Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DARI SISI KEPESERTAAN DI PUSKESMAS KEDAUNG
BARAT, KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014
Nurlaela Sari, Dumilah Ayuningtyas
1. Department of Health Administration and Policy, Faculty of Public Health 2. Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan dari SJSN terbentuklah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). BPJS Kesehatan merupakan transformasi dari perusahaan persero Askes (Asuransi Kesehatan) yang merupakan badan hukum penyelenggara program jaminan kesehatan. Adanya kesenjangan jumlah kunjungan antara pasien bukan peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional dengan peserta program Jaminan Kesehatan Nasional terutama peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional mandiri. Metode penelitian yang di gunakan menggunakan metode kualitatif dan pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam serta telaah dokumen untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesenjangan tersebut. Penelitian dilaksanakan dengan observasi awal di Puskesmas kedaung Barat pada bulan Maret-April 2014 di lanjutkan dengan pengambilan data primer di bulan Juni 2014.
Hasil penelitian menunjukan masih belum sampainya sosialisasi kepada masyarakat sehingga masyarakat kurang memahami tentang program Jaminan Kesehatan Nasional, terlihat dari cakupan kepesertaan program Jaminan Kesehatan Nasional masih sedikit. Agar sosialisasi dapat berjalan secara optimal diperlukan keseriusan dalam proses pelaksanaan sosialisasi dengan melibatkan seluruh stakeholder yaitu BPJS Kesehatan Cab. Tangerang, Dinkes Kab.Tangerang, terutama puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama serta melibatkan semua elemen masyarakat di wilayah Puskesmas Kedaung Barat.
Analysis of The Implementation a National Health Insurance Program In Terms Of Participation at Tangerang
District Health Centers West Kedaung 2014
Abstract
Social security systemis basically astate program that aims to provide certainty of protection and social welf are for all Indonesian people. To realize the goal of forming Social Security Social Security Agency (BPJS). BPJS Health is a transformation of tate-owned companies Askes (health insurance) which is a legal entity organizing the health insurance program. The gap between the number of visits the patient not national health insurance program with program participants, especially participants national health insurance program independently. The research method used qualitative method of data collection and use in-depth interviews and document review to determine the factors causing the gap. The research carried with preliminary observations on the West Kedaung health center in March-April 2014 continue with primary data collection in the month June 2014.
The results still indicate the arrival of socialization to the community so that people do not understand about national health insurance program, seen from the coverage is still a bit national health insurance program. That socialization may be optimize in need of seriousness in the implementation of the socialization process, involving all stakeholders, namely BPJS Health Kab. Tangerang, Kab.Tangerang health office, health center primarily as afirst-level health facilities and involves all elements of the community health centers in the region Kedaung West. Keywords: National health insurance program, membership, health center KedaungWest
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
2
PENDAHULUAN
Konsep dasar SJSN menurut Gani (2011) adalah perlindungan keuangan (financial
protection), terutama pada kondisi di mana orang mengalami sakit dan peristiwa yang
tergolong katatrospik seperti bedah jantung. Sekaya apapun, biaya penanganan penyakit
tersebut bisa memberikan dampak pemiskinan yang luar biasa bagi yang bersangkutan.
Menurut The World Health Report secara global, di perkirakan 150 juta penduduk setiap
tahun menderita yang tergolong katastropik, 100 juta di antaranya jatuh miskin akibat harus
membayar biaya pengobatan yang mahal (Gani, 2011).
Untuk mewujudkan tujuan dari Sistem Jaminan Sosial Nasional terbentuklah Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang merupakan badan penyelenggara yang berbentuk
badan hukum berdasarkan prinsip kegotong-royongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian,
akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan
dana jaminan sosial seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar
kepentingan peserta, seperti tertera dalam UU SJSN N0 40 tahun 2004 Bab III pasal 5, di
mana BPJS sendiri terdiri dari :
a. Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK) :
b. Perusahaan Perseroan (Persero) Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai
Negeri (TASPEN) ;
c. Perusahaan Persero (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(ASABRI) ; dan
d. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES) ;
Kepesertaan bersifat wajib merupakan salah satu prinsip dari tujuan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial sehingga pengaturan tentang kepesertaan ada di dalam
Peraturan Pemerintah (PP) No.101 Tahun 2012 tentang peserta Penerima Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 111 Tahun 2013 yang merupakan
perubahan dari Peraturan Pemerintah (PP) No. 12 Tahun 2013 di mana di dalamnya berisi
tentang peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan merupakan suatu badan
publik yang menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan di mana BPJS Kesehatan
merupakan bagian dari BPJS sendiri. BPJS kesehatan memulai pelaksanaannya pada tanggal
1 Januari 2014 melalui PT. Askes yang per tanggal 1 Januari berubah namanya menjadi
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
3
BPJS Kesehatan di mana UU BPJS memberikan kekeluasaan kepada PT.Askes melalui masa
peralihan terhitung mulai 26 November 2011 sampai dengan 31 Desember 2013. Sejak
dimulainya pelaksanaan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) banyak sekali permasalahan
yang ditemui tetapi peneliti merasa tertarik untuk menganalisis kesenjangan yang terjadi di
mana jumlah kunjungan pasien umum masih tinggi dibanding pasien yang menggunakan
BPJS Kesehatan Bukan PBI. Dengan demikian rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan tersebut baik dilihat dari input,
proses maupun output.
Tabel 1.1
Jumlah peserta BPJS Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang tahun 2014
No Bulan
Terdaftar sesuai
Data Base BPJS
BPI
Terdaftar BPJS
1 Januari 906.433 967.301
2 Februari 906.433 971.365
3 Maret 906.433 975.826
4 April 906.433 975.826
5 Mei 906.433 967.301 Sumber : Laporan BPJS 2014, UPT Jamkes Dinkes Kab. Tangerang
Tabel 1.2 Jumlah Kunjungan Pasien Umum, Pasien Peserta BPJS PBI, Pasien Peserta Bukan PBI
mulai Januari s/d Mei 2014
No Bulan Pasien
Umum
Peserta
BPJS PBI
Peserta BPJS
Bukan PBI
1 Januari 1503 887 3
2 Februari 2184 784 5
3 Maret 1917 948 20
4 April 1870 892 30
5 Mei 2969 934 57
Total 10443 4445 115
Sumber: Pengelola Jaminan Kesehatan Puskesmas Kedaung Barat
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
4
Dengan melihat data-data di atas peneliti melihat masih tingginya jumlah kunjungan
pasien umum dengan menggunakan biaya sendiri (Out of Pocket) yang bertentangan dengan
Visi dan salah satu Misi dari JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) sendiri yaitu Visi JKN
(Jaminan Kesehatan Nasional) di mana paling lambat sampai 1 Januari 2019, seluruh
penduduk Indonesia memiliki Jaminan Kesehatan Nasional untuk memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya
yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang Handal, Unggul dan Terpercaya, dan salah
satu Misi JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yaitu membangun kemitraan strategis dengan
berbagai lembaga dan mendorong pertisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan
Jaminan Kesehatan Nasional.
Untuk menganalisis pelaksanaan program di puskesmas banyak teori-teori yang
mendukung, salah satu teori tersebut yang dikembangkan oleh Sulaeman (2009), yang
mengemukakan bahwa tujuan dari analisis ini adalah untuk menemukan kelemahan dan
kekurangan yang ada dalam sistem pelayanan dan program kesehatan sehingga bisa
diperbaiki dalam tahun mendatang. Oleh sebab itu analisis situasi program dan pelayanan
puskesmas meliputi analisis terhadap Input (sumber daya puskesmas meliputi 7M+1I),
Proses, Output (hasil antara), Outcome (hasil akhir), Impact (manfaatdan dampak/efek),
Lingkungan.
Rumusan Masalah
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan merupakan suatu badan
publik yang menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan di mana BPJS Kesehatan
merupakan bagian dari BPJS sendiri. BPJS kesehatan memulai pelaksanaannya pada tanggal
1 Januari 2014 melalui PT. Askes yang per tanggal 1 Januari berubah namanya menjadi
BPJS Kesehatan di mana UU BPJS memberikan kekeluasaan kepada PT.Askes melalui masa
peralihan terhitung mulai 26 November 2011 sampai dengan 31 Desember 2013. Sejak
dimulainya pelaksanaan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) banyak sekali permasalahan
yang ditemui tetapi peneliti merasa tertarik untuk menganalisis kesenjangan yang terjadi di
mana jumlah kunjungan pasien umum masih tinggi dibanding pasien yang menggunakan
BPJS Kesehatan Bukan PBI. Dengan demikian rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi yang mempengaruhi kesenjangan tersebut
baik dilihat dari input, proses maupun output.
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
5
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif guna menggali informasi secara
mendalam mengenai penyebab dan faktor-faktor kesenjangan kepesertaan BPJS Kesehatan
dilihat dari jumlah kunjungan pasien umum dengan pasien peserta BPJS Kesehatan Bukan
PBI Mandiri di Puskesmas Kedaung Barat Kabupaten Tangerang mulai bulan Januari sampai
dengan Mei tahun 2014. Informasi diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap
informan kunci menggunakan instrumen yaitu peneliti sendiri dan pedoman wawancara
dengan bantuan alat tulis dan alat perekam. Adapun informan kunci dari puskesmas adalah
kepala puskesmas, pengelola JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang sebelumnya
memegang jaminan kesehatan terdahulu seperti Jamkesmas, Jampersal, Jamkesda dan kartu
sehat, serta pelaksana kesehatan wajib puskesmas yaitu : pelaksana kesehatan ibu dan anak
termasuk keluarga berencana, pelaksana imunisasi, pelaksana perbaikan gizi masyarakat,
pelaksana kesehatan lingkungan, dan pelaksana pengendalian penyakit. Untuk melengkapi
informasi yang diperlukan peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap informan dari
masyarakat yaitu pasien Puskesmas Kedaung Barat yang terdiri dari Bukan peserta BPJS
Kesehatan (pasien umum) dan Peserta BPJS Kesehatan Mandiri.
Tinjauan Teoritis
2.1. Konsep Puskesmas
Puskesmas berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 128/Menkes/SK/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat didefinisikan sebagai unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Sedikit berbeda dengan definisi Puskesmas
menurut Ditjen Binkesmas (2001) yaitu unit pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya.
2.1.1. Fungsi dan Kedudukan Puskesmas
Puskesmas berfungsi sebagai :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat.
3. Pusat kesehatan strata pertama, di mana tanggung jawab puskesmas meliputi pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan.
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
6
Kedudukan puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan elemen sistem
kesehatan dan pemerintah daerah, sebagai berikut :
a) Sistem kesehatan nasional
Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan starata pertama yang bertanggung jawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya.
b) Sistem kesehatan daerah
Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan
kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
c) Sistem pemerintah daerah
Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan
unit struktural pemerintah daerah bidang kesehatan di tingkat kecamatan.
d) Antar pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas berperan sebagai mitra bagi sarana pelayanan kesehatan strata pertama dan
pembina bagi sarana pelayanan kesehatan berbasis masyarakat.
Upaya Dan Asas Penyelenggaraan Puskesmas
a) Upaya kesehatan wajib
Upaya kesehatan wajib adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional,
regional, dan global, serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Upaya ini harus diselenggarakan oleh puskesmas yang meliputi : 1)
upaya promosi kesehatan, 2) upaya kesehatan lingkungan, 3) upaya kesehatan ibu, anak dan
keluarga berencana, 4) upaya perbaikan gizi masyarakat, 5) upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular, serta 6) upaya pengobatan.
b) Upaya kesehatan pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan
yang ditemukan di masyarakat dan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya ini
dapat dipilih dari upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yaitu : 1) upaya
kesehatan sekolah, 2) upaya kesehatan olahraga, 3) upaya perawatan kesehatan masyarakat,
4) upaya kesehatan kerja, 5) upaya kesehatan gigi dan mulut, 6) upaya kesehatan jiwa, 7)
upaya kesehatan mata, 8) upaya kesehatan usia lanjut, dan 9) upaya pembinaan pengobatan
tradisional.
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
7
Di samping itu diselenggarakan upaya pelayanan penunjang antara lain : 1) upaya
laboraturium medis, 2) upaya laboraturium kesehatan masyarakat, dan 3) upaya pencatatan
dan pelaporan puskesmas.
2.1 Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
2.1.1. Konsep Dasar Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Puskesmas
Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah
menetapkan bidang kesehatan merupakan salah satu kewenangan wajib yang harus
dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota. Penyelenggaraan kewenangan wajib oleh daerah adalah
merupakan perwujudan otonomi yang bertanggung jawab yang pada intinya merupakan
pengakuan/pemberian hak dan kewenangan daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang
harus dipikul oleh daerah. Tanpa mengurangi arti serta pentingnya prakarsa daerah dalam
penyelenggaraan otonominya dan untuk menghindari terjadinya kekosongan
penyelenggaraaan pelayanan dasar kepada masyarakat, daerah Kabupaten/Kota wajib
melaksanakan kewenangan dalam bidang tertentu termasuk di dalamnya kewenangan bidang
kesehatan.
Untuk menyamakan persepsi dan pemahaman dalam pengaktualisasian kewenangan
wajib bidang kesehatan di Kabupaten/Kota seiring dengan Lampiran Surat Edaran Menteri
Dalam Negeri No. 100/756/OTDA/tanggal 8 Juli 2002 tentang Konsep Dasar Penentuan
Kewajiban Wajib dan Standar Pelayanan Minimal maka dalam rangka memberikan panduan
untuk melaksanakan pelayanan dasar di bidang kesehatan kepada masyarakat di daerah telah
ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1457/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Yang dimaksud dengan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja
penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada
masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indikator, dan nilai (benchmark). Pelayanan
dasar kepada masyarakat adalah fungsi Pemerintah dalam memberikan dan mengurus
keperluan kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat.
2.2. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Dengan di mulainya pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang
pengelolaaannya melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional (BPJS) per tanggal 1
Januari 2014 sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem jaminan
Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
8
Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional (BPJS). BPJS Kesehatan yang merupakan badan
hukum publik yang di bentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan bagi
seluruh rakyat Indonesia, di mana mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya di bayar oleh
pemerintah.
2.3.1. Visi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Cakupan Semesta
2019
Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan
kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan
yang handal, unggul dan terpercaya.
2.3.2. Misi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong partisipasi
masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
2. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang efektif, efisien
dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal dengan fasilitas kesehatan.
3. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS Kesehatan
secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk mendukung kesinambungan
program.
4. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata kelola
organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja
unggul.
5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan evaluasi, kajian,
manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh operasionalisasi BPJS Kesehatan.
6. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.
Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, di mana peneliti ingin
mengetahui gambaran pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di puskesmas terutama
cakupan kepesertaan BPJS Kesehatan Non PBI. Di harapkan dengan penelitian ini dapat
menggali informasi secara mendalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional di
puskesmas, serta dapat mengidentifikasi penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan program Jaminan Kesehatan terutama cakupan kepesertaan BPJS Kesehatan
Non PBI. Bahan yang digunakan berupa buku bacaan, peraturan-peundang-undangan,
pedoman manajemen pelaksanaan, dan laporan. Untuk memperkaya literatur di lakukan
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
9
penelusuran literatur menggunakan media elektronik secara online menggunakan google
search menggunakan kata kunci Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tahun 2014.
2.3. Manajemen Sistem Terbuka
Manajemen sistem terbuka menurut Robbins (1994) dalam Sulaeman (2009)
mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Kepekaan terhadap lingkungan-Salah satu karakteristik dari sebuah sistem terbuka adalah
pengakuan adanya saling ketergantungan di antara sistem dan lingkungannya.
2. Umpan balik-Sistem terbuka secara terus menerus menerima informasi dari
lingkungannya.
3. Cylical Character-Sistem terbuka merupakan kegiatan yang berputar.
4. Negative Entropy-Istilah entropy merujuk pada kemungkinan dari sistem untuk menjadi
hancur atau menghilang.
5. Steady state-Masukan energi untuk menahan entropy dapat memelihara konsistensi
dalam pertukaran energi sehingga menghasilkan suatu keadaan yang relatif stabil.
6. Gerakan ke arah pertumbuhan dan ekspansi-Karakteristik steady state menggambarkan
sistem terbuka yang sederhana.
7. Keseimbangan antara mempertahankan dan menyesuaikan aktivitas-Sistem tebuka
berusaha untuk menyelaraskan 2 (dua) macam aktivitas yang sering kali saling
bertentangan.
8. Equifinality-Beragumentasi bahwa terdapat beberapa cara untuk mencapai tujuan
organisasi.
Penelitian analisa pelaksanaan program jamkesmas di puskesmas ini menggunakan
pendekatan sistem sesuai yang di tuturkan oleh Sulaeman (2009) antara lain yaitu
Masukan (input), Proses (Process), dan Hasil Antara (Output).
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
10
Kerangka Teori Penelitian
Kerangka konsep yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan teori yang ada,
walaupun dalam input di sesuaikan dengan kondisi di Puskesmas kedaung barat. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Kerangka Konsep Penelitian
INPUT
(MASUKAN
SUMBER DAYA)
1. Man 2. Money 3. Materials 4. Machines 5. Methods 6. Market 7. Minute/time 8. Information
(7M+I) 9.
Procces (Proses
Transformasi
Manajemen
(POAC/E)
dalam
pelaksanaan
program
Output
(hasil antara)
1. Cakupan Kepesertaan
2. Akses dan mutu pelayanan kesehatan
1. Ketersediaan SDM 2. Dana Iuran peserta BPJS
Kesehatan Non PBI mandiri
3. Manual pelaksanaan JKN-BPJS
4. Pedoman Standar Pelayanan Minimal
5. Puskesmas 6. Sarana dan prasarana 7. Sosialisasi
1. Sosialisasi dari puskesmas tentang pelaksanaan BPJS kesehatan
2. Sosialisasi dari BPJS Kesehatan Kabupaten Tangerang
Kepesertaan
Bukan PBI
mandiri
INPUT PROSES OUTPUT
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
11
METODE PENELITIAN
1.1 Metode Penelitian
Metode penelitian kualitatif merupakan ’payung’ dari berbagai teknik pengumpulan
data untuk mencari kebenaran melalui pengamatan, penjelasan, penginterpretasian, di mana
hasilnya muncul sebagai penjelasan dan bukan dalam bentuk angka, frekuensi kuantitatif
melainkan dalam bentuk naratif yang sifatnya interpretatif. (Wibowo,2014)
Penelitian ini di laksanakan dalam beberapa tahapan :
1. Pengumpulan data yang di bagi dalam dua tahap yaitu wawancara mendalam
secara langsung kepada informan untuk mendapatkan data primer dan telaah dokumen
untuk mendapat data sekunder yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang maupun Puskesmas Kedaung Barat.
2. Mempersiapkan panduan wawancara dan pertanyaan-pertanyaan yang akan di
sampaikan dalam wawancara mendalam
3. Membuat perjanjian terlebih dahulu kemudian persetujuan dan kesepakatan
sebelum melakukan wawancara
4. Menyiapkan check-list untuk memudahkan pewawancara dalam mengecek
agar tidak ada yang terlewatkan
5. Mengajukan pertanyaan tentang variabel yang sudah di tentukan
Melakukan Triangulasi data dan sumber
Penelitian di lakukan pada antara bulan Maret sampai April 2014 sebagai obsevasi awal
kemudian di lakukan kembali pada bulan Juni 2014 untuk pengambilan data primer. Lokasi
penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kedaung Barat Kabupaten Tangerang.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Tangerang
Kabupaten Tangerang merupakan salah satu wilayah di Propinsi Banten terletak di
bagian Timur Propinsi Bnaten pada koordinat 106º20-106º43’ Bujur Timur dan 6º20-6º20
lintang selatan dengan luas wilayah 959.60 km² dengan batas-batas wilayah :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa,
• Sebelah Timur berbatasan dengan DKI Jakarta, Kota Tangerang dan Kota
• Tangerang Selatan,
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Lebak,
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
12
• Sebelah Barat dengan Kabupaten Serang
Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang pada tahun 2012 adalah 2.941.150 jiwa yang terdiri
dari 1.509.767 jiwa laki-laki dan 1.431.383 jiwa perempuan, terjadi kenaikan bila
dibandingkan dengan tahun 2010. Kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang rata-rata 3.065
jiwa/km². (Sumber : BPS Kabupaten Tangerang), dengan penyebaran penduduk tidak merata,
kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi berturut-turut adalah Pasar Kemis, Kelapa
Dua dan Curug. Hal ini disebabkan wilayah kedua kecamatan tersebut merupakan daerah
kawasan industri, sedangkan Kelapa Dua merupakan pusat perdagangan dan Real estate
terbesar di wilayah Kabupaten Tangerang. Data dari BPS Kabupaten Tangerang
menunjukkan struktur penduduk di Kabupaten Tangerang termasuk struktur penduduk “usia
produktif” dengan 68,03% penduduk adalah kelompok umur 15-64 tahun, jumlah penduduk
berumur 0-14 tahun sebanyak 29,56% dan berumur >65 tahun adalah sebanyak 2,41%.
Sarana Kesehatan Dasar
Unit pelayanan kesehatan terdiri dari Puskesmas Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas), Rumah Sakit Umum dan unit pelayanan teknis kesehatan lainnya.
Setiap pembangunan unit-unit pelayanan yang ada, harus dapat memnuhi kriteria antara lain
memiliki akses keterjangkauan oleh masyarakat.
Situasi sarana kesehatan dasar di Kabupaten Tangerang pada tahun 2011 dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 5.2 Sarana Kesehatan di Kabupaten Tangerang
Tahun 2012
No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah
1 Rumah Sakit Umum Swasta 17
2 Rumah Sakit Pemerintah 2
3 Puskesmas DTP 7
4 Puskesmas Non DTP 35
5 Puskesmas Pembantu 40
6 Puskesmas Keliling 42
7 Puskesmas ISO 7
8 Puskesmas Pelayanan Prima 1
9 Puskesmas Poned 10
10 Praktek Dokter Umum 874*
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
13
11 Praktek Dokter Gigi 229
12 Praktek Dokter Spesialis 406
13 Praktek Bidan Swasta 601 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2012
Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan bagian terpenting di dalam peningkatan pelayanan
kesehatan, peningkatan kualitas harus menjadi prioriatas utama sehingga masyarakat
mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
Tabel 5.5 Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Pemerintah & Swasta
Tahun 2012
No Profesi Jumlah
1 Dokter Umum 1230
2 Dokter Gigi 334
3 Dokter Spesialis 380
4 Dokter Gigi Spesialis 82
5 Bidan 890
6 Perawat 740
7 Perawat Gigi 42
8 Apoteker 216
9 Asisten Apoteker 153
10 Nutrisionis 59
11 Sanitarian 41
12 Kesehatan Masyarakat 36
13 Terafis 60
14 Pranata Lab 13
15 Radiografer 20 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2012
Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas
Tabel di bawah ini memperlihatkan kondisi pelayanan pengobatan rawat jalan dan
rawat inap untuk masyarakat yang dilakukan di puskesmas selama Tahun 2011-2012 :
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
14
Tabel 5.6 Jumlah Kunjungan Pasien ke Pelayanan Pengobatan Berdasarkan Poli Umum dan Poli Gigi di Puskesmas
Tahun 2011 – 2012
No Kegiatan Cakupan
2011 2012
1 Jumlah Kunjungan Baru Rawat Jalan Umum 297.931 297.064
2 Jumlah Kunjungan Lama Rawat Jalan Umum 896.357 807.852
3 Jumlah Kunjungan Rawat Inap 6.551 3.211
4 Jumlah Kunjungan Baru Rawat Jalan Gigi 68.022 74.325
5 Jumlah Kunjungan Lama Rawat Jalan Gigi 51.665 55.818 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang
Tahun 2011 jumlah kunjungan baru rawat jalan umum adalah 297.931 (10,5%) dan di
tahun 2012 jumlah kunjungan baru rawat jalan umum adalah 297.064 (10,1%) masih di
bawah target kunjungan baru rawat jalan umum yaitu 15% dari jumlah penduduk sedangkan
jumlah kunjungan baru rawat jalan gigi tahun 2011 adalah 68.022 (2,4%) dan tahun 2012
mengalami peningkatan menjadi 72.329 (2,5%) tetapi masih belum mencapai target
kunjungan baru rawat jalan yaitu 4% dari jumlah penduduk. Data ini hanya kunjungan baru
yang dilayani di 42 puskesmas Kabupaten Tangerang dan belum termasuk dari kunjungan
baru di sarana kesehatan lainnya (RS, Klinik, Praktek Dokter Swasta, dll).
Untuk kunjungan rawat inap di 7 puskesmas DTP di Kabupaten Tangerang tahun
2011 adalah 6.551 (0,23%) dan di tahun 2012 menurun menjadi 3.211 (0,11%) masih di
bawah target rawat inap 1,5% dari jumlah penduduk.
Pelayanan Kesehatan Pada Masyarakat Miskin
Program Jamkesmas dan Jampersal
Dana pelayanan kesehatan penyelenggaraan Jamkesmas dan Jampersal bersumber
dari APBN Kementerian Kesehatan berupa Belanja Bantuan Sosial (Bansos). Tahun 2012,
dana pelayanan kesehatan dasar dan Jampersal yang diterima sebesar Rp. 33.688.849.000.
Dana pelayanan kesehatan yang ada dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan dasar bagi
peserta Jamkesmas dan Jampersal, berjumlah Rp. 10.096.573.000.
Jumlah peserta yang memanfaatkan Jamkesmas RJTP dan RITP pada tahun 2012
adalah laki-laki 176.991 jiwa dan perempuan 370.391 jiwa, dan pelayanan Jampersal
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
15
sejumlah persalinan normal 10.669 jiwa dan persalinan resti 343 jiwa. Hasil pemanfaatan
pelayanan kesehatan dari pelaksanaan Jamkesmas dan Jampersal dapat digambarkan sebagai
berikut
Tabel 5.8
Capaian Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
Peserta Jamkesmas Di Pelayanan Dasar Tahun 2011-2012
Tahun Pelayanan Kesehatan
Jumlah
Kunjungan
Rawat Jalan
Jumlah
Kunjungan
Rawat Inap
Jumlah Pasien
Jamkesmas Di Rujuk
(Org)
2011 607.305 1.850 17.582
2012 545.905 1.478 19.469 Sumber : UPT Pengelola Jaminan Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2012
Pada tahun 2012 target SPM untuk cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin sebesar 58%,
sedangkan target SPM untuk cakupan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin.
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kunjungan RJTP dan RITP,
namun terjadi peningkatan pelayanan rujukan peserta Jamkesmas. Hal ini, bisa terjadi
disebabkan, antara lain ; data peserta Jamkesmas tahun 2012 sudah tidak valid lagi, karena
yang dipergunakan adalah data Jamkesmas tahun 2008, sehingga banyak peserta yang sudah
meninggal, pindah, dll ; dengan bertambahnya Rumah Sakit PPK Jamkesmas dan semakin
banyak informasi yang diperoleh oleh peserta Jamkesmas tentang ruang lingkup pelayanan
kesehatan bagi peserta Jamkesmas.
Tabel 5.9
Kelompok Umur Peserta Jamkesmas Yang Memanfaatkan
Pelayanan Kesehatan Dasar Di Pelayanan Dasar Tahun 2011-2012
Kelompok Umur Penerima Manfaat Jamkesmas Thn 2011
< 1 1-5 6-12 13-18 19-64 65+
9.731 28.648 46.163 58.853 256.231 43.165 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2012
Kelompok Umur Penerima Manfaat Jamkesmas Thn 2012
< 1 1-4 5-14 15-44 45-64 65+
10.998 22.283 60.872 130.786 280.60 41.842 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2012
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
16
Program Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah)
Di luar peserta Jamkesmas, masih terdapat masyarakat miskin dan masyarakat tidak
mampu yang perlu mendapatkan pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu Pemerintah Kabupaten
Tangerang memperluas cakupan kepesertaan di luar kuota Jamkesmas melalui Jaminan
Kesehatan Daerah (Jamkesda) dengan tujuan untuk memperluas cakupan, akses dan mutu
pelayanan masyarakat miskin serta lebih mengoptimalkan pelayanan kesehatan masyarakat di
wilayah Kabupaten Tangerang khususnya dalam aspek pembiayaan kesehatan masyarakat.
Dana pelayanan kesehatan kepada masyarakat miskin dan kurang mampu di luar
peserta Jamkesmas bersumber dari APBD Pemerintah Kabupaten Tangerang dialokasikan di
dua SKPD yaitu Rumah Sakit Umum Tnagerang berupa Program Bansos (Bantuan Sosial)
dan Program Kemitraan Bantuan Pengobatan yang dikelola UPT Pengelola Jaminan
Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Tahun 2012, jumlah dana bantuan
perawatan bagi peserta kurang mampu (Jamkesda) yang dikelola Dinas Kesehatan sebesar
Rp. 8.616.206.500, jumlah dana tahun 2012 meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp.
4.635.755.000.
Pelayanan kesehatan peserta Jamkesda diberikan oleh Rumah Sakit berdasarkan PKS
(Perjanjian Kerjasama) dengan Dinas Kesehatan.Adapun pada tahun 2012, Rumah Sakit yang
menjalin kerjasama meningkat dibanding tahun 2011. Rumah sakit tersebut adalah
1) RSUPN Dr. Cipto Mangunkusomo
2) RSUP Fatmawati, RSUP Persahabatan,
3) RS DR Suharjo Heerjan,
4) RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita,
5) RS Anak dan Bunda Harapan Kita,
6) RS Sitanala,
7) RS Kanker Dharmais,
8) RSUD Balaraja,
9) RS DR Marzoeki Mahdi,
10) RSUS Siloam,
11) RS Paramita.
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
17
Gambaran Umum Puskesmas Kedaung Barat
Situasi Keadaan Umum Kecamatan Sepatan Timur
Kecamatan Sepatan Timur, terletak di Kabupaten Tangerang Propinsi Banten,
merupakan pemekaran dari Kecamatan Sepatan.Kecamatan Sepatan Timur mempunyai luas
wilayah 1.906 Ha, yang terdiri dari 8 desa yaitu : Kedaung Barat, Lebak Wangi, Jati Mulya,
Sangiang, Gempol Sari, Kampung Kelor, Pondok Kelor dan Tanah Merah. Di wilayah
Kecamatan Sepatan Timur terdapat42 RWdan 201 RT.
Pelayanan Kesehatan Wajib
Promosi Kesehatan
Kegiatan desa siaga yang telah dicanangkan sejak tahun 2008 adalah salah satu sarana
promosi yang paling efektif untuk meningkatkan kesadaran warga terhadap berbagai masalah
kesehatan. Saat ini di wilayah Kecamatan Sepatan Timur, terdapat 7 desa siaga, 7 diantaranya
dapat dikatakan aktif karena telah memiliki sarana pelayanan kesehatan yang rutin
melakukan kegiatan pelayanan kesehatan dan adanya kelompok masyarakat yang berperan
aktif.
Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan wadah bagi masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan balita serta mengetahui kesehatan balitanya
ditingkat dasar. Puskesmas Kedaung Barat memiliki 59 posyandu yang aktif melaksanakan
kegiatansetiap bulannya, dari jumlah tersebut sebanyak 51 posyandu adalah posyandu tingkat
pratama dan 8 posyandu tingkat madya.
Puskesmas Kedaung Barat sebagai puskesmas utama yang ada di wilayah Kecamatan
Sepatan Timur, disamping itu terdapat 1 puskesmas pembantu yang terletak di Desa
Kampung Kelor, 2 Polindes yang masing-masing terletak di Desa Gempol Sari dan Sangiang,
serta 59 posyandu dan 13 posbindu yang tersebar di seluruh wilayah Kecamatan Sepatan
Timur.
Dilihat dari kebutuhannya jumlah Posyandu yang ada saat ini belum mencukupi untuk semua
desa yang ada di wilayah Kecamatan Sepatan Timur.Ada wilayah yang lokasinya cukup jauh
dengan Posyandu yang ada, sehingga perlu dilakukan penambahan dari jumlah dan
peningkatan strataPosyandu yang ada saat ini.
Disamping itu, masih kurangnya jumlah kader dan kurangnya kesadaran masyarakat
untuk memanfaatkan posyandu, membuat kegiatan posyandu kurang optimal.
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
18
PEMBAHASAN
Manusia merupakan unsur terpenting dalam setiap dan semua organisasi, keberhasilan
organisasi mencapai tujuan dan berbagai sasarannya serta kemampuannya menghadapi
berbagai tantangan, baik yang sifatnya eksternal maupun internal, sangat di tentukan oleh
kemampuan mengelola sumber daya manusia dengan setepat-tepatnya (Siagian, 1991).
Kecukupan Sumber daya Manusia sangat berpengaruh terhadap suatu pelaksanaan
program pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan dalam pelaksanaan program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Dari hasil wawancara dengan informan di tingkat Puskesmas
Kedaung Barat di peroleh informasi sebagai berikut :
“...............terus terang saja di Puskesmas Kedaung Barat ini kurang mencukupi
karena untuk medisnya saja untuk dokter umum kita hanya punya 1 itu juga kontrak,
jadi menurut saya masih perlu mengusulkan untuk tenaga kesehatan ini itu pun sudah
saya lakukan, tapi walaupun itu merupakan kendala kita di sini tapi untuk memanage
bagaimana caranya kendala itu kita minimalisisr supaya masyarakat kita layani” (P-
1).
“...............kalau untuk di Kedaung Barat untuk pelayanan sudah cukup berjalan cuma
kita ada keluhan kita punya 1 dokter umum dan hanya punya 3 orang perawat,
seharusnya kita ditambah dokter umumnya kalau dokter gigi kita sudah cukup ada 2”
(P-2)
“..............di Puskesmas Kedaung Barat untuk tenaga kesehatan banyak tetapi untuk
dokter kurang karena hanya ada 1 dokter umum, terutama dokter umum dan perawat
kurang, dari ketenagaan kesehatan masih harus ada pelatihan-pelatihan supaya
terampil lagi untuk pelayanannya lebih maksimal” (P-3) .
“.............sejauh ini yang saya ketahui pelayanan itu yang lebih berperan dari sisi
medis dokter kebetulan di Puskesmas Kedaung Barat dokter umum cuma ada 1 dan
itu pun pegawai tidak tetap dan untuk pelayanan kan dari senin sampai sabtu full
sedangkan tenaga dokternya cuma 1 jadi sangat kurang sekali, kalau kendala
mungkin dari segi kapitasi pegawai sudah telat dalam kesejahteraan pelaksana dari
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) karena setahu kita dengan BPJS pasien lebih
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
19
meningkat tetapi untuk kesejahteraan pelaksana pelayanan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) sangat kurang” (P-4).
“............kalau bicara tenaga kesehatan di puskesmas sampai saat ini masih kurang
jumlah perawat, jumlah bidannya cukup” (P-5) (P-6)
“...........yang bisa kita lihat secara signifikan yaitu jumlah pasiennya semakin tambah
banyak, sebaiknya di iringi dengan bertambahnya staff, sehingga pasien tersebut
dapat dilayani dengan baik, yang bisa saya lihat di BP-BP lain kaya BP umum, BP
Anak dan apotik mereka agak kewalahan karena kekurangan staff” (P-8)
Berdasarkan petikan wawancara di atas di ketahui menurut infoman yang merupakan
top manager dan midle manager di Puskesmas Kedaung Barat bahwa ketenagaan di
puskesmas masih kurang terutama untuk tenaga medis dan paramedis yang merupakan
tombak pelayanan pengobatan terutama untuk pasien Peserta BPJS kesehatan di puskesmas.
Dari peserta BPJS kesehatan Non PBI mandiri mereka berpendapat bahwa untuk
ketenagaan mereka merasa sudah cukup terutama dari segi pelayanan kesehatan, berikut
petikan wawancaranya :
“............saya rasa cukup untuk pelayanan di puskesmas Kedaung Barat, pelayananya
cukup bagus (P-9) (P-10) (P-11)
Pendanaan
Selain tenaga kesehatan dan sarana, hal yang di butuhkan agar terlaksananya suatu
program kesehatan adalah Dana. Seperti halnya dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) di mana dana yang dimaksud adalah iuran, ada peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)
dan peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran di mana pada peserta yang Bukan Penerima
Bantuan Iuran harus membayar iuran untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan. Iuran adalah
sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh peserta, pemberi kerja, dan/atau pemerintah.
Seperti tercantum pada pasal 16 F dalam Peraturan Presiden RI No 111 tahun 2013, yang
berisi : Iuran Jaminan Kesehatan bagi peserta pekerja Bukan penerima upah dan peserta
bukan pekerja:
a. Sebesar Rp 25.500,00 (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah)per orang per bulan dengan
manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III.
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
20
b. Sebesar Rp 42.500,00 (empat puluh dua ribu lima ratus ribu rupiah) per orang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II.
c. Sebesar Rp 59.500,00 (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I.
Peneliti ingin mengetahui pengaruh Iuran untuk peserta BPJS kesehatan menurut
pelaksana program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Kedaung Barat.
Dari hasil wawancara, peneliti berpendapat bahwa iuran yang di tetapkan oleh
pemerintah masih terjangkau oleh masyarakat di wilayah Puskesmas Kedaung Barat hanya
tinggal merubah pola dan pandangan masyarakat tentang pentingnya jaminan kesehatan
terutama untuk membantu masyarakat meringankan biaya untuk pelayanan kesehatan.
Peneliti juga ingin mengetahui bagaimana proses klaim dari Dana Kapitasi dan non
kapitasi apakah dari mulai berjalannya program JKN-BPJS kesehatan mempunyai kendala
sehingga berpengaruh terhadap pelaksanaan pelayanan Kesehatan. Berikut petikan dari
wawancara mendalam:
“................kendalanya belum cair sementara kita pelayanannya daribulan Januari”
(P-1)
“................yang klaim kapitasinya lancar setiap bulan begitu juga yang non kapitasi”
(P-2)
Dari hasil wawancara mendalam di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa tidak ada
masalah dalam proses pelaporan dana kapitasi dan non kapitasi tetapi dana kapitasi sendiri
belum turun dari pemerintah ke bendahara FKTP di mana dana tersebut seluruhnya di
manfaatkan untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional pelayanan
kesehatan.
KESIMPULAN
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan program pemerintah yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan bagi seluruh rakyat
Indonesia, di mana mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya di bayar oleh pemerintah. Di harapkan
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
21
tahun 2019 kepesertaan pada Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini bisa mencakup
seluruh masyarakat Indonesia, hal tersebut bukan hanya tugas dari BPJS Kesehatan yang
merupakan Badan Penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Nasional tetapi merupakan
pekerjaan rumah bagi kita sebagai tenaga kesehatan terutama seluruh pelaksana pelayanan
dasar di puskesmas sebagai suatu unit pelaksana fungsional dan pusat pembangunan
kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Sebagai program yang baru berjalan yaitu mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari
2014, banyak kendala dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini.
Baik dari proses pelaksanaan yang rumit dan berbelit-belit, maupun alur proses pembuatan
kartu peserta yang banyak memakan waktu sehingga membuat masyarakat jadi memilih
sebagai peserta umum yang hanya tinggal membayar tanpa melalui proses panjang dan
berbelit. Serta proses sosialisasi yang belum berjalan optimal membuat proses informasi
mengenai program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) belum sampai kepada masyarakat
secara menyeluruh walaupun dari Dinas Kesehatan maupun puskesmas yang sudah
menyampaikan informasi secara terus menerus.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Kedaung Barat masih kurang terutama
tenaga medis/ non medis .
2. Besar iuran Jaminan Kesehatan belum menjadi hambatan yang berarti karena
masyarakat belum semuanya mengerti tentang besarnya iuran tersebut.
3. Belum turunnya dana Kapitasi dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
berpengaruh terhadap kegiatan operasional puskesmas.
4. Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sudah mengacu
pada Manual pelaksanaan JKN-BPJS kesehatan yang berisi kumpulan panduan praktis
layanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan peraturan pelaksanaannya, serta Standar
Pelayanan Minimal Puskesmas yang berisi pelayanan dasar kepada masyarakat yang
mencakup jenis pelayanan.
5. Fasilitas kesehatan di Puskesmas Kedaung Barat sudah cukup untuk memberikan
pelayanan dasar kepada masyarakat baik dari alat-alat kesehatan maupun obat-obatan,
tetapi ada sarana informasi yang kurang yaitu tidak adanya layanan internet untuk
memudahkan petugas entry data untuk memasukan data pasien peserta BPJS Kesehatan
secara secara online walaupun ada modem tapi dengan segala keterbatasannya
menghambat proses entry data.
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
22
6. Koordinasi dengan pengelola Program JKN Dinkes, lintas program maupun lintas sektor
dalam hal sosialisasi program JKN belum berjalan dengan baik. Dimana masih ada
beberapa petugas kesehatan pengelola program yang kurang paham akan Program JKN.
7. Proses sosialisasi dari Dinkes sudah berjalan walaupun belum optimal, sedangkan dari
BPJS cabang Tangerang belum ada sosialisasi ke puskesmas maupun masyarakat
langsung, sedangkan dari puskesmas sudah berjalan sosialisasi lintas sektor dan
masyarakat tetapi hasilnya belum maksimal itu bisa di lihat dari banyaknya masyarakat
yang belum memahami program BPJS Kesehatan.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah di sampaikan sebelumnya di atas, ada beberapa
saran dari peneliti yang ingin di sampaikan sebagai berikut:
1. Bagi BPJS Kesehatan Cabang Tangerang
a. Diharapkan petugas BPJS Kesehatan Cabang Tangerang melakukan sosialisasi ke
tingkat puskesmas maupun tingkat kecamatan, sehingga petugas puskesmas maupun
masyarakat lebih memahami tentang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
terutama untuk proses pembuatan kartu peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) serta hal-hal lain yang berkaitan dengan kepesertaan.
b. Adanya loket Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas ataupun di kecamatan
yang merupakan cabang dari BPJS Kesehatan Tangerang dimana berfungsi sebagai
loket yang bisa sebagai tempat pembuatan kartu peserta BPJS sehingga masyarakat
yang mau menjadi peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bisa langsung
mendaftar di loket tersebut.
2. Bagi Dinkes Kabupaten Tangerang
a. Melakukan sosialisasi mengenai Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ke
puskesmas maupun masyarakat secara berkesinambungan dan terkoordinasi dengan
baik untuk memperoleh hasil yang maksimal.
b. Adanya monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) dari semua bagian salah satunya kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri.
c. Mengoptimalkan kinerja tenaga kesehatan yang sudah ada, dengan cara pemberian
reward jika beban kerja meningkat atau lebih banyak dari biasanya, untuk mengurangi
kejenuhan serta meningkatkan kemampuan pegawai (refreshing) di lakukan rotasi antar
pemegang program.
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
23
3. Bagi Puskesmas Kedaung Barat
a. Melakukan sosialisasi secara berkesinambungan, terarah dan terpadu baik melalui lintas
program maupun lintas sektoral sehingga petugas puskesmas dan petugas kecamatan,
koramil, kepala desa maupun UPT lain memahami secara menyeluruh dari program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) beserta pelaksanaannya.
b. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat secara terus menerus dan terprogram, serta
melakukan pelatihan terhadap kader-kader pos yandu tentang Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang hasil pelatihan tersebut bisa langsung di sosialisasikan
kepada masyarakat.
c. Melakukan Evaluasi mengenai pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) terutama dari jumlah peserta BPJS Kesehatan Mandiri dengan cara
mengumpulkan data, selesai di olah kemudian di kirim ke Pengelola Program Jaminan
Kesehatan Dinkes Kabupaten Tangerang untuk evaluasi lebih lanjut.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Di harapkan dapat melakukan penelitian serupa dengan topik yang sama tetapi dengan
metode dan desain penelitian yang lebih lengkap sehingga menghasilkan penelitian
yang lebih bermanfaat.
b. Bisa di jadikan bahan acuan untuk proses penelitian selanjutnya.
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
24
DAFTAR REFERENSI
Adisasmito, W. (2010). Sistem Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Perkasa.
Azwar, A. (2010). Pengantar Administrasi Kesehatan (Edisi Ketiga). Jakarta :
Binarupa Aksara Publisher.
Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kulitatif. Jakarta : Rineke Cipta.
Bungin, B. (2010). Content Analysis dan Focus Group Discusion Dalam Penelitian Sosial. In B. Bungin (Ed.), Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers.
Malik, D. (2013). Tesis : Implementasi Kebijakan Bantuan OperasionalKesehatan (BOK) Di Puskesmas Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 – 2012. Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
Chairani, N. (2013). Tesis : Implementasi Kebijakan Program Jampersal Di Kota Bekasi Tahun 2012. Pasca Sarjana Universiatas Indonesia.
Dinkes Kabupaten Tangerang. (2012). Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2012. Tangerang : Dinkes Kabupaten Tangerang.
Gani, A. (2011). Investasi Masyarakat Menuju Rakyat Sejahtera. Jakarta : Republik.
Emzir. (2011). Metode Penelitian Kualitatif : Analisis Data. Jakarta : Rajawali Pers.
RI. (2004). Undang-Undang Nomor: 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
RI. (2011). Undang-Undang Nomor: 24 tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
RI. (2012). Peraturan Pemerintah Nomor: 101 Tahun 2012 Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.
Perpres. (2008). Peraturan Presiden Nomor: 44 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja, Tata Cara Pengangkatan, Penggantian dan Pemberhentian Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional.
Perpres. (2013). Peraturan Presiden Nomor: 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan.
Perpres. (2013). Peraturan Presiden Nomor: 111 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013.
Perpres. (2014). Peraturan Presiden Nomor: 32 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah.
Kemenkes. (2006). Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas. Jakarta : Ditjen Binkesmas Depkes RI.
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014
25
Kemenkes. (2008). Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabuapten/Kota. Jakarta : Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depkes RI.
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineke Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineke Cipta.
Permenkes RI No. 69 Tahun 2013. Jakarta : Kemenkes
Permenkes RI No. 71 Tahun 2013. Jakarta : Kemenkes.
Purnama, S. (2013). Hubungan Komponen Quality Of Work Life Dengan Kinerja Bidan Puskesmas Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu Di Kabupaten Bintan Tahun 2013. Skripsi, Universitas Indonesia.
Puskesmas Kedaung Barat. (2013). Profil Kesehatan Puskesmas Kedaung Barat Tahun 2013. Tangerang : Puskesmas Kedaung Barat.
Sabarguna, B.S. (2008). Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif. Jakarta : UI-Press.
Peraturan BPJS Kesehatan Nomor: 1 Tahun 2014 Tentang
SE Menkes RI No. HK/MENKES/31/1/2014. Jakarta : Kemenkes
SE Menkes RI No. HK/MENKES/31/1/2014. Jakarta: Kemenkes
Siagian, S.P. (1996). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara
Sutisna, E. (2009). Manajemen Kesehatan : Teori dan Praktik Di Puskesmas. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Wibowo, A. (2014). Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
RI. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor: 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
RI. (2009). Undang-Undang Nomor: 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
RI. (2010). Undang-Undang Dasar 1945.
UI. (2008). Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Universitas Indonesia. Depok : UI.
Analisis pelaksanaan program..., Nurlaela Sari, FKM UI, 2014