12
Analisa Musculoskeletal Disorder Pada Karyawan ....(Aditya Nur Karisma & Boy Isma P) 49 Analisa Musculoskeletal Disorder Pada Karyawan Bagian Produksi Di Bengkel XYZ Dengan Menggunakan Metode RULA Aditya Nur Kharisma 1 , Boy Isma Putra 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo E-mail address: [email protected] 1 , [email protected] 2 ABSTRACT Musculoskeletal disorder is a problem for worker. While in Indonesia disturbances in skeletal muscle by 16% in 2005. The research purpose in the workshop XYZ are analyzing working position can cause musculoskeletal disorder and give suggestions to the positions that need improvement. Rula method is an extension of the rapid upper limb assessment is a method to assess posture, style and movement of work activity. Which combine Table A and Table B to Table Grand Score. There are four working positions are analyzed, namely the Working Position A, B, C and D, results of the fourth working position, there are 2 working positions that require immediate changes are working positions B and C with the proposed additional tools in the form of tables and cantilever arms, working positions being changed, then reanalyzed using the RULA results grand score and result changed Keywords: musculoskeletal disorder, RULA, grand score, working position, employee ABSTRAK Musculoskeletal disorder adalah sebuah masalah bagi para pekerja. Di Indonesia gangguan pada otot rangka sebesar 16% pada tahun 2005. Tujuan penelitian di bengkel XYZ ini adalah, menganalisa posisi kerja yang dapat menyebabkan musculoskeletal disorder dan memberikan usulan perbaikan pada posisi yang perlu perbaikan. Metode RULA adalah kepanjangan dari rapid upper limb assessment yaitu sebuah metode untuk menilai postur, gaya, dan gerakan dari suatu aktivitas kerja. Yaitu dengan mengkombinasikan Tabel A dan Tabel B ke Tabel Grand Score. Ada 4 posisi kerja yang dianalisa, yaitu Posisi Kerja A, B, C dan D, Hasil dari keempat posisi kerja tersebut terdapat 2 posisi kerja yang membutuhkan perubahan secepatnya yaitu posisi kerja B dan C. dengan mengusulkan alat tambahan yang berupa meja dan penopang lengan, posisi kerja menjadi berubah, kemudian dianalisa kembali dengan menggunakan metode RULA hasil grand score dan hasil terdapat perubahan. Kata kunci: musculoskeletal disorder, RULA, grand score, posisi kerja, karyawan 1. PENDAHULUAN Menurut Wenur (2013) data dari BLS (Bureau of Labour Statistics) Amerika melaporkan jumlah penyakit akibat kerja berupa MSDs selama tahun 2007 sebesar 29% dibandingkan penyakit akibat kerja lainnya dan data EODS (Eurostat figures on recognised occupational diseases) tentang penyakit akibat kerja di Eropa pada tahun 2005, MSDs menempati urutan pertama sebesar 38,1 %. Selain itu, sebuah survey yang juga dilakukan pada pekerja di Eropa menyebutkan bahwa 24,7% pekerja mengeluh sakit punggung, 22,8% nyeri otot,dan 45,5% dilaporkan bekerja pada keadaan nyeri dan lelah dimana 35% diantaranya bekerja dengan beban berat. Di Indonesia, gangguan otot rangka pada pekerja merupakan 60% dari penyakit akibat kerja yang dilaporkan. Kepustakaan melaporkan pada tahun 2005

Analisa Musculoskeletal Disorder Pada Karyawan Bagian … · 2019. 10. 29. · 2005, MSDs menempati urutan pertama sebesar 38,1 %. Selain itu, sebuah survey yang juga dilakukan pada

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • Analisa Musculoskeletal Disorder Pada Karyawan ....(Aditya Nur Karisma & Boy Isma P) 49

    Analisa Musculoskeletal Disorder Pada Karyawan Bagian

    Produksi Di Bengkel XYZ Dengan Menggunakan Metode RULA

    Aditya Nur Kharisma1, Boy Isma Putra

    2

    Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

    E-mail address: [email protected], [email protected]

    2

    ABSTRACT

    Musculoskeletal disorder is a problem for worker. While in Indonesia disturbances in

    skeletal muscle by 16% in 2005. The research purpose in the workshop XYZ are analyzing

    working position can cause musculoskeletal disorder and give suggestions to the positions that

    need improvement. Rula method is an extension of the rapid upper limb assessment is a method

    to assess posture, style and movement of work activity. Which combine Table A and Table B to

    Table Grand Score. There are four working positions are analyzed, namely the Working

    Position A, B, C and D, results of the fourth working position, there are 2 working positions

    that require immediate changes are working positions B and C with the proposed additional

    tools in the form of tables and cantilever arms, working positions being changed, then

    reanalyzed using the RULA results grand score and result changed

    Keywords: musculoskeletal disorder, RULA, grand score, working position, employee

    ABSTRAK

    Musculoskeletal disorder adalah sebuah masalah bagi para pekerja. Di Indonesia

    gangguan pada otot rangka sebesar 16% pada tahun 2005. Tujuan penelitian di bengkel XYZ

    ini adalah, menganalisa posisi kerja yang dapat menyebabkan musculoskeletal disorder dan

    memberikan usulan perbaikan pada posisi yang perlu perbaikan. Metode RULA adalah

    kepanjangan dari rapid upper limb assessment yaitu sebuah metode untuk menilai postur, gaya,

    dan gerakan dari suatu aktivitas kerja. Yaitu dengan mengkombinasikan Tabel A dan Tabel B

    ke Tabel Grand Score. Ada 4 posisi kerja yang dianalisa, yaitu Posisi Kerja A, B, C dan D,

    Hasil dari keempat posisi kerja tersebut terdapat 2 posisi kerja yang membutuhkan perubahan

    secepatnya yaitu posisi kerja B dan C. dengan mengusulkan alat tambahan yang berupa meja

    dan penopang lengan, posisi kerja menjadi berubah, kemudian dianalisa kembali dengan

    menggunakan metode RULA hasil grand score dan hasil terdapat perubahan.

    Kata kunci: musculoskeletal disorder, RULA, grand score, posisi kerja, karyawan

    1. PENDAHULUAN

    Menurut Wenur (2013) data dari BLS

    (Bureau of Labour Statistics) Amerika

    melaporkan jumlah penyakit akibat kerja

    berupa MSDs selama tahun 2007 sebesar 29%

    dibandingkan penyakit akibat kerja lainnya

    dan data EODS (Eurostat figures on

    recognised occupational diseases) tentang

    penyakit akibat kerja di Eropa pada tahun

    2005, MSDs menempati urutan pertama

    sebesar 38,1 %. Selain itu, sebuah survey yang

    juga dilakukan pada pekerja di Eropa

    menyebutkan bahwa 24,7% pekerja mengeluh

    sakit punggung, 22,8% nyeri otot,dan 45,5%

    dilaporkan bekerja pada keadaan nyeri dan

    lelah dimana 35% diantaranya bekerja dengan

    beban berat. Di Indonesia, gangguan otot

    rangka pada pekerja merupakan 60% dari

    penyakit akibat kerja yang dilaporkan.

    Kepustakaan melaporkan pada tahun 2005

    mailto:[email protected]

  • 50 Jurnal Ilmiah TEKNO, Vol.13 No.2, Oktober2016 :49 -60

    persentase pekerja di Indonesia dengan

    keluhan kesehatan yang berhubungan dengan

    pekerjaan sebesar 40,5% dan keluhan otot

    rangka sebesar 16%.

    Yang terjadi di bengkel ini adalah

    karyawan yang sering mengalami kelelahan

    atau sakit pada area leher, punggung dan

    kelelahan pada area bahu kanan. Hasil ini

    diperoleh berdasarkan wawancara kepada

    karyawan produksi. Selain itu terjadi ketidak

    nyamanan pada posisi kerja yang

    mengakibatkan cepat lelah. Sehingga

    produktifitas menurun. Oleh karena itu perlu

    dilakukan perubahan posisi kerja dengan

    tujuan karyawan menjadi nyaman dan tidak

    mudah lelah, dengan perubahan posisi kerja

    yang lebih baik akan memperoleh peningkatan

    produktifitas.

    Penelitian ini bertujuan untuk

    mengurangi keluhan nyeri dan pegal-pegal

    yang berlebihan saat bekerja. Sehingga dapat

    meningkatkan produktivitas produksi di

    bengkel XYZ.

    Maka perumusan masalah yang akan

    diselesaikan dalam laporan ini adalah

    bagaimana cara menganalisa musculoskeletal

    disorder di bengkel XYZ dengan

    menggunakan metode RULA?

    2. METODOLOGI PENELITIAN

    2.1 Ergonomi

    Menurut Purwaningsih (2007)

    Ergonomi berasal dari dua kata latin yaitu

    Ergon yang berati kerja dan Nomos yang

    berarti hukum. Jadi ergonomi dapat diartikan

    sebagai ilmu yang mempelajari tentang

    manusia dalam melakukan pekerjaannya.

    Penerapan ergonomi pada umumnya adalah

    aktivitas membuat desain atau mendesain

    ulang peralatan atau perlengkapan kerja.

    Dengan kata lain ergonomi memberikan

    peranan penting dalam meningkatkan

    keselamatan dan kesehatan kerja. Soenandi

    (2013) Dalam kasus dibengkel XYZ terdapat

    posisi kerja yang kurang benar menurut

    (Wignjosoebroto, 2006) untuk menghindari

    sikap dan posisi kerja yang salah yang perlu

    dilakukan adalah dengan mengurangi

    keharusan karyawan bekerja dengan posisi

    membungkuk. Selanjutnya karyawan tidak

    dianjurkan bekerja dengan berdiri dan duduk

    dalam waktu yang lama, dengan keadaan

    leher, dada, dan kaki dalam posisi miring.

    2.2 Musculoskeletal Disorder

    Pada kasus di bengkel XYZ terdapat

    macam-macam keluhan otot dibebrapa bagian

    tubuh para karyawan. Menurut OHSCOS

    dalam Rahawarin (2011). Keluhan

    muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri,

    pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot

    (muskuloskeletal) seperti tendon, pembuluh

    darah, sendi, tulang, syaraf dan lainnya yang

    disebabkan oleh aktivitas kerja.

    Faktor Penyebab Terjadinya MSDs

    Peter Vi dalam Tarwaka (2004) menjelaskan

    bahwa terdapat faktor-faktor yang

    menyebabkan terjadinya keluhan MSDs

    1. Peregangan Otot Berlebihan

  • Analisa Musculoskeletal Disorder Pada Karyawan ....(Aditya Nur Karisma & Boy Isma P) 51

    Peregangan otot yang berlebih sering

    dikeluhkan oleh karyawan produksi di bengkel

    dinamo XYZ. Ketika melakukan kegiatan

    yang membutuhkan tenaga yang besar seperti

    mengangkat dinamo ke atas mobil, mendorong

    dinamo saat menata dinamo, menahan stator

    yang besar saat mengganti bearing.

    2. Aktivitas Berulang

    Pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang

    seperti memangkas kawat tembaga dengan

    menggunakan palu dan betel.

    3. Sikap kerja tidak Alamiah

    Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap

    kerja yang menjauhi posisi alamiahnya.

    Contohnya ketika saat membongkar tutup

    dinamo dengan posisi tubuh yang terlalu

    membungku, dan miring.

    4. Penyebab Kombinasi

    Penyebab kombinasi seperti umur pekerja

    yang sudah tua akan mudah terserang MSDs,

    kekuatan fisik yang prima saat bekerja dapat

    mempengaruhi kerja otot, ukuran tubuh juga

    berpengaruh.

    5. Force dan Durasi

    Force adalah jumlah usaha yang digunakan

    untuk melakukan pekerjaan seperti

    mengangkat dinamo. Durasi adalah jumlah

    waktu yang digunakan dalam melakukan suatu

    pekerjaan. (Maijunidah, 2010)

    Sebelum menjadi sebuah gangguan MSDs

    karyawan terlebih dahulu merasakan keluhan

    MSDs, hal ini tidak semata karena

    pekerjaannya tetapi bisa karena faktor lain di

    luar pekerjaanya. Beberapa atribut adalah

    sebagai berikut: (Wajdi, 2015)

    1. Cummulative, mengidentifikasi adanya

    nyeri yang tumbuh berkembang dari waktu

    ke waktu akibat dari tekanan yang berulang

    kali terjadi pada bagian tubuh tertentu.

    2. Trauma, hal ini mengidentifikasikan nyeri

    pada tubuh akibat tekanan secara mekanik

    3. Disorder yang merujuk pada kondisi yang

    tidak normal.

    Berdasarkan wawancara yang dilakukan

    kepada karyawan bagian produksi, keluhan

    muskuloskeletal (Musculoskeletal Disorder)

    atau MSDs yang sering timbul pada pekerja di

    bengkel dinamo ini adalah nyeri otot bagian

    punggung, nyeri otot leher, dan nyeri otot pada

    pergelangan tangan. Karyawan merasakan

    keluhan yang ringan hingga berat. Keluhan-

    keluhan otot ini dapat mempengaruhi kinerja

    karyawan di bagian produksi.

    Secara garis besar keluhan otot dibagi

    menjadi 2 bagian, yaitu: (Tarwaka, 2004)

    1. Keluhan sementara (reversible)

    Keluhan otot yang terjadi saat otot

    menerima beban statis, namun demikian

    keluhan tersebut akan hilang apabila

    pembebanan itu dihentikan.

    2. Keluhan menetap (persistent)

    Keluhan otot yang bersifat menetap.

    Walaupun pekerjaan pembeban dihentikan,

    rasa sakit pada otot tetap berlanjut.

    2.3 RULA

    Penelitian ini dilakukan dengan

    menggunakan metode RULA (Rapid Upper

    Limb Assesment) yaitu dengan melakukan

    pengamatan terhadap posisi kerja yang akan

  • 52 Jurnal Ilmiah TEKNO, Vol.13 No.2, Oktober2016 :49 -60

    dianalisa, kemudian melakukan wawancara

    dengan karyawan dan menyebarkan kuisioner

    NBM kepada karyawan tentang keluhan yang

    pernah dirasakan saat bekerja di bengkel XYZ.

    Setelah itu pengumpulan data dengan

    mengambil gambar pekerja dengan bantuan

    kamera. Setelah itu menganalisa posisi kerja

    dengan menentukan sudut-sudut pada lengan

    atas, lengan bawah, pergelangan tangan,

    putaran pergelangan tangan, leher, batang

    tubuh, dan kaki. Dengan menggunakan

    penggaris busur. Kemudian menentukan nilai

    sesuai dengan ketentuan, dan memasukkan ke

    tabel 1.

    2.3.1 Grup A

    Tabel 1 Grup A

    Wrist Score

    1 2 3 4

    Wrist

    Twist

    Wrist

    Twist

    Wrist

    Twist

    Wrist

    Twist

    Upper

    Arm

    Lower

    Arm 1 2 1 2 1 2 1 2

    1

    1 1 2 2 2 2 3 3 3

    2 2 2 2 2 3 3 3 3

    3 2 3 3 3 3 3 4 4

    2

    1 2 3 3 3 3 4 4 4

    2 3 3 3 3 3 4 4 4

    3 3 4 4 4 4 4 5 5

    3

    1 3 3 4 4 4 4 5 5

    2 3 4 4 4 4 4 5 5

    3 4 4 4 4 4 5 5 5

    4

    1 4 4 4 4 4 5 5 5

    2 4 4 4 4 4 5 5 5

    3 4 4 4 5 5 5 6 6

    5

    1 5 5 5 5 5 6 6 7

    2 5 6 6 6 6 6 7 7

    3 6 6 6 7 7 7 7 8

    6

    1 7 7 7 7 7 8 8 9

    2 8 8 8 8 8 9 9 9

    3 9 9 9 9 9 9 9 9

    Sumber : Nugraha (2013)

    Dengan ketentuan nilai sebagai

    berikut:

    Skor Grup A yang meliputi lengan atas, lengan

    bawah, pergelangan tangan, dan tangan.

    A. Posisi Lengan Atas

    Meurut Lueder (1996), skor-skor untuk

    posisi lengan atas adalah sebagai berikut:

    1 untuk lengan atas membentuk sudut 200

    kedepan maupun kebelakang tubuh.

    2 untuk lengan atas membentuk sudut 210 –

    450.

    3 untuk lengan atas membentuk sudut 450

    – 900

    4 untuk lengan atas membentuk sudut 900

    atau lebih.

    Keterangan :

    +1 Jika pundak atau bahu ditinggikan

    +1 Jika lengan berputar atau bengkok

    -1 Jika operator bersandar atau bobot

    lengan ditopang.

    B. Posisi Lengan Bawah

    Menurut Sutrio (2011), skor posisi lengan

    bawah adalah sebagai sebagai berikut:

    1 untuk lengan membentuk sudut 600

    1000

    2 untuk lengan membentuk sudut kurang

    dari 600 atau lebih dari 100

    0.

    Keterangan :

    +1 Jika lengan bekerja menyilang di depan

    tubuh atau berada di samping tubuh.

    C. Posisi Pergelangan Tangan

    Menurut Middlesworth (1989) skor posisi

    pergelangan tangan adalah sebagai berikut:

    1 untuk pergelangan tangan posisi netral

    2 untuk pergelangan tangan membentuk

    sudut 00 – 15

    0 dari posisi netral

  • Analisa Musculoskeletal Disorder Pada Karyawan ....(Aditya Nur Karisma & Boy Isma P) 53

    3 untuk telapak tangan membentuk sudut

    150 atau lebih.

    Keterangan :

    +1 jika pergelangan tangan berada pada

    posisi ke kanan atau kekiri.

    D. Posisi untuk Putaran Pergelangan

    Tangan

    Menurut Rinandha (2011), skor posisi

    untuk tangan adalah sebagai berikut:

    1 bila pergelangan tangan berada pada

    rentang menengah putaran

    2 bila pergelangan tangan pada atau hampir

    berada pada akhir rentang putaran.

    Selanjutnya adalah dengan memasukan nilai

    ke tabel B pada tabel 2

    2.3.2 Grup B

    Tabel 2 Grup B

    Trunk Posture Score

    1 2 3 4 5 6

    Leg

    Score

    Leg

    Score

    Leg

    Score

    Leg

    Score

    Leg

    Score

    Leg

    Score

    Neck 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

    1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

    2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

    3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

    4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

    5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

    6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

    Sumber : McAtamney (1993)

    Dengan ketentuan nilai sebagai

    berikut:

    Skor Grup B meliputi leher, batang tubuh, dan

    tubuh bagian bawah.

    A. Posisi Leher

    Menurut Pangaribuan (2009) skor untuk

    posisi dari leher adalah sebagai berikut:

    1 jika leher membentuk sudut 00 sampai 10

    0

    2 jika leher membentuk sudut 100 - 20

    0

    3 jika leher membentuk sudut lebih dari 200

    4 jika leher melakukan posisi ekstensi.

    Keterangan:

    +1 jika leher berputar atau bengkok

    +1 jika punggung bengkok

    B. Posisi Punggung

    Menurut Druy, Grandjean, dan kawan-

    kawan dalam Maijunidah (2010), skor untuk

    Posisi Punggung adalah sebagai berikut:

    1 jika operator duduk atau disangga dengan

    baik oleh pinggul punggung yang

    membentuk sudut 900 atau lebih

    2 jika punggung membentuk sudut 00 - 20

    0

    3 jika punggung membentuk sudut 200 - 60

    0

    4 jika punggung membentuk sudut lebih

    dari 600

    Keterangan :

    +1 jika punggung memutar

    +1 jika punggung bergerak ke samping.

    C. Posisi Kaki

    Menurut McAtamney (1993) skor untuk

    posisi kaki adalah sebagai berikut:

    1 Jika kaki tertopang ketika duduk dengan

    bobot seimbang rata

    2 Jika kaki tidak tertopang atau bobot tidak

    tersebar merata.

    Lalu mengkombinasikan hasil setiap

    tabel dengan skor beban dan skor penggunaan

    otot.

  • 54 Jurnal Ilmiah TEKNO, Vol.13 No.2, Oktober2016 :49 -60

    A. Penambahan Skor Beban

    Menurut Health and Safety Excutive dalam

    Triyanto (2012) skor untuk beban adalah

    sebagai berikut:

    0 Bila beban kurang dari 2 kg (pembebanan

    sekali)

    1 Bila beban antara 2 kg – 10 kg

    (pembebanan sekali)

    2 Bila beban antara 2 kg – 10 kg (statis atau

    berulang-ulang)

    3 Bila beban lebih dari 10 kg atau

    perulangan atau beban kejut.

    B. Skor Otot

    Menurut Krisnawati (2010) skor untuk otot

    adalah sebagai berikut:

    +1 jika postur statis (dipertahankan dalam 1

    menit) atau aktivitas diulang lebih dari 4 kali

    dalam semenit.

    Dan terkhir yaitu dengan

    mengkombinasikan kedua tabel ke tabel

    Grand Score yang ditunjukan pada tabel 3

    Tabel 3 Grand Score

    Grand Total Score

    Score

    C

    (Upper

    Limb)

    Score D = score from Table B + Muscle

    Use Score + Force

    1 2 3 4 5 6 7 8 9

    1 1 2 3 3 4 5 5 5 5

    2 2 2 3 4 4 5 5 5 5

    3 3 3 3 4 4 5 6 6 6

    4 3 3 3 4 5 6 6 6 6

    5 4 4 4 5 6 7 7 7 7

    6 4 4 5 6 6 7 7 7 7

    7 5 5 6 6 7 7 7 7 7

    8 5 5 6 7 7 7 7 7 7

    9 5 5 6 7 7 7 7 7 7

    Sumber : Lueder (1996)

    dengan menarik titik koordinat. Dan yang

    terakhir adalah implementasi grand score

    dengan ketentuan berikut ini:

    Rangking 1 sampai 7 diberikan, untuk

    setiap kombinasi yang mungkin dari nilai C

    dan D berdasarkan derajat faktor resiko.

    Rangking tersebut yang disebut dengan Grand

    Score.

    1. Nilai 1 atau 2 = action level 1

    Untuk rentang ini postur kerja dapat

    bernilai 2 atau kurang untuk setiap grup dan

    nilai kontraksi otot serta gaya sebesar 0.

    Rekomendasi : resiko pekerja terkena faktor-

    faktor resiko relatif rendah dan dianggap

    masih dapat diterima, selama pekerja tidak

    berada terlalu lama atau berulang-ulang pada

    kondisi tersebut.

    2. Nilai 3 atau 4 = action level 2

    Postur kerja diluar rentang aman, atau

    postur kerja sebenarnya masih dapat diterima

    namun ditandai adanya gerakan repetitive,

    kontraksi otot statis, atau pengeluaran gaya

    yang signifikan.

    Rekomendasi : diperlukan analisis lebih lanjut

    dan butuh perubahan.

    3. Nilai 5 atau 6 = action level 3

    Postur kerja berada diluar rentang aman.

    Gerakan repetitive dan atau kontraksi otot

    statis dibutuhkan, dan mungkin diperlukan

    pengeluaran gaya yang signifikan

    Reomendasi : analisis lebih lanjut dan

    perubahan dibutuhkan segera.

    4. Nilai 7 = action level 4

    Postur kerja berada diluar rentang aman,

    gerakan repetitive dan atau kontraksi otot

  • Analisa Musculoskeletal Disorder Pada Karyawan ....(Aditya Nur Karisma & Boy Isma P) 55

    statis dibutuhkan dan mingkin diperlukan

    pengeluaran gaya yang signifikan.

    Rekomendasi : analisis lebih lanjut dan

    perubahan dibutuhkan sangat segera.

    3. HASIL

    Hasil penyebaran kuisioner pada 20

    karyawan adalah sebagai berikut:

    Gambar 1 hasil kuisioner NBM

    Dari gambar 3.1 diketahui area tubuh

    yang banyak di keluhkan oleh karyawan

    adalah area leher atas yaitu terdapat 18 orang

    yang mengalami keluhan di area tersebut,

    selanjutnya keluhan area punggung dan

    pinggang yang dialami masing-masing oleh 16

    karyawan dari 20 karyawan. Dan 15 karyawan

    mengalami keluhan dibahu kanan.

    Dari hasil itu diketahui bahwa keluhan

    terbanyak berada di area atas. Dari situ

    disimpulkan bahwa metode yang digunakan

    adalah metode RULA.

    Metode RULA dalam penelitian ini

    digunakan untuk menganalisa posisi kerja

    duduk. Analisa gambar posisi kerja dengan

    menggunakan garis warna dengan ketentuan

    warna sebagai berikut:

    Biru muda = neck

    Hitam = trunk

    Merah = upper arm

    Kuning = lower arm

    Hijau = twist

    Jingga = leg

    Ada 4 posisi kerja yang di analisa yaitu:

    3.1 Posisi Kerja A

    Gambar 2 Posisi Kerja A

    Posisi kerja A adalah posisi kerja saat

    karyawan produksi membongkar dinamo.

    Yaitu proses melepas tutup dek dinamo

    dengan melepas baut dengan bantuan alat

    yaitu kunci pas. Analisa dengan metode

    RULA untuk posisi kerja A sisi kanan yaitu

    perlu diadakan perubahan karena dapat

    menimbulkan muskuloskeletal jika diteruskan

    dalam waktu yang lama skornya 5. Pada sisi

    kiri masih dalam tingkat yang aman, tapi perlu

    dilakukan perbaikan jika posisi ini dilakukan

    terus menerus dan dalam jangka waktu yang

    lama skornya 4.

    3.2 Posisi kerja B

    Gambar 3 Posisi Kerja B

    Posisi kerja B adalah posisi saat

    memotong kawat tembaga dengan

    menggunakan bantuan palu dan betel, caranya

    yaitu dengan memotong salah satu bagian

  • 56 Jurnal Ilmiah TEKNO, Vol.13 No.2, Oktober2016 :49 -60

    kumparan dinamo. Analisa dengan

    menggunakan metode RULA untuk posisi

    kerja B yaitu sisi kanan sangat perlu diadakan

    perubahan dalam waktu secepat mungkin

    karena dalam kondisi yang dapat

    mengakibatkan suatu keluhan muskuloskeletal

    pada pekerja skornya 7. Pada sisi kiri perlu

    analisa dan perubahan secepatnya, karena

    dalam kondisi yang dapat mengakibatkan

    keluhan muskuloskeletal skornya 6.

    3.3 Posisi Kerja C

    Gambar 4 Posisi Kerja C

    Posisi kerja C adalah psosisi

    memasukan kawat tembaga ke dinamo.

    Analisa dengan menggunakan metode RULA

    adalah untuk sisi kanan perlu diadakan

    perubahan karena dapat menimbulkan

    muskuloskeletal jika diteruskan dalam waktu

    yang lama skornya 6. Pada sisi kiri perlu

    dianalisa lebih lanjut lagi,dan sangat

    diperlukan perubahan dalam waktu sesingkat

    mungkin skornya 7.

    3.4 Posisi Kerja D

    Gambar 5 Posisi Kerja D

    Posisi kerja D adalah posisi saat

    finishing dalam servis gulung ulang dinamo.

    Hasil analisa dengan menggunakan metode

    RULA adalah untuk sisi kanan dan kiri masih

    dapat diterima namun, perlu diadakan

    perubahan karena dapat menimbulkan

    muskuloskeletal jika diteruskan dalam waktu

    yang lama skor untuk sisi kanan dan kiri sama

    sama mendapat skor 4.

    Kesimpulan hasil grand score dari

    keempat posisi diatas adalah pada tabel 4

    Tabel 4 Hasil kesimpulan keempat posisi

    kerja

    Posisi

    Kerja

    Hasil Analisa

    Grand Score Keterangan

    Sisi

    Kanan

    Sisi

    Kiri

    Posisi

    Kerja A 5 4

    Diperlukan

    perubahan

    secepatnya

    Posisi

    Kerja B 7 6

    Diperlukan

    perubahan sangat

    segera

    Posisi

    Kerja C 6 7

    Diperlukan

    perubahan sangat

    segera

    Posisi

    Kerja D 4 4

    Diluar rentang aman,

    namun masih dapat

    diterima

    Berdasarkan analisa keempat posisi

    kerja diperoleh hasil seperti table 4 posisi yang

    memperoleh hasil grand score terbesar adalah

    Posisi Kerja B dan Posisi Kerja C. Maka

    Posisi Kerja B dan Posisi kerja C perlu

    diadakan perubahan secepatnya

    3.5 Usulan Perbaikan posisi B

    Berdasarkan hasil grand score yang

    mengharuskan ada perubahan secepatnya

    maka usulan adalah dengan membuat

  • Analisa Musculoskeletal Disorder Pada Karyawan ....(Aditya Nur Karisma & Boy Isma P) 57

    penompang atau meja untuk dinamo agar

    posisi tubuh tidak terlalu membungkuk. Meja

    juga harus dapat disesuaikan ketinggiannya

    agar karyawan dapat mengatur sendiri sesuai

    dengan posisi yang nyaman. Untuk bahan

    meja diusahakan bahan yang kuat yang dapat

    menahan berat dinamo. Dan terdapat penahan

    agar dinamo tidak bergerak saat proses

    pemotongan kawat. Perbandingan posisi kerja

    ditunjukan dibawah ini:

    Posisi Awal Usulan

    Gambar 6 Usulan untuk Posisi Kerja B

    Skor awal sisi kanan Posisi Kerja B adalah 7

    berubah menjadi 3, untuk sisi kiri dari 6

    menjadi 2,

    3.6 Usulan Perbaikan Posisi C

    Berdasarkan hasil grand score yang

    mengharuskan ada perubahan secepatnya

    maka usulan perbaikan yaitu dengan

    memberikan penompang lengan agar beban

    lengan ditopang sehingga tidak terlalu lelah.

    Usulannya akan ditunjukan pada gambar

    Posisi Awal Usulan

    Gambar 7 Usulan untuk Posisi Kerja C

    Skor awal Posisi Kerja C sisi kanan adalah 6

    mejadi 4, sedangakan sisi kiri dari 7 menjadi

    5.

    4. SIMPULAN

    Hasil yang didapat dari kuisioner NBM

    yang disebar ke 20 karyawan. Diperoleh 3

    hasil tertinggi yaitu keluhan terdapat pada

    leher bagian atas mendapat skor terbanyak

    yaitu 18 karyawan yang mengalami keluhan,

    yang kedua adalah pinggang dan pungung

    dengan 16 karyawan yang mengalami keluhan,

    dan yang ketiga adalah bahu kanan yaitu

    dengan 15 karyawan yang mengalami keluhan.

    Dari hasil tersebut maka dipilihlah metode

    RULA dengan menganalisa Posisi Kerja dan

    hasil analisa sepert berikut:

    Dari keempat posisi kerja yang dianalisa di

    bengkel XYZ, terdapat dua posisi kerja yang

    butuh perubahan secepatnya, yaitu Posisi

    Kerja B dan Posisi Kerja C. Karena posisi B

    yaitu posisi memangkas kawat tembaga untuk

    sisi kanan mendapat skor 7 perlu diadakan

    perubahan dalam waktu secepat mungkin

    karena dalam posisi kerja membungkuk dan

    tangan kanan memegang beban, dan dalam

    kondisi mengangkat tanpa topangan dapat

    mengakibatkan keluhan muskuloskeletal pada

    karyawan. Pada sisi kiri mendapat skor 6 perlu

    analisa dan perubahan secepatnya, karena

    dalam posisi ini tangan kiri menahan pukulan

    dari palu dan dapat mengakibatkan keluhan

    muskuloskeletal.

    Untuk posisi kerja C yaitu memasukan

    kawat ke dinamo. Sisi kanan mendapat skor 6

  • 58 Jurnal Ilmiah TEKNO, Vol.13 No.2, Oktober2016 :49 -60

    perlu diadakan perubahan karena lengan kanan

    mengangkat tanpa ada topangan dapat

    menimbulkan resiko muskuloskeletal jika

    diteruskan dalam waktu yang lama. Pada sisi

    kiri mendapat skor 7 perlu dianalisa lebih

    lanjut lagi,dan sangat diperlukan perubahan

    dalam waktu sesingkat mungkin, karena posisi

    lengan hamper sama dengan lengan kanan dan

    posisi punggung membungkuk.

    Usulan perbaikan untuk posisi kerja B dan

    posisi kerja C adalah dengan merubah posisi

    kerja dengan mengusulkan alat bantu yang

    berupa meja dan penopang lengan, dengan alat

    bantu meja, secara otomatis, posisi tubuh akan

    berubah, alat penopang lengan berfungsi untuk

    menahan lengan agar lengan berada posisi

    yang nyaman, dan tidak melayang, jika lengan

    melayang dalam waktu yang lama, maka

    lengan cepat merasakan keuhan capek, nyeri,

    dan lain-lain. Kemudia posisi kerja yang baru

    dianalisa kembali dengan menggunakan

    metode RULA, hasilnya membuat hasil grand

    score menurun. Skor awal sisi kanan Posisi

    Kerja B adalah 7 berubah menjadi 3, untuk sisi

    kiri dari 6 menjadi 2, dan skor awal Posisi

    Kerja C sisi kanan adalah 6 mejadi 4,

    sedangakan sisi kiri dari 7 menjadi 5.

    Sehingga dari pengurangan skor, artinya

    penggunaan otot yang salah maupun berlebih

    dapat (musculoskeletal disorder) dikurangi.

    Dengan adanya perbaikan posisi kerja akan

    berdampak pada produktivitas yang semakin

    baik dan turut menjaga kesehatan karyawan

    bagian produksi di bengkel XYZ.

  • Analisa Musculoskeletal Disorder Pada Karyawan ....(Aditya Nur Karisma & Boy Isma P) 59

    DAFTAR RUJUKAN

    Krisnawati, Dian., 2010, Perancangan ulang

    Mesin Pemotong DOP Shuttlecock

    Berdasarkan Analisa Rapid Upper Limb

    Assessment (RULA), Teknik Industri,

    Universitas Sebelas Maret, Surakarta

    Lueder, R., 1996, A Proposed RULA for

    Computer Users, Humanics ErgoSystem,

    Inc, San Francisco, United States

    Maijunidah, Emi., 2010, Faktor-Faktor Yang

    Mempengaruhi Keluhan Musculoskeletal

    Disorder (MSDs) Pada Pekerja

    Assembling PT X Bogor 2010, fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatam,

    Universitas Islam Negri Syarif

    Hidayatullah, Jakarta

    McAtamney, Lynn., E. Nigel Corlett, 1993, A

    Survey Method For The Investigation of

    Work-Related Upper Limb Disoerder,

    Institute for Occupational Ergonomics,

    University of Nottingham, Nottingham,

    United Kingdom

    Middlesworth, Mark, 1989, Ergonomics Plus,

    Marrion, United States

    Pangaribuan, Dina Meliana., 2009, Analisa

    Postur Kerja Dengan Metode RULA Pada

    Pegawai Bagian Pelayanan Perpustakaan

    USU Medan, Fakultas Teknik, Universitas

    Sumatera Utara, Medan

    Rahawarin, Muhammad Ihya U., 2011,

    Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Pada

    Karyawan Swalayan Hypermart Makassar

    Periode 2008-2009, Fakultas Kedokteran,

    Universitas Hasanuddin, Makassar

    Rinandha, Cherly Pritta., 2011, Hubungan

    Postur Kerja Duduk Terhadap Upper

    Extremity Symptoms Pada Pekerja Bagian

    Cucuk Di PT. Iskandartex Surakarta,

    Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas

    Maret, Surakarta

    Soenandi, Iwan A., Meriastuti Ginting., Budi

    Merpaung, 2013, Perancangan Ergonomis

    Tempat Tidur Rumah Sakit, Program

    Studi Teknik Industri, Universitas Krida

    Wacana, Jakarta

    Sutrio, Firdaus, Mohammad Oktri., 2011,

    Analisis Pengukuran RULA dan REBA

    Petugas pada Pengangkatan Barang di

    Gudang dengan Menggunakan Software

    ErgoIntelligence (Studi kasus: Petugas

    Pembawa Barang di Toko Dewi

    Bandung), Program Studi Teknik Industri,

    Universitas Widyatama Bandung.

    Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik

    Sudiajeng., 2004, Ergonomi Untuk

    Keselamatan Kesehatan dan

    Produktivitas, Uniba Press, Surakarta.

    Triyanto, Budi., Etika Muslimah., Ratnanto

    Fitriadi., 2012, Analisis Postur Kerja

    Menggunakan Metode RULA Dan

    Perancangan Ulang Stasiun Kerja

    Finishing Batik, Teknik Industri, Fakultas

    Teknik, Universitas Muhammadiyah

    Surakarta.

  • 60 Jurnal Ilmiah TEKNO, Vol.13 No.2, Oktober2016 :49 -60

    Wajdi, Farid., Wyke Kusmasari., 2012, Resiko

    Jenis Pekerjaan Terhadap Keluhan

    Muskuloskeletal Disorder Pada Perawat

    Rumah Sakit, Teknik Industri, Universitas

    Serang Raya, Serang

    Wenur, Stanley Jovito Alphaputra, Paul A. T.

    Kawatu, Johan Josephus, 2013, Hubungan

    Antara Aktivitas Fisik Dengan Keluhan

    Muskuloskeletal Pada Pekerja Bengkel Di

    CV. Kombos Kota Manado 2013, Fakultas

    Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam

    Ratulangi, Manado

    Wignjosoebroto, Sritomo, 2006, Ergonomi

    Studi Gerak dan Waktu, Guna Widya,

    Surabaya