12
Jurnal Kebijakan Pembangunan Peternakan Vol. 1 (1): 23-34, Juni 2018 ISSN 2621-7651 23 ANALISIS POTENSI INPUT DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN TERMINAL AGRIBISNIS PETERNAKAN KAMBING PERANAKAN ETTAWA DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA Potential Input Analysis and Agribusiness Station Development Planning of Ettawa Crossbreed Goat Farming at Sleman Regency Yogyakarta Tri Anggraeni Kusumastuti* dan Rini Widiati Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281 *Corresponding author: [email protected] INTISARI Kemudahan distribusi suplai ternak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sangat diperlukan dalam rangka mewujudkan kecukupan sumber protein hewani . Keberadaan terminal agribisnis peternakan sangat mendukung sebagai sarana informasi dan sentra produksi ternak di pedesaan.Penelitian ini bertujuan untuk mengIdentifikasi potensi kelompok ternak Kambing Peranakan Ettawa (PE) dari sisi inputdan menganalisis perencanaan pembangunan terminal agribisnis kambing PE meliputi manajemen pengadaan sarana produksi , layanan informasi sistem dan pengoperasian produksi , serta pasca produksidan pemasaran. Lokasi penelitian di Desa Girikerto Kecamatan Turi sebagai sentra produksi Kambing PE di Kabupaten Sleman. Pemilihan responden yaitu pengurus kelompok dari 2 kelompok ternak terbesar yaitu kelompok Mandiri di Dusun Nganggring dan Pangestu di Dusun Kemirikebo, sedangkan jumlah sampel dilakukan secara sensus sebanyak 26 pengurus di 2 kelompok .Analisis dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan hasil analisis dibuat dalam bentuk tabel.Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur peternak termasuk usia produktif (43-45 tahun) dan pendidikan formal setara dengan SLTA. Kesiapan kelompok dalam hal penyediaan pakan sebesar 1334-1815 kg/bulan setara dengan 83-113 drum dengan kapasitas 16 kg/drum dan kemasan karung berkisar 5389- 1313 kg atau 66-269 karung dengan kapasitas 20 kg/karung. Kesiapan kelompok dalam hal penyediaan ternak perbulan yaitu pejantan (24-60 ekor), induk (25-82 ekor), dara (13-88 ekor), dan cempe (23-67 ekor).Potensi olahan adalah susu bubuk dan permen susu serta kompos masing masing sebesar 19.23%. Materi yang siap diberikan sebagai pusat pelatihan dan studi banding adalah pemeliharaan ternak , perkandangan , dan pengolahan hasil ternak.Media penjualan langsung bertemu pembeli disamping melalui internet dan sistem pembayaran dilakukan secara tunai. Kata kunci : Terminal agribisnis, kambing Ettawa, sarana informasi,sentra produksi ABSTRACT The ease of distribution of livestock supply to meet the needs of the community was needed in order to realize the adequacy of animal protein sources. The existence of livestock agribusiness stationl was very supportive as a means of information and centers of livestock production in rural areas. This study aims to identify the potential of Ettawa Goat (PE) livestock group from agribusiness side and analyze the planning of goat agribusiness station of PE covering the management of production facility procurement, information system service and production operation, and post production and marketing. Research location in Girikerto Village Turi District as production center of Goat PE in Sleman Regency. The selection of respondents wasgroup management from 2 largest groups of livestock group, namely Mandiri group in Dusun Nganggring and Pangestu in Kemirikebo Hamlet, while the number of samples was done by census as many as 26 administrators in 2 groups. The analysis was done descriptively quantitative and the result of analysis was made in table form. The results showed that the age of farmers including productive age (43-45 years) and formal education equivalent to high school. Readiness of potential groups in terms of feed provision of 1334-1815 kg / month was equivalent to 83-113 drums with a capacity of 16 kg / drum and sack packaging ranging from 5389-1313 kg or 66-269 bags with a capacity of 20 kg / sack. Group preparedness in terms of monthly livestock

ANALISIS POTENSI INPUT DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN ...persepsi.org/web/files/pdf/4. Tri Anggraeni.pdf · di pedesaan.Penelitian ini bertujuan untuk mengIdentifikasi potensi kelompok

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS POTENSI INPUT DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN ...persepsi.org/web/files/pdf/4. Tri Anggraeni.pdf · di pedesaan.Penelitian ini bertujuan untuk mengIdentifikasi potensi kelompok

Jurnal Kebijakan Pembangunan Peternakan Vol. 1 (1): 23-34, Juni 2018 ISSN 2621-7651

23

ANALISIS POTENSI INPUT DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN TERMINAL AGRIBISNIS PETERNAKAN KAMBING PERANAKAN ETTAWA

DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

Potential Input Analysis and Agribusiness Station Development Planning of Ettawa Crossbreed Goat Farming at Sleman Regency Yogyakarta

Tri Anggraeni Kusumastuti* dan Rini Widiati

Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281 *Corresponding author: [email protected]

INTISARI

Kemudahan distribusi suplai ternak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sangat

diperlukan dalam rangka mewujudkan kecukupan sumber protein hewani . Keberadaan terminal agribisnis peternakan sangat mendukung sebagai sarana informasi dan sentra produksi ternak di pedesaan.Penelitian ini bertujuan untuk mengIdentifikasi potensi kelompok ternak Kambing Peranakan Ettawa (PE) dari sisi inputdan menganalisis perencanaan pembangunan terminal agribisnis kambing PE meliputi manajemen pengadaan sarana produksi , layanan informasi sistem dan pengoperasian produksi , serta pasca produksidan pemasaran. Lokasi penelitian di Desa Girikerto Kecamatan Turi sebagai sentra produksi Kambing PE di Kabupaten Sleman. Pemilihan responden yaitu pengurus kelompok dari 2 kelompok ternak terbesar yaitu kelompok Mandiri di Dusun Nganggring dan Pangestu di Dusun Kemirikebo, sedangkan jumlah sampel dilakukan secara sensus sebanyak 26 pengurus di 2 kelompok .Analisis dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan hasil analisis dibuat dalam bentuk tabel.Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur peternak termasuk usia produktif (43-45 tahun) dan pendidikan formal setara dengan SLTA. Kesiapan kelompok dalam hal penyediaan pakan sebesar 1334-1815 kg/bulan setara dengan 83-113 drum dengan kapasitas 16 kg/drum dan kemasan karung berkisar 5389-1313 kg atau 66-269 karung dengan kapasitas 20 kg/karung. Kesiapan kelompok dalam hal penyediaan ternak perbulan yaitu pejantan (24-60 ekor), induk (25-82 ekor), dara (13-88 ekor), dan cempe (23-67 ekor).Potensi olahan adalah susu bubuk dan permen susu serta kompos masing masing sebesar 19.23%. Materi yang siap diberikan sebagai pusat pelatihan dan studi banding adalah pemeliharaan ternak , perkandangan , dan pengolahan hasil ternak.Media penjualan langsung bertemu pembeli disamping melalui internet dan sistem pembayaran dilakukan secara tunai.

Kata kunci : Terminal agribisnis, kambing Ettawa, sarana informasi,sentra produksi

ABSTRACT

The ease of distribution of livestock supply to meet the needs of the community was

needed in order to realize the adequacy of animal protein sources. The existence of livestock agribusiness stationl was very supportive as a means of information and centers of livestock production in rural areas. This study aims to identify the potential of Ettawa Goat (PE) livestock group from agribusiness side and analyze the planning of goat agribusiness station of PE covering the management of production facility procurement, information system service and production operation, and post production and marketing. Research location in Girikerto Village Turi District as production center of Goat PE in Sleman Regency. The selection of respondents wasgroup management from 2 largest groups of livestock group, namely Mandiri group in Dusun Nganggring and Pangestu in Kemirikebo Hamlet, while the number of samples was done by census as many as 26 administrators in 2 groups. The analysis was done descriptively quantitative and the result of analysis was made in table form. The results showed that the age of farmers including productive age (43-45 years) and formal education equivalent to high school. Readiness of potential groups in terms of feed provision of 1334-1815 kg / month was equivalent to 83-113 drums with a capacity of 16 kg / drum and sack packaging ranging from 5389-1313 kg or 66-269 bags with a capacity of 20 kg / sack. Group preparedness in terms of monthly livestock

Page 2: ANALISIS POTENSI INPUT DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN ...persepsi.org/web/files/pdf/4. Tri Anggraeni.pdf · di pedesaan.Penelitian ini bertujuan untuk mengIdentifikasi potensi kelompok

Tri Anggraeni Kusumastuti et al Analisis Potensi Input dan Perencanaan Pembangunan

24

supply male goat (24-60 head), doe (25-82 head), young (13-88 head), and kid (23-67 head). The processed potential was milk powder and milk candy and compost of 19.23% each. The materials that are ready to be given as training center and comparative study are rearing livestock, sighting, and livestock processing. Direct selling media meet buyer beside via internet and payment system was done in cash.

Key words : Agribusiness station, Ettawa goat, Information system service, center of production

Pendahuluan

Pengembangan model lokasi sangat

diperlukan untuk menentukan terkonsentrasinya kluster kelompok ternak yang akan dijadikan sebagai pusat atau sentra produksi sekaligus pusat layanan informasi agribisnis dari hulu sampai hilir yang dapat diarahkan dalam suatu Sub Terminal Agribisnis peternakan. Fasilitas pendukung infrastruktur pertanian, ketersediaan lahan, zonasi dan peraturan lokal, dan hambatan geografis alami dapat mempengaruhi peternakan (Khan et al., 2018). Alternatif strategi pengembangan melalui perbaikan fasilitas dengan inkubator dan kluster komoditas ternak dapat mendukung pembentukan ternminal agribisnis (Soedjono, 2011).

Sub Terminal Agribisnis (STA) belum mampu melaksanakan fungsinya secara optimal dan manfaatnya belum dirasakan petani. Peningkatan kinerja STA perlu dilakukan dengan peningkatan fungsi pemasaran komoditas pertanian; integrasi dengan kegiatan perdagangan lain; pengembangan promosi produk; optimalisasi fungsi sumber daya manusia (SDM) pengelola dan anggota; membangun sarana dan prasarana modern; dan optimalisasi peran STA sebagai pusat pelatihan dan pendidikan (Nugroho et al., 2017) . Konsep Sub Terminal Agribisnis dan sistem pasar lelang, dimaksudkan agar sistem penanganan komoditas dapat dilakukan dalam satu tatanan agribisnis, sekaligus memberikan dampak bagi petani dan pelaku kegiatan lain dalam menciptakan kesejahteraan bersama dalam satu model pemasaran komoditas hasil pertanian yang menguntungkan seluruh pihak (Anugrah, 2004) Terminal agribisnis peternakan diharapkan dapat menjadi wadah sumber informasi dan sentra produksi ternak mulai dari produk primer maupun olahannya serta penunjang yaitu pakan hijauan . Di sisi lain dukungan potensi pertanian sekaligus sebagai sumber pakan dan olahannya akan

mendatangkan value added bagi pelaku usaha mulai dari peternak, industri, dan masyarakat sekitar. Informasi pasar sangat diperlukan sejalan dengan upaya pemerintah dalam pergeseran paradigma dari orientasi produksi ke orientasi pasar. Informasi pasar merupakan sarana penunjang agar signal pasar menjadi dasar bagi penentuan jenis produk yang akan dihasilkan oleh petani. Tersedianya sistem informasi pasar akan menjembatani suplai di sentra produksi dan permintaan di sentra pasar .Oleh karena itu pendekatan dari sisi kebijakan ekonomi sangat bermanfaat untuk peningkatan dan pengembangan pertumbuhan wilayah serta dapat mensejahterakan pelaku usaha khususnya peternak menuju terbentuknya terminal agribisnis ternak kambing PE.

Sub Terminal Agribisnis merupakan salahsatu struktur kelembagaan untuk mendorong pemasaran komoditas pertanian yang dihasilkan di berbagai wilayah (Pujiharto, 2010).S ubterminal agribisnis (man, money, method, machines, dan market) secara positif dan sangat nyata mempengaruhi kinerja pemasaran dan peningkatan pendapatan (Sarlina et al., 2015). Salahsatu sentra plasma nutfah Kambing Peranakan Ettawa (PE) di Yogyakarta berada di Kabupaten Sleman.Dalam jangka panjang perlu pembangunan terminal agribisnis peternakan yang dipusatkan di Desa Girikerto dalam rangka mempermudah distribusi ternak sebagai sentra produksi dan informasi pasar.Untuk mendukung terbentuknya terminal agribisnis peternakan kambing Peranakan Etawah maka perlu dukungan potensi sumberdaya yang ada di wilayah dan selanjutnya akan dijadikan sebagai inti atau core daerah hinterland sebagai pusat sarana informasi dan sentra produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengIdentifikasi potensi kelompok ternak Kambing PE dari sisi agribisnis dan menganalisis perencanaan terminal agribisnis kambing PE meliputi manajemen pengadaan sarana produksi, layanan informasi sistem dan pengoperasian

Page 3: ANALISIS POTENSI INPUT DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN ...persepsi.org/web/files/pdf/4. Tri Anggraeni.pdf · di pedesaan.Penelitian ini bertujuan untuk mengIdentifikasi potensi kelompok

Jurnal Kebijakan Pembangunan Peternakan Vol. 1 (1): 23-34, Juni 2018 ISSN 2621-7651

25

produksi, serta pasca produksi dan pemasaran

Materi dan Metode

Lokasi penelitian

Penelitian berlokasi di wilayah kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penentuan lokasi di Desa Girikerto Kecamatan Turi sebagai sentra pembibitan dan pemerahan kambing PE.Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2017.

Penentuan sampel

Sampel kelompok dipilih 2 kelompok ternak yang mempunyai tertib administrasi kepengurusan dan mempunyai jumlah anggota terbanyak. Penentuan jumlah sampel pengurus dilakukan secara sensus sebanyak 26 pengurus terdiri dari ketua,wakil ketua, sekretaris, bendahara, bagian pemilihan bibit, pakan, dan pemasaran masing-masing 2 pengurus.

Pengambilan data primer meliputi profil peternak, identifikasi kesiapan kelompok dalam hal penyediaan produksi pakan, penyedia ternak, potensi olahan produk, pelatihan dan studi banding, informasi penjualan serta harga dan distribusi yang mendukung pembentukan terminal agribisnis peternakan dilakukan secara langsung pada pengururs kelompok dengan menggunakan alat kuesioner.

Analisis data Perencanaan model pembentukan

terminal agribisnis ditinjau dari sisi manajemen hulu sampai dengan hilir dilakukan secara deskriptif kuantitatif.Hasil analisis dituliskan dalam bentuk tabel. Manajemen agribisnis meliputi :

Manajemen layanan informasi produksi dan harga. Macam data yang diambil adalah macam ternak yang dijual berdasar jenis ternak yaitu pejantan, induk, dara jantan,dara betina, cempe jantan dan cempe betina berdasar umur dan penampilan teknis/produksi beserta harga jual . Untuk olahan produk adalah macam produk olahan dan harga jual.

Manajemen penyediaan bahan baku dan produksi. Data yang diambil adalah ketersediaan ternak siap jual berdasar jenis dan umur ternak, cara pemesanan ternak dan hasil olahannya

Manajemen pasca produksi dan pemasaran. Data yang diambil adalah cara penanganan ternak sebelum dijual, cara penjualan, cara pemasaran dan kemudahan dalam distribusi dan transportasi ternak.

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Sumber Daya Manusia Faktor demografi yang mencerminkan

kharakteristik SDM perlu diketahui untuk melihat potensi peternak dalam menjalankan sumberdaya yang ada.

.

Tabel 1. Karakteristik responden di Kabupaten Sleman

komponen Sleman (n = 26)

frekuensi %

Umur (tahun) 43,62± 10.85

Pendidikan formal: Tidak Sekolah Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Akademi

1 2 2

20 1

3,85 7,69 7,69

76,92 3,85

Pekerjaan pokok: Petani Peternak Buruh Pedagang Wiraswasta Polri PNS

17 3 1 1 2 1 1

65,38 11,54

3,85 3,85 7,69 3,85 3,85

Jenis kelamin: Laki-laki Perempuan

25 1

96,15

3,85

Page 4: ANALISIS POTENSI INPUT DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN ...persepsi.org/web/files/pdf/4. Tri Anggraeni.pdf · di pedesaan.Penelitian ini bertujuan untuk mengIdentifikasi potensi kelompok

Tri Anggraeni Kusumastuti et al Analisis Potensi Input dan Perencanaan Pembangunan

26

Tabel 2.Kesiapan kelompok dalam hal penyediaan produksi pakan

Komponen Sleman (n = 26)

frekuensi %

Jumlah yang tersedia: drum/tong ( kg) karung (kg)

Alasan menggunakan drum:

lebih rapat dan mudah dibawa lebih awet bisa menyimpan pakan basah dan kering tahan lama efisien dan mudah mengambilnya terbatas sarana dan prasarana rapat dan aman

Alasan menggunakan karung:

lebih murah dan mudah dicari lebih praktis lebih mudah didapat mudah dibawa harganya murah mudah

1815 5389

6 8 1 2 3 3 3

2 14 1 2 2 5

23,08 22,22

3,85 7,69

11.54 11.54 11.54

7,69 53,85

3,85 7.69 7.69

19.23

Cara pengadaan pakan: kerjasama dengan anggota kelompok dan kelompok ternak lain setiap anggota memiliki lahan HMT sendiri kerjasama dengan pengepul pemanfaatan lahan yang tidak produktif untuk tanaman pakan sewa lahan untuk menambah lahan HMT mendirikan koperasi khusus untuk mengelola pakan pencarian pakan dengan cara rotasi

10 4 1 7 2 1 1

38,46 15,38

3,85 26,92

7,69 3,85 3,85

Cara menjaga kualitas pakan: tanaman dalam keadaan segar perawatan tanaman dengan pemupukan perjanjian dengan pengepul mengenai kualitas pakan yang dibeli cari bibit berkualitas baik pakan dikemas di dalam karung mencari jenis hijauan yang nutriennya tinggi pemilihan tempat penyimpanan harus bagus

2 8 1 9 1 4 1

7,69

30,77 3,85

34,62 3,85

15,38 3,85

Kebijakan/aturan kelompok: penjualan harus satu pintu pemeliharaan lahan, harus menggunakan pupuk atau bahan organik pembuatan pakan komplet secara berkala dibuat seksi khusus pengelola pakankomplet setiap anggota kelompok harus mengambil HMT dilahan masing- masing penetapan retribusi kualitas pakan harus baik ukuran harus sesuai harga setiap anggota wajib mentaati peraturan yang dibuat bersama harus konsisten dengan kuantitas rentang waktu pemesanan diatur pembuatan harus terus menerus dan tiap anggota bergilir membuat pakan

2 2

1 2

2 3 5 4 2 1 1

1

7,69 7,69

3,85 7,69

7,69

11,54 19,23 15,38

7,69 3,85 3,85

3,85

Page 5: ANALISIS POTENSI INPUT DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN ...persepsi.org/web/files/pdf/4. Tri Anggraeni.pdf · di pedesaan.Penelitian ini bertujuan untuk mengIdentifikasi potensi kelompok

Jurnal Kebijakan Pembangunan Peternakan Vol. 1 (1): 23-34, Juni 2018 ISSN 2621-7651

27

Tabel 3. Kesiapan kelompok sebagai penyedia ternak

komponen Sleman (n = 26)

frekuensi %

Jumlah yang tersedia: jantan ( ekor/bln) induk ( ekor/bln) dara ( ekor/bln) cempe ( ekor/bln)

58,48 81,44 87,50 67.00

jenis ternak andalan: jantan (%) induk (%) dara(%) cempe (%)

6

14 2 4

23,08 53,85 7,69 15,38

cara pengadaan ternak: kerjasama dengan pedagang pembelian ternak secara mandiri kerjasama dengan kelompok yang lain regenerasi rutin, beli dara siap kawin sebagai indukan tiap anggota harus menyetor ke kelompok pemilihan bibit yang bagus kegiatan peminjaman ternak sistem penggaduhan adanya anggota peternak yang khusus menyediakan bibit dari rutinitas perkawinan pembentukan seksi pembibitan dalam struktur organisasi kelompok ternak yang berkualitas baik dipelihara dengan baik dan tidak dijual

2 2

12 2 1 1 1 1

1

1

2

7,69 7,69

46,15 7,69 2,85 3,85 3,85 3,85

3,85

3,85

7,69

Cara menjaga kualitas ternak yang dijual: silsilah keturunan harus jelas menyediakan pejantan dan induk unggulan pakan hijauan dan konsentrat harus baik pemilihan bibit diawal harus sesuai grade perlu adanya kandang karantina agar ternak yang baru datang tidak menyebarkan penyakit bagi ternak yang sudah ada pemeliharaan cempe secara intensif dan pertahankan cempe yang bagus manajemen pemeliharaan dan kesehatan ternak dibentuk tim untuk pendampingan kesehatan ternak, pendampingan dalam pemeliharaan pejantan lain keturunan

5 3 5 3

3

2 3 1 1

19,23 11,54 19,23 11,54

11,54

7,69 11.54

3,85 3,85

Aturan/kebijakan kelompok: adanya retribusi tidak boleh menjual indukan atau cempe betina harus ada pembatasan dalam penjualan dan retribusi harus ada standar minimal setor ternak yang harus dipenuhi ternak yang dijual harus berkualitas dan sesuai standar yang ditetapkan kelompok recording keturunan, pakan, penyakit harus jelas harus sportif, harga harus sesuai kriteria ternak harus ada grade sesuai dengan kualitasnya dibebaskan untuk menjual kemana saja ada tim pengawas ternak dan target penjualan

12 3 1 1

3 1 1 1 1 1

46,15 11,54

3,85 3,85

11,54

3,85 3,85 3,85 3,85 3,85

Page 6: ANALISIS POTENSI INPUT DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN ...persepsi.org/web/files/pdf/4. Tri Anggraeni.pdf · di pedesaan.Penelitian ini bertujuan untuk mengIdentifikasi potensi kelompok

Tri Anggraeni Kusumastuti et al Analisis Potensi Input dan Perencanaan Pembangunan

28

Tabel 1 menunjukkan bahwa peternak termasuk usia produktif (43-45 tahun). Dilihat dari pendidikan formal setara dengan SLTA berarti berpotensi dari sisi pendidikan akademik. Pekerjaan pokok sebagai petani (65-73%) sedangkan peternakan merupakan usaha sampingan. Pengelolaan budidaya tanaman-peternakan masih didominasi kepala keluarga yang ditunjukkan dari prosentase jenis kelamin laki-laki lebih dari 90%. Kesiapan kelompok dalam hal penyediaan produksi pakan

Dalam rangka menuju pada rencana pembentukan terminal agribisnis, dilihat dari kesiapan kelompok dari sisi penyediaan atau suplier pakan terutama diarahkan pada pembentukan rumah produksi pakan melalui pembuatan pakan fermentasi. Tabel 2 menunjukkan bahwa kemampuan kelompok dalam menyediakan fermentasi pakan sebesar 1334-1815 kg dalam ukuran drum. Jika kapasitas drum 16 kg maka rerata pakan yang bisa disediakan setiap bulannya berkisar 83-113 drum.

Peternak memilih kemasan drum dengan pertimbangan lebih rapat dan lebih mudah dibawa (23.08%) serta lebih awet dan tahan lama (38.89%). Kemampuan untuk menyediakan pakan dalam kemasan karung berkisar 5389-1313 kg. Jika karung berkapasitas 20 kg, maka kelompok mampu menyediakan antara 66-269 karung tiap bulannya. Peternak memilih kemasan karung dengan pertimbangan lebih praktis dan pengambilannya mudah. Cara pengadaan hijauan yang dapat diterapkan kelompok adalah kerjasama dengan anggota kelompok lain serta dalam pembuatan pakan dilakukan secara bergilir (estafet). Untuk menjaga kualitas pakan maka kelompok harus menyediakan bibit yang berkualitas baik dan dilakukan perawatan tanaman terutama pemupukan.

Kesiapan kelompok sebagai penyedia ternak

Kesiapan kelompok dalam hal penyediaan atau suplier ternak terdiri dari pejantan (24-60 ekor), induk (25-82 ekor), dara (13-88 ekor), dan cempe (23-67) ekor (Tabel 3). Jenis ternak andalan yang bisa dijual adalah cempe dan induk, sedangkan pejantan biasanya dipertahankan sebagai pemacek dan ternak kontes. Cara pengadaan

ternak yaitu dengan cara bekerjasama dengan kelompok lain (46-84%). Cara menjaga kualitas ternak yang dijual yaitu harus diketahui dengan benar silsilah atau keturunan ternak dan cara pemeliharaan yang benar didukung penyediaan pakan hijauan. Aturan kelompok yang dapat diterapkan adalah penetapan retribusi penjualan ternak.

Dilihat dari potensi olahan produk peternakan maka dapat diketahui bahwa Kabupaten Sleman mengandalkan olahan susu dalam bentuk susu bubuk dan permen susu serta kompos masing masing sebesar 19.23% . Cara pengadaan produk olahan yaitu dengan kerjasama secara rutin dengan pihak luar. Untuk menjaga kualitas maka diperlukan penyimpanan produk yang baik serta bahan harus murni tidak tercampur bahan yang lain. Aturan kelompok yang bisa diterapkan adalah penetapan distribusi dan produk harus disetor ke kelompok sehingga hanya ada 1 pintu untuk memudahkan dalam pengawasan produk. Informasi dan pembaharuan produk masih minim. Hal ini sesuai dengan Jonarti et al. (2017) bahwa informasi pasar meliputi harga, jenis produk, jumlah permintaan, konsumen produk yang dilakukan melalui transaksi sangat minimum. Kesiapan kelompok untuk Pelatihan dan Studi Banding

Materi yang siap diberikan jika kelompok menjadi pusat pelatihan dan studi banding adalah pemeliharaan ternak dan pengolahan hasil ternak (Tabel 5). Macam produk yang ditawarkan adalah ternak, susu, limbah, dan perkandangan. Tempat pelatihan lebih mudah dilakukan di kandang kelompok dibandingkan sekretariat kelompok maupun balai desa. Kegiatan penyampaian materi dengan rerata alokasi waktu 3 jam/hari dan retribusi tiap kali kunjungan berkisar Rp 25.000- Rp 50.000. Informasi penjualan dan distribusi

Tabel 6 menunjukkan bahwa dalam penjualan peternak menginginkan langsung bertemu pembeli supaya barang yang dijual dapat dilihat secara langsung kondisinya serta lebih aman dan meyakinkan sedangkan alasan dengan menggunakan Internet supaya jangkauan lebih luas, cepat dan mudah. Display tata letak penjualan ternak yang dianggap efisien adalah didepan kandang . Sistem penjualan dilakukan secara

Page 7: ANALISIS POTENSI INPUT DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN ...persepsi.org/web/files/pdf/4. Tri Anggraeni.pdf · di pedesaan.Penelitian ini bertujuan untuk mengIdentifikasi potensi kelompok

Jurnal Kebijakan Pembangunan Peternakan Vol. 1 (1): 23-34, Juni 2018 ISSN 2621-7651

29

Tabel 4. Potensi olahan produk

komponen Sleman (n = 26)

frekuensi %

Potensi olahan produk peternakan: permen susu susu pasteurisasi dodol susu krupuk susu sabun susu susu bubuk yoghurt kefir pupuk padat (kompos) pupuk cair

5 3 1 2 2 5 1 1 5 1

19,23 11,54 3,85 7.69 7,69

19,23 3.85 3,85

19,23 3.85

Cara pengadaan produk olahan: Kerjasama dengan pihak luar dalam pengadaan bahan baku Pembuatan harus rutin Kerjasama antar anggota kelompok Harus setor bahan baku ke kelompok

13 7 3 3

50.00 26,92 11,54 11,54

Cara menjaga kualitas: Kerjasama dengan anggota dalam penetapan standar dan kualitas ternak Menjaga kualitas pakan, kebersihan lingkungan kandang Adanya pengemasan yang baik Manajemen pemeliharaan dan pengolahan hasil harus bagus Adanya standarisasi dan mendaftarkan ke BPOM dan MUI Penyimpanan produk harus baik Menjaga kualitas ternak Menjaga proses pemerahan , tempat penampungan susu, dan penampungan feses

2 5 4 1 4 6 2 2

7,69 19,23

15,38 3,85

15,38 23,08 7,69

7,69

Aturan kelompok: menjaga kualitas produk yang diproduksi bentuk kandang panggung dan dijaga kebersihannya produk ternak harus disetor ke kelompok adanya retribusi perjanjian harus ditepati karena menyangkut konsumen, disiplin beternak harga dan ukuran harus sesuai standar

6 2 3

10 3 2

23,08 7,69

11,54 38,46

11,54 7,69

Tabel 5.Kesiapan kelompok untuk Pelatihan dan Studi Banding

Fasilitas Sleman (n = 26)

frekuensi %

Kesiapan materi yang diberikan: pemeliharaan ternak pengolahan hasil ternak pengolahan limbah Perkandangan Pengolahan pakan Pemasaran Kesehatan ternak Pemerahan susu Kelembagaan

11 3 3 1 2 1 1 2 3

42,31 11,54 11,54 3,85 7,69 3,85 3,85 7,69

11,54

Macam produk yang ditawarkan: Susu Ternak Pakan Limbah kandang

10 4 3 8 1

38,46 15,38 11,54 30,77 3,85

Tempat pelatihan: kandang kelompok balai desa

25 1

96,15 3,85

Page 8: ANALISIS POTENSI INPUT DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN ...persepsi.org/web/files/pdf/4. Tri Anggraeni.pdf · di pedesaan.Penelitian ini bertujuan untuk mengIdentifikasi potensi kelompok

Tri Anggraeni Kusumastuti et al Analisis Potensi Input dan Perencanaan Pembangunan

30

Tabel 6. Informasi penjualan dan distribusi

Macam Sleman (n = 26)

frekuensi %

Media penjualan Alasan langsung bertemu pembeli:

Cepat, mudah Modal cepat berputar barang yang dijual dapat dilihat secara langsung kondisinya belum semua anggota bisa akses internet lebih aman dan meyakinkan Mudah dalam penentuan harga

Alasan dengan menggunakan Internet: jangkauan lebih luas dan mudah lebih cepat dan mudah mengikuti perkembangan zaman

3 3 8 5 5 2

14 8 4

11,54 11,54 30,77 19,23 19,23 7,69

53,85 30,77 15,38

Tata letak produk ditengah kandang ditengah lahan dan didepan dekat pintu masuk koperasi didepan kandang dibuat patok-patok ternak diikat didepan kandang dan dipameran ditengah dan didepan kandang

9 3 9 3 1 1

34,61 11,54 34,61 11,54 3,85 3,85

Sistem Penjualan Tunai/cash Alasan :

tergantung pada jumlah ternak yang dibeli lebih cepat dan terhindar dari penipuan uang akan dibuat modal kembali

Uang muka Alasan :

tergantung jumlah ternak yang dibeli lebih mudah pelayanannya

Kontrak Alasan :

lebih ringan pembayarannya tergantung jumlah ternak yang dibeli

20 3

16 1 3 1 2 3 1 2

88,46

15,00 80,00 5.00

11,54

33.33 66,67

11,54

33,33 66,67

Media informasi dari mulut ke mulut internet pameran media cetak kerjasama dengan pihak lain

8

10 4 3 1

30,77 38,46 15,38 11,54 3,85

tunai atau cash dengan alasan lebih cepat dan terhindar dari penipuan. Media informasi yang diharapkan adalah lewat internet dan dari mulut ke mulut. Komunitas elektronik jaringan menyediakan pasar dan informasi pasar yang up to date dan sangat penting untuk menghubungkan peternakan di daerah pedesaan yang merupakan pasar lokal (World Bank, 2011) .Transaksi melalui perbaikan fasilitas SMS Gateway juga difungsikan secara optimal untuk menunjang informasi sekitar harga (Pujiharto dan Wahyuni, 2015)

Untuk mewujudkan terbentuknya terminal agribisnis peternakan maka harus dilakukan koordinasi dengan stakeholders

terkait baik kelompok ternak, sarana pendukung dari dinas, institusi, maupun Puskeswan. Masih terbatasnya penggunaan teknologi, jumlah ternak yang berkualitas, akses transport merupakan hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan. Reuben et al (2013), integrasi vertikal antar pelaku usaha pada pemasaran ternak masih lemah. Selain itu skala produksi dan teknologi pada prosesing juga rendah sehingga peternak menerima harga jual dan margin yang rendah. Pemerintah diharapkan dapat berperan untuk mengoptimalkan fungsi sub terminal agribisnis dalam rangka menignkatkan nilai agribisnis produk sehingga berdampak pada kesejahteraan

Page 9: ANALISIS POTENSI INPUT DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN ...persepsi.org/web/files/pdf/4. Tri Anggraeni.pdf · di pedesaan.Penelitian ini bertujuan untuk mengIdentifikasi potensi kelompok

Jurnal Kebijakan Pembangunan Peternakan Vol. 1 (1): 23-34, Juni 2018 ISSN 2621-7651

31

peternak, petani, dan dapat meningkatkan pendapatan lokal daerah (Sari dan Santoso, 2016).Eksistensi kelembagaan yang mengakar ditengah petani anggota serta masyarakat berdampak pada keberfungsian STA Baliak Mayang dalam proses pemberdayaan (Asful et al., 2013) Pengelolaan gapoknak sebagai core/inti didasari pertimbangan prinsip otonomi sertakemandirian komunitas lokal dalam mengelola terminal agribisnisnis akan timbul rasa memiliki (sense of belonging) yang lebih menjamin keberlanjutan terminal agribisnis di masa yang akan datang. (Lestari, 2012).

Persiapan kelompok ternak sebagai unit terkecil perlu dilakukan aturan baku yang dituangkan dalam bentuk SOP (Standar Operasional Prosedur) berdasar kesepakatan semua kelompok yang ada. Jika kelompok sudah terkoordinir maka akan dalam melakukan promosi keluar untuk memperluas jaringan pasar.

SOP berdasar kesepakatan kelompok yaitu : 1. Harus ada retribusi yang diberikan

kepada kelompok dan GAPOKNAK setiap kali penjualan untuk semua produk baik ternak, pakan, maupun olahan hasil sampingan ternak.

2. Penjualan melalui 1 pintu yaitu GAPOKNAK untuk memudahkan dalam penetapan harga dan pemasaran produk.

3. Penjualan produk harus disepakati kualitasnya baik penampilan fisik ternak, pakan fermentasi,kompos, pupuk cair dan bersertifikasi supaya mendapat pengakuan legalitas penjualan produk dari pihak luar.

4. Antar kelompok ternak harus bekerjasama dalam hal pengadaan ternak, pakan, olahan pakan ternak, serta olahan hasil sampingan ternak supaya dapat memenuhi permintaan pasar.

Gambar 1. Model Lokasi Pembentukan Terminal Agrobisnis.

Keterangan : Core/inti : Gapoknak Hinterland I : Kelompok ternak Kambing PE di Desa Girikerto Hinterland II : Sarana dan Prasarana Pendukung (Puskeswan, Pos Lalin Ternak, Lembaga Keuangan, Pasar Ternak) Hinterland III : Dinas dan Institusi yang terkait dengan terminal agribisnis

Page 10: ANALISIS POTENSI INPUT DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN ...persepsi.org/web/files/pdf/4. Tri Anggraeni.pdf · di pedesaan.Penelitian ini bertujuan untuk mengIdentifikasi potensi kelompok

Tri Anggraeni Kusumastuti et al Analisis Potensi Input dan Perencanaan Pembangunan

32

Untuk memperlancar distribusi dan pemasaran ternak maka peran Pos lalu Lintas Ternak sebagai lokasi perijinan keluar masuknya ternak serta keberadaan pasar hewan sebagai tempat transaksi penjualan ternak dan juga mencari bibit yang berkualitas sangat diperlukan . Pada area Hinterland III, gapoknak perlu didukung institusi pendidikan dan dinas yang terkait dengan terminal agribisnis peternakan. Institusi pendidikan melalui kegiatan pengabdian masyarakat dan penerjunan KKN (Kuliah Kerja Nyata) mahasiswa tingkat akhir sangat membantu dalam hal persiapan kelompok untukmenyediakan input sesuai permintaan pasar. Dinas Peternakan merupakan fasilitator bimbingan teknis sistem agribisnis , hibah penguatan modal dan juga promosi

ternak .Untuk meningkatkan nilai tambah produk dan meningkatkan posisi tawar (bargaining position) dinas sebaiknya memandu, mendampingi dalam mendapat informasi pasar secara akurat, yang bisa dijadikan pegangan dalam tawar-menawar (Karmeli dan Saputra, 2017) Deperindag berperan dalam hal memberikan bimbingan teknis pengolahan hasil sampingan ternak yang bersertifikasi serta Dinas Pariwisata menawarkan paket promosi untuk memunculkan potensi produk dan olahan hasil sampingan produk peternakan. Pembentukan Badan Promosi dan Investasi (BP) Daerah bertujuan untuk mengelola pengembangan sistem agribisnis daerah, khususnya bagi pengembangan Terminal Agribisnis juga diperlukan (Amir, 2014)

Strategi kelompok untuk peningkatan produktivitas ternak dari sisi hulu adalah perbaikan managemen. Oleh karena itu peran Dinas Peternakan sangat diperlukan untuk memberikan pendampingan pada kelompok Peternak. Peran institusi pendidikan juga sangat diperlukan untuk memberikan pendampingan melalui kegiatan

penelitian dan pengabdian pada masyarakat sehingga bisa menghasilkan teknologi tepat guna yang dapat diaplikasikan pada peternak.Koordinasi struktur melalui perbaikan managemen dan pelatihan pada peternak merupakan kesempatan untuk perbaikan kualitas dan pendapatan peternak yang berkelanjutan (Castel et al., 2010).

Gambar 2. Alur Koordinasi Pembentukan Terminal Agribisnis Peternakan.

Page 11: ANALISIS POTENSI INPUT DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN ...persepsi.org/web/files/pdf/4. Tri Anggraeni.pdf · di pedesaan.Penelitian ini bertujuan untuk mengIdentifikasi potensi kelompok

Jurnal Kebijakan Pembangunan Peternakan Vol. 1 (1): 23-34, Juni 2018 ISSN 2621-7651

33

Gambar 3. Jalur pemasaran produk dan olahan hasil sampingan produk peternakan

Kesimpulan

Akses pasar dan ekonomi aglomerasi merupakan 2 hal yang berhubungan dengan dukungan infrastruktur ternak. Produksi cenderung meningkat jika berada di daerah yang lebih dekat dengan jalan raya karena menurunkan biaya transfer cost. (Deepananda et al., 2005) Untuk memperluas jalur pemasaran maka GAPOKNAK sebagai core (inti) perlu menjalin kerjasama dengan Dinas Peternakan melalui kontes ternak dan Dinas Pariwisata melalui promosi ekowisata di Kecamatan Turiyang berpotensi dari hasil subsektor peternakan dan perkebunan. Sistem pemasaran konvensional yaitu sistem pemasaran yang memberi keleluasaan penuh kepada setiap lembaga pemasaran dan peternak untuk menjalankan bisnisnya masing-masing perlu dijalankan (Istanto et al., 2016).

Input sumberdaya manusia dari sisi umur tergolong produktif dan pendidikan setara SLTA berpotensi untuk mendukung perencanaan pembangunan terminal agribisnis peternakan. Kesiapan kelompok dalam hal penyediaan pakan fermentasi sebesar 1334-1815 kg/bulan sedangkan penyediaan ternak terbesar yaitu induk sebesar 25-82 ekor/bulan . Potensi olahan produk primer yaitu susu bubuk dan permen susu serta sedangkan olahan by product adalah kompos . Materi yang siap diberikan sebagai pusat pelatihan dan studi banding adalah pemeliharaan ternak , perkandangan ,

dan pengolahan hasil ternak.Secara keseluruhan untuk dapat mewujudkan terminal agribisnis peternakan Kambing PE maka perlu melibatkan koordinasi dari semua pihak mulai dari kelompok ternak, aparat desa, pelaku pasar, petugas kesehatan, lembaga keuangan , dan Dinas Peternakan supaya didapat struktur organisasi yang jelas beserta tugas dan wewenangnya

Daftar Pustaka

Amir, S. 2014. Kajian aspek manajemen pada rencana pendirian dan operasional terminal agribisnis Kota Payakumbuh. Jurnal Penelitian Lumbung. 13(2):228-239.

Anugrah, I.S, 2004. Pengembangan Sub Terminal Agribisnis (STA) dan Pasar Lelang Komoditas Pertanian dan Permasalahannya. Forum Penelitian Agro Ekonomi Volume 22 (2) P : 102-112.

Asful, F., I. W. Syarfi, dan D. Evaliza. 2013. Persepsi petani terhadap eksistensi sub terminal agribisnis (STA) dalm proses pemberdayaan petani (studi kasus STA Baliak Mayang Kecamatan Payakumbuh Timur Kota Payakumbuh). Prosiding Seminar nasional “Peranan Teknologi dan Kelembagaan Pertanian dalam Mewujudkan Pembangunan Pertanian yang Tangguh dan Berkelanjutan, Pekanbaru.151-165.

Page 12: ANALISIS POTENSI INPUT DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN ...persepsi.org/web/files/pdf/4. Tri Anggraeni.pdf · di pedesaan.Penelitian ini bertujuan untuk mengIdentifikasi potensi kelompok

Tri Anggraeni Kusumastuti et al Analisis Potensi Input dan Perencanaan Pembangunan

34

Castel, J.m, F.A Ruiz, Y Menaa, M Sanchez-Rodriguezc, 2010. Present situation and future perspectives for goat production systems in Spain. Small Ruminant research. Vol 8 (() p . 207-210

Deepananda, H., Alfons W, and Chantal L.Carpentier, 2005. Spatial Dynamics of the Livestock Sector in the United States: Do Environmental Regulations Matter? . Journal of Agricultural and Resource Economics 30(1):45-68

Istanto, W. Roessali, dan A. Setiadi, 2016. Analisis pemasaran kubis (Brassica oleracea L. var. cagitata L) di sub terminal agribisnis (STA) Jetis Kabupaten Semarang. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. 12(2):1-10.

Jonarti , Muhammad Y.J, Muhammad S.P, 2017. The Development of Sub Terminal Agribusiness Sumillan As A Transaction Center of Agribusiness Results in Enrekang Regency, South Sulawesi Indonesia. International Refereed Journal of Engineering and Science.Volume 6, Issue 10 P. 38-42

Karmeli, E. dan A. Saputra. 2017. Analisis pola distribusi petani jagung (studi petani jagung di Dusun Ngali Desa Labuhan Kuris Kecamatan Lape Kabupaten Sumbawa Tahun 2016). Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 14(2):118-129.

Khan S.U, Terri L.O.S , Zvonimir P, Janet A and Amy L.Greer, 2018. Modeling livestock population structure: a geospatial database for Ontario swine farms. Bio Med Central Veterinary Research (2018) 14:31

Lestari P, 2012. Performance and Continuity Prospect of Sub Terminal Agribisnis Sewukan, Kabupaten Magelang in Increasing Farmer’s Wealth in Merapi Merbabu Area after Merapi Eruption. Jurnal pembangunan Wilayah dan

kota. Volume (8).p : 65‐75 Sarlina N , Dwi P.D.,Wayan S, 2015. Prospek

Pembangunan Sub Terminal Agribisnis Dalam Rangka Perbaikan Kinerja Pemasaran Dan Peningkatan

Pendapatan Petani Di Wilayah Timur Kabupaten Sikka.Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 3( 1) P : 53-59

Nugroho, A. D., L. R. Waluyati, F. Rohmah, dan A. H. A. Rosyid. 2017. Strategi pengembangan sub terminal agribisnis (STA) Salak Pondoh di Kabupaten Sleman. Journal of Agribusiness and Rural Development Research. 3(2):93-102.

Pujiharto dan S. Whayuni. 2015. Analisis SWOT tataniaga sayuran dataran tinggi berbasis kelembagaan sub terminal agribisnis (STA). Agritech. 17(1):11-23.

Pujiharto. 2010. Kajian kelembagaan Pembangunan Pertanian Kasus Sub Terminal Agribisnis di Indonesia. Agritech. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Vol XII(2) p. 137-157

Reuben,M.J Kadigi, I.I. Kadigi, GH Laswai, and JJ Kashigi, 2013. Value chain of indigenous cattle and beef products in Mwanza Region. Tanzania .market access,linkages, and opportunities for upgrading.Academia J. of Agricultural Research 1 (8) p . 145-155

Sari, W. A. D. dan Santoso, B. E. 2016.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan komoditas unggul hortikultura di Agropolitan Ngawa Sondat Wilayah Kabupaten Kendiri, Jawa Timur.Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 5(1):64-69.

Soejono, D. Strategi pengembangan agribsnis dan agroindustri sub sektor tanaman pangan di Kabupaten Situbondo. J-SEP. 5(3):54-60.

World Bank, 2011. Growth and productivity in agriculture and agribusiness : evaluative lessons from World Bank Group Experience. Independent Evaluation Group IEG The International Bank for Reconstruction and Development/ The World Bank1818 H Street NW.P: 51-52