Upload
nicky-adi-saputra
View
1
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
BJB
Citation preview
Abstrak
Background: Today the frequent cases of abuse of dangerous drugs and narcotics that effect is disturbing the public. The problem of dangerous drugs and drug addiction is quickly becoming a major problem for partly countries. This is understandable because of drug abuse cause addiction which is very detrimental, given that the main victims are the young generation that is expected as a successor and hope bangsa.Beberapa research shows that drug abuse due to the low teens against drug knowledge, for it education drugs, especially in children of school age is very important to educate the public about the dangers of drug abuse. Today the influence of technological development, globalization of information and great influence in the formation of a child's knowledge3. According to (Schifman & Kanuk, 2000) consisting of the demographic factors of age, gender, marital status, income, employment jobs, and education level can influence a child's level of knowledge. it can be concluded that the knowledge of adolescents about drugs is dependent upon several factors. It is not known what factors influencing factors and the extent of the relationship. Therefore, the authors are interested in conducting research related to factors that affect the level of knowledge about the drug in adolescents. Target samples taken adolescents, because adolescents are a special community that has a role in the achievment of degrees and optimal overall health in th community.
Methods: This study was conducted with cross-sectional (cross-sectional) to determine the relationship of the factors that influence the level of knowledge of adolescent knowledge about the drug. The population in this study were students at the Junior High School 4 Dalkeith Sleman Yogyakarta. The total sample was 70 respondents. was collected using questionnaires and statistical test used was chi-square (x2)
Results: The analysis shows the level of knowledge of adolescents age factor has a value of p = 0.647 and gender has a value of p = 0.165 greater than 0.05 means that there is no significant relationship between age and sex with the level of knowledge about the drug. then the father's education factor has a value of p = 0.00, p = 0.00 mother's education, father's occupation p = 0.00, p = 0.00 father's work mom work p = 0.00 and ststus parents marriage has value p = 0.00, which means there is a significant relationship between education poultice parentswork and martiaal ststus of parents
Conclusion: it can be concluded that the knowledge of the factors that have significant value to the level of knowledge is parental education, parental occupation, and marital status of parents.Keywords: drug, Factor, Knowledge
Abstrak
Latar belakang : Dewasa ini sering muncul kasus-kasus penyalahgunaan obat berbahaya dan narkotika yang efeknya sangat meresahkan masyarakat. Masalah ketergantungan obat berbahaya dan narkotika dengan cepat telah menjadi masalah bagi sebahagian besar negara di dunia. Hal ini dapat dimengerti karena penyalahgunaan narkotika menimbulkan masalah ketergantungan yang sangat merugikan, mengingat bahwa yang menjadi korban utama adalah generasi muda yang sangat diharapkan sebagai penerus dan harapan bangsa.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyalahgunaan NAPZA diakibatkan masih rendahnya pengetahuan remaja terhadap NAPZA, untuk itu pendidikan tentang napza terutama pada anak-anak usia sekolah sangat penting untuk mendidik masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan NAPZA (Kaplan, 1991). Dewasa ini pengaruh perkembangan teknologi, informasi dan globalisasi memberi pengaruh besar dalam pembentukan pengetahuan seorang anak (Sulhi, 2002). Menurut (Schifman & Kanuk, 2000) faktor demografi yang terdiri dari umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendapatan, pekerjaan pekerjaan, dan tingkat pendidikan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seorang anak. dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja tentang NAPZA sangat tergantung kepada beberapa faktor. Secara pasti belum diketahui apa saja faktor faktor yang mempengaruhi dan sejauh mana hubungannya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang NAPZA pada remaja. Target sampel yang diambil remaja, karena remaja adalah komunitas khusus yang memiliki peran dalam pencapaian derajat kesehatan secara menyeluruh dan optimal di dalam masyarakat.
Metode : Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) untuk mengetahui hubungan faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang NAPZA. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di SMP Negeri 4 Gamping Sleman Yogyakarta. Total sampel adalah 70 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan uji statistik yang digunakan adalah chi square (x2).
Hasil : Hasil analisis tingkat pengetahuan remaja menunjukkan faktor umur memiliki nilai p=0,647 dan jenis kelamin memiliki nilai p = 0,165 lebih besar dari 0,05 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dan jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan tentang NAPZA. kemudian faktor pendidikan ayah memiliki nilai p= 0,00, pendidikan ibu p=0,00, pekerjaan ayah p=0,00, pekerjaan ayah p = 0,00 pekerjaan ibu p =0,00 dan ststus perkawinan orang tua memiliki nilai p=0,00 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan orang tuam pekerjaan orang tua dan status perkawinan orang tua.
Kesimpulan : dapat disimpulkan bahwa yang faktor faktor pengetahuan yang memiliki nilai signifikan terhadap tingkat pengetahuan adalah pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan status perkawinan orang tua.
Kata Kunci : NAPZA, Faktor, Pengetahuan
Pendahuluan
Dewasa ini sering muncul kasus-
kasus penyalahgunaan obat berbahaya dan
narkotika yang efeknya sangat meresahkan
masyarakat. Masalah ketergantungan obat
berbahaya dan narkotika dengan cepat
telah menjadi masalah bagi sebahagian
besar negara di dunia. Hal ini dapat
dimengerti karena penyalahgunaan
narkotika menimbulkan masalah
ketergantungan yang sangat merugikan,
mengingat bahwa yang menjadi korban
utama adalah generasi muda yang sangat
diharapkan sebagai penerus dan harapan
bangsa. Menurut data United Nations
Drug Control Program (UNDCP)
menyebutkan lebih dari 300 juta orang di
seluruh dunia telah menggunakan obat
obatan terlarang, di Asia Pasifik 85%
penyalah gunaan adalah penduduk usia
produktif (19-45 tahun).
Napza merupakan singkatan dari
narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.
Narkotika disebut juga sebagai obat-obatan
yang dipakai sebagai anestesi yang
mengakibatkan ketidak sadaran karena
pengaruh system susunan syaraf pusat.
Menurut U.U. No 22 tahun 1997 narkotika
merupakan obat yang berasal dari tanaman
yang dapat menyebabkan hilang kesadaran
dan dapat menimbulkan ketergantungan1
Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa penyalahgunaan NAPZA
diakibatkan masih rendahnya pengetahuan
remaja terhadap NAPZA, untuk itu
pendidikan tentang napza terutama pada
anak-anak usia sekolah sangat penting
untuk mendidik masyarakat tentang
bahaya penyalahgunaan NAPZA2
Dewasa ini pengaruh
perkembangan teknologi, informasi dan
globalisasi memberi pengaruh besar dalam
pembentukan pengetahuan seorang anak3.
Faktor demografi yang terdiri dari umur,
jenis kelamin, status perkawinan,
pendapatan, pekerjaan pekerjaan, dan
tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan seorang anak4
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan remaja
tentang NAPZA sangat tergantung kepada
beberapa faktor. Secara pasti belum
diketahui apa saja faktor faktor yang
mempengaruhi dan sejauh mana
hubungan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan dengan
tingkat pengetahuan NAPZA tersebut.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang terkait dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan tentang NAPZA pada remaja.
Target sampel yang diambil remaja, karena
remaja adalah komunitas khusus yang
memiliki peran dalam pencapaian derajat
kesehatan secara menyeluruh dan optimal
di dalam masyarakat. Dipilihnya lokasi
penelitian di SMP karena SMP merupakan
salah satu tempat komunitas usia remaja
awal, hal tersebut akan memudahkan
penulis untuk langsung berinteraksi
dengan remaja
Metode
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rancangan penelitian
deskriptif analitik.Tujuannya untuk
menggambarkan dan menelaah hubungan
faktor faktor yang mempengaruhi
pengetahuan dengan tingkat pengetahuan
remaja tentang NAPZA. Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan cross
sectional (potong lintang) dimana
pengambilan data dilakukan hanya sekali
bagi tiap subyek pada saat pengumpulan
data.
Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh siswa-siswi SMP Negeri 4
Gamping Sleman Yogyakarta pada Tahun
Ajaran 2011-2012. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini dengan cara
memilih responden berdasarkan kepada
pertimbangan bahwa subyek tersebut dapat
mengikuti kegiatan penelitian. Atas dasar
pertimbangan dan kebijakan dari pihak
SMP Negeri 4 Gamping Sleman
Yogyakarta, maka ditetapkan besarnya
area sampel penelitian adalah kelas VIIIB
dan kelas VIIID dengan total sebesar 70
responden. Sampel yang telah ditetapkan
dibagi dalam kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
Penelitian ini menggunakan data primer
yang diperoleh dari subyek penelitian yang
telah memenuhi kriteria inklusi melalui
pengisian kuisoner. Pengumpulan data
dilakukan oleh peneliti sendiri
Peneliti setelah mengumpulkan
data, kemudian data diolah dengan
menggunakan program Statistik
(Statistic/Data analysis) dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
Analisis data dilakukan untuk
mengolah variabel yang ada dalam
penelitian dan disajikan dalam bentuk
deskriptif dalam tabel distribusi frekuensi
untuk mengetahui karakteristik dan
distribusi data.
2. Analisis bivariat
Untuk mengetahui kekuatan
hubungan antara dua variabel yang
meliputi variabel bebas dengan variabel
terikat dan variabel luar dengan variabel
terikat. Uji statistik yang digunakan adalah
Chi Square (X2) dengan tingkat
kemaknaan p<0,05.
Data dari kuisioner akan diperiksa
oleh supervisor (peneliti) di lapangan.
Setiap ketidak konsistenan atau ketidak
lengkapan informasi akan diperbaiki
sebelum meninggalkan lokasi penelitian.
Kuesioner yang lengkap akan diteliti dan
dimasukkan ke dalam komputer oleh
programmer (peneliti). Ketika proses
pemasukan data, akan dilakukan
pengecekan oleh tenaga entry data dan
menganalisis faktor faktor yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja
tentang NAPZA dengan menggunakan
bantuan program SPSS (Statistical
Package for the Social Sciences) for
Windows
Hasil dan Pembahasan
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di SMPN 4 Gamping
No Variabel penelitian Jumlah (n) Persentase (%)
1 Umur
13 tahun
14 tahun
15 tahun
2
37
31
2,8
52,9
44,3
Jumlah 70 100
2 Jenis kelamin
Laki laki
Perempuan
37
33
52,9
47,1
Jumlah 70 100
4 Pendidikan terakhir ayah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
3
26
26
15
4,3
37,1
37,1
21,5
Jumlah 70 100
5 Pendidikan terakhir ibu
SD
SMP
SMA
3
26
36
4,3
37,1
51,4
Perguruan Tinggi 5 7,3
Jumlah 70 100
6 Pekerjaan ayah
Petani
Buruh
Pegawai swasta
Wiraswasta
PNS
TNI/Polri
16
11
8
22
11
2
22,9
15,7
11,4
31,4
15,7
2,9
Jumlah 70 100
7 Pekerjaan ibu
Petani
Buruh
Pegawai swasta
Wiraswasta
PNS
Ibu Rumah Tangga
15
4
3
22
4
22
21,4
5,7
4,3
31,4
5,7
31,4
Jumlah 70 100
8 Status Pernikahan Orang Tua
Masih Bersama
Bercerai
Menikah lagi
50
9
11
71,4
12,9
15,7
Jumlah 70 100
9 Penghasilan Orang tua
1.000.000 - 1.500.000 20 28,6
1.500.000 – 2.000.000
2.000.000 – 3.000.000
3.000.000
11
34
5
15,7
48,6
7,1
Jumlah 70 100
3. Analisis Bivariat
Tabel 1. Tabulasi Silang umur dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang NAPZA
NoUmur
Tingkat Pengetahuan
Baik Sedang Buruk Total P
0,647F % F % F % f %
1 13 tahun 1 1,4 1 1,4 0 0 2 2,9
2 14 tahun 13 18,6 21 30 3 4,3 37 52,9
3 15 tahun 11 15,7 14 20 6 8,6 31 44,3
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% terdapat nilai
p=0,647 (p>0,05), artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur siswa dengan
tingkat pengetahuan di SMPN 4 Gamping.
Tabel 2. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
NAPZA
No Jenis kelamin
Tingkat Pengetahuan
Total PBaik Sedang buruk
F % f % f % F %
1 Laki laki 4 5,7 29 41,4 4 5,7 37 52,9 0,165
2 Perempuan 6 8,6 19 27,1 8 11,4 33 47,1
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% terdapat
nilai p=0,165 (p>0,05), artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
siswa dengan tingkat pengetahuan di SMPN 4 Gamping.
Tabel 3. Tabulasi Silang pendidikan terakhir Ayah dengan Tingkat Pengetahuan
Remaja Tentang NAPZA
no Tingkat Pengetahuan
Umur Baik Sedang buruk Total P
F % f % f % f %
SD 0 0 0 0 3 4,3 3 4,3
0,00
SMP 0 0 19 27,1 7 10 26 37,1
SMA 2 2,9 24 34,4 0 0 8 37,1
D3 3 4,3 5 7,1 0 0 7 11,4
S1 7 10 0 0 0 0 70 10
No Pendidikan Ibu
Tingkat Pengetahuan
Total PBaik Sedang buruk
f % f % f % f %
SD 0 0 0 0 3 4,3 3 4,3
0,00
SMP 0 0 19 27,1 7 10 26 37,1
SMA 8 11,4 28 40 0 0 36 51,4
D3 1 1,4 1 1,4 0 0 2 2,9
S1 3 4,3 0 0 0 0 3 4,3
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% terdapat
nilai p=0,00 (p<0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan terakhir
ibu dengan tingkat pengetahuan remaja di SMPN 4 Gamping.
Tabel 5. Tabulasi Silang Pekerjaan Ayah dengan Tingkat Pengetahuan Remaja
Tentang NAPZA
No Pekerjaan Ayah
Tingkat Pengetahuan
Total PBaik Sedang buruk
F % f % f % f %
Petani 0 0 11 15,7 5 7,1 16 22,9
0,00
Pegawai swasta
3 4,3 2 11,4 0 0 11 15,7
Wiraswasta 2 2,9 6 8,6 0 0 8 11,4
Buruh 0 0 17 24,3 5 7,1 22 31,4
PNS 7 10 4 5,7 0 0 11 15,7
TNI/Polri 0 0 2 2,9 0 0 2 2,9
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% terdapat
nilai p=0,00 (p<0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan Ayah
dengan tingkat pengetahuan remaja di SMPN 4 Gamping.
Tabel 6. Tabulasi Silang Pekerjaan ibu dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
NAPZA
No Pekerjaan ibu
Tingkat Pengetahuan
Total PBaik Sedang buruk
F % f % f % F %
Petani 0 0 10 14,3 5 7,1 15 21,4
Pegawai 1 1,4 3 4,3 0 0 4 5,7
swasta 0,00
wiraswasta 0 0 3 4,3 0 0 3 11,4
Buruh 0 0 17 24,3 5 7,1 22 31,4
PNS 3 4,3 1 1,4 0 0 4 5,7
Ibu rumah tangga
8 11,4 14 20,0 0 0 22 31,4
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% terdapat
nilai p=0,00 (p<0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan
tingkat pengetahuan remaja di SMPN 4 Gamping. Responden yang memiliki pengetahuan
baik terbanyak terdapat pada responden yang ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Tabel 7. Tabulasi Silang St
atus Perkawinan Orang tua dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang NAPZA
No
Status perkawinan
Tingkat Pengetahuan
Total PBaik Sedang buruk
f % F % f % f %
1 Masih bersama 12 24 37 52,9 1 1,4 50 71,4 0,00
2 Bercerai 0 0 3 4,3 6 8,6 9 12.9
3 Menikah lagi 0 0 8 11,4 3 3 11 15,7
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% terdapat
nilai p=0,00 (p<0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna antara status perkawinan ibu
dengan tingkat pengetahuan remaja di SMPN 4 Gamping. Responden yang memiliki
pengetahuan baik terbanyak terdapat pada responden yang orang tuanya msih bersama
B. Pembahasan
1. Pengaruh Umur Terhadap Tingkat
Pengetahuan Remaja Tentang Narkoba.
Tujuan dimasukkannya variabel
umur kedalam penelitian ini dalah untuk
membuktikan dengan dugaan umur
seseorang dapat mempengaruhi
pengetahuan orang tersebut, karena dari
beberapa penelitian sebelumnya biasanya
mengaitkan karakteristik umur responden
dalam sebuah penelitian yang mana
sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Soetjiningsih (2004) semakin
bertambahnya usia seseorang semakin
dapat memahami dirinya dan dapat
menerima informasi mengenai berbagai
hal dari berbagai sumber. Selain itu
menurut Notoatmodjo bahwa pengetahuan
merupakan domainyang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang
(overt behavior) karena dugaan
pengetahuan yang baik dapat menciptakan
perilaku atau kemampuan yang baik
(Notoatmodjo,2013).
Hal ini tidak sesuai dengan hasil
penelitian yang saya lakukan, yang mana
hasil analisis bivariat dengan uji chi square
pada tingkat kepercayaan 95% terdapat
nilai p=0,647 (p>0,05), artinya tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara
umur siswa dengan tingkat pengetahuan di
SMPN 4 Gamping. Hasil ini sejalan
dengan hasil peneli
2. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap
Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
Narkoba.
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan jumlah responden laki laki dan
perempuan tidak jauh berbeda, jumlah laki
laki sebanyak 37 orang (52,9%) dan
wanita sebanyak 33 orang (47,1%).
Kemudian responden laki laki yang
memiliki pengetahuan baik ada sebanyak 4
orang (5,7%), sedang 29 orang (41,4%),
buruk 4 orang (5,7%). Responden
perempuan yang memiliki pengetahuan
baik sebanyak 8 orang (11,4%), sedang
sebanyak 19 orang (27,1%), buruk
sebanyak 6 orang (8,6%). Hasil analisis
bivariat dengan uji chi square pada tingkat
kepercayaan 95% terdapat nilai p=0,165
(p>0,05), artinya tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara jenis kelamin siswa
dengan tingkat pengetahuan di SMPN 4
Gamping karena nilai p> 0,05.
Penelitian ini sesuai dengan teori
yang diungkapkan oleh Hawadi (2008),
secara umum perempuan tidak memiliki
perbedaan yang signifikan dalam proses
perkembangan intelektual seperti dalam
hal belajar untuk meningkatkan
pengetahuan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh windarti (2009) yang menemukan
bahwa jenis kelamin perempuan memiliki
pengetahuan lebih baik 2,31 kali bila
dibandingkan dengan jenis kelamin laki
laki. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
adanya perbedaan ruang lingkup
penelitian, umur responden yang rata
berumur 16-20 tahun yang termasuk
remaja tengah, serta perbedaan dalam hal
menakses informasi kesehatan tentang
narkoba.
3. Pengaruh Pekerjaan Orang Tua
Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja
Tentang Narkoba.
a. Ayah
Berdasarkan hasil analisis bivariat
dengan uji chi square pada tingkat
kepercayaan 95% terdapat nilai p=0,00
(p<0,05), artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara pekerjaan Ayah dengan
tingkat pengetahuan remaja di SMPN 4
Gamping. Karena nilai p < 0,25.
Berdasarkan tabel perhitungan
pada analisis data juga remaja yang
ayahnya memilik pekerjaan formal yaitu
PNS, pegawai swasta, TNI Polri memiliki
tingkat pengetahuan baik lebih tinggi dari
pada remaja yang memiliki ayah memilik
pekerjaan non formal yaitu
petani,buruh,wiraswasta. Hal ini dapat
diartikan bahwa, menurut Dina (2002)
ayah yang bekerja formal di sektor formal
mempunyai pendapatan yang relatif stabil
sehingga kebutuhan pokok keluarga
menjadi terpenuhi. Dengan keadaan sosial
ekonomi yang memadahi yang memadahi
dalam sebuah keluarga, ayah mempunyai
waktu untuk berkomunikasi dengan
keluarganya terutama remaja, dan keadaan
ini akan berdampak positif pada
pengetahuan dan prilaku remaja terhadap
narkoba. Hal ini sesuai dengan pendapat
Craven dan Hilme( 2000) bahwa Individu
yang mempunyai status sosial ekonomi
rendah, lebih sering mendapat akibat yang
negatif, mereka lebih akrab dengan
kriminalitas, sakit mental dan minuman
yang mengandung alkohol.
Keadaan sosial ekonomi keluarga
memiliki hubungan yang sangat erat
dengan pekerjaan dan pendidikan orang
tua. Tentulah status sosial ekonomi tidak
merupakan faktor mutlak untuk dalam
perkembangan sosial, sebab itu tergantung
pada sikap sikap orang tuanya dan
bagaimana interaksi dalam keluarga itu.
b. Ibu
Hasil analisis bivariat dengan uji
chi square pada tingkat kepercayaan 95%
terdapat nilai p=0,00 (p<0,05), artinya
terdapat hubungan yang bermakna antara
pekerjaan ibu dengan tingkat pengetahuan
remaja di SMPN 4 Gamping. Responden
yang memiliki pengetahuan baik terbanyak
terdapat pada responden yang ibunya
bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Dari hasil analisis tersebut
didapatkan bahwa ibu rumah tangga sangat
berpengaruh terhadap pengetahuan
anaknya. Keadaan tersebut dikaitkan
dengan keberadaan orang tua dirumah
sehingga ada kesempatan orang tua
tersebut khususnya ibu rumah tangga
untuk berkomunikasi dengan baik tentang
narkoba kepada anak anaknya. Sesuai
dengan pendapat Abdul (2005) apabila
dalam suatu keluarga tidak terdapat
komunikasi dan interaksi tentang bahaya
narkoba maka akan mengakibatkan
pemahaman remaja kurang kompeherensif,
sehingga dapat dijadikan faktor resiko
yang membuat mereka melakukan
penyalahgunaan narkoba akibat
kuarangnya pengetahuan.
Ibu rumah tangga memiliki
peranan penting dalam meningkatkan mutu
pendidikan melalui pendidikan keluarga.
Ini menunjukkan posisi wanita sangat
penting dalam mengemban peran ganda,
pertama sebagai ibu rumah tangga, dan
kedua sebagai pembimbing bagi anak-
anaknya. Peran yang kedua tersebut
terbukti bisa meningkatkan prestasi belaar
anak-anaknya secara khusus dan
meningkatkan mutu pendidikan secara
umum (Islam, 2008).
Penelitian yang dilakukan Pidarta
(1997), dengan judul “Peranan Ibu dalam
Pendidikan Anak” menghasilkan
kesimpilan bahwa 66 % ibu rumah tangga
memahami akan pentingnya pendidikan
bagi anak-anaknya. Penelitian ini
menunjukkan bahwa cara mendidik yang
dilakukan ibu rumah tangga terhadap
anak-anaknya cukup beragam sesuai
dengan tingkat pendidikan orang tuanya.
Penelitian yang mengambil sampel ibu
rumah tangga yang ada di desa dan di kota
ini menyerukan perlunya pembinaan
terhadap ibu-ibu agar dapat berpartisipasi
dalam pengembangan pendidikan
keluarga. Dengan harapan para ibu rumah
tangga dapat mengoptimalkan pendidikan
keluarga yang akan berimplikasi terhadap
peningkatan tingkat pengetahuan dan
kecerdasan anak Bangsa. Dari penelitian
ini dihasilkan beberapa macam pendidikan
yang diselenggarakan dalam keluarga.
Diantaranya adalah pendidikan agama
(71,9 %), pendidikan budi pekerti (60%),
pergaulan (40,4 %), dan pendidikan di
sekolah (34, 2%), dan pendidikan praktis
untukmembantu keluarga (25, 7 %).
4. Pengaruh Pendidikan Orang Tua
Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja
Tentang Narkoba.
A. Ayah.
Hasil analisis bivariat dengan uji
chi square pada tingkat kepercayaan 95%
terdapat nilai p=0,00 (p<0,05), artinya
terdapat hubungan yang bermakna antara
pendidikan terakhir ayah dengan tingkat
pengetahuan remaja di SMPN 4 Gamping.
Karena nilai p < 0,25. Dari hasil
penelitian didapatkan peserta yang
memiliki pengetahuan baik dengan ayah
yang berpendidikan SMA sebanyak 2
orang (2,9%), D3 sebanyak 3 orang
(4,3%) dan S1 sebanyak 7 orang (10,10%).
Peserta yang memiliki pengetahuan sedang
yaitu orangtua yang memiliki pendidikan
SMA sebanyak 24 orang (34,3%), SMP 19
orang (27,1%) dan D3 sebanyak 5 orang
(7,1%). Sedangkan yang memilik
pengetahuan buruk hanya pada peserta
yang memiliki orang tua yang
berpendidikan SD sebanyak 3orang (4,3%)
dan SMP sebnyak 7 orang (10,10%). Dari
hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa
pendidikan formal orangtua
mempengaruhi penyampaian informasi
kepada responden, dimana orang tua yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi, maka
pengetahuan tentang narkoba juga akan
semakin baik. Muzaham (1995)
menyatakan bahwa pendidikan formal
pada dasarnya akan memberikan
kemampuan kepada seseorang untuk
berpikir rasional dan objektif. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang
diharapkan diikuti oleh semakin tingginya
tingkat pengetahuan seseorang. Jika
pendidikan rendah, maka pengetahuan
tentang hidup sehat cenderung kurang
terutama kemampuan hidup sehat untuk
diri sendiri (Resti, 2005).
Menurut (Muchsin,2012), Orang
tua yang memiliki tingkat pendidikan yang
lebih tinggi memiliki sumber daya yang
cenderung lebih besar, baik pendapatan,
waktu, tenaga, dan jaringan kontak, yang
memungkinkan mereka untuk terlibat lebih
jauh dalam pendidikan anak sehingga
dapat berpengaruh terhadap pengetahuan
anak.
B. Ibu
Hasil analisis bivariat dengan uji
chi square pada tingkat kepercayaan 95%
terdapat nilai p=0,00 (p<0,05), artinya
terdapat hubungan yang bermakna antara
pendidikan terakhir ibu dengan tingkat
pengetahuan remaja di SMPN 4 Gamping.
Karena nilai p < 0,25. Dari hasil penelitian
didapatkan peserta yang memiliki
pengetahuan baik dengan ibu yang
berpendidikan SMA sebanyak 8 orang
(11,4%), D3 sebanyak 1 orang (1,4%) dan
S1 sebanyak 3 orang (4,3%). Peserta yang
memilik pengetahuan sedang dengan ibu
yang berpendidikan SMA sebanyak 28
orang (40,0 %), SMP sebanyak 19 orang
(27,1%), D3 sebanyak 1 orang (1,4%).
Kemudian peserta yang memilik
pengetahuan buruk yaitu hanya pada
peserta yang memiliki ibu dengan
pendidikan SD sebanyak 3 orang (4,3%),
SMP sebanyak 7 orang (10,0%). Hal ini
dapat diartikan bahwa peserta yang
memiliki pengetahuan buruk terdapat pada
ibu yang memiliki tingkat pendidikan lebih
rendah, sedangkan peserta yang memiliki
pengetahuan baik terdapat pada ibu yang
memiliki pengetahuan baik.
Hal ini sesuai dengan Penelitian
yang dilakukan Darlan (1996), dengan
judul “Tingkat Pendidikan dan Kebiasaan
Para Ibu terhadap pengetahuan dan sikap
remaja di desa Pantai Kalimantan
Tengah” menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan para ibu mempengaruhi
kebiasaan dalam membimbing dalam
masalah kesehatan. Penelitian yang
dilakukan di desa pantai ini menghasilkan
data bahwa tingkat pendidikan para ibu
mempengaruhi kebiasaan sehari-hari yang
akhirnya ditiru oleh anak-anaknya. Ini
menunjukkan bahwa apa yang dilakukan
ibu rumah tangga menjadi bahan
pendidikan bagi anak-anaknya dalam
keluarga tersebut. Dengan semikian, jika
tingkat pendidikan ibu tinggi maka
kebiasaan dalam rumah tangga akan lebih
baik di bandingkan denga para ibu yang
pendidikannya rendah. Kalau ditarik
dengan masalah penelitian ini maka dapat
dikatakan tingkat pendidikan ibu akan
mempengaruhi pengetahuan anak dalam
masalah kesehatan khususnya narkoba.
Sedangkan penelitian terdahulu
yang hasilnya bertentangan dengan
penelitian ini adalah: Penelitian yang
dilakukan Soepeno (1994), menyatakan
bahwa peranan orang tua, termasuk ibu,
dalam kegiatan belajar di rumah tidak
berkorelasi secara berarti dengan intensitas
motivasi belajar siswa. Fasilitas belajar di
rumah juga tidak berkorelasi secara berarti
dengan motivasi siswa. Hasil lain dari
penelitian ini adalah minat dan perhatian
orang tua, termasuk ibu, terhadap
pendidikan bukanlah yang utama, Tetapi
perhatian utama yang dapat menunjang
pendidikan demi meningkatkan
pengetahuan anaknya adalah kebutuhan
ekonomi.
5. Pengaruh status perkawinan Orang
Tua Terhadap Tingkat Pengetahuan
Remaja Tentang Narkoba.
Hasil analisis bivariat dengan uji
chi square pada tingkat kepercayaan 95%
terdapat nilai p=0,00 (p<0,05), artinya
terdapat hubungan yang bermakna antara
status perkawinan ibu dengan tingkat
pengetahuan remaja di SMPN 4 Gamping.
Responden yang memiliki pengetahuan
baik terbanyak terdapat pada responden
yang orang tuanya msih bersama.
Hasil Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dina
(2007) dalam judul “Hubungan faktor
Eksternal Dengan Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Remaja Dalam Hal Pencegahan
Penyalahgunaan NAPZA” yang
menunjukkan bahwa anak dikeluarga yang
hanya memiliki orang tua utuh ( 33%)
lebih banyak yang berpengetahuan baikdan
tidak beresiko terhadap penyalahguanaan
NAPZA dibandingkan dengan proporsi
remaja yang orang tuanya bercerai atau
single parents (19%) yang mana hasil
tersebut signifikan, berarti adanya
hubungan keutuhan keluarga terhadap
pengetahuan remaja. Remaja yang
memiliki orang tua tunggal cenderung
memiliki komunikasi yang kurang
maksimal, yang mana dapat
mengakibatkan pemahaman remaja
menjadi kurang komnperhensif sehingga
menimbulkan ketidakpuasan yang
akhirnya remaja berusaha mendapatkan
informasi tentang NAPZA tersebut melalui
orang lain dan media media tertentu yang
belum tentu dapat mereka cerna dengan
baik.
Handayani (2007) mengungkapkan
bahwa pangkal masalah yang sering
dihadapi keluarga yang hanya dipimpin
orang tua tunggal adalah masalah anak.
Masalah struktural keluarga yang bercerai
dapat mempengaruhi kualitas pengasuhan.
Seorang ibu atau ayah tunggal harus
memilik peran ganda, yaitu mengasuh dan
memberi nafkah, hal tersebut dapat
mengurangi intensitas perhatian dan
komunikasi orang tua terhadap anak dalam
memberikan pendidikan untuk
meningkatkan pengetahuan anak anaknya
miiler dan sneby (1996). Dalam penelitian
ini diketahui bahwa responden berasal dari
kategori remaja awal, yang mana pada mas
ini remaja sedang mengalami masa
perubahan baik fisik maupun non fisik
meliputi ketidakstabilan emosi,
perkembangan jiwa, dan pembentukan
karakter sering ditemui dari berbagai
gejala perilakunya, fase tersebut dikenal
dengan proses pencarian jati diri dan
pemahaman diri serta penjajakan peran
dan kedudukannya dalam lingkungan.
Dalam proses pencarian jati diri itu, remaja
memerlukan lingkungan yang kondusif
khususnya dalam keluarga agar pencarian
jati diri tersebut tidak tersesat
(rahem,2009).
Menururt ahmadi (2004) Salah satu
faktor utama yang lain yang
mempengaruhi perkembangan sosial anak
ialah faktor keutuhan keluarga. Yang
dimaksud dengan faktor keutuhan keluarga
terutama ditekankan kepada strukturnya
yaitu keluarga yang masih lengkap, ada
ayah, ibu, dan anak. Di samping keutuhan
keluarga yang terbentuk struktur-struktur
tersebut diperlukan keutuhan interaksi
hubungan antara anggota satu dengan
anggota keluarga yang lain, dan faktor
peranan keluarga terhadap perkembangan
sosial anak-anak tidak hanya terbatas
kepada situasi sosial ekonominya, atau
kebutuhan struktur dan interaksinya, tetapi
cara-cara dan sikap sikap dalam
pergaulannya memegang peranan penting
di dalam perkembangan sosial anak-anak
mereka.
kesimpulan
Hasil analisis tingkat pengetahuan
remaja menunjukkan faktor umur memiliki
nilai p=0,647 dan jenis kelamin memiliki
nilai p = 0,165 lebih besar dari 0,05 artinya
tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara umur dan jenis kelamin dengan
tingkat pengetahuan tentang NAPZA.
kemudian faktor pendidikan ayah memiliki
nilai p= 0,00, pendidikan ibu p=0,00,
pekerjaan ayah p=0,00, pekerjaan ayah p =
0,00 pekerjaan ibu p =0,00 dan ststus
perkawinan orang tua memiliki nilai
p=0,00 yang artinya terdapat hubungan
yang signifikan antara pendidikan orang
tuam pekerjaan orang tua dan status
perkawinan orang tua. dapat disimpulkan
bahwa yang faktor faktor pengetahuan
yang memiliki nilai signifikan terhadap
tingkat pengetahuan adalah pendidikan
orang tua, pekerjaan orang tua, dan status
perkawinan orang tua
Saran
a. Perlu dilakukan penelitian dengan
sampel yang lebih banyak pada
remaja dengan latar belakang yang
yang berbeda
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam
menganalisis faktor faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi
pengetahuan remaja tentang Napza
c. Perlu dilakukan pengembangan
penelitian yang lebih lanjut
dikarenakan faktor faktor yang
mempengaruhi pengetahuan remaja
sangat banyak.
Daftar pustaka
Parapat, (2002). Panduan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, Pedoman bagi orang tua,
Pelajar, mahasiswa, Masyarakat dan Lembaga Pemerintaha. Jakarta: PT. Sepadan
Agra Daya.
Kaplan, D.W, dan Kathleen A., Mammel, (1991). Interrelation of High Risk Adolescent
Behaviour, In Current Pediatric Diagnosis and Treatment.
Prentice Hall International Health.
Sulhi, M. (2002). Artikel; Seks Masuk Sekolah,Ya..Ya..!.Diakses 16 april, 2012 dari
http://www.kompas.com/kesehatan/news/0210/17/211514.htm.
Schiffman, Leon G. & Leslie Kanuk (2000), Consumer Behavior, Fifth Edition, New Jersey:
Prentice Hal, Inc.