32
1 ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness of Local Government (Empirical Study on Provincial Government in Indonesia) By: Arif Kurniawan Wahono Advisor Lecturer: Dr. Lilik Purwanti, M.Si.,Ak.,CSRS.,CA This study aimed to test factors that influence internal control weakness of local government. Independent variables were economic growth was measured by gross domestic product regional, government size was measured by total assets, revenues of local government (PAD), complexity was measured by total population. Dependent variable was Internal control weakness was measured by the number of BPK RI’s finding about Internal Control Systems. This study used secondary data from BPK RI report and BPS report. This study’s object was 33 provincial government in Indonesia with period 2012-2013, so number of samples were 66. Hypothesis tests used multiple regression analysist. F test showed economic growth, government size, PAD and complecity had simultaneous significant effect on the internal control weakness. T-test showed government size had partial significant effect on the internal control weakness. Economic growth, PAD and complexity didn’t have significant partial effect on internal control weakness. Keywords: Internal Control Weakness, Economic’s Growth, Government’s Size, PAD and Complexity

ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

1

ABSTRACT

Factors that Influence Internal Control Weakness of Local Government

(Empirical Study on Provincial Government in Indonesia)

By:

Arif Kurniawan Wahono

Advisor Lecturer:

Dr. Lilik Purwanti, M.Si.,Ak.,CSRS.,CA

This study aimed to test factors that influence internal control weakness of localgovernment. Independent variables were economic growth was measured by grossdomestic product regional, government size was measured by total assets,revenues of local government (PAD), complexity was measured by totalpopulation. Dependent variable was Internal control weakness was measured bythe number of BPK RI’s finding about Internal Control Systems. This study usedsecondary data from BPK RI report and BPS report. This study’s object was 33provincial government in Indonesia with period 2012-2013, so number of sampleswere 66. Hypothesis tests used multiple regression analysist. F test showedeconomic growth, government size, PAD and complecity had simultaneoussignificant effect on the internal control weakness. T-test showed government sizehad partial significant effect on the internal control weakness. Economic growth,PAD and complexity didn’t have significant partial effect on internal controlweakness.

Keywords: Internal Control Weakness, Economic’s Growth, Government’s Size,PAD and Complexity

Page 2: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

2

PENDAHULUAN

Sejak Indonesia memberlakukan otonomi daerah dengan dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah kemudian

menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka setiap daerah diberikan

kewenangan untuk mengatur urusan pemerintahannya sendiri, termasuk

didalamnya mengenai keuangan daerah. Adanya otonomi daerah Indonesia

menjadikan perlunya pengawasan atau pengendalian dalam menjalankan otonomi

daerah agar tidak terjadi kecurangan (fraud). Fraud yang terjadi dalam sebuah

organisasi baik organisasi sektor publik maupun sektor swasta biasanya

disebabkan oleh lemahnya pengendalian intern.

Menurut hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

(BPK RI) dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2014

menyebutkan bahwa di dalam 456 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

Tahun 2013 menunjukkan terdapat 5.103 kasus kelemahan SPI. Rincian

kelemahan SPI tersebut meliputi: kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan

pelaporan sebanyak 1.829 kasus, kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan

anggaran pendapatan dan belanja sebanyak 2.174 kasus, dan kelemahan struktur

pengendalian intern sebanyak 1.100 kasus.

Grafik 1.1. Persentase Kelemahan SPI pada Pemeriksaan LKPD Tahun 2013

Sumber: IHPS Semester I Tahun 2014

Page 3: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

3

Kelemahan pada proses pengendalian internal menyebabkan tidak tercapainya

efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan keuangan negara.

Kelemahan ini juga dapat memberikan peluang dan kesempatan pada aparat

pemerintah daerah yang tidak bertanggung jawab. Oleh sebab itu diperlukan

tindak lanjut untuk memperbaiki kelemahan dari sistem pengendalian internal

melalui audit yang dilaksanakan oleh BPK.

Menurut Larassati, dkk (2013), pemerintah provinsi sebagai wilayah

administrasi yang membawahi pemerintah kabupaten dan kota, memiliki

kewenangan untuk berkooordinasi dan melakukan pengawasan serta pengendalian

terhadap pemerintah kabupaten dan kota. Pemerintah provinsi memegang peranan

dalam implementasi pengendalian internal di kabupaten dan kota. Dengan kata

lain, pengendalian internal pada provinsi akan mempengaruhi pengendalian

internal pada kabupaten dan kota.

Martani dan Zaelani (2011) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh

ukuran, pertumbuhan dan kompleksitas terhadap pengendalian intern Pemerintah

Daerah. Martani dan Zaelani (2011) melakukan penelitian terhadap 229

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se Indonesia pada tahun 2008. Hasil

penelitiannya menyebutkan bahwa ukuran pemerintah daerah yang diukur dengan

total aset berpengaruh negatif terhadap kelemahan sistem pengendalian intern.

Pemerintah daerah yang memiliki ukuran yang lebih besar akan memiliki

pengendalian intern yang lebih baik dibandingkan pemerintah daerah yang

memiliki ukuran kecil. Pertumbuhan pemerintah daerah secara signifikan

berpengaruh positif terhadap kelemahan sistem pengendalian intern. Pemerintah

daerah yang memiliki pertumbuhan tinggi akan memiliki kelemahan pengendalian

Page 4: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

4

intern yang lebih banyak. Kompleksitas pemerintah daerah yang diwakili oleh

PAD secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelemahan sistem

pengendalian intern. Pemerintah daerah yang memiliki PAD tinggi akan memiliki

kelemahan pengendalian intern yang lebih banyak. Sedangkan jumlah kecamatan

dan jumlah penduduk tidak menjadikan pemerintah daerah lebih kompleks dalam

implementasi sistem pengendalian intern. Sebaliknya jumlah penduduk yang

banyak akan membuat pengendalian intern pemerintah daerah meningkat karena

meningkatnya tuntutan pengungkapan laporan keuangan oleh masyarakat.

Larassati, dkk (2013) juga melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh

ukuran, pertumbuhan dan kompleksitas Pemerintah Daerah terhadap kelemahan

pengendalian internal Pemerintah Daerah Provinsi. Larassati, dkk (2013)

melakukan penelitian terhadap 26 Pemerintah Provinsi seluruh Indonesia selama

periode 2009-2010. Hasil pengujiannya menyebutkan bahwa ukuran pemerintah

daerah yang diukur dari Total Aset berpengaruh positif terhadap kelemahan

pengendalian intern. Pertumbuhan ekonomi pemerintah daerah tidak berpengaruh

signifikan terhadap kelemahan pengendalian internal. Kompleksitas pemerintah

daerah yang diukur dengan jumlah penduduk dan PAD menunjukkan bahwa

variabel jumlah penduduk berperngaruh positif terhadap kelemahan pengendalian

intern, sedangkan variabel PAD berpengaruh negatif terhadap kelemahan

pengendalian intern.

Hartono, dkk (2014) juga melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah. Hartono, dkk

(2014), melakukan penelitian terhadap pemerintah Provinsi se-Indonesia yang

terdiri dari 33 Provinsi Tahun 2011. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa

Page 5: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

5

pertumbuhan dan ukuran pemerintah daerah yang diukur dari jumlah penduduk

memiliki pengaruh negatif terhadap kelemahan pengendalian intern. Variabel

PAD tidak memiliki pengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern,

sedangkan kompleksitas berpengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian

intern.

Beberapa peneliti terdahulu telah meneliti mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kelemahan pengendalian intern. atas dasar tidak konsistennya hasil

temuan beberapa peneliti sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian kembali mengenai Faktor-Faktor yang mempengaruhi kelemahan

pengendalian intern Pemerintah Daerah.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Hartono, dkk (2014), yang meneliti mengenai “Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah”. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel yang digunakan,

dimana pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah pertumbuhan

pemerintah daerah, ukuran pemerintah daerah, PAD dan kompleksitas. Adapun

perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Tahun pengamatan. Pada penelitian sebelumnya periode penelitian hanya

Tahun 2011 saja, sedangkan pada penelitian ini periode penelitiannya adalah

tahun 2012-2013. Hal ini dikarenakan adanya Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan

Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka

Menengah Tahun 2012-2014. Visi jangka menengah (2012-2014) adalah

“Terwujudnya tata pemerintahan yang bersih dari korupsi dengan didukung

Page 6: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

6

kapasitas pencegahan dan penindakan serta nilai budaya yang berintegritas.”

Untuk mewujudkan visi jangka menengah di atas maka dilakukan upaya

dengan membangun dan memantapkan sistem, mekanisme, kapasitas

pencegahan dan penindakan korupsi yang terpadu secara nasional. Oleh sebab

itu, peneliti tertarik melakukan penelitian pada tahun 2012-2013 untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian internal

pemerintah daerah. Hal ini berguna agar dapat menjadi rujukan dalam

mewujudkan visi jangka menengah di atas. Adapun untuk tahun 2014, peneliti

tidak dapat melakukan penelitian karena masih dilakukan pemeriksaan atas

laporan keuangan pemerintah daerah oleh BPK RI.

2. Terdapat ukuran variabel independen yang berbeda, yaitu:

a. Penelitian sebelumnya mengukur variabel ukuran pemerintah daerah

dengan jumlah penduduk, sedangkan penelitian ini, mengukur variabel

ukuran pemerintah daerah dengan Total Aset yang dimiliki oleh

pemerintah daerah. Menurut Putro (2013), Aset dapat mencerminkan nilai

atau ukuran perusahaan dikarenakan dengan memiliki aset, sebuah

perusahaan akan mampu menjalankan aktivitas usahanya, sehingga

semakin besar nilai aset suatu perusahaan maka aktivitas usahanya dapat

dikatakan akan semakin besar. Total Aset juga digunakan dalam penelitian

Martani dan Zaelani (2011) dan Larassati, dkk (2013) untuk mengukur

variabel ukuran pemerintah daerah.

b. Penelitian sebelumnya juga mengukur variabel kompleksitas dengan

jumlah Kecamatan, sedangkan dalam penelitian ini kompleksitas diukur

dengan jumlah penduduk yang ada di suatu daerah. Menurut Martani dan

Page 7: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

7

Zaelani (2011), semakin banyak jumlah penduduk di suatu pemerintah

daerah maka semakin banyak dan beragam kebutuhan yang harus

dipenuhi. Dengan demikian akan semakin banyak pekerjaan yang harus

dilakukan oleh pemerintah daerah dalam melaksanakan fungsi pelayanan

umum. Hal ini akan menambah kompleksitas yang ada di pemerintah

daerah sehingga diduga akan meningkatkan jumlah kelemahan

pengendalian intern. Jumlah penduduk juga digunakan dalam penelitian

Martani dan Zaelani (2011) dan Larassati, dkk (2013) dalam mengukur

kompleksitas.

Rumusan Masalah

1. Apakah Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian

intern?

2. Apakah Ukuran Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kelemahan

pengendalian intern?

3. Apakah PAD berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern?

4. Apakah kompleksitas berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern?

Tujuan Penelitian

1. Untuk membuktikan pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap kelemahan

pengendalian intern.

2. Untuk membuktikan pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah terhadap kelemahan

pengendalian intern.

3. Untuk membuktikan pengaruh PAD terhadap kelemahan pengendalian intern.

4. Untuk membuktikan pengaruh kompleksitas terhadap kelemahan pengendalian

intern.

Page 8: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

8

KAJIAN TEORITIS DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Kajian Teoritis

Teori Keagenan (Agency Theory)

Menurut Halim dan Abdullah (2009), Teori keagenan menganalisis susunan

kontraktual di antara dua atau lebih individu, kelompok, atau organisasi. Salah

satu pihak (principal) membuat suatu kontrak, baik secara implisit maupun

eksplisit, dengan pihak lain (agent) dengan harapan bahwa agen akan

bertindak/melakukan pekerjaan seperti yang dinginkan oleh prinsipal (dalam hal

ini terjadi pendelegasian wewenang).

Berdasarkan teori keagenan, pengelolaan pemerintah daerah harus diawasi

untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan

berdasarkan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Dengan meningkatnya

akuntabilitas pemerintah daerah, informasi yang diterima masyarakat terhadap

pemerintah daerah menjadi lebih berimbang yang itu artinya assymetry

informations yang terjadi dapat berkurang sehingga kemungkinan untuk

melakukan korupsi menjadi lebih kecil dikarenakan semakin berkurangnya

assymetry informations.

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

Menurut PP No 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP), Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada

tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan

seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan

organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan

Page 9: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

9

keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan.

SPIP adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara

menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Tujuan SPIP

adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas

dan efisiensi dalam pencapaian tujuan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan,

keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan. Setiap menteri/pimpinan lembaga, gubernur,

bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan

pemerintahan dengan berpedoman pada SPIP sebagaimana disebutkan dalam

pasal 2 ayat 1, dan sekaligus bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan

sistem pengendalian intern di lingkungan masing-masing.

Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah daerah

Sistem pengendalian pemerintah daerah didesain untuk dapat mengenali

apakah pengendalian internal telah memadai dan mampu mendeteksi adanya

kelemahan. IHPS BPK RI menjelaskan bahwa kelemahan tersebut mengakibatkan

permasalahan dalam aktivitas pengendalian yang menimbulkan kasus-kasus

kelemahan SPI sebagai berikut:

1. Kelemahan Sistem Pengendalian Akuntansi dan Pelaporan

a. Pencatatan tidak atau belum dilakukan atau tidak akurat

b. Proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan

c. Entitas terlambat menyampaikan laporan

d. Sistem informasi akuntansi dan pelaporan tidak memadai

Page 10: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

10

e. Sistem informasi akuntasi dan pelaporan belum didukung sumber daya

manusia yang memadai

2. Kelemahan Sistem Pengendalian Pelaksanaan APBD

a. Perencanaan kegiatan tidak memadai

b. Mekanisme pemungutan, penyetoran dan pelaporan serta penggunaan

penerimaan daerah dan hibah tidak sesuai dengan ketentuan

c. Penyimpangan terhadap peraturan bidang teknis tertentu atau ketentuan

intern organisasi yang diperiksa tentang pendapatan dan belanja

d. Pelaksanaan belanja diluar mekanisme APBN/APBD

e. Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan

berakibat hilangnya potensi penerimaan/pendapatan

f. Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan

berakibat peningkatan biaya/belanja

3. Kelemahan Struktur Pengendalian Intern

a. Entitas tidak memiliki Standar Operating Procedur (SOP) yang formal

untuk suatu prosedur atau keseluruhan prosedur.

b. SOP yang ada pada entitas tidak berjalan secara optimal atau tidak

ditaati.

c. Satuan pengawas intern yang ada tidak memadai atau tidak berjalan

optimal

d. Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi yang memadai

Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Daerah

Menurut Sukirno (1996:56), pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai

kenaikan dalam GDP, tanpa memandang apakah kenaikan tersebut cukup besar

Page 11: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

11

atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakahperubahan dalam

struktur ekonomi berlaku atau tidak. Guna melihat laju pertumbuhan suatu negara

dan perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat, pertambahan pendapatan

penting diperhatikan.

Produk Domestik Regional Bruto

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), PDRB merupakan salah satu indikator

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode

tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB

pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit

usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa

akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah.

Menurut BPS, PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah

barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang

PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa

tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu

sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui

kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu

daerah. PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara

riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh

faktor harga.

Ukuran Pemerintah Daerah

Ukuran pemerintah daerah dapat diukur dari total asetnya. Menurut Putro

(2013), Aset dapat mencerminkan nilai atau ukuran perusahaan dikarenakan

dengan memiliki aset, sebuah perusahaan akan mampu menjalankan aktivitas

Page 12: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

12

usahanya, sehingga semakin besar nilai aset suatu perusahaan maka aktivitas

usahanya dapat dikatakan akan semakin besar,

Total Aset

Menurut PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, yang

dimaksud dengan aset adalah:

“Sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki olehpemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari manamanfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapatdiperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapatdiukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yangdiperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalahpotensi aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsungmaupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah,berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagipemerintah.”

Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-Undang No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang dimaksud dengan PAD adalah:

“Pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasilretribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,dan lain-lain PAD yang sah, yang bertujuan untuk memberikankeleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalampelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.”

Kompleksitas Pemerintah Daerah

Menurut Restu dan Indriantoro (2000) dalam Puspitasari (2013),

kompleksitas didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas atau

pekerjaan. Persepsi ini menimbulkan kemungkinan bahwa suatu tugas/pekerjaan

sulit bagi seseorang, namun mungkin juga mudah bagi orang lain. Kompleksitas

muncul dari ambiguitas dan struktur yang lemah, baik dalam tugas utama maupun

tugas lain. Peningkatan kompleksitas dalam suatu tugas atau sistem, akan

Page 13: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

13

menurunkan tingkat keberhasilan tugas. Kompleksitas pemerintah daerah dapat

dilihat dari beberapa aspek. Penelitian ini menggunakan jumlah penduduk untuk

mengukur kompleksitas.

Jumlah Penduduk

UU Nomor 24 Tahun 2013 tentang perubahan atas UU Nomor 23 Tahun

2006 tentang administrasi kependudukan pasal 1 menyebutkan bahwa penduduk

adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di

Indonesia. Menurut BPS, penduduk adalah semua orang yang berdomisili di

wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka

yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.

Rumusan Hipotesis

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kelemahan Pengendalian Internal

Menurut Petrovits, Shakespeare dan Shih (2010), Pertumbuhan yang cepat

dari sebuah organisasi menyebabkan banyak terjadi perubahan. Berbagai

perubahan tersebut menuntut penyesuaian dari pengendalian intern yang dimiliki.

Hal tersebut tentu membutuhkan waktu untuk mengimplementasikan prosedur

yang baru sehingga memungkinkan terjadinya masalah-masalah pengendalian

intern dalam organisasi.

Mendasarkan pada konsep dari teori keagenan, pemerintah daerah berusaha

untuk menyesuaikan pengendalian intern akibat dari pertumbuhan ekonomi yang

tinggi. Di lain pihak, BPK RI beranggapan pemerintah daerah memanfaatkan

waktu penyesuaian pengendalian intern untuk melakukan beberapa kecurangan

yang dapat menimbulkan masalah pengendalian intern dalam organisasi. Kondisi

di atas menyebabkan assymetry informations antara pemerintah daerah selaku

Page 14: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

14

agen yang mempunyai akses langsung terhadap informasi dengan pihak principal

(BPK RI).

Berdasarkan landasan teoritis di atas, maka hipotesis pertama dirumuskan

sebagai berikut:

H1: Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian

intern

Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah terhadap Kelemahan Pengendalian

Intern

Banyaknya aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah membuat kesadaran

pemerintah meningkat terkait pengawasan terhadap aset. Pemerintah akan

berusaha mengerahkan sumber daya yang dimilikinya untuk mengawasi aset

daerahnya, sehingga menurunkan tingkat kecurangan yang terjadi. Hal ini

dilakukan guna menghindari penyalahgunaan penggunaan aset yang tidak sesuai

dengan prosedur. Dibutuhkan sebuah pengawasan internal yang baik terhadap aset

agar aset yang dimiliki oleh pemda terjaga dengan baik (Putro, 2013).

Mendasarkan pada konsep dari teori keagenan, pemerintah daerah sadar

bahwa jumlah aset yang besar rawan terjadi kecurangan. Pemerintah daerah akan

meningkatkan sistem pengendalian intern guna mengatasi hal tersebut. Di lain

pihak, BPK RI selaku principal menganggap pemerintah daerah tidak dapat

dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya meminimalisir kecurangan

terhadap aset. Kondisi di atas menyebabkan assymetry informations antara

pemerintah daerah selaku agen yang mempunyai akses langsung terhadap

informasi dengan pihak principal (BPK RI).

Page 15: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

15

Berdasarkan landasan teoritis di atas, maka hipotesis kedua dirumuskan

sebagai berikut:

H2: Ukuran Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kelemahan

Pengendalian Internal.

Pengaruh PAD terhadap Kelemahan Pengendalian Intern

Menurut Putro (2013), Setiap organisasi yang memiliki jumlah pendapatan

yang tinggi akan meningkatkan resiko kecurangan yang terjadi terhadap

pendapatan yang diterimanya. Resiko tersebut seperti pencurian, penyalahgunaan,

korupsi, dan lain sebagainya. PAD memiliki banyak pos-pos penerimaan sehingga

mengakibatkan resiko kecurangan tersebut rawan terjadi. Dibutuhkan suatu sistem

pengendalian intern baik dari internal organisasi maupun eksternal organisasi

untuk mengawasi setiap pos penerimaan yangada guna meminimalisir kecurangan

yang terjadi.

Pemerintah daerah yang memiliki jumlah pendapatan yang tinggi dan

banyaknya pos penerimaan daerah akan sulit melakukan pengawasan terhadap

pendapatan yang diterimanya. Hal ini akan memunculkan banyak kecurangan

yang terjadi. Pengawasan baik dari sisi internal maupun eksternal organisasi harus

mampu menciptakan sebuah sistem atau prosedur yang mampu meminimalisir

tindak kecurangan (Putro, 2013).

Mendasarkan pada konsep dari teori keagenan, pemerintah daerah akan

meningkatkan sistem pengendalian intern guna meminimalisir terjadinya

kecurangan terhadap pos pendapatan. Di lain pihak, BPK RI selaku principal

menganggap pemerintah daerah tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan

sebaik-baiknya meminimalisir kecurangan terhadap pendapatan. Kondisi di atas

Page 16: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

16

menyebabkan assymetry informations antara pemerintah daerah selaku agen yang

mempunyai akses langsung terhadap informasi dengan pihak principal (BPK RI).

Berdasarkan landasan teoritis di atas, maka hipotesis ketiga dirumuskan

sebagai berikut

H3 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap kelemahan

Pengendalian Internal.

Pengaruh Kompleksitas terhadap Kelemahan Pengendalian Intern

Menurut Restu dan Indriantoro (2000) dalam Puspitasari (2013),

kompleksitas didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas atau

pekerjaan. Persepsi ini menimbulkan kemungkinan bahwa suatu tugas/pekerjaan

sulit bagi seseorang, namun mungkin juga mudah bagi orang lain. Kompleksitas

muncul dari ambiguitas dan struktur yang lemah, baik dalam tugas utama maupun

tugas lain. Peningkatan kompleksitas dalam suatu tugas atau sistem, akan

menurunkan tingkat keberhasilan tugas.

Kompleksitas pemerintahan daerah dapat dilihat dari beberapa aspek. Jumlah

penduduk menjadi salah satu ukuran kompleksitas pemerintah daerah dalam

penelitian ini. Menurut Martani dan Zaelani (2011), semakin banyak jumlah

penduduk di suatu pemerintah daerah maka semakin banyak dan beragam

kebutuhan yang harus dipenuhi. Dengan demikian akan semakin banyak

pekerjaan yang harus dikerjakan oleh pemerintah daerah dalam melaksanakan

fungsi pelayanan umum. Hal ini akan menambah kompleksitas yang ada di

pemerintah daerah sehingga diduga akan meningkatkan jumlah kelemahan

pengendalian intern.

Page 17: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

17

Mendasarkan pada konsep dari teori keagenan, pemerintah daerah

beranggapan bahwa lemahnya pengendalian internal dikarenakan semakin

kompleksnya pekerjaan yang harus dikerjakan. Di sisi lain, BPK RI selaku

principal menganggap pemerintah daerah bekerja tidak sesuai prosedur dalam

setiap pekerjaan. Kondisi di atas menyebabkan assymetry informations antara

pemerintah daerah selaku agen yang mempunyai akses langsung terhadap

informasi dengan pihak principal (BPK RI).

Berdasarkan landasan teoritis di atas, maka hipotesis keempat dirumuskan

sebagai berikut:

H4: Kompleksitas berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian

intern

METODOLOGI PENELITIAN

Objek dan Sumber Data Penelitian

Objek yang akan diteliti adalah Pemerintah Provinsi se Indonesia sejumlah 33

Provinsi. Periode penelitian adalah Tahun Anggaran 2012-2013, sehingga total

sampel yang digunakan berjumlah 66. Data sekunder yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Laporan IHPS BPK RI Tahun 2013 dan 2014;

2. Laporan Keuangan yang telah di audit oleh BPK RI Tahun Anggaran 2012-

2013;

3. Laporan PDRB yang dikeluarkan oleh BPS Tahun Anggaran 2012-2013.

4. Laporan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 yang dikeluarkan oleh

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, BPS dan United Nations

Population Fund Tahun 2013

Page 18: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

18

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah kelemahan pengendalian

internal pemerintah daerah yang diukur dengan jumlah temuan kasus kelemahan

pengendalian internal pada laporan keuangan pemerintah daerah sebagai

indikatornya. Jumlah kasus terkait kelemahan pengendalian intern diperoleh dari

hasil audit BPK RI terhadap LKPD Tahun Anggaran 2012 dan 2013 dalam IHPS

BPK RI Tahun 2013 dan 2014.

Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:

1. Pertumbuhan Ekonomi (X1)

Penelitian ini menggunakan PDRB harga konstan untuk mengetahui

pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan

ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.

2. Ukuran Organisasi (X2)

Ukuran pemerintah daerah diukur dengan jumlah Total Aset yang dimiliki

oleh pemerintah daerah tersebut.

3. PAD (X3)

Pengukuran PAD dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai

berikut:

= ℎℎ 100%4. Kompleksitas (X4)

Penelitian ini menggunakan proyeksi jumlah penduduk untuk

mengukur kompleksitas pemerintah daerah.

Page 19: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

19

Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah

analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan regresi berganda. Statistik

deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai maksimum, minimum, rata-rata, dan

standar deviasi dari masing-masing variabel. Uji asumsi klasik terdiri dari uji

normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.Asumsi klasik

digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian

terdapat masalah asumsi klasik seperti diatas atau tidak. Analisis regresi

digunakan untuk menguji hubungan variabel independen terhadap variabel

dependen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Statistik Deskriptif

Tabel 1Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum MeanStd.

Deviation

PDRB 66 -.011 .159 .06474 .024317

TA 66 1.15E12 4.06E14 2.2108E13 6.72402E13

PAD 66 .015 .680 .37458 .179730

Penduduk 66 807,000.00 4.53E7 7.4885E6 1.05277E7

SPI 66 3 51 14.26 8.491

Valid N (listwise) 66

Sumber: Output SPSS, 2015

Hasil uji Statistik Deskriptif pada tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah

sampel (N) sebanyak 66, dimana rata-rata laju pertumbuhan PDRB Provinsi di

Indonesia pada tahun 2012-2013 sebesar 6,474%. Jumlah aset pada setiap

provinsi di Indonesia pada tahun 2012-2013 memiliki rata-rata sebesar Rp.

22.108.167.871.138,90. Rata-rata persentase PAD dengan total pendapatan pada

Page 20: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

20

setiap provinsi adalah sebesar 37,46%. Jumlah penduduk per provinsi di Indonesia

pada tahun 2012-2013 memiliki rata-rata 7.488.534,85 orang. Jumlah temuan SPI

per provinsi di Indonesia pada tahun 2012-2013 memiliki rata-rata sebanyak 14,26

temuan.

Hasil Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini mentransformasi variabel total aset dan jumlah penduduk ke

dalam bentuk logaritma (Log10) agar variabel tersebut memenuhi uji asumsi

klasik. Berikut adalah hasil uji asumsi klasik:

Uji Multikoloniearitas

Tabel 2Hasil Uji Multikoloniearitas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

logPDRB .921 1.086

logTA .544 1.839

logPAD .411 2.434

logPenduduk .331 3.023

a. Dependent Variable: logSPISumber: Output SPSS, 2015

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa variabel independen memiliki nilai

tolerance lebih dari 0,10. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan hal yang sama

dimana variabel independen memiliki nilai VIF kurang dari 10. Berdasarkan tabel

2 di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada multikolinearitas antar

variabel independen pada model dalam penelitian ini.

Page 21: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

21

Uji Autokorelasi

Tabel 3Hasil Uji Autokorelasi

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson yaitu 1,963. Nilai

ini berada diantara 1,7319<d<2,2681, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

ada autokorelasi positif maupun negatif.

Uji Heteroskedastisitas

Tabel 4Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1(Constant) -8.041 9.980 -.806 .424

PDRB -10.018 12.838 -.100 -.780 .438

logta 1.537 .870 .294 1.768 .082

PAD -2.663 2.600 -.196 -1.024 .310

logpenduduk -1.143 1.204 -.202 -.949 .346

a. Dependent Variable: lnur2Sumber: Output SPSS, 2015

Hasil tampilan output SPSS dalam uji Park tabel 4 di atas menunjukkan

bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang signifikan secara statistik

mempengaruhi variabel dependen nilai “lnur2”. Hal ini terlihat dari probabilitas

signifikansi yang berada di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan

Model Summaryb

Model Durbin-Watson

1 1.963

a. Predictors: (Constant), logPenduduk, logPDRB, logPAD, logTA

b. Dependent Variable: logSPI

Sumber: Output SPSS, 2015

Page 22: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

22

dalam model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas atau dengan kata lain

mengandung homoskedastisitas.

Uji Normalitas

Tabel 5Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 66

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 7.76296507

Most ExtremeDifferences

Absolute .151

Positive .151

Negative -.079

Kolmogorov-Smirnov Z 1.225

Asymp. Sig. (2-tailed) .099

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.Sumber: Output SPSS, 2015

Hasil output SPSS pada Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa nilai Sig adalah

sebesar 0,099 yang berada di atas 0,05. Dengan demikian nilai residual

terdistribusi secara normal sehingga model penelitian dinyatakan telah memenuhi

asumsi normalitas.

Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Tabel 6Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R SquareStd. Error of the

Estimate

1 .405a .164 .109 8.013

a. Predictors: (Constant), logpenduduk, PDRB, logta, PAD

b. Dependent Variable: SPI

Sumber: Output SPSS, 2015

Page 23: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

23

Hasil output SPSS pada tabel 6 di bawah menunjukkan bahwa nilai adjusted R2

hanya sebesar 0,109. Hal ini berarti sebanyak 10,9% variasi kelemahan

pengendalian internal dapat dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel

independen (pertumbuhan ekonomi, ukuran pemerintah daerah, PAD dan

kompleksitas) sedangkan sisanya sebesar 89,1% dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak dimasukkan ke dalam penelitian. Hal ini menandakan lemahnya kemampuan

variabel independen (pertumbuhan ekonomi, ukuran pemerintah daerah, PAD dan

kompleksitas) dalam menjelaskan variabel dependen (kelemahan pengendalian

internal).

Hasil Uji Statistik t

Tabel 7Hasil Uji Statistik t

Coefficientsa

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.

Keterangan

BStd.

Error Beta

1(Constant) -68.953 33.119 -2.082 .042

PDRB -40.540 42.601 -.116 -.952 .345 Ditolak

logta 9.382 2.886 .516 3.251 .002 Diterima

PAD -4.937 8.628 -.104 -.572 .569 Ditolak

logpenduduk -5.071 3.997 -.258 -1.269 .209 Ditolak

a. Dependent Variable: SPI

Sumber: Output SPSS, 2015

Berdasarkan pada hasil analisis data diperoleh persamaan model regresi

sebagai berikut:

SPI = -68,953 – 40,540PDRB + 9,382logta – 4,937PAD –

5,071logpenduduk + e

Model regresi tersebut bermakna:

Page 24: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

24

1. Nilai konstanta sebesar -68,953 artinya apabila nilai variabel pertumbuhan

ekonomi, ukuran pemerintah daerah, PAD dan kompleksitas bernilai 0, maka

jumlah kasus terkait kelemahan pengendalian intern semakin berkurang.

2. Koefisien regresi variabel pertumbuhan ekonomi yang diukur dari laju

pertumbuhan PDRB bernilai – 40,540. Jika terdapat kenaikan laju

pertumbuhan sebesar 1 maka akan menurunkan kelemahan pengendalian

intern sebesar 40,540.

3. Koefisien regresi variabel ukuran pemerintah daerah yang diukur dari total

aset bernilai +9,382. Jika terdapat kenaikan total aset sebesar 10, maka akan

meningkatkan kelemahan pengendalian intern sebesar 9,382.

4. Koefisien regresi variabel PAD bernilai – 4,937PAD. Jika terdapat kenaikan

prosentase PAD dengan total pendapatan sebesar 1, maka akan menurunkan

kelemahan pengendalian intern sebesar 4,937.

5. Koefisien regresi variabel kompleksitas yang diukur dari jumlah penduduk

bernilai – 5,071logpenduduk. Jika terdapat kenaikan jumlah penduduk

sebesar 10, maka akan menurunkan kelemahan pengendalian internal sebesar

5,071.

Pembahasan Hipotesis Penelitian

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kelemahan Pengendalian Internal

Berdasarkan hasil pada tabel 7 di atas, didapat nilai sig. 0,345. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa nilai sig. > 0,05, yang berarti hipotesis pertama ditolak.

Maka dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi yang diukur dari

laju pertumbuhan PDRB secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap

kelemahan pengendalian internal.

Page 25: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

25

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Martani dan Zaelani (2011)

dan Putro (2013) yang menyatakan bahwa pertumbuhan pemerintah daerah secara

signifikan berpengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian intern. Penelitian

ini juga tidak mendukung penelitian Hartono, dkk (2014) yang menyatakan bahwa

pertumbuhan pemerintah daerah berpengaruh negatif terhadap kelemahan

pengendalian intern. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Larassati, dkk

(2013) dan Yeni, dkk (2014) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

pemerintah daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap kelemahan pengendalian

intern.

Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

antara pertumbuhan daerah dengan kelemahan pengendalian internal ditolak

dengan adanya hasil penelitian ini. Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian

besar daerah memiliki laju pertumbuhan yang cenderung meningkat. Namun dari

data tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan yang baik ternyata tidak selalu

diikuti dengan peningkatan maupun pengurangan jumlah kelemahan

pengendalian internal. Pertumbuhan pemerintah daerah yang terjadi karena

meningkatnya atau menurunnya PDRB tidak membuat pemerintah daerah

memiliki masalah-masalah yang meningkatkan jumlah kelemahan pengendalian

internal. Hal ini dikarenakan laju PDRB tergantung pada aktivitas ekonomi

diwilayah tersebut, bukan pengawasan ataupun pengendalian intern pemerintah

provinsi.

Pengaruh ukuran pemerintah daerah terhadap kelemahan pengendalianinternal

Berdasarkan hasil pada tabel 7 di atas, didapat nilai sig. 0,002. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa nilai sig. < 0,05, yang berarti hipotesis kedua diterima. Maka

Page 26: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

26

dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran pemerintah daerah yang diukur dari

total aset secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kelemahan pengendalian

internal.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Martani dan Zaelani

(2011) yang menyatakan bahwa ukuran pemerintah daerah yang diukur dari total

asetnya berpengaruh negatif terhadap kelemahan pengendalian intern. Penelitian

ini juga tidak mendukung penelitian Putro (2013) dan Yeni, dkk (2014) yang

menyatakan bahwa ukuran pemerintah daerah yang diukur dari total asetnya

secara signifikan tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Larassati, dkk (2013) yang menyatakan

bahwa pertumbuhan ekonomi pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap

kelemahan pengendalian intern.

Hipotesis kedua yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara

ukuran pemerintah dengan kelemahan pengendalian internal diterima dengan

adanya hasil penelitian ini. Angka koefisien yang bernilai positif menjelaskan

bahwa ukuran pemerintah mempunyai hubungan yang positif terhadap kelemahan

pengendalian internal pemerintah. Semakin besar ukuran pemerintahan, maka

semakin banyak pula kelemahan pengendalian internal yang ditemukan. Hal ini

dikarenakan ukuran pemerintah daerah yang semakin besar cenderung memiliki

pengawasan yang longgar, sehingga memerlukan pengendalian internal yang lebih

memadai dan terinci.

Pengaruh PAD terhadap Kelemahan Pengendalian Internal

Berdasarkan hasil pada tabel 7 di atas, didapat nilai sig. 0,569. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa nilai sig. > 0,05, yang berarti hipotesis ketiga ditolak. Maka

Page 27: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

27

dapat disimpulkan bahwa variabel PAD secara parsial tidak berpengaruh

signifikan terhadap kelemahan pengendalian internal.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Martani dan Zaelani (2011)

dan Larassati, dkk (2013) yang menyatakan bahwa PAD berpengaruh negatif

terhadap kelemahan pengendalian intern. Hasil penelitian ini mendukung

penelitian Kristanto (2009); Hartono, dkk (2014); serta Yeni, dkk (2014) yang

menyatakan bahwa PAD tidak berpengaruh signifikan terhadap kelemahan

pengendalian intern.

Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

antara PAD dengan kelemahan pengendalian internal ditolak dengan adanya hasil

penelitian ini. Besar kecilnya PAD pemerintah daerah tidak membuat pemerintah

daerah memiliki masalah-masalah yang meningkatkan jumlah kelemahan

pengendalian internal. Pemerintah daerah yang memiliki PAD tinggi tidak

menjamin pengendalian internnya juga akan lebih baik daripada pemerintah

daerah yang memiliki PAD lebih rendah, begitu juga sebaliknya. Hal ini

dikarenakan pengendalian internal terhadap PAD tidak didasarkan pada besar

kecilnya pendapatan, tetapi pengendalian internal terhadap PAD didasarkan untuk

meminimalisir terjadinya resiko kecurangan.

Pengaruh kompleksitas terhadap kelemahan pengendalian internal

Berdasarkan hasil pada tabel 7 di atas, didapat nilai sig. 0,209. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa nilai sig. > 0,05, yang berarti hipotesis keempat ditolak.

Maka dapat disimpulkan bahwa variabel kompleksitas yang diukur dari jumlah

penduduk secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kelemahan

pengendalian internal.

Page 28: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

28

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Larassati, dkk (2013) yang

menyatakan bahwa kompleksitas yang diukur dengan jumlah penduduk secara

signifikan berpengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian intern. Penelitian

ini juga tidak mendukung penelitian Martani dan Zaelani (2011) yang menyatakan

bahwa kompleksitas yang diukur dengan jumlah penduduk berpengaruh negatif

terhadap kelemahan pengendalian intern. Hasil penelitian ini mendukung

penelitian Yeni, dkk (2014) yang menyatakan bahwa kompleksitas yang diukur

dengan jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap kelemahan

pengendalian intern.

Hipotesis keempat yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

antara kompleksitas yang diukur dengan jumlah penduduk dengan kelemahan

pengendalian internal ditolak dengan adanya hasil penelitian ini. Besar kecilnya

jumlah penduduk tidak membuat pekerjaan pemerintah daerah menjadi lebih

kompleks dalam melaksanakan fungsi pelayanan umum. Setiap pemerintah daerah

wajib memberikan pelayanan prima kepada setiap penduduk Indonesia.

Kelemahan pengendalian intern terjadi bukan karena semakin kompleksnya

pekerjaan pemerintah daerah akibat jumlah penduduk yang banyak, tetapi karena

kurangnya komitmen pemerintah daerah dalam menerapkan sistem dan prosedur

yang formal ataupun kurang cermatnya pemerintah daerah dalam melakukan

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan sesuai sistem dan prosedur yang ada.

PENUTUP

Kesimpulan

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji secara empiris faktor-faktor yang

mempengaruhi kelemahan pengendalian internal pada pemerintah daerah. Objek

Page 29: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

29

penelitian ini adalah Pemerintah Provinsi se Indonesia sejumlah 33 Provinsi

dengan periode penelitian adalah tahun 2012-2013, sehingga jumlah sampel yang

digunakan adalah 66.

Berdasarkan hasil uji regresi berganda, variabel ukuran pemerintah daerah

yang diukur dari total aset secara signifikan berpengaruh positif terhadap

kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah. Semakin besar ukuran

pemerintahan, maka semakin banyak pula kelemahan pengendalian internal yang

ditemukan. Hal ini dikarenakan ukuran pemerintah daerah yang semakin besar

cenderung memiliki pengawasan yang longgar, sehingga memerlukan

pengendalian internal yang lebih memadai dan terinci. Sedangkan variabel

pertumbuhan pemerintah daerah yang diukur dari laju pertumbuhan PDRB, PAD

dan kompleksitas yang diukur dari jumlah penduduk tidak berpengaruh terhadap

kelemahan pengendalian internal.

Keterbatasan Penelitian

1. Data jumlah penduduk hanya berupa data proyeksi yang dikeluarkan oleh

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, BPS dan United Nations

Population Fund Tahun 2013 karena sumber data penduduk yang tersedia

hanya secara periodik, yaitu sensus penduduk (SP) pada tahun-tahun yang

berakhiran dengan angka 0 (nol) dan survey penduduk antar sensus (SUPAS)

pada pertengahan dua sensus atau tahun-tahun yang berakhiran dengan angka

5 (lima). Hal ini mengakibatkan data jumlah penduduk belum tentu mewakili

jumlah penduduk sebenarnya tiap provinsi.

2. Nilai adjusted R2 rendah, yaitu sebesar 0,109 atau 10,9%. Hal ini berarti

sebanyak 10,9% variasi kelemahan pengendalian internal dapat dijelaskan

Page 30: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

30

oleh variasi dari keempat variabel independen (pertumbuhan ekonomi, ukuran

pemerintah daerah, PAD dan kompleksitas) sedangkan sisanya sebesar 89,1%

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian. Hal

ini menandakan lemahnya kemampuan variabel independen (pertumbuhan

ekonomi, ukuran pemerintah daerah, PAD dan kompleksitas) dalam

menjelaskan variabel dependen (kelemahan pengendalian internal). Kondisi

ini disebabkan karena data yang digunakan adalah data populasi atas seluruh

Provinsi di Indonesia selama 2 periode (2012-2013) sehingga kemungkinan

ada data outlier yang membuat nilai adjusted R2 menjadi rendah. Peneliti

tidak membuang data outlier dikarenakan peneliti ingin mengetahui kondisi

sebenarnya pada seluruh Provinsi di Indonesia mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kelemahan pengendalian intern.

Saran

1. Penelitian selanjutnya apabila ingin memakai jumlah penduduk sebagai

ukuran variabel kompleksitas maka sebaiknya melakukan penelitian pada

tahun-tahun yang berakhiran dengan angka 0 (nol) atau pada tahun-tahun

yang berakiran dengan angka 5 (lima). Hal ini dikarenakan pada tahun-tahun

yang berakhiran angka 0 (nol) dilakukan sensus penduduk, sedangkan pada

tahun-tahun yang berakhiran angka 5 (lima) dilakukan survey penduduk

sehingga data jumlah penduduk bisa merefleksikan jumlah penduduk

sebenarnya.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan beberapa variabel lain

sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kelemahan pengendalian intern

Page 31: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

31

pemerintah daerah, seperti belanja daerah, jumlah SKPD, umur pemerintah

daerah, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester ITahun 2013. http://www.bpk.go.id diakses pada 11 Mei 2015.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester IITahun 2013. http://www.bpk.go.id diakses pada 11 Mei 2015.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester ITahun 2014. http://www.bpk.go.id diakses pada 11 Mei 2015.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester IITahun 2014. http://www.bpk.go.id diakses pada 11 Mei 2015.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2008. Keputusan Badan PemeriksaanKeuangan Republik Indonesia Nomor 04/K/I-XII.2/5/2008 tentang PetunjukPelaksanaan Pemeriksaan Keuangan Negara.

Badan Pusat Statistik. 2014. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota diIndonesia 2009-2013. http://www.bps.go.id diakses pada 11 Mei 2015.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Badan Pusat Statistik dan United NationsPopulation Fund. 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035.http://www.bps.go.id diakses pada 11 Mei 2015.

Ghozali. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan 4.Semarang: BP Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul dan Syukriy Abdullah. 2009. Hubungan dan Masalah Keagenan diPemerintah Daerah: (Sebuah Peluang Penelitian Anggaran dan Akuntansi).https://kelembagaandas.wordpress.com/teori-agensi-principal-agent-theory/abdul-halim-dan-syukriy-abdullah/ diakses pada 21 April 2015.

Hartono, Rudi; Amir Mahmud dan Nanik Sri Utaminingsih. 2014. Faktor-Faktor yangMempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah. SimposiumNasional Akuntansi XVII Mataram 2014.

Kristanto, Septian Bayu. 2009. Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah, Pendapatan AsliDaerah dan Belanja Modal sebagai Prediktor Kelemahan Pengendalian Intern.Jurnal Akuntansi UKRIDA, Volume 9, No.1

Larassati, Rimona; Ratna Anggraini dan Etty Gurendrawaty. 2013. Pengaruh Ukuran,Pertumbuhan dan Kompleksitas Pemerintah Daerah terhadap KelemahanPengendalian Internal Pemerintah Daerah Provinsi di Indonesi Periode 2009-2010.Simposium Nasional Akuntansi XVI Manado 2013.

Martani, Dwi dan Fazri Zaelani (2011). Pengaruh Ukuran, Pertumbuhan, danKompleksitas terhadap Pengendalian Intern Pemerintah Daerah Studi Kasus diIndonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011.

Puspitasari, Titus. 2013. Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan AsliDaerah (PAD) dan Kompleksitas Daerah (SKPD) terhadap Kelemahan PengendalianIntern Pemerintah Daerah. Skripsi FEB Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah. Jakarta

Petrovits, Christine, Shakespeare, Chaterine, dan Shih, Amee. 2010. The Causes andConsequences of Internal Control Problems in Nonprofit Organizations.

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara.

Page 32: ABSTRACT Factors that Influence Internal Control Weakness

32

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahDaerah.

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang PerimbanganKeuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Republik Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SistemPengendalian Intern Pemerintah.

Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang StandarAkuntansi Pemerintahan.

Republik Indonesia. 2012. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi JangkaPanjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014.

Republik Indonesia. 2013. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahanatas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

Sari, Benedicta Dhias Ayu Nita; Ronny Prabowo dan Intiyas Utami. 2008. Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Internal: Studi Empiris pada PDAMyang Diaudit oleh BPK. The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium,and Accounting Workshop 2008.

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis Jilid 1. Edisi 4. Jakarta: SalembaEmpat.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 1996. Ekonomi Makro. Jakarta: Rajawali Pers.Utama, Prima Wardoyo Putro. 2013. Pengaruh PDRB, Ukuran dan Pendapatan Asli

Daerah dengan Pendapatan Asli Daerah sebagai Variabel Intervening. Skripsi FEUNNES. Semarang.

Yeni, Efrida; Popi Fauziati dan Nurhuda. N. 2014. Faktor-Faktor yang MempengaruhiKelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah (Studi Empiris Kabupatendan Kota di Provinsi Sumatra Barat 2010-2012). Jurnal Akuntansi FE UniversitasBung Hatta. Padang.