Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Journal of Politics and Policy Volume 3, Number 1, December 2020
Accessibility Of People With Disabilities To Public Facilities In
Yogyakarta City
Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Terhadap Fasilitas Umum Di
Kota Yogyakarta
Aan Qur’anaa, Eko Priyo Purnomo
b
ab Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta, Indonesia
Abstract Persons with disabilities, those who have physical limitations so that they have difficulty
doing daily activities. Accessibility is very important for people with disabilities because it is to get the same with non-disabled people. The available facilities must also look at the
surrounding community, so that all communities can experience the facilities. That way the
existing facilities must be able to meet the needs of persons with disabilities in order to facilitate their access. That way this research aims to analyze the existing facilities in the
city of Yogyakarta is adequate or not. The facilities examined here are such as sidewalks,
public transportation in the form of Trans Jogja buses and also education in the city of
Yogyakarta. In addition, several concepts related to accessibility and public facilities for people with disabilities also use the right approach. Through a qualitative descriptive
analysis of accessibility and public facilities for persons with disabilities that are already
expected to be able to facilitate and is expected to be designed according to needs. Starting from the design of transportation, education as well as the place of recreation. Therefore,
these interests must pay attention to and consider designs that can be accessed by persons
with disabilities. Keywords: Accessibility, Public Facilities, People with Disabilities.
Abstrak Penyandang disabilitas, mereka yang memiliki keterbatasan fisik sehingga mereka kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari hari. Aksesibilitas sangat penting bagi para penyandang
disabilitas karena untuk memperoleh kesamaan dengan orang yang non disabilitas. Fasilitas
yang tersedia juga harus melihat masyarakat sekitar, supaya semua masyakarat dapat merasakan fasilitas tersebut. Dengan begitu fasilitas yang ada harus bisa memenuhi
kebuthan para penyandang disabilitas guna untuk mempermudah akses mereka. Dengan
begitu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fasilitas yang ada di kota Yogyakarta
2
sudah memadai apa belum. Fasilitas yang diteliti disini yaitu seperti trotoar, angkutan umum
berupa bus trans jogja dan juga pendidikan yang ada di kota Yogyakarta. Selain itu beberapa konsep yang terkait dengan aksesibilitas dan fasilitas umum bagi penyandang disabilitas
juga menggunakan pendekatan yang tepat. Melalui analisis deskriptif kualitatif terhadap
aksesibilitas dan fasilitas umum bagi penyandang disabilitas yang sudah ada diharapkan
mampu memudahkan dan sangat diharapkan untuk dirancang sesuai dengan kebutuhan. Mulai dari desain tansportasi, pendidikan maupun dengan tempat berekreasi. Oleh karena
itu, kepentingan kepentingan ini harus memperhatikan dan mempertimbangkan desain yang
bisa diakses oleh penyandang disabilitas. Kata Kunci: Aksesibilitas, Fasilitas Umum, Penyandang Disabilitas.
PENDAHULUAN
Membahas tentang penyandang disabilitas sepertinya sudah tidak asing lagi di
telinga kita. Penyandang disabilitas merupakan kondisi manusia dan memiliki
prevalansi yang tinggi (Syafi, 2012). Penyandang disabilitas ini termasuk golongan
yang rentan terhadap beberapa factor seperti, kemiskinan yang terdapat di setiap
Negara. Secara lebih luas dalam aspek keuangan non-moneter seperti, standar hidup
misalnya, kesehatan, pendidikan, dan kondisi kehidupan. Akan tetapi disini penyandang
disabilitas perempuan memiliki risiko yang paling besar dibandingkan dengan
disabilitas laki-laki pada umumnya. Dari aspek kemiskinan yang mereka alami
membuat peluang dalam pendidikan dan pengembangan keterampilan sangat terbatas.
Mereka (penyandang disabilitas) yang bekerja berpendapatan lebih kecil dibandingkan
dengan yang non-disabilitas didalam perekonomian informal dengan perlindungan
social yang minim atau tidak sama sekali. Sering sekali kita jumpai di beberapa tempat,
penyandang disabilitas sering dikucilkan dari pendidikan, pelatihan kejuruan dan
peluang kerja (Inklusi Penyandang Disabilitas di Indonesia, n.d.).
Penting untuk mengetahui perbedaan makna atau pengertian dari penyandang
cacat, difabel dan penyandang disabilitas. Tentu saja dari ketiganya banyak memiliki
perbedaan. pertama, penyandang cacat, seseorang yang memiliki atau mempunyai
kelainan fisik atau mental yang mengganggu kegiatan fisiknya dan merupakan suatu
rintangan atau hambatan untuk melakukan sesuatu secara selayaknya. Adapun beberapa
macam penyandang cacat, misalnya penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental
dan penyandang cacat fisik dan mental. Kedua, difabel sering kita maknai sama dengan
disabilitas ternyata leduanya berbeda. Disabilitas bisa saja mengakibatkan seseorang
tidak mampu menjalan suatu kegiatan yang ‘normal’, tetapi difabel ini masih mampu
melakukan kegiatannya tetapi dengan cara yang berbeda. Misalnya dengan berjalan,
mereka bisa berjalan dari tempat satu ketempat yang lainnya. Mereka yang tidak
3
mempunyai kaki bisa melakukan mobilitas dengan kursi roda. Ketiga, penyandang
disabilitas, seseorang yang mempunyai keterbatasan fisik, mental atau sensorik,
intelektual dalam jangka yang panjang dan untuk berinteraksi dengan lingkungan
mengalami kesulitan untuk ikut berpartisipasi secara penuh dan efektif. (Maftuhin,
2016).
Di Indonesia juga memiliki Undang Undang Nomor 8 tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas yang menggantikan Undang Undang Nomor 4 tahun 1997
tentang Penyandang Cacat yang dipandang belum berspektif hak asasi manusia, lebih
bersifat belas kasihan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas masih dinilai sebagai
masalah social yang kebijakan pemenuhan haknya baru bersifat jaminan social,
rehabilitas social, bantuan social, dan peningkatan kesejahteraan social. Penyandang
disabilitas ini seharusnya memiliki kesempatan yang sama dalam upaya
mengembangkan dirinya melalui kemandirian sebagai manusi yang bermartabat (Situasi
Disabilitas, n.d.). Fasilitas umum merupakan fasilitas yang tersedia untuk kepentingan
umum. Contoh dari fasilitas umum yaitu angkutan umum, jembatan, saluran air, under
pass, alat penerangan umum, halte, tempat pembuangan sampah fly over, jalan, jaringan
listrik, dan lain sebagainya. Berdasarkan pengertian fasilitas umum di atas, sudah jelas
bahwa fasilitas umum diperuntukkan untuk setiap warga Negara dan penduduk di
Indonesia (Mada, 2019)
Kehidupan seorang penyandang disabilitas tidaklah mudah dibandingkan dengan
kehidupan non disabilitas. Dimana semua sarana dan prasarana yang ada hamper di
seluruh indinesia diseain khusus untuk orang non disabilitas, maka sarana dan prasarana
bagi penyandang disabilitas sangat sulit. Penyandang disabilitas sering kali tidak
dianggap dan dipandang kasihan oleh masyarakat. Ketersediaan sarana dan prasarana
masih sangat terbatas untuk ramah disabilitas di Indonesia maupun di Yogyakarta
(Rahayu & Dewi, 2013). Setiap warga Negara Indonesia mempunyai hak yang sama
dan kedudukan yang sama di hadapan hokum. Penyandang disabilitas akan merasa
kesulitan dalam menyesuaikan diri di masyarakat, karena beberapa sikap masyarakat
maupun lingkungan yang memandang belas kasihan bahkan bisa jadi bahan celaan. Hak
hak bagi penyandang disabilitas antara lain aksesibilitas pendidikan, kesempatan kerja,
fisik, rehabilitasi (Yogyakarta, 2011). Penyandang disabilitas memerlukan perhatian
supaya mereka mampu melaksanakan beberapa tugas dan fungsinya. Penyandang
disabilitas ini akan merasa kesulitan dalam melakukan aktifitasnya jika di bandingkan
dengan orang non disabilitas (normal) yang secara fisik mereka mempunyai kelemahan
4
dalam menggerakan tubuhnya. Permasalahan yang sering dihadapi oleh penyandang
disabilitas adalah kurangnya informasi, kurangnya fasilitas umum yang memudahkan
mereka untuk melakukan aktifitasnya sehari hari (No Title, 2016) Sebagai masyarakat
Indonesia sudah seharusnya kita peduli dengan sesama kita.
Dalam data statistic di Indonesia pada tahun 2018 (Situasi Disabilitas, n.d.),
mengatakan bahwa, disabilitas anak (umur 5-17 tahun) mendapatkan 3,3% anak umjur
tahun 5-17 tahun yang mengalami disabilitas. Proporsi disabilitas meningkat pada usia
yang lebih tua dan paling besar proporsinya adalah laki laki dibandingakan dengan
perempuan, dan penduduk pedesaan lebih sedikit dibandingkan dengan perkotaan. Pada
proposi disabilitas dewasa (usia 18-59 tahun) ini sebesar 22,0%. Proporsi disabilitas
pada usia ini meningkat pada kelompok usia yang paling tinggi adalah perempuan
dibandingkan dengan laki laki, pendidikan dan orang yang tidak bekerja rendah,
sedangkan proporsi di perkotaan dan pedesaan hamper sama. Selanjutkan disabilitas
lanjut usia (usia ≥ 60 tahun), hasil riskesdas pada tahun 2018 mendapatkan 74,3% lanjut
usia dapat beraktifitas sehari hari secara mandiri, 22,0% mengalami hambatan ringan,
1,1% hambatan sedang, 1% hambatan berat, dan 1,6% mengalami ketergantungan total.
METODE
Dalam sistematika penulisan karya ilmiah baik itu proposal penelotian, skripsi
dan lain sebagainya, syaratnya harus dilengkapi dengan metode pendekatam yang
sebaiknya digunakan. Dengan begitu penelitian ini menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif tentang Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Terhadap
Fasilitas Umum Di Kota Yogyakarta, dengan melakukan berbagai kajian kajian pustaka
yang akan menghasilkan beberapa indicator. Metode deskriptif menurut (Iii &
Penelitian, 2017) adalah metode yang dilakukan untuk mengetahui variable mandiri,
yaitu baik dari segi satu variable maupun lebih tanpa membuat sebuah perbandingan itu
sendiri dan mencari hubungan dengam variable lain.
Ruang lingkup penelitian ini di Daerah Istimewa Yogyakarta. Disetiap daerah
yang dijuluki daerah istimewa selalu mempunyai ketimpangan seperti baik dari segi
social, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan llain sebagainya. Yogyakarta mempunyai
banyak fasilitas yang diperuntukkan untuk masyakarat kota Yogyakarta dan sekitarnya.
Definisi Operasional
a. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah kemudahan yang sudah disediakan untuk mewujudkan
5
kesamaan kesempatan dalam aspek kehidupan. Aksesibilitas ini bagian dari kehidupan
manusia, sehingga aksesibilitas sangat penting untuk penyandang disabilitas maupun
non disabilitas (Yogyakarta, 2011).
b. Fasilitas Umum
Fasilitas umum disediakan untuk kepentingan umum. Di Daerah Istimewa
Yogyakarta ini sudah menyediakan fasilitas umum baik untuk penyandang disabilitas
maupun non disabilitas.
c. Kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta sering disebut sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta. Banyak
julukan untuk Kota Yogyakarta seperti kota pelajar, budaya, pariwisata dan makanan
khas nya seperti gudeg. Banyak peninggalan peninggalan yang bersejarah di kota ini.
Menurut (Iii & Penelitian, 2017) populasi merupakan suatu daerah yang mempunyai
subyek atau obyek dan memiliki standar kualitas dan karakteristik tertentu.
Karakteristik ini di tetapkan oleh peneliti supaya mudah dipelajari dan ditarik
kesimpulan. Populasi di Kota Yogyakarta ini adalah adanya fasilitas umum yang
memudahkan masyarakat Kota Yogyakarta melakukan aktivitasnya teruta untuk
penyandang disabilitas.
Cara mendapatkan sampel dengan cara mendata dan memetakan secara khusus
dan spesifik yang sudah ditentukan atau melalui tujuan penelitian, dengan begitu akan
menjawab dalam sebuah permasalahan penelitian. Menurut (Iii & Penelitian, 2017),
sampel adalah beberapa poin yang di ambil dari populasi yaitu jumlah dan
karakteristiknya. Jika jumlah populasinya lebih besar makan seorang peneliti tidak akan
mempelajari semua yang ada pada populasi tersebut. Teknik pengumpulan data melalui
studi pustaka dengan judul relevan yang akan dilakukan oleh penulis. Adapun hasil dari
studi pustaka akan menghasilkan sebuah teori yang berhubungan dan dibutuhkan
dengan judul penelitian. Teknik yang dilakukan dengan rekaman, catata, dan lain
sebagainya guna untuk mengalisis dan menelaah data dalam penelitian yang dilakukan.
Dengan begitu model analisis ini menggunakan teknik analisis data berupa
pengumpulan data (data collection), penyajian data (data display), dan penarikan
kesimpulan (conclusion).
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Aksesibilitas Fasilitas Umum bagi Penyandang Disabilitas
Undang Undang No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat Pasal 1 ayat 4,
aksesibilitas merupakan kemudahan bagi penyandang disabilitas untuk meuwujudkan
suatu kesamaan kesempatan didalam semua aspek kehidupannya. Adapun beberapa
azas yang memberikan kemudahan bagi penyandang disabilitas seperti, Azas
kemudahan, kegunaan, keselamatan, dan kemandirian (Rahayu et al., 2013).
Kemudahan merupakan setiap orang dapat menjangkau atau menikmati semua tempat
yang bersifat umum didalam suatu lingkunagn atau wilayah. Kegunaan merupakan
setiap orang dapat mempergunakan segala bangunan maupun tempat yang bersifat
umum didalam suatu lingkungan atau wilayah. Keselamatan merupakan setiap tempat
atau bangunan yang di bangun harus memperhatikan keselamatan bagi setiap orang.
Kemandirian merupakan setiap orang mampu mempergunakan suatu bangunan tau
tempat tanpa meminta bantuan kepada orang lain (Anthropometri & Aksesibilitas,
2013).
Terkait dengan aksesibilitas fisik, adapun kebijakan Negara berupa Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum RI No. 30 tahun 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan
aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan. Lansia dan penyandang disabilitas
diberikan akses yang mudah dengan dibangun gedung, ruang terbuka dan penghijauan.
Aksesibilitas fisik lainnya dengan adanya transportasi sarana dan prasarana angkutan,
yang dimaksud dengan sarana angkutan seperti transportasi udara (pesawat udara), darat
(kendaraan bermotor, kereta api), dan laut (kapal laut). Sedangkan prasarana angkutan
adalah prasarana yang menaik turunkan barang atau orang di tempat tempat tertentu
misalnya di terminal, pelabuhan, stasiun, dan Bandar udara (Syafi, 2012).
Sedangkan aksesibilitas non fisik, aksesibilitas ini adalah sebuah informasi,
komunikasi dan teknologi yang mudah di pahami oleh para penyandang disabilitas.
Bagaimana caranya supaya para penyandang disabilitas ini mampu memahami dan
merespon dengan baik yang mereka butuhkan. Pertama, jika kita ingin
menyebarluaskan informasi, yang harus kita pikirkan informasi yang kita buat harus
sampai dan mudah dipahami oleh penyandang disabilitas tunarungu, dan tunanetra.
Kedua, membuat informasi yang aksesibel, sangat penting untuk memadukan media
informasi dengan format format tertentu. Ketiga, memberikan suatu layanan yang
tujuan nya supaya para penyandang disabilitas mengerti akan informasi tersebut seperti
“communication support”(Syafi, 2012).
7
Fasilitas umum yang ada di Kota Yogyakarta ini, sudah banyak sekali fasilitas
yang disediakan. Fasilitas umum diberikan untuk kepentingan umum dan di nikmati
secara bersama khususnya pada masyakarakat Kota Yogyakarta. Fasilitas umum ini
terdiri dari, jalan raya, lampu jalan, halte, toilet umum, jembatan, angkutan umum, dan
lain sebagainya. Fasilitas umum ini disediakan oleh pemerintah kota Yogyakarta guna
untuk memudahkan akses bagi masyarakat penyandang disabilitas dan non disabilittas.
Penyelenggara fasilitas umum di Yogyakarta ini juga harus memperhatikan
tersedianya sarana dan prasarana umum yang sangat diperlukan dan memberikan akses
khusus kemudahan selain untuk penyandang disabilitas, yaitu untuk ibu/wanita hamil,
balita, dan lanjut usia (Nuraviva, 2008).
Pembahasan ini akan membahas tentang aksesibilitas bagi penyandang
disabilitas yang ada di Kota Yogyakarta. Kualitas pelayanan merupakan pemenuhan
kebutuhan masyarakat serta untuk memenuhi kebutuhan dan harapan terhadap
pelayanan pemerintah (Karniawati & Apriati, 2017). Kualitas yang di sediakan oleh
pemerintah Kota Yogyakarta dinilai masih belum baik, kuliatas yang belum baik disini
maksudnya masih kurang dalam menyediakan aksesibilitas trotoar jalan bagi
penyandang disabilitas. Seperti yang sudah kita lihat di sekitar kawasan malioboro
trotoar untuk pengguna jalan bebas dari para pedangang kaki lima. Tidak hanya di
kawasan malioboro saja, hamper diseluruh sudut kota Yogyakarta sudah tertata rapi dan
ada berbagai tempat duduk untuk sekedar beristirahat. Akan tetapi ada beberapa trotoar
yang masih kurang memadai untung pengguna kursi roda.
Gambar 1
Sumber: liputan6.com
8
Gambar 2
Sumber: wordpress.com
Bisa kita lihat dari gambar di atas, gambar pertama, tidak hanya bagi
penyandang disabilitas yang bisa menikmati nyamannya trotoar di kota Yogyakarta
tetapi masyakarat para non disabilitas ikut menikmatinya. Pada gambar pertama juga
menunjukkan masyarakat non disabilitas melakukan aktifitas nya di sepanjang jalan
malioboro. Gambar yang kedua, ada penyandang disabilitas yang kurang nyaman
dengan adanya tiang yang mengganggu di jalan untuk pengguna kursi roda. Selebihnya
sudah cukup baik dengan tertata nya trotoar hanya untuk pengguna pejalan kaki.
Dengan begitu pemerintah kota yogyakartab lebih memerhatikan lagi akses jalan untuk
penyandang disabilitas pengguna kursi roda. Trotoar yang ada di kota Yogyakarta
sekrang ini sudah sangat rapi dan khususnya di desain juga untuk para penyandang
disabilitas suapaya lebih mudah melakukan aktivitas berjalan kaki.
B. Fasilitas Umum Angkutan Umum Bus Trans Jogja
Trans Jogja merupakan salah satu fasilitas umum yang disediakan oleh
pemerintah untuk masyarakat kota Yogyakarta ini. Transportasi sistemnya cepat, murah
dan sudah ber-AC, dan bus ini sudah mulai beroperasi sejak awal bulan Maret tahun
2008. Pengelola bus Trans Jogja ini PT Tugu Trans menyediakan fasilita khusus untuk
penyandang disabilitas yang berpa halte yang sudah dilengkapi dengan tangga landau.
Halte ini didesain khusus untuk penyandang disabilitas khususnya untuk disabilitas
terutama yang menggunakan kursi roda. Pada halte tersebut, pintu masuk yang
9
disediakan sudah cukup untuk masuk bagi penyandang disabilitas pengguna kursi roda.
Pintu masuk yang tidak sempit dan tidak begitu luas (Rahayu et al., 2013).
Gambar 3.
Gambar 4. Ramp yang tidak begitu curam tetapi masih memerlukan bantuan orang lain.
Ruangan di dalam bus Transjogja dan di dalam ruang tunggu halte juga sudah
menyediakan tempat khusus penyandang disabilitas bagi pengguna kursi roda. Didalam
ruang tunggu di halte didesain dengan membuat ruang yang minimal dengan ukuran
155 cm dan ruangan itu dikurangi dengan kursi tunggu penumpang. Sedangkan kursi
10
roda berukuran 150 cm, sehingga menyulitkan untuk bergerak bagi penyandang
disabilitas pengguna kursi roda (Aksesibilitas & Kurniawan, n.d.). Akan tetapi tidak
semua halte bus yang tempatnya kurang luas hanya ada beberapa titik yang tempatnya
masih sempit.
Gambar 5. Didalam Bus Trans Jogja.
Gambar 6. Di dalam Ruang Tunggu Halte.
Untuk jarak transfer antar bus dengan halte sendiri sekitar 30-40 cm, dan jarak
yang terlalu besar ini sangat membahayakan para penumpang non disabilitas dan
khususnya penyandang disabilitas (Aksesibilitas & Kurniawan, n.d.).
11
Gambar 7. Transfer Penumpang dari Halte ke Bus.
Sampai saat ini angkutan umum Trans Jogja yang ada di Kota Yogyakarta sudah
mulai ramah disabilitas. Fasilitas yang disediakan oleh bus trans jogja ini sudah
memberikan kemudahn bagi penyandang disabilitas. Bus trans jogja ini hanya terbatas
dan melayani rute terbastas pula seperti menjangkau di wilayah kota Yogyakarta dan
perbatasan dengan kabupaten Bantul dan Sleman, termausk Bandara Adi Sucipto
(Aksesibilitas & Kurniawan, n.d.). Transportasi keberlanjutan ini kota Yogyakarta juga
sudah memperhatikan penyandang disabilitas. Menurut (Nugraha et al., 2020)
mengatakan bahwa penyandang disabilitas masih kesusahan dalam landasan (ramp)
untuk memasuki bus, yang masih menggunakan pintu yang tinggi atau high floor.
Selain itu juga terdapat pada drop point yang di sediakan oleh Dinas Perhubungan yang
semuanya tidak bisa di akses oleh para penyandang disabilitas karena tidak disediakan
untuk disabilitas.
C. Fasilitas Pendidikan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas
Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang tidak memandang kondisi anak
untuk belajar bersama, kondisi tersebut seperti kondisi mentel intelektual, social, fisik,
maupun kondisi yang lainnya. Penyandang disabilitas dan anak yang berkebutuhan
khusus lainnya membutuhkan pendidikan karena mereka juga memiliki bakat dan
kelebihan yang istimewa (Inklusif & Disabilitas, 2014). Pendidikan inklusi ini memiliki
2 (dua) model yaitu yang pertama, inklusi penuh (full inclusion), siswa atau peserta
didik yang berkebutuhan khusus mendapatkan proses belajar individual dalam kelas
12
regular. Kedua, inklusi parsial (partial inclusion),siswa atau peserta didik mendapatkan
proses belajar dikelas regular dan ada yang di dalam kelas full out dengan didampingi
oleh guru khusus (Soleh, 2014).
Beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta juga sudah memfasilitasi pendidikan
khusus penyandang disabilitas. Adanya fasilitas khusus yaitu Pusat Studi Layanan
Difabel (PSLD), dengan adanya akses membaca ini sangat memudahkan bagi
penyandang disabilitas untuk mencari kebutuhan dan kepentingan mereka. Buku buku
ini juga sebagian di desain khusus untuk penyandang disabilitas walaupun belum
sepenuhnya optimal (Soleh, 2014). Peraturan Walikota Yogyakarta No : 47 /2008
tentang Penyelenggaraan pendidikan Inklusi di kota Yogyakarta, peraturan ini di
lakukan secara intensif. Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta memberikan kemudahan
kepada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) supaya bisa bersekolah di tempat normal
bersama anak yang lainnya. Dinas Pendidikan ini juga mewajibkan setiap sekolah untuk
menerima siswa berkebutuhan khusus yang mempunyai kemampuan untuk melayani
anak usia wajib sekolah tersebut. Dengan adanya sekolah inklusi ini bisa menjadikan
masyarakat lebih terbuka, mendapatkan keadalian tanpa diskriminasi, lebih menghargai
dan merangkul perbedaan antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal
(Yogyakarta, 2011).
KESIMPULAN
Aksesibilitas merupakan hal yang sangat penting bagi penyandang disabilitas,
karena mendapatkan kemudahan untuk menjalankan sebuah aktivifitas mereka.
Aksesibilitas juga dibagi menjadi 2 yaitu aksesibilitas fisik dan non fisik. Aksesibilitas
fisik yaitu lansia dan penyandang disabilitas diberikan akses yang mudah dengan
dibangun gedung, ruang terbuka dan penghijauan sedangkan aksesibilitas non fisik
adalah sebuah informasi, komunikasi dan teknologi yang mudah di pahami oleh para
penyandang disabilitas. Fasilitas umum merupakan fasilitas yang sudah disediakan oleh
pemerintah kota Yogyakarta untuk kepentingan umum. Kepentingan umum disini
tertuju kepada masyakarat kota Yogyakarta khususnya untuk para penyandang
disabilitas. Dengan adanya fasilitas fasilitas yang sudah disediakan sangat bermanfaat
bagi para penyandang disabilitas untuk melakukan apapun. terlebih pada angkutan
umum bus trans jogja dan juga fasilitas pendidikan yang sudah disediakan. Dengan
begitu mereka juga bisa menikmati dan merasakan yang bisa dinikmati oleh masyarakat
non formal. Walaupun penyandang disabilitas selalu di pandang sebelah mata bahkan
13
tidak dianggap keberadaannya mereka memiliki potensi yang sangat luar biasa,
dikaruniai kelebihan oleh Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Aksesibilitas, T. R., & Kurniawan, H. (n.d.). HALTE TRANS JOGJA. 1–18.
Anthropometri, P., & Aksesibilitas, D. A. N. (2013). REDESAIN SHELTER BUS
TRANS JOGJA DENGAN. 36, 126–140.
Iii, B. A. B., & Penelitian, M. (2017). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
metode kuantitatif dengan pendekatan penelitian deskriptif dan analisis
asosiatif, karena adanya variabel- variabel yang akan ditelaah hubungannya
serta tujuannya untuk menyajikan gambaran mengenai hubungan antara
variabel-variabel yang diteliti. 47–71.
Inklusi Penyandang Disabilitas di Indonesia. (n.d.). 1–4.
Inklusif, P., & Disabilitas, P. (2014). Volume Nomor September 2014. September, 221–
229.
Karniawati, N., & Apriati, W. (2017). Aspek Transparansi Dalam Kualitas Pelayanan
Pada Penyediaan Aksesibilitas Trotoar Jalan Bagi Penyandang Disabilitas
Tunanetra Di Kota Bandung. Journal of Indonesian Public Administration and
Governance Studies (JIPAGS), 1, 1–17.
Mada, U. G. (2019). Pelayanan umum kereta api di y o g y a k a r t a b a g i d if a b e l.
6(1), 47–70. https://doi.org/10.14421/ijds.060103
Maftuhin, A. (2016). MENGIKAT MAKNA DISKRIMINASI : Penyandang Cacat ,
Difabel , dan. 3(2), 139–162. https://doi.org/10.14421/ijds.030201
No Title. (2016). V(3), 105–112.
Nugraha, A. A., Purnomo, E. P., Kasiwi, A. N., Of, D., & Affairs, G. (2020). Kesiapan
kota yogyakarta dalam pembangunan transportasi yang berkelanjutan. 7.
Nuraviva, L. (2008). Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Terhadap Fasilitas Publik Di
Kota Surakarta. Journal of Medical Internet Research, 10(3), e22.
Rahayu, S., & Dewi, U. (2013). Pelayanan Publik Bagi Pemenuhan Hak-Hak Disabilitas
Di Kota Yogyakarta. Natapraja, 1(1). https://doi.org/10.21831/jnp.v1i1.3194
Rahayu, S., Dewi, U., & Ahdiyana, M. (2013). Pelayanan Publik Bidang Transportasi
bagi Difabel di Daerah Istimewa Yogyakarta. 10(2), 108–119.
Situasi Disabilitas. (n.d.).
Soleh, A. (2014). Kebijakan Perguruan Tinggi Negeri Yogyakarta Terhadap
14
Penyandang Disabilitas. IIII. https://doi.org/10.14421/jpi.2014.31.1-30
Syafi, M. (2012). BAGI PENYANDANG DISABILITAS. 269–308.
Yogyakarta, D. I. (2011). No Title. 16(20150610054).