27
Abstrak Background: Today the frequent cases of abuse of dangerous drugs and narcotics that effect is disturbing the public. The problem of dangerous drugs and drug addiction is quickly becoming a major problem for partly countries. This is understandable because of drug abuse cause addiction which is very detrimental, given that the main victims are the young generation that is expected as a successor and hope bangsa.Beberapa research shows that drug abuse due to the low teens against drug knowledge, for it education drugs, especially in children of school age is very important to educate the public about the dangers of drug abuse. Today the influence of technological development, globalization of information and great influence in the formation of a child's knowledge 3 . According to (Schifman & Kanuk, 2000) consisting of the demographic factors of age, gender, marital status, income, employment jobs, and education level can influence a child's level of knowledge. it can be concluded that the knowledge of adolescents about drugs is dependent upon several factors. It is not known what factors influencing factors and the extent of the relationship. Therefore, the authors are interested in conducting research related to factors that affect the level of knowledge about the drug in adolescents. Target samples taken adolescents, because adolescents are a special community that has a role in the achievment of degrees and optimal overall health in th community. Methods: This study was conducted with cross-sectional (cross- sectional) to determine the relationship of the factors that influence the level of knowledge of adolescent knowledge about the drug. The population in this study were students at the Junior High School 4 Dalkeith Sleman Yogyakarta. The total sample was 70 respondents. was collected using questionnaires and statistical test used was chi-square (x2) Results: The analysis shows the level of knowledge of adolescents age factor has a value of p = 0.647 and gender has

Abs Trak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BJB

Citation preview

Page 1: Abs Trak

Abstrak

Background: Today the frequent cases of abuse of dangerous drugs and narcotics that effect is disturbing the public. The problem of dangerous drugs and drug addiction is quickly becoming a major problem for partly countries. This is understandable because of drug abuse cause addiction which is very detrimental, given that the main victims are the young generation that is expected as a successor and hope bangsa.Beberapa research shows that drug abuse due to the low teens against drug knowledge, for it education drugs, especially in children of school age is very important to educate the public about the dangers of drug abuse. Today the influence of technological development, globalization of information and great influence in the formation of a child's knowledge3. According to (Schifman & Kanuk, 2000) consisting of the demographic factors of age, gender, marital status, income, employment jobs, and education level can influence a child's level of knowledge. it can be concluded that the knowledge of adolescents about drugs is dependent upon several factors. It is not known what factors influencing factors and the extent of the relationship. Therefore, the authors are interested in conducting research related to factors that affect the level of knowledge about the drug in adolescents. Target samples taken adolescents, because adolescents are a special community that has a role in the achievment of degrees and optimal overall health in th community.

Methods: This study was conducted with cross-sectional (cross-sectional) to determine the relationship of the factors that influence the level of knowledge of adolescent knowledge about the drug. The population in this study were students at the Junior High School 4 Dalkeith Sleman Yogyakarta. The total sample was 70 respondents. was collected using questionnaires and statistical test used was chi-square (x2)

Results: The analysis shows the level of knowledge of adolescents age factor has a value of p = 0.647 and gender has a value of p = 0.165 greater than 0.05 means that there is no significant relationship between age and sex with the level of knowledge about the drug. then the father's education factor has a value of p = 0.00, p = 0.00 mother's education, father's occupation p = 0.00, p = 0.00 father's work mom work p = 0.00 and ststus parents marriage has value p = 0.00, which means there is a significant relationship between education poultice parentswork and martiaal ststus of parents

Conclusion: it can be concluded that the knowledge of the factors that have significant value to the level of knowledge is parental education, parental occupation, and marital status of parents.Keywords: drug, Factor, Knowledge

Page 2: Abs Trak

Abstrak

Latar belakang : Dewasa ini sering muncul kasus-kasus penyalahgunaan obat berbahaya dan narkotika yang efeknya sangat meresahkan masyarakat. Masalah ketergantungan obat berbahaya dan narkotika dengan cepat telah menjadi masalah bagi sebahagian besar negara di dunia. Hal ini dapat dimengerti karena penyalahgunaan narkotika menimbulkan masalah ketergantungan yang sangat merugikan, mengingat bahwa yang menjadi korban utama adalah generasi muda yang sangat diharapkan sebagai penerus dan harapan bangsa.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyalahgunaan NAPZA diakibatkan masih rendahnya pengetahuan remaja terhadap NAPZA, untuk itu pendidikan tentang napza terutama pada anak-anak usia sekolah sangat penting untuk mendidik masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan NAPZA (Kaplan, 1991). Dewasa ini pengaruh perkembangan teknologi, informasi dan globalisasi memberi pengaruh besar dalam pembentukan pengetahuan seorang anak (Sulhi, 2002). Menurut (Schifman & Kanuk, 2000) faktor demografi yang terdiri dari umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendapatan, pekerjaan pekerjaan, dan tingkat pendidikan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seorang anak. dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja tentang NAPZA sangat tergantung kepada beberapa faktor. Secara pasti belum diketahui apa saja faktor faktor yang mempengaruhi dan sejauh mana hubungannya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang NAPZA pada remaja. Target sampel yang diambil remaja, karena remaja adalah komunitas khusus yang memiliki peran dalam pencapaian derajat kesehatan secara menyeluruh dan optimal di dalam masyarakat.

Metode : Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) untuk mengetahui hubungan faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang NAPZA. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di SMP Negeri 4 Gamping Sleman Yogyakarta. Total sampel adalah 70 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan uji statistik yang digunakan adalah chi square (x2).

Hasil : Hasil analisis tingkat pengetahuan remaja menunjukkan faktor umur memiliki nilai p=0,647 dan jenis kelamin memiliki nilai p = 0,165 lebih besar dari 0,05 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dan jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan tentang NAPZA. kemudian faktor pendidikan ayah memiliki nilai p= 0,00, pendidikan ibu p=0,00, pekerjaan ayah p=0,00, pekerjaan ayah p = 0,00 pekerjaan ibu p =0,00 dan ststus perkawinan orang tua memiliki nilai p=0,00 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan orang tuam pekerjaan orang tua dan status perkawinan orang tua.

Kesimpulan : dapat disimpulkan bahwa yang faktor faktor pengetahuan yang memiliki nilai signifikan terhadap tingkat pengetahuan adalah pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan status perkawinan orang tua.

Kata Kunci : NAPZA, Faktor, Pengetahuan

Page 3: Abs Trak

Pendahuluan

Dewasa ini sering muncul kasus-

kasus penyalahgunaan obat berbahaya dan

narkotika yang efeknya sangat meresahkan

masyarakat. Masalah ketergantungan obat

berbahaya dan narkotika dengan cepat

telah menjadi masalah bagi sebahagian

besar negara di dunia. Hal ini dapat

dimengerti karena penyalahgunaan

narkotika menimbulkan masalah

ketergantungan yang sangat merugikan,

mengingat bahwa yang menjadi korban

utama adalah generasi muda yang sangat

diharapkan sebagai penerus dan harapan

bangsa. Menurut data United Nations

Drug Control Program (UNDCP)

menyebutkan lebih dari 300 juta orang di

seluruh dunia telah menggunakan obat

obatan terlarang, di Asia Pasifik 85%

penyalah gunaan adalah penduduk usia

produktif (19-45 tahun).

Napza merupakan singkatan dari

narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.

Narkotika disebut juga sebagai obat-obatan

yang dipakai sebagai anestesi yang

mengakibatkan ketidak sadaran karena

pengaruh system susunan syaraf pusat.

Menurut U.U. No 22 tahun 1997 narkotika

merupakan obat yang berasal dari tanaman

yang dapat menyebabkan hilang kesadaran

dan dapat menimbulkan ketergantungan1

Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa penyalahgunaan NAPZA

diakibatkan masih rendahnya pengetahuan

remaja terhadap NAPZA, untuk itu

pendidikan tentang napza terutama pada

anak-anak usia sekolah sangat penting

untuk mendidik masyarakat tentang

bahaya penyalahgunaan NAPZA2

Dewasa ini pengaruh

perkembangan teknologi, informasi dan

globalisasi memberi pengaruh besar dalam

pembentukan pengetahuan seorang anak3.

Faktor demografi yang terdiri dari umur,

jenis kelamin, status perkawinan,

pendapatan, pekerjaan pekerjaan, dan

tingkat pendidikan dapat mempengaruhi

tingkat pengetahuan seorang anak4

Berdasarkan uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa pengetahuan remaja

tentang NAPZA sangat tergantung kepada

beberapa faktor. Secara pasti belum

diketahui apa saja faktor faktor yang

mempengaruhi dan sejauh mana

hubungan faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan dengan

tingkat pengetahuan NAPZA tersebut.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang terkait dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan tentang NAPZA pada remaja.

Target sampel yang diambil remaja, karena

remaja adalah komunitas khusus yang

Page 4: Abs Trak

memiliki peran dalam pencapaian derajat

kesehatan secara menyeluruh dan optimal

di dalam masyarakat. Dipilihnya lokasi

penelitian di SMP karena SMP merupakan

salah satu tempat komunitas usia remaja

awal, hal tersebut akan memudahkan

penulis untuk langsung berinteraksi

dengan remaja

Metode

Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan rancangan penelitian

deskriptif analitik.Tujuannya untuk

menggambarkan dan menelaah hubungan

faktor faktor yang mempengaruhi

pengetahuan dengan tingkat pengetahuan

remaja tentang NAPZA. Penelitian ini

dilakukan dengan pendekatan cross

sectional (potong lintang) dimana

pengambilan data dilakukan hanya sekali

bagi tiap subyek pada saat pengumpulan

data.

Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh siswa-siswi SMP Negeri 4

Gamping Sleman Yogyakarta pada Tahun

Ajaran 2011-2012. Teknik pengambilan

sampel pada penelitian ini dengan cara

memilih responden berdasarkan kepada

pertimbangan bahwa subyek tersebut dapat

mengikuti kegiatan penelitian. Atas dasar

pertimbangan dan kebijakan dari pihak

SMP Negeri 4 Gamping Sleman

Yogyakarta, maka ditetapkan besarnya

area sampel penelitian adalah kelas VIIIB

dan kelas VIIID dengan total sebesar 70

responden. Sampel yang telah ditetapkan

dibagi dalam kelompok intervensi dan

kelompok kontrol.

Penelitian ini menggunakan data primer

yang diperoleh dari subyek penelitian yang

telah memenuhi kriteria inklusi melalui

pengisian kuisoner. Pengumpulan data

dilakukan oleh peneliti sendiri

Peneliti setelah mengumpulkan

data, kemudian data diolah dengan

menggunakan program Statistik

(Statistic/Data analysis) dengan tahapan

sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis data dilakukan untuk

mengolah variabel yang ada dalam

penelitian dan disajikan dalam bentuk

deskriptif dalam tabel distribusi frekuensi

untuk mengetahui karakteristik dan

distribusi data.

2. Analisis bivariat

Untuk mengetahui kekuatan

hubungan antara dua variabel yang

meliputi variabel bebas dengan variabel

terikat dan variabel luar dengan variabel

terikat. Uji statistik yang digunakan adalah

Chi Square (X2) dengan tingkat

kemaknaan p<0,05.

Data dari kuisioner akan diperiksa

oleh supervisor (peneliti) di lapangan.

Setiap ketidak konsistenan atau ketidak

lengkapan informasi akan diperbaiki

sebelum meninggalkan lokasi penelitian.

Page 5: Abs Trak

Kuesioner yang lengkap akan diteliti dan

dimasukkan ke dalam komputer oleh

programmer (peneliti). Ketika proses

pemasukan data, akan dilakukan

pengecekan oleh tenaga entry data dan

menganalisis faktor faktor yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja

tentang NAPZA dengan menggunakan

bantuan program SPSS (Statistical

Package for the Social Sciences) for

Windows

Hasil dan Pembahasan

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di SMPN 4 Gamping

No Variabel penelitian Jumlah (n) Persentase (%)

1 Umur

13 tahun

14 tahun

15 tahun

2

37

31

2,8

52,9

44,3

Jumlah 70 100

2 Jenis kelamin

Laki laki

Perempuan

37

33

52,9

47,1

Jumlah 70 100

4 Pendidikan terakhir ayah

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

3

26

26

15

4,3

37,1

37,1

21,5

Jumlah 70 100

5 Pendidikan terakhir ibu

SD

SMP

SMA

3

26

36

4,3

37,1

51,4

Page 6: Abs Trak

Perguruan Tinggi 5 7,3

Jumlah 70 100

6 Pekerjaan ayah

Petani

Buruh

Pegawai swasta

Wiraswasta

PNS

TNI/Polri

16

11

8

22

11

2

22,9

15,7

11,4

31,4

15,7

2,9

Jumlah 70 100

7 Pekerjaan ibu

Petani

Buruh

Pegawai swasta

Wiraswasta

PNS

Ibu Rumah Tangga

15

4

3

22

4

22

21,4

5,7

4,3

31,4

5,7

31,4

Jumlah 70 100

8 Status Pernikahan Orang Tua

Masih Bersama

Bercerai

Menikah lagi

50

9

11

71,4

12,9

15,7

Jumlah 70 100

9 Penghasilan Orang tua

1.000.000 - 1.500.000 20 28,6

Page 7: Abs Trak

1.500.000 – 2.000.000

2.000.000 – 3.000.000

3.000.000

11

34

5

15,7

48,6

7,1

Jumlah 70 100

3. Analisis Bivariat

Tabel 1. Tabulasi Silang umur dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang NAPZA

NoUmur

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Buruk Total P

0,647F % F % F % f %

1 13 tahun 1 1,4 1 1,4 0 0 2 2,9

2 14 tahun 13 18,6 21 30 3 4,3 37 52,9

3 15 tahun 11 15,7 14 20 6 8,6 31 44,3

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% terdapat nilai

p=0,647 (p>0,05), artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur siswa dengan

tingkat pengetahuan di SMPN 4 Gamping.

Tabel 2. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang

NAPZA

No Jenis kelamin

Tingkat Pengetahuan

Total PBaik Sedang buruk

F % f % f % F %

1 Laki laki 4 5,7 29 41,4 4 5,7 37 52,9 0,165

2 Perempuan 6 8,6 19 27,1 8 11,4 33 47,1

Page 8: Abs Trak

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% terdapat

nilai p=0,165 (p>0,05), artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin

siswa dengan tingkat pengetahuan di SMPN 4 Gamping.

Tabel 3. Tabulasi Silang pendidikan terakhir Ayah dengan Tingkat Pengetahuan

Remaja Tentang NAPZA

no Tingkat Pengetahuan

Umur Baik Sedang buruk Total P

F % f % f % f %

SD 0 0 0 0 3 4,3 3 4,3

0,00

SMP 0 0 19 27,1 7 10 26 37,1

SMA 2 2,9 24 34,4 0 0 8 37,1

D3 3 4,3 5 7,1 0 0 7 11,4

S1 7 10 0 0 0 0 70 10

No Pendidikan Ibu

Tingkat Pengetahuan

Total PBaik Sedang buruk

f % f % f % f %

SD 0 0 0 0 3 4,3 3 4,3

0,00

SMP 0 0 19 27,1 7 10 26 37,1

SMA 8 11,4 28 40 0 0 36 51,4

D3 1 1,4 1 1,4 0 0 2 2,9

S1 3 4,3 0 0 0 0 3 4,3

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% terdapat

nilai p=0,00 (p<0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan terakhir

Page 9: Abs Trak

ibu dengan tingkat pengetahuan remaja di SMPN 4 Gamping.

Tabel 5. Tabulasi Silang Pekerjaan Ayah dengan Tingkat Pengetahuan Remaja

Tentang NAPZA

No Pekerjaan Ayah

Tingkat Pengetahuan

Total PBaik Sedang buruk

F % f % f % f %

Petani 0 0 11 15,7 5 7,1 16 22,9

0,00

Pegawai swasta

3 4,3 2 11,4 0 0 11 15,7

Wiraswasta 2 2,9 6 8,6 0 0 8 11,4

Buruh 0 0 17 24,3 5 7,1 22 31,4

PNS 7 10 4 5,7 0 0 11 15,7

TNI/Polri 0 0 2 2,9 0 0 2 2,9

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% terdapat

nilai p=0,00 (p<0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan Ayah

dengan tingkat pengetahuan remaja di SMPN 4 Gamping.

Tabel 6. Tabulasi Silang Pekerjaan ibu dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang

NAPZA

No Pekerjaan ibu

Tingkat Pengetahuan

Total PBaik Sedang buruk

F % f % f % F %

Petani 0 0 10 14,3 5 7,1 15 21,4

Pegawai 1 1,4 3 4,3 0 0 4 5,7

Page 10: Abs Trak

swasta 0,00

wiraswasta 0 0 3 4,3 0 0 3 11,4

Buruh 0 0 17 24,3 5 7,1 22 31,4

PNS 3 4,3 1 1,4 0 0 4 5,7

Ibu rumah tangga

8 11,4 14 20,0 0 0 22 31,4

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% terdapat

nilai p=0,00 (p<0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan

tingkat pengetahuan remaja di SMPN 4 Gamping. Responden yang memiliki pengetahuan

baik terbanyak terdapat pada responden yang ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Tabel 7. Tabulasi Silang St

atus Perkawinan Orang tua dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang NAPZA

No

Status perkawinan

Tingkat Pengetahuan

Total PBaik Sedang buruk

f % F % f % f %

1 Masih bersama 12 24 37 52,9 1 1,4 50 71,4 0,00

2 Bercerai 0 0 3 4,3 6 8,6 9 12.9

3 Menikah lagi 0 0 8 11,4 3 3 11 15,7

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% terdapat

nilai p=0,00 (p<0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna antara status perkawinan ibu

dengan tingkat pengetahuan remaja di SMPN 4 Gamping. Responden yang memiliki

pengetahuan baik terbanyak terdapat pada responden yang orang tuanya msih bersama

B. Pembahasan

Page 11: Abs Trak

1. Pengaruh Umur Terhadap Tingkat

Pengetahuan Remaja Tentang Narkoba.

Tujuan dimasukkannya variabel

umur kedalam penelitian ini dalah untuk

membuktikan dengan dugaan umur

seseorang dapat mempengaruhi

pengetahuan orang tersebut, karena dari

beberapa penelitian sebelumnya biasanya

mengaitkan karakteristik umur responden

dalam sebuah penelitian yang mana

sesuai dengan yang diungkapkan oleh

Soetjiningsih (2004) semakin

bertambahnya usia seseorang semakin

dapat memahami dirinya dan dapat

menerima informasi mengenai berbagai

hal dari berbagai sumber. Selain itu

menurut Notoatmodjo bahwa pengetahuan

merupakan domainyang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang

(overt behavior) karena dugaan

pengetahuan yang baik dapat menciptakan

perilaku atau kemampuan yang baik

(Notoatmodjo,2013).

Hal ini tidak sesuai dengan hasil

penelitian yang saya lakukan, yang mana

hasil analisis bivariat dengan uji chi square

pada tingkat kepercayaan 95% terdapat

nilai p=0,647 (p>0,05), artinya tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara

umur siswa dengan tingkat pengetahuan di

SMPN 4 Gamping. Hasil ini sejalan

dengan hasil peneli

2. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap

Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang

Narkoba.

Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan jumlah responden laki laki dan

perempuan tidak jauh berbeda, jumlah laki

laki sebanyak 37 orang (52,9%) dan

wanita sebanyak 33 orang (47,1%).

Kemudian responden laki laki yang

memiliki pengetahuan baik ada sebanyak 4

orang (5,7%), sedang 29 orang (41,4%),

buruk 4 orang (5,7%). Responden

perempuan yang memiliki pengetahuan

baik sebanyak 8 orang (11,4%), sedang

sebanyak 19 orang (27,1%), buruk

sebanyak 6 orang (8,6%). Hasil analisis

bivariat dengan uji chi square pada tingkat

kepercayaan 95% terdapat nilai p=0,165

(p>0,05), artinya tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara jenis kelamin siswa

dengan tingkat pengetahuan di SMPN 4

Gamping karena nilai p> 0,05.

Penelitian ini sesuai dengan teori

yang diungkapkan oleh Hawadi (2008),

secara umum perempuan tidak memiliki

perbedaan yang signifikan dalam proses

perkembangan intelektual seperti dalam

hal belajar untuk meningkatkan

pengetahuan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh windarti (2009) yang menemukan

Page 12: Abs Trak

bahwa jenis kelamin perempuan memiliki

pengetahuan lebih baik 2,31 kali bila

dibandingkan dengan jenis kelamin laki

laki. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh

adanya perbedaan ruang lingkup

penelitian, umur responden yang rata

berumur 16-20 tahun yang termasuk

remaja tengah, serta perbedaan dalam hal

menakses informasi kesehatan tentang

narkoba.

3. Pengaruh Pekerjaan Orang Tua

Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

Tentang Narkoba.

a. Ayah

Berdasarkan hasil analisis bivariat

dengan uji chi square pada tingkat

kepercayaan 95% terdapat nilai p=0,00

(p<0,05), artinya terdapat hubungan yang

bermakna antara pekerjaan Ayah dengan

tingkat pengetahuan remaja di SMPN 4

Gamping. Karena nilai p < 0,25.

Berdasarkan tabel perhitungan

pada analisis data juga remaja yang

ayahnya memilik pekerjaan formal yaitu

PNS, pegawai swasta, TNI Polri memiliki

tingkat pengetahuan baik lebih tinggi dari

pada remaja yang memiliki ayah memilik

pekerjaan non formal yaitu

petani,buruh,wiraswasta. Hal ini dapat

diartikan bahwa, menurut Dina (2002)

ayah yang bekerja formal di sektor formal

mempunyai pendapatan yang relatif stabil

sehingga kebutuhan pokok keluarga

menjadi terpenuhi. Dengan keadaan sosial

ekonomi yang memadahi yang memadahi

dalam sebuah keluarga, ayah mempunyai

waktu untuk berkomunikasi dengan

keluarganya terutama remaja, dan keadaan

ini akan berdampak positif pada

pengetahuan dan prilaku remaja terhadap

narkoba. Hal ini sesuai dengan pendapat

Craven dan Hilme( 2000) bahwa Individu

yang mempunyai status sosial ekonomi

rendah, lebih sering mendapat akibat yang

negatif, mereka lebih akrab dengan

kriminalitas, sakit mental dan minuman

yang mengandung alkohol.

Keadaan sosial ekonomi keluarga

memiliki hubungan yang sangat erat

dengan pekerjaan dan pendidikan orang

tua. Tentulah status sosial ekonomi tidak

merupakan faktor mutlak untuk dalam

perkembangan sosial, sebab itu tergantung

pada sikap sikap orang tuanya dan

bagaimana interaksi dalam keluarga itu.

b. Ibu

Hasil analisis bivariat dengan uji

chi square pada tingkat kepercayaan 95%

terdapat nilai p=0,00 (p<0,05), artinya

terdapat hubungan yang bermakna antara

pekerjaan ibu dengan tingkat pengetahuan

remaja di SMPN 4 Gamping. Responden

yang memiliki pengetahuan baik terbanyak

Page 13: Abs Trak

terdapat pada responden yang ibunya

bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Dari hasil analisis tersebut

didapatkan bahwa ibu rumah tangga sangat

berpengaruh terhadap pengetahuan

anaknya. Keadaan tersebut dikaitkan

dengan keberadaan orang tua dirumah

sehingga ada kesempatan orang tua

tersebut khususnya ibu rumah tangga

untuk berkomunikasi dengan baik tentang

narkoba kepada anak anaknya. Sesuai

dengan pendapat Abdul (2005) apabila

dalam suatu keluarga tidak terdapat

komunikasi dan interaksi tentang bahaya

narkoba maka akan mengakibatkan

pemahaman remaja kurang kompeherensif,

sehingga dapat dijadikan faktor resiko

yang membuat mereka melakukan

penyalahgunaan narkoba akibat

kuarangnya pengetahuan.

Ibu rumah tangga memiliki

peranan penting dalam meningkatkan mutu

pendidikan melalui pendidikan keluarga.

Ini menunjukkan posisi wanita sangat

penting dalam mengemban peran ganda,

pertama sebagai ibu rumah tangga, dan

kedua sebagai pembimbing bagi anak-

anaknya. Peran yang kedua tersebut

terbukti bisa meningkatkan prestasi belaar

anak-anaknya secara khusus dan

meningkatkan mutu pendidikan secara

umum (Islam, 2008).

Penelitian yang dilakukan Pidarta

(1997), dengan judul “Peranan Ibu dalam

Pendidikan Anak” menghasilkan

kesimpilan bahwa 66 % ibu rumah tangga

memahami akan pentingnya pendidikan

bagi anak-anaknya. Penelitian ini

menunjukkan bahwa cara mendidik yang

dilakukan ibu rumah tangga terhadap

anak-anaknya cukup beragam sesuai

dengan tingkat pendidikan orang tuanya.

Penelitian yang mengambil sampel ibu

rumah tangga yang ada di desa dan di kota

ini menyerukan perlunya pembinaan

terhadap ibu-ibu agar dapat berpartisipasi

dalam pengembangan pendidikan

keluarga. Dengan harapan para ibu rumah

tangga dapat mengoptimalkan pendidikan

keluarga yang akan berimplikasi terhadap

peningkatan tingkat pengetahuan dan

kecerdasan anak Bangsa. Dari penelitian

ini dihasilkan beberapa macam pendidikan

yang diselenggarakan dalam keluarga.

Diantaranya adalah pendidikan agama

(71,9 %), pendidikan budi pekerti (60%),

pergaulan (40,4 %), dan pendidikan di

sekolah (34, 2%), dan pendidikan praktis

untukmembantu keluarga (25, 7 %).

4. Pengaruh Pendidikan Orang Tua

Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

Tentang Narkoba.

A. Ayah.

Hasil analisis bivariat dengan uji

chi square pada tingkat kepercayaan 95%

Page 14: Abs Trak

terdapat nilai p=0,00 (p<0,05), artinya

terdapat hubungan yang bermakna antara

pendidikan terakhir ayah dengan tingkat

pengetahuan remaja di SMPN 4 Gamping.

Karena nilai p < 0,25. Dari hasil

penelitian didapatkan peserta yang

memiliki pengetahuan baik dengan ayah

yang berpendidikan SMA sebanyak 2

orang (2,9%), D3 sebanyak 3 orang

(4,3%) dan S1 sebanyak 7 orang (10,10%).

Peserta yang memiliki pengetahuan sedang

yaitu orangtua yang memiliki pendidikan

SMA sebanyak 24 orang (34,3%), SMP 19

orang (27,1%) dan D3 sebanyak 5 orang

(7,1%). Sedangkan yang memilik

pengetahuan buruk hanya pada peserta

yang memiliki orang tua yang

berpendidikan SD sebanyak 3orang (4,3%)

dan SMP sebnyak 7 orang (10,10%). Dari

hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa

pendidikan formal orangtua

mempengaruhi penyampaian informasi

kepada responden, dimana orang tua yang

memiliki tingkat pendidikan tinggi, maka

pengetahuan tentang narkoba juga akan

semakin baik. Muzaham (1995)

menyatakan bahwa pendidikan formal

pada dasarnya akan memberikan

kemampuan kepada seseorang untuk

berpikir rasional dan objektif. Semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang

diharapkan diikuti oleh semakin tingginya

tingkat pengetahuan seseorang. Jika

pendidikan rendah, maka pengetahuan

tentang hidup sehat cenderung kurang

terutama kemampuan hidup sehat untuk

diri sendiri (Resti, 2005).

Menurut (Muchsin,2012), Orang

tua yang memiliki tingkat pendidikan yang

lebih tinggi memiliki sumber daya yang

cenderung lebih besar, baik pendapatan,

waktu, tenaga, dan jaringan kontak, yang

memungkinkan mereka untuk terlibat lebih

jauh dalam pendidikan anak sehingga

dapat berpengaruh terhadap pengetahuan

anak.

B. Ibu

Hasil analisis bivariat dengan uji

chi square pada tingkat kepercayaan 95%

terdapat nilai p=0,00 (p<0,05), artinya

terdapat hubungan yang bermakna antara

pendidikan terakhir ibu dengan tingkat

pengetahuan remaja di SMPN 4 Gamping.

Karena nilai p < 0,25. Dari hasil penelitian

didapatkan peserta yang memiliki

pengetahuan baik dengan ibu yang

berpendidikan SMA sebanyak 8 orang

(11,4%), D3 sebanyak 1 orang (1,4%) dan

S1 sebanyak 3 orang (4,3%). Peserta yang

memilik pengetahuan sedang dengan ibu

yang berpendidikan SMA sebanyak 28

orang (40,0 %), SMP sebanyak 19 orang

(27,1%), D3 sebanyak 1 orang (1,4%).

Kemudian peserta yang memilik

pengetahuan buruk yaitu hanya pada

peserta yang memiliki ibu dengan

Page 15: Abs Trak

pendidikan SD sebanyak 3 orang (4,3%),

SMP sebanyak 7 orang (10,0%). Hal ini

dapat diartikan bahwa peserta yang

memiliki pengetahuan buruk terdapat pada

ibu yang memiliki tingkat pendidikan lebih

rendah, sedangkan peserta yang memiliki

pengetahuan baik terdapat pada ibu yang

memiliki pengetahuan baik.

Hal ini sesuai dengan Penelitian

yang dilakukan Darlan (1996), dengan

judul “Tingkat Pendidikan dan Kebiasaan

Para Ibu terhadap pengetahuan dan sikap

remaja di desa Pantai Kalimantan

Tengah” menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan para ibu mempengaruhi

kebiasaan dalam membimbing dalam

masalah kesehatan. Penelitian yang

dilakukan di desa pantai ini menghasilkan

data bahwa tingkat pendidikan para ibu

mempengaruhi kebiasaan sehari-hari yang

akhirnya ditiru oleh anak-anaknya. Ini

menunjukkan bahwa apa yang dilakukan

ibu rumah tangga menjadi bahan

pendidikan bagi anak-anaknya dalam

keluarga tersebut. Dengan semikian, jika

tingkat pendidikan ibu tinggi maka

kebiasaan dalam rumah tangga akan lebih

baik di bandingkan denga para ibu yang

pendidikannya rendah. Kalau ditarik

dengan masalah penelitian ini maka dapat

dikatakan tingkat pendidikan ibu akan

mempengaruhi pengetahuan anak dalam

masalah kesehatan khususnya narkoba.

Sedangkan penelitian terdahulu

yang hasilnya bertentangan dengan

penelitian ini adalah: Penelitian yang

dilakukan Soepeno (1994), menyatakan

bahwa peranan orang tua, termasuk ibu,

dalam kegiatan belajar di rumah tidak

berkorelasi secara berarti dengan intensitas

motivasi belajar siswa. Fasilitas belajar di

rumah juga tidak berkorelasi secara berarti

dengan motivasi siswa. Hasil lain dari

penelitian ini adalah minat dan perhatian

orang tua, termasuk ibu, terhadap

pendidikan bukanlah yang utama, Tetapi

perhatian utama yang dapat menunjang

pendidikan demi meningkatkan

pengetahuan anaknya adalah kebutuhan

ekonomi.

5. Pengaruh status perkawinan Orang

Tua Terhadap Tingkat Pengetahuan

Remaja Tentang Narkoba.

Hasil analisis bivariat dengan uji

chi square pada tingkat kepercayaan 95%

terdapat nilai p=0,00 (p<0,05), artinya

terdapat hubungan yang bermakna antara

status perkawinan ibu dengan tingkat

pengetahuan remaja di SMPN 4 Gamping.

Responden yang memiliki pengetahuan

baik terbanyak terdapat pada responden

yang orang tuanya msih bersama.

Hasil Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Dina

(2007) dalam judul “Hubungan faktor

Page 16: Abs Trak

Eksternal Dengan Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Remaja Dalam Hal Pencegahan

Penyalahgunaan NAPZA” yang

menunjukkan bahwa anak dikeluarga yang

hanya memiliki orang tua utuh ( 33%)

lebih banyak yang berpengetahuan baikdan

tidak beresiko terhadap penyalahguanaan

NAPZA dibandingkan dengan proporsi

remaja yang orang tuanya bercerai atau

single parents (19%) yang mana hasil

tersebut signifikan, berarti adanya

hubungan keutuhan keluarga terhadap

pengetahuan remaja. Remaja yang

memiliki orang tua tunggal cenderung

memiliki komunikasi yang kurang

maksimal, yang mana dapat

mengakibatkan pemahaman remaja

menjadi kurang komnperhensif sehingga

menimbulkan ketidakpuasan yang

akhirnya remaja berusaha mendapatkan

informasi tentang NAPZA tersebut melalui

orang lain dan media media tertentu yang

belum tentu dapat mereka cerna dengan

baik.

Handayani (2007) mengungkapkan

bahwa pangkal masalah yang sering

dihadapi keluarga yang hanya dipimpin

orang tua tunggal adalah masalah anak.

Masalah struktural keluarga yang bercerai

dapat mempengaruhi kualitas pengasuhan.

Seorang ibu atau ayah tunggal harus

memilik peran ganda, yaitu mengasuh dan

memberi nafkah, hal tersebut dapat

mengurangi intensitas perhatian dan

komunikasi orang tua terhadap anak dalam

memberikan pendidikan untuk

meningkatkan pengetahuan anak anaknya

miiler dan sneby (1996). Dalam penelitian

ini diketahui bahwa responden berasal dari

kategori remaja awal, yang mana pada mas

ini remaja sedang mengalami masa

perubahan baik fisik maupun non fisik

meliputi ketidakstabilan emosi,

perkembangan jiwa, dan pembentukan

karakter sering ditemui dari berbagai

gejala perilakunya, fase tersebut dikenal

dengan proses pencarian jati diri dan

pemahaman diri serta penjajakan peran

dan kedudukannya dalam lingkungan.

Dalam proses pencarian jati diri itu, remaja

memerlukan lingkungan yang kondusif

khususnya dalam keluarga agar pencarian

jati diri tersebut tidak tersesat

(rahem,2009).

Menururt ahmadi (2004) Salah satu

faktor utama yang lain yang

mempengaruhi perkembangan sosial anak

ialah faktor keutuhan keluarga. Yang

dimaksud dengan faktor keutuhan keluarga

terutama ditekankan kepada strukturnya

yaitu keluarga yang masih lengkap, ada

ayah, ibu, dan anak. Di samping keutuhan

keluarga yang terbentuk struktur-struktur

tersebut diperlukan keutuhan interaksi

hubungan antara anggota satu dengan

anggota keluarga yang lain, dan faktor

peranan keluarga terhadap perkembangan

sosial anak-anak tidak hanya terbatas

Page 17: Abs Trak

kepada situasi sosial ekonominya, atau

kebutuhan struktur dan interaksinya, tetapi

cara-cara dan sikap sikap dalam

pergaulannya memegang peranan penting

di dalam perkembangan sosial anak-anak

mereka.

kesimpulan

Hasil analisis tingkat pengetahuan

remaja menunjukkan faktor umur memiliki

nilai p=0,647 dan jenis kelamin memiliki

nilai p = 0,165 lebih besar dari 0,05 artinya

tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara umur dan jenis kelamin dengan

tingkat pengetahuan tentang NAPZA.

kemudian faktor pendidikan ayah memiliki

nilai p= 0,00, pendidikan ibu p=0,00,

pekerjaan ayah p=0,00, pekerjaan ayah p =

0,00 pekerjaan ibu p =0,00 dan ststus

perkawinan orang tua memiliki nilai

p=0,00 yang artinya terdapat hubungan

yang signifikan antara pendidikan orang

tuam pekerjaan orang tua dan status

perkawinan orang tua. dapat disimpulkan

bahwa yang faktor faktor pengetahuan

yang memiliki nilai signifikan terhadap

tingkat pengetahuan adalah pendidikan

orang tua, pekerjaan orang tua, dan status

perkawinan orang tua

Saran

a. Perlu dilakukan penelitian dengan

sampel yang lebih banyak pada

remaja dengan latar belakang yang

yang berbeda

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam

menganalisis faktor faktor apa saja

yang dapat mempengaruhi

pengetahuan remaja tentang Napza

c. Perlu dilakukan pengembangan

penelitian yang lebih lanjut

dikarenakan faktor faktor yang

mempengaruhi pengetahuan remaja

sangat banyak.

Daftar pustaka

Parapat, (2002). Panduan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, Pedoman bagi orang tua,

Pelajar, mahasiswa, Masyarakat dan Lembaga Pemerintaha. Jakarta: PT. Sepadan

Agra Daya.

Kaplan, D.W, dan Kathleen A., Mammel, (1991). Interrelation of High Risk Adolescent

Behaviour, In Current Pediatric Diagnosis and Treatment.

Page 18: Abs Trak

Prentice Hall International Health.

Sulhi, M. (2002). Artikel; Seks Masuk Sekolah,Ya..Ya..!.Diakses 16 april, 2012 dari

http://www.kompas.com/kesehatan/news/0210/17/211514.htm.

Schiffman, Leon G. & Leslie Kanuk (2000), Consumer Behavior, Fifth Edition, New Jersey:

Prentice Hal, Inc.