20
957 Analisis Intervensi Yunani dalam Eskalasi Konflik Siprus Dian Kartika Putri – 071012090 Program Studi S1 Hubungan Internasional, Universitas Airlangga ABSTRACT Konflik Siprus melibatkan dua etnis yakni etnis Yunani dan etnis Turki. Dalam sebuah konflik etnis, ikatan etnis dengan negara induk dari etnis terkait dapat menjadi pendorong adanya intervensi. Konflik etnis antara Yunani dan Turki atas wilayah dan kekuasaan Siprus telah meluas, tidak hanya melibatkan dua etnis melainkan melibatkan negara-negara lain. Keterlibatan aktor negara lain dalam konflik Siprus ini berupa dukungan terhadap masing-masing etnis dan dorongan dalam menyelesaiakan konflik etnis. Yunani sebagai salah satu aktor asing yang terlibat dalam konflik etnis di Siprus tidak terlalu aktif dalam proses penyelesaian konflik. Namun dalam sejumlah permasalahan yang terkait dengan keamanan etnis Yunani, pemerintah Yunani mengambil peranan aktif. Sebagai pihak ketiga dalam sebuah konflik etnis, tindakan yang dilakukan oleh Yunani dalam eskalasi konflik tentu dilatarbelakangi oleh sejumlah motif dan tujuan. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai kepentingan-kepentingan dibalik intervensi yang dilakukan oleh Yunani dalam eskalasi konflik Siprus. Kata Kunci: Yunani, Siprus, Kepentingan, Eskalasi Cyprus conflict involves two ethnics; those are Greece-Cyproits and Turkish-Cyproits. In ethnic conflict, ethnic-kin with the main country of its ethnic could lead to intervention. Ethnic conflict between Greece and Turkey over Cyrus’s territory and authority had been widening. It is no longer involving two ethnics but also other countries. The involvement of other state actors in Cyprus conflict is shown by giving support for earch ethnic and also support to solve the conflict. Greece as one of several external actors in Cyprus conflict is not really active on the conflict resolution process. Even Greece is not really active on conflict resolution. Greece take a focus on Greece-Cyproits security. As the third party in ethnic conflict, Greece act on escalating conflict is based on some motives and purposes. This research will talk about the interests of Greece behind Greece intervention in Cyprus conflict. Keywords: Greece, Cyprus, Interest, Escalation

Analisis Intervensi Yunanidalam Eskalasi Konflik Siprusjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi229a4a35ddfull.pdf · Greece as one of several external actors in Cyprus ... As the third party

Embed Size (px)

Citation preview

957

Analisis Intervensi Yunani dalam EskalasiKonflik Siprus

Dian Kartika Putri – 071012090

Program Studi S1 Hubungan Internasional, Universitas Airlangga

ABSTRACT

Konflik Siprus melibatkan dua etnis yakni etnis Yunani dan etnis Turki. Dalamsebuah konflik etnis, ikatan etnis dengan negara induk dari etnis terkait dapatmenjadi pendorong adanya intervensi. Konflik etnis antara Yunani dan Turkiatas wilayah dan kekuasaan Siprus telah meluas, tidak hanya melibatkan duaetnis melainkan melibatkan negara-negara lain. Keterlibatan aktor negaralain dalam konflik Siprus ini berupa dukungan terhadap masing-masing etnisdan dorongan dalam menyelesaiakan konflik etnis. Yunani sebagai salah satuaktor asing yang terlibat dalam konflik etnis di Siprus tidak terlalu aktifdalam proses penyelesaian konflik. Namun dalam sejumlah permasalahanyang terkait dengan keamanan etnis Yunani, pemerintah Yunani mengambilperanan aktif. Sebagai pihak ketiga dalam sebuah konflik etnis, tindakanyang dilakukan oleh Yunani dalam eskalasi konflik tentu dilatarbelakangioleh sejumlah motif dan tujuan. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenaikepentingan-kepentingan dibalik intervensi yang dilakukan oleh Yunanidalam eskalasi konflik Siprus.

Kata Kunci: Yunani, Siprus, Kepentingan, Eskalasi

Cyprus conflict involves two ethnics; those are Greece-Cyproits andTurkish-Cyproits. In ethnic conflict, ethnic-kin with the main country of itsethnic could lead to intervention. Ethnic conflict between Greece and Turkeyover Cyrus’s territory and authority had been widening. It is no longerinvolving two ethnics but also other countries. The involvement of other stateactors in Cyprus conflict is shown by giving support for earch ethnic and alsosupport to solve the conflict. Greece as one of several external actors in Cyprusconflict is not really active on the conflict resolution process. Even Greece isnot really active on conflict resolution. Greece take a focus on Greece-Cyproitssecurity. As the third party in ethnic conflict, Greece act on escalating conflictis based on some motives and purposes. This research will talk about theinterests of Greece behind Greece intervention in Cyprus conflict.

Keywords: Greece, Cyprus, Interest, Escalation

Dian Kartika Putri

958 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Konflik Siprus merupakan salah satu konflik yang melibatkan banyakpihak dalam proses penyelesaiannya. Keterlibatan Yunani dalam konflikSiprus ini tidak dapat dilepaskan dengan aktor yang terlibat dalamkonflik Siprus yang melibatkan etnis Siprus-Yunani dan Siprus-Turki.Siprus tahun 1950-an yang berada dibawah kekuasaan Inggris sebagianbesar wilayahnya didiami oleh etnis Greek Cyproit yang pada saat ituingin menjadikan Siprus sebagai bagian dari Yunani sedangkan sekitardua puluh persen dari penduduknya merupakan etnis Turki yang jugadidorong oleh kepentingan Turki di kawasan laut Mediterania. Tidakhanya Turki, Inggris juga memiliki agenda tersendiri di kawasan lautMediterania. Pada tahun 1955 terdapat gerakan teroris dari etnis Yunanidi Siprus yang bernama EOKA melakukan serangan kepada Inggrisuntuk menuntut self-determination bagi kelompok etnis Yunani. Padatahun 1960 Siprus akhirnya melepaskan diri menjadi kawasanindependen dari kekuasaan Inggris dengan Yunani, Turki, dan Inggrissebagai tiga negara guarantor atas kemerdekaan Siprus. Hingga tahun1963, sistem pemerintahan di Siprus berjalan baik dan seimbang denganpresiden yang berasal dari etnis Yunani dan wakil presiden dari etnisTurki berdasar pada pembagian kekuasaan yang tercantum dalamUndang Undang Republik Siprus. Namun pada tahun 1963, kelompoketnis Turki memutuskan untuk memperluas kekuasaan di Siprus danmulai mendirikan institusi sendiri yang terpisah dari Siprus maupunetnis Yunani. Karena hal tersebut, sempat terjadi konflik bersenjatayang pada tahun 1963 hingga 1964 yang terulang pada tahun 1967.

Dalam proses perolehan kemerdekaan dari kolonialis Inggris,masyarakat etnis Yunani sendiri merasa bahwa kebijakan yang dibuatoleh Inggris melalui bentuk negara bikomunal dapat menjadikan Turkisebagai pemimpin yang menguasai Siprus. Hal tersebut tentu telahmemicu adanya ketidakpercayaan dari masyarakat etnis Yunani yangsejak awal melakukan perlawanan terhadap kolonialisme Inggris melaluiEOKA. Hal ini kemudian memunculkan padangan pada masyarakatetnis Yunani bahwa Turki dapat digunakan sebagai penyeimbangperlawanan yang dilakukan Yunani dengan adanya taksim untukbersatu kembali dengan Turki sebagai bentuk perlawanan terhadapenosis oleh etnis Yunani yang menghendaki penyatuan kepada Yunani.Jika ditarik lebih jauh, pertentangan antara Yunani dan Turki ini dapatdikaitkan dengan Revolusi Yunani dari Kerajaan Ottoman. Adanya hubungan etnisitas dengan Yunani menjadi salah satu alasanbagi masyarakat Siprus-Yunani untuk bergabung dengan Yunani ataumembentuk negara kesatuan mereka sendiri. Identitas yang berbedaantara warga etnis Yunani dan etnis Turki ini sempat diperparah dengankekuasaan dari Gereja Orthodox dalam pemerintahan Siprus yangkemudian diputuskan untuk memisahkan kegerejaan dengan urusannegara. Latar belakang perbedaan dalam segi agama antara etnis Yunanidan Turki kemudian turut mempengaruhi pertentangan antara

Analisis Intervensi Yunani dalam Eskalasi Konflik Siprus

Jurnal Analisis HI, September 201 959

kelompok Yunani dan Turki di Siprus karena besarnya pengaruh GerejaOrthodox dan pendidikan yang berbasis pada identitas etnis Yunani.Pasca konflik yang terjadi pada tahun 1963, konflik antara etnis Yunanidan etnis Turki di Siprus kembali terjadi pada tahun 1974. Kudeta yangdilakukan oleh etnis Yunani di Siprus bertujuan untuk menggulingkanpemerintahan Makarios di Siprus. Kudeta tersebut dilakukan olehkelompok yang fanatik terhadap enosis. Adanya junta yang dilakukanoleh etnis Yunani membuat pemerintah Turki merasa terancam. Kudetatersebut dikhawatirkan akan memudahkan tujuan enosis yangmemungkinkan etnis Yunani untuk bersatu dengan Yunani. WilayahSiprus yang berada dibawah kekuasaan Yunani dipandang sebagaiancaman bagi pemerintah Turki. Setelah pemerintah Siprus menyatakanbahwa junta yang terjadi di wilayah Siprus merupakan isu domestik,Yunani dalam junta militer di Siprus yang turut dibantu olehpemerintah Uni Soviet kemudian ditanggapi melalui adanya pertemuanparlemen Turki. Ferruh Bozbeyli menyatakan

“This affair is NOT, as some circles argue, an internal issue amongstGreek Cypriots. Greece has openly interfered; the London and Zurichagreements have been flagrantly violated, and I believe the situation iscritical.”.

Pernyataan tersebut disampaikan setelah menemukan fakta bahwa juntamiliter yang terjadi di Siprus bukan hanya isu internal Siprus melainkanmelibatkan pihak asing. Dunia internasional kemudian juga menuntutadanya pertanggunjawaban dari Turki terhadap kejadian tersebut.Sehingga dalam konflik yang terjadi pada tahun 1974, junta militerYunani dan militer Siprus-Yunani bersatu untuk menjatuhkan PresidenMakarios. Masuknya pasukan militer Uni Soviet di perbatasan Yunanikemudian disusul dengan adanya pembagian fokus kekuatan militerYunani ke Siprus dan wilayah perbatasan.

Setelah adanya bantuan militer dari Yunani di sekitar wilayah Siprus,pemerintah Turki memutuskan untuk mengirimkan pasukan militernya.Hal tersebut disampaikan oleh Bulent Ecevit

“. . . By her action in promoting the coup, Greece had, in our opinion,forfeited her status as a guarantor power in Cyprus. We attached greatimportance to consultations with Britain regarding concerted actionunder the Treaty of Guarantee, and recognised the necessity for carryingout all our legal and procedural obligations before resorting to militaryaction. Both the National Security Council and the Council of Ministerswere agreed on this, but decided also to press on with preparations forintervention. By the early hours of July 16th, all the requisite decisionshad been made and I issued the necessary instructions before leaving forLondon.”

Dian Kartika Putri

960 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Militer Turki kemudian menduduki satu per tiga dari wilayah Siprus.Akibat konflik kekerasan yang terjadi antara etnis Yunani dan Turki diSiprus, kelompok etnis Turki kemudian memutuskan untukmemisahkan diri dari Siprus dan membentuk negara sendiri yakniTurkish Federated State of Cyprus (TFSC) pada Februari 1975. Padatahun 1983, pemimpin TFSC mendeklarasikan independensi TurkishRepublic in Northern Cyprus (TRNC) yang kemudian hanya mendapatpengakuan dari Turki.

Keterlibatan Yunani dalam konflik Siprus pasca konflik bersenjata padatahun 1974 kemudian menurun. Dalam setiap negosiasi yang dilakukansebagai upaya penyelesaian konflik Siprus, Yunani tidak terlibat secaraaktif. Hal tersebut terlihat dengan keterlibatan Turki yang besar dalammendorong penyelesaian konflik tanpa dibarengi dengan dorongan dariYunani. Pada setiap pertemuan negosiasi yang dilakukan, pemerintahYunani tidak terlibat dalam negosiasi.Permasalahan antar etnis yang terjadi di Siprus, tidak hanya berkaitandengan identitas namun berkembang pada permasalahan kekuasaandan teritorial yang mulai tercermin sejak konflik pada tahun 1974.Keanggotaan Yunani dalam Uni Eropa digunakan oleh Yunani untukmembantu Siprus masuk menjadi anggota Uni Eropa. Pada akhir era1990-an, Siprus mulai masuk dalam bursa nama calon anggota UniEropa dengan bantuan dukungan dari Yunani yang pada periode ituTurki yang juga berusaha menjadi anggota Uni Eropa justru tidakmasuk dalam daftar kandidat anggota Uni Eropa. Keberadaan Yunanidalam Uni Eropa tentu menyulitkan Turki untuk masuk dalam UniEropa dengan adanya hak veto yang dimiliki oleh Yunani.

Pada tahun 2004, Siprus resmi menjadi anggota Uni Eropa. Beberapabulan sebelum keanggotaan resmi Siprus dalam Uni Eropa ini,referendum mengenai reunifikasi Siprus dilangsungkan untukdilanjutkan dengan implementasi Annan Plan. Berdasar pada hasilreferendum yang dilakukan pada bulan Maret 2004, 76 persen dariwarga Siprus-Yunani menolak implementasi dari Annan Plan sedangkan64 persen dari warga Siprus-Turki setuju dengan implementasi AnnanPlan. Penolakan warga etnis Yunani ini kemudian menjadikanmasyarakat etnis Turki di Siprus tidak menjadi bagian dalamkeanggotaan Uni Eropa yang diperoleh Siprus.

Pasca gagalnya implementasi dari Annan Plan, Sekjen PBB terusmendesak kedua belah pihak untuk segera mengakhiri konflik antarakedua belah pihak. Annan Plan banyak disebut sebagai satu kemajuandalam upaya reunifikasi Siprus. Pasca kegagalan Annan Plan, PBB terusmendorong proses negosiasi penyelesaian konflik di Siprus denganmemberi batas akhir bagi kedua belah pihak untuk mengakhiri konflik

Analisis Intervensi Yunani dalam Eskalasi Konflik Siprus

Jurnal Analisis HI, September 201 961

dan bergabung dibawah satu bendera. Jalan keluar mengenaiimplementasi sistem bizonal dan bikomunal di Siprus menjadi satu halyang terus dinegosiasikan untuk menentukan sistem operasional darisistem ini.

Penolakan masyarakat etnis Yunani terhadap implementasi Annan Planterhadap penyatuan wilayah Siprus antara etnis Turki dan Yunanimerupakan wujud kekuatan keinginan masyarakat etnis Yunani untuktetap bersatu dengan Yunani. Untuk memperkuat militer Siprus,pemerintah Yunani membantu militer Siprus dengan membentuk “ jointmilitary doctrine”. Dengan adanya kerjasama militer ini, ancamanmiliter Siprus menjadi lebih besar. Siprus kemudian menjadi basiskekuatan militer laut dan udara dari Yunani. Adanya bantuan militer inimerupakan salah satu bentuk intervensi Yunani dalam konflik Siprusyang menyediakan pasokan senjata dan pelatihan militer untuk menolakadanya reunifikasi dengan etnis Turki.

Hubungan antara Yunani dan Siprus dalam konflik etnis yang terjaditidak banyak memberikan pengaruh pada penyelesaian konflik.Intervensi yang dilakukan oleh Yunani dalam konflik Siprus tidak hanyaberupa adanya dukungan militer ketika terjadi kudeta pada tahun 1974,namun Yunani juga dilibatkan dalam proses negosiasi resolusi konflikmeskipun Yunani tidak secara aktif dipanggil dalam proses penyelesaiankonflik. Hubungan diplomatik antara Yunani dan Siprus sendiri berjalanbaik. Kedua negara lebih banyak berbicara mengenai isu-isu terkaitinternal Siprus dan isu dalam ranah kawasan di Uni Eropa. Namun,Yunani merupakan mitra ekonomi terbesar bagi Siprus melaluiperdagangan. Terjadinya krisis ekonomi yang melanda Yunani danEropa sejak tahun 2009 turut memberi dampak ekonomi bagi Siprus.Yunani dan Siprus tentu mengalami penurunan kondisi ekonomi yangmenjadikan keduanya membutuhkan bantuan dana asing.Perekonomian Yunani yang tidak stabil membuat Yunani tidakmemberikan bantuan pada Siprus. Meski tidak memperoleh danabantuan dari Yunani, Siprus kemudian mendapatkan dana bantuanpemulihan pasca krisis dari Uni Eropa. Karena keanggotaan Siprusdalam Uni Eropa dan IMF hanya meliputi wilayah selatan yang didiamioleh masyarakat etnis Yunani, maka bantuan dana yang diberikan olehUni Eropa dan IMF tidak diberikan pada wilayah utara Siprus.

Dengan adanya krisis yang melanda Eropa, fokus kepentingan dariYunani dan sejumlah negara Eropa lain lebih kepada perbaikan kondisiekonomi. Penemuan sumber energi minyak dan gas di perairan Sipruskemudian disebut dapat memicu adanya perebutan baru. Dalampandangan Turki, Siprus tidak berhak melakukan eksplorasi minyak dangas di kawasan yang sedang berkonflik. Dengan adanya penyerangantersebut, muncul kekhawatiran mengenai adanya penyerangan lain

Dian Kartika Putri

962 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

ketika kegiatan eksplorasi dilanjutkan. Tidak hanya memberi ultimatumpada pemerintah Siprus, pemerintah Turki juga menyampaikanultimatum pada perusahaan-perusahaan pengeboran untuk tidakbekerjasama dengan Siprus apabila perusahaan tersebut ingin masuk kewilayah Turki. Adanya ancaman yang diberikan oleh Turki mengenaipengeboran sumber energi di perariran Siprus ini bertentangan dengansikap Turki yang bekerjasama dengan pemerintah Siprus Utara untukmelakukan pengeboran dengan sistem membagi keuntungan sama rata.Pemerintah Siprus menanggapi larangan pengeboran yang diberikanoleh pemerintah Turki dengan menjanjikan pembagian keuntungandengan pemerintah Siprus Utara. Walaupun pemerintah Siprus tidakmendapatkan izin atas pengeboran energi di wilayah Zona EkonomiEkslusifnya, Siprus memiliki pengakuan izin terkait eksplorasi tersebutdari seluruh dunia yang sesuai dengan hukum laut yang ditandatanganidibawah PBB untuk melakukan eksplorasi di kawasan Zona EkonomiEksklusifnya. Adanya permasalahan mengenai sumber energi inikemudian menjadi bentuk perluasan dalam konflik Siprus.

Pada tahun 2011, rencana kerjasama pasokan gas untuk Uni Eropa dariSiprus yang mulanya merupakan kerjasama antara Siprus, Turki danIsrael berubah menjadi kerjasama antara Siprus, Yunani dan Israel.Turki yang pada awalnya dilibatkan dalam pembuatan pipa gas denganIsrael dan Siprus mengharapkan proyek tersebut mampu mengurangiketergantungan Turki terhadap pasokan dari Rusia. Perubahan formasidalam kerjasama pembangunan pipa gas ke daratan Eropa inidisebabkan oleh penyerangan yang dilakukan oleh Israel pada Palestinayang menyebabkan sejumlah warga etnis Turki menjadi korban. Haltersebut menjadikan hubungan antara Turki dan Israel kurang baik.Dengan demikian, Yunani kemudian berperan sebagai pintu masuk jalurpipa gas menuju pasar Eropa.

Analisis Intervensi Yunani dalam Eskalasi Konflik Siprus

Jurnal Analisis HI, September 201 963

Gambar 1 Peta Persebaran Sumber Energi Minyak dan Gas di WilayahZEE Siprus

Pada tahun 2012, pemerintah Siprus memulai pembukaan penawaranterhadap pengelolaan ladang minyak dan gas di perairan selatan dantenggara Siprus. Penawaran tersebut melingkupi tiga belas titikeksplorasi seperti yang tertera pada gambar 1. Sebagian besar titikeksplorasi kemudian diperoleh oleh Noble Energy dimana 30 persendari kawasan eksplorasi Noble Energy kemudian dibagi kepada duaperusahaan Israel yakni Delek Drilling dan Avner Oil Exploration.Kontrak kerjasama tersebut akan berlangsung dengan jangka waktuhingga 10 tahun. Ketika kegiatan eksplorasi dilakukan pada tahun 2014,kawasan eksplorasi justru mendapat serangan dari kapal militer Turki.Kompleksitas dan perluasan isu dalam konflik Siprus yang melibatkanYunani menjadi hal yang menarik untuk diteliti lebih dalam. Intervensiyang dilakukan oleh Yunani terhadap Siprus meliputi berbagai aspekbaik dalam segi politik maupun dalam hal ekonomi. Hal tersebut terkaitdengan sikap dari Yunani dan etnis Yunani yang menolak gagasanreunifikasi Siprus. Dengan rendahnya keterlibatan Yunani dalam prosespenyelesaian konflik Siprus, kemudian dipertanyakan tujuan dariketerlibatan Yunani dalam konflik Siprus.

INTERVENSI YUNANI DALAM ESKALASI

Dalam sebuah konflik, keterlibatan pihak ketiga dengan melakukanintercensi biasa dilakukan dalam beberapa tindakan. Bentuk intervensiyang dilakukan oleh pihak ketiga dalam sebuah konflik tidak hanyadalam bentuk intervensi dengan menggunakan pasukan militer, namundapat dengan memberikan sikap netral dan membantu proses distribusisumber daya dan bukan berupa distribusi senjata. Dari

Dian Kartika Putri

964 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

tindakan-tindakan tersebut, terdapat sejumlah tindakan yang jugadilakukan oleh pemerintah Yunani seperti dengan membantupersenjataan dengan mengirimkan anggota militer ke wilayah Siprus.

Intervensi yang dilakukan oleh negara lain dalam konflik etnis ini dapatdilatarbelakangi oleh sejumlah alasan. Terdapat motif afeksi dan motifinstrumental terkait keterlibatan negara dalam konflik negara lain.Motif afeksi ini berupa adanya adanya persamaan historis terhadapketidakadilan, adanya kesamaan identitas, persamaan agama, kesamaanprinsip dan ideologi atau dengan adanya persamaan ras. Motifinstrumental negara lebih mengarah pada motif-motif politik danekonomi negara yang berkaitan dengan kepentingan. Motif instrumentaltersebut meliputi pertimbangan politik internasional, peningkatanekonomi, politik domestik, dan kepenitngan militer. Dengan adanyamotif yang melatarbelakangi keikutsertaan negara lain dalam konflik,kehadiran pihak ketiga dalam konflik dapat menyebabkan konflikberkepanjangan dan tidak mendukung percepatan proses penyelesaiankonflik.

Adanya kesamaan etnis, ideologi, agama, identitas, atau sejarahketidakadilan dapat mendorong negara lain untuk terlibat dalamperluasan konflik ini. Namun dalam eskalasi, konflik etnis dapatsemakin meluas dengan adanya empat kondisi. Kondisi pertama adalahketika wilayah negara lain digunakan untuk berlindung atau melakukanpelatihan perang. Kondisi kedua adalah ketika dalam konflik etnistersebut terdapat unsur iredentisme atau penyatuan dengan negarainduk dimana wilayah tersebut merupakan wilayah terluas yangdikontrol oleh etnis yang terkait. Kondisi ketiga adalah ketika konfliketnis digunakan sebagai kepentingan politik dari pemimpin negarauntuk memainkan “ethnic card” di negara lain. Kondisi keempat adalahpemanfaatan konflik internal yang terjadi untuk mencapai kepentingan.

Ikatan identitas antara etnis Yunani di Siprus dengan Yunani menjadisalah satu faktor yang membawa Yunani dalam konflik Siprus.Kehadiran Yunani sebagai pihak ketiga dalam konflik ini menjadikankonflik Siprus tereskalasi. Jika dianalisa melalui empat cara eskalasiyakni melakukan pelatihan perang di negara lain, memiliki unsuriirredentis, pemanfaatan ethnic card oleh pemimpin negara, danmemanfaatkan konflik internal negara untuk mencapai targetkepentingan. Cara pertama dengan adanya bantuan militer dalampemberontakan melawan pemerintah pusat. Pada kudeta pada tahun1974 pemerintah Yunani membantu kudeta yang dilakukan olehkelompok sayap kanan untuk menjatuhkan Presiden Makarios danbersatu dengan Yunani.

Analisis Intervensi Yunani dalam Eskalasi Konflik Siprus

Jurnal Analisis HI, September 201 965

Hal kedua adalah adanya unsur irredentis yang diharapkan olehpemimpin salah satu etnis. Dalam konflik Siprus ini, etnis Yunanimemiliki keinginan untuk bersatu dengan Yunani yang merupakandaratan induk dari masyarakat etnis Yunani. Sehingga dalam konflik inijelas terdapat unsur irredentis yang ditunjukkan dengan adanya kudetapada tahun 1974. Kemudian yang ketiga adalah penggunaan ethnic cardoleh pemimpin negara. Ikatan etnis dapat membangun pandangan“kita” dan “mereka” terhadap masing-masing etnis. Hal tersebut dapatdigunakan oleh pemimpin negara untuk memancing adanya konflik lain.Dalam konflik Siprus, pemerintah Yunani dapat menggunakan etnisitasmasyarakat Siprus dalam membangun pandangan terhadap Turki.

Cara keempat yang mungkin dilakukan dalam eskalasi konflik etnisadalah memanfaatkan kondisi internal negara untuk memenuhikepentingannya. Adanya konflik di suatu negara tentu akan memberikemudahan bagi negara lain untuk mencapai kepentingannya melaluikondisi tersebut. Pemanfaatan kondisi internal ini ditunjukkan dengansikap Yunani yang tidak terlibat secara aktif dalam proses penyelesaiankonflik Siprus. Ikatan etnis Yunani dan masyarakat Siprus kemudianturut menjadikan Yunani sebagai rekan dagang terbesar bagi Siprus.Selain itu, Siprus juga banyak dibantu dalam taraf regional oleh Yunaniyang bertujuan untuk menciptakan dukungan regional dan kekuatantandingan terhadap Turki.

Dari empat cara eskalasi yang ada, kehadiran Yunani dalam konflikSiprus sebagai pihak ketiga telah menunjukkan adanya proses eskalasikonflik. Pada empat cara dalam eskalasi konflik, setiap tindakan yangdilakukan oleh pemerintah Yunani menunjukkan dukungan terhadapproses persatuan dengan Yunani. Hal tersebut dapat menguntungkanYunani dalam penguasaan wilayah Aegean dan Mediterania. Faktorgeografis kemudian menjadi faktor pendorong bagi pemerintah Yunanidalam konflik Siprus yang lebih banyak disebabkan oleh masalahperebutan wilayah. Faktor-faktor diatas kemudian menjelaskan adanyamotif kepenitngan dalam intervensi yang dilakukan oleh Yunanidisamping motif afeksi yang dilatarbelakangi oleh adanya kesamaanetnis antara masyarakat Siprus dengan Yunani.

Intervensi yang dilakukan oleh Yunani dalam konflik etnis di Siprussebagai pihak ketiga dalam eskalasi konflik merujuk pada sejumlahindikasi. Pemerintah Yunani menjadikan konflik etnis di Siprus sebagaialat untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Dukungan yangdiberikan Yunani terhadap etnis Yunani di Siprus salah satunyaditunjukkan melalui upaya Yunani dalam mengangkat konflik Siprus diranah regional melalui keanggotaannya dalam Uni Eropa. Selain itu,Yunani juga membantu Siprus untuk menjadi anggota tetap Uni Eropapada tahun 2004.

Dian Kartika Putri

966 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Dukungan-dukungan yang dilakukan oleh Yunani terkait konflik Siprusini tidak tercermin dalam proses penyelesaian konflik. PemerintahYunani lebih banyak menyerahkan keputusan terkait penyelesaiankonflik kepada masyarakat dan pemerintah Siprus. Namun ketikaterdapat isu mengenai kekerasan atau ketidakadilan terhadapmasyarakat etnis Yunani, pemerintah Yunani dengan sigap memberikantanggapan dan bantuan. Dengan sedikitnya peranan pemerintah Yunanidalam proses penyelesaian konflik etnis Siprus, maka keterlibatanYunani dalam konflik etnis ini dapat dikaitkan dengan kondisi dalameskalasi konflik yang memanfaatkan konflik internal sebuah negarasebagai alat untuk mencapai kepentingan.

KEPENTINGAN GEOPOLITIK YUNANI DALAM ESKALASIKONFLIK SIPRUS

Kepentingan nasional memiliki berbagai macam latar belakang yangkemudian memotivasi aktor untuk menentukan kepentingan nasional.Motivasi pembuatan ini dapat dibagi dalam empat kelompok yaknimotivasi individu, motivasi ideologi, motivasi strategis, dan motivasiorganisasi. Motivasi individu ini mengarah pada motivasi individu yangdalam hal ini memiliki wewenang dalam pembuatan kepentingannasional seperti pemerintah negara yang direpresentasikan dalamkepentingan nasional. Kemudian motivasi ideologi merupakan suatumotivasi dalam pembuatan kepentingan nasional yang dilandaskan padaideologi yang digunakan oleh negara yang bersangkutan sejak lamauntuk meningkatkan power yang dimiliki. Motivasi strategis sendirilebih kepada bagaimana suatu kepentingan nasional harus dibentukberdasar pada satu strategi yang tepat. Motivasi yang terakhir adalahmotivasi organisasi yang merupakan suatu upaya dari negara dalammencapai kepentingan melalui keikutsertaan dalam organisasi yangmemiliki orientasi kepentingan yang sama.

Teori-teori dan strategi yang ada dalam geopolitik ini berkaitan dengankekuatan hegemoni. Dalam pandangan klasik, teori yang disampaikanoleh Mackinder mengenai Heartland berfokus pada penguasaandaratan. Dalam pandangan Mackinder penguasaan terhadap daratanHeartland akan membawa negara untuk menguasai dunia. KawasanHeartland yang merupakan daratan Eropa Timur dipandang sebagaipusat dunia. Namun pandangan Mackinder ini kemudian ditentang olehSpykman yang menyatakan bahwa penguasaan terhadap daratanRimland merupakan kunci dalam menguasai dunia. Kawasan Rimlandmerupakan wilayah pinggiran dari Heartland yang berada di wilayahEurasia.

Analisis Intervensi Yunani dalam Eskalasi Konflik Siprus

Jurnal Analisis HI, September 201 967

Kepentingan Yunani dalam konflik etnis Siprus tidak terlepas dari letakgeografis Siprus yang sangat strategis. Siprus yang secara geografisberdekatan dengan wilayah laut Aegean menjadi lokasi yang strategisdalam pandangan Yunani untuk meluaskan pengaruhnya pada kawasanMediterania. Dengan adanya pengaruh di wilayah Siprus yang memilikiwilayah geografis berdekatan dengan Turki dapat menjadi ancamanterhadap pengaruh Turki di kawasan sekitarnya. Menyadari perluadanya persiapan terhadap perlawanan yang mungkin dilakukan olehSiprus, Yunani kemudian memperkuat sektor militernya untukpenguatan pertahanan Yunani dalam meluaskan kekuasaannya dansebagai bentuk pertahanan terhadap militer Turki. Yunanimenganggarkan enam persen dari keseluruhan anggaran negaranyauntuk memperkuat pertahanan militer yang diutamakan padapenguatan angkatan laut Yunani untuk menguasai wilayah Laut Aegeandengan pembelian senjata dan pelatihan pasukan.

Secara garis besar, Yunani dalam konflik Siprus tentu memilikikepentingan geopolitik yang didukung dengan adanya ikatan etnisdengan masyarakat Siprus. Dengan terpisahnya pemerintahan Siprusdibawah kepemimpinan etnis Yunani, maka akan lebih mudah bagiYunani untuk masuk dan memberikan pengaruh politik di Siprus. Haltersebut tercermin dengan sikap Yunani yang memberikan kekuasaanpada pemerintah Siprus untuk memilih melakukan reunifikasi ataumenyelesaikan konflik dengan tetap berdiri sebagai satu negaraindependen Siprus Selatan. Secara pengaruh geopolitik sendiri baikreunifikasi maupun tetap dalam bentuk negara yang terpisah, dominasietnis Yunani dalam masyarakat Siprus tentu akan membantu Yunanidalam menanamkan pengaruh dan mencapai kepentingannya di Siprus.Kepentingan geopolitik Yunani terhadap Siprus secara jelas telah masukdalam agenda geopolitik negara. Wilayah Siprus yang strategis dandekat dengan Turki dapat memudahkan Yunani dalam meningkatkanancaman terhadap Turki. Selain dapat mengancam posisi Turki melaluikedekatan geografis, Yunani juga dapat memanfaatkan wilayah Siprusuntuk memperluas pengaruhnya di kawasan Mediterania. Melaluipenguasaan wilayah Siprus, peran Yunani sebagai pintu masuk darikawasan Asia ke Eropa menjadi semakin besar. Siprus yang menjadisalah satu alat Uni Eropa untuk menunda keanggotaan tetap Turkidalam Uni Eropa juga dapat meningkatkan peranan Yunani dalam skalakawasan. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan olehSpykman terkait dengan penguasaan wilayah Rimland sebagai tahapanuntuk memperluas pengaruh dan kekuasaan ke kawasan lain.

Kepentingan Yunani yang tidak terlepas dari penguasaan wilayahAegean menjadikan Yunani memasukkan wilayah Siprus dalam tujuanstrategi geopolitiknya. Lokasi Siprus yang dekat dengan daratan Turkidan sejumlah negara Asia Tengah lain tentu menguntungkan bagi

Dian Kartika Putri

968 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Yunani. Dalam hal letak yang berdekatan dengan Turki misalnya,pemerintah Yunani akan lebih mudah untuk menghalau atau memberiancaman terhadap Turki. Hal ini terkait pula dengan data terkaitanggaran militer Yunani yang difokuskan pada pencegahan seranganoleh Turki. Dengan adanya konflik etnis yang memisahkan etnis Yunanidan Turki dalam dua wilayah di Siprus, Yunani dapat menggunakanikatan etnis dengan masyarakat Siprus untuk menanamkan pengaruhkekuasaan di Siprus.KEPENTINGAN GEOEKONOMI YUNANI DALAM ESKALASIKONFLIK SIPRUS

Geoekonomi lahir setelah periode Perang Dingin menggantikan perangeopolitik. Pergeseran geopolitik kepada geoekonomi dilandasi adanyapergeseran fokus persaingan negara-negara pada sektor ekonomi. Haltersebut kemudian menjadikan negara-negara di dunia berlomba untukmerancang strategi geoekonomi masing-masing dalam persainganglobal. Munculnya kekuatan ekonomi baru dalam skala internasionalkemudian menjadi fokus utama dalam pembuatan strategi geoekonomimasing-masing negara. Geoekonomi kemudian didefinisikan sebagaistudi yang mencakup aspek spasial, budaya, dan strategi terkait sumberdaya yang bertujuan untuk meningkatkan competitive advantage secaraberkelanjutan. Di sisi lain juga ada definisi mengenai geoekonomisebagai bentuk kombinasi dari faktor geografi dan ekonomi dalamtataran perdagangan internasoinal.

Terjadinya krisis ekonomi yang melanda Yunani yang juga berdampakpada perekonomian Siprus banyak diproyeksikan mampu menjadipenengah dalam konflik Siprus mengingat kondisi ekonomi Turki yanglebih stabil dibandingkan Yunani. Namun, pemerintah Siprus tidakmenerima pinjaman dari pemerintah Turki dan mendapat danapinjaman dari Uni Eropa dan IMF. Adanya kesamaan tujuan Siprus danYunani dalam pengembangan sumber energi untuk pasokan kebutuhangas di Uni Eropa yang akan berkurang dari Rusia, tidak dapatmengesampingkan posisi Turki.

Keinginan Yunani dan Siprus untuk memberikan pemenuhankebutuhan pasoka gas terhadap Uni Eropa juga diharapkan mampumendorong penyelesaian konflik Siprus. Adanya sengketa terhadapwilayah Siprus dan klaim yang dilakukan oleh Turki dapat mempersulitproses pembangunan proyek pipa gas yang dilakukan oleh Siprus danYunani. Pada tahap pembangunan pengeboran minyak oleh NobleEnergy di wilayah ZEE Siprus, pihak Turki melalui armada lautnyamelakukan peringatan terhadap proses pengeboran di wilayah tersebut.Dalam pandangan pemerintah Turki, Siprus tidak memiliki hak untukmelakukan pengeboran di wilayah tersebut sebelum memilikikesepakatan dalam penyelesaian sengketa dengan Siprus Utara. Hal

Analisis Intervensi Yunani dalam Eskalasi Konflik Siprus

Jurnal Analisis HI, September 201 969

tersebut berbanding terbalik dengan pandangan negara-negara lainyang melegalkan tindakan Siprus. Siprus dipandang memiliki hak dalammelakukan pengeboran di wilayah ZEE-nya. Hal tersebut tercantumdalam kesepakatan hukum laut yang berada dibawah PBB. Siprussendiri merupakan salah satu negara yang menandatangani perjanjiantersebut dan Turki tidak ikut menandatangani perjanjian yang sama.

Meski pemerintah Turki melarang adanya pengeboran minyak dan gasdi wilayah perairan yang masih dalam sengketa, pihak Siprus Utara danTurki telah menandatangani kerjasama pengeboran di perairan SiprusUtara. Selain melakukan kesepakatan dalam pengeboran, hubunganperekonomian antara Siprus Utara dan Turki menyebabkanketergantungan Siprus Utara terhadap Turki. Siprus Utara yangpertumbuhan GDP-nya hanya mencapai setengah dari GDP Siprussangat bergantung pada Turki ketika terjadi ketidakstabilan ekonomimengingat Siprus Utara mendapat embargo dari Uni Eropa.Ketergantungan Siprus Utara terhadap Turki dan tawaran Turki dalambantuan ekonomi bagi Siprus Selatan dapat dipandang sebagai alatpolitik Turki dalam mengambil simpati masyarakat Siprus Selatan.

Pada tahun 2013, perekonomian Yunani yang terus menurunmendorong pemerintah Yunani untuk membangun hubungan ekonomiyang baik dengan sejumlah negara. Turki merupakan salah satu negarayang menjadi destinasi investasi Yunani. Kunjungan Perdana MenteriYunani ke Ankara, Turki menghasilkan kesepakatan peningkatankerjasama ekonomi Turki dan Yunani yang ditargetkan mencapai $10milyar per tahun. Dari kerjasama perdagangan tersebut, pemerintahTurki mengharapkan adanya inisiatif positif dari Yunani dalampenyelesaian konflik Siprus.

Dian Kartika Putri

970 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Gambar 2 Peta Persebaran Pasokan Gas Alam Rusia ke Eropa

Meski Yunani dan Turki telah bersepakat untuk meningkatkankerjasama perdagangan antara kedua negara, namun Yunani dan Turkibelum memiliki kesepakatan mengenai hak pengeboran di wilayah lautAegean. Kesepakatan dengan Uni Eropa mengenai penyediaan sumberenergi alternatif pasca pengurangan pasokan gas Rusia yang berpindahke pasar Asia melalui Cina dan adanya keterlibatan Rusia dalam konflikUkraina. Dalam gambar 4.2 dapat dilihat besarnya kebutuhan pasarEropa terhadap pasoka gas Rusia. Kesepakatan Rusia dengan Cinaterkait pemenuhan kebutuhan gas di Cina menurunkan angka pasokangas yang diberikan oleh Rusia pada pasar Eropa. Hal ini yangmendorong kebutuhan terhadap pasokan energi dari sumber lain yangdisediakan oleh pasar Mediterania dan Timur Tengah melalui Yunani.

Keinginan Yunani untuk menjadi jangkar bagi pasokan minyak dan gasbumi dari wilayah Mediterania dan Afrika tentu akan menguntungkanposisi Yunani dalam kawasan. Dengan memiliki wewenang dalampasokan sumber daya, Yunani dan Siprus dapat mengambil posisipenting bagi Uni Eropa. Dalam pandangan geoekonomi disampaikanmengenai munculnya tren perebutan kontrol terhadap sumber dayaterutama minyak dan gas. Penguasaan terhadap sumber daya ini terkaitdengan strategi geopolitik negara dalam melebarkan pengaruhnya.Penguasaan wilayah tidak dapat dilepaskan dari kontrol terhadapsumber daya yang terdapat di wilayah tersebut. Sehingga kontrolterhadap sumber daya dalam konteks ekonomi juga dapatmeningkatkan pengaruh negara dalam kawasan maupun dunia.

Analisis Intervensi Yunani dalam Eskalasi Konflik Siprus

Jurnal Analisis HI, September 201 971

Kerjasama antara Yunani dan Siprus meningkatkan kontrol Yunaniterhadap wilayah Siprus yang membawa Yunani dan Siprus sebagaijangkar bagi kebutuhan gas Eropa dari pasar Mediterania dan TimurTengah. Peran penting tersebut dapat mengesampingkan prosespenyelesaian konflik Siprus. Gagasan reunifikasi dalam penyelesaiankonflik Siprus dapat ditolak oleh masyarakat Yunani-Siprus ketikapenyelesaian konflik ketika diputuskan melalui referendum yang tidakmengharuskan penyelesaian melalui reunifikasi. Jika pemerintah Turkihanya mensyaratkan adanya penyelesaian konflik untuk melegalkanpengeboran dan pembangunan pipa gas di kawasan ZEE, maka tanpaadanya reunifikasi Siprus dan Yunani dapat tetap menjalankan proyekpengeboran dan pembangunan pipa gas menuju Eropa.

Dalam pandangan geoekonomi klasik, adanya perebutan sumber dayayang terdapat di suatu wilayah dapat terjadi di wilayah yang berbatasan.Konflik perebutan wilayah dan izin atas pengeboran minyak dan gas diperairan Siprus menjadi bukti bahwa kekayaan sumber energi padawilayah pebatasan dapat memicu adanya konflik kekerasan terutamaapabila sumber energi tersebut berada di wilayah ZEE. Selain terkaitdengan faktor sengketa teritorial, namun dalam hal akses terhadapsumber energi juga dapat menjadi sebab munculnya penggunaankekerasan dalam perebutan sumber daya. Apabila salah satu pihakmenghambat akses terhadap sumber daya yang ada. Kemudian ada pulafaktor sengketa terhadap alokasi ketika terdapat dua negara yangberdekatan melakukan kerja sama dalam eksplorasi sumber daya dandalam proses alokasinya tidak sesuai dengan kesepakatan. Yang terakhiradalah faktor pembagian keuntungan. Keuntungan yang dapat diperolehdari eksplorasi sumber daya seperti minyak dan gas yang besar dapatmenjadi permasalahan. Pihak pemerintah Siprus sendiri dalammengantisipasi konflik terkait keuntungan eksplorasi sumber daya telahmenawarkan adanya pembagian keuntungan dengan Siprus Utara.Namun hal tersebut tidak memudahkan Siprus dalam mencapaikesepakatan dan izin pengeboran dari Turki. Yunani sebagai pihak luar,dalam sisi geoekonomi memiliki kepentingan untuk turut mendapatkeuntungan atas kekayaan sumber daya yang ada di wilayah perairanSiprus. Adanya rivalitas antara Yunani dan Turki dapat meluas akibatadanya sengketa terhadap sumber daya di Siprus dan memperluas ranahkonflik Siprus.

KESIMPULAN

Sehingga secara keseluruhan, keterlibatan Yunani dalam konflik Sipruslebih banyak didominasi oleh motivasi instrumental untuk memenuhi

Dian Kartika Putri

972 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

kepentingan Yunani. Kepentingan Yunani ini tidak terlepas darigeostrategis dari Siprus yang mampu membantu kepentingan politikdan ekonomi dari Yunani. Sehingga, ikatan etnis yang sama denganmasyarakat Siprus dapat digunakan untuk masuk sebagai pihak ketigadan mengejar kepentingan Yunani. Kepentingan Yunani tersebut dicapaidengan strategi geoekonomi dan geopolitik yang dijalankan olehpemerintah Yunani.

Daftar Pustaka

Anonim.2012.Turkish bailout for near-bankrupt Greek Cypriotspossible, minister says,[online] tersedia dalamhttp://www.todayszaman.com/news-300354-turkish-bailout-for-near-bankrupt-greek-cypriots-possible-minister-says.html [diaksespada 1 Juni 2014].

Anonim.2014. Joint Declaration: final version as agreed between the twoleaders, [online] tersedia dalamhttp://cyprus-mail.com/2014/02/11/joint-declaration-final-version-as-agreed-between-the-two-leaders/ [diakses pada 10 April 2014]

Anonim.t.t. Chronology, [online] tersedia dalamhttp://www.cyprus-conflict.net/chronology.html [diakses pada 1Juli 2014]

Anonim.t.t. Geoeconomics, [online] tersedia dalamhttp://www.merriam-webster.com/dictionary/geoeconomics[diakses pada 1 Juni 2014].

Anonim.t.t. The 1974 Turkish Invasion and its Consequences, [online]tersedia dalamhttp://www.moi.gov.cy/moi/pio/pio.nsf/All/6F5DD418DD053ED1C2256D6D001E7571?OpenDocument [diakses pada 1 Juli 2014].

Anonim.t.t.Why Greece and the Greek Cypriots do not Want Peace inthe Island?, [online] tersedia dalamhttp://www.mfa.gov.tr/why-greece-and-the-greek-cypriots-do-not-want-peace-in-the-island_.en.mfa [diakses pada 1 Juli 2014]

Bank of Cyprus, Annual Economic Indicator, [pdf] tersedia dalamhttp://www.centralbank.gov.cy/media/pdf/AnnualEconomiIndicJune2014Eng.pdf [diakses pada 5 Juni 2014].

Birand, M.A.1985.30 Hot Days.LefkoÕa: K. Rustem and Bro.Brabant,Malcolm.2009. Greek Cypriot bodies identified, [online]

tersedia dalam http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/8196106.stm[diakses pada 10 Juni 2014].

Carment, David, Patrick James, & Zeynep Taydas.2009.TheInternationalization of Ethnic Conflict: State, Society, and Synthesis,dalam International Studies Review 11, 63–86.

Analisis Intervensi Yunani dalam Eskalasi Konflik Siprus

Jurnal Analisis HI, September 201 973

Ciberova, Denisa & Vladimira Repasova.2013.Geo-Economics of theEuropean Union in G-20 Context: Focus on Trade, dalam EconomicReview Vol.42,1

Clinton, David W.1986.“The National Interest: Normative Foundations”The Review of Politics, Vol. 48, No. 4

Coats ,Christopher. 2014.Does Cyprus Hold The Key To Europe's EnergyWoes?, [online] tersedia dalamhttp://www.forbes.com/sites/christophercoats/2014/05/14/does-cyprus-hold-the-key-to-europes-energy-woes/ [diakses pada 1 Juni2014].

Csurgai, Gyula. 1998.Geopolitics, Geoeconomics, and EconomicIntelligence, dalam Strategic Datalink No.69.

Defterios, John & Irene Chapple.2014.Cyprus: A Mediterranean islandslowly rebuilding after crisis, [online] tersdia dalamhttp://edition.cnn.com/2014/04/10/business/cyprus-a-mediterranean-island-on-the-mend/ [diakses pada 5 Juni 2014]

Dr. Esther Kramer, Economic, Social, and Territorial Situation ofGreece, [pdf] tersedia dalamhttp://www.europarl.europa.eu/RegData/etudes/note/join/2011/460052/IPL-REGI_NT(2011)460052_EN.pdf [diakses pada 6 Juni2014].

Flint ,Colin.2005.The Geography of War and Peace.Oxford: OxfordUniversity Press

Flint ,Colin.2006 Introduction to Geopolitics.New York:Routledge.George K Georgiou, Referendum needed on whether we really want a

BBF, [online] dalamhttp://cyprus-mail.com/2014/01/26/referendum-needed-on-whether-we-really-want-a-bbf/ [diakses pada 17 Maret 2014].

Gizem Çakmak, Greek -Turkish Relations in the post Helsinki Period: IsEurope a framework providing détente?,[pdf] tersedia dalamhttp://www.idec.gr/iier/new/Europeanization%20Papers%20PDF/Gizem%20Cakmak%20Greek%20-Turkish%20Relations%20in%20the%20post%20Helsinki%20Period.pdf [diakses pada 30 Mei 2014].

Griffith, Martin, Roach dan O’Challaghan.2008.International Relations:The Key Concepts.New York: Routledge.

Griffiths, Mochn & Terry O’Callaghan.2002.International Relation: TheKey Concepts. New York: Routledge.

Hadjipavlou, Maria.2007. The Cyprus Conflict: Root Causes andImplications for Peacebuilding, dalam Journal of Peace Research,Vol. 44, no. 3.

Hartmann, Frederick H.1978.The Relations of Nations, 5th edition.NewYork:Macmillan & Collier Macmillan.

Harvey, David.2003.The New Imperialism.New York: Oxford UniversityPress.

Hellenic Republic Ministry of Foreign Affairs, The Greek Economy in2008, [online] tersedia dalam

Dian Kartika Putri

974 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

http://www.agora.mfa.gr/frontoffice/portal.asp?cpage=RESOURCE&cresrc=477&cnode=110&clang=1 [diakses pada 1 Juni 2014]

Hellenic Republic Ministry of Foreign Affairs.t.t.Cyprus,[online] tersediad a l a mhttp://www.mfa.gr/en/blog/greece-bilateral-relations/cyprus/[diakses pada 1 Juli 2014].

Heraclides , Alexis.2011. The Essence of the Greek-TurkishRivalry:National Narrative and Identity, dalam GreeSE Paper No.51.

Jackson,Alex.2013.Greece and Turkey Spar Over AegeanEnergy,[online] tersedia dalamhttp://www.naturalgaseurope.com/greece-and-turkey-spar-over-aegean-energy [diakses pada 10 Juni 2014].

Klare, Michael T.2002.Resource Wars: The New Landscape of GlobalConflict.New York:Holt Paperback.

Lake, David A & Donald Rothchild.1996.Ethnic Fears and GlobalEngagement: The International Spread and Management of EthnicConflict, dalam Policy Paper No.20.Institute on Global Conflict andCooperation.

Leigh, James & Predrag Vukovic.2011.A Geopolitics of Cyprus, [online]tersedia dalamhttp://www.gloria-center.org/2011/12/a-geopolitics-of-cyprus/[diakses pada 1 Juni 2014]

Levy, Jack. S.2002.. “Qualitative Methods in International Relations”,dalam Frank P. Harvey and Micheal Brecher (ed.), EvaluatingMethodology in International Studies.Ann Arbor: the University ofMichigan Press.

Lobell, Steven E. & Philip Mauceri.2004.Ethnic Conflict andInternational Politics:Explaining Diffusion and Escalation.NewYork:Palgrave Macmillan.

Martin Riegl, LanguageAnd Identity In Cyprus, [pdf] tersedia dalamhttp://alppi.vedeckecasopisy.cz/publicFiles/00121.pdf [diaksespada 1 Juni 2014]

Migdalovitz,Carol.2007.Cyprus: Status of U.N. Negotiations and RelatedIssues.CRS Report for Congress.

Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Cypru.2014., Ministers ofForeign Affairs and Energy, Commerce, Industry and Tourism meetEU Commissioner for Energy - 25/06/2014, [online] tersedia dalamhttp://www.mfa.gov.cy/mfa/mfa2006.nsf/All/145BC58462852743C2257D02003926CF?OpenDocument [diakses pada 1 Juni 2014]

Morelli, Vincent.2013.Cyprus: Reunification Proving Elusive.CRSReport for Congress.

Naomi Rosenbaum, Cyprus and the United Nations: An Appreciation ofParliamentary Diplomacy, dalam The Canadian Journal ofEconomics and Political Science, Vol. 33, No. 2 (Canada:BlackwellPublishing, 1967).

Analisis Intervensi Yunani dalam Eskalasi Konflik Siprus

Jurnal Analisis HI, September 201 975

Pritchard, Ambrose Evan.2014.Gas bonanza for Cyprus hostage tostrategic battle with Turkey, [online] tersedia dalamhttp://www.telegraph.co.uk/finance/newsbysector/energy/oilandgas/10647382/Gas-bonanza-for-Cyprus-hostage-to-strategic-battle-with-Turkey.html [diakses pada 1 Juni 2014].

PWC, Cyprus offshore hydrocarbon developments, [online] tersediadalam http://www.pwc.com.cy/en/industries/eumcyoffshore.jhtml(diakses pada 1 Juni 2014)

PWC, Undiscovered oil & gas resources in the Mediterranean, [online]tersedia dalamhttp://www.pwc.com.cy/en/energy-utilities-mining/undiscovered-oil-gas-resources-mediterranean.jhtml [diakses pada 1 Juni 2014]

Regan, Patrick M.2000. Third Party Interventions and the Duration ofIntrastate Conflicts, [pdf] tersedia dalamhttp://siteresources.worldbank.org/DEC/Resources/thirdparty_intervention_duration_intrastate_conflict.pdf [diakses pada 1 Juli2014].

Roselle, Laura & Sharon Spray.2007.“Scholarly Literature and theLiterature Review”, dalam Research and Writing in InternationalRelations.New York: Pearson Longman.

Rudolf, Kathrin Maria.2012.Economic,Social, and Territorial Situationof Cyprus, [pdf] tersedia dalamhttp://www.europarl.europa.eu/delegations/pl/studiesdownload.html?languageDocument=EN&file=76371 [diakses pada 6 Juni 2014].

Saideman,Stephen M.2001. The Ties That Divide:Ethnic Politics,Foreign Policy, and International Conflict.New York: ColumbiaUniversity Press.

Sean J Byrne, The Roles of External Ethnoguarantors and PrimaryMediators in Cyprus and Northern Ireland, [pdf] tersedia dalamhttps://www.kent.ac.uk/politics/carc/reading-group/archive-1213/Byrne%20Sean%202007%20The%20roles%20of%20External%20Ethnoguarantors.pdf [diakses pada 20 Mei 2014]

Silalahi, Ulbe.2006. Metode Penelitian Sosial.Bandung: Unpar Press.Soilen, Klaus Solberg.2012. Geoeconomics.Bookboon.Stefanos Evripidou, Foreign ministry calls on Cypriots not to travel to

Turkey in wake of visa change, [online] tersedia dalamhttp://cyprus-mail.com/2014/04/18/foreign-ministry-calls-on-cypriots-not-to-travel-to-turkey-in-wake-of-visa-change/ [diakses pada14 Juni 2014].

STRATFOR, The Geopolitics of Greece: A Sea at Heart, [doc] tersediad a l a mhttps://wikileaks.org/gifiles/attach/27/27054_GREECE%20monograph%20for%20c.e..doc [diakses pada 10 Juni 2014]

Vela, Justin.2012. Turkey: Cyprus Gas Drilling Could be GeopoliticalAccident Awaiting to Happen, [online] tersedia dalam

Dian Kartika Putri

976 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

http://eurodialogue.eu/Turkey-Cyprus-Gas-Drilling-Could-be-Geopolitical-Accident-Waiting-to-Happen [diakses pada 20 Juni 2014]

Wardhani,Baiq LSW.2010.Globalisasi & Konflik Etnis.Surabaya:CSGS.Whittaker, David J.1999.Conflict and Reconciliation in the

Contemporary World.New York:Routledge.Yackley,Ayla Jayn.2013.Greece, in trouble elsewhere, boosts cooperation

with Turkey, [online] tersedia dalamhttp://www.reuters.com/article/2013/03/04/us-turkey-greece-idUSBRE9230V120130304 [diakses pada 10 Juni 2014].

Zindagi Maria, Language and the Construction of Identity in Cyprus,[pdf] tersedia dalamhttp://www.lse.ac.uk/europeanInstitute/research/hellenicObservatory/pdf/3rd_Symposium/PAPERS/ZINGI_MARIA.pdf [diaksespada 1 Juni 2014].