Analisis Kadar Pati Dan Serat Kasar Tepung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisis Kadar Pati Dan Serat Kasar Tepung

Citation preview

  • 'i: .

    L

    i

    ll

  • Jumal Zootek ("Zootek" Journat),Yo1.25:. i (Juli 2007) rssN 0852-2626

    JURNAL ZOOTEK ( "ZOOTEK" JOURNAL)INTERNATIONAL STANDARD OF SERIAL NUMBER

    (ISSN) 08s2-2626diterbitkan oleh (was published by)

    FAKULTAS PETERNAKAN, UNIVERSITAS SAM RATULANGI(Faculty of Animal Science, Sam Ratulangi University)

    MANADO _ INDOIIESIA

    PENASEHAT (CONSELOR)Prof. Dr.Ir. Dolfie Mokoagouw, MS

    PEMIMPIN PENGELOLA /EDITOR (CHIET IN EDITORIATMANAGEMENT)

    Prof. k. Vicky V. J. Panelewen, M.Sc.,PhD

    DEWAN PENYTINTTNGProf.Dr.Ir.I.M. Nitis, MSc, Prof.Dr.Ir.D.A.Kaligis,DEA;Prof.Dr.Ir.B.Tulung,DEA;

    Prof.Dr.Ir.L.W.SondaktLMEc.,Prof.Dr.Ir.D.R.Mokoagouw,MS., Prof.Drh.Budiarso,MSc.,Prof.Ir.V.V.J.Panelewen,MSc,PhD.Prof.Dr.Ir.M.Najoan,MS., Dr.Ir.F.N.Sompie,MS,

    Dr.Ir.H.Kiroh,MS.,Dr.Ir.Ch"Kaunang,MS.,Dr.Sri Adiani, Dr.Endang Pudjiastuti.,Dr.F.S. Oley,MS

    TIM PENGELOLA/ EDITOR (EDITORIAL MANAGEMENT TEAM)Ir.Jola J. M. R. Londok, MSi, dan lr.Umar Paputungan,MSc.

    ADMINISTRASI (STATF OFFICERS)Ir. S.K" Dotulong

    Jumal Zootek (ISSN 0852-2626) terbit 2 kali setahun. Iiarga langganan Rp. 30.000 per edisi atau Rp. 60.000 pertrhun. Redaksi menerima sumbangan tulisan/karya ilmiah hasii-hasil penelitian di bidang ilmu ptemakan danatau yary terkait dengan petemakan, yang belum pemah dipublikasikan dalam jumal lainnya ("Zootek" Journal(ISSI{ 0852-2626) is published secondly (every 6 months) per year. The annual price of customer is fu. 6A,000or Rp. 30,00A per edition. Team receives original papers both in animal sciences or animal husbanfuy, whichwere not published by other Journal\

    Alamat Redaksi (Business Oflice Address)Faku ltas Peternakan, Universitas Sam Ratulan gi

    Kampus Unsrat Bahu-Manado Sulawesi Utara, 95115Telp. (0431)-863186

    I

  • Jurnal Zootek (" Zoote k,, Journal),

    Daftar isi (Contens)

    Vol.25: ii(Juli 2007)

    DAFTAR ISI (CONTENTS)

    rssN 0852-2626

    1' Analisis Keuntungan Petani ranaman,Pangan di Kabupaten Minahasa Selatan. (profitAnalysis of The Food prant Farmer in South Miiahasa n"gi"r). r.r. Lumi; r01_il2.2' Analisis Kinerja Komoditi sub Sektor Peternakan Sapi di Kabupaten Minahasa Selatan.(Performance Analysis of Beef cattre commodity in T";;h Minahasa Regency). M.A.v.lllanese; ll3-122.3' Analisis Potensi Pengembangan Ternak.sapi Ditinjau dari pemilikan sumberdaya LahanPetani di Kabupaten.Minahasa. (Potential Analysis or n."r cuttle Development Related to

    ff;lr*:""ce ownership of Farmeis in Minahasa"Reg"n"yl. l*r.a.v. Manese dan T.F. Lumi;4' Efektivitas L'-1i"-Tl"rian Implan Progesteron Intravaginal terhadap penampilanEstrus Kambing PE' (Effectivity of The D,raion

    "rirt "*gi*l progesterone Inplantation onIl;.urour

    Performance of Etrawah Grade Goats.). Lentji rurlny xgungi dan Deyv pijoh; r34_

    5' Efisiensi Penggunaan Ransum Broiler .yang Mengkonsumsi omega-3 dari BerbagaiSumber Minvak lkan- (Ration Feed Efficiency-of B.li;;ffiuming omega-3 of Different

    #:..'in Fish oir)- Jora J.M.R Londok, n.i.v. i;;;;;;an John E.G. Rompis; l4r-6' Lama Inkubasi pada pembuatan Terur Asin_ dengan Dry pucking yang MenggunakanInkubator terhadap Kadar Air, nilai pH dan Jumlih xolo'oi Bakteri. (Incubation period ofEgg Dry Packing Process using Incuilator on water content, pH and Bacterial colonies)Surtijono E. Siswosubroto dan i. Tio"ogoo; l4g-156.7' Penampilan Ternak Kuda Penarik Bendi di Kecamatan Kawangkoan KabupatenMinahasa' (Performance of Horse Drawing cr*i"g.-riiiiu*gLou, District, Minahasa8' Pendekatan Pola Kemitraan Peternakan Broiler dalam Menunjang Agribisnis diKabupaten Minahasa' (collaboration epp.o".r, on Broiler na.m supporting Agribusiness inMinahasa Regency). Jeane pandey Oan l.t

  • Jurnal Zootgk (" Z o ot e k " J ou rn a[), Y o1.25 : 21 4-226 (Juli 2007) rssN 0852-2626

    SISTEM PEMASARAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN MINAHASADAN PERAN PEMERINTAH

    Femi H. El['.tFakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115.

    ABSTRAK

    Ternak sapi selain berperan sebagaisumber bahan pangan berupa daging, jugamerupakan sumber pendapatan petanipeternak khususnya dan pendapatandaerah pada umumnya. Ternak sapi diMinahasa mempunyai masa dePan danpotensi pasar yang menggembirakan-Namun permasalahan yang dihadaPiadalah sistem pemasaran yangmenyebabkan pendapatan petani peternaklebih kecil. Tujuan penelitian ini untukmengetahui bentuk sistem pemasaran danmempelajari sejauhmana peranpemerintah dalam rangka pemasaranternak sapi. Hasil penelitian menunjukkanpetani peternak sapi menjual ternak sapikarena adanya kebutuhan keluarga.Sistem pemasaran ternak sapi di Minahasaberbeda-beda untuk setiap petani peternaksapi. Sistem pemasaftm ternak sapitersebut melalui pedagang (pengumpuldan tukang potong) maupun petani lain.Pedagang yang dimaksud adalahpedagang lokal maupun pedagang luardaerah. Transaksi penjualan ternak sapibaik melalui pedagang, tukang potongatau petani lainnya selalu menggunakanperantara. Hasil penelitian menunjukkanbahwa usaha ternak sapi sangat membantupetani peternak dalam menunjangpendapatan mereka; Sistem pemasarantemak sapi di Minahasa cukup panjangmenyebabkan pendapatan petani peternaklebih kecil; dan berlakunya kebijakanpemerintah dalam rangka otonomisasidaerah dapat memproteksi pengeluarantemak ke luar daerah.

    Kata Kunci: Sistem pemasaran saPi,Kabupaten Minahasa, Peranpemerintah.

    ABSTRACT

    MARKETING SYSTEM OF FARMINGCATTLE IN MINAHASA REGENCYAND T}M ROLE OF GOVERNMENT.Beef cattle play role as sources of meatand farmer income specifically, andgovernment income generally. Beef cattlein Minahasa regency had future potential.However, the problems were includingmarketing system causing low farmerincome. The objective of this researchwas to evaluate the role of governmentinvolving beef cattle marketing inMinahasa regency. Research showed thatfarmers raising beef cattle sold theiranimals due to needs of house family.Marketing s)Etem of furming cattle inMinahasa differed among beef cattlefarmers. Those marketing systems weredone involving sellers collecting cattle orinvolving other farmers. Sellers consistedofeither local sellers or inter local sellers.Sell transaction could involve indirectedsellers, abatoir persons, and hrmers.Research indicated that beef cattlefarming was able to support farmer'sincome. Marketing system of farmingcattle in Minahasa regency involving longchain causing low income of beef cattlefarmers. Application of governmentwisdom under local state autonomy couldprotect solling animals out of the localcoverage area.Keywords: Marketing system" Beef cattle,

    Minahasa Regency, Governmentrole.

    ' Jurusan Sosial Ekonomi

    214

  • rssN 0852-2626

    11. Potensi Penggmbangan Agribisnis Peternakan sapi Potong di sulawesi utara' (Agribusiness

    Development potenf,af of "Beef Cattle in Notttt Srfu*"si Province ) Jolyanis Lainawa; 203-

    213.

    12. sistem Pemasaran Ternak Sapi di Kabupaten Minahase dan Peran Pemerintah' (Marketing

    System of Farming iattle In Minahasa ne-gencv and Role of Government)' Femi H' Elly; 214-226. j *

    13.StatusFisiologidanEfisiensiReproduksiAyamKampungFaseBertelur.melaluipenghambatrn f"oAomi llormon P"dkiil Penyebab N-aiuri Mengeram' (PhysiologicalStatus and n"p.oa*tirc ifli.i"n"y of fnaon"tian ilative Chicken Kept Under Inhibition ofProlactin Hormone During Brooding Period)' Umar Paputungan; 227-233'

    Jumal Zootek ( "7notek" Journal), Vol.25: iii(Juli 2007)

    petunjuk untuk penulis naskah (Direction for script writer) . . .

    111

  • Jurnal Zootek {" Zoot e k" Jour nal), Vol.25 : 21 L-226 (Juli 2007)

    PENDAIIULUAN

    Pembangunan subsektorpeternakan di Sulawesi Utaramerupakan bagian dari pembangunansektor pertanian. Subsektorpeternakan memiliki nilai strategisdalam memenuhi kebutuhan panganyang terus meningkat. peningkatankebutuhan pangan asal ternak adalahkonsekuensi bertambahnya jumlahpenduduk dan peningkatan rata-ratapendapatan masyarakat khususnyaSulawesi Utara. Keberhasilanpembangunan subsektor peternakantersebut mengakibatkan terdapatnyakecenderungan perubahan konsurnsimasyarakat. Sebelumnya masyarakatcenderung banyak mengkonsumsikarbohidrat, lambat laun bergeser kearah konsumsi protein hewani asalternak seperti daging, telur, susu.

    Ternak sapi berperan sebagaisumber bahan pangan berupa dagingyang merupakan sumber proteinhewani asal temak. Ternak sapimerupakan ternak sapi unggulanSulawesi Utara yang oleh pemerintahakan dijadikan sebagai ternakandalan Kabupaten Minahasamerupakan salah satu wilayah basisternak sapi di Sulawesi Utaramempunyai populasi ternak cukuptinggi dibanding Kabupaten lainyaitu merupakan urutan keduasesudah Bolaang Mongondow.Ternak sapi sudah lama dikenal olehmasyarakat Minahasa dan usahanyamerup akafi usaha f urun temurun.

    Peran ternak sapi di Minahasasangat menunjang pendapatan petani.Ternak sapi selain berperan sebagaisumber bahan pangan, juga sebagaias.set yang sewaktu-waktu duputdijual oleh perani apabila iau

    ISSN 0852-2626

    kebutuhan mendesak. Ternak sapiberfungsi sebagai tenaga kerja untukmengolah lahan petani sendiri jugadapat disewa oleh petani lain. Dalamhal ini tenaga kerja ternak sapimerupakan sumber pendapatanalternatif, Namun ternak sapi diMinahasa masih dipelihara secaratradisional disebabkan usaha ternaksapi yang ada hanya merupakanusaha sambilan. Artinya petanibelum memperhatikan tiga unsurkeberhasilan usaha ternak sapi.Ketiga unsur tersebut adalahbreeding, fe e ding dan management.

    Ternak sapi di Minahasamempunyai masa depan dan potensipasar yang menggembirakan. Dalamhal ini, ternak sapi selain dapatmemberikan tambahan pendapatanbagi petani peternak, ternak tersebutjuga merupakan sumber pendapatandaerah melalui perdagangan ternakantar pulau. Namun perdaganganantar pulau ternak sapi semakinberkurang bahkan tidak ada. Hal iniditur{ang oleh data yang ada baik diDinas Pertanian dan peternakanSulawesi Utara maupun DinasPerindustrian dan Perdagangarlbahwa perdagangan antar pulauternak sapi hanya sampai pada tahun2000 (Dinas Perindustrian danPerdagangaq Sulawesi Utara, 2002).Padahal banyak pedagang luarprovinsi yang membeli ternak sapi diMinahasa.

    Usaha ternak sapi merupakansuatu proses mengkombinasikanfaktor-faktor produksi berupa lahan,ternak sapi, tenaga kerja dan modaluntuk menghasilkan produkpeternakan. Keberhasilan usaha ternaksapi tergantung pada tiga unsur yaitubibit (breeding), pakan (feeding) dan

    215

  • Jurnal Zootek ( " Z oot e k " J ou r na[), Y o1.25 : 21 4-226 (Jul i 2007)

    pengelolaan (management). Padausaha ternak sapi tradisional yangpemeliharaannya secara ekstensifbelum memperhatikan ketiga unsurtersebut. Penelitian tentang usahaternak sapi di beberapa daerahmenunjukkan bahwa sistempemeliharaan ternak sapi masihekstensif. Sistem pemeliharaan sapi dipulau Lombok menurut Mashur et al.(2004), sistem pemeliharaan ternaksebagian besar secara semi intensif(dikandangkan pada malam ha.t)hingga intensif (dikandangkansepanjang hari).

    Pemilihan bibit yang baik danperkawinan ternak belum menjadiperhatian bagi peternak. DiKacamatan Lolayan populasi ternaksapi pedet (0-1 tahun) hanya sekitar1.79 persen dari populasi sapi yangada (Sugeha 1999). Populasi saPianak baik jantan maupun betina diMaluku Utara sekitar 5.4 sampai 12.1persen dari populasi ternak yang ada.Sedangkan sapi dara dan jantan mudaberkisar 4.6 sampai 10.9 persen,dengan tingkat mortalitas 4.5 sampai5.8 persen (Hoda, 2002). Hal inimengindikasikan bahwa lajupertumbuhan populasi ternak lambatdisebabkan ternak sapi dewasadimanfaatkan sebagai tenaga keda.Menurut Santoso dan Tuherkih(2003), lambatnya perkembanganternak sapi potong disebabkan olehdua faktor yang bertentangan yaitupopulasi temak yang ada sedikitnamun disisi lain jumlah ternak sapiyang dipotong banyak.

    Salah satu cara mengatasiberkurangnya produktivitas hijauanmakanan ternak adalah dengandilakukannya sistem pertanamancampuran seperti yang pernah diteliti

    rssN 0852-2626

    Yuhaeni et al. (1983). Sistem tersebutmerupakan pola penanaman yanghrmanfaat bagi ternak maupuntanaman pangan.

    Ternak sapi dijual dalam bentukberat hidup, sehingga penangananhasil ternak belum dilalcukan olehpetani peternak. Penjualan ternakdilakukan apabila anggota keluargamembutuhkan uang cash untukkonsumsi atau investasi dalamusahanya, pendidikan maupunkesehatan. Di desa Kanonang IIKecamatan Kawangkoan penjualanternak sapi selain karena adakebutuhan keluarga juga bila ternaksudah tua dan afl

  • Jurnal Z,:.-c3ii ,, Z.:,trek"Journat), yol.25 :214.226 (Juli 2007) ISSN 0852-2626

    Tenaga kerja yang dialokasikanunruk usaha ternak adalah tenaga kerjaanggora keluarga. pekerjaan yangdilaltkan adalah memindahkan ternakdari lahan pertanian yang satu ke lahan)-ang lain. Pekerjaan tersebutdilakukan dua kali dalam sehari yaitupagi dan sore hari dan bila masihtersedia rumput atau limbah pertanianyang bisa dikonsurnsi ternak. Apabilaterjadi kekurangan rumput atau limbahmaka anggota keluarga mencariryryput ditempat lain yang agak jauhdari lokasi kebun atau pertanianmereka. A}tivitas ini terjadi di daerahmana saja sesuai laporan beberapapeneliti (Limbong, 1989; Sugelia,1999; Hoda, 2002 dansomb4 2003).

    Petani peternak di wilayahKabupaten Minahasa dapatrnengandalkan pendapatan yangbersumber dari usaha temaknyaBesarnya pendapatan bersumber dariternak sapi pada rumahtangga diKecamatan Lolayan KabupatenBolaang Mongondow berkisar antara29.0 sampai 42.0 persen dari totalpendapatan (Sugeha, 1999). Hasilpenelitian tersebut menunjukkanpendapatan petani petemak dari ternaksapi lebih besar dibanding dengan diKecamatan Lolayan Kontribusipendapatan berasal dari temak sapi diMaluku Utara berkisar 36.4 sampai39.9 persen (Hoda, 2002). Ternak dantanarnan adalah sumber utamarumahtangga pedesa^n di Saheliqnzones Afrika (Dutilly-Diane et al.,2003). Suatu lahan yang miskin unsurlwa, curah hujan tinggi dankurangnya sumber air irigas! wilayahtersebut mempunyai kzunggulankompaqatif untuk produksi ternak.Menurut Suwandi (2005), penerapanusahatani padi sawah-sapi potong pola

    CLS (Crap-Livestock System)meningkatkan produksi padi sebesar23.6 persen dan keuntungan sebesar14.7 persen lebih tinggi dibandingkandengan non-CLS. Analisis usahatanioleh Bamualim et al. (2004), bahwapenggemukan sapi sebanyak l0 ekordapat diperoleh keuntungan Rp 7.66juta selama satu period" peogg"mrkunatau sebesar Rp. 766.000 per ekordengan R/C rasio 1.34.

    Ternak sapi dapat juga berfungsiybagai penghasil pupuk yangbiasanya disebut dengan pupukkompos. Pupuk kompos merupakanhasil ikutan peternakan danbermanfaat untuk meningkatkanproduksi pertanian tanaman pangan.Lebih laqiut hasil ikutan petemakantersebut dapat digunakan sebagaisumber energi biogas. Hasil ikutanpetemakan ini bukan hanya dari ternaksapi potong tetapi juga dari ternak sapiperah (Hasnudi, 1991). Hal inimengindikasikan bahwa integrasiternak sapi dengan tanaman dapatmemberi manfaat bagi ternak tersebutmaupun bagi tanaman. Ternakmenghasilkan pupuk bagi peningkatanproduksi tanaman sedangkan tanamandapat rnenyediakan pakan hijauan bagitemak. Pupuk kompos dapatdimanfaatkan petani peternak diSulawesi Utara sebagai sumberpendapatan yang selama ini belummenjadi perhatian mereka. Hal initelah dimanfaatkan oleh petani diKabupaten Sragen (Suwandi, 2005).

    Ternak sapi merupakan plasmanutfrh yang potensial dan secaragenetik mempunyai kemampuanadaptasi tinggi terhadap lingkungantropis. Pertimbangan pemeliharaanternak sapi dapat dilalrukan denganmelihat peranannya terhadap

    217

  • Jurnal Zootek ( " Zo ot e k " J ou r na[), Y o1.25 ; 21 4-226 (Juli 2007)

    rumahtangga. Produktivitasnya dapatditingkatkan dengan melibatkanrumahtangga petani Peternak saPitersebut maupun Pemerintah.Peningkatan produktivitas dapatdilakukan dengan cara memperbaikiefisiensi produksinYa, antara lainmeningkatkan kelahiran Pedet,memperpendek jarak beranak danmempe{panjang masa produksi sertamengoptimalkan pengelolaanprogram perkawinarl gunapenyediaan bakalan.

    Berdasarkan latar belakang,yang menjadi pertanyaan bagaimanasistem pemasaran ternak saPi diMinahasa. Bagaimana kebijakanpemerintah dalam menghadaPimasalah sistem pemasaran ternak sapitersebut. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui bentuk sistem pemasarandan mempelajari sejauhmana Peranpemerintah dalam rangka pemasaranternak sapi. Penelitian ini diharapkandapat membantu petani Petemakdalam memasarkan ternak sapi, dansebagai bahan masukan bagipemerintah sebagai Pengambilkebijakan khususnya DinasKehewanan di Minahasa.

    MATERI DAh[ METODEPENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan diKabupaten Minahasa dengan metodesurvey. Data yang digunakan adalahdata primer dan data sekunder. Dataprimer diperoleh dengan carawawancara terhadap petani peternaksapi. Sedangkan data sekunderdiperoleh dari instansi-instansi yangterkait dengan penelitian ini.Kecamatan Kawangkoansebagai desa sampel ditentukan

    ISSN 0852-2626

    purposive sampling yaitu kecamatanyang mempunyai populasi temak sapiterbanyak dan terdapat pasar blantiksapi. Responden ditentukan secararandom sampling terhadaP Petanipeternak sapi yang memiliki jumlahternak 2 ekor dan pernah menjualternak sapi.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pemilikan TernakTernak sapi di Minahasa

    sebagian besar masih dipelihara secaratradisional. Dalam arti belummemperhatikan tiga unsurkeberhasilan usaha ternak Yaitubreeding, feeding dan management-Hat ini disebabkan usaha ternak sapiyang ada merupakan usaha sambilan.Petani peternak di Minahasamengawinkan ternak secara alamiNamur menggunakan Pejantan Yangbaik. Petani bersedia mengeluarkanuang untuk membayar Pejantan-Mereka berusaha mencari Pejantanterbaik untuk dikawinkan dengan sapibetinanya walaupun pejantan tersebutberada di desa lain. BiaYamengawinkan ternak sapi denganpejantan yang baik di Minahasa (sewapejantan) berkisar antara Rp 50.00G-Rp 125.000/sekali kawin. Menuruthasil wawancara, besarnya sewapejantan ditentukan berdasarkankondisi sapi betina. Bila sapi betina"bagus" (kulit putih licin tidak hitarn,kaki belakang simetris, ekor halusujung warna hitam, mempunyai tandadi dahi) maka biaya sewa pejantanlebih mahal.

    Jenis sapi (bangsa sapi) baik diMinahasa untuk setrap petani petemakberbeda-beda. Jenis sapi tersebutdiantaranya sapi PO, Sumba, Bacan,Bali dan Lokal. Sebagian besar

    2t8

  • Juma.l Ztr,aek | "Zrxtrek"Journat),Yo1.25 :214-226 (Juli 2007)

    pemilikan sapi di Minahasa adalahsapi sumba yaitu dimiliki oleh 59.79%petani peternak, sapi PO dimiliki oleh37.63 % petani peternak, 2.58 %petani peternak memiliki jenis sapibacan. Sapi sumba bulunya putihsedangkan sapi PO terdapat bercakabu-abu pada bulunya.

    Rata-rata pemilikan sapi olehpetani peternak saat penelitian diMinahasa adalah sebesar 6 ekor. Hasilpenelitian menunjukkan petanipeternak sapi di Minahasa masihmempertahankan sapi betina terutama.Rata-rata poprrlasi ternak sapi ternaksapi berumur di atas tiga tahunpopulasinya paling sedikit yaitusekitar 19.83% dari jumlah ternak sapiyang dimiliki. Selain itu petanipeternak sapi di Minahasa masihmempertahankan populasi ternak sapidi bawah satu tahun. Keadaan inimenunjukkan produktivitas temak sapiyang ada di Minahasa dianggaprendah. Konsekuensinya populasiternak sapi rendah. Salah satupenyebab rendahnya populasi ternaksapi di Minahasa adalah ternak sapidewasa baik jantan maupun betinaproduktif dimanfaatkan sebagai tenagakerja sampai sapi tersebut berumur >10 tahun. Faktor lain yang jugamenyebabkan rendahnya populasiternak sapi adalah terjadinyapemotongan betina produktif danpenjualan ternak sapi anakan.

    Kondisi di atas terjadidisebabkan adanya peningkatanpermintaan daging sapi dan ternaksapi bibit baik lokal maupun dari luardaerah Peningkatan perririntaandisebabkan adanya kecenderungannaiknya pendapatan masyarakat dannaiknya jumlah penduduk. Permintaanluar daerah terhadap sapi anakan juga

    rssN 0852-2626

    mengalami peningkatan. Hal initerjadi setiap saat dan tidak adaintervensi dari pemerintah.

    Di Minahasa, sebagian besarternak sapi adalah milik sendiri (gS.g7%) dan sisanya milik orang lain{1.03%) dengan sistem bagi hasil.Sistem bagi hasil baik adalah bilaternak lahir pertama menjadi bagianpemilik ternak dan ternak yang lahirkedua menjadi bagian peternak sapi.Sebagian besar petani peternak sapiyang menjadi sampel di daerahpenelitian belum pernah mendapatkanbantuan ternak sapi dari pemerintahmaupun swasta.

    Berdasarkan hasil penelitian,petani peternak belum memperhatikanpemberian pakan, baik kuantitasmaupun kualitasnya. Pemberian pakanuntuk ternak sapi bila ternakdikandangkan (tujuan pemeliharaanpenggemukan maupun pembibitan)adalah berupa hijauan (70%) dankonsentrat (30%). Kenyataanny4pakan yang diberikan hanya beruparumput yartg tumbuh liar ataupunrumput jagung ataupun limbahpertanian. Ternak sapi di Minahasaselain diberikan rumput jagungsebagai pakan juga rumput letup.Sebagian besar petani peternakmenanam rumput tersebut dibawahtanaman jagung.

    Pada pagi hari sekitar jam 06.00ternak dibawa ke kebun dan dibiarkanmerumput di sekitar kebun. Sore hariternak dibawa pulang dan diikat dihalaman rumah atau di bawah kolongrumah bagi penduduk yang memilikimodel rumah panggung. petanipeternak memotong rumput liar ataurumput jagung dan diberikan kepadaternak setelah ternak di rumah padasore dan malam hari. Di Minahasa,

    219

  • Jurnal Zootek ( " Zo o t ek " J our nal), Y ol'25 : 21 4-226 (Juli 2007)

    jagung ditanam selain untuk dijual,20-25% diberikan kepada ternak' Duaminggu setelah jagung berbualu pohonjug""g dipotong dan diberikan kepadaternak. Indikasinya, petani peternak diMinahasa sudah memberikan Pakanjagung untuk pertumbuhan ternaknya'Hal ini yang menYebabkan beratbadan sapi di Minahasa lebih besardibanding di daerah lain untuk jenissapi dan umur Yang sama

    Faktor lain Yang memPengaruhikeberhasilan suatua usaha ternak sapiadalah pengelolaan (management).Pengelolaan mencakuP bibit, Pakan,perkandangan, kesehatan ternak,penanganan hasil ternak, pemasarandan pengaturan tenaga kerja. Petanipeternak hanya memanfaatkan limbahpertanian dan rumput liar. Walaupundi wilayah Minahasa petani peternaksapi memanfaatkan jagung muda(selain limbahnya) sebagai Pakannamun jagung muda tersebut belumtentu sudah memenuhi syarat kualitaspakan yang baik.

    Untuk mengatasi masalah Pakan,dalam hal ini rumPut, ada berbagaicara yang dapat dilakukan olehrumalrtangga dan perlu ditunjang olehpemerintah. Cara tersebut diantaranya,pertama, perlu diintroduksi Pakanhijauan (rumput dan leguminosa)'Kedua, limbah pertanian dapat dibuathay atau silase. Hal ini daPatdilakukan untuk mengatasi masalahpakan apabila terjadi kemaraupanjang. Ketiga, Perlu dilakukanpertanian campuran antatajagung danleguminosa. Petani peternak menanamjagung tumpang sari dengan kacangmerah (brenebon), kacang tanah atauditanarp bergantian antara jagung dankacang merah atau kacang tanah.Tanaman leguminosa selain

    bermanfaat sebagai pakan juga dapatmenyuburkan lahan pertanian. Namundi Minahasa rumput kacang-kacanganberupa timbah hanYa dimanfaatkanoleh sebagian kecil rumahtangga.' Petini Peternak di daerahpenelitian belum memperhatikan

    -soalperkandangan walaupun di Minahasaiernak pada sore hari dibawa pulangke rumah tetaPi sebagian besardibiarkan di halaman rumah. Hal inisama dengan di Pulau Sumbawa(Mashur et al., 2004), ternak dilepassepanjang hari dan dikandangkan pada*ulu* hari. Petani peternak sapi jugabelum memPerhatikan kesehatanternak. Petani Petemak berusahamencari petugas kesehatan ataupunpenyuluh bila ternaknya sakit. Salahsatu faktor penyebab pemeliharaanyang tradisional adalah kurangnyapengetahuaq ditunjang juga dengankurangnya modal Yarrg dimilikirumahtangga. Untuk mengatasi hal inidiperlukan penyuluhan dan intervensipemerintah dalam hal pengontrolanpenyakit temak sapi.

    Sistem Pemasaran Ternak SaPiHasil penelitian menunjukkan

    bahwa petani peternak sapi menjualternak sapi karena adanya kebutuhankeluarga. Kebutuhan keluarga tersebutdiantaranya adalah bila ada anggotakeluarga yang sakit, kebutuhanpendidikan anak, kebutuhanmembangun rumatr, membeli lahanpertanian, untuk membeli inPutpertanian dan lain sebagainYa.

    Sistem pemasaran ternak saPi diMinahasa berbeda-beda untuk setrappetani peternak saPi. Sistempemasaran ternak sapi tersebut melaluipedagang maupun Petani lain.Pedagang yang dimaksud adalah

    ISSN 0852-2626

    220

  • pedagang lokal maupun pedagang luardaerah Pedagang juga adalahpedagang pengumpul maupunpedagang sebagai tukang potong sapi.Namun transaksi penjualan ternak sapibaik melalui pedagang, tukang potongatau petani lainnya selalumenggunakan perantara. Saluranpemasaran menurut Yusuf et al.(2004), sebagian petani menjualmelalui blantik (perantara), langsungke pedagang di pasar hewan, melaluipengusaha penggemukan dan melaluieksportir regional.

    Di pasar blantik Kawangkoansetiap minggunya merupakan tempatpertemuan pedagang,pedagang sapidari berbagai daerah maupun lokalSulawesi Utara. Pasar blantik inisudah berdiri sejak tahun 1960-an.Yang menarik di pasar blantik,perilaku yang terjadi selain dapatmemberikan pendapatan bagi penjualternak juga terhadap perantara.Pengunjung yang datang di paslrblantik bukan hanya pembeli ataupenjual atau tukang blantik tetapi jugamasyarakat sekitar khusus untukmenonton transaksi-transaksi yangterjadi. Pasar blantik adalah tempaiterjadinya jual beli dan tukar (barter)ternak sapi. Berbeda dengan di JawaTimur, Nusa Tenggrara Barat dan Bali(Ilham et al., 2004; Kariyasa danKasryno, 20Aq- Di daerah-daearhtersebut pasar terjadinya jual beliternak sapi disebut dengan pasarhewan. Transaksi di pasar blantiktersebut terjadi sekali dalam semingguyaitu setiap hari kamis. pasar blantikini juga memberikan pemasukan bagipemerintah baik pemerintah daerahmaupun Dinas Kehewanan KabupatenMinahasa melalui retribusi dan biayaadministrasi. Skema sistem pemasaftul

    Jumal Zootek ( " Zoo r e k " J ou r na), y o1.25 : 21 4_-226 (Juli 2007) rssN 0852-2626

    ternak sapi dapat dilihat pada Gambar1.

    Berdasarkan Gambar I terlihat,transaksi ternak sapi yang terjadi yaitudari petani petemak sapi disalurkan kepedagang pengumpul, tukang potongsapi ataupun ke petani lain. Pedagalgpengumpul yang melakukan transaksiberasal dari daerah Sulawesi lJtara,Gorontalo dan Sulawesi Tengah.Ternak sapi dari pedagang pengumpuldijual ke petani dan tukang potongmaupun pedagang antar pulau.Sebagian besar rumahtangga diMinahasa menjual ternak sapi melaluipedagang pengumpul dan tukangpotong di pasar blantik, hanyasebagian kecil pedagang pengumpulyang mendatangi rumahtangga.

    Pedagang pengumpul yang adadi daerah penelitian maupun dari luardaerah menyalurkan ternak sapi kepetani, tukang potong dan ada yangmengantarpulaukannya. Menurutinformasi beberapa pedagangpengumpul, ternak yang dikumpulkandijual di desa-desa di Sulawesi Utarajuga diluar daerah diantaranya:Sulawesi Tengah dan Gorontalo.Untuk Minahasa tidak ada lagipedagang yang mengantarpulaukanternak sapi. Sesuai hasil wawancaradengan 4 (empat) pedagang (tukangpotong ternak sapi) yang berada dipasar blantik bahwa tahun 2002terakhir mereka mengantarpulaukanternak sapi. Pedagang membeli ternakkemudian dipelihara selama beberapabularl sebagai upaya meningkatkanberat badan sapi, selar{utnyadiantarpulaukan. Tujuan antar pulauternak sapi tersebut di antaranyaBalikpapan, Irian dan pulau Jawa.Sekarang ini pedagang-pedagangtersebut tidak lagi mengantarpulaukan

    221

  • Jurnal Zootek (" Zootek"Journal), Y o1.25 : 214-226 (Juli 2007)

    ternak sapi disebabkan beberapapedagang dari Balikpapan datangsendiri ke Minahasa untuk membeliternak sapi. Adanya transaksi yangdilakukan pedagang dari luar daerah

    ISSN 0852-2626

    tanpa kontrol dari pemerintah,sehingga terjadi pembelian/pengeluaran ternak sapi yangmenyebabkan populasi ternak sapi diSulawesi Utara semakin menurun.

    Gambar 1. Sistem Pemasaran Ternak Sapi di Minahasa

    222

  • Jumal Zootek ( "Zootek"Journat),Yo1.25 :214-226 (Juli 2007)

    Transaksi melalui tukang potongternak sapi yaitu tukang potong yangberada di beberapa kota kabupaten diSulawesi Utara dan kota Manado.Tukang potong menyalurkan dagingsapi ke pasa.r-pasar tradisional maupunpasar swalayan di kabupaten dan kotaManado. Kemudian tukang bakso,rumah makan maupun konsumenmembeli melalui pasar tradisionalataupun pasar swalayan.

    Penjualan melalui hrkang potongsapi disalurkan ke pasar tradisionaldan swalayan. Namun, penjualan kepasff tradisional dan swalayansebagiart melalui rumah potong hewan(RPH) di Kota Manado untukdipotong dan sebagian tidak. RPHdalam hal ini sebagai pengontrolkesehatan ternak sapi yang akandipotong. Dari RPH kemudiandisalurkan ke pasar tradisional danpasar swalayan. Sebagian ternakdipotong untuk dijual di pasarswalayan maupun pasff tradisionalyang berada di kota Manado ruupunkabupaten Minahasa (Tomohon danTondano). Apabila ternak sapidipotong di RPH dapat memberikankeuntungan bagi konsumen dagingsapi. Keuntungannya adalah ternaksapi tersebut sudah layak dipotongbaik dari segi higienes maupun segikehalalan. Pemotongan ternak di RPHdikenakan retribusi untuk keterangankesehatan ternak dan keterangan hasilikutan ternak.

    Peran PemerintahPasar dan harga yang

    kompetitif dapat merangsang petanipetemak untuk meningkatkanproduktivitas tenraknya. Namundengan sistem pemasaran sepertidijelaskan di atas menyebabkan

    rssN 0852-2626

    petani petemak menerima harga lebihkecil. Dalam hal ini sangat diperlukanintervensi pemerintah. Kenyataannyasekarang ini pemerintah tidakberpihak kepada peteni peternak sapi.

    Usaha ternak sapi selainmemberikan kontribusi terhadappendapatan petani peternak, jugamemberikan kontribusi terhadappendapatan daerah. Pendapatandaerah bidang petemakan diperolehdari izlri. usaha pertanian danpeternakan, pungutan retribusi ternakserta hasil-hasilnya. Kondisi tersebutmerupakan wujud nyata otonomidaerah. Otonomisasi daerahdidasarkan pada undang-undang No22 Tahun 1999 dan PeraturanPemerintah Nomor 25 Tahun 2000tentang Kewenangan Pemerintah danKewenangan Provinsi sebagai DaerahOtonorn Pelaksanaan otonomi daerahpada dasarnya adalah upayapengelolaan sumberdaya alam untukmenunjang pembangunan daerah.Berkaitan dengan sub sektorpeternakan telah ditetapkan beberapaperaturan daerah diantaranya PERDANo 10 Tahun 2000 tentang RumahPotong Hewan (RPH), walaupunmasih terbatas pada kesehatan hewansebelum dan sesudah dipotongdengan tarif Rp 4.000.

    Tarif dan retribusi diaturberdasarkan PERDA provinsiSulawesi Utara No 3 Tahun 2003.Besarnya keterangan pengeluaran/pemasukan ternak adalah Rp.50.000dan pengeluaran/pemasukan bibitternak (aneka ternak) adalahRp.10.000. Sedangkan keteranganpengeluaran/pemasukan ternakpotong Rp.25.000. Kenyataan dilapangan surat keteranganpengeluaran ternak sebesar Rp. I 0.000

    223

  • Jurnal Zootek ( " Zoot ek " J our n at), Y o1.25 : 21 4)26 (Juli 2007)

    dikenakan bagi pembeli. Bagirumahtangga petani peternakdikenakan Rp.10.000 per ekor setelahternak sapi terjual dan Rp. 2.000 perekor setrap masuk pasar blantik.Dalam penelitian ini disebut biayaadministrasi dan biaya retribusisebagai komponen biaya transaksi.Namun biaya retribusi belum diaturdalam PERDA provirxi SulawesiUtara No 3 Tahun 2A$ tersebut(Pemda SULUT,2003).

    Apabila kebijakan pemerintahseperti dijelaskan di atas diberlakukanmaka di satu sisi akan membantupetani peternak namun disisi lain akanmengakibatkan petani peternakmenerima harga yang lebih kecil lagi.Berlakunya PERDA tersebutdiharapkan dapat meminimalkanpengeluaran ternak sapi keluar daerah.PERDA yang "memberatkan petanipeternak sebaiknya dipertimbangkanuntuk dihilangkan atau dihapus. Halini seperti di Jawa Tengah dan JawaTimur ada beberapa PERDA yangdihapus berdasarkan UU No 18 Tahun1997 ([Jsman et al-, 1999 danToyamah et al., 1999). Penghapusanbeberapa pajak dan distribusiberkaitan dengan perdagangan ternaksangat membantu petani peternakuntuk meningkatkan pendapatannya.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitiandapat disimpulkan bahwa:l. Usaha ternak sapi sangat

    membantu petani peternak dalammenunj ang pendapatan mereka.

    2. Sistem pemasaran ternak sapi diMinahasa cukup panjangmenyebabkan pendapatan petanipeternak lebih kecil.

    ISSN 0852-2626

    3. Berlakunya kebijakan pemerintahdalam rangka otonomisasi daerahdapat memproteksi pengeluarantemak ke luar daerah.

    SARAN

    Berdasarkan hasil penelitiandisarankan:1. Petani peternak sapi sebaiknya

    memilih system pemasaran lebihpendek yaitu melalui pedagangpengumpul.

    2. Pemerintah sebaiknya meninjaukembali PERDA yangmemberatkan petani peternaksapi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Bamualim, A., R. B. Wirdahayati danM. Boer. 2004. Status danPeranan Sapi Lokal Pesisir diSumatera Barat. ProsidingSeminar. Sistem KelembagaanUsahatani Tanaman-Ternak.Badan Penelitian danPengembangan Pertanian.Departemen Pertanian, JakartaSelatan.

    Dinas Perindustrian dan Perdagangan.2002. Laporan Tahunan. DinasPerindustrian dan PerdaganganProvinsi Sulawesi Utara,Manado.

    Dutilly-Diane, C., E. Sadoulet and A.de Janvry. 2003. HouseholdBehavior Under MarketFailures: How Natural ResourceManagement in AgriculturePromotes Livestock Productionin the Sahel. Department ofAgricultural and ResourceEconomics. University ofCaliforni4 Berkeley.

    224

  • Jurnal Zootek (" Zoo t e k', J our na), y o1.25 : 2 I 4__226 (Juli 2007)

    Hasnudi. 1991. Analisis Faktor_faktorLingkungan Sosial EkonomiYang MempengaruhiProduktivitas Ternak Sapi"Crash program project,,. (StudiKasus pada Enam Desa diSumatera Utara). Tesis MagisterSains. program pascasarjanaInstitut pertanian Bogor, Bogor.Hoda, A. 2002. potensiPengembangan Sapi potong polaUsaha Tani Terpadu Di WilayahMaluku Utara. Tesis MagisterSains. program pascasarjanaInstitut pertanian Bogor, Bogor.

    Ilharn, N., K. Kariyasa dan- W.Wiryono. 2002. Suatu pemikiranTentang Analisis penawaran danPermintaan Beberapa JenisDaging Sapi di Indonesia.Forum Agroekonomi}} (1) :25_40.

    Kariyas4 K dan F. Kasryno. 20A4.Dinamika pemasaran danProspek pengembangan TernakSapi di Indonesia. BadanPenelitian dan pengembanganPertanian. DepartemenPertaniarl Jakarta Selatan.

    Limbong, F. T. 1999. AlternatifPengembangan Ternak sapiRakyat Di Kabupaten Bone _Sulawesi Selatan. Tesis MagisterSains. Fakultas pascasarjanaInstitut pertanian Bogor, Bogor.

    Mashur, A. Muzani dan y.G. d'ulu.2004. Kelembagaan LahanKomunal di NTB; KasusKabupaten Sumbawa. BadanPenelitian dan pengembanganPertanian. DepartemenPertanian, Jakarta Selatan.

    Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara.2003. Peraturan Daerah provinsiSulawesi Utara Nomor 3 Tahun

    rssN 0852_2626

    2003 Tentang perubahanPeraturan Daerah provinsiSulawesi Utma Nomor I Tahun2000 Tentang RetribusiPenggantian Biaya Cetak petadan Pelayanan JasaKetatausahaan. provinsiSulawesi Utar4 Manado.

    Pindyck, R..S and D.L. Rubenfeld.1998. Econometrics Models andEconomic Forecasts. FourthEdition. Irwin McGraw_HilfBoston.

    Santoso, D and E. Tuherkih. 2003.Meningkatkan PengelolaanLahan Untuk MemacuPengembangan TernakRuminansia. prosiding. SeminarNasional Teknologi peternakandan Veteriner, Bogor.

    Somba, S. S. 2003. StrategiPengembangan Ternak Sapi DiDesa Kanonang II KecamatanKawangkoan. Skripsi. FakultasPeternakan. Universitas SamRatulangi, Manado.

    Sugeh4 H. S. t999. OptimasiUsahatani Terpadu DalamKaitannya denganPengembangan Ternak Sapi diKecamatan Lolayan KabupatenBolaang Mongondow. Skripsi.Fakultas Peternakan. UniversitasSam Ratulangi, Manado.Suwandi. ZA0S. KeberlanjutanUsahatani terpadu pola padiSawah-Sapi potong Terpadu DiKabupaten Sragen : pendekatanRAP-CLS. Diserrasi Doktor.Program pascasarjana InstitutPertanian Bogor, Bogor.

    Toyamalr, N., V. Febriany, S. Sumartodan J.L. pomeroy. lggg.Deregulasi perdaganganRegional dan pengaruhiya

    225

  • Jurnal Zootek ( " Z oot e k " J ournat), Vol.25 : 21 4-226 (Juli 2007)

    Terhadap Perekonomian DaerahKasus : Jawa Timur. LaporanLapangan dari SocialMonitoring & Early ResponseUnit (SMERU), Suatu unit yangdidukung oleh Bank Dunia, AusAID, ASEM, dAN USAID,Jakarta.

    Usman, S., M. S. Mawardi., N. :Toyamah., V. Febriany, R. D.Montgomery and J.L. Pomeroy.1999. Deregulasi PerdaganganRegional dan PengaruhnyaTerhadap Perekonomian DaerahKasus: Jawa Tengah dan D. I.Yogyakarta. Laporan Lapangandari Social Monitoring & EarlyResponse Unit (SMERU), Suatuunit yang didukung oleh BankDunia, Aus AID, ASEM, danUSAID, Iakarta.

    Yuhaeni, S., M. E. Siregar danLugryo. 1983. Pengaruhpertanaman campuranleguminosa calopo denganbeberapa jenis rumput terhadapproduktivitas hijauan makananternak. Proceeding. PusatPenelitian dan PengembanganPeternakan. Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian.Departemen Pertanian, Bo gor.

    Yusul M., M. Ratnada dan J. Nulik(2004). Kelembagaan PemasaranSapi Potong di Timor Barat,Nusa Tenggara Timur. BadanPenelitian dan PengembanganPertanian. DepartemenPertanian. Jakarta Selatan.

    ISSN 0852-2626

    226