Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Analisa Musculoskeletal Disorder Pada Karyawan ....(Aditya Nur Karisma & Boy Isma P) 49
Analisa Musculoskeletal Disorder Pada Karyawan Bagian
Produksi Di Bengkel XYZ Dengan Menggunakan Metode RULA
Aditya Nur Kharisma1, Boy Isma Putra
2
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
E-mail address: [email protected], [email protected]
2
ABSTRACT
Musculoskeletal disorder is a problem for worker. While in Indonesia disturbances in
skeletal muscle by 16% in 2005. The research purpose in the workshop XYZ are analyzing
working position can cause musculoskeletal disorder and give suggestions to the positions that
need improvement. Rula method is an extension of the rapid upper limb assessment is a method
to assess posture, style and movement of work activity. Which combine Table A and Table B to
Table Grand Score. There are four working positions are analyzed, namely the Working
Position A, B, C and D, results of the fourth working position, there are 2 working positions
that require immediate changes are working positions B and C with the proposed additional
tools in the form of tables and cantilever arms, working positions being changed, then
reanalyzed using the RULA results grand score and result changed
Keywords: musculoskeletal disorder, RULA, grand score, working position, employee
ABSTRAK
Musculoskeletal disorder adalah sebuah masalah bagi para pekerja. Di Indonesia
gangguan pada otot rangka sebesar 16% pada tahun 2005. Tujuan penelitian di bengkel XYZ
ini adalah, menganalisa posisi kerja yang dapat menyebabkan musculoskeletal disorder dan
memberikan usulan perbaikan pada posisi yang perlu perbaikan. Metode RULA adalah
kepanjangan dari rapid upper limb assessment yaitu sebuah metode untuk menilai postur, gaya,
dan gerakan dari suatu aktivitas kerja. Yaitu dengan mengkombinasikan Tabel A dan Tabel B
ke Tabel Grand Score. Ada 4 posisi kerja yang dianalisa, yaitu Posisi Kerja A, B, C dan D,
Hasil dari keempat posisi kerja tersebut terdapat 2 posisi kerja yang membutuhkan perubahan
secepatnya yaitu posisi kerja B dan C. dengan mengusulkan alat tambahan yang berupa meja
dan penopang lengan, posisi kerja menjadi berubah, kemudian dianalisa kembali dengan
menggunakan metode RULA hasil grand score dan hasil terdapat perubahan.
Kata kunci: musculoskeletal disorder, RULA, grand score, posisi kerja, karyawan
1. PENDAHULUAN
Menurut Wenur (2013) data dari BLS
(Bureau of Labour Statistics) Amerika
melaporkan jumlah penyakit akibat kerja
berupa MSDs selama tahun 2007 sebesar 29%
dibandingkan penyakit akibat kerja lainnya
dan data EODS (Eurostat figures on
recognised occupational diseases) tentang
penyakit akibat kerja di Eropa pada tahun
2005, MSDs menempati urutan pertama
sebesar 38,1 %. Selain itu, sebuah survey yang
juga dilakukan pada pekerja di Eropa
menyebutkan bahwa 24,7% pekerja mengeluh
sakit punggung, 22,8% nyeri otot,dan 45,5%
dilaporkan bekerja pada keadaan nyeri dan
lelah dimana 35% diantaranya bekerja dengan
beban berat. Di Indonesia, gangguan otot
rangka pada pekerja merupakan 60% dari
penyakit akibat kerja yang dilaporkan.
Kepustakaan melaporkan pada tahun 2005
mailto:[email protected]
50 Jurnal Ilmiah TEKNO, Vol.13 No.2, Oktober2016 :49 -60
persentase pekerja di Indonesia dengan
keluhan kesehatan yang berhubungan dengan
pekerjaan sebesar 40,5% dan keluhan otot
rangka sebesar 16%.
Yang terjadi di bengkel ini adalah
karyawan yang sering mengalami kelelahan
atau sakit pada area leher, punggung dan
kelelahan pada area bahu kanan. Hasil ini
diperoleh berdasarkan wawancara kepada
karyawan produksi. Selain itu terjadi ketidak
nyamanan pada posisi kerja yang
mengakibatkan cepat lelah. Sehingga
produktifitas menurun. Oleh karena itu perlu
dilakukan perubahan posisi kerja dengan
tujuan karyawan menjadi nyaman dan tidak
mudah lelah, dengan perubahan posisi kerja
yang lebih baik akan memperoleh peningkatan
produktifitas.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengurangi keluhan nyeri dan pegal-pegal
yang berlebihan saat bekerja. Sehingga dapat
meningkatkan produktivitas produksi di
bengkel XYZ.
Maka perumusan masalah yang akan
diselesaikan dalam laporan ini adalah
bagaimana cara menganalisa musculoskeletal
disorder di bengkel XYZ dengan
menggunakan metode RULA?
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Ergonomi
Menurut Purwaningsih (2007)
Ergonomi berasal dari dua kata latin yaitu
Ergon yang berati kerja dan Nomos yang
berarti hukum. Jadi ergonomi dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang
manusia dalam melakukan pekerjaannya.
Penerapan ergonomi pada umumnya adalah
aktivitas membuat desain atau mendesain
ulang peralatan atau perlengkapan kerja.
Dengan kata lain ergonomi memberikan
peranan penting dalam meningkatkan
keselamatan dan kesehatan kerja. Soenandi
(2013) Dalam kasus dibengkel XYZ terdapat
posisi kerja yang kurang benar menurut
(Wignjosoebroto, 2006) untuk menghindari
sikap dan posisi kerja yang salah yang perlu
dilakukan adalah dengan mengurangi
keharusan karyawan bekerja dengan posisi
membungkuk. Selanjutnya karyawan tidak
dianjurkan bekerja dengan berdiri dan duduk
dalam waktu yang lama, dengan keadaan
leher, dada, dan kaki dalam posisi miring.
2.2 Musculoskeletal Disorder
Pada kasus di bengkel XYZ terdapat
macam-macam keluhan otot dibebrapa bagian
tubuh para karyawan. Menurut OHSCOS
dalam Rahawarin (2011). Keluhan
muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri,
pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot
(muskuloskeletal) seperti tendon, pembuluh
darah, sendi, tulang, syaraf dan lainnya yang
disebabkan oleh aktivitas kerja.
Faktor Penyebab Terjadinya MSDs
Peter Vi dalam Tarwaka (2004) menjelaskan
bahwa terdapat faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya keluhan MSDs
1. Peregangan Otot Berlebihan
Analisa Musculoskeletal Disorder Pada Karyawan ....(Aditya Nur Karisma & Boy Isma P) 51
Peregangan otot yang berlebih sering
dikeluhkan oleh karyawan produksi di bengkel
dinamo XYZ. Ketika melakukan kegiatan
yang membutuhkan tenaga yang besar seperti
mengangkat dinamo ke atas mobil, mendorong
dinamo saat menata dinamo, menahan stator
yang besar saat mengganti bearing.
2. Aktivitas Berulang
Pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang
seperti memangkas kawat tembaga dengan
menggunakan palu dan betel.
3. Sikap kerja tidak Alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap
kerja yang menjauhi posisi alamiahnya.
Contohnya ketika saat membongkar tutup
dinamo dengan posisi tubuh yang terlalu
membungku, dan miring.
4. Penyebab Kombinasi
Penyebab kombinasi seperti umur pekerja
yang sudah tua akan mudah terserang MSDs,
kekuatan fisik yang prima saat bekerja dapat
mempengaruhi kerja otot, ukuran tubuh juga
berpengaruh.
5. Force dan Durasi
Force adalah jumlah usaha yang digunakan
untuk melakukan pekerjaan seperti
mengangkat dinamo. Durasi adalah jumlah
waktu yang digunakan dalam melakukan suatu
pekerjaan. (Maijunidah, 2010)
Sebelum menjadi sebuah gangguan MSDs
karyawan terlebih dahulu merasakan keluhan
MSDs, hal ini tidak semata karena
pekerjaannya tetapi bisa karena faktor lain di
luar pekerjaanya. Beberapa atribut adalah
sebagai berikut: (Wajdi, 2015)
1. Cummulative, mengidentifikasi adanya
nyeri yang tumbuh berkembang dari waktu
ke waktu akibat dari tekanan yang berulang
kali terjadi pada bagian tubuh tertentu.
2. Trauma, hal ini mengidentifikasikan nyeri
pada tubuh akibat tekanan secara mekanik
3. Disorder yang merujuk pada kondisi yang
tidak normal.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan
kepada karyawan bagian produksi, keluhan
muskuloskeletal (Musculoskeletal Disorder)
atau MSDs yang sering timbul pada pekerja di
bengkel dinamo ini adalah nyeri otot bagian
punggung, nyeri otot leher, dan nyeri otot pada
pergelangan tangan. Karyawan merasakan
keluhan yang ringan hingga berat. Keluhan-
keluhan otot ini dapat mempengaruhi kinerja
karyawan di bagian produksi.
Secara garis besar keluhan otot dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu: (Tarwaka, 2004)
1. Keluhan sementara (reversible)
Keluhan otot yang terjadi saat otot
menerima beban statis, namun demikian
keluhan tersebut akan hilang apabila
pembebanan itu dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent)
Keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pekerjaan pembeban dihentikan,
rasa sakit pada otot tetap berlanjut.
2.3 RULA
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode RULA (Rapid Upper
Limb Assesment) yaitu dengan melakukan
pengamatan terhadap posisi kerja yang akan
52 Jurnal Ilmiah TEKNO, Vol.13 No.2, Oktober2016 :49 -60
dianalisa, kemudian melakukan wawancara
dengan karyawan dan menyebarkan kuisioner
NBM kepada karyawan tentang keluhan yang
pernah dirasakan saat bekerja di bengkel XYZ.
Setelah itu pengumpulan data dengan
mengambil gambar pekerja dengan bantuan
kamera. Setelah itu menganalisa posisi kerja
dengan menentukan sudut-sudut pada lengan
atas, lengan bawah, pergelangan tangan,
putaran pergelangan tangan, leher, batang
tubuh, dan kaki. Dengan menggunakan
penggaris busur. Kemudian menentukan nilai
sesuai dengan ketentuan, dan memasukkan ke
tabel 1.
2.3.1 Grup A
Tabel 1 Grup A
Wrist Score
1 2 3 4
Wrist
Twist
Wrist
Twist
Wrist
Twist
Wrist
Twist
Upper
Arm
Lower
Arm 1 2 1 2 1 2 1 2
1
1 1 2 2 2 2 3 3 3
2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 4 4
2
1 2 3 3 3 3 4 4 4
2 3 3 3 3 3 4 4 4
3 3 4 4 4 4 4 5 5
3
1 3 3 4 4 4 4 5 5
2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 4 4 4 4 4 5 5 5
4
1 4 4 4 4 4 5 5 5
2 4 4 4 4 4 5 5 5
3 4 4 4 5 5 5 6 6
5
1 5 5 5 5 5 6 6 7
2 5 6 6 6 6 6 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
6
1 7 7 7 7 7 8 8 9
2 8 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
Sumber : Nugraha (2013)
Dengan ketentuan nilai sebagai
berikut:
Skor Grup A yang meliputi lengan atas, lengan
bawah, pergelangan tangan, dan tangan.
A. Posisi Lengan Atas
Meurut Lueder (1996), skor-skor untuk
posisi lengan atas adalah sebagai berikut:
1 untuk lengan atas membentuk sudut 200
kedepan maupun kebelakang tubuh.
2 untuk lengan atas membentuk sudut 210 –
450.
3 untuk lengan atas membentuk sudut 450
– 900
4 untuk lengan atas membentuk sudut 900
atau lebih.
Keterangan :
+1 Jika pundak atau bahu ditinggikan
+1 Jika lengan berputar atau bengkok
-1 Jika operator bersandar atau bobot
lengan ditopang.
B. Posisi Lengan Bawah
Menurut Sutrio (2011), skor posisi lengan
bawah adalah sebagai sebagai berikut:
1 untuk lengan membentuk sudut 600
–
1000
2 untuk lengan membentuk sudut kurang
dari 600 atau lebih dari 100
0.
Keterangan :
+1 Jika lengan bekerja menyilang di depan
tubuh atau berada di samping tubuh.
C. Posisi Pergelangan Tangan
Menurut Middlesworth (1989) skor posisi
pergelangan tangan adalah sebagai berikut:
1 untuk pergelangan tangan posisi netral
2 untuk pergelangan tangan membentuk
sudut 00 – 15
0 dari posisi netral
Analisa Musculoskeletal Disorder Pada Karyawan ....(Aditya Nur Karisma & Boy Isma P) 53
3 untuk telapak tangan membentuk sudut
150 atau lebih.
Keterangan :
+1 jika pergelangan tangan berada pada
posisi ke kanan atau kekiri.
D. Posisi untuk Putaran Pergelangan
Tangan
Menurut Rinandha (2011), skor posisi
untuk tangan adalah sebagai berikut:
1 bila pergelangan tangan berada pada
rentang menengah putaran
2 bila pergelangan tangan pada atau hampir
berada pada akhir rentang putaran.
Selanjutnya adalah dengan memasukan nilai
ke tabel B pada tabel 2
2.3.2 Grup B
Tabel 2 Grup B
Trunk Posture Score
1 2 3 4 5 6
Leg
Score
Leg
Score
Leg
Score
Leg
Score
Leg
Score
Leg
Score
Neck 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
Sumber : McAtamney (1993)
Dengan ketentuan nilai sebagai
berikut:
Skor Grup B meliputi leher, batang tubuh, dan
tubuh bagian bawah.
A. Posisi Leher
Menurut Pangaribuan (2009) skor untuk
posisi dari leher adalah sebagai berikut:
1 jika leher membentuk sudut 00 sampai 10
0
2 jika leher membentuk sudut 100 - 20
0
3 jika leher membentuk sudut lebih dari 200
4 jika leher melakukan posisi ekstensi.
Keterangan:
+1 jika leher berputar atau bengkok
+1 jika punggung bengkok
B. Posisi Punggung
Menurut Druy, Grandjean, dan kawan-
kawan dalam Maijunidah (2010), skor untuk
Posisi Punggung adalah sebagai berikut:
1 jika operator duduk atau disangga dengan
baik oleh pinggul punggung yang
membentuk sudut 900 atau lebih
2 jika punggung membentuk sudut 00 - 20
0
3 jika punggung membentuk sudut 200 - 60
0
4 jika punggung membentuk sudut lebih
dari 600
Keterangan :
+1 jika punggung memutar
+1 jika punggung bergerak ke samping.
C. Posisi Kaki
Menurut McAtamney (1993) skor untuk
posisi kaki adalah sebagai berikut:
1 Jika kaki tertopang ketika duduk dengan
bobot seimbang rata
2 Jika kaki tidak tertopang atau bobot tidak
tersebar merata.
Lalu mengkombinasikan hasil setiap
tabel dengan skor beban dan skor penggunaan
otot.
54 Jurnal Ilmiah TEKNO, Vol.13 No.2, Oktober2016 :49 -60
A. Penambahan Skor Beban
Menurut Health and Safety Excutive dalam
Triyanto (2012) skor untuk beban adalah
sebagai berikut:
0 Bila beban kurang dari 2 kg (pembebanan
sekali)
1 Bila beban antara 2 kg – 10 kg
(pembebanan sekali)
2 Bila beban antara 2 kg – 10 kg (statis atau
berulang-ulang)
3 Bila beban lebih dari 10 kg atau
perulangan atau beban kejut.
B. Skor Otot
Menurut Krisnawati (2010) skor untuk otot
adalah sebagai berikut:
+1 jika postur statis (dipertahankan dalam 1
menit) atau aktivitas diulang lebih dari 4 kali
dalam semenit.
Dan terkhir yaitu dengan
mengkombinasikan kedua tabel ke tabel
Grand Score yang ditunjukan pada tabel 3
Tabel 3 Grand Score
Grand Total Score
Score
C
(Upper
Limb)
Score D = score from Table B + Muscle
Use Score + Force
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1 2 3 3 4 5 5 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6 6 6
4 3 3 3 4 5 6 6 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7 7 7
8 5 5 6 7 7 7 7 7 7
9 5 5 6 7 7 7 7 7 7
Sumber : Lueder (1996)
dengan menarik titik koordinat. Dan yang
terakhir adalah implementasi grand score
dengan ketentuan berikut ini:
Rangking 1 sampai 7 diberikan, untuk
setiap kombinasi yang mungkin dari nilai C
dan D berdasarkan derajat faktor resiko.
Rangking tersebut yang disebut dengan Grand
Score.
1. Nilai 1 atau 2 = action level 1
Untuk rentang ini postur kerja dapat
bernilai 2 atau kurang untuk setiap grup dan
nilai kontraksi otot serta gaya sebesar 0.
Rekomendasi : resiko pekerja terkena faktor-
faktor resiko relatif rendah dan dianggap
masih dapat diterima, selama pekerja tidak
berada terlalu lama atau berulang-ulang pada
kondisi tersebut.
2. Nilai 3 atau 4 = action level 2
Postur kerja diluar rentang aman, atau
postur kerja sebenarnya masih dapat diterima
namun ditandai adanya gerakan repetitive,
kontraksi otot statis, atau pengeluaran gaya
yang signifikan.
Rekomendasi : diperlukan analisis lebih lanjut
dan butuh perubahan.
3. Nilai 5 atau 6 = action level 3
Postur kerja berada diluar rentang aman.
Gerakan repetitive dan atau kontraksi otot
statis dibutuhkan, dan mungkin diperlukan
pengeluaran gaya yang signifikan
Reomendasi : analisis lebih lanjut dan
perubahan dibutuhkan segera.
4. Nilai 7 = action level 4
Postur kerja berada diluar rentang aman,
gerakan repetitive dan atau kontraksi otot
Analisa Musculoskeletal Disorder Pada Karyawan ....(Aditya Nur Karisma & Boy Isma P) 55
statis dibutuhkan dan mingkin diperlukan
pengeluaran gaya yang signifikan.
Rekomendasi : analisis lebih lanjut dan
perubahan dibutuhkan sangat segera.
3. HASIL
Hasil penyebaran kuisioner pada 20
karyawan adalah sebagai berikut:
Gambar 1 hasil kuisioner NBM
Dari gambar 3.1 diketahui area tubuh
yang banyak di keluhkan oleh karyawan
adalah area leher atas yaitu terdapat 18 orang
yang mengalami keluhan di area tersebut,
selanjutnya keluhan area punggung dan
pinggang yang dialami masing-masing oleh 16
karyawan dari 20 karyawan. Dan 15 karyawan
mengalami keluhan dibahu kanan.
Dari hasil itu diketahui bahwa keluhan
terbanyak berada di area atas. Dari situ
disimpulkan bahwa metode yang digunakan
adalah metode RULA.
Metode RULA dalam penelitian ini
digunakan untuk menganalisa posisi kerja
duduk. Analisa gambar posisi kerja dengan
menggunakan garis warna dengan ketentuan
warna sebagai berikut:
Biru muda = neck
Hitam = trunk
Merah = upper arm
Kuning = lower arm
Hijau = twist
Jingga = leg
Ada 4 posisi kerja yang di analisa yaitu:
3.1 Posisi Kerja A
Gambar 2 Posisi Kerja A
Posisi kerja A adalah posisi kerja saat
karyawan produksi membongkar dinamo.
Yaitu proses melepas tutup dek dinamo
dengan melepas baut dengan bantuan alat
yaitu kunci pas. Analisa dengan metode
RULA untuk posisi kerja A sisi kanan yaitu
perlu diadakan perubahan karena dapat
menimbulkan muskuloskeletal jika diteruskan
dalam waktu yang lama skornya 5. Pada sisi
kiri masih dalam tingkat yang aman, tapi perlu
dilakukan perbaikan jika posisi ini dilakukan
terus menerus dan dalam jangka waktu yang
lama skornya 4.
3.2 Posisi kerja B
Gambar 3 Posisi Kerja B
Posisi kerja B adalah posisi saat
memotong kawat tembaga dengan
menggunakan bantuan palu dan betel, caranya
yaitu dengan memotong salah satu bagian
56 Jurnal Ilmiah TEKNO, Vol.13 No.2, Oktober2016 :49 -60
kumparan dinamo. Analisa dengan
menggunakan metode RULA untuk posisi
kerja B yaitu sisi kanan sangat perlu diadakan
perubahan dalam waktu secepat mungkin
karena dalam kondisi yang dapat
mengakibatkan suatu keluhan muskuloskeletal
pada pekerja skornya 7. Pada sisi kiri perlu
analisa dan perubahan secepatnya, karena
dalam kondisi yang dapat mengakibatkan
keluhan muskuloskeletal skornya 6.
3.3 Posisi Kerja C
Gambar 4 Posisi Kerja C
Posisi kerja C adalah psosisi
memasukan kawat tembaga ke dinamo.
Analisa dengan menggunakan metode RULA
adalah untuk sisi kanan perlu diadakan
perubahan karena dapat menimbulkan
muskuloskeletal jika diteruskan dalam waktu
yang lama skornya 6. Pada sisi kiri perlu
dianalisa lebih lanjut lagi,dan sangat
diperlukan perubahan dalam waktu sesingkat
mungkin skornya 7.
3.4 Posisi Kerja D
Gambar 5 Posisi Kerja D
Posisi kerja D adalah posisi saat
finishing dalam servis gulung ulang dinamo.
Hasil analisa dengan menggunakan metode
RULA adalah untuk sisi kanan dan kiri masih
dapat diterima namun, perlu diadakan
perubahan karena dapat menimbulkan
muskuloskeletal jika diteruskan dalam waktu
yang lama skor untuk sisi kanan dan kiri sama
sama mendapat skor 4.
Kesimpulan hasil grand score dari
keempat posisi diatas adalah pada tabel 4
Tabel 4 Hasil kesimpulan keempat posisi
kerja
Posisi
Kerja
Hasil Analisa
Grand Score Keterangan
Sisi
Kanan
Sisi
Kiri
Posisi
Kerja A 5 4
Diperlukan
perubahan
secepatnya
Posisi
Kerja B 7 6
Diperlukan
perubahan sangat
segera
Posisi
Kerja C 6 7
Diperlukan
perubahan sangat
segera
Posisi
Kerja D 4 4
Diluar rentang aman,
namun masih dapat
diterima
Berdasarkan analisa keempat posisi
kerja diperoleh hasil seperti table 4 posisi yang
memperoleh hasil grand score terbesar adalah
Posisi Kerja B dan Posisi Kerja C. Maka
Posisi Kerja B dan Posisi kerja C perlu
diadakan perubahan secepatnya
3.5 Usulan Perbaikan posisi B
Berdasarkan hasil grand score yang
mengharuskan ada perubahan secepatnya
maka usulan adalah dengan membuat
Analisa Musculoskeletal Disorder Pada Karyawan ....(Aditya Nur Karisma & Boy Isma P) 57
penompang atau meja untuk dinamo agar
posisi tubuh tidak terlalu membungkuk. Meja
juga harus dapat disesuaikan ketinggiannya
agar karyawan dapat mengatur sendiri sesuai
dengan posisi yang nyaman. Untuk bahan
meja diusahakan bahan yang kuat yang dapat
menahan berat dinamo. Dan terdapat penahan
agar dinamo tidak bergerak saat proses
pemotongan kawat. Perbandingan posisi kerja
ditunjukan dibawah ini:
Posisi Awal Usulan
Gambar 6 Usulan untuk Posisi Kerja B
Skor awal sisi kanan Posisi Kerja B adalah 7
berubah menjadi 3, untuk sisi kiri dari 6
menjadi 2,
3.6 Usulan Perbaikan Posisi C
Berdasarkan hasil grand score yang
mengharuskan ada perubahan secepatnya
maka usulan perbaikan yaitu dengan
memberikan penompang lengan agar beban
lengan ditopang sehingga tidak terlalu lelah.
Usulannya akan ditunjukan pada gambar
Posisi Awal Usulan
Gambar 7 Usulan untuk Posisi Kerja C
Skor awal Posisi Kerja C sisi kanan adalah 6
mejadi 4, sedangakan sisi kiri dari 7 menjadi
5.
4. SIMPULAN
Hasil yang didapat dari kuisioner NBM
yang disebar ke 20 karyawan. Diperoleh 3
hasil tertinggi yaitu keluhan terdapat pada
leher bagian atas mendapat skor terbanyak
yaitu 18 karyawan yang mengalami keluhan,
yang kedua adalah pinggang dan pungung
dengan 16 karyawan yang mengalami keluhan,
dan yang ketiga adalah bahu kanan yaitu
dengan 15 karyawan yang mengalami keluhan.
Dari hasil tersebut maka dipilihlah metode
RULA dengan menganalisa Posisi Kerja dan
hasil analisa sepert berikut:
Dari keempat posisi kerja yang dianalisa di
bengkel XYZ, terdapat dua posisi kerja yang
butuh perubahan secepatnya, yaitu Posisi
Kerja B dan Posisi Kerja C. Karena posisi B
yaitu posisi memangkas kawat tembaga untuk
sisi kanan mendapat skor 7 perlu diadakan
perubahan dalam waktu secepat mungkin
karena dalam posisi kerja membungkuk dan
tangan kanan memegang beban, dan dalam
kondisi mengangkat tanpa topangan dapat
mengakibatkan keluhan muskuloskeletal pada
karyawan. Pada sisi kiri mendapat skor 6 perlu
analisa dan perubahan secepatnya, karena
dalam posisi ini tangan kiri menahan pukulan
dari palu dan dapat mengakibatkan keluhan
muskuloskeletal.
Untuk posisi kerja C yaitu memasukan
kawat ke dinamo. Sisi kanan mendapat skor 6
58 Jurnal Ilmiah TEKNO, Vol.13 No.2, Oktober2016 :49 -60
perlu diadakan perubahan karena lengan kanan
mengangkat tanpa ada topangan dapat
menimbulkan resiko muskuloskeletal jika
diteruskan dalam waktu yang lama. Pada sisi
kiri mendapat skor 7 perlu dianalisa lebih
lanjut lagi,dan sangat diperlukan perubahan
dalam waktu sesingkat mungkin, karena posisi
lengan hamper sama dengan lengan kanan dan
posisi punggung membungkuk.
Usulan perbaikan untuk posisi kerja B dan
posisi kerja C adalah dengan merubah posisi
kerja dengan mengusulkan alat bantu yang
berupa meja dan penopang lengan, dengan alat
bantu meja, secara otomatis, posisi tubuh akan
berubah, alat penopang lengan berfungsi untuk
menahan lengan agar lengan berada posisi
yang nyaman, dan tidak melayang, jika lengan
melayang dalam waktu yang lama, maka
lengan cepat merasakan keuhan capek, nyeri,
dan lain-lain. Kemudia posisi kerja yang baru
dianalisa kembali dengan menggunakan
metode RULA, hasilnya membuat hasil grand
score menurun. Skor awal sisi kanan Posisi
Kerja B adalah 7 berubah menjadi 3, untuk sisi
kiri dari 6 menjadi 2, dan skor awal Posisi
Kerja C sisi kanan adalah 6 mejadi 4,
sedangakan sisi kiri dari 7 menjadi 5.
Sehingga dari pengurangan skor, artinya
penggunaan otot yang salah maupun berlebih
dapat (musculoskeletal disorder) dikurangi.
Dengan adanya perbaikan posisi kerja akan
berdampak pada produktivitas yang semakin
baik dan turut menjaga kesehatan karyawan
bagian produksi di bengkel XYZ.
Analisa Musculoskeletal Disorder Pada Karyawan ....(Aditya Nur Karisma & Boy Isma P) 59
DAFTAR RUJUKAN
Krisnawati, Dian., 2010, Perancangan ulang
Mesin Pemotong DOP Shuttlecock
Berdasarkan Analisa Rapid Upper Limb
Assessment (RULA), Teknik Industri,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Lueder, R., 1996, A Proposed RULA for
Computer Users, Humanics ErgoSystem,
Inc, San Francisco, United States
Maijunidah, Emi., 2010, Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keluhan Musculoskeletal
Disorder (MSDs) Pada Pekerja
Assembling PT X Bogor 2010, fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatam,
Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah, Jakarta
McAtamney, Lynn., E. Nigel Corlett, 1993, A
Survey Method For The Investigation of
Work-Related Upper Limb Disoerder,
Institute for Occupational Ergonomics,
University of Nottingham, Nottingham,
United Kingdom
Middlesworth, Mark, 1989, Ergonomics Plus,
Marrion, United States
Pangaribuan, Dina Meliana., 2009, Analisa
Postur Kerja Dengan Metode RULA Pada
Pegawai Bagian Pelayanan Perpustakaan
USU Medan, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara, Medan
Rahawarin, Muhammad Ihya U., 2011,
Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Pada
Karyawan Swalayan Hypermart Makassar
Periode 2008-2009, Fakultas Kedokteran,
Universitas Hasanuddin, Makassar
Rinandha, Cherly Pritta., 2011, Hubungan
Postur Kerja Duduk Terhadap Upper
Extremity Symptoms Pada Pekerja Bagian
Cucuk Di PT. Iskandartex Surakarta,
Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta
Soenandi, Iwan A., Meriastuti Ginting., Budi
Merpaung, 2013, Perancangan Ergonomis
Tempat Tidur Rumah Sakit, Program
Studi Teknik Industri, Universitas Krida
Wacana, Jakarta
Sutrio, Firdaus, Mohammad Oktri., 2011,
Analisis Pengukuran RULA dan REBA
Petugas pada Pengangkatan Barang di
Gudang dengan Menggunakan Software
ErgoIntelligence (Studi kasus: Petugas
Pembawa Barang di Toko Dewi
Bandung), Program Studi Teknik Industri,
Universitas Widyatama Bandung.
Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik
Sudiajeng., 2004, Ergonomi Untuk
Keselamatan Kesehatan dan
Produktivitas, Uniba Press, Surakarta.
Triyanto, Budi., Etika Muslimah., Ratnanto
Fitriadi., 2012, Analisis Postur Kerja
Menggunakan Metode RULA Dan
Perancangan Ulang Stasiun Kerja
Finishing Batik, Teknik Industri, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
60 Jurnal Ilmiah TEKNO, Vol.13 No.2, Oktober2016 :49 -60
Wajdi, Farid., Wyke Kusmasari., 2012, Resiko
Jenis Pekerjaan Terhadap Keluhan
Muskuloskeletal Disorder Pada Perawat
Rumah Sakit, Teknik Industri, Universitas
Serang Raya, Serang
Wenur, Stanley Jovito Alphaputra, Paul A. T.
Kawatu, Johan Josephus, 2013, Hubungan
Antara Aktivitas Fisik Dengan Keluhan
Muskuloskeletal Pada Pekerja Bengkel Di
CV. Kombos Kota Manado 2013, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam
Ratulangi, Manado
Wignjosoebroto, Sritomo, 2006, Ergonomi
Studi Gerak dan Waktu, Guna Widya,
Surabaya