Upload
trinhthu
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
25
ANALISIS DAN DESAIN SISTEM INFORMASI SURVEILANS KESEHATAN-GIZI IBU DAN ANAK (SISKA – GIA)
Siti Khomsah 1) , Andri Pramuntadi 2)
Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Alma Ata Yogyakarta e-mail: [email protected], [email protected]
Abstract
Alma Ata University's surveillance activities use CommCare applications to record survei data. Problems in using this system that the surveyors can not make corrections / changes if the data sent there error. Another problem is the internet connection and delayed data processing due to wait for error correction of data submissions. How to develop a surveillance information system that can be used online or offline, while also having data correction facility. So need analysis and design of new system as solution of old system. The method used is 'structured approach' using data flow diagrams, relationships between tables and interface design. The result of the research is the design of new application system which can further simplify the management of maternal and child nutrition health surveillance data. Keywoard : Surveilans, Commcare, Software Engineering A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Kegiatan surveilans kesehatan gizi ibu dan anak yang dilakukan Universitas Alma Ata merupakan kerjasama dengan Kabupaten Bantul sejak tahun 2012. Tim survei menggunakan aplikasi CommCare untuk merekam data surveilans sekaligus menyimpan data tersebut ke server CommCareHQ. Ada beberapa kendala dalam penggunaan sistem ini yaitu petugas survei tidak dapat melakukan koreksi/perubahan jika data yang dikirim ada kesalahan. Kendala yang lain adalah terhambatnya proses survei jika tidak ada koneksi internet akibatnya tertundanya pengolahan data karena menunggu koreksi kesalahan kiriman data yang akhirnya berujung pada kesulitan dalam pembuatan laporan sehingga yang seharusnya segera diperoleh akan tertunda. 2. Penelitian-Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian tentang penggunaan CommCare untuk kegiatan surveilans menunjukkan bahwa software ini sangat baik dalam mendukung kegiatan survei. Akan tetapi kendala validasi dan koneksi menjadi kelemahannya. Penelitian yang dilakukan oleh Bogan dkk menggunakan aplikasi mobile CommCare untuk pendataan pasien terkait penyakit HIV, Tuberculosis dan penyakit kronis lainnya di Afrika. Di daerah terpencil terjadi kesulitan teknis yaitu ketika tidak adanya koneksi internet. Petugas hanya dapat berhasil mengirim data jika ada koneksi internet melalui jaringan GPRS [1]. Penelitian Sacks menggunakan aplikasi CommCare untuk surveilans penyakit ebola di Guniea. Kendala koneksi internet di daerah terpencil menyebabkan petugas harus mengkoleksi data secara manual mengunakan simcard kemudian menggabungkan seluruh data secara manual [2]. Penelitian surveilans di Nepal dilakukan oleh Style untuk mendapatkan data ibu hamil. Kendala yang dirasakan adalah tidak dapat melakukan pengiriman data survei jika tidak ada koneksi internet. Jalan keluarnya adalah pendataan dilakukan menggunakan spreadsheet (Microsoft Excel). Data dikirim kemudian jika ada koneksi internet[3]. Penelitian Rahmanti juga memanfaatkan CommCare untuk mendukung sistem surveilans pendataan penduduk di Kabupaten Sleman. Sistem
26
CommCare ini bergantung keberadaan internet yang terus menerus. tim survei ini juga mengungkapkan bahwa sistem GPS pada CommCare ternyata kurang akurat ketika memunculkan titik koordinat, terutama di daerah yang sinyalnya yang terbatas [4]. Demikian juga Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian juga memanfaatkan CommCare dalam kerjasama penelitiannya dengan ACAIR. Seperti halnya dengan penelitian surveilans yang lain, persoalan perekaman data terjadi ketika tidak adanya koneksi internet di daerah-daerah pelosok [5].
Ketiadaan jaringan internet membuat sebagian surveilans mengalihkan jalur pengiriman data menggunakan SMS (Short Message Services). Hal ini dilakukan oleh Harnaningrum dan kendala ketiadaan jaringan internet bisa diatasi hanya jika sinyal GSM telepon seluler tersedia. Kelemahannya adalah pesan SMS hanya berukuran pendek dan tidak ada jaminan diterima oleh server sehingga dapat mengurangi kesempurnaan pengiriman data[6]. 3. Landasan Teori
Untuk memecahkan permasalahan ini perlu mengetahui terlebih dahulu konsep surveilans. Pengertian surveilans menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) adalah sebuah kegiatan untuk pengumpulan, menganalisis, dan menginterpretasikan data yang specific sesuai kebutuhannya dan secara sistematis dan terus-menerus untuk melakukan perencanaan, implementasi, dan evaluasi praktik kesehatan masyarakat, yang terintegrasi dengan diseminasi data secara rutin kepada pihak-pihak yang membutuhkan [6]. Definisi lainnya berdasarkan Epidemic Review oleh Thacker dan Berkleman dapat ditarik suatu definisi yaitu surveilans kesehatan adalah sekumpulan orang atau organisasi yang melakukan penelitian berkelanjutan atas sejumlah permasalahan kesehatan melalui pengumpulan data yang sistematis, rapat konsolidasi, evaluasi laporan dan data lainnya yang relevan kemudian melakukan diseminasi data untuk semua yang membutuhkan informasi tersebut. Kegiatan surveilans kesehatan meliputi 1) pengumpulan data secara sistematis, 2) konsolidasi dan evaluasi data, 3) diseminasi hasil secara cepat kepada mereka yang membutuhkan informasi, terutama mereka yang bertindak sebagai pengambil keputusan [7]..
Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan mendefinisikan bahwa surveilans kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara efektif dan efisien [8]. 4. Tujuan Penelitian
Solusi yang diusulkan dalam penelitian ini adalah mengembangkan sistem informasi surveilans yang dapat digunakan untuk merekam data survei secara online maupun offline (jika tidak tersedia koneksi internet), sekaligus mempunyai fasilitas perubahan/koreksi data. Sistem baru hanya akan meng-upload/export data survei yang sudah benar ke server sehingga dapat menampilkan laporan yang lebih up to date. Hasil penelitian tahap awal ini adalah rancangan sistem aplikasi baru yang dapat lebih mempermudah pengelolaan data surveilans kesehatan gizi ibu dan anak
Berdasarkan uraian kajian teori yang telah diuraikan di atas dikemukakan pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimana menganalisis model sistem surveilans yang baru untuk merekam data
kesehatan gizi ibu dan anak yang lebih baik daripada sistem lama?
27
b. Bagaimana mendesain model sistem informasi surveilans yang baru tersebut. B. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah rekayasa perangkat lunak. Sedangkan objek penelitian adalah sistem surveilan kesehatan gizi ibu dan anak yang dikembangkan oleh Universitas Alma Ata. Pengumpulan data adalah kegiatan menggali data yang mendukung penelitian ini dari berbagai pihak antara lain tim surveilan dan pengguna informasi surveilan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan: 1. Forum Group Discussion (FGD) 2. Studi dokumen yaitu mempelajari dokumen terkait penelitian ini, antara lain dokuman
sistem surveilan kesehatan Gizi Ibu dan Anak yang dikembangkan oleh Universitas Alma Ata dan dokumen, buku, artikel lain yang terkait.
3. Wawancara dengan narasumber yaitu tim surveilan di lapangan dan tim pengelola sistem surveilan.
Metode pengembangan sistem informasi surveilan menggunakan pendekatan SDLC
(Sistem Development Life Cycle) dengan model waterfall. Tahapan model waterfall dijelaskan dalam Gambar 1[9].
Gambar 1. Tahapan Waterfall [9]
Penjelasan setiap tahapan dalam Waterfall (Gambar 1.)
1. Analisis Analisis adalah tahapan untuk mengkaji kebutuhan sistem yang akan dibangun, meliputi kebutuhan input dan output, kebutuhan proses, kebutuhan hardware dan software.
2. Desain Desain adalah tahapan perancangan dan permodelan arsitektur sistem yang berfokus pada perancangan database atau struktur data, arsitektur software, tampilan antarmuka pengguna, dan algoritma program. Tujuannya untuk lebih memahami gambaran besar dari apa yang akan dikerjakan.
3. Development
Design
Developmen
t
Testing
Implementation
Maintenance
Analysis
28
Development merupakan tahapan penerjemahan rancangan kedalam kode program atau bentuk/bahasa yang dapat dibaca oleh mesin dan bisa dioperasikan oleh pengguna
4. Testing Testing adalah melakukan pengujian terhadap kode program dan fungsi setiap fitur yang sudah dibuat. Tujuan pengujian untuk menemukan kesalahan yang mungkin terjadi untuk nantinya diperbaiki. Pengujian ini disebut sebagai pengujian Whitebox dan Blackbox.
5. Implementation Implementation merupakan tahapan implementasi software kepada user/ penguna. Pada tahap ini, dilakukan implementasi software yang sudah selesai pada tim surveilan.
6. Maintenance Maintenance adalah tahap pemeliharaan, dimana sistem setelah dipakai harus dijaga supaya tetap bisa berjalan baik. Selain itu juga melakukan perbaikan software jika ditemukan kesalahan, evaluasi software, dan pengembangan software berdasarkan umpan balik yang diberikan agar sistem dapat tetap berjalan dan berkembang sesuai dengan fungsinya.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Analisis Sistem
Hasil dari proses analisis sistem adalah daftar beberapa kebutuhan dari sistem. Sistem yang hendak dibangun membutuhkan beberapa hal sebagai berikut : a. Sistem dapat menyimpan data pasien ke server dari perangkat mobile saat terkoneksi
jaringan internet. Apabila tidak terkoneksi maka data pasien dapat disimpan sementara di device tersebut.
b. Sistem memungkinkan petugas survei mencari dan mengedit kembali data pasien yang sudah tersimpan di server.
c. Sistem memiliki validasi yang baik sehingga data yang masuk benar-benar lengkap dan terhindar dari noise.
Maka kebutuhan input sistem adalah sebagai berikut : a. Data periode survei, karena survei terdiri atas beberapa gelombang maka satu periode
dicatat sebagai satu data survei. b. Data petugas survei, dimana disini dicatat nama-nama petugas survei dan hak aksesnya. c. Data kuesioner, yaitu data pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab saat wawancara oeh
pasien. d. Data pasien, yaitu data jawaban pasien atas pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner Kebutuhan output sistem adalah sebagai berikut : a. Sistem harus bisa meyajikan data pasien hasil wawancara dalam format tabel. b. Data di atas disajikan per periode, per wilayah, atau sesuai kebutuhan laporan kepada
pimpinan. Kebutuhan proses sistem adalah sebagai berikut a. Proses pendataan periode survei b. Proses pendataan petugas survei c. Proses pendataan kuesioner d. Proses survei dimana petuga ssurvei dapat melakukan entry data pasien baru, pencarian
data pasien untuk keperluan perbaikan data. e. Proses pembuatan laporan survei
29
2. Desain Sistem Hasil analisis sistem dipakai untuk membuat desain sistem baru. Desain sistem baru harus mengakomodasi semua kebutuhan-kebutuhan yang sudah dihasilkan dari proses analisis sistem. Pengembangan model menggunakan teknik terstruktur. Salah satu alat untuk membuat desain sistem secara terstuktur adalah data flow diagram (DFD). Orientasi diagram ini adalah berfokus pada aliran data yang mengalir antara entitas, proses dan data store. DFD Level 0 menggambarkan entitas dalam sistem serta data yang mengalir dari entitas luar tersebut menuju atau dari sistem. DFD Level 0 ada pada Gambar 2.
SISKA GIAPetugas
SurveilansAdministrator
Login
Hasil Pencarian Pasien
Data Pasien Baru
Update Data Pasien
Key Pencarian Pasien
Informasi
Pasien
Periode Survei
Data Petugas Surveilans
Login
Data Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Gambar 2. DFD Level 0
Pada Gambar 2 dapat terlihat bahwa ada 2 (dua) buah entitas luar yaitu entitas
petugas surveilans dan entitas administrator. Administrator bertugas menentukan petugas-petugas surveilans yang dapat bekerja dalam tim survei. Administrator juga menentukan/entry data kuesioner survei dan periode survei. Sedangan petugas surveilans dapat mengirimkan data pasien baru, update pasien lama dan melakukan pencarian data pasien. Langkah selanjutnya adalah menganalisa kebutuhan sub proses yang lebih mendetil sehingga perlu untuk menjabarkan DFD level 0 tersebut menjadi DFD Level 1 sebagaimana pada Gambar 3.
30
1
Login
Petugas
6
Entry
Pasien
Baru
7
Cari
Pasien
8
Update
Pasien
2
Pendataan
Petugas
dtPetugas
dtPetugas
Pasien
3
Kelola
Periode
Survei
Periode
Survei
4
Kelola
Kuesioner
dtPeriode
Survei
Kuesioner
dtPeriode
Survei
dtKuesioner
dtPasien
dtPasien
dtPasien
5
Tampil
Kuesioner
dtKuesioner
Petugas
Surveilans
Login
Data
Pasien
Baru
Update
Data
Pasien
Key
Pencarian
Pasien
Data
Kuesioner
Administrator
Data
Petugas
Surveilans
Login
Kuesioner
Periode
Survei
Hasil
Pencarian
Pasien
9
Proses
Laporan
dtPasien
Informasi
Pasien
Gambar 3. DFD Level 1
Berdasarkan pada DFD Level 1 terdapat beberapa sub proses yang harus ada dalam
sistem. Sub proses pertama adalah Login sistem. Sub proses Login lebih utama dipakai untuk
31
verifikasi login para petugas surveilans yang berhak mengakses sistem. Proses login membutuhkan data petugas yang diisi oleh administrator pada proses kedua yaitu Pendataan Petugas. Adapun contoh data petugas ada pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Petugas
Username Password Nama Jabatan
Ahmad 12345678 Ahmad Rifai Petugas
Hendro96 Merdeka Hendri Wijoseno Petugas
Admin Supervisor Administrator Administrator
… … … …
Petugas surveilans akan melakukan proses login pada mobile device mereka. Petugas
akan memasukkan username dan password ke aplikasi mobile kemudian dicocokkan ke server. Adapun antarmuka proses Login Sistem pada aplikasi mobile yang menjadi sarana masuknya petugas dalam sistem ada pada Gambar 4. Jika login berhasil maka akan masuk ke menu utama sistem.
SISKA – GIA
Status : Online
Logo
Login
Username
Password
SISKA – GIAENTRY DATA PASIEN BARU
MENU UTAMA
Entry
Cari & Edit
Log Out
Help
Gambar 4. Login dan Menu Utama dari Mobile Application
Proses ketiga adalah proses Kelola Periode Survei dimana petugas menentukan
periode-periode kegiatan survei yang belum atau akan berlangsung. Contoh data periode survei yang diisikan oleh administrator ada pada Tabel 2. Data Periode Survei.
Tabel 2. Data Periode Survei
KodePeriode Tanggal Tahun Keterangan
001.2016 1 Januari 2016 2016 Survei di Banguntapan Bantul Th 2016
002.2016 4 April 2016 2016 Survei di Srandakan Bantul Th 2016
003.2016 10 September 2016 Survei di Kasihan Bantul Th 2016
32
2016
001.2017 3 Pebruari 2017 2017 Survei di Bambanglipuro Bantul Th 2017
… … … …
Dengan demikian dalam satu tahun dapat dilakukan beberapa periode survey, dan
setiap survey dapat memiliki kusioner dan petugas tersendiri sesuai kebutuhan. Proses keempat adalah proses Kelola Kuesioner. Pada proses ini dilakukan
penambahan, edit dan hapus data kuesioner yang akan tampil di device para petugas surveilans. Adapun contoh data kuesioner ada pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Kuesioner
ID NomorKues KodePeriode Pertanyaan
1 001 001.2016 Nomor ID : ?
2 002 001.2016 Nama Lengkap Ibu : ?
3 003 001.2016 Alamat Tempat Tinggal Ibu : ?
… … … …
201 008 002.2016 Hingga saat ini sudah berapa kali ibu memeriksakan kehamilan ke petugas kesehatan : ?
… … … …
Kuesioner tersebut akan tampil pada aplikasi mobile di sisi petugas survei pada saat
petugas mengisikan data survei pada proses ke-5 yaitu Tampil Kuesioner. Pada saat ini proses pengisian data survei dilakukan. Jika isian sudah lengkap maka data survei disimpan melalui proses nomor 6 yaitu Entry Pasien Baru. Adapun data pasien baru disimpan pada data store Pasien. Bentuk data Pasien yang disimpan ada pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Kuesioner
ID KodePasien NomorKues KodePeriode Jawaban UsernamePetugas
1 001 001 001.2016 001 ahmad
2 001 002 001.2016 Jumilatun ahmad
3 001 003 001.2016 Jl. Bantul Km 6 Pakel Kasihan
ahman
... … … … … …
Bentuk antarmuka proses pengisian data pasien baru pada perangkat mobile ada pada Gambar 5.
33
SISKA – GIAENTRY DATA PASIEN BARU
...
...
...
...
5. Pertanyaan 5
4. Pertanyaan 4
3. Pertanyaan 3
2. Pertanyaan 2
1.Pertanyaan 1
Pertanyaan Jawab
Send Clear
Gambar 5. Entry Data Pasien dari Mobile
Application
SISKA – GIACARI DAN EDIT DATA PASIEN
...
5. Pertanyaan 5
4. Pertanyaan 4
3. Pertanyaan 3
2. Pertanyaan 2
1.Pertanyaan 1
Pertanyaan Jawab
Send Clear
Keyword Cari..
Gambar 6. Pencarian dan Perbaikan Data Pasien
dari Mobile Application
Proses nomor 7 dan 8 pada DFD Level 1 berfungsi untuk mencari data pasien yang sudah pernah disimpan ke server kemudian memperbaikinya. Pencarian dapat menggunakan keyword nama, nomor pasien ataupun alamat. Hasil pencarian berupa nama-nama yang mirip dengan keyword dan petugas di lapangan bisa memilih salah satu nama yang hendak di-edit. Kemudian akan ditampilkan pertanyaan kuesioner berikut semua jawaban yang sudah pernah disimpan. Petugas berkesempatan meng-edit kembali jawaban-jawaban yang sudah terseimpan terebut kemudian mengirimkan kembali ke server. Antarmuka pencarian dan perbaikan data pasien yang sudah tersimpan ada pada Gambar 6. Setelah memahami rancangan DFD level 0, DFD Level 1, kamus data dan desain antarmuka di atas maka dilanjutkan dengan perancangan relasi antar tabel dalam database dan perancangan arsitektur. 2. Desain Basis Data
Desain basis data berbentuk relasi antar tabel dan struktur tabel dalam basis data. Relasi antar tabel dan struktur tabel yang merupakan hasil proses normalisasi kamus data ada pada Gambar 7.
34
Periode Survey
KodePeriode (Text 10)*
Tanggal(Date)
Tahun(Text 4)
Keterangan(Memo)
Kuesioner
ID (Autonumber)*
NomorKues (Text 10)*
KodePeriode (Text 10)**
Pertanyaan(Memo)
Pasien
ID (Autonumber)*
KodePasien(Text 10)
NomorKues(Text 10)**
KodePeriode (Text 10)**
Jawaban(Memo)
UsernamePetugas(Text 10)**
Petugas
Username (Text 10)*
Password (Text 10)
Nama (Text 30)
Jabatan (Text 20)
Gambar 7. Struktur dan Relasi Antar Tabel
Terdapat dua buah tabel master yaitu Tabel Periode Survei dan Tabel Petugas. Tabel
Kuesioner menjadi detail bagi Tabel Periode Survei dan Tabel Pasien menjadi detail bagi Tabel Kuesioner dan Tabel Petugas. 4. Arsitektur Sistem Baru Arsitektur sistem baru menjelaskan bagaimana mekanisme interaksi antara komponen-komponen hardware dan software dalam sistem surveilans yang diusulkan. Pada arsitektur ini terdapat beberapa komponen yang saling terkait yaitu mobile device (dipakai oleh petugas survei), jaringan internet, komputer server dan sebuah workstation yang dipakai oleh administrator. Ada 4 buah skenario interaksi pada sistem baru yang merupakan perbaikan sistem lama. Skenario pertama ada pada Gambar 8 yang menjelaskan kondisi saat aplikasi mobile (sisi petugas survei) terkoneksi internet di awal pemberangkatan tim survei. Pada saat itu terjadi sinkronisasi awal dimana data kuesioner survei dikirim dari server menuju semua perangkat mobile. Data kuesioner disimpan dalam database local (dalam perangkat mobile tersebut).
35
Petugas Survey 3
Petugas Survey 1
SERVER
Petugas Survey 2
Administrator
INTERNET
DB
DB
DB
DB
Data Kuesioner
Data
Kuesionet
Data
Kuesioner
Data
Kuesioner
Gambar 8. Interaksi Server dan Mobile Device Saat Awal Pemberangkatan Tim Survei. Terjadi
Pengiriman Data Kuesioner dari Server ke Mobile Device (client).
Skenario kedua adalah saat petugas berada di lapangan dan tanpa koneksi internet. Pada saat ini petugas survei tetap bekerja menggunakan penyimpanan pada database lokal (dalam perangkat mobile). Kuesioner dan data pasien disimpan pada database lokal. Bentuk interaksi tersebut ada pada Gambar 9.
Petugas Survey 3
Petugas Survey 1SERVER
Petugas Survey 2
Administrator
INTERNET
DB
DB
DB
DB
36
Gambar 9. Interaksi Server dan Mobile Device Saat Tidak Ada Koneksi Internet. Data Kuesioner dan Data Pasien Disimpan Sementara dalam Mobile Device (client).
Skenario ke-3 adalah saat koneksi internet ada dan data dalam mobile device dikirimkan
ke server. Pada saat ini data pada mobile device dikosongkan sehingga semua data terkumpul di server untuk semua petugas surveilans. Interaksi ini ada pada Gambar 10.
Skenario ke-4 adalah saat dilakukan pencarian data Pasien (dari mobile device) yang sudah disimpan ke server untuk diperbaiki kembali. Interaksi ini ada pada Gambar 11. Pencarian dilakukan dengan mengirimpan perintah Query, hasil perintah akan mengembalikan result metadata yang akan ditampilkan di mobile device.
Kelanjutan dari pencarian adalah perbaikan data. Proses perbaikan data ada pada Skenario ke-5 dimana data yang sudah diperbaiki dikirimkan kembali ke server. Interaksi ini ada pada Gambar 12.
Petugas Survey 3
Petugas Survey 1
SERVER
Petugas Survey 2
Administrator
INTERNET
DB
DB
DB
DB
Data Pasien
Data
Pasien
Data
Pasien
Data
Pasien
Gambar 10. Interaksi Sistem Saat Ada Koneksi Internet. Data di Setiap Client Dikirim Ke
Server
37
Petugas Survey 3
Petugas Survey 1 SERVER
Petugas Survey 2
Administrator
INTERNET
DB
DB
DB
DB
SQL Query
SQL Query
Result
Result
Gambar 11. Interaksi Sistem Saat Ada Pencarian Data dari Client ke Server. Mobile Device
(client) akan mengirimkan perintah Query ke Server dan Result yang Dihasilkan Akan Tampil di Mobile Device
Petugas Survey 3
Petugas Survey 1 SERVER
Petugas Survey 2
Administrator
INTERNET
DB
DB
DB
DB
Update Data
Pasien
Update Data
Pasien
Gambar 12. Interaksi Arsitektur Sistem Saat Ada Update Data dari Client ke Server
5.Pengujian
38
Pengujian dilakukan dengan cara melakukan FGD untuk memaparkan hasil analisis dan perancangan sistem kepada tim surveilans dan para stakeholder. Dari hasil FGD diperoleh informasi bahwa : a. Analisis sistem sudah sesuai kebutuhan perbaikan sistem surveilans yang lama, yaitu
dapat dioperasikan saat tidak ada koneksi internet, terdapat sarana untuk perbaikan data dan juga dapat mempermudah proses rekap data menjadi lebih cepat.
b. Desain sistem baru juga sudah mencerminkan kebutuhan-kebutuhan dari analisis sistem sehingga antara analisis dan desain sistem sudah sesuai satu sama lain.
c. Diagram-diagram yang ada yaitu data flow diagram, struktur tabel dalam basis data dan desain antarmuka juga sudah sesuai satu sama lain.
d. Arsitektur sistem sudah sesuai dengan kebutuhan dan skenario koneksi antar komponen dalam arsitektur sistem sudah dapat menjawab permasalahan sistem lama.
D. KESIMPULAN
Analisis dan desain sistem surveilans telah berhasil dilakukan dan hasilnya sudah diuji dan sesuai kebutuhan sistem. Development sistem dapat menggunakan data flow diagram (DFD), struktur database, dan desain antar muka sebagai acuan dalam proses pembuatan aplikasi. Arsitektur sistem dapat dipakai sebagai acuan dalam proses implementasi interaksi antar komponen dalam sistem, misalnya dalam membuat database sementara dan database pusat dan kemudian bagaimana mengarahkan perintah query saat penyimpanan data. E. SARAN
Hasil analisis dan desain dapat diperbaiki lagi setelah tahap development dilakukan. Tahap development akan diakhiri oleh testing dan evaluasi, dan hasil evaluasi selain untuk memperbaiki proses development dapat juga untuk memperbaiki hasil analisis dan desain. F. DAFTAR PUSTAKA [1] Bogan, M., Mushi, C., Esch, J. Van, Wakabi, T., Lesh, N., Derenzi, B., & Mitchell, M.
(2009). Improving Standards of Care with Mobile Applications in Tanzania. In The Role of Mobile Technologies in Fostering Social and Economic Development in Africa.
[2] Sacks, J. A., Zehe, E., Redick, C., Bah, A., Cowger, K., Camara, M., … Liu, A. (2015).
Introduction of Mobile Health Tools to Support Ebola Surveillance and Contact Tracing in Guinea. Global Health: Science and Practice, 3(4), 646–659. https://doi.org/10.9745/GHSP-D-15-00207
[3] Style, S., Beard, B. J., Harris-fry, H., Sengupta, A., Jha, S., Shrestha, B. P., … Thondoo,
M. (2017). Experiences in Running A Complex Electronic Data Capture System Using Mobile Phones in A Large- Sscale Population Trial in Southern Nepal. Global Health Action, 10(1). https://doi.org/10.1080/16549716.2017.1330858
[4] Rahmanti, A., Lazuardi, L., Hariyanto, S., Dewi, F., Lestari, S., Susetyowati, Hartriyanti, Y.
(2015). Penerapan Teknologi Informasi dalam Sistem Surveillans di Kabupaten Sleman (HDSS Sleman). In Buku Prosiding Forum Informatika Kesehatan Indonesia Ke-4 (pp. 171–172).ISSN:9772460262007
39
[5] PS, & AMK. (2017). Sharing Pengalaman Dalam Penggunaan Aplikasi Kuisioner Untuk
Pengumpulan Data Primer. Retrieved from http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/berita-815-sharing-pengalaman-dalam-penggunaan-aplikasi-kuisioner-untuk-pengumpulan-data-primer.html 1
[6] Harnaningrum, L. N., Anggoro, S., Prayitna, A., & Dewi, S. K. (2014). Implementasi
Sistem Informasi Bergerak Untuk Penguatan Surveilans Gizi di Puskesmas Banguntapan II Kabupaten Bantul. Jurnal Buana Informatika, 5(2), 75–84. Retrieved from http://ojs.uajy.ac.id/index.php/jbi/article/download/355/403
[7] Thacker, S. B., & Berkelman, R. L. (1988). Public Health Surveillance in The United
States. Epidemic Review, 10, 164–190. Retrieved from http://epirev.oxfordjournals.org/
[8] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan. Kemenkes RI. https://doi.org/10.1024/0301-1526.32.1.54
[9] Balaji, S., & Murugaiyan, M. S. (2012). Waterfall vs V-Model vs Agile : A comparative study on SDLC. International Journal of Information Technology and Business Management, 2(1), 26–30. https://doi.org/10.1.1.695.9278