Analgesik Opioid

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Farmakologi

Citation preview

Slide 1

ANALGESIK OPIOID

NAMA ANGGOTA :

Apridinata (08111006060)Meilan (08111006057)Dian Purnamasari (08121006009)Tsabit Viddini (08121006018)Melany Amdira (08121006027)Monica Marcella (08121006031)Putri Wulandari (08121006071)Wena Amelia (08061381419091)Intan Novitri (08061381419089)

1Analgesik opioid adalah golongan obat penghilang nyeri alami, semisintesis dan sintesis yang sebagian sifat-sifatnya sama atau hampir sama dengan opium atau morfin. Penggunaan utama opioid ini adalah untuk mengatasi rasa nyeri yang tidak hilang dengan analgesik biasa. Penggunaan lain senyawa opioid ini adalah antidiare (loperamid) dan antitusif (terutama kodein). Penggunaan obat-obat ini harus hati-hati karena mendepresi pusat pernapasan dan menimbulkan adiksi (kecanduan) serta ketergantungan psikis dan fisik.Analgesik Opioid ?Kegunaan OpioidFarmakokinetik Absorpsi : derivat morfin (mis: morfin, heroi, kodein) diserap dengan baik di saluran cerna. Namun banyak diantara zat-zat ini (kecuali kodein) mengalami metabolisme lintas-pertama dan bila diberikan secara oral, dosisnya lebih besar dari dosis pemberian suntikan.Distribusi : bergantung pada aliran darah dan kelarutan obat di dalam jaringan. Zat-zat ini dapat melewati plasenta dengan baik. Bayi yang baru lahir dari ibu yang mendapat narkotik dalam dosis besar dapat mengalami depresi pernapasan yang berat.

Metabolisme : Opioid diubah sebagian besar menjadi metabolit polar yang diekskresikan dengan segera oleh ginjal. Heroin terhidrolisis menjadi monoaetylmorphine dan akhirnya menjadi morphine, yang kemudian terkonjugasi dengan asam glukoronat.

Ekskresi : Metabolit-metabolit polar opioid terutama diekskresikan lewat urine.

FarmakodinamikReseptor Opioid dan Mekanisme Kerja OpioidOpioid berinterkasi secara stereospesifik dengan protein reseptorpada membran sel-sel tertentu dalam SPP, pada ujung saraf perifer dan pada sel-sel saluran cerna. Reseptor Opioid :Reseptor (mu), yang ternyata berperanan dalam efek-efek analgesik, pernapasan, dan ketergantungan fisik.Reseptor (kappa), yang mungkin memperantarai efek-efek analgesik spinal, miosis, dan sedasi.Reseptor (sigma), yang berperanan dalam efek-efek halusinogenik dan perangsangan jantung

FarmakodinamikTerhadap susunan saraf pusatSebagai analgetik, obat ini bekerja pada thalamus dan substansi gelatinosa medulla spinalis, di samping itu, narkotik juga mempunyai efek sedasi.Terhadap respirasi Menimbulkan depresi pusat nafas terutama pada bayi dan orang tua. Namun efek ini dapat dipulihkan dengan nalorfin atau nalokson.Terhadap bronkusPetidin menyebabkan dilatasi bronkus, sedangakan morfin menyebabkan konstriksi akibat pengaruh pelepasan histamin.

Sifat Farmakodinamik Opioid

FarmakodinamikTerhadap sirkulasiTidak menimbulkan depresi system sirkulasi, sehingga cukup aman diberikan pada semua pasien kecuali bayi dan orang tua.Pada kehamilan, opiod dapat melewati bairer plasenta sehingga bisa menimbulkan depresi nafas pada bayi baru lahir.Terhadap system lainMerangsang pusat muntah, menimbulkan spasme spinter kandung empedu sehingga menimbulkan kolik abdomen. Morfin merangsang pelepasa histamine sehingga bisa menimbulkan rasa gatal seluruh tubuh atau minimal pada daerah hidung, sedangkan petidin, pelepasan histaminnya bersifat local ditempat suntikan.Penggolongan OpioidMenurut jenis zat kimianya, opioid dibedakan berdasarkan :Derivat fenilpiperidin (morfin dan alkaloid opium alamiah lainnya), termasuk tebain, kodein, heroin, hidromorfon, oksikodon, levorfanol.Derivat fenilheptilamin (difenilheptan), termasuk: metadon (analgesik) dan propoksifen.Derivat fenilpiperidin, meperidin (analgesik), alfaprodin, anileridin, fentanil, difenoksilat, dan aloperamid.

Analgesik Opioid Kuat Analgesik ini khususnya digunakan pada terapi nyeri tumpul yang tidak terlokalisasi dengan baik (viseral).

Analgesik Opioid Kuat Morfin dan analgesik opioid lainnya menghasilkan suatu kisaran efek sentral yang meliputi analgesia, euforia, sedasi, depresi napas, depresi pusat vasomotor, Morfin bisa menyebabkan pelepasan histamine dengan vasodilatasi dan rasa gatal.MK : morfin bekerja dengan cara mengikat reseptor opioid yaitu Mu atau yang biasa disebut MOR (Mu Opioid Reseptor). Morfin bersifat agonis karena morfin bekerja dengan cara mengaktivasi reseptor Mu yang terdapat pada sistem saraf

Hidromorfon MK : bekerja lebih pendek dan lebih tenang berbanding morfin, tetapi kekuatannya sebesar 2-8 kali. Oleh karena itu, hidromorfin merupakan obat yang sangat disalahgunakan dan banyak sekali dicari oleh pecandu-pecandu narkotika.

HeroinMK : opioid agonis menimbulkan analgesia akibat berikatan dengan reseptor spesifik yang berlokasi di otak dan medula spenalis, sehingga mempengaruhi transmisi dan medulasi nyeri.

Derivat PhenylheptylamineMetadonmempunyai durasi kerja panjang dan kurang sedative dibandingkan morfin. MK : kerja metadon hampir sama dengan morfin, sedatif lebih lemah dan mempunyai kerja yang paling besar pada reseptor .

Derivat PhenylpiperidinMeperidin atau petidin MK :menghambat kerja asetilkolin (senyawa yang berperan dalam munculnya rasa nyeri) yaitu pada sistem saraf serta dapat megaktifkan reseptor, terutama pada reseptor , dan sebagian kecil pada reseptor kappa.

Fentanyl MK : bekerja didalam sistem saraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit, dimana kerja fentanil lebih poten dari pada morfin dengan depresi pernapasan yang ditimbulkan lebih kecil kemungkinannyaDapat diberikan secara transdermal pada pasien dengan nyeri kronis yang stabil, terutama bila opioid oral menyebabkan mual dan muntah hebat. Derivat MorphinanLevorfanol (Levo-dromoran) MK : mempunyai afinitas yang sama pada reseptor opiat seperti morfin, tetapi mempunyai efek cross tolerance yang lebih rendah jika dibandingkan morfin

Analgesik Opioid Lemah- Sedang Analgesik opioid lemah digunakan pada nyeri ringan sampai sedang. Analgesik ini bisa menyebabkan ketergantungan dan cenderung disalahgunakan.

Derivat Phenanthrene Kodein (metilmorfin) diabsornsi baik secara oral, tetaoi mempunyai afinitas yang sangat rendah terhadap reseptor opioid. Kodein juga digunakan sebagai obat antitusif dan antidiare.MK : kerja kodein disebabkan oleh morfin dan juga merupakan antitusif (menekan batuk)

OksikodonMK : bekerja sebagai salah sat dari beberapa opioid semi-sintetik baru dalam upaya untuk meningkatkan pada opiat yang ada: morfin, diacetylmorphine, kodein.

Derivat Phenylheptylamine PropoksifenMK : diabsorbsi dengan baik bila diberikan peroral, dengan kadar puncak dalam plasma terjadi setelah 1 jam, dan dimetabolisme dalam hati.

Derivat PhenylpiperidineDifenoksilat MK : menghambat pembebasan asetilkolin melalui reseptor opioid presinaptik dalam saraf enterik.

Loperamid MK : menghambat motilitas/parastaltik usus dengan mempengaruhi secara langsung otot sirkular dan longitudinal dinding usus.

EFEK SAMPING OPIOIDGelisah, gemetar, dan hiperaktifDepresi pernapasanMual dan muntahHipotensiKonstipasiRetensi urinPruritusKetergantungan ObatEfek Samping KhususMorfinKejang nalikson reversible, pada dosis tinggi rigiditas obatMembebaskan histamine dari jaringan vasodilatasi, bronkospasme pada penderita asma, rangsangan gatal, pengeluaran keringatPetidinEfek spasmogen yang rendah; pada dosis tinggi dapat menyebabkan kejang Nalokson yang reversible seperti morfin membebaskan histamine dari jaringan efek samping lebih ringan dari morfinTramadolLebih ringan daripada morfin, sirkulasi netral, sedikit hingga sama sekali tidak ada depresi pernapasanEfek Samping KhususTilidinTidak mempunyai efek antitusif, depresi pernapasan seperti petidin, ketergantungan dan ada gejala toleransi kombinasi dengan nalokson untuk mengindari penyalahgunaan.PentazosinKenaikan kadar katekolamin plasma, kenaikan tekanan darah, frekuensi jantung, tekanan pengisian jantung pada akhir diastole, tekanan arteri pulmonalFentanilRigiditas toraks; jarang rangsang gatal, nyeri pada tempat suntikan; singultusAntagonis OpioidNaloksonNalokson merupakan antagonis kompetitif yang muni, dan obat pilihan dalam terapi keracunan opioid. Presipitasi sindrom putus obat berat pada individu yang mempunyai toleransi opioid. Penelitian klinis menunjukkan kemungkinan manfaat nalokson dosis tinggi pada syok septik.LevalorfanLevalorfan mempunyai sifat agonis/antagonis, efek antagonis lebih kuat dari efek agonis. Efek antagonis dihasilkan oleh kerjanyayang dapat menggeseropioid lain dari reseptornya.Interaksi Obat-Obat Analgesik OpioidInteraksi FarmakokinetikAbsorpsi dan Bioavaibilitas ObatMORPHINE AND METOCLOPRAMIDEMetoclopramide meningkatkan tingkat penyerapan morfin oral dan memperburuk efek penenangnya.MORPHINE AND TRICYCLIC ANTIDEPRESSANTSBioavailabilitas dan tingkat analgesia morfin oral meningkat dengan penggunaan bersamaan clomipramine, desipramine, dan mungkin amitriptylineMORPHINE AND TROVAFLOXACINPenggunaan bersama dari trovafloxacin dan morfin di 19 sukarelawan sehat mengurangi bioavailabilitas dan Cmax dari trovafloxacin tapi efek tidak signifikanMetabolismeInteraksi opioid pada metabolisme dapat terjadi dengan induksi atau penghambatan metabolisme obat.MORPIN DAN ALKOHOLEfek depresan pernapasan morfin secara signifikan meningkat oleh alkohol. Penggunaan morfin pada pasien yang mabuk dengan alkohol terutama dosis yang berbahaya dan bahkan kecil bisa berakibat fatal ketika ada konsentrasi tinggi dalam darahMORFIN DAN RIFAMPINRifampisin secara signifikan mengurangi puncak konsentrasi morfin plasma dan AUC dan efek analgesik morfin di 10 sukarelawan sehat. Telah ditemukan bahwa rifampisin ditemukan untuk mengurangi morfin ini efek analgesik, mungkin karena induksi metabolisme.MORFIN DAN CIMETIDINEDepresi pernafasan, berpotensi fatal, terjadi pada pasien yang menerima cimetidine dengan morfin atau opium dan metadon. METADON DAN ANTIDEPRESANInteraksi farmakokinetik penting dapat terjadi antara metadon dan antidepresan obat. Tingkat desipramine plasma meningkat methadone efek depresan pernapasan morfin secara signifikan meningkat oleh alkohol. Penggunaan morfin pada pasien yang mabuk dengan alkohol terutama dosis yang berbahaya dan bahkan kecil bisa berakibat fatal ketika ada konsentrasi tinggi dalam darahMETHADONE AND CIPROFLOXACINLaporan terakhir menunjukkan interaksi obat yang signifikan antara ciprofloxacin dan metadon. Ciprofloxacin dapat menghambat sitokrom P450 3A4 hingga 65%, sehingga mengangkat tingkat metadon secara signifikan (68).PROPOXYPHENE DAN CARBAMAZEPINESejak propoxyphene menghambat metabolisme hepatik dari carbamazepine, menurun clearance carbamazepine dapat mengakibatkan konsentrasi serum meningkat dan toksisitasInteraksi FarmakokinetikEliminasiMORPHINE AND 5-FLUROURACILKecepatan plasma klirens dari 5-fluoro uracil (5FU) pada tikus berkurang signifikan oleh penggunaan morpin. Efek dari morfin mengurangi eliminasi hepatik dari 5-fluoro uracil (5FU).MORFIN DAN GENTAMISINPemberian morfin secara signifikan mengurangi dosis infus gentamisinMORFIN DAN KONTRASEPSI ORALClearance morfin sekitar dua kali lipat dengan menggunakan bersamaan oral kontrasepsi. Clearance morfin intravena (1 mg) meningkat sebesar 75%, morfin oral (10 mg) sebesar 120% dalam enam wanita muda mengambil kontrasepsi oral (70). Ini berarti bahwa dosis morfin perlu hampir dua kali lipat untuk mencapai tingkat yang sama dari analgesia. Konsentrasi morfin kemih maka akan lebih besar di pasien yang memakai kontrasepsi oral.