Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY OLEH PT. ANTAM TBK. UBPE PONGKOR DI DESA BANTAR KARET, KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT PERIODE
TAHUN 2015
Panji Agdiwijaya dan Amy Yayuk Sri Rahayu
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
Abstrak
Penelitian ini membahas implementasi corporate social responsibility yang dilakukan oleh PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor di Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat periode tahun 2015 dan faktor-faktor yang memengaruhi implementasinya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori good governance dan corporate social responsibility. Penelitian dilakukan dengan menggunakan paradigma kualitatif, melalui wawancara mendalam dan studi dokumen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti memperoleh hasil bahwa implementasi corporate social responsibility yang dilakukan oleh PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor di Desa Bantar Karet dibagi menjadi tiga jenis program, yaitu Program Pengembangan Masyarakat, Program Kemitraan, dan Program Bina Lingkungan. Hasil penelitian menyarankan bahwa perusahaan seharusnya meningkatkan pelaksanaan monitoring dan evaluasi, menjalin koordinasi lebih dalam dengan stakeholder terkait, dan meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan aparat keamanan yang berwenang, untuk masalah penambangan emas tanpa ijin ( PETI ). Kata Kunci: corporate social responsibility, badan usaha milik negara, pemberdayaan masyarakat.
Abstract
This research discusses about Corporate Social Responsibility Implementation by PT. Antam Tbk UBPE Pongkor at Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat year 2015 and the factors that affect its impelementation. Researcher uses good governance and corporate social responsibility theory as relevant concepts. By using qualitative paradigm and in-depth interview as well as literature study, researcher find that the implementation of Corporate Social Responsibility Implementation by PT. Antam Tbk UBPE Pongkor at Desa Bantar Karet consists of three programs, Citizen Development Program, Partnership Program, and Environmental Development Program. The researcher suggests that the corporation should increase evaluation and monitoring on its program, increase partnership with stakeholders about program, and increase cooperation and coordination with authorities, to handle illegal miners problem. Keywords: corporate social responsibility, state-owned enterprises, citizen empowerment.
Analisis Implementasi ..., Panji Agdiwijaya, FISIP UI, 2017
Pendahuluan
Seperti yang disebutkan melalui Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara (Pasal 2), tujuan pembentukan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dimaksudkan agar negara dapat mencari keuntungan sebesar-besarnya melalui
penyediaan barang dan jasa. Namun, dalam pasal yang sama pula, disebutkan bahwa
pembentukan BUMN oleh pemerintah adalah untuk turut aktif memberikan bimbingan dan
bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Kedua tujuan
tersebut bisa jadi berbenturan antara satu sama lain, namun perusahaan yang sukses adalah
perusahaan yang dalam manajemennya berhasil memenuhi setiap tanggung jawab dan
mengembangkan strategi agar kewajiban-kewajiban ini saling melengkapi satu sama lainnya.
(Lawrence, 2005)
Pihak perusahaan dituntut memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat
dengan mengedepankan kepentingan jangka panjang dan keberlanjutan daripada
kepentingan-kepentingan sesaat melalui program Corporate Sosial Responsibility (CSR)
(Alizar, dkk, 2006). CSR itu sendiri merupakan suatu bentuk tanggung jawab sosial yang
harus dilaksanakan oleh sebuah perusahaan terhadap daerah dan masyarakat sekitar
perusahaan yang terkena dampak dari aktivitas perusahaan, baik secara langsung maupun
tidak langsung (Aprilianti, 2008). Philip Kotler (dalam Solihin, 2009) mendefinisikan CSR
sebagai berikut ini, “Corporate social responsibility is a commitment to improve community
well-being through discreationary business practices and contribution of corporate
resources” atau dengan demikian, maka CSR menjadi cara yang digunakan oleh perusahaan
untuk menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan (publik) sekitarnya dalam rangka
mencapai suatu pembangunan yang berkelanjutan dengan sukarela.
Pengimplementasian CSR oleh berbagai perusahaan saat ini, menurut Achwan (2006)
telah mengalami perubahan dalam rentang waktu yang cukup lama. Pelaksanaan CSR sudah
berjalan semenjak tahun 1950-an karena dilatarbelakangi oleh persoalan kemiskinan dan
keterbelakangan pada saat itu. Konsep CSR terus dibahas setelah itu, pada tahun 1966 dalam
The Future Capitalism yang ditulis Lester Thurow, dilanjutkan pada tahun 1970-an terbitlah
The Limits to Growth yang merupakan buah pemikiran cendekiawan dunia yang tergabung
dalam club of rome, merupakan fenomena strategi perusahaan yang mengakomodasi
kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya (Yulianti, 2012). Dalam konteks global, istilah
CSR mulai digunakan sejak tahun 1970an dan semakin populer setelah dikeluarkannya buku
Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business, oleh John
Analisis Implementasi ..., Panji Agdiwijaya, FISIP UI, 2017
Elkington. Dalam buku tersebut, Elkington mengembangkan tiga komponen penting
sustainable development, yakni economic growth, environmental protection, dan social
equity, yang digagas the World Commission on Environment and Development (WCED)
dalam Brundtland Report (1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus: 3P : profit,
planet dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka
(profit), namun juga memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan
kesejahteraan masyarakat (people). (Marnelly, 2012)
Pada pelaksanaan suatu tata kelola perusahaan, terdapat suatu konsep yang mengatur
bagaimana seharusnya pelaksanaan tata kelola tersebut dilaksanakan, yaitu konsep Good
Corporate Governance (GCG), suatu konsep akan sistem yang mengatur, mengelola, dan
mengawasi proses tata kelola perusahaan yang berjalan secara berkesinambungan
(sustainable) untuk meningkatkan nilai perusahaan, sekaligus sebagai bentuk perhatian
kepada stakeholder, karyawan, dan masyarakat sekitar. Di dalam pelaksanaan praktik GCG,
terdapat prinsip-prinsip yang menjadi pilar-pilar agar tujuan pelaksanaan GCG dapat tercapai.
Salah satunya, adalah prinsip responsibility, yaitu prinsip yang memastikan bahwa
perusahaan harus memenuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung
jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha
dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai perusahaan yang baik.
Prinsip responsibility merupakan prinsip di dalam GCG yang memiliki hubungan
secara langsung dengan konsep CSR dalam penerapannya di lapangan. Melalui penerapan
prinsip ini, perusahaan diharapkan dapat menyadari bahwa dalam melaksanakan praktik
fungsionalnya, perusahaan sering memberikan dampak, baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada para stakeholders, sehingga dikarenakan hal tersebut, maka terdapat suatu
tanggung jawab dari perusahaan untuk memberi perhatian kepada lingkungan sekitarnya.
Dengan demikian, pelaksanaan CSR oleh perusahaan, diharapkan dapat menjadi salah satu
bentuk pengamalan prinsip dari GCG. Prinsip responsibility di sini lebih mencerminkan
stakeholders-driven concept (Annual Report Antam, 2006). Stakeholders dalam hal ini
diartikan sebagai pihak-pihak yang berkepentingan dan berkaitan terhadap eksistensi
perusahaan, seperti karyawan, konsumen, pelanggan, masyarakat, dan lingkungan sekitar,
serta pemerintah selaku regulator.
Di Indonesia, konsep CSR sudah mulai berjalan pada tahun 1990-an, namun baru
menjadi sebuah isu yang penting sejak tahun 2004 (Jalal, 2011). Hingga kemudian
pemerintah mengeluarkan peraturan untuk mengatur pelaksanaan CSR di Indonesia. Undang-
Undang No.25 Tahun 2007 tentang penanaman modal dan Undang-Undang No.40 Tahun
Analisis Implementasi ..., Panji Agdiwijaya, FISIP UI, 2017
2007 tentang perseroan terbatas, yang menyebutkan bahwa perusahaan wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan diterapkannya kedua peraturan tersebut, maka
semua perusahaan dituntut wajib melaksanakan CSR, baik perusahaan yang berada dalam
ranah privat, maupun dalam ranah publik, yaitu melalui BUMN.
Salah satu BUMN yang melaksanakan program CSR adalah PT Antam Tbk. Kegiatan
CSR sudah dilakukan oleh PT Antam Tbk semenjak tahun 2005, dengan membagi program
CSR-nya menjadi dua jenis, yaitu Program Pengembangan Masyarakat dan Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program Pengembangan Masyarakat merupakan
kegiatan yang dilakukan Antam untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya secara
sukarela kepada masyarakat di luar regulasi yang dibuat oleh Pemerintah, sedangkan Program
Kemitraan yang dilakukan Antam bertujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil
agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan.
Kemudian, Program Bina Lingkungan (BL) Antam merupakan program untuk pemberdayaan
kondisi sosial masyarakat yang dilakukan di wilayah operasi PT Antam Tbk melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan.
Pelaksanaan CSR oleh PT Antam Tbk tidak hanya dilakukan secara terpusat, namun
juga dilakukan oleh seluruh unit bisnis yang dimiliki Antam. Salah satunya yaitu Unit Bisnis
Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor yang berlokasi di Kecamatan Nanggung, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat. Persis sama seperti yang dilakukan oleh unit induknya, UBPE
Antam Pongkor melaksanakan program CSR yang terbagi ke dalam dua jenis, yaitu
Community Development dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) .
PT Antam Tbk merupakan salah satu BUMN yang memiliki program CSR
berprestasi. Hal tersebut terlihat dari berbagai penghargaan yang sudah diraih. Salah satunya
adalah penghargaan penghargaan GPMB (Gelar Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Budaya)
Awards 2015 – CSR Best Practices for MDGs Towards SDGs. Namun, dalam pelaksanaan
kegiatan pertambangan, Antam UBPE Pongkor tidaklah terlepas dari masalah. Salah satunya
adalah keberadaan Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) yang merugikan PT Antam Tbk
UBPE Pongkor. Selain itu, keseluruhan proses pertambangan yang dilakukan PETI, baik
pada proses eksplorasi, sampai proses pengolahan, tidak memenuhi standar yang berlaku,
sehingga selain merusak lingkungan juga membahayakan keselamatan jiwa PETI itu sendiri.
Keberadaan PETI tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, namun disebutkan bahwa
penyebab utamanya adalah kondisi ekonomi yang tidak baik (hallobogor.com, 2015).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Indah Octavia Putri (2015), Desa Bantar Karet
sebagai salah satu wilayah binaan PT. Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor, memiliki
Analisis Implementasi ..., Panji Agdiwijaya, FISIP UI, 2017
tingkat pendapatan yang masih tergolong rendah. Walaupun memang terjadi peningkatan
jumlah keluarga yang memiliki tingkat pendapatan tinggi, yaitu saat sebelum ada kawasan
pertambangan sebesar 10% dari jumlah responden menyatakan tingkat pendapatannya
tergolong tinggi, lalu sesudah ada pertambangan, sebesar 23,33% yang menyatakan tingkat
pendapatannya tergolong tinggi. Namun keluarga yang memiliki tingkat pendapatan rendah
pun semakin meningkat, yaitu sebelum ada kawasan pertambangan sebesar 6,67% responden
menyatakan tingkat pendapatannya masih rendah, lalu sesudah terdapat kawasan
pertambangan, jumlahnya meningkat menjadi 30% responden yang menyatakan bahwa
tingkat pendapatannya tergolong rendah. Berikut akan disajikan grafik terkait Tingkat
Pendapatan Desa Bantar Karet tahun 2014.
Grafik 1 Tingkat Pendapatan Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung Sebelum dan
Sesudah Terdapat Kawasan Pertambangan Sumber: Data Olahan Intan Octavia Putri, 2015.
Menurut Suhartini, dkk (2015) melalui penelitian yang dilakukan dengan
Kementerian Sosial, Kecamatan Nanggung menjadi kecamatan dengan proporsi rumah
tangga miskin terbesar di Kabupaten Bogor pada tahun 2015. Data tersebut juga diamini oleh
Eko Syaiful Rohman selaku Sekretaris Komisi III DPRD Kabupaten Bogor yang
menyebutkan bahwa angka kemiskinan rakyat Kecamatan Nanggung menempati
urutan kelima dari 40 kecamatan (inilahkoran.com, 2016). Hal ini menjadi perhatian
khusus, karena walaupun kesejahteraan masyarakat bukan hanya tanggung jawab bagi
perusahaan di sekitar lingkungan tersebut saja, namun juga tanggung jawab pemerintah
daerah setempat, namun kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang
diamanatkan oleh Undang-undang dan juga sudah tercantum dalam tujuan PT Antam Tbk itu
sendiri.
Permasalahan terkait tingkat ekonomi dan kesejahteraan masyarakat memicu adanya
praktik Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI). Adapun, permasalahan mengenai PETI ini
Analisis Implementasi ..., Panji Agdiwijaya, FISIP UI, 2017
sudah terjadi sejak lama. Kejadian yang paling besar terjadi pada tanggal 3 Desember 1998
yang dipicu oleh masalah PETI dan mengakibatkan rusaknya beberapa fasilitas pabrik dan
terhentinya produksi selama 10 hari, dan juga pada tahun 2004, terjadi tragedi pengasapan di
ventilasi Antam oleh pelaku penambang liar yang menyebabkan satu karyawan PT Antam
dan 11 penambang liar tewas (news.detik.com, 2015). Berbagai permasalahan tersebut,
memicu PT Antam Tbk khususnya, pada PT Antam Tbk UBPE Pongkor untuk melakukan
upaya untuk menanggulangi permasalahan mengenai PETI. Salah satu upayanya adalah
dengan melakukan CSR sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan
sekitar. Oleh karena itu, perlu dikaji mengenai implementasi Corporate Social Responsbility
oleh PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor di Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor pada tahun 2015.
Tinjauan Teoritis
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) telah ada semenjak dahulu, dan
popularitas semakin meningkat saat ini, namun terlalu banyak definisi mengenai konsep CSR
dari berbagai tokoh, sehingga definisi tunggal dari CSR itu sendiri belum ada. Schermerhorn
(1993) misalnya, mendefinisikan bahwa CSR adalah suatu kepedulian organisasi bisnis untuk
bertindak dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan
kepentingan publik eksternal. Lalu, The World Business Council for Sustainable
Development (WBCSD) dalam Wibisono (2007) menyebutkan CSR atau tanggung jawab
sosial perusahaan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis,
beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan
peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan
kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Institusi internasional lain, seperti
World Bank mendefinisikan CSR sebagai “komitmen perusahaan untuk berkontribusi pada
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dalam bekerja sana dengan karyawan dan
perwakilan mereka terhadap masyarakat lokal dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kualitas hidup, dengan menggunakan cara-cara yang baik untuk perkembangan
bisnis dan pembangunan”.
CSR adalah konsep di mana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dan
lingkungan dalam operasi bisnis dan dalam interaksi dengan para pemangku kepentingan
secara sukarela (Barth dan Wolff, 2009). Menurut masalah seperti perusakan lingkungan,
perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan
ketidaknyamanan ataupun bahaya bagi konsumen. McElhaney (2000), CSR merupakan
Analisis Implementasi ..., Panji Agdiwijaya, FISIP UI, 2017
sebuah strategi bisnis yang terintegrasi dengan tujuan bisnis inti dan kompetensi inti
perusahaan, yang dari awal dirancang untuk menciptakan nilai bisnis dan perubahan sosial
yang positif, dan tertanam dalam budaya dan operasi bisnis perusahaan.
Lalu Elkington (1997) dalam Susanto (2007), di mana sebuah perusahaan yang
menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikan perhatian kepada peningkatan
kualitas perusahaan (profit); masyarakat, khususnya komunitas sekitar (people) serta
lingkungan hidup (planet). Hal tersebut senada dengan apa yang disebutkan oleh CSR Forum
menjelaskan lebih jauh stakeholders yang dimaksud dalam kepentingan bisnis yang
dilakukan dengan pengertian CSR berikut, “CSR mean open and transparent business
practices that are based on ethical values and respect for employees, communities and
environment”.
Walaupun CSR memiliki definisi CSR yang banyak dan beragam, namun konsep-
konsep tersebut menawarkan sebuah kesamaan, yaitu keseimbangan antara perhatian
terhadap aspek ekonomis dan perhatian terhadap aspek sosial serta lingkungan (Wibisono,
2007). Sehingga akhirnya dapat disimpulkan bahwa perusahaan dalam melakukan
kegiatannya, mempunyai tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu profit, masyarakat dan
lingkungan, yang mana ketiganya harus berjalan secara, beriringan, sinergis dan
berkesinambungan sehingga dapat tercipta iklim perusahaan yang baik agar eksistensi
perusahaan menjadi terjamin dengan citra atau reputasi positif yang didapatnya dari
konsumen dan masyarakat.
Dalam praktik pelaksanaan CSR, menurut Saidi (2004), terdapat empat model atau
pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, yaitu: 1).
Keterlibatan langsung; 2). Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan; 3). Bermitra
dengan pihak lain; 4). Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.
Adapun mekanisme pelaksanaan program atau kegiatan CSR menurut Wibisono
(2007) dapat dilakukan sebagai berikut :
1). Bottom Up Process; 2). Top Down Process; 3). Partisipatif; dan, 4). Program dirancang
bersama antara perusahaan dan beneficiaries.
Program CSR yang dijalankan oleh suatu perusahaan, yang mana termasuk pada
kebijakan publik, diharapkan dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuannya.
Adapun, menurut Edward III (dalam Subarsono, 2011) terdapat faktor-faktor yang
memengaruhi implementasi kebijakan, yaitu:
a) Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor
mengetahui apa yang harus dilakukan, di mana yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan
Analisis Implementasi ..., Panji Agdiwijaya, FISIP UI, 2017
harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group), sehingga akan mengurangi
distorsi implementasi.
b) Sumberdaya, meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten,
tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, maka implementasi
tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia,
misalnya kompetensi implementor dan sumber daya finansial.
c) Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti
komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik,
maka implementor tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang
diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang
berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak
efektif.
d) Struktur Birokrasi, Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Aspek dari struktur
organisasi adalah Standard Operating Procedure (SOP) dan fragmentasi. Struktur organisasi
yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape,
yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, yang menjadikan aktivitas organisasi
tidak fleksibel.
Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu
penelitian yang menggunakan pendekatan secara induktif, sehingga proses penggambaran
fenomena dalam penelitian ini dimulai dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang
kongkrit, kemudian dari fakta dan peristiwa yang khusus tersebut ditarik generalisasi-
generalisasi yang bersifat umum.
Menurut sumbernya, data dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dan
tidak terstruktur. Peneliti menggunakan instrumen berupa pedoman wawancara sebagai alat
bantu pengingat hal yang akan ditanyakan kepada narasumber serta alat tulis-menulis
(stationery) dan perekam (recorder) sebagai alat bantu dalam pengumpulan data wawancara
mendalam. Informan atau narasumber yang terdiri dari beberapa kelompok, yaitu manajemen
PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor, baik pada unit teknis pelaksana program CSR maupun yang
bertanggung jawab atas program CSR, perangkat desa Bantar Karet, penerima program
CSR, dan masyarakat umum di luar penerima program CSR yang merupakan warga Desa
Analisis Implementasi ..., Panji Agdiwijaya, FISIP UI, 2017
Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengumpulan
data sekunder dilakukan dengan studi kepustakaan, yaitu berupa dokumen-dokumen baik
dokumen tertulis, foto-foto, gambar, literatur, maupun dokumen elektronik yang dapat
mendukung dalam proses penulisan.
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik coding,
yaitu teknik analisis data yang mengolah data yang sudah dikumpulkan berdasarkan kategori-
kategorinya, yang kemudian akan dilakukan perbandingan antara satu sumber data dengan
sumber data lainnya. Langkah yang terakhir adalah membuat interpretasi data melalui
jawaban yang diperoleh terhadap teori yang sudah dipelajari. Kesimpulan akhir akan diambil
apabila data sudah jenuh, yang berarti apabila dilakukan pengambilan data lagi hanya akan
bertumpang tindih dengan data yang sudah ada.
Hasil Penelitian Program CSR PT. Antam Tbk UBPE Pongkor
Program CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor
memfokuskan bentuk tanggung jawab sosial atau CSR-nya pada empat bidang perhatian yang
diberi nama Kompas, sesuai empat arah mata angin. North untuk Nature, South untuk Social,
West untuk Well-being dan East untuk Economic. Keempat bidang ini diimplementasikan
oleh PT Antam Tbk UBPE Pongkor kepada masyarakat sekitar pertambangan dengan
landasan Community Development, sesuai dengan misi korporat yaitu “Berpartisipasi di
dalam upaya mensejahterakan masyarakat di sekitar operasi pertambangan”.
Pelaksanaan program CSR PT Aneka Tambang Tbk UPBE Pongkor ini memiliki
tujuan untuk memberikan patrisipasi dan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di daerah operasi pertambangan. Selain itu juga, PT Aneka Tambang Tbk UPBE
Pongkor ingin menjadikan masyarakat yang mandiri dan siap dalam menghadapi masa paska
tambang nanti pada tahun 2019.
Bentuk Program Corporate Social Responsibility PT Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor
Implementasi CSR PT Antam Tbk UBPE Pongkor ini dibagi menjadi tiga bentuk
program yaitu, Program Pengembangan Masyarakat, Program Kemitraan, dan Program Bina
Lingkungan.
Program Pengembangan Masyarakat
Program Pengembangan Masyarakat atau Comdev (Community Development)
merupakan kegiatan yang diterapkan Antam dalam mewujudkan tanggung jawab sosialnya
Analisis Implementasi ..., Panji Agdiwijaya, FISIP UI, 2017
secara sukarela kepada masyarakat diluar regulasi yang dibuat oleh Pemerintah. PT Antam
Tbk melakukan program pengembangan masyarakat sebagai wujud kepeduliannya kepada
masyarakat. Hal tersebut tercantum dalam laporan tahunan Antam yang menyatakan bahwa
mensejahterakan masyarakat merupakan komitmen bagi Antam. Pada tahun 2015, terdapat
tiga program bantuan dalam Program Pengembangan Masyarakat di Desa Bantar Karet, yaitu
Program Sentra Budidaya Domba, Program Budidaya Tanaman Buah-buahan, dan Program
Penerima Bantuan Insentif.
Program Kemitraan
Program Kemitraan adalah bentuk program CSR yang ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan usaha kecil mitra binaan PT. Antam Tbk, UBPE Pongkor agar menjadi tangguh
dan mandiri sekaligus memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar wilayah
operasi perusahaan. Hal tersebut diharapkan akan dapat mendukung kegiatan usaha
Pertambangan maupun mitra bisnis. Adapun tahapan-tahapan untuk menjadi calon dari
program kemitraan, yaitu : 1) Pengambilan Proposal, 2) Survei, 3) Pengajuan kepada
pimpinan, 4) Pencairan dana. Kemudian, usaha-usaha yang merupakan hasil dari mitra binaan
tidak hanya diberi modal usaha saja, mereka juga diberi pembinaan, seperti diikut sertakan
dalam berbagai pameran, baik didalam dan diluar negri, serta pelatihan pada mitra binaan
untuk meningkatkan pengetahuan maupun keterampilan mitra binaan.
Jumlah Mitra Binaan pada tahun 2015 mencapai 59 mitra binaan. Sedangkan di Desa
Bantar Karet sendiri, terdapat 5 mitra binaan. Berdasarkan program kemitraan yang
dilakukan pada tahun 2015 dapat dibilang cukup baik, karena pada umumnya usaha-usaha
yang dikembangkan oleh para penerima program telah berjalan dengan baik, dan memberikan
dampak yang signifikan terhadap tingkat pendapatan yang diterima oleh masyarakat
penerima program ini. Namun, terdapat juga salah satu penerima program yang usahanya
tidak berkembang. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh PT
Antam Tbk UBPE Pongkor. Bahkan, pada saat wawancara tersebut dilakukan, warung usaha
yang dijalankan tersebut sudah tidak ada. Hal ini dapat menjadi evaluasi bagi PT Antam Tbk
UBPE Pongkor agar mitra binaannya dapat beroperasi secara berkelanjutan.
Program Bina Lingkungan
Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat
di sekitar wilayah operasi perusahaan melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
Pembangunan dalam program Bina Lingkungan ini meliputi penguatan sarana dan prasarana
yang mendukung keberlangsung kehidupan warga Desa Bantar Karet. Bidang-bidang yang
Analisis Implementasi ..., Panji Agdiwijaya, FISIP UI, 2017
diliputi oleh program ini adalah bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, keagamaan, dan
sosial budaya.
Praktik pelaksanaan program bina lingkungan ini dilakukan secara swakelola oleh
masyarakat Desa Bantar Karet. Pihak masyarakat, dengan diprakarsai oleh tokoh masyarakat,
dan juga dibantu oleh pihak desa membuat suatu Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) dalam setiap
program bantuan yang diberikan.
Berikut adalah sarana dan prasarana yang tercakup dalam Program Bina Lingkungan
di Desa Bantar Karet pada tahun 2015: Kantor desa, sarana ibadah/ keagamaan, prasarana
umum seperti bantuan lapangan Cadas Leuer, bantuan pengecoran jalan Kampung Nutug,
dan bantuan sarana air bersih Kampung Wates perbatasan Bantar Karet – Pangkal Jaya, serta
Program bantuan rumah tidak layak huni. Secara umum, Program Bina Lingkungan yang
membangun berbagai infrastruktur desa, mulai dari kantor desa, jalanan desa, sampai sarana
air bersih di Desa Bantar Karet ini sudah berjalan dengan baik. Berbagai pembangunan yang
dilakukan juga sesuai dengan kebutuhan dan keinginan warga yang sebelumnya telah
ditetapkan dalam Musrenpong. Walaupun pada sejumlah jalan tetap terdapat sejumlah titik
yang rusak, namun tetap program ini dirasakan telah memberikan manfaat kepada masyarakat
Desa Bantar Karet.
Mekanisme Perolehan Bantuan Program Corporate Social Responsibility PT Aneka
Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor
Secara umum, mekanisme pelaksanaan program CSR yang dilakukan oleh PT Antam
Tbk UBPE Pongkor tergolong pada bottom up process, di mana beneficiaries (penerima
manfaat), dalam hal ini masyarakat mengidentifikasi dan merumuskan sendiri kebutuhannya
untuk kemudian dilakukan evaluasi oleh perusahaan. Pelaksanaan mekanisme pemberian
program CSR yang dilakukan oleh PT Antam UBPE Pongkor terbagi menjadi dua cara, yaitu:
1. Mekanisme Perolehan Bantuan pada Program Bina Lingkungan
Pada Program Bina Lingkungan, prosedur untuk mendapatkan bantuan diajukan oleh
pihak desa pada pertemuan antara PT Antam Tbk UBPE Pongkor dengan Kepala Desa dan
para perangkat desa yang mewakili masyarakatnya. Pertemuan tersebut dinamakan
Musyawarah Perencanaan Pongkor (Musrenpong) yang dilakukan setiap satu tahun sekali
pada akhir tahun. Dalam Musrenpong, pemerintah desa mengusulkan program bantuan
berdasarkan usulan warga dari Musyawarah Pembangunan Desa (RKPDes) yang telah
dilakukan sebelumnya.
Analisis Implementasi ..., Panji Agdiwijaya, FISIP UI, 2017
Hasil usulan warga yang diusulkan oleh desa dalam Musrenpong kemudian
dipertimbangkan oleh perusahaan dan dinilai kelayakannya. Penilaian kelayakan program
tersebut disesuaikan dengan master plan perusahaan. Apabila program yang diajukan oleh
pihak perangkat desa sesuai, maka kemudian pihak Antam Pongkor akan memprosesnya
lebih lanjut. Proses diskusi (musyawarah) selanjutnya adalah mengenai besaran biaya
bantuan yang akan diberikan. Besaran biaya tersebut bergantung kepada pihak Antam
Pongkor sesuai dengan besaran keuntungan yang didapatkan perusahaan pada tahun tersebut. 2. Mekanisme Perolehan Bantuan Pada Program Kemitraan dan Program
Pengembangan Masyarakat Pada Program Kemitraan dan Program Pengembangan Masyarakat, pengajuan
program atau bantuan dilakukan oleh perangkat desa, di mana masyarakat mengajukan
proposal terlebih dahulu kemudian proposal tersebut diproses oleh perusahaan dan dinilai
kelayakannya. Setelah proposal dievaluasi, perusahaan akan mensurvei langsung di lapangan
dan kemudian baru membuat keputusan apakah proposal tersebut disetujui atau tidak.
Mekanisme untuk pemberian program yang dilakukan oleh Antam Pongkor ini cukup baik,
karena program-program bantuan yang akan diberikan disesuaikan terlebih dahulu dengan
usulan masyarakat. Hal ini membuat adanya kesesuaian antara program yang diberikan
dengan keinginan masyarakat terhadap jalannya program CSR Antam UBPE Pongkor.
Mekanisme Pengawasan dan Evaluasi Program Corporate Social Responsibility PT
Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor
Untuk menjaga program CSR dapat berjalan sesuai dengan perencanaan, dan dapat
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Antam UBPE Pongkor melakukan pengawasan
terhadap program CSR yang berjalan di Desa Bantar Karet, yang mana hasil dari pengawasan
tersebut akan dievaluasi untuk dinilai sudah sejauh mana keberhasilan program CSR yang
dilakukan, atau sekadar menilai sudah sampai sejauh mana implementasi yang sedang
dilakukan.
Mekanisme pengawasan program CSR oleh Antam UPBE Pongkor dilakukan secara
harian selama masa pembangunan program bantuan, yang dilakukan oleh semua unit yang
terkait dalam program CSR dari pihak Antam UBPE Pongkor, juga dibantu oleh para staf
desa setempat. Segala proses yang ada di lapangan dicatat dalam catatan kecil dengan
sederhana, yang kemudian akan dilaporkan ke penanggung jawab. Kemudian dari hasil
catatan tersebut akan didiskusikan dengan penanggung jawab di program yang lain. Proses
Analisis Implementasi ..., Panji Agdiwijaya, FISIP UI, 2017
diskusi tersebut biasanya dilakukan secara fleksibel, namun sejauh ini, diskusi tersebut selalu
dilakukan pada tiap satu atau dua hari sekali. Bisa ketika malam hari sesudah kegiatan,
maupun pagi hari sebelum melakukan kegiatan. Selain diskusi tersebut, setiap minggu sekali,
terdapat juga diskusi atau rapat dengan biro CSR Antam Pongkor untuk membahas progress
program CSR yang sedang dijalankan.
Langkah evaluasi dilakukan dua kali dalam setahun oleh Satuan Pengawas Internal
(SPI). Setelah program selesai dilakukan, program dilaporkan dalam sebuah laporan
pelaksanaan, dan kemudian dilakukan evaluasi secara keseluruhan. Hal ini bertujuan untuk
menghindari penyelewengan dan penyimpangan dana. Selain menerima laporan pelaksanaan
dari unit pelaksana di lapangan, SPI juga bertugas untuk memberikan rekomendasi. Misalnya
terdapat penyimpangan, lalu mereka akan memberikan rekomendasi solusinya.
Pada pelaksanaan CSR PT Antam Tbk UBPE Pongkor pada tahun 2015 ini, tidak
terdapat evaluasi yang begitu besar, dikarenakan pelaksanaan program-program bantuan yang
ada cukup berjalan dengan baik. Permasalahan-permasalahan yang muncul juga hanya berupa
permasalahan-permasalahan minor. Praktik pengawasan dan evaluasi yang dilakukan oleh PT
Antam Tbk UBPE Pongkor dalam pelaksanaan program CSR-nya menunjukkan bahwa
adanya prinsip akuntabilitas yang merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban perusahaan
untuk dapat mencapai target perusahaan yang telah ditentukan sebelumnya.
Keberlanjutan Program Corporate Social Responsibility CSR PT Aneka Tambang Tbk
Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor
Keberlanjutan (sustainability) merupakan kata kunci pembangunan yang memiliki
dimensi keberlanjutan sosial (social sustainability), keberlanjutan ekonomi (economic
sustainability), keberlanjutan lingkungan (environment sustainability) (Alizar, dkk, 2006).
Terkait pada keberlanjutan program CSR yang dilakukan oleh PT Antam Tbk UBPE
Pongkor, maka akan dilihat bagaimana program-program CSR PT Antam Tbk UBPE
Pongkor telah diberikan. Pada Program Kemitraan dan Program Pengembangan Masyarakat,
untuk saat ini sudah mulai dikatakan baik, karena sudah banyak Mitra Binaan PT Antam Tbk
UBPE Pongkor yang usahanya sukses dan skalanya semakin luas. Keberlanjutan program
yang baik tersebut tidak terlepas dari mekanisme pengawasan dan evaluasi yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Sesuai dengan misi PT Antam Tbk UBPE Pongkor yang menyatakan bahwa Program
CSR PT Antam Tbk UBPE Pongkor dilakukan untuk menghilangkan ketergantungan
masyarakat terhadap eksistensi perusahaan. Untuk itu, Roadmap penghidupan berkelanjutan
Analisis Implementasi ..., Panji Agdiwijaya, FISIP UI, 2017
(social mainclosure) pasca tambang (tahun 2020) telah dirumuskan perusahaan dalam bentuk
grand design sebagai bentuk komitmen perusahaan untuk kelanjutan penghidupan
masyarakat jika perusahaan tambang telah selesai beroperasi. Sebagai pedoman dalam
implementasinya telah dibuat master plan pasca tambang yaitu pengembangan masyarakat
melalui Agrogeoedutourism.
Tujuan dari master plan PT Antam Tbk UBPE Pongkor tersebut adalah mewujudkan
masyarakat sekitar lingkungan tambang, termasuk juga Desa Bantar Karet menjadi desa yang
mandiri. Juga didasarkan pada keinginan PT Antam Tbk UBPE Pongkor agar masyarakat
nantinya tidak lagi bergantung pada perusahaan setelah pasca tambang. Saat perusahaan
berhenti beroperasi masyarakat sudah mulai atau sudah mempunyai usaha alternatif lainnya
yang bisa dimanfaatkan sesuai keunikan yang dimiliki masing-masing untuk komoditas
wisata. Program yang digarap menyeluruh meliputi peningkatan perekonomian, sumber daya
manusia, dan infrastruktur penunjang kawasan. Berkaitan dengan keberlanjutan program
CSR PT Antam Tbk UBPE Pongkor, keberlangsungan program ini sangat diharapkan oleh
warga Desa Bantar Karet. Adapun, hal yang menjadi perhatian khusus untuk menuju ke arah
pembangunan agrogeoedutourism tersebut adalah pembangunan infrastruktur yang harus
menjadi fokus utama terlebih dahulu.
Upaya PT Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor dalam
Pengurangan Pertambangan Tanpa Izin
Salah satu permasalahan mengenai program CSR PT Antam Tbk UBPE Pongkor atau
bahkan kegiatan PT Antam Tbk UBPE Pongkor secara keseluruhan adalah mengenai
keberadaan PETI. PETI (Penambangan Emas Tanpa Izin) adalah kegiatan pertambangan
emas yang dilakukan oleh para penambang emas yang tidak memiliki izin penambangan atau
yang secara lokal biasa disebut dengan gurandil atau penambang emas tradisional. Istilah
pertambangan liar tercipta setelah keluarnya Surat Keputusan Mentri Pertambangan dan
Energi No. 01P/201/M.PE/1986 tentang Pedoman Pengelolaan Pertambangan Rakyat Bahan
Galian Strategis dan Vital (golongan A dan B). Di dalam Kepmen tersebut disebutkan bahwa
usaha pertambangan rakyat yang dilakukan setelah adanya kuasa penambangan atau kontrak
karya dianggap tidak sah dan dapat digolongkan sebagai penambangan liar.
Kegiatan yang dilakukan oleh PETI sangat merugikan PT Antam Tbk UBPE Pongkor.
Oleh karena itu berbagai cara dalam pengurangan PETI ini juga terus diupayakan oleh PT
Antam Tbk UBPE Pongkor. Kini untuk menekan jumlah PETI, PT Antam Tbk UBPE
Analisis Implementasi ..., Panji Agdiwijaya, FISIP UI, 2017
Pongkor terus melakukan kombinasi tiga pendekatan, yaitu pendekatan ekonomi, dan sosial
dan keamanan.
Pendekatan ekonomi dilakukan PT Antam Tbk UBPE Pongkor untuk menekan jumlah
PETI yaitu melalui program CSR-nya itu sendiri. Peningkatan kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan tingkat ekonomi diharapkan dapat mengurangi keberadaan PETI.
Pemberian modal usaha bagi masyarakat yang memiliki keterampilan melalui Program
Pengembangan Masyarakat, memberikan pinjaman lunak bagi masyarakat yang ingin
memperluas skala usahanya melalui Program Kemitraan. Pendekatan ini merupakan
pendekatan yang cukup baik dan dinilai efektif, karena ada juga warga masyarakat yang
dahulunya adalah Tokoh PETI yang mempunyai pengaruh kuat, setelah diadakan pendekatan
oleh PT Antam Tbk UBPE Pongkor dengan memberikannya modal usaha, kini Ia menjadi
wirausahawan yang sukses dan berhenti menjadi seorang gurandil.
Pendekatan sosial untuk mengurangi keberadaan PETI ini dilakukan dengan mendidik
masyarakat untuk merubah pola pikir mereka, antara lain berupa sosialisasi akan bahaya
merkuri, sosialisasi tentang keselamatan jiwa PETI, bahaya penambangan liar, konservasi,
pembangunan berbagai infrastuktur dan sebagainya. Penanggulangan permasalahan PETI
melalu pendekatan ini dimaksudkan oleh PT Antam Tbk Pongkor dengan berfokus pada masa
depan. Upaya melalui pendekatan ini juga dilakukan dengan bantuan pihak desa, dengan
melakukan sosialisasi pada saat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh warga.
Pendekatan yang terakhir adalah pendekatan dengan penegakkan keamanan.
Peningkatan keamanan terhadap akses menuju lokasi tambang diperketat dengan melakukan
penjagaan oleh pihak-pihak keamanan yang merupakan staf PT Antam Tbk UBPE Pongkor,
dan juga dilakukan dengan bekerja sama bersama pihak-pihak terkait, seperti pemerintah
desa, dan aparat keamanan. Dengan berbagai upaya yang dilakukan baik oleh Antam Pongkor
dan juga para badan terkait, keberadaan PETI ini belum hilang secara total. Namun saat ini
keadaannya semakin memberikan tanda-tanda yang baik. Meskipun masih terdapat penolakan
dari masyarakat untuk dapat beralih dari pekerjaannya sebagai PETI, seperti yang dikatakan
oleh salah satu informan bahwa masyarakat masih butuh waktu untuk mengubah kebiasaan
setelah puluhan tahun menjadi PETI.
Simpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah dikemukakan, maka dapat
disimpulkan hasil analisis penelitian ini sebagai berikut:
Implementasi CSR oleh PT Antam Tbk UPBE Pongkor meliputi pemberian tiga
program utama, mekanisme perolehan bantuan, mekanisme pengawasan dan evaluasi, serta
Analisis Implementasi ..., Panji Agdiwijaya, FISIP UI, 2017
keberkelanjutan program. Adapun, terkait upaya pemberantasan PETI, PT Antam Tbk UBPE
Pongkor mengupayakan tiga pendekatan untuk menanggulangi permasalahan tersebut, yaitu
pendekatan ekonomi, sosial, dan keamanan.
Pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh PT Antam Tbk UBPE Pongkor telah berjalan
dengan baik, karena telah memenuhi faktor-faktor sebagai berikut: Faktor pertama, faktor
sumber daya, pelaksanaan CSR dilakukan oleh PT Antam Tbk UBPE Pongkor mempunyai
sumber daya yang cukup, baik pada anggarannya, maupun sumber daya manusia. Lalu, faktor
kedua, struktur birokrasi, karena implementasi CSR dilakukan oleh Biro CSR PT Antam Tbk
UBPE Pongkor. Faktor selanjutnya, pada faktor komunikasi, informasi-informasi terkait
implementasi CSR yang dilakukan oleh pelaksana di Desa Bantar Karet tersampaikan dengan
baik kepada sasaran program. Kemudian faktor terakhir, dalam faktor disposisi, para
pelaksana CSR di lapangan, dalam menjalankan program CSR-nya di Desa Bantar Karet
memiliki kesesuaian yang dengan yang tertera pada masterplan CSR PT Antam Tbk UBPE
Pongkor.
Saran
Saran yang dapat peneliti berikan kepada PT Antam Tbk UBPE Pongkor selaku
pelaksana corporate social responsibility untuk menjadi bahan perbaikan evaluasi serta
perbaikan di kemudian hari adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan monitoring yang dilakukan, terutama kepada penerima Program
Kemitraan. Salah satunya dengan membuat suatu mekanisme baru, yang dapat
menjaga agar bantuan yang diberikan tidak dihamburkan oleh penerima program.
Misalnya, pemberian sanksi.
2. Menjalin koordinasi lebih dalam dengan stakeholder terkait, seperti Pemerintah
Daerah Kabupaten Bogor, untuk mensinergikan program-program yang dimiliki
oleh pemerintah dengan program CSR yang diberikan oleh PT Antam Tbk UBPE
Pongkor.
3. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan aparat keamanan yang
berwenang, untuk masalah penambangan emas tanpa ijin (PETI), sehingga terus
diselesaikan dengan lintas instansi. Sosialisasi untuk mengimbau masyarakat
melakukan penambangan ilegal juga ditingkatkan, terutama pada siswa-siswa sekolah,
baik di tingkat SD, SMP, dan SMA.
Analisis Implementasi ..., Panji Agdiwijaya, FISIP UI, 2017
Daftar Pustaka
Buku Teks
Alizar, M. Alizar. 2006. HAND BOOK : CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) :
Penerapan Prakarsa Multi Stakeholder dalam Mendukung Penerapan CSR yang
Berkelanjutan pada Industri Minyak dan Gas Bumi.
Anne T. Lawrence, James Weber, James E.Post, 2005, Business and Society, Stakeholders,
Ethics, Public Policy, New York : McGraw-Hill/Irwin, page 55
Annual Report Antam : Sustainability Report Antam. 2006.
Solihin, Ismail. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta: Erlangga
Subarsono. 2011. Analisis Kebijakan Publik (konsep. teori dan aplikasi). Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Suhartini Titin, Sadik Kusman, Indahwati. 2015. Proporsi Kemiskinan di Kabupaten Bogor.
Sosio Informa Vol. 1, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2015.
Susanto, A. B. 2007. Corporate Social Responsibility : A Strategic Management Approach.
Jakarta : The Jakarta Consulting group
Wibisono. Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social
Responsibility. Gresik : Fascho Publishing.
Sumber Jurnal
Marnelly, T. Romi. 2012. Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teori dan
Praktek di Indonesia. Jurnal Aplikasi Bisnis Vol. 2 No. 2, April 2012.
Rocman Achwan, 2006. Corporate Social Responsibility, Pertikaian Paradigma dan Arah
Perkembangan. Jakarta:Jurnal Galang, Volume 1 No.2 Januari 2006.
Peraturan Perundang-undangan
Surat Keputusan Mentri Pertambangan dan Energi No. 01P/201/M.PE/1986 tentang Pedoman
Pengelolaan Pertambangan Rakyat Bahan Galian Strategis dan Vital (golongan A dan B )
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Sumber Skripsi, Disertasi, dan Tesis :
Aprilianti, Lusi. 2008. Analisis Pengimplementasian Corporate Social Responsibility Oleh
PT Antam Tbk UBPE Pongkor dalam Pengembangan Komunitas (Studi Kasus :
Analisis Implementasi ..., Panji Agdiwijaya, FISIP UI, 2017
Kampung Bantar Karet, Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat). Skripsi.
Putri, Indah Octovia. 2015. Implementasi Kegiatan Pertambangan Dan Pengaruhnya Pada
Kesejahteraan Masyarakat Desa Bantar Karet. Skripsi.
Yulianti, Devi .2012. Efektivitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN VII (Persero) Lampung
(Suatu Evaluasi atas Program CSR). Tesis.
Sumber Publikasi Elektronik
Detik. 2015. Gurandil di Tambang Emas Pongkor Terus Dibersihkan, diakses pada 5 Januari
2017 melalui http://news.detik.com/berita/3018494/gurandil-di-tambang-emas-
pongkor-terus-dibersihkan
Hallobogor. 2015. Gurandil, Kemiskinan Bogor Barat dan Miskinnya Solusi Pemda, diakses
pada 5 Oktober 2016 melalui http://hallobogor.com/gurandil-kemiskinan-bogor-barat-
dan-miskinnya-solusi-pemda
Jalal. 2011. Sejarah dan Perkembangan CSR di Tingkat Global dan Nasional’, Lingkar Studi
CSR, Makalah disampaikan dalam Journalist Conference on CSR Tangerang, 18 Juni
2011 Diakses 19 September 2016, dari www.csrindonesia.com.
Mawardi, Adhi. 2016. Wawan: Jangan ada Negara dalam Negara di Antam, diakses pada 5
Oktober 2016 melalui http://www.inilahkoran.com/berita/jabar/52832/wawan-
jangan-ada-negara-dalam-negara-di-antam
Tanpa Nama. 2015. ANTAM Raih Penghargaan GPMB Award 2015-CSR Best Practices for
MDGs Toward SDGs. Diakses pada tanggal 23 September 2016 melalui
http://www.antam.com/index.php?option=com_content&task=view&Itemid=144&id
=792&lang=id
Analisis Implementasi ..., Panji Agdiwijaya, FISIP UI, 2017