Alzheimer - Copy

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    1/57

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Penyakit Alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh

    seorang Ahli Psikiatri dan Neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer.

    Ia mengobservasi seorang wanita berumur 51 tahun, yang mengalami

    gangguan intelektual dan memori serta tidak mengetahui kembali ketempat

    tinggalnya, sedangkan wanita itu tidak mengalami gangguan anggota

    gerak koordinasi dan reflek. Pada autopsy tampak bagian otak mengalami

    atropi yang difus dan simetris, dan secara mikroskopis tampak bagian

    kortikal otak mengalami neuritis plaque dan degenerasi neurofibrillary.

    Penyakit Alzheimer (AD) adalah penyakit yang bersifat degeneratif dan

    progresif pada otak yang menyebabkan cacat spesifik pada neuron, serta

    mengakibatkan gangguan memori, berfikir, dan tingkah laku (Price dan

    Wilson, 2006).

    Secara epidemiologi dengan semakin meningkatnya usia harapan

    hidup pada berbagai populasi, maka jumlah orang berusia lanjut akan

    semakin meningkat. Dilain pihak akan menimbulkan masalah serius dalam

    bidang soial ekonomi dan kesehatan, sehingga akan semakin banyak yang

    berkonsultasi dengan seorang neurology karena orang tua tersebut yang

    tadinya sehat, akan mulai kehilangan kemampuannya secara efektif

    sebagai pekerja atau sebagai anggota keluarga. Hal ini menunjukan

    munculnya penyakit degeneratif otak, tumor, multiple stroke, subdural

    hematoma atau penyakit depresi yang merupakan penyebab utama

    demensia.

    Di negara maju seperti Amerika Serikat saat ini ditemukan lebih dari 4

    juta orang usia lanjut penderita penyakit Alzheimer. Angka ini

    diperkirakan akan meningkat sampai hampir 4 kali pada tahun

    2050.Sedangkan di Indonesia sekitar satu juta penduduk Indonesia

    menderita penyakit Alzheimer sebagaimana dinyatakan oleh ahli psikiatri

    geriatri FKUI-RSCM, Dr dr Martina WS Nasrun SpKJ (K). Berdasarkan

    data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2011, menunjukkan

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    2/57

    sekitar satu juta penduduk Indonesia menderita alzheimer. Meskipun data

    tersebut masih angka estimasi, namun kondisi ini masih dapat terus

    bertambah seiring berjalannya waktu. Setiap empat detik akan muncul satu

    kasus baru mengenai Alzheimer di dunia. Dengan kondisi seperti ini, dapat

    diprediksi pada 2050 penderita Alzheimer di Indonesia bisa mencapai tiga

    juta kasus kata Martina.

    Penyebab pertama penderita demensia adalah penyakit alzeimer dan

    kedua oleh cerebrovaskuler. Diperkirakan penderita demensia terutama

    penderita Alzheimer pada abad terakhir ini semakin meningkat jumlah

    kasusnya sehingga akan mungkin menjadi epidemik.

    Jadi ...................................

    B. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah yang kami dapatkan yaitu :

    a. Apa yang dimaksud dengan Alzheimer?

    b. Apasaja Etiologi dari Alzheimer?

    c. Bagaimana patofisiologi dari Alzheimer?

    d. Apasaja Manifestasi Klinis Alzheimer?

    e. Apa saja Penatalaksanaan Alzheimer?

    f. Apasaja Pemeriksaan Diagnostik Alzheimer?

    g. Bagaimana Pencegahan Alzheimer?

    h. Bagaimana Prognosis Alzheimer?

    i. Apa saja Komplikasi Alzheimer ?

    j. Bagaimana konsep tentang Asuhan Keperawatan Alzheimer?k. Bagaimana Asuhan Keperawatan Semu Alzheimer?

    B. Tujuan

    1. Tujuan instruksional UmumMahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan

    keperawatan pada klien dengan gangguan sistem saraf (Alzheimer)

    2. Tujuan Instruksional Khususa. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Definisi Alzheimer

    b.

    Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Etiologi Alzheimer

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    3/57

    c. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Patofisiologi

    Alzheimer

    d. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Manifestasi Klinis

    Alzheimer

    e. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Penatalaksanaan

    Alzheimer

    f. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pemeriksaan

    Diagnostik Alzheimer

    g. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pencegahan

    Alzheimer

    h.

    Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Prognosis

    Alzheimer

    i. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Komplikasi

    Alzheimer

    j. Mahasiswa mampu memahami konsep tentang Asuhan

    Keperawatan Alzheimer

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    4/57

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. DefinisiPenyakit Alzheimer(AD) kadang disebut sebagai demensia degeneratif

    primer atau demensia senil jenis Alzheimer (SDAT). Penyakit ini

    menyebabkan sedikitnya 50 semua demensia yang diderita lansia

    (Lamy,1992). Kondisi ini merupakan penyakit neurologis degeneratif,

    progresif, ireversibel, yang muncul tiba-tiba dan ditandai dengan

    penurunan bertahap fungsi kognitif dan gangguan perilaku dan efek.

    Dengan meningkatnya populasi lansia, maka penyakit alzheimer menjadi

    penyakit yang semakin bertambah banyak. (Brunner & Suddarth, 2002).

    http://4.bp.blogspot.com/-Sm7tqttNvY8/T2vEQ1ZrmmI/AAAAAAAAACk/5QTTKPSAl3U/s1600/1011.13.jpg
  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    5/57

    Gambar 1: Perbedaaan neuron antara orang normal dengan Alzheimer

    Penyakit Alzheimer adalah penyakit pada syaraf yang sifatnya

    irreversible akibat penyakit ini berupa kerusakan ingatan, penilaian,

    pengambilan keputusan, orientasi fisik secara keselurahan dan pada cara

    berbicara. Diagnosa yang didasarkan pada ilmu syaraf akan penyebab

    kepikunan hanya dapat dilakukan dengan cara otopsi. Tanda-tanda umum

    yang muncul berupa hilangnya neuron, pikun, cairan ektraseluler yang

    mengandung peptida amyloid dan kusutnya neurofibril serta terjadinya

    hiperfosforilasi dari mikrotubular protein tau. Amyloid pada senile plaques

    adalah hasil dari potongan-potongan protein yang lebih besar, prekursor

    protein -amyloid, tiga seri enzim protease yaitu -,- dan -sekretase. -

    sekretase secara khas muncul dan bertanggung jawab dalam pembentukan

    peptida -amyloid -A42- yaitu 42 gugus asam amino yang memiliki arti

    patogenetik penting karena berupa serat toksik yang tak larut dan

    terakumulasi dalam bentuk senile plaques berupa massa serabut amyloid

    pada korteks celebral yang diisolasi dari pasien Alzheimer.

    Sehingga dengan demikian Alzheimer adalah penyakit kronik,

    degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat, intelektual,

    kepribadian yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan

    merawat diri. Penyakit ini menyerang orang berusia 65 tahun keatas.

    B. EtiologiPenyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab

    yang telah dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas,

    infeksi flament, predisposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakitAlzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik

    jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan

    penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor

    pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif

    neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang

    diakibatkan oleh adanya peningkatan kalsium intraseluler, kegagalan

    metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapat produksi

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    6/57

    protein abnormal yang non spesifik. Penyakit Alzheimer adalah penyakit

    genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor

    non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan

    hanya sebagai pencetus faktor genetika.

    Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan

    dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami

    degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler,

    kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau

    terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit

    alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah

    membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah

    membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut

    terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.

    Di tahun 1987, kromosom 21 pertama kali diketahui mempunyai

    implikasi pada beberapa keluarga dengan penyakit alzheimer familial

    awitan-dini (FAD). Penyakit alzheimer mulai pada usia 50 tahun. Tapi

    kebanyakan orang dengan AD, mulai menderita pada usia di atas 65

    tahun.(Brunner & Suddarth, 2002).

    Penyakit Alzheimer dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

    1. Faktor genetik

    Beberapa peneliti mengungkapkan 50% prevalensi kasus

    alzheimer ini diturunkan melalui gen autosomal dominant. Individu

    keturunan garis pertama pada keluarga penderita alzheimer

    mempunyai resiko menderita demensia 6 kali lebih besardibandingkan kelompok kontrol normal. Pemeriksaan genetika DNA

    pada penderita alzheimer dengan familial early onset terdapat kelainan

    lokus pada kromosom 21 diregio proximal log arm, sedangkan pada

    familial late onset didapatkan kelainan lokus pada kromosom 19.

    Begitu pula pada penderita down syndrome mempunyai kelainan gen

    kromosom 21, setelah berumur 40 tahun terdapat neurofibrillary

    tangles (NFT), senile plaque dan penurunan marker kolinergik pada

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    7/57

    jaringan otaknya yang menggambarkan kelainan histopatologi pada

    penderita alzheimer. Hasil penelitian penyakit alzheimer terhadap

    anak kembar menunjukkan 40-50% adalah monozygote dan 50%

    adalah dizygote. Keadaan ini mendukung bahwa faktor genetik

    berperan dalam penyaki alzheimer. Pada sporadik non familial (50-

    70%), beberapa penderitanya ditemukan kelainan lokus kromosom 6,

    keadaan ini menunjukkan bahwa kemungkinan faktor lingkungan

    menentukan ekspresi genetika pada alzheimer.

    2. Faktor infeksi

    Ada hipotesa menunjukkan penyebab infeksi virus pada keluarga

    penderita alzheimer yang dilakukan secara immuno blot analisis,

    ternyata diketemukan adanya antibodi reaktif. Infeksi virus tersebut

    menyebabkan infeksi pada susunan saraf pusat yang bersipat lambat,

    kronik dan remisi. Beberapa penyakit infeksi seperti Creutzfeldt-Jacob

    disease dan kuru, diduga berhubungan dengan penyakit alzheimer.

    Hipotesa tersebut mempunyai beberapa persamaan antara lain:

    a. manifestasi klinik yang sama

    b. Tidak adanya respon imun yang spesifik

    c. Adanya plak amyloid pada susunan saraf pusat

    d. Timbulnya gejala mioklonus

    e. Adanya gambaran spongioform

    3. Faktor lingkungan

    Faktor lingkungan juga dapat berperan dalam patogenesa penyakit

    alzheimer. Faktor lingkungan antar alain, aluminium, silicon, mercury,

    zinc. Aluminium merupakan neurotoksik potensial pada susunan saraf

    pusat yang ditemukan Neurofibrillary Tangles (NFT) dan Senile

    Plaque (SPINALIS). Hal tersebut diatas belum dapat dijelaskan secara

    pasti, apakah keberadaan aluminum adalah penyebab degenerasi

    neurosal primer atau sesuatu hal yang tumpang tindih. Pada penderita

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    8/57

    alzheimer, juga ditemukan keadan ketidak seimbangan merkuri,

    nitrogen, fosfor, sodium, dengan patogenesa yang belum jelas. Ada

    dugaan bahwa asam amino glutamat akan menyebabkan depolarisasi

    melalui reseptor N-methy D-aspartat sehingga kalsium akan masuk ke

    intraseluler (Cairan-influks) danmenyebabkan kerusakan metabolisma

    energi seluler dengan akibat kerusakan dan kematian neuron.

    4. Faktor imunologis

    60% pasien yang menderita alzheimer didapatkan kelainan serum

    protein seperti penurunan albumin dan peningkatan alpha protein, anti

    trypsin alphamarcoglobuli dan haptoglobuli. Terdapat hubungan

    bermakna dan meningkat dari penderita alzheimer dengan penderita

    tiroid. Tiroid Hashimoto merupakan penyakit inflamasi kronik yang

    sering didapatkan pada wanita muda karena peranan faktor immunitas.

    5. Faktor trauma

    Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit

    alzheimer dengan trauma kepala. Hal ini dihubungkan dengan petinjuyang menderita demensia pugilistik, dimana pada otopsinya

    ditemukan banyak neurofibrillary tangles.

    6. Faktor neurotransmiter

    Perubahan neurotransmitter pada jaringan otak penderita

    alzheimer mempunyai peranan yang sangat penting seperti:

    a.

    Asetilkolin

    Penelitian terhadap aktivitas spesifik neurotransmiter

    dengan cara biopsi sterotaktik dan otopsi jaringan otak pada

    penderita alzheimer didapatkan penurunan aktivitas kolinasetil

    transferase, asetikolinesterase dan transport kolin serta

    penurunan biosintesa asetilkolin. Adanya defisit presinaptik dan

    postsynaptik kolinergik ini bersifat simetris pada korteks

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    9/57

    frontalis, temporallis superior, nukleus basalis, hipokampus.

    Kelainan neurottansmiter asetilkoline merupakan kelainan yang

    selalu ada dibandingkan jenis neurottansmiter lainnya pada

    penyakit alzheimer, dimana pada jaringan otak/biopsinya selalu

    didapatkan kehilangan cholinergik Marker. Pada penelitian

    dengan pemberian scopolamin pada orang normal, akan

    menyebabkan berkurang atau hilangnya daya ingat. Hal ini

    sangat mendukung hipotesa kolinergik sebagai patogenesa

    penyakit alzheimer.

    b. Noradrenalin

    Kadar metabolisma norepinefrin dan dopimin didapatkan

    menurun pada jaringan otak penderita alzheimer. Hilangnya

    neuron bagian dorsal lokus seruleus yang merupakan tempat

    yang utama noradrenalin pada korteks serebri, berkorelasi

    dengan defisit kortikal noradrenergik. Hasil biopsi dan otopsi

    jaringan otak penderita alzheimer menunjukkan adanya defisit

    noradrenalin pada presinaptik neokorteks. Konsentrasinoradrenalin menurun baik pada post dan ante-mortem penderita

    alzheimer.

    c. Dopamin

    Pengukuran terhadap aktivitas neurottansmiter regio

    hipothalamus, dimana tidak adanya gangguan perubahan

    aktivitas dopamin pada penderita alzheimer. Hasil ini masih

    kontroversial, kemungkinan disebabkan karena potongan

    histopatologi regio hipothalamus setia penelitian berbeda-beda.

    d. Serotonin

    Didapatkan penurunan kadar serotonin dan hasil

    metabolisme 5 hidroxi-indolacetil acid pada biopsi korteks

    serebri penderita alzheimer. Penurunan juga didapatkan pada

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    10/57

    nukleus basalis dari meynert. Penurunan serotonin pada

    subregio hipotalamus sangat bervariasi, pengurangan maksimal

    pada anterior hipotalamus sedangkan pada posterior

    peraventrikuler hipotalamus berkurang sangat minimal.

    Perubahan kortikal serotonergik ini berhubungan dengan

    hilangnya neuron-neuron dan diisi oleh formasi NFT pada

    nukleus rephe dorsalis.

    e. MAO (Monoamine Oksidase)

    Enzim mitokondria MAO akan mengoksidasi transmitter

    mono amine. Aktivitas normal MAO terbagi 2 kelompok yaitu

    MAO A untuk deaminasi serotonin, norepineprin dan sebagian

    kecil dopamin, sedangkan MAO B untuk deaminasi terutama

    dopamin. Pada penderita alzheimer, didapatkan peningkatan

    MAO A pada hipothalamus dan frontais sedangkan MAO B

    meningkat pada daerah temporal danmenurun pada nukleus

    basalis dari meynert.

    C. PatofisiologiTerdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang

    dijumpai pada penyakit Alzheimer. Antara lain serabut neuron yang kusut

    (massa kusut neuron yang tidak berfungsi) dan plak senil atau neuritis

    (deposit protein beta-amiloid, bagian dari suatu protein besar, protein

    prekursor amiloid [APP]. Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer

    pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak. Perubahan

    serupa juga dijumpai pada tonjolan kecil jaringan otak normal lansia. Sel

    utama yang terkena penyakit ini adalah yang menggunakan

    neurotransmiter asetilkolin. Secara biokimia, produksi asetilkolin yang

    dipengaruhi aktifitas enzim menurun. Asetilkolin terutama terlihat dalam

    proses ingatan.

    Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer melibatkan

    kerusakan berat neuron korteks dan hipokampus, serta penimbunan

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    11/57

    amiloid dalam pembuluh darah intrakranial. Secara mikroskopik, terdapat

    perubahan morfologik (struktural) dan biokimia pada neuron-neuron.

    Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya

    berkembang menjadi degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit.

    Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan neurofibrilaris yaitu struktur

    intraselular yang berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari protein

    tau. Dalam SSP, protein tau sebagian besar sebagai penghambat

    pembentuk struktural yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan

    merupakan komponen penting dari sitokleton sel neuron. Pada neuron AD

    terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia menyebabkan

    perubahan pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara

    bersama sama. Tau yang abnormal terpuntir masuk ke filament heliks

    ganda yang sekelilingnya masing masing terluka. Dengan kolapsnya

    system transport internal, hubungan interseluler adalah yang pertama kali

    tidak berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan neuron

    yang kusut dan berkembangnya neuron yang rusak menyebabkan

    Alzheimer.

    Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-

    beta) yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan

    dalam sel neuronal. A-beta adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP)

    yang pada keadaan normal melekat pada membrane neuronal yang

    berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi menjadi

    fragmen fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket

    yang berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut

    akhirnya bercampur dengan sel-sel glia yang akhirnya membentuk fibrilfibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini

    beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta

    menghasilkan radikal bebas sehingga mengganggu hubungan intraseluler

    dan menurunkan respon pembuluh darah sehingga mengakibatkan makin

    rentannya neuron terhadap stressor. Selain karena lesi, perubahan biokimia

    dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara neurokimia kelainan pada

    otak.

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    12/57

    Pada musim gugur tahun 1993, FDA mengesahkan obat alzheimer

    yang pertama, Tacrine hydrocloride, untuk menanggani gejala penyakit

    alzheimer. Obat ini akan memperkuat asetilkolin di otak dan telah

    dibuktikan dengan dua percobaan klinis dengan hasil membaiknya ingatan

    pada penyakit alzheimer ringan sampai sedang. Karena penggunaan obat

    ini dapat mengakibatkan hepatotoxic, maka pemberiannya harus dimonitor

    (FDA Medical Bulletin,1993).

    D. Manifestasi KlinisBerlangsung lama dan bertahap, sehingga pasien dan keluarga tidak

    menyadari secara pasti kapan timbulnya. Penyakit terjadi pada usia 40-90

    tahun.

    a. Tidak ada kelainan sistemik atau penyakit otak lainnya.

    b. Tidak ada gangguan kesadaran.

    c. Perburukan progresif fungsi bahasa, keterampilan motorik dan

    persepsi.

    d. Riwayat keluarga Alzheimer, parkinson, diabetes melitus,

    hipertensi dan kelenjar tiroid (Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk,

    2008).

    Kejanggalan awal biasanya dirasakan oleh penderita sendiri, mereka

    sulit mengingat nama atau lupa meletakkan suatu barang. Mereka juga

    sering kali menutup-nutupi hal itu dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu

    adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan biasanya akan

    dirasakan oleh orang-orang di sekitar mereka yang mulai khawatir akan

    penurunan daya ingat. Mereka awalnya belum mencurigai adanya problem

    besar di balik kepikunan yang dialami pasien, tetapi kemudian tersadar

    bahwa kondisinya sudah parah. Gejala klinis pada penyakit Alzheimer

    dapat terlihat sebagai berikut:

    1. Kehilangan daya ingat/memori, terutama memori jangka pendek.

    Pada orang tua normal, dia tidak ingat nama tetangganya, tetapi

    dia tahu orang itu adalah tetangganya. Pada penderita Alzheimer, dia

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    13/57

    bukan saja lupa nama tetangganya tetapi juga lupa bahwa orang itu

    adalah tetangganya.

    Tetapi masalah ingatan yang berhubungan dengan Alzhaimer

    berlangsung lama dan buruk. Orang-orang dengan Alzhaimer

    mungkin:

    Mengulangi sesuatu yang telah dikerjakannya

    Sering lupa akan ucapan dan janji yang dilakukannya

    Sering salah menaruh sesuatu, sering menaruh sesuatu di

    tempat yang tidak wajar

    Seseorang secara temporer dapat salah menempatkan

    dompet atau kunci. Penderita Alzheimer dapat

    meletakkan sesuatu pada tempat yang tidak biasa, misal

    jam tangan pada kotak gula.

    Pada akhirnya lupa dengan nama anggota keluarga dan

    benda-benda yang biasa digunakan dalam kesehariannya.

    2. Bermasalah ketika berpikir secara abstrak

    Orang dengan Alzheimer bermasalah dalam berpikir mengenai

    suatu hal terutama dalam bentuk angka.

    3. Kesulitan dalam menemukan kata yang tepat/kesulitan berbahasa

    Umumnya pada usia lanjut didapat kesulitan untuk menemukan

    kata yang tepat, tetapi penderita Alzheimer lupa akan kata-kata yang

    sederhana atau menggantikan suatu kata dengan kata yang tidak biasa

    untuk menyampaikan pemikiran mereka atau ketika mereka terlibat

    pembicaraan. Pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan

    membaca dan menulis mereka.

    4. Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa.

    Seperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu

    urutan-urutan menyiapkan makanan.

    5. Disorientasi waktu dan tempat

    Kita terkadang lupa kemana kita akan pergi atau hari apa saat ini,

    tetapi penderita Alzheimer dapat tersesat pada tempat yang sudah

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    14/57

    familiar untuknya, lupa di mana dia saat ini, tidak tahu bagaimana

    cara dia sampai di tempat ini, termasuk juga apakah saat ini malam

    atau siang.

    6.

    Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif

    Misalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat

    untuk cuaca dingin atau sebaliknya.

    7. Hilang kemampuan dalam menilai

    Menyelesaikan masalah sehari-hari merupakan hal yang sulit dan

    menjadi bertambah sulit sampai akhirnya adalah sesuatu yang dirasa

    tidak mungkin bagi mereka yang memiliki Alzheimer. Alzheimer

    memiliki karakteristik sangat sulit untuk melakukan sesuatu yang

    membutuhkan perencanaan, pengambilan keputusan dan penilaian.

    8. Perubahan tingkah laku.

    Seseorang dapat menjadi sedih atau senang dari waktu ke waktu.

    Penderita Alzheimer dapat berubah mood atau emosi secara tidak

    biasa tanpa alasan yang dapat diterima.

    9. Perubahan perilaku

    Penderita Alzheimer akan terlihat berbeda dari biasanya, ia akan

    menjadi mudah curiga, mudah tersinggung, depresi, apatis atau mudah

    mengamuk, terutama saat problem memori menyebabkan dia kesulitan

    melakukan sesuatu.

    10.Kehilangan inisiatif

    Duduk di depan TV berjam-jam, tidur lebih lama dari biasanya

    atau tidak menunjukan minat pada hobi yang selama ini ditekuninya

    (Yulfran, 2009).

    11.Perubahan kepribadian

    Orang dengan Alzheimer menunjukkan:

    Perubahan suasana hatiHilang kepercayaan terhadap orang lain.

    Meningkatnya sikap keras kepala

    Depresi

    Gelisah.

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    15/57

    Agresif

    Pada penderita Alzheimer pada akhirnya akan membutuhkan bantuan

    untuk semua aspek kehidupannya.

    E. Penatalaksanaan1) Non Farmakodinamik

    Intervensi oleh perawat ditujukan untuk membantu pasien

    memelihara fungsi kognitif optimal, meningkatkan keselamatan

    fisik, menurunkan ansietas dan agitasi, memperbaiki komunikasi

    dan meningkatkan kemandirian dalam aktifitas asuhan-diri,

    memberikan kebutuhan sosialisasi dan keintiman pasien, menjaga

    pemenuhan gizi yang memadai, mengatasi gangguan pola tidur,

    dan mendukung serta mendidik pemberi perawatan dalam keluarga.

    a. Mendukung Fungsi Kognitif

    Karena kemampuan kognitif pasien menurun, maka

    perawat harus memberikan lingkungan yang kalem dan

    mudah dikenali yang membantu pasien menginterpretasi

    lingkungan sekitar dan aktifitasnya. Cara berbicara yang

    tenang, menyenangkan dan dengan memberikan penjelasan

    jelas dan sederhana, ditambah dengan penggunaan alat

    bantu dan isyarat ingatan akan membantu meminimalkan

    kebingungan dan disorientasi serta memberikan rasa aman

    kepada pasien.

    b. Peningkatan Keamanan Fisik

    Lingkungan yang aman akan memungkinkan seseorang

    bergerak sebebas mungkin dan menghilangkan

    kekhawatiran keluarga yang mencemaskan mengenai

    keamanan. Untuk menghindari jatuh atau kecelakaan lain,

    semua sumber bahaya yang jelas harus dihilangkan. Lampu

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    16/57

    tidur, lampu pemanggil, dan tempat tidur rendah digunakan

    saat tidur. Pasien harus mengenakan gelang atau kalung

    identitas untuk berjaga-jaga seandainya ia terpisah dari

    pengasuhnya.

    c. Mengurangi Ansietas dan Agitasi

    Meskipun kehilangan kognitif cukup parah, namun ada

    saat di mana pasien sadar akan cepat menghilangnya

    segala kemampuannya. Karena rekreasi penting, pasien

    didorong untuk melakukan menikmati aktivitas sederhana.

    Hobi dan aktivitas (berjalan-jalan, olahraga, bersosialisasi)

    dapat memperbaiki kualitas hidup.

    Lingkungan harus diusahakan sederhana, yang

    dikenal, dan bebas kebisingan. Kegembiraan dan kelam

    pikir bisa sangat menjengkelkan dan dapat mencetus

    keadaan kombatif, agitasi yang dikenal sebagai reaksi

    katastropik(reaksi berlebihan terhadap stimulus yang

    berlebihan). Selama reaksi tersebut, pasien akan beresponsdengan cara berteriak, menangis, atau menjadi kasar

    (menyerang secara fisik atau verbal).

    d. Meningkatkan Komunikasi

    Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan,

    perawat harus tetap tidak terburu-buru dan mengurangi

    kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah

    dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti

    suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan

    mengorganisasi dan mengekpresikan pikiran.

    Kadang pasien dapat menunjuk suatu objek atau

    menggunakan bahasa nonverbal untuk berkomunikasi.

    Rangsangan taktil seperti pelukan atau tepukan pada tangan

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    17/57

    biasanya diterjemahkan sebagai tanda afeksi, perhatian dan

    keamanan.

    e.

    Meningkatkan Kemandirian dalam Aktivitas Perawatan-Diri

    Perubahan patofisiologis pada korteks serebri

    mengakibatkan pasien yang mengalami defisit perawatan

    diri mencapai kemandirian fisik. Upaya ditujukan untuk

    membantu pasien memelihara fungsi kemandirian selama

    mungkin. Memelihara martabat dan otonomi pribadi

    penting bagi penderita Alzheimer. Dia harus didorong

    menentukan pilihan bila diperlukan dan berpartisipasi

    dalam aktifitas perawatan diri sebanyak mungkin.

    f. Menyediakan Kebutuhan Sosialisasi dan Keintiman

    Karena sosialisasi dengan teman lama dapat

    menyenangkan, maka pasien didorong untuk melakukan

    kunjungan, bersurat, bertelepon. Kunjungan sebaiknyasingkat dan tidak menimbulkan stres. Sebaiknya hanya

    mengunjungi satu atau dua orang saja dalam sekali

    kunjungan. Penyakit Alzheimer tidak menghilangkan

    kebutuhan akan keintiman. Pasien dan pasangannya bisa

    saja melakukan aktivitas seksual. Pasangan harus didorong

    untuk berbicara mengenai setiap kekhawatiran seksual,

    dan bimbingan seksual dapat dilakukan bila perlu.

    g. Meningkatkan Nutrisi yang Adekuat

    Saat makan bisa merupakan peristiwa sosial yang

    menyenangkan, namun bisa juga merupakan saat yang

    menjengkelkan dan menganggu. Saat makan harus dijaga

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    18/57

    tanpa konfrontasi. Pasien lebih menyukai makanan yang

    sudah dikenal yang tampak mengundang selera makan dan

    terasa lezat. Untuk menghindari bermain dangan makanan,

    makanan dihidangkan satu persatu. Makan sebaiknya

    dipotong kecil-kecil supaya tidak tercekik. Makanan cair

    lebih mudah ditelan bila diolah dengan gelatin. Makanan

    dan minuman panas harus disajikan bila sudah hangat. Suhu

    makanan diperika untuk mencegah terjadi luka bakar.

    h. Meningkatkan Aktivitas dan Istirahat yang Seimbang

    Kebanyakan pasien Alzheimer menunjukkan gangguan

    tidur dan perilaku melamun. Perilaku tersebut terjadi bila

    pasien merasa bosan, tidak bisa diam, agitasi atau

    disorientasi, terutama pada suasana baru dan biasanya pada

    malam hari. Semua pasien Alzheimer harus mengenakan

    suatu tanda pengenal yang mudah terlihat setiap saat

    (gelang dan kalung). Meskipun pasien diperbolehkan

    berjalan di sekitar lingkungan yang terlindung, namun pintukeluar harus ditutup. Bila terjadi gangguan tidur dan pasien

    tidak bisa tidur maka dapat dibantu dengan musik, susu

    hangat, atau garukan punggung dapat membantu agar

    pasien relaks. Pada siang hari pasien harus diberi

    kesempatan sebanyak mungkin untuk berpartisipasi dalam

    aktivitas olah raga, karena pola aktivitas dan istirahat yang

    teratur akan memperbaiki tidur malam. Jangan dibiarkanpasien tidur terlalu lama pada siang hari.

    i. Mendukung dan Mendidik Pemberi Perawatan dalam

    Keluarga

    Beban emosi ditanggung oleh keluarga pasien penyakit

    Alzheimer sangat berat. Kesehatan fisik pasien biasanya

    masih baik dan penurunan mental berlangsung secara

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    19/57

    bertahap. Karena diagnosanya tidak spesifik, keluarga

    masih berharap bahwa diagnosanya keliru dan pasien akan

    membaik kalau ia mau berusaha keras. Berbagai kebutuhan

    pemberi perawatan dalam keluarga dapat ditujukan kepada

    Asosiasi Alzheimer (dahulu dikenal sebagai ADRDA).

    Dengan penggunaan perawatan,layanan yang bisa

    diberikan, pemberi perawatan dapat meninggalkan rumah

    untuk beberapa saat sementara orang lain melayani

    kebutuhan pasien.

    Perawat harus peka terhadap masalah emosional yang

    dihadapi keluarga. Dukungan dan edukasi pemberi

    perawatan merupakan komponen yang penting. Keluarga

    dapat menghubungi Asosiasi Alzheimer atau yang sama

    camnya yang memberikan kesempatan bertemu orang lain

    dengan pengalaman serupa.

    2) Farmakologi

    Pengobatan penyakit alzheimer masih sangat terbatas karenapenyebab dan patofisiologis masih belun jelas. Pengobatan

    simptomatik dan suportif seakan hanya memberikan rasa puas pada

    penderita. Pemberian obat stimulan, vitamin B, C, dan E belum

    mempunyai efek yang menguntungkan.

    a. Inhibitor kolinesterase

    Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti

    menggunakan inhibitor untuk pengobatan simptomatik

    penyakit alzheimer, dimana penderita alzheimer didapatkan

    penurunan kadar asetilkolin. Untuk mencegah penurunan

    kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase yang

    bekerja secara sentral seperti fisostigmin, THA

    (tetrahydroaminoacridine). Pemberian obat ini dikatakan

    dapat memperbaiki memori danapraksia selama pemberian

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    20/57

    berlangsung. Beberapa peneliti mengatakan bahwa obat-

    obatan anti kolinergik akan memperburuk penampilan

    intelektual pada orang normal dan penderita alzheimer.

    b. Thiamin

    Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita

    alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase

    dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan

    transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal

    pada nukleus basalis. Pemberian thiamin hydrochlorida

    dengan dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral, menunjukkan

    perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan

    placebo selama periode yang sama.

    c. Nootropik

    Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan

    dapat memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar pada

    percobaan binatang. Tetapi pemberian 4000 mg padapenderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis

    yang bermakna.

    d. Klonidin

    Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer

    dapat disebabkankerusakan noradrenergik kortikal.

    Pemberian klonidin(catapres) yangmerupakan

    noradrenergik alfa 2 reseptor agonis dengan dosis maksimal

    1,2mg peroral selama 4 minggu, didapatkan hasil yang

    kurang memuaskanuntuk memperbaiki fungsi kognitif.

    e. Haloperiodol

    Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi gangguan

    psikosis (delusi,halusinasi) dan tingkah laku. Pemberian

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    21/57

    oral Haloperiod 1-5 mg/hari selama 4minggu akan

    memperbaiki gejala tersebut. Bila penderita

    alzheimermenderita depresi sebaiknya diberikan tricyclic

    anti depresant (amitryptiline25-100 mg/hari)

    f. Acetyl L-Carnitine (ALC)

    Merupakan suatu substrat endogen yang disintesa

    didalam miktokondriadengan bantuan enzym ALC

    transferase. Penelitian ini menunjukkan bahwaALC dapat

    meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin

    asetiltransferase.Pada pemberian dosis 1-2 gr/hari/peroral

    selama 1 tahun dalam pengobatan,disimpulkan bahwa dapat

    memperbaiki atau menghambat progresifitaskerusakan

    fungsi kognitif.

    g. Tacrine.

    Obat ini efektif dalam meningkatkan kemampuan

    mengingat pasien, tetapi obat ini hanya dapat diberikan

    pada pasien Alzheimer derajat ringan sampai sedang. Efek

    samping yang ditimbulkan berupa mual, muntah, diare,

    nyeri perut, gangguan pencernaan, ruam-ruam pada kulit.

    Selain itu, obat ini juga bersifat hepatotoxicity karena dapat

    meningkatkan enzim hati (alanine aminotransferase atau

    ALT). Oleh karena itu, obat ini jarang digunakan karena

    harus melakukan tes darah setiap minggu untuk memonitor

    kadar ALT.

    h. Donepezil (Aricept).

    Obat ini diberikan pada pasien Alzheimer derajat

    ringan sampai sedang. Efek samping obat ini lebih sedikit

    daripada tacrine. Obat ini tidak menimbulkan peningkatan

    kadar ALT dan efek samping terhadap perut juga sedikit.

    i.

    Rivastigmine (Exelon).

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    22/57

    Obat ini dapat membantu meningkatkan aktifitas

    pasien seperti makan sendiri, memakai baju sendiri,

    mengurangi behavioral symptoms (delusi dan agitasi), dan

    meningkatkan fungsi kognitif (berpikir, mengingat, dan

    berbicara). Rivastigmine (Exelon). Obat ini dapat

    membantu meningkatkan aktifitas pasien seperti makan

    sendiri, memakai baju sendiri, mengurangi behavioral

    symptoms (delusi dan agitasi), dan meningkatkan fungsi

    kognitif (berpikir, mengingat, dan berbicara).

    j. Galantamine (Reminyl).

    Obat ini diberikan pada pasien Alzheimer derajat

    ringan sampai sedang. Efek samping obat ini juga sedikit.

    k. Memantine (Namenda).

    Obat ini diberikan pada pasien Alzheimer derajat

    berat. Obat ini melindungi neuron dari peningkatan jumlah

    glutamate. Efek samping yang ditimbulkan adalah

    neurotoxic. Kadang-kadang obat ini dikombinasikan dengandonepezil.

    Selain pemberian obat, terapi penggantian estrogen

    pada pasien wanita postmenopause juga dapat mengurangi

    risiko menurunnya fungsi kognitif. Pemberian pengobatan

    alternatif seperti ginkgo biloba juga dapat memelihara

    fungsi kognitif.Pemberian NSAIDs (nonsteroidal anti-

    inflammatory drug) dapat mengurangi risiko terkenapenyakit Alzheimer, tetapi obat ini kurang efektif untuk

    mencegah dan memperlambat progresivitas penyakit

    Alzheimer.

    Antioksidan seperti vitamin E dapat menghambat

    kerusakan oksidatif dan melindungi otak dari radikal bebas.

    Antioksidan dapat menghambat efek toksik dari beta-

    amyloid.Obat antidepresan, antipsikotik, dan sedatif dapat

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    23/57

    digunakan untuk menangani behavioral symptoms seperti

    agitasi, agresi, wandering, dan penyakit tidur.

    3)

    Caregiving

    Caregiving diperlukan ketika pasien telah mengalami

    kesulitan dalam beraktifitas setiap hari seperti sulit menelan dan

    bergerak. Hal ini bertujuan untuk mengurangi progresivitas

    penyakit dan menghindari penyakit penyerta lainnya (malnutrisi

    dan infeksi).

    F. Pemeriksaan DiagnostikUntuk kepastian diagnosisnya, maka diperlukan tes diagnostik sebagai

    berikut:

    1. Neuropatologi

    Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya

    konfirmasi neuropatologi. Secara umum didapatkan :

    atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus

    temporoparietal, anterior frontal, sedangkan korteks

    oksipital, korteks motorik primer, sistem somatosensorik

    tetap utuh

    berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).

    Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit alzheimer terdiri

    dari:

    I. Neurofibrillary tangles (NFT)

    Merupakan sitoplasma neuronal yang terbuat dari

    filamen-filamen abnormal yang berisi protein neurofilamen,

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    24/57

    ubiquine, epitoque. Densitas NFT berkolerasi dengan

    beratnya demensia.

    II. Senile plaque (SP)

    Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat

    degenerasi nerve ending yang berisi filamen-filamen

    abnormal, serat amiloid ektraseluler, astrosit, mikroglia.

    Amiloid prekusor protein yang terdapat pada SP sangat

    berhubungan dengan kromosom 21. Senile plaque ini

    terutama terdapat pada neokorteks, amygdala, hipokampus,

    korteks piriformis, dan sedikit didapatkan pada korteks

    motorik primer, korteks somatosensorik, korteks visual, dan

    auditorik. Senile plaque ini juga terdapat pada jaringan

    perifer. densitas Senile plaque berhubungan dengan

    penurunan kolinergik. Kedua gambaran histopatologi (NFT

    dan senile plaque) merupakan gambaran karakteristik untuk

    penderita penyakit alzheimer.

    III. Degenerasi neuron

    Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan

    kematian neuron pada penyakit alzheimer sangat selektif.

    Kematian neuron pada neokorteks terutama didapatkan

    pada neuron piramidal lobus temporal dan frontalis. Juga

    ditemukan pada hipokampus, amigdala, nukleus batang otak

    termasuk lokus serulues, raphe nukleus dan substanasia

    nigra. Kematian sel neuron kolinergik terutama pada

    nukleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergikterutama pada lokus seruleus serta sel serotogenik pada

    nukleus raphe dorsalis, nukleus tegmentum dorsalis. Telah

    ditemukan faktor pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik

    yang berdegenerasi pada lesi merupakan harapan dalam

    pengobatan penyakit alzheimer.

    IV. Perubahan vakuoler

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    25/57

    Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk

    oval dan dapat menggeser nukleus. Jumlah vakuoler ini

    berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan SP ,

    perubahan ini sering didapatkan pada korteks

    temporomedial, amygdala dan insula. Tidak pernah

    ditemukan pada korteks frontalis, parietal, oksipital,

    hipokampus, serebelum dan batang otak.

    V. Lewy body

    Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang

    banyak terdapat pada enterhinal, gyrus cingulate, korteks

    insula, dan amygdala. Sejumlah kecil pada korteks frontalis,

    temporal, parietalis, oksipital. Lewy body kortikal ini sama

    dengan immunoreaktivitas yang terjadi pada lewy body

    batang otak pada gambaran histopatologi penyakit

    parkinson. Hansen et al menyatakan lewy body merupakan

    variant dari penyakit alzheimer.

    2. Pemeriksaan Neuropsikologik

    Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan

    ada atau tidak adanya gangguan fungsi kognitif umum dan

    mengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi.

    Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang

    ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti

    gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian dan

    pengertian berbahasa

    Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsidiagnostik yang penting karena:

    a. Adanya defisit kognisi: berhubungan dgn demensia awalyang dapat diketahui bila terjadi perubahan ringan yang

    terjadi akibat penuaan yang normal.

    b. Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif : untukmembedakan kelainan kognitif pada global demensia

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    26/57

    dengan deficit selektif yang diakibatkan oleh disfungsi

    fokal, faktor metabolik, dan gangguan psikiatri.

    c. Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yangdiakibatkan oleh demensia karena berbagai penyebab.

    3. CT Scan dan MRI

    Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk

    melihat kwantifikasi perubahan volume jaringan otak pada

    penderita Alzheimer antemortem.

    CT Scan:Menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab

    demensia lainnya selain alzheimer seperti multiinfark dan tumor

    serebri. Atropi kortikal menyeluruh dan pembesaran ventrikel

    keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat

    spesifik pada penyakit ini. Penipisan substansia alba serebri dan

    pembesaran ventrikel berkorelasi dengan beratnya gejala klinik dan

    hasil pemeriksaan status mini mental

    MRI: peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan

    periventrikuler (Capping anterior horn pada ventrikel lateral).

    Capping ini merupakan predileksi untuk demensia awal. Selain

    didapatkan kelainan di kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada

    daerah subkortikal seperti adanya atropi hipokampus, amigdala,

    serta pembesaran sisterna basalis dan fissura sylvii.MRI lebih

    sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit alzheimer

    dengan penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari

    hipokampus.

    4. EEG

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    27/57

    Gambar 3: gambaran EEG pasien Alzheimer

    Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang

    suklinis. Sedang pada penyakit alzheimer didapatka perubahan

    gelombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik

    5. PET (Positron Emission Tomography) dan SPECT (Single Photon

    Emission Computed Tomography)

    Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan:

    Penurunan aliran darah

    Metabolisme O2 dan adanya Glukosa didaerah serebral

    Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan

    defisit kogitif. Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak

    digunakan secara rutin.

    6. Laboratorium darah

    Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada

    penderita alzheimer. Pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk

    menyingkirkan penyebab penyakit demensia lainnya seperti

    pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, fungsi renal dan

    hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis, skrining antibody yang

    dilakukan secara selektif. (Yulfran, 2009).

    G.Pencegahan

    http://1.bp.blogspot.com/-dlLecM75u9Q/T2vEtBe9p2I/AAAAAAAAADE/pMz2f4TffbQ/s1600/ct+scan+pd+alzheimer.jpg
  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    28/57

    Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab

    Alzheimer, yaitu: usia lebih dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan

    yang terkontaminasi dengan logam berat, rokok, pestisida, gelombang

    elektromagnetic, riwayat trauma kepala yang berat dan penggunaan terapi

    sulih hormon pada wanita.

    Penyakit alzheimer dapat dicegah sejak dini dengan mengosumsi

    kunyit secara rutin. Kunyit merupakan herbal penguat daya ingat (anti-

    alzheimer), salah satu tanaman obat yang berpeluang sebagai pengganti

    pengobatan kimiawi yang dapat memperlambat datangnya penyakit pikun.

    Penyakit alzheimer merupakan sejenis penyakit pikun yang umum terjadi

    pada manusia usia lanjut, secara alamiah pikun biasa terjadi karena

    penurunan kondisi fisik otak. Zat dalam kunyit yang berperan untuk ini

    adalan curcumin, dimana akan mampu memepertahankan kualitas otak

    hingga usia lanjut. Namun konsumsi kunyit yang terlalu berlebihan juga

    akan mampu memicu sakit perut, gangguan hati serta ginjal. Jadi, kunyit

    ini dikonsumsi dalam jumlah sedang secara rutin untuk mendapatkan efek

    terapi yang diinginkan.

    Cara pencegahan yang lainnya yaitu dengan tetap menerapkan gaya

    hidup sehat misalnya berolahraga rutin, tidak merokok dan tidak

    mengonsumsi alkohol, mengonsumsi sayur dan buah segar karena ini

    mengandung antioksidan yang berfungsi mengikat radikal bebas yang

    akan mampu merusak sel-sel tubuh. Menjaga kebugaran mental dengan

    tetap aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan

    juga merupakan salah satu bentuk pencegahan penyakit alzheimer.

    H.Prognosis

    Dari pemeriksaan klinis 42 penderita Alzheimer menunjukkan bahwa

    nilai prognostik tergantung pada 3 faktor yaitu:

    Derajat beratnya penyakit

    Variabilitas gambaran klinis

    Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia dan jenis

    kelamin

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    29/57

    Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang

    paling mempengaruhi prognostik penderita alzheimer.

    Pasien dengan penyakit Alzheimer mempunyai angka harapan hidup

    rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis. Biasanya meninggal dunia akibat

    infeksi sekunder.

    I. Komplikasi Infeksi

    Malnutrisi

    Kematian

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    30/57

    BAB III

    KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN ALZHEIMER

    Pengkajian:

    Adapun pengkajian yang dilakukan pada penyakit Alzheimer:

    a) Anamnesis

    Identitas klien meliputi nama,umur(lebih sering pada umur lanjut usia

    popularitas lebih dari 85 tahun), jenis kelamin, pendidikan,

    alamat,pekerjaan,agama,suku bangsa,tanggal dan jam masuk rumah

    sakit,nomor register,diagnosa medis.

    b)

    Keluhan Utama

    Yang sering terjadi dan menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta

    pertolongan kesehatan adalah penurunan daya ingat,perubahan

    kognitif,dan kelumpuhan gerak ekstremitas.

    c) Riwayat Kesehatan Saat Ini

    Pada anamnesis,klien sering mengeluhkan sering lupa dan hilangnya

    ingatan yang baru.Pada beberapa kasus,keluarga sering mengeluhkan

    bahwa klien sering mengalami tingkah laku aneh dan kacau serta sering

    keluar rumah sendiri tanpa meminta izin pada anggota keluarga yang lain

    sehingga sangat meresahkan anggota keluarga yang menjaga klien.Pada

    tahap lanjut dari penyakit,keluarga sering mengeluhkan bahwa klien

    menjadi tidak dapat mengatur buang air,tidak dapat mengurus keperluan

    dasar sehari-hari atau mengenali anggota keluarga.

    d) Riwayat Penyakit Dahulu

    Pengkajian yang perlu ditanyakan kepada klien yakni meliputi adanyasuatu riwayat hipertensi,Diabetes Melitus,penyakit jantung,penggunaan

    obat-obatan anti ansietas(benzodiazepine),penggunaan obat antikolinergik

    dalam jangka waktu yang lama,dan riwayat sindrom down yang pada suatu

    saat kemudian menderita penyakit Alzheimer pada usia 40-an.

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    31/57

    TTV:

    TD : Biasanya klien mengalami Hipotensi

    N : Biasanya klien mengalami Bradikardi

    RR :Biasanya terjadi penurunan frekuensi pernapasan

    S :Biasanya tidak ada perubahan

    Pemeriksaan Fisik

    1. Sistem Pernafasan:Biasanyaterjadi penurunan frekuensi pernapasan berkaitan dengan

    hipoventilasi inaktifitas, aspirasi makanan atau saliva dan

    berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.

    Inspeksi

    Di dapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk

    batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan

    penggunaan otot Bantu nafas.

    Palpasi

    Traktil premitus seimbang kanan dan kiri

    Perkusi

    Adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru

    Auskultasi

    Bunyi nafas tambahan seperti stridor, ronkhi, pada klien

    dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk

    yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan

    inaktivitas.

    2. Sistem kardiovaskuler: Biasanya terdapatHipotensi.3. Sistem Persarafan:

    Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami

    penurunan kesadaran sesuai dengan degenerasi neuron

    kolinergik dan proses senilisme.

    Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan

    kognitif, dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria

    tentang kelelahan, pusing atau kadang-kadang sakit kepala.

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    32/57

    Penurunan tingkah laku(diobservasi oleh orang terdekat).

    Kehilangan sensasi propriosepsi (posisi tubuh atau bagian

    tubuh dalam ruang tertentu).

    Kerusakan komunikasi: afasia dan disfasia

    Kesulitan dalam menemukan kata- kata yang benar (terutama

    kata benda)

    Bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan substansi

    kata yang tidak memiliki arti, terpenggal-penggal, atau

    bicaranya tidak terdengar.

    Kehilangan kemampuan untuk membaca dan menulis bertahap

    (kehilangan keterampilan motorik halus).

    Pengkajian fungsi serebral:

    Status mental: biasanya status mental klien mengalami

    perubahan yang berhubungan dengan penurunan status

    kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori, baik

    jangka pendek maupun jangka panjang.

    Pengkajian Saraf kranial:

    Pengkajian saraf ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII:

    Nervus I: Biasanya pada klien penyakit alzherimer tidak ada

    kelainan fungsi penciuman.

    Nervus II: Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan,

    yaitu sesuai dengan keadaan usia lanjut biasanya klien dengan

    alzheimer mengalami peturunan ketajaman penglihatan.

    Nervus III, IV dan VI: Biasanya tidak ditemukan adanya

    kelainan pada saraf iniNervus V: Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf

    ini.

    Nervus VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal

    Nervus VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi

    berhubungan proses senilis serta penurunan aliran darah

    regional.

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    33/57

    Nervus IX dan X. Kesulitan dalam menelan makanan yang

    berhubungan dengan perubahan status kognitif.

    Nervus XI. Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan

    trapezius.

    Nervus XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan

    tidak ada vasikulasi dan indera pengecapan biasanya

    mengalami penurunan.

    Pengkajian sistem Motorik

    Inspeksi umum pada tahap lanjut klien akan mengalami

    perubahan dan penurunan pada fungsi motorik secara

    umum.Tonus Otot: Didapatkan meningkat.Keseimbangan dan

    Koordinasi. Didapatkan mengalami gangguan karena adanya

    perubahan status kognitif dan ketidakkooperatifan klien

    dengan metode pemeriksaan.

    Pengkajian Refleks

    Pada tahap lanjut penyakit alzheimer sering mengalami

    kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk

    berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan

    gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan

    hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau ke

    belakang) dapat menyebabkan klien sering jatuh.

    Pengkajian Sistem sensorik

    Sesuai barlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer

    mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara

    progresif. Penurunan sensori yang ada merupakan hasil darineuropati perifer yang dihubungkan dengan disfungsi kognitif

    dan persepsi klien secara umum.

    4. Sistem Perkemihan: Biasanya terdapatDorongan berkemih(Inkontinensia urine).

    5. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi: cenderung konstipasi ataupundiare, perubahan dalam pengecapan, kehilangan kemampuan untuk

    mengunyah, nafsu makan menurun, penurunan berat badan.

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    34/57

    6. Sistem Integumen: keriput, kering, .7. Sistem Muskuloskleletal: Biasanya terdapat peningkatan tonus otot,

    kehilangan keseimbangan waktu berjalan.

    8. Persepsi Sensori: Biasanya terdapat penurunan pendengaran danketajaman penglihatan.

    Pola Aktivitas Sehari-hari:

    a. Aktifitas istirahat

    Gejala: Merasa lelah

    Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur,

    penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa/hobi,

    ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/ mengikuti

    acara program televisi.

    b. Integritas ego

    Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan

    persepsi terhadap lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan

    orang, penimbunan objek : meyakini bahwa objek yang salahpenempatannya telah dicuri. kehilangan multiple, perubahan citra tubuh

    dan harga diri yang dirasakan.

    Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak mampu

    untuk melakukan kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun

    tanpa membacanya) , duduk dan menonton yang lain, aktivitas pertama

    mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan emosi stabil, gerakan

    berulang(melipat membuka lipatan melipat kembali kain),menyembunyikan barang, atau berjalan-jalan.

    c. Hiygene

    Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain

    Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal

    yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar

    mandi, lupa langkah-langkah untuk buang air, tidak dapat menemukan

    kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada waktu makan:

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    35/57

    tergantung pada orang lain untuk memasak makanan dan menyiapkannya

    dimeja, makan, menggunakan alat makan.

    d. Kenyamanan

    Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi

    factor predisposisi atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh,

    luka bakar dan sebagainya).

    Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain

    e. Interaksi sosial

    Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. faktor psikososial sebelumnya,

    pengaruh personal dan individu yang muncul mengubah pola tingkah laku

    yang muncul.

    Tanda : Kehilangan kontrol sosial,perilaku tidak tepat.

    Pemeriksaan Status mental dengan SPSMQ dan MMSE

    SPSMQ

    No Pertanyaan Benar Salah

    1 Tanggal berapa sekarang?

    2 Hari apa sekarang ?

    3 Apa nama tempat ini?

    4 Alamat anda

    5 Berapa umur anda

    6 Kapan anda lahir (minimal tahun)

    7 Siapa nama presiden sekarang

    8 Siapa nama presiden sebelumnya

    9 Siapa nama ibu anda

    10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3

    dari setiap angka baru, semua secara

    menurun

    Kesimpulan :

    Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh

    Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan

    Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang

    Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    36/57

    Pada klien dengan Alzheimer biasanya memiliki hasil SPSMQ dari

    kerusakan intelektual ringan hingga kerusakan intelektual berat, tergantung

    keparahan kerusakan otak.

    No Aspek

    kognitif

    klien

    Nilai

    maksimal

    Nilai

    klien

    Kriteria

    1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar:

    tahun/musim/tanggal/hari/bulan

    2 Orientasi 5 Dimana anda sekarang?

    Negara Indo/provinsi/kota/panti

    werda/wisma

    3 Registrasi 3 Sebutkan 3 objek (oleh pemeriksa) 1detik

    utk mengatakan masing2 objek,

    kemudian tanyakan kepada klien ketiga

    objek tadi (utk disebutkan)

    4 Perhatian

    dan

    kalkulasi

    5 Minta klien utk memulai dari angka 100

    kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali (93,

    86,79,72,65)

    5 Mengingat 3 Minta klien utk mengulangi ketiga objek

    pada no 2 (registrasi) tadi, bila benar 1

    point utk masing2 objek

    6 Bahasa 9 Tunjukkan pada klien suatu benda dan

    tanyakan namanya pada klien (misal jam

    tangan atau pensil)

    Minta kepada klien utk mengulang kata

    berikut tdk ada, jika, dan, atau,tetapi

    bila benar nilai 2 point. Bila pertanyaan

    benar 2-3 buah, misal : tidak ada, tetapi

    maka nilai 1 point.

    Minta klien utk mengikuti perintah

    berikut yg tdd 3 langkah: ambil kertas di

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    37/57

    tangan anda, lipat dua dan taruh di lantai

    Ambil kertas

    Lipat dua

    Taruh di lantai

    Perintahkan pada klien utk hal berikut

    (bila aktivitas sesuai perintah nilai 1

    point).

    Tutup mata anda

    Perintahkan pada klien utk menulis satu

    kalimat dan menyalin gambar.

    Tulis satu kalimant

    Menyalin gambar

    Total nilai

    Kesimpulan MMSE:

    > 23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik

    18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan

    17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

    Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

    a.

    Perubahan proses pikir berhubungan dengan degenerasi neuronirreversible

    b. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan gangguan sensori,penurunan fungsi fisik

    c. Risiko trauma berhubungan dengan kelamahan, ketidakmampuanuntuk mengenali/mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan

    d. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahanresepsi, transmisi, dan/atau integrasi.

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    38/57

    e. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensorif. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif,

    keterbatasan fisik.

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    39/57

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.K

    DENGANDIAGNOSA MEDIS ALZHEIMER

    1.1.PengkajianBiodata

    a. Identitas Pasien

    Nama : Ny.K

    Umur : 73 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Pendidikan : SD

    Pekerjaan : -

    Agama : Islam

    Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

    Status Perkawinan : Cerai mati

    Alamat : Sumobito Jombang

    Tgl. Masuk RS : 19 September2013 (10.15 WIB)

    Tgl Pengkajian : 19 September 2013 (10.30 WIB)

    Nomor Register RS / CM :

    Diagnosa Medis : Alzheimer

    b. Identitas Penanggung Jawab

    Nama : Tn.P

    Umur : 40 tahun

    Jenis Kelamin : Laki - laki

    Pendidikan : SLTA

    Pekerjaan : Swasta (dagang)Agama : Islam

    Hubungan dengan pasien : Anak klien

    1.2.Riwayat KeperawatanA. Keluhan utama

    Tidak ingat keluarganya dan sering jalan-jalan sendiri/keluyuran

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    40/57

    B. Riwayat Penyakit Sekarang

    Pada tanggal 19 September2013(10.15WIB), pasien dibawa ke UGD

    RSUD Jombang dalam keadaan apatis.Pasien tidak dapat mengingat

    siapapun termasuk keluarganya sendiri. Pasien mengeluh pusing.

    Keluarga pasien mengatakan, sudah 2 bulan terakhir Ny.K mengalami

    fenomena mudah lupa. Sering kali Ny.K melupakan wajah seseorang

    bahkan Ny.K sering tidak ingat cucunya sendiri. Sering bingung serta

    linglung dan kacamata yang setiap hari digunakan selalu dicari kemana-

    manapadahal saat itu kacamata ada di dahinya sendiri. Saat makan

    bersama dan kedua tangan memegang sendok dan garpu seringkali Ny.K

    bertanya apa yang harus dilakukan dengan kedua benda tersebutdan klien

    juga sering mengulang-ulang kata. Selain itu Ny.Kjuga sering terbangun

    saat tidur malam hari. Dari hasil pengkajian tampak ekspresi bingung,

    kantung mata, wajah tak segar, dan sering menguap. Kebiasaan Ny.K

    sering meninggalkan rumah, sering membuat keluarga panik karena

    sering tersesat. Mudah marah/menangis tanpa alasan yang jelas. Klien

    juga sudah lupa untuk melakukan kewajibannya untuk beribadah dan

    juga lupa makan.

    C. Riwayat Penyakit Terdahulu

    Sebelumnya pasien tidak pernah dirawat dirumah sakit.

    D. Riwayat Kesehatan Keluarga

    Dalam keluarga belum pernah ada yang menderita penyakit seperti ini.

    Keluarga pasien juga tidak ada riwayat DM, HT maupun penyakit berat

    lainnya.

    E.

    Riwayat Kesehatan LingkunganTempat tinggal pasien bersih, tidak ada paparan asbes, silica, dll. Juga

    tidak terdapat pabrik.

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    41/57

    1.3.Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum: Lemah

    Kesadaran: Apatis

    Tanda-tanda Vital

    Tekanan Darah : 100/80 mmHg.

    Temperatur : 36,80C

    Nadi : 56 x/menit

    RR : 21 x/menit(tidak teratur)

    TB : 165 cm

    BB : 45 kg

    1.4.Pemeriksaan Per SistemA. Sistem Pernafasan

    Anamnesa:tidak ada keluhan

    Hidung:

    Inspeksi: nafas cuping hidung(-), secret/ingus(-), tidak ada oedem pada

    mukosa, tidak ada deformitas, tidak terdapat pemberian O2 nasal/masker.

    Palpasi: tidak ada nyeri tekan,tidak ada fraktur tulang nasal. tidak ada

    peradangan pada konkha nasal. Tidak ditemukan adanya polip nasi.

    Mulut:

    Inspeksi : Mukosa bibir kering, tidak ada sianosis. Tidak ada pembesaran

    tonsil. gigi habis.

    Leher :

    Inspeksi : kaku kuduk(-), tidak ada trakheostomi

    Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa, tidak ada

    pembesaran kelenjar limfe.

    Faring :

    Inspeksi : tidak ada kemerahan, tidak ada oedema

    Area dada :

    Inspeksi : penggunakan otot bantu pernafasan(-), pergerakan dada

    simetris, penyebaran warna merata, tidak ada sikatrik. Tidak ditemukan

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    42/57

    adanya kelainan bentuk dada seperti pigeon, barel, dan funnel chest. Pola

    pernafasan irreguler dengan frekuensi 15 x/menit

    Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada kelainan dinding thorax, tidak

    ada benjolan, taktil premitus seimbang kanan dan kiri.

    Perkusi : pada daerah anterior posterior terdengar suara resonan (diatas

    seluruh permukaan paru), pekak di intercoste V kanan, intercoste II-V

    kiri.

    Auskultasi : Tidak terdapat adanya bunyi nafas tambahan

    Kardiovaskuler dan Limfe

    Anamnesa :Pusing.

    Wajah :

    Inspeksi : tidak sianosis, tidak pucat, konjungtivaanemis

    Leher :

    Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis

    palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar limfe

    Dada :

    Inspeksi : penyebaran warna merata, tidak ada kemerahan, bentuk dada

    kiri normal tidak cembung maupun cekung

    Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ictus cordis teraba pada ICS 5

    midclavicula sinintra

    Perkusi :batas jantung terdengar redup, tidak ada cardiomegali

    Auskultasi : terdengar bunyi jantung normal BJ1 dan BJ2, tidak ada

    gallop ataupun murmur

    Ekstrimitas Atas :

    Inspeksi : kulit keriput, tidak ada sianosis. Tidak ada edema.Palpasi : Tidak ada deformitas, edema maupun nyeri tekan.

    Ekstrimitas Bawah :

    Inspeksi : tidak ada sianosis, edema.

    Palpasi : Tidak ada deformitas, edema maupun nyeri tekan.

    B. PersyarafanAnamnesa : Keluarga mengatakan pasien mudah bingung, linglung,

    tidak kenal siapapun termasuk keluarganya sendiri. Sering mengulang-

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    43/57

    ulang kata yang diucapkannya. Mudah marah/menangis tanpa alasan

    yang jelas. Klien juga sudah lupa untuk melakukan kewajibannya untuk

    beribadah dan juga lupa makan. Pasien juga sering keluyuran.

    Pemeriksaan nervus:

    Nervus 1: pasien dapat membedakan aroma minyak kayu putih,

    kopi, dan juga balsem.

    Nervus II: pasien tidak mampu menebak huruf yang ditanyakan

    oleh perawat dari jarak 6 meter, pandangan kabur.

    Nervus III: pupil miosis saat terkena cahaya, kedua pupil isokor,

    reaksi pupil (+) saat terkena cahaya.

    Nervus IV: pupil isokor

    Nervus V: reflek masester positif

    Nervus VI: gerakan bola mata simetris kanan kiri, bentuk pupil

    simetris kanan kiri

    Nervus VII: wajah simetris, mampu menggembungkan pipi

    Nervus VIII: ditemukan adanya tuli konduktif

    Nervus IX: reflek muntah(+) saat tong spatel disentuhkan ke

    posterior faring pasien.

    Nervus X: pasien tidak mengalami kesulitan menelan makanan

    Nervus XI: pasien dapat mengangkat bahu

    Nervus XII: klien dapat menjulurkan lidah ke samping kiri dan

    kanan.

    Reflek fisiologis:

    Bisep: (+)

    Trisep: (+)

    Patella: (+)

    Archiles: (+)

    Reflek patologis:

    Babinski: (-)

    Brudzinki I: (-)

    Brudzinki II: (-)

    Pemeriksaan rangsangan selaput otak:

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    44/57

    Kaku kuduk:(-)

    Tanda kernig: (-)

    Tingkat kesadaran (kualitas) : Apatis

    Tingkat kesadaran (kuantitas) :

    GCS (Glasgow Coma Scale), yang dinilai yaitu :

    - Eye/membuka mata (E): 4

    - Verbal/bicara (V): 3

    - Motorik (M): 5

    Pengkajian Fungsional Klien

    - KATZ indeks: berdasarkan pengamatan klien membutuhkan

    bantuan dalam hal mandi, makan dan melakukan aktivitas

    hariannya.

    Pengkajian Status Mental Gerontik

    - Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan

    Short Portable Mental Status Questioner: fungsi intelektual klien

    terganggu

    - Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan

    MMSE(Mini Mental Status Exam): aspek kognitif dari fungsi

    mental klien mengalami gangguan.

    C. Perkemihan-Eliminasi UriAnamnesa :

    Keluarga mengatakan klien sering tidak dapat menahan BAK.

    Genetalia eksterna :

    Inspeksi : tidak ada oedema, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada

    varises.Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

    Kandung kemih :

    Inspeksi : tidak ada massa/benjolan

    Palpasi : distensi kandung kemih tidak teraba

    Ginjal

    Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang

    Palpasi : ginjal tidak teraba pembesaran

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    45/57

    Perkusi : tidak ada nyeri ketok

    D. Pencernaan-Eliminasi AlviAnamnesa :

    Keluarga mengatakan klien tidak mengalami gangguan dalam pola

    makannya, namun klien lupa waktu makan. Sehingga keluarga yang

    harus terus memperhatikan waktu makannya.

    Mulut:

    Inspeksi : Mukosa bibir kering,warna bibir pucat. gigi habis.

    Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut

    Lidah

    Inspeksi : Bersih. tidak ditemukan ada lesi

    Palpasi : tidak ada nyeri tekan

    Kulit

    Inspeksi : tidak ada sianosis, kulit terlihat kering.

    Palpasi : Turgor kulit kembali 3-4 detik. Tidak edema.

    Faring/esofagus

    Inspeksi : tidak ada kemerahan

    Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar

    Abdomen

    Inspeksi : tidak ada sikatrik

    Auskultasi : Bunyi peristaltik usus terdengar aktif (setiap 10x/mnit).

    Perkusi : terdengar thympani

    Palpasi: Tidak teraba adanya benjolan(massa) daerah epigaster, tidak ada

    pembesaran hepar dan lien, ada nyeri tekan pada daerah epigaster

    Kuadran I:Hepar tidak teraba hepatomegali, tidak ada nyeri tekan

    Kuadran II:

    Gaster terdapat nyeri tekan pada daerah epigaster(-)

    Lien tidak teraba splenomegali

    Kuadran III:

    Tidak terdapat nyeri tekan

    Kuadran IV:

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    46/57

    Tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney.

    E. Sistem Muskuloskeletal & IntegumenAnamnesa :

    Tidak ada keluhan

    Warna kulit : tidak ikterik tidak ada cyanosis, kulit terlihat kering.

    Kekuatan otot : 4 4

    Fraktur: tidak ada

    Luka: tidak ada

    Lesi kulit : tidak ada

    F. Sistem Endokrin dan EksokrinAnamnesa :tidak ada keluhan

    Kepala :

    Inspeksi : bersih, warna rambut tampak putih/beruban, distribusi rambut

    tidak merata, tidak ditemukan adanya lesi, tidak ditemukan adanya

    benjolan.

    Leher :

    Inpeksi : kaku kuduk(-), bentuk simetris, tidak ada kemerahan. Leher

    sulit digerakkan.

    Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, nyeri

    tekan(-), Tidak ada pembesaran kelenjar tiroidGenetalia :

    Inspeksi : bersih

    Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

    Ekstrimitas bawah :

    Inspeksi : tidak ada pitting oedem, maupun oedem non pitting.

    G. Sistem ReproduksiAnamnesa :

    5 55 5

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    47/57

    Tidak ada keluhan

    Axilla :

    Inspeksi : tidak tampak adanya benjolan abnormal

    Palpasi : tidak teraba adanya benjolan abnormal

    Abdomen :

    Inspeksi: sikatrik(-), pembesaran abdomen(-).

    Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan ( massa) daerah epigaster, tidak

    ada pembesaran hepar dan lien, ada nyeri tekan pada daerah epigaster.

    Genetalia :

    Inspeksi bersih

    Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

    H. Persepsi SensoriAnamnesa :

    Keluarga mengatakan, sudah lama klien mengalamipenurunan pada indra

    penglihatannya dan penurunan pada pendengaran.

    Mata :

    Inspeksi : tidak ditemukan adanya kotoran atau sekret pada kelopak mata.

    Konjungtiva pucat sklera warna putih, kornea terlihat bening, reaksi pupil

    miosis.

    Kornea : normal bening berkilau

    Pupil dan iris : warna iris coklat, pupil isokor, Reflek cahaya kiri/kanan:

    pupil miosis bila kena cahaya.

    Lensa : normal jenih dan transparan

    Sklera : putih agak terlihat kemerahan

    1. Pola Konsep DiriTidak dapat dikaji

    2. Pola Persepsi Tata Laksana Hidup SehatSebelum sakit pola BAB 1-2 kali perhari dengan konsistensi lembek

    warna kuning. Pola BAK frekuensi 6-7 kali perhari warna kuning jernih.

    2 bulan terakhir ini, pasien sering tidak dapat menahan BAK.

    Masukan nutrisi sebelum sakit :

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    48/57

    Sebelum sakit klien senang makanan yang pedas. Frekuensi

    makan 3 kali sehari. Klien takut makan ikan laut. Minum sehari 6-7

    gelas setiap hari.

    Saat ini, klientidak mengalami gangguan dalam hal makannya,

    namun, klien lupa waktu makan. Sehingga keluarga yang harus terus

    memperhatikannya. Minum 5-6 gelas setiap hari.

    Personal Hygiene :

    Sebelum sakit klien dimandikan 2 kali sehari pagi dan sore.

    2 bulan terakhir ini, klien mandi hanya 1 kali sekali.

    3. Pola Nilai dan Kepercayaan/ SpiritualKlien sudah lupa melaksanakan kewajibannya untuk beribadah.

    4. Pola Mekanisme KopingCara mengambil keputusan: oleh Anakdan keluarga.

    5. Hubungan PeranSebagai ibu sekaligus nenek, saat sakit klien tidak bisa menjalankan

    perannya dengan baik.

    6. Pola Istirahat TidurSebelum sakit klien beraktivitas sebagai ibu rumah tangga. Istirahat/tidur

    dilakukan 1 kali sehari yaitu hanya pada malam hari mulai jam 21.00

    sampai pagi, pasien sering tiba-tiba bangun dan terlihat bingung.

    Saat sakit klien terlihat gelisah, bingung. Istirahat/tidur siang atau sore

    tidak menentu, saat tidur malam juga sering terbangun.

    7. Pola PsikososialHubungan Klien dengan tenaga kesehatan dan pasein lain di ruangan

    terjalin kurang baik karena pasien hanya diam dan terlihat selalubingung.

    1.5.Pemeriksaan PenunjangCT Scan: memperlihatkan adanya pelebaran ventrikel dan atrofi korteks.

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    49/57

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    50/57

    DIAGNOSIS

    Client Diagnostic Statement : Ns. Diagnosis (Specify):

    Kerusakan memori

    Related to:

    Kerusakan memoriberhubungan dengan

    Gangguan neurologis.

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    51/57

    Intervensi

    Diagnosa Keperawatan : Kerusakan memori

    Definisi : Ketidakmampuan mengingat beberapa informasi atau keterampilan perilaku

    NIC NOC

    INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR

    Def: Pengkajian Def :

    Kaji derajat gangguan kognitif

    Tatap wajah klien saat berbicara

    Panggil klien dengan namanya

    Gunakan kata-kata pendek, kalimat

    dan instruksi sederhana

    Fokuskan tingkah laku yang sesuai.

    Berikan penguatan yang positif.

    Berikan sentuhan dengan bijaksana

    Evaluasi pola tidur. Catat alergi,

    peningkatan peka rangsang, sering

    menguap, dan garis hitam di bawah

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    52/57

    mata.

    Pendidikan untuk pasien/keluarga

    Bantu klien menemukan hal yang

    salah dalam penempatan.

    Kolaborasi

    Kolaborasikan pemberian obat

    Aktivitas lain

    Kembangkan lingkungan yang

    mendukung dan hubungan perawat

    yang terapeutik

    Pertahankan lingkungan yang

    menyenangkan.

    Ciptakan aktivitas sederhana,

    bermanfaat dan tidak bersifat

    kompetitif sesuai kemampuan klien.

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    53/57

    Konsep dan Asuhan Keperawatan ALZHEIMER Page 53

    Implementasi

    Nama Pasien :Ny.K

    No RM :-

    Dx Medis : Alzheimer

    N

    ODx.KEP TGL/JAM IMPLEMENTASI

    TT

    D

    1 Kerusak

    an

    memori

    19 september

    2013

    11.00 WIB

    Mengkaji Tandatanda vital pasien

    Melakukan pengkajian terhadap

    derajat gangguan kognitif klien

    Menatap wajah klien saat berbicara

    Panggil klien dengan namanya

    Memberi instruksi sederhana dengan

    kata-kata pendek.

    Memberikan sentuhan dengan

    bijaksana, pelan.

    Melakukan evaluasi pola tidur.

    10.45 WIB

    Menciptakan aktivitas sederhana,

    bermanfaat dan tidak bersifat

    kompetitif sesuai kemampuan klien.

    Mempertahankan lingkungan yang

    menyenangkan.

    Melakukan kolaborasi pemberian obat

    Membantu klien menemukan hal yang

    salah dalam penempatan.

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    54/57

    Konsep dan Asuhan Keperawatan ALZHEIMER Page 54

    1. EvaluasiNama Pasien :Ny.K

    No RM :-

    Dx Medis : Alzheimer

    NO Dx.KEP TGL/JAM PERKEMBANGAN

    1 Kerusakan

    Memori

    20Oktober 2013

    06.00 WIB

    S :

    Keluarga mengatakan pasien

    mengatakan lebih tenang, tidur

    pulas

    O :

    Tanda- tanda Vital

    S: 37,4 C

    TD:120/80 mmHg

    N:76 x/mnt

    RR:23x/mnt

    Ekspresi wajah pasien tampak

    masih bingung

    A :

    Masalah pasien belum teratasi

    P :

    Intervensi

    dilanjutkan/dipertahankan.

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    55/57

    Konsep dan Asuhan Keperawatan ALZHEIMER Page 55

    BABIII

    PENUTUP

    A. KesimpulanAlzheimer adalah jenis kepikunan yang dapat melumpuhkan pikiran

    dan kecerdasan seseorang. Keadaan ini ditunjukkan dengan kemunduran

    fungsi intelektual dan emosional secara progresif dan perlahan sehingga

    mengganggu kegiatan sosial sehari-hari. Menurut dr. Samino, SpS (K),

    Ketua Umum Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI), alzheimer timbul

    akibat terjadinya proses degenerasi sel-sel neuron otak di area temporo-

    parietal dan frontalis. Demensia Alzheimer juga merupakan penyakit

    pembunuh otak karena mematikan fungsi sel-sel otak.

    Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab

    yang telah dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas,

    infeksi virus, polusi udara/industri, trauma, neurotransmiter, defisit

    formasi sel-sel filament, presdiposisi heriditer. Dasar kelainan patologi

    penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerahspesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif

    dengan penurunan daya ingat secara progresif. Kejanggalan awal biasanya

    dirasakan oleh penderita sendiri, mereka sulit mengingat nama atau lupa

    meletakkan suatu barang.

    Cara pencegahan penyakit alzheimer yaitu dengan tetap menerapkan

    gaya hidup sehat misalnya berolahraga rutin, tidak merokok dan tidak

    mengonsumsi alkohol, mengonsumsi sayur dan buah segar karena inimengandung antioksidan yang berfungsi mengikat radikal bebas yang

    akan mampu merusak sel-sel tubuh. Menjaga kebugaran mental dengan

    tetap aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan

    juga merupakan salah satu bentuk pencegahan penyakit alzheimer.

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    56/57

    Konsep dan Asuhan Keperawatan ALZHEIMER Page 56

    B. SaranKita tahu otak merupakan organ yang sangat kompleks. Dimana di

    otak terdapat area-area yang mengatur fungsi tertentu. Untuk itu adabeberapa tips yang bisa diikuti bila ada anggota keluarga ada yang

    menderita penyakit alzheimer : Buat cacatan kecil, untuk membantu

    mengingat,Ciptakan suasana yang menyenangkan, Hindari memaksa

    pasien untuk mengingat sesuatu atau melakukan hal yang sulit karena akan

    membuat pasien cemas, Usahakan untuk berkomunikasi lebih sering,

    Buatlah lingkunganyang aman,Ajarkan pasien berjalan-jalan pada waktu

    siang hari,Bergaya hidup sehat,Mengkonsumsi sayur.

  • 8/13/2019 Alzheimer - Copy

    57/57

    DAFTAR PUSTAKA

    Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta:

    EGC.

    Doenges, Marilynn E. 2000.Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.

    Muttaqin, Arif. 2008.Buku ajar asuhan kepererawatan klien dengan gangguan

    sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

    Price, Sylvia A, dan Wilson, Lorraine M. 2006.Patofisiologi konsep klinis proses-

    proses penyakit. Jakarta: EGC.

    Biologi Molekuler. 2009.Penyakit alzheimer dan parkinson:

    http://nadjeeb.files.wordpress.com/2009/09/penyakit-alzheimer-dan-

    parkinson1.pdf,diunduh tanggal 21 oktober 2012, pukul 14.47 WIB.

    Dewi, R. 2012. Askep Alzheimer:

    http://rimadewihijabers.blogspot.com/2012/03/askep-alzheimer.html

    diunduh tanggal 21 okt 2012, pukul 20.35 WIB.

    Japardi, I. 2002.Penyakit alzheimer:

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1996/1/bedah-

    iskandar%20japardi38.pdf,diunduh pada tanggal 11 oktober 2012, pukul

    15.45 WIB.

    http://nadjeeb.files.wordpress.com/2009/09/penyakit-alzheimer-dan-parkinson1.pdfhttp://nadjeeb.files.wordpress.com/2009/09/penyakit-alzheimer-dan-parkinson1.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1996/1/bedah-iskandar%20japardi38.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1996/1/bedah-iskandar%20japardi38.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1996/1/bedah-iskandar%20japardi38.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1996/1/bedah-iskandar%20japardi38.pdfhttp://nadjeeb.files.wordpress.com/2009/09/penyakit-alzheimer-dan-parkinson1.pdfhttp://nadjeeb.files.wordpress.com/2009/09/penyakit-alzheimer-dan-parkinson1.pdf