30
ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH FLOW, INVESTMENT OPPORTUNITY, PROFITABILITY, RETAINED EARNING DAN SALES TERHADAP CAPITAL EXPENDITURES (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2005-2009) ARUM AULIANIFA DRS. H. MOHAMMAD KHOLIQ MAHFUD, MSI The objectives of this study were to observe the effects of insider ownership, internal cash flow, investment opportunity, profitability, retained earning and sales on the capital expenditures in the company. Pecking order hypotheses and managerial hypotheses have a different argument about capital expenditures. Pecking order hypotheses say that managers choose the level of capital expenditures that maximizes the wealth of current shareholders regardless of the insider ownership in the firm. While the managerial hypotheses say that managers whose ownership proportion are small choose the level of capital expenditures higher than that which would maximize the wealth of other current shareholder. This study uses secondary data are taken from the manufacturing companies listed in Bursa Efek Indonesia. 49 companies as sample were taken using purposive sampling from the period of 2005-2009. The analytical method for this study uses The Ordinary Leas Square Regression with significance level of 5%. The result of this study shows that the internal cash flow, investment opportunity and sales have positive and significant impact on the capital expenditures. However, the insider ownership, profitability and retained earning haven’t significant impact on t he capital expenditures. This study favour the pecking order hypotheses on Indonesian manufacturing company. Keywords : Insider ownership, internal cash flow, investment opportunity, profitability, retained earning, sales, capital expenditures, pecking order hypotheses, managerial hypotheses.

ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH FLOW,

INVESTMENT OPPORTUNITY, PROFITABILITY, RETAINED EARNING

DAN SALES TERHADAP CAPITAL EXPENDITURES

(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2005-2009)

ARUM AULIANIFA

DRS. H. MOHAMMAD KHOLIQ MAHFUD, MSI

The objectives of this study were to observe the effects of insider ownership,

internal cash flow, investment opportunity, profitability, retained earning and sales

on the capital expenditures in the company. Pecking order hypotheses and

managerial hypotheses have a different argument about capital expenditures.

Pecking order hypotheses say that managers choose the level of capital expenditures

that maximizes the wealth of current shareholders regardless of the insider

ownership in the firm. While the managerial hypotheses say that managers whose

ownership proportion are small choose the level of capital expenditures higher than

that which would maximize the wealth of other current shareholder.

This study uses secondary data are taken from the manufacturing companies

listed in Bursa Efek Indonesia. 49 companies as sample were taken using purposive

sampling from the period of 2005-2009. The analytical method for this study uses The

Ordinary Leas Square Regression with significance level of 5%.

The result of this study shows that the internal cash flow, investment

opportunity and sales have positive and significant impact on the capital

expenditures. However, the insider ownership, profitability and retained earning

haven’t significant impact on the capital expenditures. This study favour the pecking

order hypotheses on Indonesian manufacturing company.

Keywords : Insider ownership, internal cash flow, investment opportunity,

profitability, retained earning, sales, capital expenditures, pecking

order hypotheses, managerial hypotheses.

Page 2: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

2

1. PENDAHULUAN

Perusahaan industri merupakan unit proses yang mengolah input berupa

sumber daya menjadi output dengan formasi tertentu melalui proses penambahan

nilai. Penentuan nilai perusahaan salah satunya dilakukan dengan melihat besarnya

investasi yang akan dikeluarkan perusahaan pada masa yang akan datang. Salah satu

komponen pengeluaran perusahaan yang dianggap penting dan berhubungan dengan

konsep ini adalah pengeluaran modal atau capital expenditures. Secara sederhana,

capital expenditures perusahaan adalah alokasi yang direncanakan (dalam budget)

untuk melakukan pembelian, perbaikan, atau penggantian segala sesuatu yang

dikategorikan sebagai aset perusahaan secara akuntansi.

Pentingnya peran capital expenditures perusahaan selain mempengaruhi

kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap kondisi makroekonomi.

Dornbusch dan Fisher (1987) dalam Griner dan Gordon (1995) menyebutkan bahwa

pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh perusahaan-

perusahaan merupakan salah satu bagian dominan yang membentuk permintaan

agregat untuk barang modal, komponen produk nasional bruto (GNP), variabel

pertumbuhan ekonomi dan siklus bisnis.

Beberapa motivasi manajer perusahaan untuk melakukan pengeluaran modal

menurut Gitman (2003) diantaranya untuk menambah aset tetap perusahaan,

mengganti aset yang dianggap sudah habis umur ekonomisnya dengan tujuan untuk

meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Bagi perusahaan manufaktur, capital

expenditures merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan perusahaan.

Sebagian besar capital expenditures perusahaan manufaktur diwujudkan pada

peralatan, mesin atau pabrik karena perusahaan ini bergerak di bidang pembuatan

barang berwujud atau pengolahan bahan baku menjadi barang jadi yang siap

dikonsumsi oleh masyarakat.

Dua hipotesis mengenai keputusan manajemen keuangan yang termasuk

dalam teori keagenan (agency theory), yaitu pecking order hypotheses dan

managerial hypotheses mempunyai pandangan berbeda mengenai keputusan investasi

Page 3: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

3

dan sumber pendanaan sebuah perusahaan. Pecking order hypotheses yang diajukan

oleh Myers (1984) serta Myers dan Majluf (1984) menyatakan bahwa para manajer

memilih tingkat pengeluaran modal yang memiliki kemampuan untuk

memaksimalkan kekayaan para pemegang saham saat ini. Sedangkan managerial

hypotheses berpendapat bila proporsi kepemilikan manajer atas saham suatu

perusahaan kurang dari seratus persen manajer akan cenderung bertindak untuk

mengejar kepentingan dirinya dengan mengabaikan kepentingan pemegang saham

lain.

Berbagai penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

capital expenditures perusahaan telah banyak dilakukan, misalnya oleh Myers (1984),

Griner dan Gordon (1995), Pagalung (2001), Sartono (2001), Hamidi (2003), serta

Yeannie dan Handayani (2007). Sedangkan permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh insider ownership, internal cash flow,

investment opportunity, profitability, retained earning, dan sales terhadap capital

expenditures.

Page 4: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

4

2. TELAAH PUSTAKA

2.1 Pecking order Hypotheses

Pecking order hypotheses yang dikemukakan pertama kali oleh Donaldson

pada tahun 1961 mencoba menjelaskan tentang perilaku keuangan pada perusahaan.

selanjutnya teori ini dikembangkan dan dimodifikasi oleh penelitian Myers (1984)

serta penelitian Myers dan Majluf (1984), yang hasilnya menambahkan bahwa

asimetri informasi dan biaya kebangkrutan juga berpengaruh terhadap pilihan struktur

modal (capital structure) perusahaan. Pilihan struktur modal tersebut juga

menyangkut perilaku manajemen terhadap capital expenditures perusahaan yang

bersangkutan.

Pada intinya, teori ini mengungkapkan tingkat urutan preferensi manajer

dalam memilih sumber dana yang digunakan untuk mendanai kegiatan perusahaan

(Myers, 1984; Myers dan Majluf, 1984), dengan urutan sebagai berikut:

1. Penggunaan sumber internal untuk pendanaan karena biayanya lebih murah.

2. Bila dana ekternal dibutuhkan, perusahaan akan memilih hutang karena

dipandang lebih aman daripada menerbitkan ekuitas baru sebagai pilihan untuk

memenuhi kebutuhan investasi. Pilihan selanjutnya adalah penerbitan obligasi

konversi dan selanjutnya melakukan penerbitan ekuitas baru sebagai pilihan

terakhir.

2.2 Managerial Hypotheses

Managerial hypotheses dalam agency theory menitikberatkan pada pemisahan

fungsi kepemilikan dan fungsi kontrol antara pemegang saham (principals) dan

manajer perusahaan (agents). Menurut managerial hypotheses, seorang manajer yang

tidak memiliki saham pada perusahaan akan menggunakan internal cash flow untuk

membuat tingkat capital expenditures berada pada posisi yang melebihi tingkat yang

memaksimalkan kemakmuran pemegang saham lain (Griner dan Gordon, 1995).

Konsep yang disampaikan oleh managerial hypotheses sejalan dengan agency

theory, bahwa perusahaan harus menanggung agency cost yang muncul akibat konflik

Page 5: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

5

kepentingan. Cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi biaya

keagenan yang muncul adalah dengan mensejajarkan kepentingan pihak manajemen

sebagai agents dengan pihak pemegang saham sebagai principals dengan jalan

menjadikan manajer sebagai pemegang saham.

2.3 Insider Ownership dan Pengaruhnya Terhadap Capital Expenditures

Insider ownership menunjukkan seberapa besar tingkat kepemilikan saham

perusahaan oleh manajer dan direksi. Walaupun pecking order hypotheses yang

disampaikan oleh Myers (1984) serta Myers dan Majluf (1984) menyampaikan

bahwa tidak ada konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham, namun

managerial hypotheses menyampaikan hal yang berbeda. Jensen dan Meckling

(1976) mengungkapkan bahwa manajer yang kepemilikan sahamnya pada perusahaan

(insider ownership) kurang dari seratus persen akan mendapatkan insentif dan

kesempatan untuk melakukan tindakan yang menguntungkan bagi kepentingan

dirinya serta mengesampingkan keuntungan pemilik lain.

Managerial hypotheses berpendapat bahwa keberadaan insider ownership

diharapkan mampu menekan over investment yang mungkin dilakukan perusahaan

karena mereka ikut menanggung setiap risiko yang muncul dari setiap keputusan

yang diambil oleh perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis alternatif yang

akan diuji adalah sebagai berikut:

H1: Insider Ownership memiliki pengaruh yang negatif terhadap capital expenditures.

2.4 Internal Cash Flow dan Pengaruhnya Terhadap Capital Expenditures

Internal cash flow merupakan aliran kas perusahaan pada periode tertentu

yang dapat digunakan sebagai salah satu sumber pendanaan internal perusahaan

dalam menjalankan kegiatannya. Pecking order hypotheses serta managerial

hypotheses memiliki pandangan yang sama mengenai pengaruh internal cash flow

terhadap capital expenditures perusahaan, walaupun pecking order hypotheses tidak

menjelaskan adanya konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham.

Page 6: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

6

Pecking order hypotheses menyatakan bahwa ketersediaan internal cash flow

menjadi salah satu pertimbangan untuk melakukan capital expenditures.

Bergantungnya manajer pada ketersediaan internal cash flow disebabkan oleh usaha

manajer untuk menghindari saham-saham bernilai rendah (under-value shares) yang

diberlakukan oleh pasar-pasar modal yang kurang sempurna. Managerial hypotheses

yang disampaikan oleh Griner dan Gordon (1995) berpendapat, manajer yang tidak

memiliki saham pada perusahaan (insider ownership) akan menggunakan internal

cash flow untuk berinvestasi pada capital expenditures sehingga jumlahnya melebihi

tingkat capital expenditures yang dapat memaksimalkan kepentingan para pemegang

saham. Selain penjelasan kedua teori tersebut, penelitian Griner dam Gordon (1995),

Sartono (2001) dan Hamidi (2003) juga memberikan penekanan bahwa internal cash

flow merupakan penentu bagi tingkat capital expenditures suatu perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis alternatif yang akan diuji adalah sebagai

berikut:

H2: Internal cash flow memiliki pengaruh yang positif terhdap capital expenditures.

2.5 Investment Opportunity dan Pengaruhnya Terhadap Capital Expenditures

Investment opportunity adalah kombinasi antara aktiva riil (asset in place) dan

opsi investasi yang dimiliki perusahaan pada masa yang akan datang. Opsi investasi

ini salah satunya ditunjukkan dari kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan

investment opportunity dibanding dengan perusahaan yang setara dalam suatu suatu

kelompok industrinya (Gaver dan Gaver dalam Hamidi, 2003). Berdasarkan pecking

order hypotheses, jika investment opportunity dimasa yang akan datang lebih baik

maka manajer berusaha mengambil peluang tersebut demi memakmurkan

kepentingan pemegang saham, sehingga capital expenditures akan meningkat sesuai

dengan investment opportunity perusahaan. Di sisi lain, managerial hypotheses

berpendapat bahwa perusahaan akan mengalami over investment atau under

investment sebagai akibat dari investasi berlebihan yang dilakukan oleh manajer

karena mereka melakukan capital expenditures tanpa memperhitungkan

kesejahteraan pemegang saham dan investment opportunity yang ada. Meskipun

Page 7: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

7

demikian, kedua teori ini sepakat bahwa investment opportunity berpengaruh positif

terhadap capital expenditures perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, baik pecking order hypotheses maupun

managerial hypotheses sepakat bahwa investment opportunity berpengaruh positif

terhadap capital expenditures perusahaan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh

Hamidi (2003), Yeannie dan handayani (2007) sepakat terhadap teori yang

diungkapkan oleh kedua teori di atas. Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis

alternatif yang akan diuji adalah :

H3: Investment opportunity memiliki pengaruh yang positif terhadap capital

expenditures.

2.6 Profitability dan Pengaruhnya Terhadap Capital Expenditures

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

dalam satu periode tertentu. Manajer keuangan berusaha mengambil keputusan

investasi, dalam hal ini capital expenditures, dengan mempertimbangkan tingkat

profitabilitas yang ingin dicapai perusahaan sehingga dapat meningkatkan laba

selanjutnya. Semakin tinggi profitabilitas yang akan didapat perusahaan atas investasi

aset tetap, semakin besar pula capital expenditures yang akan dikeluarkan oleh

perusahaan.

Penjelasan di atas konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Baskin

(1989) yang mengambil judul “An Empirical Investigation of the Peking Order

Hypothesis”. Dari penjelasan tersebut, hipotesis alternatif yang akan dibahas dalam

penelitian ini adalah :

H4: Profitability mempunyai pengaruh yang positif terhadap capital expenditures.

2.7 Retained Earning dan Pengaruhnya Terhadap Capital Expenditures

Retained earning (laba ditahan) merupakan bagian dari earning after tax (laba

bersih setelah pajak) yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba ditahan ini

nantinya menjadi sumber dana internal perusahaan untuk digunakan sebagai sumber

pendanaan perusahaan dalam melakukan pengeluaran modal atau investasi. Baik

Page 8: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

8

buruknya kondisi perusahaan juga mempengaruhi besarnya proporsi laba ditahan

serta dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Apabila perusahaan

sedang ada pada kondisi yang baik, maka perusahaan lebih memilih untuk melakukan

investasi yang lebih menguntungkan dibandingkan harus membagikan

keuntungannya dalam bentuk dividen kepada pemegang saham.

Partington (1989) dalam Sudjono (2005) mengungkapkan bahwa terdapat

ketergantungan antara dividen dan investasi, dimana rasio dividen berbanding

terbalik dengan ketersediaan peluang investasi. Berdasarkan penjelasan tersebut,

hipotesis alternatif yang akan diuji adalah :

H5: Retained earning mempunyai pengaruh yang negatif terhadap capital

expenditures.

2.8 Sales dan Pengaruhnya Terhadap Capital Expenditures

Sales menunjukkan nilai penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan pada

periode tertentu. Jumlah penjualan yang dicapai perusahaan merupakan salah satu

ukuran tingkat keberhasilan atau realisasi dari pertumbuhan dari investasi masa lalu

(Brigham dan Houston, 2001). Keberhasilan tersebut sering menjadi tolak ukur

investasi untuk pertumbuhan pada masa yang akan datang.

Perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi diharapkan akan

memperoleh arus kas masuk bagi perusahaan (berupa earning) yang tinggi. Besarnya

arus kas masuk akan berpengaruh positif terhadap alokasi pengeluaran perusahaan,

termasuk peluang untuk melakukan capital expenditures. Fama (1974) dalam

Wibowo dan Ekaningrum (2002) menemukan adanya hubungan positif antara

pertumbuhan penjualan dengan investasi di Amerika. Konsisten dengan penelitian

tersebut, Hamidi (2003) serta Griner dan Gordon (1995) juga mengungkapkan bahwa

sales mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap capital expenditures.

Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesiis alternatif yang akan diuji adalah :

H6: Sales mempunyai pengaruh yang positif terhadap capital expenditures.

Page 9: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

9

CAPEX pt = Total fixed asset t – Total fixed asset t-1

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi satu variabel dependen

dan enam variabel independen. Penjelasan mengenai variabel-variabel tersebut adalah

sebagai berikut :

3.1.1 Variabel Dependen

Capital Expenditures

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Capital expenditures. Definisi

capital expenditures menurut Griner dan Gordon (1995) sebagai sejumlah

pengeluaran dana yang dilakukan oleh manajemen terhadap property, plant,

equipment. Bambang Riyanto (2001) menyebut capital expenditures dengan istilah

pembelanjaan perusahaan dan mendefinisikannya sebagai pengalokasian dana untuk

diinvestasikan dalam berbagai aset perusahaan. Dari definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa capital expenditures merupakan alokasi yang direncanakan

(dalam budget) untuk melakukan pembelian, perbaikan, atau penggantian segala

sesuatu yang dikategorikan sebagai aset perusahaan secara akuntansi.

Nilai capital expenditures dalam penelitian ini diproksi dengan menghitung

selisih total fixed asset perusahaan pada tahun ini dengan total fixed asset perusahaan

pada tahun sebelumnya (Griner dan Gordon, 1995; Sartono, 2001; Hamidi, 2003)

3.1.2 Variabel Independen

Variabel-vaeiabel independen yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

3.1.2.1 Insider Ownership

Insider Ownership adalah persentase atas kepemilikan saham dan option yang

dimiliki oleh direksi dan komisaris perusahaan. Nilai insider ownership diperoleh

dari persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direksi pada perusahaan i pada

periode t untuk masing-masing periode pengamatan (Hamidi, 2001). Secara

matematis, variabel insider ownership diformulasikan sebagai berikut :

Page 10: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

10

3.1.2.2 Internal Cash Flow

Internal cash flow merupakan aliran kas perusahaan pada periode tertentu

yang diproksi dengan menselisihkan net operating profit after taxes (NOPAT) dengan

net investment in operating capital (NIOC). Variabel NOPAT dan NIOC dipakai

dengan pertimbangan angka-angka tersebut mampu mewakili nilai aliran kas atau kas

aktual yang tersedia yang benar-benar dimilik perusahaan pada periode t (Hamidi,

2003). Secara matematis, nilai internal cash flow dirumuskan sebagai berikut :

NOPAT = EBIT (1- tax rate)

NIOC = TOCt – TOCt-1

TOC = NOWC + NFA

NOWC = (all current assets that do not pay interest) – (all current

liabilities that do not charge interest)

Dimana :

NOPATit = net operating profit after taxes perusahaan i pada tahun t

NIOCit = net investment in operating capital perusahan i pada tahun t

EBIT = earning before interest and taxes

TOC = total operating capital

NOWC = net operating working capital

NFA = net fixed assets

3.1.2.3 Investment opportunity

Kesempatan investasi (investment opportunity) adalah kombinasi antara aktiva

riil (asset in place) dan opsi investasi dimasa yang akan datang (Myers, 1984).

Variabel ini diukur dengan proksi perbandingan antara book value fixed assets dengan

IO =Ʃ Ʃ

FLOWit= NOPATit - NIOCit

Page 11: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

11

total assets perusahaan yang bersangkutan. Secara matematis, nilai investmnet

opportunity diperoleh dengan rumus :

3.1.2.4 Profitability

Tingkat profitabilitas (profitability) menunjukkan kemampuan aset

perusahaan untuk menghasilkan sejumlah keuntungan atau laba tertentu. Pada

penelitian ini, tingkat profitability perusahaan diproksikan dengan Return on Assets

(ROA), yang secara matematis dirumuskan dengan :

3.1.2.5 Retained Earning

Retained earning (laba ditahan) merupakan bagian dari earning after tax

(EAT) perusahaan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Retained earning

ini dapat dijadikan salah satu pembiayaan investasi bagi perusahaan. Nilai retained

earning diketahui dengan proksi logaritma natural dari retained earning. Secara

matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

3.1.2.6 Sales

Tingkat penjualan (sales) menunjukkan nilai penjualan yang berhasil

dihasilkan oleh perusahaan pada periode tertentu. Nilainya dapat diukur dari hasil

logaritma natural sales. Secara matematis, rumus penghitungan sales adalah sebagai

berikut :

Investment Opportunity =

ROA =

Retained Earnings = Retained Earningst

Sales = net salest

Page 12: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

12

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang

sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur dipilih sebagai

obyek penelitian karena industri ini mendominasi perusahaan-perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga diharapkan adanya konsistensi hasil dan

dapat mewakili seluruh industri yang ada di Indonesia.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data perusahaan selama 5

tahun, yaitu dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Sampel penelitian dipilih

dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pemilihan sampel yang didasarkan

pada kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

1. Perusahaan–perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.

2. Perusahaan-perusahaan yang memiliki kelengkapan data yang berkaitan dengan

insider ownership seperti direktur dan komisaris yang terdaftar sebagai

shareholders.

3. Perusahaan-perusahaan yang melaporkan laporan keuangan secara lengkap dan

dipublikasikan pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD) atau IDX.

Prosedur pemilihan sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1Prosedur Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah PerusahaanPerusahaan manufaktur yang terdaftardi BEI dari tahun 2005-2009

146

Perusahaan manufaktur yang tidakmemiliki insider ownership selamaperiode penelitian

(97)

Perusahaan manufaktur yang memilikiinsider ownership selama periodepenelitian (sampel penelitian)

49

Jumlah Titik Amatan 49 perusahaan x 5 tahun = 245observasi

Sumber: Kumpulan penelitian terdahulu

Page 13: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

13

3.4 Metode Analisis

Metode analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :

3.4.1 Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik terhadap model yang telah diformulasikan diperlukan untuk

menguji ada atau tidaknya masalah normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan

heteroskedastisitas. Metode regresi OLS Ordinary Least Square) atau metode kuadrat

terkecil akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi

persyaratan Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) (Ghozali, 2006).

3.4.2 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Adapun model regresinya adalah :

Capext= α+β1IOt+β2ICFt+β3INVESTt+β4PROFITt+ β5REt +β6SALESt+e (1)

3.4.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen baik secara parsial maupun bersama-

sama dengan menggunakan regresi OLS (Ordinary Least Square). Berikut langkah-

langkah pengujian yang dilakukan:

3.4.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi R2 dilakukan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi yang kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Begitu juga sebaliknya,

koefisien determinasi yang besar menunjukkan kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen lebih sempurna.

3.4.3.2 Uji Statistik F

Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang akan diuji adalah apakah semua

parameter dalam model sama dengan nol. Sedangkan hipotesis alternatifnya (Ha)

tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol.

Page 14: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

14

3.4.3.3 Uji Statistik t

Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui pengaruh satu variabel independen

secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (H0)

yang akan diuji adalah apakah suatu parameter (βi) sama dengan nol, atau H0 : βi = 0,

yang artinya bahwa suatu variabel bebas bukan merupakan penjelasan yang

signifikan terhadap variabel terikat. Hipotesis alternatifnya (Ha), parameter suatu

variabel tidak sama dengan nol, atau Ha : βi ≠ 0, yang dapat diartikan bahwa variabel

tersebut merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.

Page 15: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

15

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Asumsi Klasik

Hasil uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikolinearitas,

autokorelasi, dan heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :

4.1.1 Uji Normalitas

Uji statistik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji statistik non-

parametrik Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S). Tabel 2 berikut menyajikan hasil uji

normalitas dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov

yang dilakukan dengan SPSS.

Tabel 2Uji Kolmogorov-Smirnov

Sumber: Output SPSS 17.0, data sekunder yang diolah.

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi Kolmogorov-

Smirnov sebesar 0,000 (<5%) yang berarti bahwa data belum terdistribusi secara

normal. Oleh karena itu model regresi dalam penelitian ini kemudian diperbaiki

dengan mengubahnya menjadi bentuk natural log baik variabel dependen maupun

independennya, sehingga berubah menjadi persamaan (2) berikut:

LnCapext= α + β1 LnIOt + β2 LnICFt + β3 LnINVESTt + β4 LnPROFITt + β5 LnREt +

β6 LnSALESt + e (2)

UnstandardizedResidual

N 245

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.38263905E4

Most ExtremeDifferences

Absolute .460

Positive .460

Negative -.402

Kolmogorov-Smirnov Z 7.207

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Page 16: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

16

Tabel 3Uji Kolmogorov-Smirnov

UnstandardizedResidual

N 108

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.52928851

Most ExtremeDifferences

Absolute .121Positive .121Negative -.074

Kolmogorov-Smirnov Z 1.259Asymp. Sig. (2-tailed) .084

Sumber: Output SPSS 17.0, data sekunder yang diolah.

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,084

(> 5%) yang berarti bahwa data yang telah ditransformasi telah memenuhi kriteria

normalitas. Selain itu dilakukan juga analisis grafik histogram dan grafik normal plot

yang menunjukkan normalitas data. Hasil tersebut ditampilkan dalam Gambar 1 dan

Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 1Grafik Histogram

Gambar 2Grafik Normal Plot

Sumber: Output SPSS 17.0, data sekunder yang diolah.

Page 17: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

17

4.1.2 Uji Multikolinearitas

Ada atau tidaknya Multikolinearitas dalam penelitian ini dilihat dari nilai

tolerance dan variance inflatiom factor (VIF) dari hasil uji statistik. Kriteria yang

harus dipenuhi sehingga suatu model dinyatakan tidak terjadi Multikolinearitas

adalah bila nilai tolerance berada di atas 0,10 dan VIF berada di bawah 10.

Tabel 4Uji Multikolinearitas

Variabel Collinearity StatisticsTolerance VIF

1 (Constant)LnIO .840 1.190LnICF .240 4.171LnINVEST .877 1.140LnPROFIT .875 1.143LnRE .236 4.235LnSALES .175 5.716

Sumber: Output SPSS 17.0, data sekunder yang diolah.

Tabel 5Koefisien Korelasi

LnSALES LnPROFIT LnINVEST LnIO LnICF LnRECorrelations LnSALES 1.000 .233 .282 .032 -.548 -.569

LnPROFIT .233 1.000 .160 .043 -.055 -.295LnINVEST .282 .160 1.000 .069 -.261 -.038LnIO .032 .043 .069 1.000 .185 -.013LnICF -.548 -.055 -.261 .185 1.000 -.216LnRE -.569 -.295 -.038 -.013 -.216 1.000

Sumber: Output SPSS 17.0, data sekunder yang diolah.

Tabel 4 di atas menunjukkan nilai tolerance dan VIF masing-masing variabel

sesuai dengan persyaratan asumsi bebas nilai Multikolinearitas. Analisis matrik

korelasi variabel-variabel independen yang disajikan pada tabel 5 menunjukkan

bahwa tingkat korelasi masing-masing variabel independen berada di bawah 90% dan

nilai tolerance serta VIF memenuhi persyaratan, maka dinyatakan bahwa model

regresi yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari asumsi Multikolinearitas.

Page 18: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

18

4.1.3 Uji Autokorelasi

Deteksi uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Durbin-

Watson (DW test). Agar lolos dari uji autokorelasi dengan DW test maka nilai DW

berada di antara batas atas (dU) dan (4-dU).

Tabel 6Uji Autokorelasi Model Durbin-Watson

Model R R SquareAdjusted R

Square

Std. Errorof the

EstimateDurbin-Watson

1 .802a .643 .622 1.56645 1.866

Sumber: Output SPSS 17.0, data sekunder yang diolah.

Berdasarkan Tabel 6 di atas diketahui bahwa nilai DW adalah 1,866. Jumlah

variabel independen dalam penelitian ini adalah 6 (k=6) dan jumlah n=108, sehingga

diketahui nilai Tabel untuk dL=1,5711 dan dU=1,805 (dilihat dari Tabel Durbin-

Watson dengan signifikansi 5%). Dari hasil analisis diketahui bahwa tidak terdapat

autokorelasi positif maupun negatif karena nilai DW sebesar 1,866 berada diantara

batas atas (dU)=1,805 dan (4-dU)=2,195.

4.1.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji park dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidaknya

heteroskedastisitas dalam model regresi. Output hasil uji heteroskedastisitas

menggunakan uji park pada Tabel 7 menunjukkan bahwa koefisien parameter beta

dari persamaan regresi tidak signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 5%.

Signifikansi masing-masing variabel berada di atas 0,05. Sedangkan grafik plot pada

Gambar 3 menunjukkan bahwa titik-titik yang terdapat pada grafik scaterplot

menyebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y.

Page 19: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

19

Tabel 7Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Park

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

T Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) .635 1.175 .540 .590

LnIO .045 .099 .047 .458 .648LnICF .340 .212 .310 1.603 .112LnINVEST -.294 .194 -.153 -1.514 .133LnPROFIT -.096 .154 -.063 -.624 .534LnRE -.261 .215 -.236 -1.213 .228LnSALES -.325 .298 -.247 -1.091 .278

Sumber: Output SPSS 17.0, data sekunder yang diolah.

Gambar 3Grafik Scatterplot Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Output SPSS 17.0, data sekunder yang diolah.

Dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.

Asumsi homoskedastisitas pada model regresi yang digunakan dalam penelitian ini

tidak dapat ditolak.

Page 20: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

20

4.2 Pengujian Hipotesis

4.2.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 8Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error ofthe Estimate

1 .802a .643 .622 1.56645

Sumber: Output SPSS 17.0, data sekunder yang diolah.

Tabel 8 di atas menunjukkan nilai adjusted R2 adalah sebesar 0,622. Hal ini

menunjukkan 62,2% dari variasi variabel dependen yaitu capital expenditures dapat

dijelaskan oleh varisi dari keenam variabel independennya yaitu insider ownership,

internal cash flow, investment opportunity, profitability, retained earning dan sales.

Sedangkan 37,8% variasi capital expenditures dijelaskan oleh sebab-sebab diluar

model regresi ini.

4.2.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Tabel 9Hasil Uji-FANOVAb

ModelSum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

1 Regression 450.336 6 75.056 30.588 .000a

Residual 250.283 102 2.454Total 700.619 108

Sumber: Output SPSS 17.0, data sekunder yang diolah.

Berdasarkan hasil analisis Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa nilai Fhitung

sebesar 30,588 dan nilai FTabel sebesar 2,31. Nilai Fhitung yang lebih besar apabila

dibandingkan dengan FTabel serta nilai signifikansi yang berada di bawah 0,05

menunjukkan bahwa variabel independen dalam penelitian ini berpengaruh secara

simultan terhadap variabel dependen yaitu capital expenditures.

Page 21: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

21

4.2.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Tabel 10Hasil Uji-t

Coefficientsa

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) -3.236 .842 -3.843 .000

LnIO -.075 .071 -.068 -1.059 .292LnICF .340 .152 .270 2.238 .027LnINVEST .507 .139 .231 3.650 .000LnPROFIT -.115 .111 -.066 -1.038 .302LnRE -.147 .154 -.116 -.954 .343LnSALES .928 .213 .616 4.353 .000

Sumber: Output SPSS 17.0, data sekunder yang diolah.

Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa variabel insider

ownership, profitability dan retained earning memiliki koefisien dengan arah negatif,

sementara variabel internal cash flow, investment opportunity dan sales memiliki

koefisien dengan arah positif.

Berdasarkan model regresi pada penelitian ini insider ownership dinotasikan

dengan IO. Hasil output SPSS menunjukkan pengaruh negatif insider ownership

terhadap capital expendiitures perusahaan dengan nilai thitung sebesar (-0,159) lebih

kecil dari ttabel, (-1,660). Pengaruh negatif insider ownership tersebut tidak bernilai

signifikan terhadap variabel dependen karena nilai signifikansinya sebesar 0,292, jauh

di atas 0,05. Oleh karena itu, hipotesis pertama yang menyatakan bahwa insider

ownership berpengaruh negatif terhadap capital expenditures tidak dapat diterima.

Minimnya jumlah perusahaan manufaktur yang mempunyai data insider

ownership dimungkinan menjadi penyebab tidak signifikannya hasil statistik pada

variabel ini. Selain itu, tingkat insider ownership pada tiap perusahaan sampel masih

tergolong rendah. Kemungkinan lain, seperti yang diungkapkan dalam penelitian

Sartono (2001) adalah keputusan untuk melakukan capital expenditures dipegang

Page 22: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

22

oleh manajer pada tingkat divisi (tidak termasuk dalam insider ownership), bukan

oleh direktur atau komisaris yang masuk dalam jajaran top management.

Hasil ini menunjukkan bahwa managerial hypotheses tidak berlaku pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Managerial hypotheses menyatakan

bahwa tingkat capital expenditures dipengaruhi oleh pertimbangan atau

kebijaksanaan yang dilakukan oleh pihak manajemen dan rencana kompensasi

berdasarkan insentif yang digunakan untuk menngupayakan keselarasan kepentingan

manajer dan pemegang saham. Hasil pengujian yang menunjukkan tidak adanya

pengaruh yang signifikan antara variabel insider ownership terhadap capital

expenditures malah mendukung berlakunya pecking order hypotheses. Hipotesis ini

menyatakan bahwa insider ownership tidak memberikan pengaruh terhadap

keputusan capital expenditures perusahaan karena perusahaan telah melakukan

pembelanjaan modal sesuai dengan yang seharusnya dilakukan tanpa mengorbankan

kepentingan pihak manapun. Hasil pengujian empiris pada variabel ini sejalan dengan

hasil penelitian Hamidi (2003) serta Yeannie dan Handayani (2007) yang

menyatakan bahwa insider ownership memiliki hubungan yang tidak signifikan

terhadap keputusan capital expenditures perusahaan. tetapi hasil ini bertentangan

dengan penelitian Ayu R (2004).

Variabel internal cash flow yang dinotasikan dengan ICF menunjukkan

pengaruh positif terhadap capital expenditures dengan koefisien regresi sebesar

0,340. Nilai thitung variabel internal cash flow sebesar 2,238 lebih besar dari nilai ttabel

sebesar 1,660. Selain itu tingkat signifikansi untuk variabel ini adalah sebesar 0,027

lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa internal cash flow berpengaruh

secara signifikan terhadap capital expenditures. Dengan demikian hipotesi kedua

pada penelitian ini yang menyatakan bahwa variabel internal cash flow berpengaruh

positif terhadap capital expenditures dapat diterima.

Hasil ini mendukung teori yang diungkapkan oleh pecking order hypotheses

maupun managerial hypotheses yang menyatakan bahwa internal cash flow

berpengaruh positif terhadap capital expenditures. Meskipun kedua teori tersebut

memiliki pendapat yang berbeda tentang pengaruh internal cash flow terhadap capital

Page 23: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

23

expenditures, penelitian ini tidak melakukan pembahasan tentang teori manakah

diantara kedua hipotesis tersebut yang berlaku pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI. Hasil penelitian yang menyatakan bahwa internal cash flow

berpengaruh secara positif dan signifikan tehadap capital expenditures ini sejalan

dengan hasil penelitian Griner dan Gordon (1995), Pagalung (2001), Sartono (2001),

Hamidi (2003), serta Yeannie dan handayani (2007).

Variabel investment opportunity dinotasikan sebagai INVEST dalam model

regresi penelitian ini. Berdasarkan hasil uji-t, menunjukkan bahwa variabel ini

mempunyai pengaruh positif terhadap variabel dependennya yang ditunjukkan oleh

koefisien regresi sebesar 0,507. Nilai thitung (2,238) yang lebih besar daripada nilai

ttabel (1,660) serta nilai signifikansinya sebesar 0,000 (>0,05) menunjukkan bahwa

hipotesis ketiga dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa investment opportunity

berpengaruh secara signifikan terhadap capital expenditures dapat diterima.

Hubungan variabel investment opportunity terhadap capital expenditures ini

mendukung keberadaan pecking order hypotheses yang menyatakan bahwa naiknya

tingkat investment opportunity suatu perusahaan akan mendorong manajer untuk

mengambil peluang tersebut guna memakmurkan pemegang saham, salah satunya

berinvestasi dengan meningkatkan capital expenditures perusahaannya. Dengan kata

lain bahwa perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI menjadikan kesempatan

investasi yang dimilikinya sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan capital

expenditures. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh

Hamidi (2003).

Penelitian ini menotasikan variabel profitability sebagai PROFIT. Hasil uji-t

menunjukkan bahwa profitability mempunyai pengaruh negatif terhadap capital

expenditures dengan koefisien regresi sebesar -0,115. Nilai thitung yang dihasilkan oleh

variabel ini adalah -1,038 lebih kecil dibandingkan dengan nilai tTabel (-1,660). Nilai

signifikansinya sebesar 0,302 (>0,05) menunjukkan bahwa pengaruh variabel ini

tidak signifikan. Dari uji empiris tersebut dapat dinyatakan hipotesis ketiga dalam

penelitian ini yang menyatakan bahwa profitability mempunyai pengaruh yang positif

terhadap capital expenditures tidak dapat diterima.

Page 24: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

24

Terdapat beberapa hal yang diduga menjadi latar belakang dari hubungan

profitability dengan capital expenditures yang ditunjukkan oleh penelitian ini.

Pertama, perusahaan menganut pecking order hypotheses. Ketika sumber dana

internal yang dimiliki perusahaan ada pada jumlah minimal atau perusahaan

mengalami kekurangan dana untuk melakukan aktivitasnya, maka perusahaan akan

memiliki kecenderungan untuk menggunakan dana eksternal dengan urutan risiko

terendah. Jadi meskipun profitabilitas perusahaan sedang mengalami penurunan,

perusahaan memiliki sumber dana lain untuk tetap melakukan capital expenditures.

Kedua, rendahnya profitabilitas menunjukkan bahwa pendapatan yang dihasilkan

perusahaan rendah dan tingginya beban yang harus ditanggung oleh perusahaan. Hal

tersebut mengindikasikan rendahnya produktifitas perusahaan yang disebabkan oleh

rendahnya skala produksi dan kondisi aset tetap yang sudah tidak mendukung. Peran

industri manufaktur terhadap kondisi perekonomian akan semakin terlihat dari

keberhasilannya untuk mengoptimalkan kinerja pabrik dan mesin industri yang

digunakan sehingga perusahaan perlu untuk melakukan penggantian terhadap aset

tetap lama yang sudah hampir habis nilai ekonomisnya dengan yang baru demi

memperbaiki kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, perusahaan akan tetap

melakukan capital expenditures tanpa memperhatikan tingkat profitability yang

didapatnya walupun perusahaan sedang mengalami penurunan profitabilitas.

Variabel retained earning dinotasikan sebagai RE dalam model regresi

penelitian ini. Dari output SPSS didapat hasil koefisien regresi variabel ini sebesar -

0,147. Hal tersebut menunjukkan bahwa retained earning mempunyai hubungan

yang negatif terhadap capital expenditures. Nilai thitung yang dihasilkan adalah

sebesar -0,954 lebih kecil dari nilai ttabel (-1,660). Nilai signifikansi dari hasil uji-t

menunjukkan bahwa variabel ini mempunyai pengaruh yang tidak signifikan karena

signifikansinya sebesar 0,343 yang berarti bahwa nilai tersebut ada di atas tingkat alfa

5%. Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa hipotesis kelima yang yang

menyatakan bahwa retained earning mempunyai pengaruh positif terhadap capital

expenditures tidak dapat diterima.

Page 25: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

25

Ada beberapa hal yang dimungkinkan menjadi penyebab perusahaan tidak

mempertimbangkan retained earning yang dimilikinya untuk melakukan capital

expenditures. Pertama, keyakinan perusahaan bahwa dengan meningkatkan capital

expenditures maka secara bersamaan nilai perusahaan juga akan mengalami

peningkatan. Manajer yakin bahwa investasi yang dilakukan mempunyai net present

value yang positif, sehingga investasi tetap dilakukan meskipun sumber dana internal

perusahaan ada dalam jumlah minimum. Kedua, manajer memanfaatkan adanya

assymetric information antara manajemen dengan calon investor baru. Dengan

menggunakan sumber dana eksternal, perusahaan tetap melakukan investasi agar

perusahaan dipandang sedang dalam kondisi baik. Padahal yang terjadi adalah

perusahaan sedang mengalami penurunan earning power yang mengarah pada

kebangkrutan akibat penurunan retained earning yang dialaminya. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Kaaro (2003),

yang menyatakan bahwa perusahaan sedang mengalami kendala keuangan yang

tinggi, sehingga ketika perusahaan kekurangan dana internal maka perusahaan

mencari dana eksternal sebagai sumber dana untuk berinvestasi (dalam hal ini

melakukan capital expenditures).

Variabel sales dalam model regresi pada penelitian ini dinotasikan dengan

SALES. Koefisien regresi yang dihasilkan oleh variabel ini bernilai positif, yaitu

sebesar 0,928. Nilai thitung yang dihasilkan adalah sebesar 4,353 lebih besar dari nilai

ttabel (1,660). Dengan nilai signifikansi 0,000 dan menggunakan tingkat alfa sebesar

5% dapat dinyatakan bahwa hipoteaia keenam yang menyatakan bahwa sales

mempunyai pengaruh yang positif terhadap capital expenditures dapat diterima.

Sales diartikan sebagai nilai penjualan yang berhasil dicapai oleh perusahaan

pada periode tertentu. Dapat diartikan bahwa perusahaan dengan tingkat penjualan

yang tinggi akan cenderung menggunakan pendapatan yang didapatnya untuk

melakukan investasi kembali (dalam hal ini capital expenditures). Hasil penelitian ini

konsisten dengan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Pagalung (2001),

Hamidi (2001) yang menyatakan bahwa sales mempunyai pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap capital expenditures.

Page 26: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

26

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Masing-masing variabel independen mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap

variabel dependen.Variabel insider ownership tidak berpengaruh terhadap capital

expenditures perusahaan yang mengindikasikan bahwa managerial hypotheses tidak

berlaku pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Sedangkan hipotesis yang

berlaku sesuai dengan hasil pengujian ini adalah pecking order hypotheses. Variabel

internal cash flow flow menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap capital

expenditures perusahaan sehingga mendukung teori yang diungkapkan oleh pecking

order hypotheses maupun managerial hypothese.

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI menjadikan kesempatan

investasi yang dimilikinya sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan capital

expenditures. Variabel profitability tidak berpengaruh terhadap capital expenditures

sehingga mendukung berlakunya pecking order hypotheses karena perusahaan ketika

mengalami penurunan profitabilitas tidak hanya mengandalkan sumber dana internal

dalam melakukan capital expenditures. Hasil uji-t selanjutnya menunjukkan bahwa

variabel retained earning tidak berpengaruh terhadap capital expenditures. Retained

earning bukan merupakan faktor pertimbangan utama yang digunakan oleh

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI untuk melakukan capital expenditures.

Berbeda dengan hasil tersebut, analisis terhadap sales menunjukkan bahwa variabel

variabel berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap capital expenditures.

Rata-rata perusahan manufaktur yang terdatar di BEI menggunakan pendapatan yang

diperolehnya untuk melakukan investasi kembali, salah satunya dengan melakukan

capital expenditures.

Hasil analisis data secara parsial mendukung berlakunya pecking order

hypotheses yang salah satunya dibuktikan dengan ditolaknya hipotesis pertama,

bahwa insider ownership tidak berpengaruh terhadap capital expenditures

perusahaan. Keputusan capital expenditures dibuat berdasarkan kebutuhan

perusahaan serta upaya untuk mensejahterakan pemegang saham, bukan berdasarkan

Page 27: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

27

keinginan pihak manajemen untuk memaksimalkan keuntungan bagi pihaknya

sendiri.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhaadap capital

expenditures ini hanya menggunakan variabel-variabel independen yang telah diteliti

sebelumnya. Selain itu sampel yang digunakan hanya terbatas pada kelompok

industri manufaktur dan metode purposive sampling yang digunakan menyebabkan

keterbatasan jumlah sampel sehingga hasil penelitian sulit untuk digeneralisasikan

pada kelompok industri yang lain. Hal tersebut dimungkinkan menjadi penyebab dari

tidak sempurnanya hasil penelitian sehingga tsemua hipotesis yang diajukan dapat

dibuktikan oleh hasil analisis data yang dilakukan.

5.3 Saran

Didukungnya pecking order hypothese secara parsial dalam penelitian ini

menjadikan insider ownership tidak terlalu berpengaruh terhadap setiap keputusan

yang diambil perusahaan. Pihak investor tidak perlu memikirkan pemberian insider

ownership pada pihak manajemen untuk menekan agency conflict yang mungkin

muncul. Sejalan dengan hal ini, pihak manajemen disarankan untuk

mempertimbangkan variabel internal cash flow, investment opportunity serta sales

dalam setiap keputusan capital expenditures yang diambil agar memberikan hasil

yang maksimal.

Bagi peneliti selanjutnya perlu menambahkan faktor-faktor lain yang

mempengaruhi capital expenditures yang belum dibahas dalam penelitian,

diantaranya ukuran perusahaan, hutang jangka panjang, leverage, likuditas, serta

faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap capital expenditures.

Page 28: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

28

DAFTAR PUSTAKA

Adejadi, Abimbola. 1998. Does the pecking Order Hypothesis Explain the DividendPayout Ratios in the UK?. Journal of Business Finance & Accounting, V ol.25, Issue 9-10, pp. 1127-1155.

Ayu R., Stephana Dyah. 2004. Pengaruh Aliran Kas Internal, Kepemilikan Manajer,Ukuran perusahaan dan Intensitas modal Terhadap pembelanjaan Modal(Studi Empiris terjadinya Pecking Order Hypotheses atau manajerialHypotheses pada Perusahaan-Perusahaan manufaktur di Bursa Efekjakarta, Tesis, Program Studi Magister Akuntansi, Universitas Diponegoro.

Baskin, J. B. 1989. An Empirical Investigation of the Pecking Order Hypothesis.Financial. Management. Vol.18, pp. 26-35.

Brigham, Eugene F. dan Joe F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta:Erlangga.

Eklund, Johan E. 2009. Q-Theory of Investment and earnings Retention- Evidencefrom Scandinavia. http://www.ratio.se/pdf/wp/je_Q_theory.pdf.. Diaksestanggal 21 Februari 2011.

Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Balai PenerbitUniversitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2006. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.Semarang: Balai Penerbit Universitas Diponegoro.

Gitman, Lawrence J. (2003). Principles of Managerial Finance. 10 th ed. San.Fransisco: Addison Wesley

Page 29: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

29

Griner, Emmet H dan Lawrence A. Gordon. 1995. Internal Cash Flow, InsiderOwnership and Capital expenditures: A Test of The Pecking Order andManagerial Hypotheses. Journal of Bussiness Finance and Accounting,22(2), March 1995, pp. 179-199.

Gujarati, D. N. 1995. Basic Econometric. 3rd ed. Mc. Graw Hill, Inc.

Horne, James C. Van dan John M. Wachowicz, JR. 2009. Prinsip-PrinsipManajemen Keuangan. 1st ed. Jakarta: Salemba Empat.

Hamidi, Masyhuri. 2003. Internal Cash Flows, Insider Ownership, InvestmentOpportunity, dan Capital expenditures: Suatu Pengujian Terhadap HipotesisPecking Order dan Managerial. Jurnal ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.18, No. 3, Hal. 271-287.

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. ed 4.Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Inriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untukAkuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Jensen, M. C. dan W. H. Meckling. 1976. Theory of Firm: Managerial Behavior,Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics,October, 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360.

Kaaro, H. Dan Hartono, J. 2002. Perilaku Keputusan Inveestasi Berbasis peluangInvestasi dan Ketersediaan Keuangan Internal. Simposium nasionalAkuntansi 5, Sesi 2/B.

Keown, et al. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. 2001. Jakarta: Salemba Empat.

Kuncoro, Mudrajad. 2001. Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi untuk Bisnis danEkonomi. Yogyakarta: AMP YKPN.

Page 30: ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INTERNAL CASH …eprints.undip.ac.id/29247/1/JURNAL_CAPITAL_EXPENDITURES.pdf · pada level makroekonomi, capital expenditure yang dilakukan oleh

30

Myers, Stewart C. 1984. The Capital Structuire Puzzle. Journal of Finance, Vol. 39(July), pp. 575-592.

Myers, S. C dan N. S Majluf (1984). Corporate Financing and Investment DecisionsWhen Firms Have Information That Investors Do Not Have. Journal ofFinancial Economics 13, p:187-221.

Pagalung, Gagaring. Pengaruh Pengeluaran Modal Terhadap Aliran Kas InternalPerusahaan Industri: Suatu Pengujian Bentuk Fungsional Model Regresi.Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 3, No. 2, Mei 2110, pp. 145-158.

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:Yayasan Badan Penerbit UGM.

Sartono, Agus. Pengaruh Aliran kas Internal dan Kepemilikan Manajer dalamPerusahaan terhadap Pembelanjaan Modal: Managerial Hypotheses atauPecking Order Hypotheses?. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 16,No. 1, 2001, pp. 54-63.

Santoso, Singgih. 2003. Statistik Deskriptif – Konsep dan Aplikasi dengan MicrosoftExcel dan SPSS. Yogyakarta: ANDI.

Tong, Guanqun dan J. Green. 2004. Pecking Order or Trade-off Hypothesis?Evidence on the Capital Structure of Chinese Companies.http://www.citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.127.2401.Diakses tanggal 21 Februari 2011.

Yeannie dan Ratih Handayani. 2007. Analisis Pengaruh Kesempatan Investasi,Internal Cash Flow, Insider Ownership Terhadap Capital expenditures:Perspective Pecking Order Theory. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 9, No.2, Agustus, Hal. 153-164.