Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN
TERUNG UNGU DI DESA SIMPANG KANAN KECAMATAN
SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
WIGETA THUFEILI
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
ANALYSIS OF INCOME FARMINGAND MARKETING OF
PURPLE EGGPLANT IN THE SIMPANG KANAN VILLAGE
SUMBEREJO DISTRICT TANGGAMUS REGENCY
By
Wigeta Thufeili
This research aims to analyze the income farmingand marketing of purple
eggplant in Simpang Kanan Village Sumberejo District Tanggamus Regency.
This research was conducted in July 2018 using survey methode.The number of
sample in this research were 30 farmers selected randomly. Trader sample were
taken using a snowball sampling to obtain 3 collector traders, 4 wholesalers and
15 retailers. The analysis method usedwere income analysis and marketing
efficiency analysis. The results showed thatthe average income of the purple
eggplant farming in Simpang Kanan Village Sumberejo District was Rp
8,764,619.44/ha with R/C ratio oftotal cost 1.94. The marketing channel ofpurple
eggplant in Simpang Kanan Village Sumberejo District was through one channel
: farmers→collector traders→wholesalers→ retailers→and final consumers. The
marketing system of purple eggplant was not efficient.
Key words : Income, Marketing, and Purple Eggplant
ABSTRAK
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN
TERUNG UNGU DI DESA SIMPANG KANAN KECAMATAN
SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
Wigeta Thufeili
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani terung ungu dan
menganalisis pemasaran terung ungu di Desa Simpang Kanan Kecamatan
Sumberejo Kabupaten Tanggamus. Penelitian ini di lakukan pada bulan Juli
tahun 2018 menggunakan metode survei. Jumlah sampel dalam penelitian
sebanyak 30 petani yang diambil secara acak. Pengambilan sampel pedagang
dilakukan dengan metode snowball sampling dan diperoleh 3 orang pedagang
pengumpul, 4 orang pedagang besar, dan 15 pedagang pengecer. Metode analisis
yang digunakan adalah analisis pendapatan dan analisis efisiensi pemasaran. Hasil
penelitian menunjukan bahwa rata-rata pendapatan terung ungu di Desa Simpang
Kanan Kecamatan Sumberejo adalah sebesar Rp 8.764.619,44/ha dengan R/C
atasbiaya total sebesar 1,94. Saluran pemasaran terung ungu di Desa Simpang
Kanan Kecamatan Sumberejo melalui satu saluran pemasaran, yaitu :
Petani→Pedagang Pengumpul→Pedagang Besar→Pedagang Pengecer→
Konsumen Akhir. Sistem pemasaran terung ungu ini tidak efisien.
Kata kunci : Pendapatan, Pemasaran, Terung Ungu
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN
TERUNG UNGU DI DESA SIMPANG KANAN KECAMATAN
SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
WIGETA THUFEILI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro, tanggal 16 Oktober 1993.
Penulis merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara dari
pasangan Bapak Bambang Sugiyanto dan Ibu Dasminah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Al’Qur-an Metro pada tahun 2005 dan
pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2008 di SMP Kartikatama
Metro. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 5 Metro diselesaikan
pada tahun 2011. Penulis diterima pada Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui jalur SNMPTN Undangan.
Penulis melakukan kegiatan Praktik Umum (PU) di Bank Rakyat Indonesia kantor
Cabang Pembantu Kota Metro tahun 2014. Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Eka Mulya Kecamatan Mesuji Timur Kabupaten Mesuji tahun 2015.
Penulis aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan kampus, dan menjadi anggota
Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis (HIMASEPERTA).
SANWACANA
Bismillahirohmanirrohim,
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah
Memberikan nikmat yang luar biasa. Sholawat serta salam senantiasa tercurah
Kepada Baginda Rasulullah SAW, yang telah memberikan teladan di setiap
kehidupan.
Selama proses penyelesaian skripsi yang berjudul ”Analisis Pendapatan Usahatani
dan Pemasaran Terung Ungu di Desa Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo
Kaupaten Tanggamus”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan,
nasehat, serta saran-saran yang membangun, karena itu dalam kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terimakasih yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Teguh Endaryanto,S.P, M. Si. selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
3. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., selaku Dosen Pembimbing Pertama
sekaligus Pembimbing Akademik atas ilmu, bimbingan, masukan, arahan, saran
dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyelesaian
skripsi ini.
4. Dr. Ir. Kordiyana K. Rangga, M.S., selaku Dosen Pembimbing Kedua atas ilmu,
bimbingan, masukan, arahan, saran dan motivasi yang telah diberikan kepada
penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
5. Ir. Eka Kasymir, M.S., selaku Dosen Penguji Skripsi, atas masukan, saran dan
kritik yang diberikan untuk menyempurnakan skripsi ini.
6. Seluruh Karyawan Jurusan Agribisnis atas semua bantuan dan dukungan yang
telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa di Universitas Lampung.
7. Keluarga tercinta, Papa Bambang Sugiyanto dan juga mama tercinta Dasminah.,
saudara-saudara penulis Dian, Antoni, Desi, Fredi, Winda, Imam, Dini, Wisnu,
Deby dan Reza yang selalu menyebut nama penulis dalam do’anya,
8. Terimakasih kepada Ridwan Pratama yang telah memberikan semangat, do’a,
motivasi, dukungan dan waktu yang telah diberikan.
9. Sahabat-sahabat penulis Ire, Nanda, Monique, Fadlan, Nabila, Viola, Annisa,
Sarri, Puti , Dieta dan Syifa atas bantuan, doa, dukungan dan keceriannya selama
ini. Semoga persahabatan ini tetap terjaga.
10. .Teman-teman Agribisnis 2011, Sartika, Namira,Ica, Haliana, Fachira, Melani,
Ester, Furi, Evie, Faisal, Wiji, Bram, Elsa, Melani, Werdi, Yeni, Putri Maida,
Juliantika, Fadel, Venni, Antonio, Radot, Febi, Pram, Rafika dan seluruh teman
lainnya, terima kasih atas bantuan, semangat dan kebersamannya selama ini.
11. Teman-teman fotografer Aji, Angga, Ananta, Havid, Arum, Gemil, Akbar atas
kebersamaannya selama ini.
12. Keluarga Agribisnis angkatan 2009-2013 dan Almamater tercinta serta seluruh
pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah
diberikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan, namun semoga karya kecil ini bermanfaat bagi semua pihak.
Aamiin.
Bandar Lampung,
Penulis,
Wigeta Thufeili
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................
A. Latar Belakang dan Masalah .................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................... 9
C. Kegunaan Penelitian .............................................................................. 10
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .................... 11
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 11
1. Budidaya Terung ................................................................................ 11
2. Pendapatan Usahatani ........................................................................ 14
3. Efisiensi Pemasaran ........................................................................... 17
a. Lembaga dan Saluran Pemasaran ................................................ 17
b. Fungsi-fungsi Pemasaran ............................................................. 19
c. Marjin Pemasaran dan Rasio Profit Marjin.................................. 21
B. Kajian Penelitan Terdahulu ...................................................................... 24
C. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 32
III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 35
A. Metode Penelitian .................................................................................... 35
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional .................................................. 36
C. Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian .............................................. 39
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data.............................................. 40
E. Metode Analisis Data ............................................................................... 40
1. Analisis Pendapatan Usahatani .......................................................... 41
2. Efisiensi Pemasaran ........................................................................... 41
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ..................................... 44
A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus ............................................... 44
1. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus ............................................ 44
2. Keadaan Geografi Kabupaten Tanggamus ........................................ 45
3. Keadaan Demografi Kabupaten Tanggamus ..................................... 46
B. Gambaran Umum Kecamatan Sumberejo ............................................... 47
1. Keadaan Geografis Kecamatan Sumberejo........................................ 47
2. Keadaan Demografi Kecamatan Sumberejo ...................................... 47
3. Gambaran Umum Pertanian Kecamatan Sumberejo ......................... 50
C. Gambaran Umum Desa Simpang Kanan ................................................. 52
1. Keadaan Geografis Desa Simpang Kanan ......................................... 52
2. Keadaan Demografi Desa Simpang Kanan ........................................ 53
3. Gambaran Umum Desa Simpang Kanan ........................................... 54
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 55
A. Keadaan Umum Responden ..................................................................... 55
1. Umur Responden ............................................................................... 55
2. Tingkat Pendidikan ............................................................................ 56
3. Pengalaman Berusahatani .................................................................. 57
4. Jumlah Tanggungan Keluarga ........................................................... 58
5. Pekerjaan Sampingan ......................................................................... 59
B. Gambaran Umum Usahatani Terung Ungu Responden ........................... 61
1. Luas Lahan dan Status Kepemilikan Lahan ....................................... 61
2. Pola Tanam ........................................................................................ 62
C. Analisis Pendapatan Usahatani Terung Ungu .......................................... 64
1. Penggunaan Sarana Produksi ............................................................. 64
a. Penggunaan Benih dan Pupuk ....................................................... 65
b. Penggunaan Pestisida ................................................................... 67
c. Penggunaan Tenaga Kerja ............................................................. 71
d. Penggunaan Peralatan ................................................................... 74
2. Produksi dan Penerimaan ................................................................... 76
3. Pendapatan Usahatani Terung Ungu .................................................. 79
D. Pemasaran Terung Ungu .......................................................................... 81
1. Profil Responden ................................................................................ 81
a. Identitas Responden Pedagang Pengumpul ................................. 82
b. Identitas Responden Pedagang Besar.......................................... 85
c. Identitas Responden Pedagang Pengecer .................................... 87
2. Fungsi Tataniaga Pada Setiap Lembaga Tataniaga ............................ 90
a. Fungsi Tataniaga di Tingkat Petani .............................................. 91
b. Fungsi Tataniaga di Tingkat Pengumpul Desa ............................ 91
c. Fungsi Tataniaga di Tingkat Pedagang Besar .............................. 93
d. Fungsi Tataniaga di Tingkat Pedagang Pengecer ........................ 95
3. Analisis Marjin Tataniaga .................................................................. 96
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 103
A. Kesimpulan .............................................................................................. 103
B. Saran ........................................................................................................ 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Produksi sayuran di Indonesia tahun 2014-2016 .............................................. 3
2. Kandungan gizi buah terung ............................................................................. 4
3. Perkembangan produksi tanaman terung di
Pulau Sumatera tahun 2014-2016 ..................................................................... 5
4. Perkembangan produksi dan luas lahan terung menurut
Kabupaten/kota di Provinsi Lampung 2014-2016 ............................................ 6
5. Perkembangan produksi tanaman terung menurut Kecamatan
di Kabupaten Tanggamus tahun 2014-2016 ..................................................... 7
6. Perbedaan penelitian terdahulu ......................................................................... 26
7. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut
Kecamatan di Kabupaten Tanggamus .............................................................. 46
8. Jumlah penduduk Kecamatan Sumberejo menurut jenis kelamin 2017 ........... 48
9. Banyaknya dusun, dan RT menurut desa Kecamatan
Sumberejo 2017 ................................................................................................ 49
10. Luas Kecamatan Sumberejo berdasarkan penggunaan tanah 2017 .................. 50
11. Luas lahan sawah dan bukan sawah/lahan kering menurut
Desa Kecamatan Sumberejo 2017 .................................................................... 51
12. Sebaran jumlah penduduk Simpang Kanan menurut jenis kelamin 2017 ........ 53
13. Sebaran petani terung ungu berdasarkan umur responden
di Desa Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo 2017 ..................................... 55
14. Sebaran petani terung ungu berdasarkan tingkat pendidikan
di Desa Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo 2017 ..................................... 56
15. Sebaran petani terung ungu berdasarkan pengalaman usahatani
di Desa Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo 2017 ..................................... 58
16. Sebaran petani terung ungu berdasarkan jumlah tanggungan
Keluarga Desa Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo 2017 .......................... 59
17. Sebaran petani terung ungu berdasarkan pekerjaan sampingan
Desa Simpang Kanan Kecamtan Sumberejo 2017 ........................................... 60
18. Sebaran petani terung ungu berdasarkan luas lahan dan
Status kepemilikan lahan Desa Simpang Kanan
Kecamatan Sumberejo 2017 ............................................................................. 62
19. Penggunaan benih dan pupuk dalam kegiatan usahatani terung ungu
Desa Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo 2017 ......................................... 66
20. Sebaran petani terung ungu berdasarkan jumlah penggunaan pestisida
di Desa Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo 2017 ..................................... 71
21. Penggunaan tenaga kerja dalam kegiatan usahatani terung ungu
di Desa Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo 2017 ..................................... 73
22. Rata-rata nilai penyusutan peralatan dalam kegiatan usahatani
Terung ungu Desa Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo 2017 .................... 75
23. Rata-rata produksi, harga dan penerimaan usahatani terung ungu
Desa Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo 2017 ......................................... 78
24. Rata-rata penerimaan biaya, pendapatan dan R/C usahatani terung
ungu di Desa Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo 2017 ............................ 80
25. Responden pedagang pengumpul terung ungu ................................................. 83
26. Responden pedagang besar terung ungu........................................................... 86
27. Responden pedagang pengecer terung ungu..................................................... 88
28. Fungsi-fungsi saluran lembaga tataniaga terung ungu di
Desa Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo .................................................. 96
29. Marjin tataniaga terung ungu Desa Simpang Kanan
Kecamatan Sumberejo 2017 ............................................................................. 98
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara fungsi-fungsi pemasaran dan turunan
terhadap marjin tataniaga dan nilai marjin pemasaran ................................... 23
2. Kerangka pemikiran analisis usahatani dan sistem pemasaran terung ungu
di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus,2017 34
3. Pola tanam usahatani terung ungu di Desa Simpang Kanan
Kecamatan Sumbrejo ..................................................................................... 63
4. Terung ungu yang siap dipanen ..................................................................... 77
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang potensial untuk menjadi negara yang kaya,
karena didukung dengan sumber daya alam yang sangat banyak yang tersebar
di seluruh Indonesia. Posisi Indonesia sebagai negara dengan penduduk
terbesar keempat di dunia membuktikan bahwa begitu banyak sumber daya
manusia yang bisa dilatih dan dimanfaatkan guna kesejahteraan rakyat dan
bangsa Indonesia. Tentu saja tujuan bangsa Indonesia itu tidak akan ter-
wujud jika tidak didukung oleh sektor-sektor yang menjadi andalan untuk
memajukan pembangunan di Indonesia.
Salah satu sektor yang dapat menjadi andalan utama dalam pembangunan
Indonesia adalah sektor pertanian. Menurut Pusat Penelitian dan Pengem-
bangan Hortikultura (2016), sektor pertanian dikelompokkan menjadi
beberapa subsektor yaitu sub sektor tanaman pangan, hortikultura, per-
kebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Sektor pertanian di
Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian
nasional. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya penduduk dan tenaga kerja
di Indonesia sebanyak 124,54 yang hidup dan bekerja di sektor pertanian
pada bulan Mei 2017.
2
Selain berperan penting pada sektor tenaga kerja di Indonesia, pertanian di
Indonesia memiliki peranan penting lainnya. Peran sektor pertanian lainnya
yaitu sebagai pemasok bahan pangan, pemasok bahan baku industri, pakan
dan bio-energi, sumber pendapatan nasional, menyediakan kesempatan kerja,
penghasil devisa negara, dan pelestarian lingkungan (Kementerian Pertanian,
2016).
Mengingat sektor pertanian mempunyai peranan sangat penting dalam
kehidupan perekonomian Indonesia, maka sektor pertanian harus terus
dikembangkan. Pengembangan sektor komoditas pertanian meliputi
komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan kehutanan. Sub
sektor hortikultura dinilai memegang peran penting dan strategis karena
perannya sebagai komponen utama pada pola pangan harapan.
Komoditas hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan memegang
bagian terpenting dari keseimbangan pangan di Indonesia, sehingga harus
tersedia dalam jumlah yang cukup, mutu yang baik, aman di konsumsi, harga
yang terjangkau, serta dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.
Indonesia memiliki berbagai jenis sayuran unggulan yang diproduksi di
berbagai wilayah. Produksi tanaman sayuran di Indonesia sangat ber-
fluktuasi, terdapat beberapa jenis sayuran mengalami peningkatan produksi,
tetapi ada pula sayuran yang mengalami penurunan produksi setiap tahunnya.
Perkembangan produksi sayuran di Indonesia selama kurun waktu tiga tahun
terakhir yakni 2014 2016 terdapat pada Tabel 1.
3
Tabel 1. Produksi Sayuran di Indonesia tahun 2014– 2016
No Komoditas Tahun Pertumbuhan
(%) 2014 2015 2016
( ton ) ( ton ) ( ton )
1 Bawang Merah 1.233.984 1.229.184 1.446.860 17,71
2 Bawang Putih 16.893 20.295 21,15 4,21
3 Bawang Daun 584.624 512.486 537.921 4,96
4 Kentang 1.347.815 1.219.270 1.213.038 -0,51
5 Kubis 1.435.833 1.443.232 1.513.315 4,86
6 Kembang Kol 136.508 118.388 142.844 2 0,66
7 Petsai / Sawi 602.468 600.188 601.198 0,17
8 Wortel 495.798 522,52 537.521 2,87
9 Lobak 31.861 21.475 19.478 -9,30
10 Kacang Merah 100.316 42.384 37.165 -12,31
11 Kacang Panjang 450.709 395.514 388.056 -1,89
12 Cabe Besar 1.074.602 1.014.184 1.045.587 0,04
13 Cabe Rawit 800.473 869.938 915.988 5,29
14 Paprika 7.031 5.655 5.254 -7,08
15 Jamur 37,41 3.348.464 40.914 -98,78
16 Tomat 915.987 877.792 883.233 0,62
17 Terung 557,04 514,32 509.727 -0,89
18 Buncis 318.214 291.314 275.509 -5,43
19 Ketimun 477.976 447.677 430.201 -3,90
20 Labu Siam 357.552 431.203 603.314 39,91
21 Kangkung 319.607 305.071 297.112 -2,61
22 Bayam 134.159 150.085 160.247 6,77
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2016 (data diolah).
Tabel 1 menunjukkan bahwa tanaman sayuran mengalami kenaikan dan
penurunan produksi secara fluktuatif. Terdapat beberapa tanaman sayuran
yang mengalami penurunan produksi. Salah satu sayuran yang mengalami
penurunan adalah terung. Terung mengalami penurunan produksi selama tiga
tahun terakhir sebesar-0,89 persen.
Terung merupakan sayuran serbaguna yang mudah ditemukandan memberi-
kan nilai gizi yang sangat besar. Sayuran ini bisa dimakan mentah atau
4
dimasak. Terung memiliki kandungan gizi, antara lain, lemak, sodium, dan
merupakan buah non pati yang dapat diolah sebagai sayuran. Terung me-
miliki kandungan mineral yang bermanfaat untuk daya tahan tubuh dengan
kandungan kalsium, dan fosfor pada terung yang cukup sarat.
Dunia kesehatan terung memiliki manfaat sebagai salah satu sumber serat
makanan yang tinggi yang bermanfaat untuk pencernaan, melancarkan buang
air besar, merangsang sekresi asam lambung, mencegah gejala sembelit,
wasir, dan radang usus besar. Terung memiliki beberapa kandungan zat gizi
diantaranya karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Kandungan zat
gizi pada terung dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan gizi buah terung dalam tiap 100 gram
Zat gizi per 100 gram
Lemak (g) 0,18
Lemak Jenuh (g) 0,03
Lemak tak Jenuh Ganda (g) 0,08
Lemak tak Jenuh Tunggal (g) 0,02
Kolesterol (mg) 0
Protein (g) 1,01
Karbohidrat (g) 5,70
Serat (g) 3,40
Gula (g) 2,35
Sodium (mg) 2
Kalium (mg) 230
Vitamin A (IU) 30
Vitamin B1 Terong (mg) 0,04
Vitamin C (mg) 5
Kalsium (mg) 30
Fosfor (mg) 37
Sumber : Direktorat Gizi Republik Indonesia, 2017
5
Provinsi Lampung menurut data Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral
Hortikultura tahun 2016 merupakan provinsi terbesar ke empat di Pulau
Sumatera setelah Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Bengkulu yang dapat
memproduksi terung yakni sebesar 23.799 ton. Apabila ditinjau dari segi
wilayahnya, Provinsi Lampung memiliki wilayah yang memungkinkan untuk
mengembangkan terung karena tanaman terung dapat tumbuh baik di dataran
tinggi maupun di dataran rendah. Namun, perkembanganproduksi terung di
Provinsi Lampung dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 terus
mengalami penurunan jumlah produksi. Penurunan jumlah produksi terung
dalam tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan produksi tanaman terung di Pulau Sumatera tahun
2014 2016 (ton)
No. Provinsi tahun
2014 2015 2016
1. Aceh 10.828 9.614 9.833
2. Sumatera Utara 62.291 69.165 77.596
3. Sumatera Barat 34.567 39.115 41.054
4. Riau 14.884 12.101 14.224
5. Jambi 12.272 9.203 10.637
6. Sumatera Selatan 10.870 10.540 13.927
7. Bengkulu 65.637 60.128 55.242
8. Lampung 27.493 25.549 23.799
9. Kep. Bangka Belitung 4.877 4.221 3.327
10. Kep. Riau 1.509 1.252 1.296
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2016
Provinsi Lampung memiliki beberapa daerah penghasil komoditas sayuran
terung, salah satunya adalah Kabupaten Tanggamus. Terung merupakan salah
satu komoditas yang umumnya sering diusahakan oleh petani di Tanggamus
sehingga produktivitasnya fluktuatif. Hal ini didukung oleh kondisi letak
6
geografis Kabupaten Tanggamus yang memiliki topografi di pegunungan dan
iklim yang cocok sehingga sangat mendukung usahatani sayuran, buah-buahan
dan perkebunan. Kenaikan dan penurunan produksi terung yang fluktuatif di
Provinsi Lampung dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan produksi dan luas lahan terung menurut kabupaten/kota
di Provinsi Lampung 2014 2016
No Kabupaten/Kota
Tahun
2014 2015 2016
Produksi
(kuintal)
Luas
Lahan
(ha)
Produksi
( kuintal)
Luas
Lahan
(ha)
Produksi
( kuintal)
Luas
Lahan
(ha)
1 Lampung Barat 33.882 179 27.055 196 21.540 164
2 Tanggamus 19.129 304 18.095 299 11.257 285
3 Lampung Selatan 42.122 220 53.325 412 41.147 305
4 Lampung Timur 64.936 541 34.719 432 12.918 494
5 Lampung Tengah 43.149 597 18.804 434 27.370 452
6 Lampung Utara 21.555 240 55.522 189 56.744 172
7 Way Kanan 3.709 138 3.554 166 4.787 248
8 Tulang Bawang 7.134 222 8.673 181 8.076 217
9 Pesawaran 12.111 161 5.123 154 9.803 176
10 Pringsewu 1.208 108 501 74 3.963 102
11 Mesuji 810 76 628 58 17.912 57
12 Tulang Bawang Barat 17.961 93 21.066 99 13.964 103
13 Pesisir Barat 6.481 79 5.942 126 5.841 105
14 Bandar Lampung 288 33 441 29 307 23
15 Metro 1.451 29 2.051 18 2.354 18
Rata-rata 13.328 201 17.033 191 15.866 195
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, 2017
Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu sentra penghasil sayuran terung
dengan jumlah produksi sayuran sebesar 11.257 ku pada tahun 2016.
Kabupaten Tanggamus memiliki potensi dalam produksi komoditas terung,
hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi yang cukup besar dengan luas panen
sayuran terung sebesar 286 ha pada tahun 2016. Namun, potensi tersebut
masih perlu dikembangkan melihat luas area panen, produksi maupun
produktivitas tanaman terung di Kabupaten Tanggamus yang terus meng-
7
alami kenaikan dan penuruan, pada kurun waktu tiga tahun terakhir.
Kenaikan dan penurunan luas panen, produksi, dan produktivitas terung di
Kabupaten Tanggamus disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Perkembangan produksi tanaman terung menurut kecamatan di
Kabupaten Tanggamus tahun 2014 2016
No Kecamatan Luas Panen ( ha ) Produksi (ku)
2014 2015 2016 2014 2015 2016
1 Wonosobo 1 10 15 2 730 257
2 Semaka 56 34 29 232 115 200
3
Bandar Negri
Semuong 16 28 11 680 98 36
4 Kota Agung 4 5 6 68 64 93
5 Pematang Sawa 10 3 17 159 36 34
6
Kota Agung
Timur 9 12 10 11 166 507
7
Kota Agung
Barat 7 10 6 8 13 8
8 Pulau Panggung 26 32 31 267 250 300
9 Ulubelu 43 9 13 1.370 296 555
10 Air Naningan 3 1 2 96 1 21
11 Talang Padang 5 6 14 38 48 385
12 Sumberejo 18 33 19 7.148 13.212 7.388
13 Gisting 43 21 12 7.760 1.614 70
14 Gunung Alip 0 2 3 0 120 86
15 Pugung 0 5 7 32 275 140
16 Bulok 45 46 53 474 517 551
17 Cukuh Balak 40 33 31 495 389 467
18 Kelumbayan 7 1 0 73 6 0
19 Limau 11 7 6 215 133 159
20
Kelumbayan
Barat 1 1 0 1 12 0
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus,
2016
Tabel 5dapat dilihat bahwa Kecamatan Sumberejo merupakan salah satu
kecamatan di Kabupaten Tanggamus yang masyarakatnya membudidayakan
sayuran terung pada kegiatan usahataninya. Produksi terung di Kecamatan
Sumberejo merupakan produksi yang paling tinggi dibandingkan dengan
kecamatan yang lain. Menurut Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
8
Kabupaten Tanggamus (2016), selama tiga (3) tahun terakhir, kecamatan
yang memiliki luas panen dan produksi terung terbesar yaitu Kecamatan
Sumberejo. Tahun 2015 Kecamatan Sumberejo sempat menempati nomor 1
berdasarkan tingginya hasil produksi sebesar 13.212 ku, namun tahun 2016
Kecamatan Sumberejo mengalami penurunan hasil produksi yang drastis,
yaitu turun menjadi 7.388 ku. Namun apabila ditinjau dalam kurun waktu
tiga tahun belakangan ini, meskipun jumlah produksi di Kecamatan
Sumberejo terus mengalami penurunan, Kecamatan Sumberejo tetap
memberikan kontribusi produksi terung terbesar di Kabupaten Tanggamus.
Ini menunjukkan terdapat masalah yang dihadapi petani dalam
mengembangkan usahataninya. Salah satu masalah yang dihadapi petani
adalah rendahnya harga yang diterima oleh petani.
Penurunan hasil produksi panen ini terjadi akibat harga rata-rata terung di
tingkat petani pada tahun 2016 sangat rendah. Pada September 2016petani
terung menerima harga yasangat rendah, yaitu sebesar Rp1.500/kg.
Tingginya produksi terung yang tidak diimbangi oleh harga yang baik, akan
mengakibatkan respon petani menjadi negatif terhadap upaya untuk mening-
katkan jumlah produksinya. Permasalahan ini tentunya akan berpengaruh
terhadap pendapatan petani yang juga berpengaruh pada semangat petani
untuk menanam terung.
Selama ini petani biasanya hanya menerima harga (price taker) yang
ditentukan oleh pedagang pengumpul. Selain harga yang fluktuatif masalah
lain dari komoditas terung adalah sifatnya yang tidak tahan lama sehingga
9
petani harus segera menjual produknya dengan harga yang berlaku saat itu.
Hal ini menyebabkan pendapatan yang diperoleh petani tidak menentu.
Pemasaran merupakan proses yang harus dilalui oleh petani sebagai produsen
untuk menyalurkan produknya hingga sampai ke tangan konsumen.
Komoditas pertanian biasanya memiliki rantai pemasaran yang panjang,
sehingga proses pemasaran melibatkan banyak pelaku pemasaran. Hal ini
dapat menyebabkan sistem pemasaran yang terjadi tidak efisien. Keadaan
tersebut juga terjadi pada pemasaraan terung di Kabupaten Tanggamus.
Rantai pemasaran yang panjang dan melibatkan banyak pelaku pemasaran
tanpa adanya batas harga yang diatur, menyebabkan harga terung yang
berlaku tidak stabil.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diindentifikasi permasalahan
penelitian, yaitu:
1) Berapa besar pendapatan usahatani terung ungu di Desa Simpang Kanan
Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus?
2) Bagaimana pemasaran terung ungu di Desa Simpang Kanan Kecamatan
Sumberejo Kabupaten Tanggamus?
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian mengenai tingkat pendapatan dan pemasaran
petani terung ungu adalah sebagai berikut:
1) Menganalisis pendapatan usahatani terung ungu di Desa Simpang Kanan
Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.
10
2) Menganalisis pemasaran terung ungu di Desa Simpang Kanan Kecamatan
Sumberejo Kabupaten Tanggamus.
C. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah guna membantu,
mengembangkan, dan meningkatkan produksi terung ungu serta
meningkatkan kesejahteraan petani terung ungu.
2) Sebagai bahan referensi bagi penelitian lain yang melakukan penelitian
sejenis atau kelanjutannya di masa yang akan datang.
3) Sebagai informasi bagi petani dalam mengelola dan mengembangkan
tanaman terung ungu.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Budidaya Terung
Terung merupakan tanaman asli daerah tropis yang berasal dari Asia,
terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada
ketinggian hingga 1.200 meter di atas permukaan laut. Dari kawasan
tersebut, terung kemudian disebarkan ke Cina pada abad ke-5, selanjutnya
terung disebarluaskan ke Karibia, Afrika Tengah, Afrika Timur, Afrika
Barat, Amerika Selatan, dan daerah tropis lainnya. Terung disebarkan
pula ke negara-negara subtropis, seperti Spanyol dan negara lain di
kawasan Eropa. Daerah penyebaran terung sangat luas, sehingga sebutan
untuk terung sangat beraneka ragam, yaitu eggplant, gardenegg,
aubergine, melongene, eierplant, atau eirefruch. Tanaman terung diklasi-
fikasikan sebagai berikut: Divisio: Plantae, Subdivisio: Spermatophyta,
Famili: Salanaceae, Genus: Solanum, Spesies: Solanum melingena L.
(Rukmana, 1994).
Tanaman terung adalah tanaman yang sangat sensitif yang memerlukan
kondisi tanam yang hangat dan kering dalam waktu yang lama untuk
keberhasilan produksi. Temperatur lingkungan tumbuh sangat mem-
12
pengaruhi pertumbuhan tanaman dan pencapaian masa berbunga pada
terung. Lingkungan tumbuh yang memiliki rata-rata temperatur yang
tinggi dapat mempercepat pembungaan dan umur panen menjadi lebih
pendek (Samandi, 2001).
Tingkat kemasaman (pH) tanah yang sesuai bagi tanaman terung berkisar
antara 5,3–5,7. Namun demikian masih toleran pada pH yang lebih
rendah, yaitu kisaran 5,0. Kisaran pH tanah yang terlalu rendah akan
mengakibatkan rendahnya kualitas dan tingkat produksi tanaman
(Samandi, 2001).
Pohon terung memiliki tinggi mencapai 40-150 cm, terung memiliki daun
berukuran panjang 10-20 cm dan lebar 5-10 cm, bunga berwarna putih
hingga ungu memiliki lima mahkota bunga. Berbagai varietas terung
tersebar luas di dunia, perbedaannya terletak pada bentuk, ukuran, dan
warna tergantung dari varietas terungnya, terung memiliki sedikit per-
bedaan konsistensi dan rasa. Secara umum terung memiliki rasa pahit dan
daging buahnya menyerupai spons. Varietas awal terung memiliki rasa
pahit, tetapi terung yang telah mengalami proses penyilangan memiliki
perbaikan rasa (Foodreference, 2010).
Hadiatna (2007) menyatakan terung merupakan bunga berkelamin dua,
dalamsatu bunga terdapat kelamin jantan (benang sari) dan betina (putik),
bunga ini sering disebut juga bunga sempurna. Bunga terung berwarna
ungu ada pula yang berwarna putih. Bentuk buah terung beraneka ragam,
ada yang bulat, lonjong, atau bulat panjang.
13
Tanaman terung termasuk tanaman yang berbentuk perdu. Batangnya
rendah, berkayu dan bercabang.Batang tanaman terung dibedakan menjadi
dua bagian yaitu batang utama (primer) dan batang percabangan
(skunder).Batang utama merupakan batang untuk penjangga dan mem-
perkokoh berdirinya tanaman, sedangkan batang percabangan merupakan
batang untuk mengeluarkan bunga (Hadiatna, 2006).
Pemeliharaan tanaman terung perlu dilakukan secara benar dan terencana
kerena tanaman tidak mungkin dibiarkan tumbuh begitu saja. Pemelihara-
an tanaman memegang peranan penting karena menentukan keberhasilan
budidaya. Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, penyulam-
an, pembumbunan,penyiangan, pemupukan, serta pemberantasan hama
dan penyakit (Soetasad dan Muryanti, 1999).
Pemupukan yang diberikan pada tanaman terung adalah pupuk NPK
sebanyak 200 kg/ha yang dilarutkan dalam air dengan kosentrasi 4 kg/200
liter air. Masing-masing tanaman diberikan larutan NPK tersebut sebanya
300 ml/tanaman, yang diberikan disekitar lubang mulsa plastik dengan
cara dikocor. Pemupukan NPK cair dapat dilakukan 2 minggu sekali
(Samandi, 2001).
Hama yang menyerang tanaman terung ialah kutu-kutu daun. Kutu-kutu
daun tersebut dapat dikendalikan dengan Curacron 500 EC dan Ambush 2
EC. Penyakit yang berbahaya menyerang terung umumnya disebabkan
oleh cendawan. Cendawan Phomopsis vexans dan Diaporthe vexans dapat
menyebabkan penyakit busuk buah, sedangkan cendawan Vertisilium
14
alboatrum menyebabkan penyakit gugur daun. Pengendalian dengan
menyemprotkan fungisida (Sunarjono, 2013).
Umur terung yang dapat dipanen tergantung dari varietas yang ditanam.
Secara umum terung dapat dipanen sekitar 3 bulan sejak semai.
Selanjutnya selang seminggu sekali, buah terung dapat dipanen 6-7 kali.
Waktu pemanenan sebaiknya dilakukan saat pagi hari. Waktu panen harus
dihindari saat terik matahari karena dapat mengganggu tanaman dan
membuat kulit terung menjadikeriput (kering), sehingga menurunkan
kualitas (Soetasad dan Muryanti, 1999).
2. Pendapatan Usahatani
Pendapatan petani merupakan ukuran penghasilan yang diterima oleh
petani dari usahataninya. Dalam analisis usahatani, pendapatan petani
digunakan sebagai indikator penting karena merupakan sumber utama
dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Hernanto (2005)
menyatakan bahwa pendapatan merupakan suatu bentuk imbalan untuk
jasa pengelolaan yang menggunakan lahan, tenaga kerja, dan modal yang
dimiliki dalam berusahatani.
Pendapatan dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan kotor dan pen-
dapatan bersih. Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai
produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual
maupun dikonsumsi. Sedangkan pendapatan bersih yaitu seluruh
pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan
15
biaya produksi selama proses produksi. Pendapatan usahatani menurut
Rahim dan Hastuti (2008) dirumuskan sebagai berikut:merupakan selisih
antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total dari usahatani
(Soekartawi, 2002).
Pd = TR–TC (1)
dimana :
Pd = Pendapatan usahatani
TR = Total penerimaan (total revenue)
TC = Total biaya (total cost)
Pendapatan usahatani atau keuntungan usahatani adalah selisih antara
pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam
per bulan, per tahun, dan per musim tanam. Biaya usahatani tersebut
merupakan semuanilai dari korbanan ekonomis yang dikeluarkan oleh
produsen (petani) dalam mengelola usahataninya untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya
tetap (fixedcost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap (fixed
cost) umumnya diartikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan
terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit,
seperti:pajak, penyusutan alat, gaji karyawan, sewa lahan, alat pertanian
dan sebagainya, sehingga biaya ini dikatakan biaya yang tidak dipengaruhi
oleh besarnya produksi komoditas pertanian.
Biaya tidak tetap (variabel cost) merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh hasil produksi komoditas pertanian, seperti: biaya untuk
saprodi (sarana produksi komoditas pertanian), sehingga biaya ini
16
diartikan pula sebagai biaya yang sifatnya berubah-ubah sesuai dengan
besarnya produksi komoditas pertanian yang diperoleh. Jika mengingin-
kan produksi tinggi maka faktor-faktor produksi seperti tenagakerja,
pupuk dan sebagainya perlu ditambah.
Total biaya atau total cost (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (fixed
cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Rumus total biaya atau total
cost(TC) menurut Rahim dan Hastuti (2008) adalah:
TC = FC + VC
dimana :
TC = Total biaya (total cost)
FC = Biaya tetap (fixed cost)
VC = Biaya tidak tetap (variabel cost)
Terdapat dua unsur yang digunakan dalam pendapatan usahatani yaitu
unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan
adalah hasil perkalian dari satuan harga jual dengan jumlah produk total,
sedangkan pengeluaran yaitu sebagai nilai penggunaan sarana produksi
dan lain-lain yang dikeluarkan pada saat produksi tersebut dilaksanakan
(Rahim dan Hastuti, 2007). Secara matematis penerimaan dirumuskan
sebagai berikut :
TR = Y . Py (3)
dimana :
TR = total penerimaan
Y = produksi yang diperoleh dari suatu usahatani
Py = harga produksi
(2)
17
Analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupun
bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis
pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha,
dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan.
Besarnya keuntungan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani
tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhinya.Hernanto (1989)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan adalah
luas lahan, tingkat produksi, intensitas pengusahaan pertanaman, dan
efisiensi penggunaan tenaga kerja. Mubyarto (1994) mengatakan bahwa
lahan merupakan faktor produksi yang paling penting dalam usahatani
karena merupakan pabrik penghasil pertanian, yaitu tempat produksi
berlangsung dan darimana hasil yang dikeluarkan.
3. Efisiensi Pemasaran
a. Lembaga dan Saluran Pemasaran
Hasyim (2012) menyatakan bahwa pemasaran atau tataniaga adalah
semua kegiatan yang bertujuan untuk mempelancar arus barang atau jasa
dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud
menciptakan permintaan efektif. Dalam pemasaran terjadi suatu aliran
barang dari produsen ke konsumen dengan melibatkan lembaga perantara
pemasaran. Seluruh lembaga perantara pemasaran memegang peranan
yang sangat penting dalam menentukan saluran pemasaran, karena jika
18
terdiri dari rantai pemasran yang panjang, maka biaya pemasaran yang
dikeluarkan menjadi lebih besar. Kotler dan Amstrong (2008)
berpendapat bahwa pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan
managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal
balik produk dan nilai dengan orang lain. Sudiyono (2004)
mendefinisikan pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang
disertai hak milikdan penciptaan guna waktu, guna tempat, dan guna
bentuk yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan
melaksanakan satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran. Lembaga-
lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran ini dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
1) Tengkulak, lembaga pemasaran secara langsung berhubungan
dengan petani.
2) Pedagang pengumpul, lembaga yang membeli komoditi dari
tengkulak.
3) Pedagang besar, lembaga yang melakukan proses konsentrasi
(pengumpulan) komoditi dari pedagan-pedagang pengumpul,
melakukan distribusi ke agen penjualan atau pengecer.
4) Agen penjualan, lembaga yang membeli komoditi yang dimiliki
pedagang dalam jumlah banyak dengan harga yang murah dibanding
pengecer.
5) Pengecer, lembaga yang berhadapan langsung dengan konsumen.
19
Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi–fungsi
pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin.
Konsumen memberikan balas jasa kepada pemasaran ini berupa margin
pemasaran. Lembaga-lembaga yang ikut aktif dalam saluran ini adalah
petani produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar,
pengecer, dan konsumen. Peranan lebaga inilah yang pada umumnya
menentukan bentuk dari saluran tataniaga..
Saluran tataniaga dari suatu komoditas perlu diketahui untuk menentukan
jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur yang dapat
ditempuh Selain itu saluran pemasaran dapat mempermudah dalam
mencari besarnya margin yang diterima tiap lembaga yang terlibat.
b. Fungsi-Fungsi Pemasaran
Firdaus (2009) mendefiniskan terdapattiga fungsi pemasaran yaitu
sebagai berikut
1) Fungsi Pertukaran
Produk harus dijual dan dibeli sekurangnya sekali dalam proses
pemasaran. Fungsi pertukaran yaitu melibatkan kegiatan yang
menyangkut pengalihan hak kepemilikan dari satu pihak ke pihak
lainnya dalam sistem pemasaran. Pihak-pihak yang terlibat dalam
proses ini ialah pedagang, distributor dan agen yang memperoleh
komisi karena mempertemukan pembeli dan penjual.
20
2) Fungsi Fisis
Kegunaan waktu, tempat dan bentuk ditambahkan pada produk
ketika produk diangkut, diproses dan disimpan untuk memenuhi
keinginan konsumen. Oleh karena itu, fungsi fisis meliputi hal-hal
berikut :
a) Pengangkutan. Pengangkutan merupakan gerakan perpindahan
barang-barang dari asal mereka menuju ke tempat lain yang
diinginkan (konsumen).
b) Penyimpanan atau penggudangan. Penyimpanan berarti
menyimpan barang dari saat produksi mereka selesai dilakukan
sampai dengan waktu mereka akan dikonsumsi.
c) Pemrosesan. Bahan hasil pertanian sebagian besar adalah bahan
mentah bagi industri sehingga pengolahan sangat diperlukan
untuk memperoleh nilai tambah (value added).
3) Fungsi Penyedia Sarana
Fungsi penyediaan sarana adalah kegiatan-kegiatan yang dapat
membantu sistem pemasaran agar mampu beroperasi lebih lancar.
Fungsi ini meliputi hal-hal berikut :
a) Informasi pasar :Pembeli memerlukan informasi mengenai harga
dan sumber-sumber penawaran. Informasi pasar ini dapat
diperoleh dari berbagai sumber, baik itu media massa,
pemerintahan, perusahaan swasta, maupun lembaga pendidikan.
b) Penanggungan risiko. Pemilik produk menghadapi risiko
sepanjang saluran pemasaran.
21
c) Standardisasi dan grading. Standardisasi memudahkan produk
untuk dijual dan dibeli, sedangkan Grading adalah klasifikasi
hasil pertanian ke dalam beberapa golongan mutu yang berbeda-
beda, masing-masing dengan lebel dan nama tertentu.
d) Pembiayaan. Pemasaran modern memerlukan modal (uang)
dalam jumlah besar untuk membeli mesin-mesin dan bahan-bahan
mentah, serta untuk menggaji tenaga kerja. Proses pemasaran
pun menghendaki pemberian kredit kepada pembeli.
c. Marjin Pemasaran dan Rasio Profit Marjin
Margin adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan
harga yang dibayar kepada penjual pertama (produsen) dan harga yang
dibayar oleh pembeli terakhir (konsumen). Sedangkan marjin pemasaran
adalah perbedaan harga yang didapat konsumen dengan harga yang
diterima produsen yang terdiri dari biaya dan keuntungan pemasaran.
Margin pemasaran terdiri dari komponen biaya pemasaran bukan karena
laba yang diterima pedagang. Besarnya margin pemasaran bukan karena
laba yang diambil pedagang,tetapi juga karena pedagang menetapkan
harga penjualan yang dapat memberi sejumlah laba tertentu atas dasar
harga pokok penjualan. Jumlah pengeluaran pedagang dan biaya
pemasaran merupakan komponen yang sangat menentukan besar
kecilnya margin pemasaran (Hanafiah dan Saefuddin, 1993).
22
Secara umum, marjin pemasaran adalah perbedaan harga suatu barang
yang diterima produsen dengan harga yang dibayar konsumen. Untuk
melihat efisiensi pemasaran melalui analisis marjin dapat digunakan
sebaran rasio marjin keuntungan atau RasioProfit Marjin (RPM) pada
setiap lembaga pemasaran yang terlibatdalam proses pemasaran. Besar
marjin pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat
dinyatakan sebagai penjumlahan dari marjin pada masing-masing
lembaga tataniaga yang terlibat. Biaya-biaya yang dikeluarkan lembaga
pemasaran dalam proses penyaluran suatu komoditi tergantung dari
fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan. Perbedaan fungsi yang
dilakukan setiap lembaga pemasaran menyebabkan perbedaan harga jual
dari lembaga yang satu denganyang lain sampai konsumen akhir.
Konsep marjin pemasaran dapat dilihat pada Gambar 1.
23
Gambar 1. Hubungan antara fungsi-fungsi pemasaran dan turunan
terhadap marjin tataniaga dan nilai marjin pemasaran.
dimana :
Pr = Harga di tingkat pengecer
Pf = Harga di tingkat pemasok
Sf = Penawaran di tingkat pengecer (Supply Turunan )
Sr = Penawaran di tingkat pemasok (Supply Primer)
Dr = Permintaan di tingkat pemasok (Demand Primer)
Df = Permintaan di tingkat pemasok (Demand Turunan)
Secara matematis marjin pemasaran dapat dituliskan sebagai berikut :
mji = Psi – Pbi atau mji = bti + πi (4)
Total marjin pemasaran dalam saluran pemasaran tertentu dirumuskan
sebagai berikut :
Mji = Σmji (5)
Persebaran marjin pemasaran dapat dilihat berdasarkan persentase
keuntungan terhadap biaya pemasaran (Ratio Profit Marjin) pada
masing-masing lembaga pemasaran, yang dirumuskan sebagai :.
RPM = bti
i
(6)
dimana :
mji = Marjin pada lembaga pemasaran tingkat ke-i
Mji = Total marjin pada satu saluran pemasaran ke-i
P
Pr
Pf
Sr Sf
Dr
Df
24
Psi = Harga jual pada lembaga pemasaran tingkat ke-i
Pbi = Harga beli pada lembaga pemasaran tingkat ke-i
bti = Biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i
πi = Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i
Pr = Harga pada tingkat konsumen
Pf = Harga pada tingkat petani (produsen)
Nilai RPM yang relatif menyebar merata pada berbagai tingkat pemasar-
an merupakan cerminan dari sistem pemasaran yang efisien. Jika selisih
RPM antar lembaga pemasaransama dengan nol, maka pemasaran
tersebut efisien. Sebaliknya jikaselisih RPM lembaga pemasaran tidak
dengan sama nol, maka sistem pemasaran tersebut tersebut tidak efisien.
(Azzaino 1983).
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menganalisis mengenai analisis
pendapatan dan sistem pemasaran dan terdapat beberapa peneliti lain yang
memiliki analisis yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Penelitian tentang analisis usahatani dan sistem pemasaran yang telah
dilakukan oleh peneliti – peneliti sebelumnya memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian ini. Adapun persamaannya terletak pada tujuan
penelitian serta metode penelitian yang akan digunakan. Perbedaan
penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya terletak pada jenis komoditas yang diteliti dan belum terdapat
penelitian sejenis pada lokasi penelitian.
25
Tabel 6 telihat bahwa perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini
yaitu terletak pada komoditas, lokasi penelitian, dan arah penelitian.
Penelitian ini meliputi komoditas terung ungu yang terdapat di Kecamatan
Sumberejo Kabupaten Tanggamus yang diusahakan pada skala rakyat dengan
meneliti keuntungan usahatani dan sistem pemasaran terung ungu yang ada di
daerah tersebut. Berikut ini adalah informasi penelitian tentang pendapatan
dan sistem pemasaran tersebut :
26
Tabel 6. Perbedaan Penelitian Terdahulu
No . Judul Penelitian/Tahun Tujuan Metode Analisis Hasil Penelitian
1 Analisis Pendapatan, Risiko,
dan Pemasaran Usahatani
Jahe di Kecamatan
Penengahan Kabupaten
Lampung Selatan
(Julaily,2017).
1) Menganalisis pendapatan
usahatani jahe di
Kecamatan Penengahan.
2) Menganalisis risiko
usahatani jahe di
Kecamatan Penengahan.
3) Menganalisis pengaruh
antara risiko usahatani
terhadap pendapatan jahe.
4) Menganalisis efisiensi
sistem pemasaran jahe di
Kecamatan Penengahan.
1) Analisis
deskriptif
kualitatif.
2) Analisis
kuantitatif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pendapatan usahatani jahe sebesar
Rp28.038.043,74 per hektar serta diperoleh
nilai R/C atas biaya total yaitu 1,68. Risiko
usahatani jahe berada pada kategori tinggi
dengan nilai CV 0,51. Risiko usahatani jahe
berpengaruh nyata terhadap pendapatan
usahatani jahe. Saluran pemasaran jahe di
Kecamatan Penengahan Kabupaten
Lampung Selatan tidak efisien.
2. Analisis Usahatani Terung
(Solanum melongena) di
Kecamatan Kuranji Kota
Padang (Febriansyah, 2012).
Menganalisis menganalisis
kultur teknis usahatani
terung yang dilakukan oleh
petani di Kecamatan Kuranji
serta menganalisis
pendapatan dan keuntungan
masing-masing petani
terung.
1) Metode survey.
2) Analisis
deskriptif
kualitatif.
3) Analisis
kuantitatif.
Pelaksanaan budidaya atau kultur teknis
terung yang dilakukan olehpetani di
Kecamatan Kuranji belum sepenuhnya
sesuai dengan yang dianjurkan oleh
literatur. Produksi yangdihasilkan oleh
petani sampel masih dalam produksi wajar
yaitu sebanyak 18.288 kg/Ha. Pendapatan
yangditerima petani responden di
Kecamatan Kuranji sebesar
Rp.23.930.337/Ha. Sedangkan keuntungan
yangdiperoleh petani terung sebesar
RP.13.529.813/Ha. Untuk analisis R/C ratio
pada kegiatan usahatani terung
sebesar 1,73.
27
3. Analisis Efisiensi Tataniaga
Terung (Solanum
Melongena) Di Kecamatan
Kuranji Kota Padang (
Febriani, 2012).
Mengetahui saluran dan
fungsi tataniaga yang
dilakukan oleh masing-
masing lembaga
tataniaga yang terlibat dalam
tataniaga Terung dari petani
hingga konsumen akhir di
Kecamatan Kuranji Kota
Padang, dan menganalisis
efisiensi tataniaga menurut
saluran dankeuntungan yang
diterima petani serta masing-
masing lembaga tataniaga
yang terlibat.
1) Metode
survey.
Diperoleh tiga pola saluran tataniaga terung
dari petanisampai ke konsumen akhir .
Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi
tataniaga menurut saluran maka didapatkan
efisiensi tataniaga Saluran Pola A (14,80%),
Saluran Pola B (18,08%) dan Saluran Pola
C(29,71%). Jadi Saluran Pola A (14,80%)
paling efisien karena mempunyai nilai
efisiensi yangpaling kecil. Sedangkan
berdasarkan hasil perhitungan menurut
keuntungan, tidak ada saluranyang efisien
karena masing-masing lembaga tataniaga
tidak menerima keuntungan yang
sebagaimana mestinya. 4. Analisis Pendapatan dan
Saluran Pemasaran
Usahatani Terong Belanda
(Solanaceae) di Kecamatan
Buntu Pepasan Kabupaten
Toraja Utara Provinsi
Sulawesi Selatan.
( Bangun, 2017 ).
1) Mengetahui besarnya
pendapatan usahatani
Terong Belanda di daerah
penilitian.
2) Untuk mengetahui alur
pemasaran dan margin
pemasaran Terong
Belanda.
1) Snowball
sampling.
2) Analisis
kuantitatif
1) Rata-rata pendapatan petani dari
usahatani terong belanda di Desa Pulu-
Pulu, Kecamatan Buntu Pepasan,
Kabupaten Toraja Utara sebesar Rp.
1.072.199/Ha/panen (satu kali daalam
dua bulan).
2) Terdapat dua pola saluran pemasaran
usahatani terong belanda yang ada di desa
Pulu-Pulu, Kecamatan Buntu Perpasan,
Kabupaten Toraja Utara yakni pola
saluran pemasaran I YAKNI Petani A –
Pedagang Pengumpul Desa A – Pedagang
Pengecer dimana marjin pemasaran Rp.
7.000 dan Rp. 5.000, sedagkan pada pola
saluran pemasaran II dari petani A –
Pedagang Pengumpul Desa A- Pedagang
PENGUMPUL Kota A- Pedagang
28
Pengecer di mana marjin pemasaran Rp.
500. Rp.6.500 dan Rp. 5.000. Bagian
yang di peroleh petani hanya 40% ,
sehingga tingkat efiseinsi pada kedua
saluran pemasaran tergolong tidak
efisien.
5 Analisis Keuntungan
Usahatani dan Sistem
Pemasaran Jagung Manis di
Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan. (Nyoto,
2016).
1) Menganalisis keuntungan
usahatani jagung manis di
Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung
Selatan.
2) Menganalisis tingkat
efisiensi sistem
pemasaran jagung manis
di Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung
Selatan.
1) Analisis
keuntungan
2) Teknik S-C-P
(market
structure,
market conduct,
market
perfomance)
Berdasarkan total margin pemasaran
sayuran kubis dari pusat produksi tanah
karo kepusat pasar konsumen medan dan
binjai diperoleh bahwa total margin
pemasaran yang lebih kecil adalah di
pusatpasar konsumen medan sebesar
62,71%. Sedangkan didaerah pusat pasar
konsumen binjai sebesar 65,65%. Secara
umum pemasaran sayuran kubis dari daerah
pusat produksi tanah karoke pusat pasar
konsumen binjai efisien dari pada pusat
pasar konsumen medan.
29
6 Pemasaran dan Pendapatan
Usahatani Cabai Keriting
Anggota dan Non Anggota
Gapoktan Rukun Tani, Desa
Citapen, Kecamatan Ciawi,
Kabupaten Bogor. (Yuri,
2014).
1) Mengidentifikasi dan
membandingkan
karakteristik usahatani,
pedagang, lembaga dan
saluran pemasaran, serta
fungsi pemasaran cabai
merah keriting anggota
dan non anggota
Gapoktan Rukun Tani di
Desa Citapen, Kecamatan
Ciawi, Kabupaten Bogor.
2) Membandingkan efisiensi
pemasaran cabai merah
keriting anggota dan non
anggota Gapoktan Rukun
Tani.
3) Membandingkan
pendapatan usahatani
cabai merah keriting
anggota dan non anggota
Gapoktan Rukun Tani.
1) Snowball
Sampling.
2) Marjin
pemasaran,
farmer’s share,
dan rasio
keuntungan
terhadap biaya
pemasaran.
Saluran 2 pemasaran cabai merah keriting
non anggota Gapoktan (petani langsung
menjual kepada pedagang pengecer Bogor)
merupakan saluran pemasaran yang paling
efisien karena memiliki marjin pemasaran
terendah, farmer’s share terbesar, dan rasio
keuntungan terhadap biaya pemasaran
terbesar. Pendapatan dan R/C ratio atas
biaya tunai dan biaya total usahatani cabai
merah keriting non anggota Gapoktan lebih
menguntungkan dibandingkan usahatani
cabai merah keriting anggota Gapoktan.
Guna mendapatkan pemasaran cabai merah
keriting yang efisien maka saluran 2
pemasaran non anggota Gapoktan
disarankan untuk diterapkan.
8 Analisis Pendapatan dan
Pemasaran Kakao di
Kecamatan Sekampung
Udik Kabupaten Lampung
Timur
(Arief,2015).
1) Menganalisis pendapatan
usaha tani kakao di
Kecamatan Sekampung
Udik Kabupaten
Lampung Timur.
2) Menganalisis pemasaran
kakao di Kecamatan
Sekampung Udik
KabupatenLampung
Timur.
1) Analisis
pendapatan
uahatani
2) Analisis
efisiensi
pemasaran
1) Usahatani kakao di Kecamatan
Sekampung Udik Kabupaten Lampung
Timur menguntungkan bagi petani,
dengan rasio penerimaan dengan total
biaya sebesar 2,02.
2) sistem pemasaran kakao di Kecamatan
Sekampung Udik Kabupaten Lampung
Timur berlangsung tidak efisien, hal ini
ditunjukkan oleh rantai tataniaga yang
panjang. Ratio Profit Margin (RPM)
30
antara lembaga perantara pemasaran
yang terlibat tidak merata dan nilai
elastisitas transmisi harga sebesar 1,05
yang artinya bahwa pasar yang terjadi
adalah pasar tidak bersaing sempurna. 9 Pendapatan dan
Kesejahteraan Petani Jagung
di Kecamatan Ketapang
Kabupaten Lampung Selatan
(Puji,2016).
1) Pendapatan petani
jagung di Kecamatan
Ketapang Kabupaten
Lampung Selatan.
2) Kesejahteraan petani
jagung di Kecamatan
Ketapang Kabupaten
Lampung Selatan.
3) Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kesejahteraan petani
jagung di Kecamatan
Ketapang Kabupaten
Lampung Selatan.
1) Analisis
deskriptif
kualitatif.
2) Analisis
kuantitatif,
3) Analisis regresi
logistik.
1) Rata-rata pendapatan rumah tangga
petani jagung di Kecamatan Ketapang
yaitu sebesar Rp25.095.304 pada
kegiatan on farm, pada kegiatan off farm
yaitu sebesar Rp25.023.968, dan pada
kegiatan non farm Rp19.765.726.
2) Rumah tangga petani jagung yang
masuk kedalam kategori sejahtera yaitu
sebanyak 78 petani dan 15 petani masuk
kedalam kategori belum sejahtera.
3) Faktor luas lahan dan tingkat pendidikan
berpengaruh nyata terhadap tingkat
kesejahteraan petani jagung di
Kecamatan Ketapang Kabupaten
Lampung Selatan.
31
10 Analisis Pendapatan dan
Tingkat Kesejahteraan
Rumah Tangga Petani
Pisang di Kecamatan Padang
Cermin Kabupaten
Pesawaran (Putri, 2017).
1) Tingkat pendapatan
rumah tangga petani
pisang.
2) Distribusi pendapat- an
rumah tangga petani
pisang.
3) Tingkat kesejahteraan
rumah tangga petani
pisang.
1) Analisis
deskriptif
kualitatif.
2) Analisis
kuantitatif.
1) Rata-rata pendapatan rumah tangga
petani pisang di Kecamatan Padang
Cermin Kabupaten Pesawaran sebesar
Rp31.423.829,36/tahun sumber
pendapatan berasal dari usahatani pisang
(on farm) sebesar Rp27.300.193,18
(86,88%), dan dari luar usahatani (non
farm) sebesar Rp4.123.636,18 (13,47%).
2) Distribusi pendapatan rumah tangga
petani pisang di Desa Padang Cermin
tidak merata. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai Gini Rasio sebesar 0,53 dengan arti
bahwa distribusi pendapatan rumah
tangga masih berada pada ketimpangan
tinggi.
32
C. Kerangka Pemikiran
Kegiatan usahatani terung ungu merupakan salah satu proses kegiatan
produksi di sektor pertanian, dengan memanfaatkan faktor alam dan faktor-
faktor produksi lain seperti lahan, tenaga kerja, benih, pupuk dan pestisida.
Dalam produksi usahatani tentunya tidak terlepas atau sangat dipengaruhi
oleh adanya faktor-faktor produksi yang digunakan. Adapun faktor-faktor
produksi yang digunakan selama berusahatani terung ungu disebut dengan
biaya usahatani. Penggunaan faktor-faktor produksi merupakan hal penting
di dalam proses produksi untuk keberhasilan produksi, karena untuk
memperoleh keuntungan yang optimum petani harus memperhitungkan
besarnya biaya yang telah dikorbankan dengan besarnya pendapatan yang
diperoleh oleh petani. Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh
terhadap produksi terung ungu adalah luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk,
pestisida, dan tenaga kerja.
Lahan merupakan faktor produksi utama yang menentukan tingkat ke-
berhasilan usahatani terung. Benih unggul juga merupakan salah satu faktor
yang berperan dalam peningkatan produksi. Selanjutnya dari hasil produksi
terung ungu dapat disalurkan ke konsumen. Dalam melaksanakan pemasaran
terung ungu banyak pihak yang terlibat seperti produsen, konsumen, dan
lembaga pemasaran. Adanya saluran pemasaran yang berbeda menyebabkan
perbedaan harga yang harus dibayar konsumen dengan harga yang diterima
petani produsen yang kemudian disebut dengan margin pemasaran.
33
Petani sebagai produsen tidak hanya berorientasi pada produksi yang tinggi,
akan tetapi lebih menitik beratkan pada tingginya pendapatan atau
keuntungan yang diperoleh. Keuntungan merupakan selisih antara biaya dan
penerimaan. Besarnya keuntungan yang diterima petani ditentukan oleh
harga hasil produksi dan harga input. Oleh sebab itu, semakin tinggi harga
yang diterima petani, maka semakin tinggi keuntungan petani. Selain itu,
keuntungan yang diperoleh petani juga tergantung kepada jumlah komoditi
yang dijual, tingkat harga yang diterima, dan sistem pemasaran komoditi
yang diproduksi. Oleh karena itu, sistem pemasaran sangat penting untuk
diketahui karena salah satu cara petani untuk memperoleh imbalan
keuntungan dari usahataninya adalah dengan memasarkan hasil produksi
terung ungunya.
34
Gambar 2. Kerangka pemikiran analisis usahatani dan sistem pemasaran terung
ungu di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus, 2017.
Usahatani terung
Produksi Faktor
Produksi
Harga Efisiensi
Pemasaran
Saluran Pemasaran
Fungsi Pemasaran
Margin Pemasaran
Elastisitas
Transmisi Harga
Penerimaan
Pendapatan
Luas Lahan
Benih
Tenaga Kerja
Pupuk
Pestisida
Biaya Produksi
Proses
Produksi
35
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian menggunakan metode survei. Menurut Sugiyono (2009).
“Bahwa metode survei digunakan untuk mendaptkan data dari tempat tertentu
yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam
pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuisioner, test, wawancara
terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam eksperimen).”
Penggunaan metode survei akan memudahkan peneliti untuk memperoleh
data untuk diolah dengan tujuan memecahkan masalah menjadi tujuan akhir
suatu penelitian.
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Metode Penelitian Kuantitatif, sebagaimana dikemukakan oleh
Sugiyono (2015), merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
36
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Petani terung ungu adalah orang yang bercocok tanam atau berusahatani
terung ungu selama lima tahun terakhir dan memperoleh pendapatan dari
usahatani tani terung ungu tersebut.
Usahatani terung ungu adalah suatu kegiatan petani yang mengalokasikan
sumberdaya yang ada, dengan memanfaatkan faktor alam dan faktor-faktor
produksi lain seperti lahan, tenaga kerja, benih, pupuk dan pestisida, secara
efektif dan efisien untuk memproduksi terung ungu dan memperoleh
penerimaan yang diinginkan dalam usahatani.
Luas lahan adalah luas tempat yang digunakan oleh petani untuk melakukan
usahatani terung ungu, diukur dalam satuan hektar (ha).
Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan dalam proses
produksi selama musim tanam, terdiri dari tenaga kerja pria, wanita, diukur
dalam satuan Hari Kerja Pria (HKP).
Jumlah benih adalah banyaknya benih terung ungu yang digunakan petani
pada proses produksi dalam satu musim tanam, di ukur dalam satuan
kilogram (kg).
Pendapatan usahatani atau keuntungan usahatani adalah selisih antara
pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per
bulan, per tahun, dan per musim tanam.
37
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani terung ungu
selama satu kali periode produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Produksi terung ungu adalah suatu hasil panen yang diperoleh dari lahan yang
dimiliki petani per musim yang diukur dalam satuan (kg).
Produktivitas terung ungu adalah jumlah hasil produksi terung ungu per
satuan luas lahan selama satu kali periode produksi, diukur dalam satuan ton
per hektar (kg/ha).
Penerimaan adalah hasil yang diterima oleh petani yang dihitung dari
perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual di tingkat petani, diukur
dalam satuan rupiah (Rp).
Penerimaan total adalah nilai hasil yang di terima oleh petani yang di hitung
dengan mengalikan jumlah produksi yang dengan harga jual terung ungu, di
ukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani terung ungu, yang
jumlahnya tidak tergantung dari besar kecilnya produksi yang diperoleh,
diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya tidak tetap merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh hasil
produksi komoditas pertanian.
Total biaya adalah adalah jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
usahatani terung ungu selama satu periode (total dari biaya tetap dan
variable), di ukur dalam satuan rupiah (Rp).
38
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses pemasaran
hasil produksi terung ungu yang meliputi biaya angkut, biaya bongkar muat,
dan lain-lain, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg)..
Harga tingkat produsen adalah harga terung ungu yang diterima petani pada
waktu transaksi jual beli, di ukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).
Harga tingkat konsumen adalah harga terung ungu yang dibayarkan
konsumen akhir pada waktu transaksi jual beli, diukur dalam satuan rupiah
per kilogram (Rp/kg).
Marjin pemasaran adalah selisih harga di tingkat konsumen akhir dengan
harga di tingkat produsen atau jumlah marjin di tiap lembaga pemasaran,
diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).
Profit marjin adalah marjin keuntungan lembaga pemasaran, dihitung dengan
cara mengurangi nilai marjin pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan,
diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).
Rasio marjin keuntungan adalah perbandingan antara tingkat keuntungan
yang diperoleh lembaga pemasaran dan biaya yang dikeluarkan pada kegiatan
pemasaran.
Pedagang pengumpul adalah pedagang-pedagang yang membeli terung ungu
dari petani atau pedagang pengumpul tingkat bawah untuk dijual kembali.
Pedagang besar adalah pedagang yang membeli terung ungu dari pedagang
pengumpul dengan jumlah yang lebih besar.
39
C. Lokasi, Responden, Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo,
Kabupaten Tanggamus. Desa Simpang Kanan merupakan satu dari 13 desa
yang terdapat di Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus. Pemilihan
lokasi penelitian dilakukan secara sengaja(purposive) dengan pertimbangan
bahwa kecamatan tersebut merupakan wilayah pengembangan sentra terung
di Kabupaten Tanggamus. Responden penelitian adalah petani terungyang
telah menanam atau berusahatani terung selama ≥ 5 tahun. Berdasarkan data
dan informasi yang diperoleh dari BP3K (Balai Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan) (2017). Desa Simpang Kanan memiliki populasi
petani terung sebanyak 151 orang. Untuk populasi diatas 100 orang, maka
dilakukan penghitungan jumlah sampel yang akan diteliti dengan meng-
gunakan rumus Sugiarto sebagai berikut :
𝑛=NZ2S
2
Nd2+Z2S
2(Sugiarto, 2003) (11)
Keterangan:
n = Jumlah sampel minimum
N = Jumlah petani
Z = Derajat kepercayaan (90% = 1,645)
S2 = Varians sampel (0,1)
d = Derajat penyimpangan (0,1)
Setelah dilakukan proses perhitungan dengna menggunakan rumus di atas,
maka jumlah minimum responden dalam penelitian ini adalah 23 petani.
Jumlah ini selanjutnya dibulatkan menjadi 30 responden.
40
Untuk lembaga pemasaran diambil lembaga pemasaran yang terlibat langsung
dalam pemasaran terung di desa penelitian, menggunakan teknik snowball
sampling. Cara pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan berantai,
pelaksanaanya pertama dilakukan interview terhadap petani terung ungu di
Desa Simpang Kanan. Selanjutnya, yang bersangkutan diminta untuk
menyebutkan calon responden lainnya (pedagang terung) sehingga didapat
suatu rangkai pemasaran.
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan metode survai dan pengamatan langsung di
lapangan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari petani terung sebagai responden
melalui teknik wawancara dengan menggunakan kuisioner (daftar
pertanyaan) yang telah dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari studi
literatur dan dari lembaga – lembaga / instansi terkait seperti BPS, Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus, BP3K Kecamatan
Sumberejo, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif dan kuantitatif, yaitu menjelaskan dan mendeskripsikan data-data
yang diperoleh saat penelitian melalui pertanyaan terstruktur yang sama pada
setiap responden yang diperoleh. Analisis dilakukan dengan memasukan data
41
primer yang telah diolah kedalam tabel-tabel yang telah disiapkan. Analisis
data dalam penelitian ini meliputi analisis pendapatan usahatani, analisis
saluran pemasaran dan kelembagaan, fungsi-fungsi pemasaran dan analisis
marjin pemasaran.
1. Analisis Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani terung diperoleh dengan menghitung selisih antara
penerimaan yang diterima usahatani terung dengan total biaya produksi
terung yang dikeluarkan. Penerimaan dipengaruhi oleh jumlah produksi
terung yang dihasilkan dan tingkat harga yang berlaku pada saat terung
tersebut dijual. Untuk menghitung pendapatan dari usahatani terung
digunakan rumus Rahim dan Hastuti (2008) yaitu
Pd = TR – TC (12)
TC = FC + VC (13)
TR = Y . Py (14)
dimana :
Pd = Pendapatan usahatani
TR = Total penerimaan (total revenue)
TC = Total biaya (total cost)
Y = Produksi terung ungu yang diperoleh
Py = Harga Y
FC = Biaya tetap (fixed cost)
VC = Biaya tidak tetap (variabel cost)
2. Efisiensi Pemasaran
Metode yang digunakan untuk mengetahui efisiensi pemasaran adalah
metode SCP (Structure, Condact, Performance). Metode SCP digunakan
untuk melihat efisiensi pemasaran dilihat dari struktur pasar, perilaku
42
pasar, dan penampilan pasar yang terjadi.
(1) Saluran pemasaran
Saluran pemasaran terung ungu di Desa Simpang Kanan Kecamatan
Sumberejo Kabupaten Tanggamus dianalisis secara deskriptif
kualitatif, mulai dari tingkat petani, petani, pedagang pengumpul,
desa, pedagang pengumpul antar daerah, pedagang pengecer,serta
konsumen yang ikutterlibat dalam proses arus barang. Jumlah saluran
pemasaran yang ikut serta dalam proses pemasaran akan menentukan
apakah sistem pemasaran tersebut efisien atau tidak.
Hanafiah dan Saefudin (1996) mengemukakan jika saluran pemasaran
tersebut panjang, namun fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh
lembaga pemasaran tersebut di butuhkan serta sulit untuk di per-
pendek, maka saluran tersebut dapat dikatakana efisien. Sebaliknya,
apabila saluran pemasaran yang terbentuk panjang, tapi ada fungsi
pemasaran yang tidak perlu dilakukan maka dikatakan saluran
pemasaran belum efisien. Jika saluran pemasaran yang terjadi
pendek dan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan penting, maka
saluran pemasaran efisien.
(2) Marjin pemasaran dan ratio profit margin (RPM).
Marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang didapat konsumen
dengan harga yang diterima produsen yang terdiri dari biaya dan
keuntungan pemasaran. Nilai marjin pemasaran dapat di jadikan
landasan untuk mengetahui apakah suatusistem pemasaran efisien atau
43
tidak. Perhitungan marjin dan profit marjin secara matematis dapat di
tulis sebagai berikut :
mji = Psi – Pbi atau mji = bti + πi (15)
Total marjin pemasaran dalam saluran pemasaran tertentu dirumuskan
sebagai berikut :
Mji = Σmji (16) (5)
Persebaran marjin pemasaran dapat dilihat berdasarkan persentase
keuntungan terhadap biaya pemasaran (Ratio Profit Marjin) pada
masing-masing lembaga pemasaran, yang dirumuskan sebagai :.
RPM = bti
i
(17)
dimana :
mji =Marjin pada lembaga pemasaran tingkat ke-i
Mji = Total marjin pada satu saluran pemasaran ke-i
Psi = Harga jual pada lembaga pemasaran tingkat ke-i
Pbi = Harga beli pada lembaga pemasaran tingkat ke-i
bti = Biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i
πi = Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i
Pr = Harga pada tingkat konsumen
Pf = Harga pada tingkat petani (produsen)
Nilai RPM yang relatif menyebar merata pada berbagai tingkat
pemasaran merupakan cerminan dari sistem pemasaran yang efisien.
Jika selisih RPM antar lembaga pemasaran sama dengan nol, maka
pemasaran tersebut efisien. Sebaliknya jikaselisih RPM lembaga
pemasaran tidak dengan sama nol, maka sistem pemasaran tersebut
tersebut tidak efisien (Azzaino 1983).
44
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Tangggamus
1. Sejarah Singkat KabupatenTanggamus
Sejarah perkembangan daerah Tanggamus, menurut catatan yang ada diawali
pada tahun 1889 pada saat Belanda mulai masuk di daerah Kota Agung,yang
pada saat itu pemerintahannya dipimpin oleh seorang Kontroller yang
memerintah di Kota Agung. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 114/1979 tanggal 30 Juni 1979 dalam rangka mengatasi rentang
kendali dan sekaligus merupakan persiapan pembentukan Pembantu Bupati
Lampung Selatan, Daerah Kota Agung ditetapkan berkedudukan di Kota
Agung serta terdiri dari 10 kecamatan dan 7 perwakilan kecamatan dengan
300 desa dan 3 kelurahan serta 4 Desa Persiapan. Pada akhirnya Kabupaten
Tanggamus terbentuk dan menjadi salah satu dari 15 kabupaten/kota yang
ada di Propinsi Lampung.Kabupaten Tanggamus dibentuk berdasarkan
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1997 yang diundangkan pada tanggal 3
Januari 1997 dan diresmikan menjadi kabupaten tanggal 21 Maret 1997
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus, 2016).
45
2. Keadaan Geografi Kabupaten Tanggamus
Kabupaten Tanggamus secara geografis berada pada posisi 104018’– 105o 12’
Bujur Timur dan antara 50 – 5
056’ Lintang Selatan. Kabupaten Tanggamus
memiliki 20 kecamatan diantaranya Kecamatan Ulu Belu, Sumberejo,
Gisting, Pugung, Talang Padang, Kota Agung, Pematang Sawah, dan-lain-
lain. Kabupaten Tanggamus berada di Selatan Provinsi Lampung dan
bersebelahan langsung dengan Bukit Barisan Selatan. Bagian selatan
Kabupaten Tanggamus memiliki salah satu teluk terkenal yaitu Teluk
Semaka. Daerah ini merupakan salah satu sumber mata pencaharian
masyarakat dan terdapat pelabuhan ikan.
Batas-batas administratif Kabupaten Tanggamus:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat dan
LampungTengah.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pringsewu.
Kabupaten Tanggamus memiliki luas daratan sebesar 4654.96 km2dan luas
wilayah laut Kabupaten Tanggamus adalah 1.799,5 km2 disekitar induk teluk
Semaka dengan panjang pesisir 210 km2. Topografi daratan Kabupaten
Tanggamus beragam terdiri dari daratan tinggi dan rendah. Potensi daerah
di Kabupaten Tanggamus sebagian digunakan untuk pertanian. (Tanggamus
dalam angka, 2016)
46
3. Keadaan Demografi Kabupaten Tanggamus
Hasil yang diperoleh dari turun lapang penelitian ke data Badan Pusat Statistik
pada tahun 2016 didapat bahwa jumlah penduduk Kabupaten Tanggamus
berjumlah 58.0383 jiwa, dengan kepadatan penduduk tertinggi terdapat pada
kecamatan Gisting dengan kepadatan 1194.65 jiwa/km2
yaitu dengan
presentase sebesar 6,78 persen, sedangkan kepadatan penduduk terendah
terdapat pada Kecamatan Limau dengan kepadatan 73,11 jiwa/km2 yaitu
dengan presentase sebesar 3,04 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut kecamatan di
Kabupaten Tanggamus
No. Kecamatan
Jumlah
Penduduk
(orang)
Presentase
Penduduk
(%)
Kepadatan
Penduduk
per km2
1 Wonosobo 3.468 5,98 165,29
2 Semaka 35.334 6,09 206,11
3 Bandar Negri Semuong 19.599 3,38 197,71
4 Kota Agung 42.339 7,30 544,88
5 Pematang Sawa 16.812 2,90 8,08
6 Kota Agung Timur 19.387 3,34 260,81
7 Kota Agung Barat 24.441 4,21 235,31
8 Pulau Panggung 35.136 6,05 79,25
9 Ulu Belu 45.520 7,84 137,45
10 Air Naningan 30.774 5,30 161,98
11 Talang Padang 44.544 7,67 983,27
12 Sumberejo 32.963 5,68 576,33
13 Gisting 39.362 6,78 1194,65
14 Gunung Alip 18.066 3,11 699,57
15 Pugung 53.609 9,24 229,83
16 Bulok 21.192 3,65 405,34
17 Cukuh Balak 23.188 4,00 170,99
18 Kelumbayan 10.822 1,86 89,44
19 Limau 17.665 3,04 73,11
20 Kelumbayan Barat 1.495 2,58 266,42
Tanggamus 580.383 100,00 200,98
Sumber :Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus, 2016.(Data diolah).
47
B. Gambaran Umum Kecamatan Sumberejo
1. Keadaan Geografis Kecamatan Sumberejo
Kecamatan Sumberejo adalah salah satu dari 13 kecamatan yang ada di
Kabupaten Tanggamus. Kecamatan Sumberejo memiliki 13 Desa/ Pekon
diantaranya Margoyoso, Dadapan, Margodadi, Agropeni, Sumber Mulyo,
Wonoharjo, Tegal Binangun, Sidomulyo, Sumberejo, Kebumen,
Agromulyo,Sidorejo dan Simpang Kanan. Kecamatan Sumberejo berpusat
pada DesaSumberejo. Kecamatan sumberejo merupakan salah satu
kecamatan yang memberikan kontribusi cukup besar dalam produksi sayur-
mayur di Kabupaten Tanggamus.(Badan Pusat Statistik Kabupaten
Tanggamus, 2016).
Batas administratif Kecamatan Sumberejo diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pulau Panggung.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Lindung.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pulau Panggung.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Gisting.
2. Keadaan Demografi Kecamatan Sumberejo
Jumlah penduduk Kecamatan Sumberejo pada tahun 2017 sangat fluktuatif
namun merata di tiap daerahnya. Persebaran penduduk merata berdasarkan
luas wilayah dari tiap desa. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8 yang
48
menunjukkan terdapat tiga desa yang memiliki jumlah penduduk terbanyak
namun dengan merata di tiap daerahnya yaitu, Desa Margoyoso dengan
proporsi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.676 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sebanyak 2.554 jiwa. Desa Dadapan dengan proporsi
jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.140 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan sebanyak 2.021 jiwa. Desa Simpang Kanan dengan proporsi
jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.452 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan sebanyak 1.360 jiwa. Ketiga desa tersebut dapat dilihat bahwa
persebaran penduduk di Kecamatan Sumberejo di dominasi dengan jumlah
proporsi penduduk laki-laki yang lebih banyak di bandingkan proporsi jumlah
penduduk perempuan.
Tabel 8. Jumlah penduduk Kecamatan Sumberejo menurut jenis kelamin,
2017
No Pekon/Desa Laki-laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
Jumlah
1 Margoyoso 2.676 2.554 5.230
2 Dadapan 2.140 2.021 4.161
3 Simpang Kanan 1.452 1.360 2.812
4 Margodadi 1.395 1.316 2.711
5 Agropeni 1.300 1.253 2.553
6 Sumber Mulyo 892 885 1.777
7 Wonoharjo 963 871 1.834
8 Tegal Binangun 722 717 1.439
9 Sumberejo 1.101 1.061 2.162
10 Sidomulyo 1.178 1.112 2.290
11 Kebumen 940 853 1.793
12 Agromulyo 1.005 910 1.915
13 Sidorejo 1.147 1.139 2.286
Jumlah 16.911 14.863 15.604
Sumber :Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus, 2017.
49
Jumlah dusun yang ada di tiap-tiap desa yang ada dalam desa di Kecamatan
Sumberejo pun beragam. Jumlah dusun dan RT (Rukun Tetangga) di
Kecamatan Sumberejodari tiapdesa dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 dapat dilihat bahwa rata-rata dusun dan RT yang dimiliki tiap-
tiapdesa di Kecamatan Sumberejo adalah sebanyak 3 dusun dan 11 RT.
Banyaknya rukun tetangga yang dimiliki menunjukan bahwa keanekaragaman
masyarakat dalam suatu daerah masih tinggi, sehingga membutuhkan tokoh
pemipin yang ada pada masyarakat. Keanekaragaman juga menunjukkan
harmoni hidup sosial yang ada pada suatu wilayah.
Tabel 9.Banyaknya dusun, dan RT menurut desa, Kecamatan Sumberejo 2017
No Pekon/Desa Luas (km²) Dusun
(buah)
RT
(buah)
1 Margoyoso 344,30 5 23
2 Dadapan 1.215,74 7 22
3 Simpang Kanan 389,04 3 15
4 Margodadi 1.215,74 5 12
5 Agropeni 320,95 4 11
6 Sumber Mulyo 311,23 4 11
7 Wonoharjo 189,65 3 10
8 Tegal Binangun 311,23 2 3
9 Sumberejo 367,64 4 9
10 Sidomulyo 291,78 4 12
11 Kebumen 213,97 3 10
12 Agromulyo 213,97 3 7
13 Sidorejo 291,78 3 10
Jumlah 5.677,02 50 155
Sumber :Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus, 2017.
50
3. Gambaran Umum Pertanian Kecamatan Sumberejo
Kecamatan Sumberejo memiliki topografi wilayah bervariasi antara dataran
rendah dan dataran tinggi, yang sebagian merupakan daerah berbukit sampai
bergunung. Potensi sumber daya alam yang dimiliki Kecamatan Sumberejo
sebagian besar dimanfaatkan penduduk Kecamatan Sumberejo untuk kegiatan
pertanian. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan lahan yang ada di
Kecamatan Sumberejo pada Tabel 10.
Tabel 10. Luas Kecamatan Sumberejo berdasarkan penggunaan tanah 2017
No Penggunaan Luas
(km2)
Persentase
(%)
1 Persawahan/Rice Field 820,00 14,44
2 Ladang/Tegalan 796,00 14,02
3 Pekarangan/ Lawn 596,00 10,50
4 Perkebunan Rakyat/ Plantation 1.418,00 24,98
5 Kolam 28,00 0,49
6 Lainnya 2.019,00 35,56
Jumlah 5.677,00 100,00
Sumber :Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus,2017.
Tabel 10 dapat dilihat bahwa sebagian besar lahan yang ada di Kecamatan
Sumberejo digunakan pada sektor pertanian. Presentase tertinggi ada pada
penggunaan dalam lahan perkebunan sebesar 24 persen. Hal ini menunjukkan
masyarakat masih banyak yang bermata pencaharian di sektor pertanian.
Penduduk yang berada di Kecamatan Sumberejo selain bermata pencaharian
sebagai pada sektor pertanian, juga bermata pencaharian lain diluar sektor
pertanian, seperti supir, pedagang,nelayan, buruh, PNS dan juga TNI-Polri .
51
Luas lahan yang usahakan pada sektor pertanian di Kecamatan Sumberejo
terdiri atas beberapa jenis lahan diantaranya lahan sawah, lahan kebun,
kolam,dan lain-lain. Pada pembagiannya luas lahan yang diusahakan dibagi
menjadi lahan kering dan basah. Lahan basah terdiri atas sawah dan kolam,
sedangkan lahan kering terdiri atas kebun, ladang, tegalan dan lain-lain.
Persebaran lahan basah dan kering dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Luas lahan sawah dan bukan sawah/lahan kering menurut desa
Kecamatan Sumberejo 2017
No.
Pekon/Desa Luas (km²)
Lahan
sawah
(ha)
Lahan
kering
(ha)
1 Margoyoso 344,30 67,00 73,00
2 Dadapan 1.215,74 145,00 605,00
3 Simpang Kanan 389,04 53,00 198,00
4 Margodadi 1.215,74 105,00 12,00
5 Agropeni 320,95 115,00 10,00
6 Sumber Mulyo 311,23 32,00 40,00
7 Wonoharjo 189,65 45,00 370,00
8 Tegal Binangun 311,23 37,00 138,00
9 Sumberejo 367,64 150,00 5,00
10 Sidomulyo 291,78 175,00 185,00
11 Kebumen 213,97 20,00 158,00
12 Agromulyo 213,97 70,00 70,00
13 Sidorejo 291,78 55,00 103,00
Jumlah 5.677,02 1.069,00 1.967,00
Sumber :Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus, 2017.
52
C. Gambaran Umum Desa Simpang Kanan
1. Keadaan Geografis Desa Simpang Kanan
Desa Simpang Kanan merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Sumberejo Kabupaten Tanggamus. Luas desa sebesar 40 Ha. Desa Simpang
Kanan terdiriatas 3 dusun yaitu Dusun Simpang Kanan, Simpang Rejo, dan
Margo Mulyo. Desa Simpang Kanan memiliki akses yang sangat mudah
baik menuju kecamatan maupun keluar kabupaten. Desa Simpang Kanan
diapit oleh Pasar Gisting dan Pasar Dadapan oleh karena itu sangat mem-
permudah roda perekonomian masyarakat. Desa Simpang Kanan juga
memiliki jalan utama yang membelah desa yang dilewati angkutan umum
dan barang, sehingga mempermudah mobilitas masyarakat dalam melakukan
kegiatan sehari-hari. Kondisi agroklimat yang mendukung karena berada
pada kaki Gunung Tanggamus yang beriklim sejuk juga menjadikan Desa
Simpang Kanan sangat cocok untuk melakukan kegiatan usahatani. Hal ini
yang membuat Desa Simpang Kanan sangat potensial.
Batas administratif Desa Simpang Kanan adalah sebagai berikut :
a. Batas Utara berbatasan dengan Desa Sumber Mulyo.
b. Batas Selatan berbatasan dengan Desa Campang.
c. Batas Timur berbatasan dengan Desa Wonoharjo.
d. Batas Barat berbatasan dengan Desa Dadapan.
53
2. Keadaan Demografi Desa Simpang Kanan
Penduduk Simpang Kanan berdasarkan pencatatan oleh aparat desa, hingga
tahun 2017 tercatat terdapat 828 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk
3302 jiwa. Masyarakat Simpang Kanan sebagian besar bersuku jawa.
Masyarakat Desa Simpang Kanan memiliki persebaran yang memusat pada
Dusun I. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Sebaran jumlah penduduk Simpang Kanan menurut jenis
kelamin,2017.
No Dusun Laki-laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
Total
(jiwa)
1 Dusun I 897,00 944,00 1.841,00
2 Dusun II 457,00 498,00 95,00
3 Dusun III 261,00 245,00 50,00
Jumlah 1.615,00 1.687,00 3.302,00
Sumber :Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus, 2017.
Tabel 12 dapat dilihat bahwa penduduk banyak yang tinggal pada Dusun I.
Penduduk tinggal pada Dusun I karena dekat dengan akses jalan utama yang
membelah desa sehingga memudahkan dengan mobolitas mereka dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Penduduk lain tinggal di Dusun II dan Dusun
III.
Penduduk Desa Simpang Kanan masih sangat tradisionil dan menjadikan
sektor pertanian sebagai sandaran hidup. Hal ini ditunjukan dengan
banyaknya masyarakat Desa Simpang Kanan yang bermata pencaharian
sebagai petani. Sektor pertanian masih sangat diandalkan masyarakat
54
Simpang Kanan dalam menggantungkan hidupnya. Hal ini didukung dengan
topografi dan kondisi agroklimat yang sangat mendukung di Desa Simpang
Kanan sehingga potensial dalam melakukan kegiatan usahatani sayuran dan
perkebunan
3. Gambaran Umum Desa Simpang Kanan
Sebagai sektor utama penyumbang pendapatan masyarakat Desa Simpang
Kanan, Sektor petanian sangat memegang peranan dalam kehidupan
masyarakat. Usahatani yang umumnya dilakukan oleh masyarakat adalah
usahatani sayuran perkebunan dan peternakan dengan luas lahan yang
diusahakan sebesar 30 ha untuk lahan perkebunan dan 75 ha untuk lahan
peternakan.
Luas lahan yang ada di Desa Simpang Kanan didominasi pada lahan kering
seperti perkebunan, tegalan atau ladang dan lain-lain. Masyarakat banyak
yang melakukan kegiatan usahatani mereka pada lahan kering hal ini
dikarenakan topografi daerah di Simpang Kanan berbukit sehingga penduduk
memiliki lahan perkebunan di dekat kaki Gunung Tanggamus. Beberapa
lahan sawah pun ada yang tersebar di beberapa desa tetangga seperti Desa
Wonoharjo oleh sebab itu petani banyak yang memiliki lahan yang tersebar
tidak hanya pada lahan yang ada di desa namun beberapa petani juga memilki
lahan di desa lain.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian usahatani terung ungu di Desa Simpang Kanan
Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus memberikan beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Usahatani terung ungu di Desa Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo tahun
2017 menguntungkan dengan pendapatan usahatani terung ungu sebesar Rp
8.764.619,44/ ha dengan nilai R/C atas biaya total yaitu 1,90.
2. Sistem tataniaga terung ungu di Desa Simpang Kanan terdiri dari satu
saluran yaitu : Petani - Pedagang Pengumpul Desa – Pedagang Besar –
Pedagang Pengecer – Konsumen Akhir. Saluran pemasaran terung ungu
yang ada di Desa Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo tidak efisien.
104
B. Saran
Adapun saran yang di berikan untuk kegiatan usahatani dan pemasaran terung
ungu di Desa Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo yaitu sebagai berikut :
1. Dalam kegiatan pemasaran sebaiknya lebih dapat meningkatkan kapasitas
personal setiap petani terung ungu agar mampu membuka akses pasar secara
langsung, minimal sampai pada pedagang pengecer yang ada di ibukota
Provinsi Lampung (Bandar Lampung) sehingga jumlah keuntungan yang
mereka dapat peroleh lebih meningkat dibandingkan bila banyak lembaga
pemasaran yang terlibat di dalamnya.
2. Melihat permasalahan yang ada di lapangan, penulis menyarankan agar petani
terung di Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo bersatu dalam penjualan
terung ungu dengan membentuk organisasi penjualan atau kelompok tani atau
koperasi sehingga akan membentu petani dalam mengkoordinir tataniaga
terung ungu dan dalam penentuan standar harga terendah.
3. Mengharapkan adanya penelitian lanjutan dalam melengkapi informasi yang
tidak terdapat dalam penelitian ini.
1
DAFTAR PUSTAKA
Azzaino, Z. 1983. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Ilmu-ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Balai Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten
Tanggamus. 2017. Profil dan Database Penyuluhan Pertanian
Kabupaten Tanggamus. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan Kabupaten Tanggamus. Tanggamus.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2016. Lampung dalam Angka. Badan
Pusat Statistik. Lampung.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus. 2016. Lampung dalam Angka.
Badan Pusat Statistik. Tanggamus.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2017. Tanggamus dalam Angka.
Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus. 2017. Sumberejo dalam Angka.
Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2014. Tanggamus dalam Angka.
Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Canita, P.L. 2017. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah
Tangga Petani Pisang di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.
Skripsi. Universitas Lampung.
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus. 2016. Daftar
Harga Pasar Kabupaten Tanggamus. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kabupaten Tanggamus. Tanggamus.
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung. 2017.
Perkembangan Produksi dan Luas Lahan Terung Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Lampung 2014-2016. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi Lampung. Lampung.
2
Febriani, I. 2011. Analisis Efisiensi Tataniaga Terung ( SolanumMelongena) di
Kecamatan Kuranji Kota Padang. Skripsi. Universitas Andalas.
Febriansyah, D. 2012. Analisis Usahatani Terung (Solanum Melongena) di
Kecamatan Kuranji Kota Padang. Skripsi. Universitas Andalas.
Firdaus, M. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 2. Salemba 4. Jakarta.
Foodreference, 2010. eggplant. Available at:
http//:www.foodreference.com/html/arteggplant2.html. Accessed at
17/10/2017
Hadiatna, E. 2007. Mari Kita Bercocok Tanam Terong Jepang. PT Sinergi
Pustaka Indonesia. Bandung.
Hanafiah dan Saefuddin. 1993. Tata Niaga Hasil Perikanan. Universitas
Indonesia. Jakarta.
. 1996. Tata Niaga Hasil Perikanan. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. CV Andioffset .
Hasibuan. 2006. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.
Hasyim, A.I. 2012. Tataniaga Pertanian. Diktat Kuliah.Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Hasyim, H. 2003. Analisis Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Terhadap
Program Penyuluhan Pertanian. Penelitian LP USU. Medan.
Hernanto, F. 2005. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hernanto, F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Herwindo, Rival. 2014. Kajian Jenis Kemasan dan Simulasi Pengangkutan
Terhadap Mutu Fisik Buah Terung (solanum melongenal.). Tugas Akhir.
Institut Pertanian Bogor.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2016. Laporan Data Kinerja
Kementerian Pertanian. Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Jakarta.
Kotler, P. dan G. Armstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jilid
1. Erlangga. Jakarta.
Mantra I. B. 2004. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yoyakarta.
3
Maryati, S. 2010. Pengaruh Orientasi Pasar Dan Kualitas Produk Terhadap
Kinerja Pemasaran Pada Industri Kecil Kerupuk Terung di Kota Semarang.
Universitas Negri Semarang. Semarang.
Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Pustaka LP3ES. Jakarta.
Novitasari, Y.D. 2014. Pemasaran dan Pendapatan Usahatani Cabai Keriting
Anggota dan Non Anggota Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan
Ciawi, Kabupaten Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Nyoto. 2016. Analisis Keuntungan Usahatani dan Sistem Pemasaran Jagung
Manis di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi.
Universitas Lampung.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2016. Litkaji bang diklat
luhrap.http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/index.php?bawaan=berita/ful
lteks_berita&&id_menu=3&id_submenu=14&id=313. Diakses 17 Oktober
2017.
Rahim, A dan D.R. Hastuti. 2008. PengantarTeori dan Kasus Ekonomika
Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Reynolds, V.B. 2017. Analisis Pendapatan dan Saluran Pemasaran Usahatani
Terong Belanda ( Solonacaea) Studi Kasus Petani di Desa Pulu-Pulu
Kecamatan Buntu Pepasan Kabupaten Toraja Utara Provinsi Sulawesi
Selatan. Skripsi. Universitas Hasanudin.
Rukmana, R. 1994. Bertanam Terung. Penerbit Kansius. Yogyakarta.
Safitri, M.D. 2013. Hama dan Penyakit Tanaman Terung (solanum
melongenal.) di Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor.
Samandi, B. 2001. Budidaya Terung Hibrida. Penerbit Kansius. Yogyakarta.
Saputra, J.E. 2017. Analisis Pendapatan, Risiko, dan Pemasaran Usahatani Jahe
di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi.
Universitas Lampung.
Soekartawi. 2002. Teori Ekonomi Produksi;Dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soetasad, A.A. dan S. Muryanti. 1999. Budidaya Terung Lokal dan Terung
Jepang. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhamadiyah Malang.
Malang.
4
Sugiarto. 2003. Teknik Sampling. Gramedia. Jakarta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung .
2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Sunarjono, H. 2013. Bertanam 36 jenis sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sundari. 2008. Landasan Pendidikan.: FKIP UMS. Surakrta.
Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Utami, P.P. 2016. Pendapatan dan Kesejahteraan Petani Jagung di Kecamatan
Ketapang Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi. Universitas Lampung.