Upload
ade-bayu
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 Ade Bayu Santika 131311133036 Post Test
http://slidepdf.com/reader/full/ade-bayu-santika-131311133036-post-test 1/4
NAMA : ADE BAYU SANTIKA
NIM :131311133036
Kelas : A1 Angkatan 2013
POST TEST E-LEARNING KEPERAWaTAN ENDOKRIN 2
Pemeriksaan Fisik pada MORBID OBESITY
Setiap sistem pada pasien dengan morbid obesity dapat terpengaruh atau terjadi perubahan,
sehingga penting untuk dilakukan pemeriksaan fisik secara teliti. Akan tetapi, pelaksanaan
pemeriksaan fisik pada morbid obesity sulit karena ketidakmampuan untuk mendengarkan suara
jantung atau merasakan denyut nadi. Rencana tindakan untuk melakukan pemeriksaan fisik dapat
dilakukan pada setiap sistem selama pengkajian.
1. B1 (Breathing)
Kegagalan pada pernapasan umumnya terjadi pada pasien dengan morbid obesity.
Kemampuan dinding dada untuk ekspansi adalah terbatas dan berat karena terdapat
pembesaran ukuran dan pembesaran abdomen. Deposit lemak pada diafragma dan otot
intercostal selanjutnya akan mengganggu pernafasan. Pneumonia atau atelektasis terjadisekunder ke hipoventilasi. Apnea pada saat tidur juga biasanya terjadi pada pasien dengan
morbid obesity. Obesity hypoventilation syndrome (OHS) atau pickwickian syndrome,
merupakan gangguan tidur berhubungan dengan insufisiensi respirasi. Pasien dapat
menjadi hipoksia dan pengangkutan pernapasan juga menurun, mekanisme kompensasi
gangguan. Kombinasi dari OHS dan sleep apnea merupakan hal yang biasanya terjadi
pada morbid obesity.
-
Inspeksi : kaji RR, kedalaman dan monitor tanda penggunaan otot-otot pernapasan,kaji adanya saturasi oksigen dan tanda-tanda hipoksia seperti kelemahan dan penurunan
tingkat kesadaran, lihat adanya sianosis dan pucat pada kulit dan kuku pasien.
- Auskultasi : krakels dapat mengindikasikan adanya pneumonia atau gagal jantung,
wheezing dan ronchi mengindikasikan adanya asma atau obstructive pulmonary
8/19/2019 Ade Bayu Santika 131311133036 Post Test
http://slidepdf.com/reader/full/ade-bayu-santika-131311133036-post-test 2/4
disease. Apabila terdapat suara nafas abnormal maka pasien membutuhkan istirahat
diantara auskultasi pada area yang berbeda.
2. B2 (Blood)
Pada pasien dengan morbid obesity cenderung mengalami CAD (coronary artery disease),hipertensi sistemik, dan hiperlipidemia, dan yang dapat memicu terjadinya penyakit
jantung dan meningkatkan risiko arteriosklerosis, deep vein thrombosis (DVT), penyakit
pembuluh darah perifer.
Kelebihan cairan sekunder terjadinya gangguan aksi pompa pada jantung merupakan
masalah yang dapat dilihat. Cairan kembali ke paru, jantung dan sistem vena karena adanya
tahanan di jantung.
Pada pasien dengan morbid obesity maka lakukan pengkajian pada tanda-tanda vital,
khususnya tekanan darah dan nadi.
- Inspeksi : edema pitting atau non pitting, CRT pada jari tangan dan kaki.
- Auskultasi : suara jantung I, II, serta apakah adaya bunyi jantung tambahan.
3. B3 (Brain)
Terdapat nyeri tungkai dan punggung bawah. Ditemukan nyeri atau ketidaknyamanan
pada sendi tungkai dan tulang belakang yang menopang berat badan yang berlebih. Pasien
juga mengalami gangguan pada psikologis tentang konsep dirinya akibat dari obesitas yang
dimilikinya merusak astetika badan
4. B4 (Bladder)
Pada pasien morbid obesity terdapat pengalaman inkontinensia urine ataucomorbidid
renal disease. Inkontinensia yang terjadi berhubungan dengan beberapa faktor antara lain
kesulitan untuk duduk di pispot, dan kesulitan untuk berpindah ke pispot. Tekanan pada
di dalam kandung kemih dari pembesaran abdomen dan lipatan kulit pada area perineum
yang cenderung menghalangi proses berkemih. Sehingga, perlu dikaji karakteristik dari
urin pasien meliputi warna, kejernihan, bau, jumlah serta intake dan output yang
dikonsumsi.
5. B5 (Bowel)
8/19/2019 Ade Bayu Santika 131311133036 Post Test
http://slidepdf.com/reader/full/ade-bayu-santika-131311133036-post-test 3/4
Gallbladder disease dan GERD merupakan kondisi yang berhubungan dengan pasien
dengan morbid obesity. Inkontinensia fekal juga merupakan hal yang biasanya terjadi
karena adanya tekanan dari pembesaran abdomen di dalam usus kemudian menekan
spinkter, yang dapat menyebabkan kebocoran.
Pada pasien morbid obesity juga cenderung untuk berbaring pada punggungnya, yang
dapat menambah tekanan pada spinkter yang sudah lemah.
Asites atau cairan di dalam abdomen juga menjadi suatu permasalahan karena pada
beberapa pasien mengalami hipertensi portal karena tekanan di dalam pembuluh darah
abdomen.
- Inspeksi : karakteristik feses (warna, bau, konsistensi)
-
Auskultasi : bising usus
6. B6 (Bone)
Pada pasien dengan morbid obesity bahkan untuk berjalan jarak dekat memicu kesulitan
bernapas dan kelemahan. Kegiatan sederhana seperti berjalan di tikungan, mengangkat
sudah menjadi beban. Apabila otot tidak dipergunakan maka dapat menimbulkan atropi
dan kelemahan otot, tulang bisa menjadi rapuh dan pasien cenderung mengalami fraktur.
Pada pasien dengan morbid obesity perlu diperhatikan adanya lipatan kulit yang dapat
menjebak atau menangkap perspirasi. Sehingga, berisiko untuk terjadinya kulit pecah,
iritasi, dan berbau. Infeksi jamur juga dapat terjadi karena adanya iritasi dibawah lipatan
kulit. Pasien morbid obesity cenderung terjadi selulitis (infeksi bakteri pada dermis dan
jairngan subkutan) karena adanya penurunan sirkulasi dan kompromi dari sistem imun.
Daftar pustaka:
Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Mutaqqin, Arif & Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Auhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
8/19/2019 Ade Bayu Santika 131311133036 Post Test
http://slidepdf.com/reader/full/ade-bayu-santika-131311133036-post-test 4/4
Sudoyo,Aru.W dkk.2006. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Jilid III Edisi IV .Jakarta: Pusat
Penerbitan Depertemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI