1 Padi-padian 1174.94 1000 174.94 58.75 50.00 8.752 Umbi-umbian 49.68 120 -70.32 2.48 6.00 -3.523 Pangan Hewani 100.74 240 -139.26 5.04 12.00 -6.964 Minyak dan Lemak 545.92 200 345.92 27.30 10.00 17.305 Buah/Biji berminyak 0.00 60 -60 0.00 3.00 -3.006 Kacang-kacangan 67.2 100 -32.8 3.36 5.00 -1.647 Gula 68.48 100 -31.52 3.42 5.00 -1.588 Sayur dan buah 88.01 120 -31.99 4.35 6.00 -1.659 Lain-lain 53.01 60 -6.99 2.65 3.00 -0.35 Total 2147.98 2000 147.98 107.3 100.00 7.35

Sumber : Data Primer Diolah

Page 55: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

55

Kelebihan pangan ini akan membawa dampaknegative bagi kesehatan terutama penyakitdegenerative seperti tekanan darah tinggi, jantungdan diabetes.

Skor Angka Kecukupan Energi (AKE) masihkurang dari yang diharapkan. Hal ini dapat dilihatpada Tabel 9. Pada kolom selisih, terlihat bahwabaru enam kelompok pangan dengan skor AKEdiatas kebutuhan, sementara tiga kelompoklainnya masih kurang. Sebelum MKRPL Skor AKEkelompok pangan yang sangat jauh denganharapan adalah kelompok pangan hewani dankelompok sayur dan buah sementara kelompokpangan yang melebihi harapan adalah kelompokminyak dan lemak dan padi-padian. SetelahMKRPL Skor AKE dari kelompok sayur + buahtelah melebihi dari kelompok harapan. Beratpangan yang dimakan juga masih kurang dariharapan. Untuk memenuhi harapan umbi-umbiandengan nilai harapan rendah membutuhkankonsumsi pangan sebesar 65.75 gram, sedangkan

padi-padian serta minyak dan lemak sebaiknyadikurangi konsumsinya karena terdapat kelebihanmasing-masing sebesar 1205 dan 155 gram.Sedangkan kelompok dari pangan sayur dan buahtelah melebihi sebanyak 120 grm. Sehingga dapatdisimpulkan bahwa kontribusi energi untuk padi-padian paling tinggi disusul oleh kelompok buahdan sayur.

Dalam konsep PPH, setiap kelompok pangandalam bentuk energy mempunyai pembobot yangberbeda tergantung peranan pangan dari masing-masing kelompok terhadap pertumbuhan danperkembangan manusia. Sebagai contoh,pembobot pada kelompok padi-padian, umbi-umbian dan gula hanya 0,5 karena pangan tersebuthanya sebagai sumber energy untuk pertumbuhanmanusia. Sebaliknya pangan hewani dan kacang-kacangan sebagai sumber protein yang berfungsisebagai pertumbuhan dan perkembangan manusiamempunyai pembobot 2 dan sayur+buah sebagaisumber vitamin dan mineral, serat dan lain-lain

Tabel 9. Perbandingan Skor PPH

Skor PPH Estimasi Berat (grm)No. Kelompok Pangan

AKE ideal selisih Aktual ideal selisih

1 Padi-padian 29.37 25.00 4.37 1480 275 1205.002 Umbi-umbian 1.24 2.50 -1.26 24.25 90 -65.753 Pangan Hewani 10.07 24.00 -13.93 196 140 56.004 Minyak dan Lemak 13.65 5.00 8.65 180 25 155.005 Buah/Biji berminyak 0.00 1.00 -1.00 0 10 -10.006 Kacang-kacangan 6.72 10.00 -3.28 24 35 -11.007 Gula 1.71 2.50 -0.79 69 30 39.008 Sayur dan buah 22.00 30.00 -8.00 350 230 120.009 Lain-lain 0.00 0.00 0.00 23 15 8.00 Total 84.77 100 -15.23 2346 850.00 1496.25

Sumber : Data Primer Diolah

Tabel 10. Skor PPH

No. Kelompok Pangan Skor AKE Skor Maks Skor PPH

1 Padi-padian 29.37 25.00 25.002 Umbi-umbian 1.24 2.50 1.123 Pangan Hewani 10.07 24.00 10.075 Minyak dan Lemak 13.65 5.00 5.006 Buah/Biji berminyak 0.00 1.00 1.007 Kacang-kacangan 6.72 10.00 6.728 Gula 1.71 2.50 1.719 Sayur dan buah 22.00 30.00 22.0010 Lain-lain 0.00 0.00 0.00 Total 84.77 100.00 72.62

Sumber : Data Primer Diolah

Tingkat Konsumsi Energi Melalui Diversifikasi Pangan Lokal Pada Kegiatan MKRPL(Kasus Desa Catur, Kintamani) | Parwati, I.A.

Page 56: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201556

mempunyai pembobot 5 (Mewa Ariani.2012).Dengan mengalikan proporsi energy denganmasing-masing pembobotnya, maka dalamkonsep PPH akan diperoleh skor sebesar 100.Dalam arti diversifikasi konsumsi pangan sesuaikonsep PPH harus mempunyai skor 100.

Hasil survey menunjukkan, sebelum MKRPLberdasarkan skor PPH, yaitu sebesar 68.85,pangan yang dimakan belum mencukupi harapandan kurang beragam. Skor PPH ini jauh lebih kecildari skor PPH Bali (71,59), sedangkan setelahMKRPL skor meningkat menjadi 72,62 namunpeningkatan ini masih jauh dari skor harapan halini perlu menjadi perhatian, sebab skor PPH yangdiharapkan adalah 100. Konsumsi pangan padi-padian, serta minyak dan lemak telah melebihikonsumsi ideal. Hal ini terlihat dari skor AKE yangtelah melebihi skor Maksimum, sementarakelompok pangan lain masih kurang dari harapan.

Bahan pangan yang perlu dikurangikonsumsinya adalah minyak dan lemak, Kelompokpangan ini dikonsumsi melebihi konsumsi ideal,sehingga konsumsi harus dikurangi. Sementaraitu, bahan pangan yang harus ditingkatkankonsumsinya adalah, umbi-umbian, panganhewani, minyak dan lemak, kacang-kacangan,serta sayur dan buah.

KESIMPULAN

Mata pencaharian ibu-ibu di desa Catursebagian besar sebagai petani kebun dan hanyasedikit sebagai dagang, peternak dan buruh tani.Tingkat pendidikan responden sebagian besartamat Sekolah Dasar (55%), pendidikan akanberpengaruh pada pola fikir dalam kesesuaianpenyusunan menu terhadap standar gizi.Diversifikasi konsumsi pangan pada dasarnyamemperluas pilihan masyarakat dalam kegiatankonsumsi sesuai dengan citarasa yang diinginkandan mendapatkan pangan dan gizi agar dapathidup sehat dan aktif, dengan melihat pendidikanpetani responden sebagian besar adalah tamatanSD ditambah kurangnya pengetahuan tentang gizimaka masyarakat Catur masih butuh penyuluhanlebih lanjut tentang pola konsumsi pangan yangtepat

Rata-rata petani mengeluarkan uang untukmemenuhi kebutuhan hidup keluarga per hariterbanyak untuk pembelian Beras (kelompk padi-padian), pengeluaran untuk pembelian sayur danbuah adalah pengeluaran terbanyak ketiga setelahlain-lain dan pembelian kelompok pangan hewani.Jumlah konsumsi energy dan protein yang

dikonsumsi keluarga petani koperator belummemenuhi anjuran. Rekomendasi dari WidyakaryaPangan dan Gizi Tahun 2008 standar konsumsienergy per kapita per hari adalah 2000 kilo kalori,sedangkan protein 52 grm/kapita/hari, sedangkankonsumsi energy keluarga responden 1224.36 kilokalori dan protein 19.6 gram/kapita/hari

Pola konsumsi masyarakat di desa Caturmasih belum sesuai dengan pola pangan idealyang tertuang dalam PPH. Konsumsi darikelompok padi-padian (beras, jagung, terigu) masihdominan. Konsumsi pangan aktual untuk setiapbahan pangan masih kurang dari konsumsi yangdiharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Asriani dan Mustika.2008. Faktor-Faktor YangBerhubungan Dengan Pola Pangan Harapan(Pph) Di Kecamatan Sukoharjo KabupatenSukoharjo. Diunggah dari http://www.google.co.id/. ( 8 Oktober 2012)

Ariani, M dan Ashari.2003. Arah,Kendala danPentingnya Diversifikasi Konsumsi Pangan diIndonesia.Forum Agro Ekonomi. Vo.21, No.2 desember, Bogor.

Cahyani, G.I. 2008. Analisis Faktor Sosial EkonomiKeluarga terhadap KeanekaragamanKonsumsi Pangan Berbasis Agribisnis diKabupaten Banyumas. Tesis UniversitasDiponegoro. Semarang

Heni SP Rahayu, Sumarni dan Sukarjo. 2012.Peningkatan Pola Pangan Harapan MelaluiModel Kawasan Pangan Lestari KasusKelompok Tani Nelayan di desa UjumbouKabupaten Donggala.Prosiding Semsan“Optimalisasi Lahan pekarangan UntukPeningkatan Perekonomian Masyarakat danPengembangan Agribisnis”. Semarang, 6NOpember 2012.Program Studi MagisterAgribisnis Universitas Diponogoro Semarang,Balai Besar Pengkajian dan PengembanganTeknologi Pertanian, Universitas WahidHasyim Semarang hal. 23 – 28

Martianto, D dan M.Ariani.2004. AnalisisPerubahan Komsumsi dan Pola KonsumsiPangan Nasional dalam Dekade Terakhir.Prosiding Widyakarya Nasional Pangan danGizi VII. LIPI. Jakarta

Page 57: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

57

Mewa Ariani. Diversifikasi Konsumsi Pangan diIndonesia : Antara Harapan dan Kenyataan.Diunggah dari http://www.google.co.id/. ( 8Oktober 2012)

Mardiyanto, A. 2009. Perencanaan LanskapPekarangan Dengan Sistem PertanianTerpadu. Skripsi. Departemen ArsitekturLanskap Fakultas Pertanian Institut PertanianBogor. 145 hal.

Parwati I.A., Suyasa Nym. Budiari LG. Sunanjaya.2012. Laporan Akhir Model Kawasan Pangan

Lestari Kabupaten Bangli. Balai PengkajianTeknologi Pertanian Bali, Balai BesarPengkajian dan Pengembangan TeknologiPertanian. Denpasar-Bali.

Rahayu, E. S. 2010. Pemberdayaan MasyarakatPetani Dalam Program Pekarangan Terpadudi Desa Sambirejo Kecamatan NgawenKabupaten Gunungkidul. Skripsi. FakultasPertanian Universitas Sebelas Maret.Surakarta. 186 hal.

Tingkat Konsumsi Energi Melalui Diversifikasi Pangan Lokal Pada Kegiatan MKRPL(Kasus Desa Catur, Kintamani) | Parwati, I.A.

Page 58: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201558

UPAYA SUBAK DI PERKOT AAN UNTUK MENJAGA EKSISTENSINYA(Studi kasus : Subak Padanggalak, Kesiman Denpasar Bali)

W.S.Astiti 1, dan P. Suratmini 2

1) Universitas Udayana.JL. PB Sudirman Denpasar-BALI

2) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai-Pesanggaran,PO BOX 3480, Denpasar

E-mail: [email protected]

Submitted date: 21 Juli 2015 Approved date: 27 Juli 2015

ABSTRACT

Subak In Urban Efforts To Keep Existence( Study Case Subak Padanggalak, Kesiman Denpasar Bali )

National rice demand continues increase along with the increase of population. Rice is the main focus ofnational food security that most (90%) is supplied from the ricefield/ wetland, which is managed directly bySubak (case Bali). Subak is a social organization that regulates the irrigation problem in Bali which isrecognized as one of the World Cultural Heritage (WCH). Operationally, Subak serves organize, distribute,and utilize the collective water supply and fair to all members. Parameter of food security is measured bythree indicators, namely availability (availability), access (accessibility), and the ability (affordability). If thenumber of the population continues to grow, while the number of food crops is declining due to land conversionit can be concluded there will be deficit availability (availability) of food. Competition is very keen in the useof very limited resources (land and water), became seizure of various parties for the development of residentialareas, construction of objects and tourism facilities, and efforts to preserve agriculture. Land conversion isthe most serious threat in agricultural conservation efforts, especially in urban areas. Padanggalak SubakSubak is one example in urban areas, face the challenge of land conversion that is quite alarming. Landconversion reached 25% (38 ha) of the area originally Subak 150 ha to 112 ha (since used the green line).The existence of Subak Padanggalak through the application of Tri Hita Karana in the implementation of thewater control system, expected to continue to survive despite being attacked by non-agricultural investors.Parhyangan aspect ritual embodied in the form of facilities and execution of rituals still performed by SubakPadanggalak .Aspek pawongan or harmonious relationship between the fellow realized in awig awig andpararem Subak functioning supervisory tools at the same time controlling the order and preservationkeamanan.Upaya terms of Subak Padanggalak palemahan the main thing is the preservation of nature andthe environment (land and irrigation water)

Key words : Subak, urban, existence

ABSTRAK

Kebutuhan beras nasional terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Beras merupakantumpuan utama ketahanan pangan nasional yang sebagian besar (90%) dipasok dari lahan sawah,yangdikelola secara langsung oleh Subak (kasus Bali). Subak adalah organisasi social yang mengatur masalahpengairan di Bali yang diakui sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia (WBD). Secara operasional,subakberfungsi mengatur,mendistribusi, dan memanfaatkan ketersediaan air secara kolektif dan adil kepadasemua anggotanya. Parameter keamanan pangan (food security) diukur dengan tiga indikator, yaitu ketersediaan(availability) ,akses(accessibility),dan kemampuan (affordability). Apabila jumlah penduduk terus bertambah,sedangkan jumlah tanaman pangan terus berkurang akibat alih fungsi lahan maka bisa disimpulkan akanterjadi deficit ketersediaan (availability) pangan. Persaingan yang sangat tajam dalam pemanfaatansumber daya yang sangat terbatas (lahan dan air), menjadi rebutan dari berbagai pihak untuk kepentinganpengembangan kawasan permukiman, pembangunan objek dan sarana pariwisata, dan upaya untukmelestarikan pertanian. Alih fungsi lahan merupakan ancaman yang paling serius didalam usaha pelestarianpertanian terutama di perkotaan. Subak Padanggalak merupakan salah satu contoh subak di perkotaan,

Page 59: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

59

PENDAHULUAN

Padi merupakan komoditas strategis dalamsistem ketahanan pangan nasional karena berasmerupakan pangan utama hampir 100% rakyatIndonesia. Kebutuhan beras nasional terusmeningkat seiring dengan peningkatan jumlahpenduduk. Beras merupakan tumpuan utamaketahanan pangan nasional yang sebagian besar(90%) dipasok dari lahan sawah. Parameterkeamanan pangan (food security) diukur dengan tigaindikator, yaitu ketersediaan (availability), akses(accessibility), dan kemampuan (affordability).Indikator ketersediaan (availability), terjelaskandari aspek produksi khususnya beras. Semakinrendah produksi beras maka ketersediaan rendahdan semakin berpengaruh terhadap aspekselanjutnya, yaitu aspek akses (accessibility).Akses masyarakat untuk mendapat berassebagai makanan pokok ditentukan oleh dukunganatas distribusi beras itu sendiri. Sedangkan aspekkemampuan (affordability) menurut Krishnaraj(2005), berkaitan erat dengan kontribusi danperubahan cara berfikir masyarakat tentangbudaya pertanian. Kemampuan produksi berasbisa diukur dar i sejauh mana kontribusimasyarakat untuk menghasilkan beras.

Masyarakat bisa mendapatkan beras apabilamereka bisa membeli beras dipasaran. Sehingga,mustahil apabila suatu Negara mampu mencapaikondisi keamanan pangan apabila masyarakatnyabelum mendapatkan pangan yang diinginkan.Penyediaan beras di Bali menunjukkan masalahyang cukup mengkhawatirkan terkait alih fungsilahan pertanian yang berlangsung secara terusmenerus. Data dari Kementerian Perdaganganmenyebutkan bahwa tingkat konsumsi berasorang Indonesia sangatlah tinggi rata-ratamencapai 130-140 kilogram perkapita pertahun,sedangkan konsumsi beras orang Asia hanya65-70 kg per kapita per tahun (Bali Post, 2012).Apabila jumlah penduduk terus bertambah,sedangkan jumlah tanaman pangan terus berkurang

akibat alih fungsi lahan maka bisa disimpulkanakan terjadi defisit ketersediaan (availability)pangan di Pulau Bali.

Subak merupakan lembaga produksipertanian pertama yang merepresentasikanbudaya masyarakat Bal i, sarat muatanpengetahuan lokal dengan nilai-nilai Hindu Bali.Subak tidak sekedar lembaga teknik keirigasianyang handal menangani pengairan, melainkankonstruksi sosial hasil interaksi masyarakatdengan sesamanya, dengan lingkungan alamnya,dan dengan nilai-nilai mistis yang diyakini dandianut sebagai pegangan hidup masyarakat. Parailmuan menyebut subak sebagai kelembagaanbersifat tekno-sosio-religius (Tarigan danSimatupang, 2014).

Subak bersifat otonom dari beragam sisimeliputi wilayahnya, perencanaan kegiatan,pelaksanaan pengaturan rumah tangganya,aturan-aturan yang mengikat masyarakatnya,struktur organisasi, manajemen dan prosespengambilan keputusan dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki,namun hal ini menjadi kekuatansubak dalam seleksi dan adaptasi terhadapintervensi kuasa, pengetahuan, maupun teknologidari luar. Subak terhindar dari tumpang tindihwewenang dan kekuasaan pemerintahan formal,bersifat otonom secara wi layah ,strukturorganisasi, maupun aturan-aturan manajemenpengairan (Windia,2006). Penolakan penggunaanteknologi pertanian tertentu merupakan bentukseleksi dan adaptasi subak untuk menjagaeksistensinya, namun secara konsistenberkontribusi dalam pencapaian swasembadaberas ( Windia, 2010)

Upaya pelestarian Subak Padanggalak yangberlokasi di perkotaan umumnya akan mengalamitantangan lebih besar mengingat laju alih fungsilahan pertanian (sawah) menjadi peruntukan nonpertanian peluangnya semakin besar. Persaingansubak di daerah perkotaan dalam mendapatkanair irigasi bahkan semakin berat akibat subaksudah dikepung perumahan, industri dan fasilitas

menghadapi tantangan alih fungsi lahan yang cukup mengkhawatirkan. Alih fungsi lahan sampai saat inimencapai 25% (38 Ha) dari semula luas subak 150 Ha menjadi 112 Ha (sejak dijadikan jalur hijau).Eksistensi Subak Padanggalak melalui penerapan Tri Hita Karana di dalam pelaksanaan kegiatan subak, diharapakan masih terus bertahan walaupun digempur oleh investor non pertanian. Aspek Parhyangandiwujudkan dalam bentuk fasilitas ritual dan pelaksanaan kegiatan ritual masih tetap dilakukan oleh subakPadanggalak .Aspek pawongan atau hubungan harmonis antar sesama diwujudkan dalam awig-awig danpararem subak yang berfungsi pengendali sekaligus alat pengawas ketertiban dan keamanan.Upayapelestarian Subak Padanggalak dilihat dari segi palemahan yang paling utama adalah pelestarian alamdan lingkungan (lahan dan air irigasi).

Kata kunci : Subak, perkotaan,eksistensi

Upaya Subak di Perkotaan Untuk Menjaga Eksistensinya(Studi Kasus : Subak Padanggalak, Kesiman Denpasar Bali) | W.S. Astiti, dkk.

Page 60: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201560

pariwisata. Tantangan yang dihadapi subakterutama subak diperkotaan adalah adanyapasar bebas atau pasar global yangberimplikasiterjadinya marginalisasi dalam bentukpermodalan, keterdesakan pemanfaatan lahansawah karena telah beralih fungsi, dan ketidakberdayaan dalam mempertahankan ekosistempertanian. Pencemaran Saluran irigasi di Bali yangdipelihara oleh sistem subak banyak yangterkontaminasi kasus polusi, seperti dialirisampah plastic hingga sampah rumah tangga.Bahkan,di Denpasar banyak alur sungai dansaluran air ke sawah dipenuhi sampah plastik danlimbah. Ancaman lainnya adalah melangitnya tarifpajak bumi dan bangunan (PBB) serta kurangtertariknya anak muda (generasi muda) untukmenekuni bidang pertanian.

Disamping itu pula alih pekerjaan (transformasipekerjaan) petani dan keluarganya juga peluangnyasemakin besar mengingat beragamnya jenispekerjaan yang tersedia sepanjang tahun di luarsektor pertanian. Hal ini mendorong petanimenjual sawahnya. Data BPS tahun 2010menunjukkan bahwa selama lima tahun (2004-2009), rata-rata setiap tahun lahan sawah yangberalih fungsi lebih dari 1.000 hektar. Hal ini sangatmembahayakan ketahanan pangan di Bali.Penyempitan lahan pertanian yang terjadididaerah perkotaan dipicu oleh melambungnyaharga tanah yang sebagian besar digunakan untuklahan permukiman. Kondisi ini menggoda pemiliklahan untuk menjual lahan pertaniannya yangsudah terjepit oleh permukiman. Di samping itu,juga karena sarana irigasi yang sudah tidakmemadai untuk menyediakan air bagi kebutuhanlahan Pertanian yang masih ada (BisnisBali,2014). Maraknya alih fungsi lahan di Bali,khususnya di Kota Denpasar menjadi ancamanserius bagi keberlangsungan nasib petani danlahan Pertanian sawah mereka sekaligussubaknya. Hasil sensus Pertanian Desember2013, diketahui bahwa jumlah rumah tangga petani(RTP) di Bali 404.507KK,menurun 55.930KK(17,85%) dibandingkan dengan tahun 2003 yangjumlahnya mencapai 460.437 KK.

Penurunan ini terjadi karena alih fungsi lahansawah yang berubah menjadi pemukiman. Darijumlah itu 63,58% adalah petani gurem yangmenggarap lahan sawah kurang dari 50 are(BaliPost, 2013). Implikasi perubahan fungsi lahanpertanian yang tidak terkendali dapat mengancamkapasitas penyediaan pangan, dan bahkan dalamjangka panjang dapat menimbulkan kerugiansocial dan kemiskinan structural secaraberkepanjangan. Melihat hal tersebut di atas,

maka mengkaji tentang upaya yang dilakukanSubak Padanggalak dalam melestarikan subaknyadilihat dari konsep Tri Hita Karana menjadi sangatpenting. Pada dasarnya, konsep Tri Hita Karana(THK) merupakan sebuah landasan yangbersumber dari agama Hindu. Namun sejatinyakonsep ini adalah konsep universal yang eksisdalam kehidupan setiap umat beragama di dunia.Disebut eksis karena THK pada intinyamengedepankan harmoni dan prinsip-prinsipkebersamaan dalam kehidupan umat manusia(Windia dan Dewi, 2006 dalam Lestari, 2014).

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Subak Padanggalak,Desa Kesiman Kertalangu, Kecamatan DenpasarTimur, Denpasar Bali. Lokasi penelitian dipilihsecara sengaja sebagai wakil subak yang beradadi daerah perkotaan. Sumber data dalam penelitianini berasal dari dua sumber yakni sumber dataprimer dan sumber data sekunder. Data primerdiperoleh lagsung dilapangan melalui observasilapangan, wawancara dengan informan kunci(petani, pengurus subak, tokoh masyarakat,pemerintah dan swasta), sedangakan datasekunder diperoleh dari studi pustaka yang relevan.Analisis data dilakukan dengan analisis deskritifkualitatif. Informan kunci ditentukan secarapurposive (sengaja) dengan pertimbangandianggap mampu menjawab tujuan penelitian.Jenis data yang diamati dalam penelitian inimeliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Datakuantitatif berupa karakteristik subak yangmencakup luasan subak, kepemilikan lahanpertanian, jumlah kepengurusan dan anggotasubak.Data kualitatf yang dicari adalah penerapanelemen-elemenTri Hita Karana di SubakPadanggalak baik aspek parhyangan, pawongandan palemahan, peran pemerintah dan swasta didalam membantu pelestarian subak.Sedangkananalisis data yang dipergunakan adalah analisisdeskritif kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Subak Padanggalak

Subak Padanggalak terletak di wilayah DesaKertalangu Kecamatan Denpasar Timur yang diapitoleh dua sungai besar yaitu Tukad Ayung (sebelahbarat dan selatan) dan Tukad Menguntur (sebelahtimur) serta jalan Gatot Subroto sebelah utara.

Page 61: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

61

Luas areal sawah pada Subak Padanggalakseluas 112 hektar dengan jumlah anggotasebanyak 213 orang dan dibagi menjadi tujuhmunduk, terdiri atas Munduk Gendang memilikiluas areal 10 hektar dengan jumlah anggotasebanyak 20 orang, Munduk Batuaji memiliki luasareal 17 hektar dengan jumlah anggota sebanyak34 orang, Munduk Kertasari memiliki luas areal23 hektar dengan jumlah anggota sebanyak 51orang, Munduk Delungdung memiliki luas areal 38hektar dengan jumlah anggota sebanyak 42 orang,Munduk Pasekan memiliki luas areal 8 hektardengan jumlah anggota sebanyak 8 orang, MundukTangtu memiliki luas areal 15 hektar dengan jumlahanggota sebanyak 25 orang, dan Munduk Biaungmemiliki luas areal 11 hektar dengan jumlahanggota sebanyak 33 orang.

Subak Padanggalak merupakan subak nataktiyis artinya subak ini mendapatkan air dari airtirisan dari subak-subak di bagian hulunya. SubakPadanggalak memiliki struktur organisasi denganpembagian tugas sbb: 1) Pekaseh (ketua subak),2) Kelian Munduk membantu pekaseh dalammenjalankan tugas internal subak, 3) Kesinoman( Juru Arah), dan 4) Krama pengayah (anggotasubak). Anggota subak adalah petani pemilikpenggarap sawah dan petani penggarap yanglahannya berada pada subak wilayah SubakPadangggalak. Subak Padangggalak jugamemiliki koperasi tani. Kegiatan koprasi ini meliputipengadaan sarana produksi berupa pupuk, benihpadi, dan sarana produksi lainnya, sehingga petanidapat membeli sarana produksi dengan harga yanglebih rendah. Sistem pembagian air secara terusmenerus atau kontinues flow karena air adatersedia sepanjang musim tanam.

Eksistensi keberadaan Subak Padanggalakdilandasi oleh falsafah Tri Hita Karana (THK) dimanaTHK merupakan tiga aspek yang diyakinimenyebabkan terciptanya kesejahteraan dankebahagiaan dalam kehidupan di SubakPadanggalak, dimana ketiga aspek itu adalahhubungan yang harmonis antara manusia denganTuhannya (parhyangan), manusia dengan sesama(pawongan) dan manusia dengan alam sekitarnya(pelemahan). Dengan menerapkan THK di dalampelaksanaan kegiatan subak, eksistensi subakkhususnya Subak Padanggalak diharapkan masihterus bertahan walaupun digempur oleh investornon pertanian

Aspek Parhyangan

Aspek Parhyangan diwujudkan dalam bentukfasilitas ritual dan pelaksanaan kegiatan ritual.

Subak Padanggalak memiliki Pura, tempat suciuntuk melakukan kegiatan ritual. Pura individuyang terdapat di Subak Padanggalak disebutdengan Sanggah Catu, sedangkan Pura milikkelompok disebut dengan Pura Bedugul. Kegiatanritual yang dilakukan oleh Subak Padanggalakmeliputi kegiatan ritual secara individual olehpetani dan kegiatan ritual secara kolektif olehsubak, baik secara rutin maupun tidak rutin.Fasilitas ritual yang dimiliki oleh SubakPadanggalak meliputi Pura Subak dan Pura UlunCarik, sedangkan Pura Bedugul terletak di masing-masing munduk. Pura Bedugul merupakan tempatpemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wase dalammanifestasinya sebagai Dewi Sri yaitu Dewikesuburan. Tempat suci milik perorangan disebutsanggah catu yang terletak di petak sawah palinghulu dekat ambang pemasukan air milik petani.

Keberlanjutan subak sangat ditopang oleh sisireligius anggotanya yang tercermin dari keajeganfasilitas ritual.Subak juga merencanakanpemeliharaan Pura Subak yang dilaksanakanumumnya setiap menjelang kegiatan ritualkeagamaan (odalan) baik berupa pembersihanbangunan, renovasi kecil jika diperlukan, ataupembersihan dari rumput dan sampahpengganggu. Keberlanjutan subak sangat ditopangoleh sisi religiusitas subak yang salah satunyatercermin dari keajegan fasilitas ritual. Sifat subaksebagai lembaga sosio-agraris-religius tergantungkepada keberadaan pura ini. Upaya subak ini akanmenjamin kelestarian subak.

Pelaksanaan kegiatan ritual masih tetapdilakukan oleh subak Padanggalak dari masa kemasa.Kegiatan ritual dilakukan baik secara kolektifmaupun sendiri-sendiri. Kegiatan ritual kolektifyang secara rutin terus dilaksanakan oleh SubakPadanggalak yangmeliputi magpag toya, ngusabasedangkan secara individu didasarkan pada fase-fase pertumbuhan tanaman padi seperti; ngendagin(mulai pengolahan lahan), ngurit(saat tabur benih),nuasen nandur (saat nanam padi), mubuhin (umurpadi 12 hari), neduh (umur padi 27-35 hari),nyungsung (padi umur 42 hari), biyukukung (umurpadi 65-70 hari), dan mantenin dilakukan setelahselesai panen. Berkaitan dengan pembiayaankegiatan ritual ini diambil dari peturun (iuran)anggota Subak, sumbangan (aturan) anggota ataupihak lain. Besarnya iuran disepakati bersamadalam rapat (sangkepan) sebelum pelaksanaanupacara.

Kegiatan ritual juga merupakan mekanismesubak dalam menjaga daya ikat aspek sosialsekaligus menguatkan pondasi religiusitas subak.

Upaya Subak di Perkotaan Untuk Menjaga Eksistensinya(Studi Kasus : Subak Padanggalak, Kesiman Denpasar Bali) | W.S. Astiti, dkk.

Page 62: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201562

Pelaksanaan ritual di subak merupakan saranasubak dalam membangun rasa kebersamaan, rasamemiliki, dan tanggung jawab anggota terhadapsubak yang dilandasi oleh kesadaran bahwasemua rezeki dan anugerah yang diperoleh dalamusahatani di Subak semata-mata atas izin dankemurahan hati Tuhan. Oleh karenanya,pelaksanaan ritual sebagai manifestasi daripengharapan dan permohonan petani kepadaTuhan agar memberikan anugerah yang baik atasusahataninya merupakan wujud atas usahanyamenjaga sumber penghidupan tersebut. Bagimasyarakat petani subak di Bali, pelaksanaanritual menjadi salah satu pondasi pokok dalamupaya subak menjamin kelestarian subak padamasa depan. Hal ini juga berlaku bagi SubakPadanggalak dimana pelaksanaan ritual selainsebagai implementasi falsafah THK juga sekaligussebagai mekanisme menjaga kelestarian Subakdalam jangka panjang. Dapat dikatakan bahwatidak akan pernah ada keberlanjutan subak tanpaadanya ritual keagamaan, dan eksistensi subaktidak akan bisa dipertahannkan bila tidak dibarengidengan kegiatan ritual keagamaan dalam subak.

Aspek Pawongan

Aspek pawongan atau hubungan harmonisantar sesama diwujudkan dalam awig-awig danpararem subak yang berfungsi pengendalisekaligus alat pengawas ketertiban dan keamanan.Peran awig-awig dan pararem sagat penting bagikelestarian subak baik secara sekala maupunniskala. Secara sekala awig-awig dan pararemmengatur perilaku anggota subak menyangkuttentang, (a) tata cara berinteraksi sosial dengansesama anggotanya, (b) hak dan kewajibananggota maupun pengurus subak. Hak anggotasubak berkaitan dengan hak mendapatkanpembagian air irigasi yag adil, hak atas informasi,akses dan penggunaan fasilitas subak, dan hakatas pelaksanaan ritual. Sedangkan kewajibananggota subak adalah melakukan gotong royongsubak, membayar iuran subak, menjagakeamanan dan ketertiban lingkungan subak, danjuga mentaati tata cara distribusi air yang telahdisepakati.

Penanganan perselisihan atau konflik antaranggota yang menyangkut hal-hal yangberhubungan dengan aktivitas subak diatur dandiselesaikan secara kekeluargaan dengan mediasipengurus Subak Padanggalak. Menurutketerangan Pekaseh Subak Padanggalak hampirtidak ada konflik yang terjadi di subak yang

penyelesaiannya sampai ke pengadilan. Sumberkonflik umumnya berasal dari ketidak adilan dalamdistribusi air irigasi, namun ini sangat jarang terjadidi Subak Padanggalak. Sumber konplik lainnyadari penggembalaan hewan ternak yang merusaktanaman petani lainnya, pola tanam yang dilakukantidak mentaati kesepakatan bersama,tersumbatnya aliran air irigasi oleh sawah di huludan sebagainya.

Subak Padanggalak memiliki aturanpembagian air irigasi secara adil kepada semuaanggota dan semua areal persawahan mendapatperlakuan yang sama. Subak Padanggalak dalammenjaga keberlangsungan hidupnya memerlukankontribusi dari setiap anggotanya baik berupatenaga, natura, maupun sumbangan pemikiran.Aktifitas pemeliharaan sarana dan prasaranasubak, fasilitas fisik dan fasilitas ritual dilakukanoleh anggota subak sendiri secara bersama-samamelalui gotong royong dan ngayah.

Subak Padanggalak mengimplementasikanfalsafah THK dalam aspek pawongan salah satunyadalam kegiatan rapat subak. Rapat Subakdilakukan secara rutin dan insidental jikaadapermasalahan di Subak Padanggalak dan jikaada program dari pemerintah. Gotong royong masihtetap berjalan dengan baik dan dilakukan olehseluruh anggota aktif, seperti perbaikan ataupemeliharaan Pura Subak Padanggalak maupunperbaikan jaringan irigasi dan fasilitas fisik subaklainnya.

Subak Padanggalak memiliki Koperasi SarinGumi dan Lembaga Usaha Ekonomi Subak(LUES). Koperasi tersebut merupakan bagian dariswadaya masyarakat untuk kesejahteraananggotanya dengan memberikan dana atau modalusaha melalui simpan pinjam bagi petani ataupunmasyarakat yang memerlukan. Tersedianyakelembagaan usaha di subak membantu anggotasubak dalam mendukung pembiayaanusahataninya sehingga tidak ada lahanpersawahan yang terbelengkai. Hal ini jugamerupakan salah satu upaya subak yangmenjamin pelestarian atau keberlanjutan subakdalam jangka panjang.

Aspek Pelemahan

Upaya pelestarian Subak Padanggalak dilihatdari segi palemahan yang paling utama adalahPelestarian alam dan lingkungan (lahan dan airirigasi). Akhir-akhir ini terjadi persaingan yangsangat tajam dalam pemanfaatan sumberdayayang sangat terbatas,yakni tanah dan air. Pulau

Page 63: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

63

Bali adalah pulau kecil dengan sumber daya alamdan air yang sangat terbatas menjadi rebutan dariberbagai pihak untuk kepentingan pengembangankawasan permukiman, pembangunan objek dansarana pariwisata,dan upaya untuk melestarikanpertanian. Pada saat ini upaya melestarikanPertanian sebagai salah satu sector untukmenunjang kehidupan masyarakat mempunyaitantangan yang sangat besar. Alih fungsi lahanmerupakan ancaman serius didalam usahapelestarian pertanian khususnya subak diperkotaan.Subak Padanggalak merupakan salah satu contohsubak di perkotaan, menghadapi tantangan alihfungsi lahan yang cukup mengkhawatirkan.Alihfungsi lahan sampai saat ini mencapai 38 Ha darisemula luas subak 150 Ha menjadi 112 Ha (sejakdijadikan jalur hijau). Subak berupaya menekanalih fungsi lahan ini dengan cara menyarankanpemilik lahan untuk berusaha tidak menjuallahannya tetapi memilih mengontrakkannya jikaterpaksa. Subak juga mengatur agar lahan yangdisewakan tetap difungsikan sebagai lahanpertanian

Upaya pemerintah terutama PemerintahKodya Denpasar sangat antusias didalammembantu pelestarian Subak Padanggalak.Bantuan dari pemerintah dalam bentuk bantuanmaterial dan bantuan non material sepertipembinaan subak, penyuluhan tentang teknologibaru, varietas baru dan Pemerintah memberikankemudahan bebas pajak kepada seluruh petani diSubak Padanggalak yang nyata-nyatamemanfaatkan lahan sawahnya untuk kegiatanusahatani. Bantuan tahunan dalam bentukbantuan dana hibah sebesar Rp 50 juta. Bantuanhibah dialokasikan dengan tujuan untuk membantukegiatan ritual, untuk menguatkan modal dalampembelian pupuk, sebagai dana operasionalpengurus, dan untuk pembangunan fisik. SubakPadanggalak mendapatkan subsidi saranaproduksi dari pemerintah yang dilaksanakan olehDinas Pertanian Kodya Denpasar.

Seluruh upaya yang dilakukan oleh pemerintahdi atas menunjukkan bahwa pemerintah jugaberperan cukup besar dalam mendukung upayapelestarian Subak Padanggalak. Bahkan, tanpadukungan pemerintah eksistensi subak di daerahperkotaan seperti Subak Padanggalak akanmengalami ancaman serius baik dari semakintingginya pajak, persaingan air irigasi, alih fungsilahan, dan sebagainya.

Selain adanya bantuan dari pihak pemerintah,terdapat pula bantuan dari pihak swasta yangmembantu Subak Padanggalak dalam bentuk

bantuan material dan non material. Peran swastamembantu Subak Padanggalak dalammembangun Desa Budaya Kertalangu sebagaikawasan Desa Wisata di Desa KesimanKertalangu hanya memberikan bantuan berupapembuatan jalan jogging track yang dikerjakanmelalui kerjasama dengan para petani. Pajakuntuk jalur hijau dibayar oleh pemerintah KodyaDenpasar sepenuhnya. Bantuan pupuk dan benihpadi gratis berasal dari PT. Uber Sari pengelolaDesa Budaya Kertalangu, Gong PerdamaianDunia, dan Paguyuban Tanaman Hias yang adadi Padanggalak. Benih padi yang diberikansebanyak 25kg/ha dan pupuk sebanyak 200 kg/ha Urea dan 100 kg/ha pupuk ponska.

Peranan Subak di dalam membantueksistensi petani dengan cara menghubungkandengan Dinas Pertanian agar mendapat subsidipupuk dan alat pertanian lainnya. Hal ini membantumeringankan beban petani sehingga mereka tetapbertahan berusahatani. Subak juga mengajukanpermohonan bebas pajak atas sawah yangproduktif ke pemerintah Kodya Denpasar yangsecara keseluruhan dipenuhi. Subdisi pajak inisangat besar membantu Subak khususnya petanidalam menjaga alih fungsi lahan di Subak.

Subak memperoleh bantuan perbaikan danpemeliharaan jaringan irigasi subak dari DinasPekerjaan Umum (PU). Bantuan yang dalambentuk proyek ini sangat meringankan beban biayasubak dalam usahanya menjamin distribusi airirigasi ke sawah petani tidak terganggu yangdiakibatkan oleh rusaknya jaringan irigasi. SubakPadanggalak juga masuk dalam wilayah jalur hijauyang melarang alih fungsi lahan atau alihperuntukan. Upaya-upaya subak ini merupakanbeberapa langkah nyata subak dalam melestarikansubaknya. Kegiatan pendistribusian air irigasi diSubak Padanggalak dilakukan secara normal(saat air mencukupi) dan secara tidak normal (saatair tidak cukup). Dalam keadaan normal, jumlahair cukup melimpah dan mencukupi, sehinggalangsung bisa didistribusikan ke petakan sawah.Kondisi tidak normal terjadi j ika adanyapermasalahan atau gangguan seperti adanyaproyek irigasi, kebocoran air, dan adanya saluranmenggantung. Sistem pembagian air di SubakPadanggalak juga menggunakan sistem tektekatau sistem satu ayahan, dimana satu porsiditambah dengan adanya kontribusi seorangtenaga kerja dan satu porsi material berupa naturaatau uang berdasarkan prinsip keadilan.Pengalokasian air irigasi dilakukan secara relatifproposional sesuai dengan luas lahan yang diairi

Upaya Subak di Perkotaan Untuk Menjaga Eksistensinya(Studi Kasus : Subak Padanggalak, Kesiman Denpasar Bali) | W.S. Astiti, dkk.

Page 64: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 39 Agustus 201564

dan harus sesuai dengan aturan yang telahdisepakati dalam rapat subak beserta hak yangditerima, dengan mengutamakan prinsip keadilandisertai tanggung jawab kontribusi baik tenagakerja maupun natura ke subak merupakanmekanisme subak untuk menjamin setiap anggotamerasa memiliki hak dan tanggung jawab yangsama terhadap keberadaan subak. Hal ini akanmenjamin eksistensi subak ke depannya yangberujung kepada peluang besar dalam menjagakelestarian subak.

Keberlangsungan kegiatan usahatani ditingkat subak sebagai salah satu pilar kelestariansubak sangat dipengaruhi oleh kelancaranpasokan air irigasi dan kondisi jaringan irigasi disubak. Demikian juga keberadaan bangunan fisiksubak lainnya yang menunjang tugas dan fungsisubak seperti keberadaan Balai SubakPadanggalak. Eksistensi Subak Padanggalaksampai saat ini masih bisa dipertahankan karenasemua kegiatan subak masih diusahakanberlandaskan konsep Tri Hita Karana yaituhubungan harmonis dengan Tuhannya, dengansesamanya dan dengan alam lingkungannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Subak Padanggalak sudah berupaya dalammelestarikan keberadaaannya, dimana semuakegiatan subak diusahakan berlandaskan falsafahTri Hita Karana. Beberapa hal yang harus mendapatperhatian khusus terkait masalah keamanan pangandi Bali saat ini,bahwa pembangunan pariwisata yangsangat pesat, penanaman dana-dana investor asingyang tidak terkendali, dan meningkatnya kebutuhanpangan di Bali adalah masalah yang harus segeradirespons.Untuk menghindari kerugian petanipada masa panen, pemerintah hendaknyamampu membeli hasil panen dengan harga yangwajar sesuai dengan ketentuan pemerintah.

Pemerintah harus turun tangan untukmencegah ancaman alih fungsi lahan yangsemakin tinggi dan semakin memprihatinkan,dimana apabila lahan sawah habis alih fungsi,subak juga akan hilang

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan banyak terimakasihkepada Ni Putu Budiastuti ( Mahasiswa AgribisnisUnud), yang telah banyak membantu di dalampengumpulan data di lapangan. Penulis jugamengucapkan terimakasih kepada Ida Bagus BimaPutra, S.E. selaku Kepala Desa KesimanKertalangu dan Ketut Losen selaku pekaseh subakatau ketua Subak Padanggalak dan I Made Badraselaku petani Subak Padanggalak yang telahbanyak memberikan dukungan dan bantuannyadalam menjelaskan tentang keberadaan SubakPadanggalak, Desa Kesiman Kertalangu.

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, H. dan P.Simatupang. 2014. DampakUndang-Undang Sumber Daya Air terhadapEksistensi Kelembagaan Subak diBali.Analisis Kebijakan Pertanian. Vol 12 no2.103-117.

Bali Post. 2013. Ketahanan Pangan Bali MakinRapuh dalam harian Bali Post, Selasa Paing,24 Desember 2013.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali. 2010.Bali dalam Angka

Krishnaraj, Maithreyi. 2005. Food Security: Howand for Whom?.Economic and PoliticalWeekly, Vol.40, No.25 (Jun.18-24,2005),pp.2508-2512. Diakses dari http://www.jstor.org/stable/4416779.pada 24/05/201213:04.

Windia, Wayan. 2006. Transformasi Sistem IrigasiSubak yang Berlandaskan Tri Hita Karana.Denpasar: Pustaka Bali Post.

Windia, Wayan dan I Ketut Suamba.2010. ModelPengembangan Agrowisata Berbasis SistemSubak di Bali. Universitas Udayana BukitJimbaran.

Page 65: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

65

hasil yang diperoleh dan bahasan yang berkaitandengan laporan-laporan sebelumnya. Hindarimengulang pernyataan yang telah disampaikanpada metode, hasil dan informasi lain yang telahdisajikan pada pendahuluan.

3.7 Kesimpulan dan Saran : Disajikan secara terpisahdari hasil dan pembahasan.

3.8 Ucapan Terima Kasih : Dapat disajikan biladipandang perlu. Ditujukan kepada yangmendanai penelitian dan untuk memberikanpenghargaaan kepada lembaga mau punperseorangan yang telah membantu penelitianatau proses penulisan ilmiah.

3.9 Daftar Pustaka : disusun secara alfabetismenurut nama dan tahun terbit. Singkatanmajalah/jurnal berdasarkan tata cara yangdipakai oleh masing-masing jurnal.

Contoh penulisan daftar pustaka :

Jurnal/Majalah :Suharno. 2006. Kajian pertumbuhan dan produksi 8 varietas

kedelai (Glysine max L) di lahan sawah tadah hujan.Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 2 (1) hlm. 66 - 72

Buku :Houghton J. 1994. Global Warming. Lion Publishing plc,

Oxford, England.

Bab dalam buku :Carter, J.G., 1980. Environmental and biological controls of

bivalve shell mineralogy and microstructure. In: Rhoads,D.C. and Lutz, R.A. (Eds), Skeletal growth of aquaticorganism. Plenum Press, New York and London: 93-134.

AbstrakWilcox GE, Chadwick BJ, Kertayadnya G. 1994. Jembrana

disease virus: a new bovine lentivirus producing anacute severe clinical disease ini Bos javanicus cattle.Abstrak 3rd Internastional Congress on VeterinaryVirology, Switserland Sept. 4-7.

Prosidng KonferensiHerawati T., Suwalan S., Haryono dan Wahyuni, 2000.

Perananan wanita dalam usaha tani keluarga di lahanrawa pasang surut, Prosiding Seminar NasionalPenelitian dan Pengembangan di Lahan Rawa.Cipayung, 25 – 27 Juli 2000, hlm 247 – 258.Puslitbangtan.

Tesis/Disert asiStone, I.G., 1963. A morphogenetic study of study stages in

the life-cycle of some Vitorian cryptograms. Ph.DThesis, Univ. of Melbourne.

Informasi di Internet:Badan Pusat Statistik. 2010. The results of population

census in 2010: The aggregate data per province.Jakarta, Agustus. http://www.bps. go.id/download_file/SP2010_agregat_data_ perProvinsi.pdf (Diakses:29/8/2010).

4. Naskah dari artikel ulas balik (review), dan laporankasus sesuai dengan aturan yang lazim.

5. Pengiriman naskah buletin dapat diserahkan kepadaredaksi di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Bali berupa hardfile dan softfile.

PEDOMAN BAGI PENULIS

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERT ANIAN

1. Buletin Teknologi Pertanian memuat naskah ilmiah/semiilmiah dalam bidang pertanian dalam arti luas. Naskahdapat berupa : hasil penelitian, pengkajian, artikel ulasbalik (review). Naskah harus asli (belum pernahdipublikasikan) dan ditulis menggunakan bahasaindonesia.

2. Naskah diketik dengan kertas berukuran A4. Naskahdiketik dengan 1,15 menggunakan program olah kataMS Word, huruf Arial ukuran huruf 10.

3. Tata cara penulisan naskah hasil penelitian hendaknyadisusun menurut urutan sebagai berikut : judul, identitaspenulis, abstrak, abtract (bahasa Inggris),pendahuluan, materi dan metode, hasil danpembahasan, kesimpulan dan saran, ucapan terimakasih, dan daftar pustaka. Gambar dan tableditempatkan pada akhir naskah, masing-masing padalembar berbeda. Upayakan dicetak hitam\putih 1,15spasi, dan keseluruhan naskah tidak lebih dari 10halaman.3.1 Judul : Singkat dan jelas (tidak lebih dari 14 kata),

ditulis dengan huruf besar.3.2 Identitas penulis : Nama ditulis lengkap (tidak

disingkat) tanpa gelar. bila penulis lebih dariseorang, dengan alamat instansi yang berbeda,maka dibelakang setiap nama diberi indeks angka(superscript). Alamat penulis ditulis di bawahnama penulis, mencakup laboratorium, lembaga,dan alamat indeks dengan nomor telpon/faksimilidan e-mail. Indeks tambahan diberikan padapenulis yang dapat diajak berkorespondensi(corresponding author).

3.3 Abstrak : Ditulis dalam bahasa indonesia danbahasa Inggris. Abstrak dilengkapi kata kunci(key words) yang diurut berdasarkankepentingannya. Abstrak memuat ringkasannaskah, mencakup seluruh tulisan tanpamencoba merinci setiap bagiannya. Hindarimenggunakan singkatan. Panjang abstrakmaksimal 250 kata.

3.4 Pendahuluan : Memuat tentang ruang lingkup,latar belakang tujuan dan manfaat penelitian.Bagian ini hendaknya membeikan latar belakangagar pembaca memahami dan menilai hasilpenelitian tanpa membaca laporan-laporansebelumnya yang berkaitan dengan topik.Manfaatkanlah pustaka yang dapat mendukungpembahasan.

3.5 Metode Penelitian : Hendaknya diuraikan secararinci dan jelas mengenai bahan yang digunakandan cara kerja yang dilaksanakan, termasukmetode statiska. Cara kerja yang disampaikanhendaknya memuat informasi yang memadaisehingga memungkinkan penelitian tersebutdapat diulang dengan berhasil.

3.6 Hasil dan Pembahasan : Disajikan secarabersama dan pembahasan dengan jelas hasil-hasil penelitian. Hasil penelitian dpat disajikandalam bentuk penggunaan grafik jika hal tersebutdapat dijelaskan dalam naskah. Batas pemakainfoto, sajikan foto yang jelas menggambarkanhasil yang diperoleh. Gambar dan table harusdiberi nomor dan dikutip dalam naskah. Foto dapatdikirim dengan ukuran 4 R. Biaya pemuatan fotobewarna akan dibebani ke penulis. Grafik hasilpengolahan data dikirim dalam file yang terpisahnaskah ilmiah dan disertai nama program dandata dasar penyusunan grafik. Pembahasanyang disajikan hendaknya memuat tafsir atas

Page 66: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

Bul. Tek & Info Pertanian Vol. 13 No. 39 Hal. 1-63 DenpasarAgustus 2015

ISSN: 1693 - 1262

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERT ANIANISSN: 1693 - 1262

Penanggung JawabKepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

Dewan RedaksiDr. Ir. I Wayan Alit Artha Wiguna, M.Si (Peternakan dan Ilmu Lingkungan)

Dr. Ir. Ida Bagus Gede Suryawan, M.Si (Hama Penyakit)Dr. Drh. I Made Rai Yasa, M.Si (Sistem Usaha Pertanian)

Ir. Ida Bagus Aribawa, MP (Ilmu Tanah)Ir. Ida Ayu Parwati, MP (Sistem Usaha Pertanian)

Drh. Nyoman Suyasa, M.Si (Sistem Usaha Pertanian)Ir. Suprio Guntoro (Manajemen Peternakan)

Ir. WayanTrisnawati, MP (Teknologi Pangan dan Pascapanen)

Mitra BestariProf. Ir.M Sudiana Mahendra, MAppSc, Ph.D (Ilmu Lingkungan)

Prof.Ir.I Made S. Utama, M.S,Ph.D (Teknologi Pascapanen Hortikultura)Prof. (Riset) Dr. I Wayan Rusastra, M.S (Agroekonomi dan Kebijakan Pertanian)

Dr. Ir. Rubiyo, M.Si (Pertanian Lahan Kering dan Budidaya Pertanian)

Redaksi PelaksanaIr. I Ketut Kariada, M.ScM.A Widyaningsih, SP

Fawzan Sigma Aurum, S.TPIr. Ni Putu Suratmini, M.Si

Alamat RedaksiBalai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) - Bali

Jl. Bypass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Denpasar, Bali 80222PO.BOX 3480

Telepon/ Fax: (+62361) 720498email: [email protected]

website: http://www.bali.litbang.deptan.go.id

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian memuat pemikiran ilmiah, hasil – hasil kelitbangan, atautinjuan kepustakaan bidang pertanian secara luas yang belum pernah diterbitkan pada media

apapun, yang terbit tiga kali dalam satu tahun setiap bulan April, Agustus, dan Desember

Page 67: ANALISIS USAHA TANI T ANAMAN SA YURAN …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2015.pdfAnalisis usahatani dilakukan dengan pendekatan penerimaan ... pendapatan

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERT ANIAN

Volume 13 Nomor 39, Agustus 2015

ISSN 1693 - 1262

TABLE OF CONTENT

ANALISIS USAHATANI TANAMAN SAYURAN ORGANIK KANGKUNG DARAT(Ipomea Reptana) PADA LAHAN PEKARANGANI Ketut Mahaputra ........................................................................................................................... 1-5

DISTRIBUSI PEMASARAN PRODUK AGROINDUSTRI KOPI BUBUK ARABIKA MADUDI KELOMPOK TANI HARAPAN MAJUDUSUN PETUNG, DESA BATUR TENGAHKECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLIMade Adi Wahyuni, Ketut Putra Wijaya, dan Ketut Kariada ......................................................... 6-11

KINERJA KELOMPOK PELAKU USAHA “JEMPIRING” DARI PERSPEKTIF MANAJEMENKEUANGAN DI DESA BLAHKIUH - ABIANSEMAL – BADUNGNi Wayan Suryathi dan Ni Made Delly Resiani ............................................................................ 12-22

PENDAPATAN USAHATANI TOMAT DI DESA ANTAPAN,KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANANJemmy Rinaldi, Suharyanto,dan I Made Rai Yasa ....................................................................... 23-27

PERAN SEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR NON PERTANIANTERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH(Studi Kasus di Subak Guama)Nyoman Ngurah Arya dan Nyoman Yudiarini ................................................................................ 28-32

PERKEMBANGAN POPULASI DAN BEBERAPA JENIS PENYAKIT YANG SERINGMENYERANG BABI YANG DIPELIHARA DIPETERNAKANNyoman Suyasa .......................................................................................................................... 33-38

POTENSI PEMANFAATAN TANAMAN PAKAN LOKAL, LIMBAH SAYURANDAN JERAMI PADI UNTUK MENDUKUNG PENGGEMUKAN SAPI BALIDI KECAMATAN BATURITINi Luh Gede Budiari dan I Made Rai Yasa .................................................................................. 39-43

PREVALENSI DAN UPAYA PENGENDALIAN PARASIT GASTROINTESTINALPADA KELINCI DENGAN POLA MANAJEMEN BUDIDAYA SEMI INTENSIFDI DESA RIANG GEDE KECAMATAN PENEBEL KABUPATEN TABANANI Putu Agus Kertawirawan ........................................................................................................... 44-47

TINGKAT KONSUMSI ENERGI MELALUI DIVERSIFIKASI PANGAN LOKALPADA KEGIATAN MKRPL (Kasus Desa Catur, Kintamani)Parwati, I.A. ................................................................................................................................ 48-56

UPAYA SUBAK DI PERKOTAAN UNTUK MENJAGA EKSISTENSINYA(Studi kasus : Subak Padanggalak, Kesiman Denpasar Bali)W.S.Astiti, dan P. Suratmini ....................................................................................................... 57-63