10
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ABORTUS DI PUSKESMAS JORLANG HULUAN KECAMATAN PEMATANG SIDAMANIK KAUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Elvipson Sinaga Dosen Akademi Kebidanan Audi Husada, Medan ABSTRACT Incidence of abortion in the health center district Jorlang Huluan Pematang Sidamanik Simalungun District in 2012 by 7.3%. The most influential factor present in the mother's own as the occurrence or duration of pregnancy. This study aimed to determine the relationship karakteriktik pregnant women (age, illness, pregnancy interval) and the incidence of abortion in the health center district Jorlang Huluan Pematang Sidamanik Simalungun District in 2012. This research is a survey that is correlative with the cross-sectional design. The population in this study were all pregnant women in sub-district health centers Pematang Jorlang Huluan Sidamanik Simalungun District in 2012, amounting to 232 people and a sample size of 68 people. The data for this study were obtained throught questionnaire-based interviews and statistically analyzed throught bivariate chi-square at α = 5%. The results showed there is a correlation with the incidence of abortion at age Jorlang Huluan subdistrict health center districts Pamatang Sidamanik Simalungun In 2012, there is a correlation with the incidence of pregnancy complications of abortion in health centers Pamatang Jorlang Huluan District district Sidamanik Simalungun year 2011 and there is a relationship with the incidence of abortion pregnancy interval in Puskesmas Jorlang Huluan district Pamatang Sidamanik Simalungun district in 2012. Mothers are expected to know the characteristics of pregnant women with the incidence of abortion, women should know the description of the incidence of abortion and consider the condition of pregnancy to prevent abortion and for health workers at the health center district Jorlang Huluan Pamatang Sidamanik Simalungun district

Abort Us

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Abort Us

Citation preview

Page 1: Abort Us

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN

ABORTUS DI PUSKESMAS JORLANG HULUAN KECAMATAN

PEMATANG SIDAMANIK KAUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

Elvipson Sinaga

Dosen Akademi Kebidanan Audi Husada, Medan

ABSTRACT

Incidence of abortion in the health center district Jorlang Huluan Pematang

Sidamanik Simalungun District in 2012 by 7.3%. The most influential factor present in

the mother's own as the occurrence or duration of pregnancy.

This study aimed to determine the relationship karakteriktik pregnant women

(age, illness, pregnancy interval) and the incidence of abortion in the health center

district Jorlang Huluan Pematang Sidamanik Simalungun District in 2012. This

research is a survey that is correlative with the cross-sectional design. The population

in this study were all pregnant women in sub-district health centers Pematang Jorlang

Huluan Sidamanik Simalungun District in 2012, amounting to 232 people and a sample

size of 68 people. The data for this study were obtained throught questionnaire-based

interviews and statistically analyzed throught bivariate chi-square at α = 5%.

The results showed there is a correlation with the incidence of abortion at age

Jorlang Huluan subdistrict health center districts Pamatang Sidamanik Simalungun In

2012, there is a correlation with the incidence of pregnancy complications of abortion

in health centers Pamatang Jorlang Huluan District district Sidamanik Simalungun

year 2011 and there is a relationship with the incidence of abortion pregnancy interval

in Puskesmas Jorlang Huluan district Pamatang Sidamanik Simalungun district in

2012.

Mothers are expected to know the characteristics of pregnant women with the

incidence of abortion, women should know the description of the incidence of abortion

and consider the condition of pregnancy to prevent abortion and for health workers at

the health center district Jorlang Huluan Pamatang Sidamanik Simalungun district

Page 2: Abort Us

expected the need to improve information about the characteristics of women with

abortion, in order to increase knowledge mothers through counseling about abortion.

Keywords:MotherCharacteristics,Abortion

1. PENDAHULUAN

Pemeriksaan kehamilan merupakan

salah satu tahapan penting yang harus

dilakukan oleh ibu hamil menuju

kehamilan yang sehat. Pemeriksaan

kehamilan dapat dilakukan melalui

dokter kandungan atau bidan dengan

minimal pemeriksaan 4 kali selama

kehamilan yaitu pada usia kehamilan

trimester pertama, trimester kedua dan

pada kehamilan trimester ke tiga, itupun

jika kehamilan normal. Namun ada

baiknya pemeriksaan kehamilan

dilakukan sebulan sekali hingga usia 6

bulan, sebulan dua kali pada usia 7-8

bulan dan seminggu sekali ketika usia

kandungan menginjak 9 bulan.

Pemeriksaan kehamilan begitu penting

dilakukan oleh para ibu hamil, karena

kehamilan dimonitoring secara

menyeluruh untuk mengetahui kondisi

ibu maupun janin yang sedang

dikandungnya (Saifuddin, 2006). Ibu

hamil perlu diperhatikan kesehatannya

demi kelangsungan kehamilan agar

terhindar dari kejadian abortus. Abortus

perlu dihindari oleh karena dapat

menyebabkan kematian pada bayi.

Menurut Muchtar (2010), abortus dapat

disebabkan oleh faktor intrinsik yaitu

umur, tingkat pendidikan, paritas,

interval kehamilan, penyakit dan

kelainan uterus dan ekstrinsik yaitu

status pekerjaan dan ekonomi. Abortus

atau keguguran merupakan suatu proses

terhentinya kehamilan sebelum janin

mampu hidup diluar kandungan ibunya

dengan atau tanpa alat bantu. Sering

sekali kajadian abortus tidak dapat

diketahui dengan pasti karena ketidak

mengertian seorang wanita untuk

mengidentifikasi secara pasti (Sibuea,

2008). Abortus atau keguguran dapat

terjadi apabila mengalami pendarahan

pada kehamilan muda dan perdarahan

antepartum. Pendarahan antepartum

merupakan pendarahan yang terjadi

setelah kehamilan 28 minggu dan

merupakan pendarahan dari traktus

genitalis yang terjadi antara kehamilan

minggu ke 28 awal partus. Perdarahan

biasanya lebih banyak dan memerlukan

penanganan yang berbeda (Sarwono,

Page 3: Abort Us

2005). Kasus perdarahan sebagai sebab

utama kematian maternal dapat terjadi

pada masa kehamilan, persalinan dan

masa nifas. Perdarahan pada kehamilan

harus selalu dianggap sebagai kelaianan

yang berbahaya. Perdarahan pada masa

hamil muda disebut dengan keguguran

atau abortus, sedangkan pada kehamilan

tua disebut sebagai perdahan

antepartum. Batas teoritis antara

kehamilan muda dan keamilan tua

adalah 28 minggu, mengingat

kemungkinan hgidup janin di luar

uterus. Penyebab perdarahan

antepartum antara lain plasenta previa,

solusio plasenta, dan perdarahan yang

belum jelas sumbernya (Winkjosastro,

2009). Abortus spontan 60-80% terjadi

pada trimester pertama, yakni

disebabkan kelainan kromosom 50%,

gangguan fungsi endokrin 23%,

kelainan rahim 15% dan gangguan pada

perkembangan embrio 12%. Resiko

abortus spontan meningkat didukung

oleh karena paritas yang banyak, umur

ibu dan umur ayah dan jarak kehamilan

terlalu dekat (Winkjosastro, 2009).

Angka kejadian ibu hamil yang

mengalami abortus lebih cenderung

terjadi pada multipara dibandingkan

primipara. Hal ini disebabkan karena

pada multipara uterus sudah terlalu

sering dibuahi sehingga keadaan uterus

melemah. Hasil penelitian Juliana

menyatakan paritas yang mengalami

abortus yaitu nullipara 13,6%,

primipara 27,2%, secundipara 33,6%

dan multipara 25,6%. Wanita yang

telah mengalami keguguran 2 kali

bahkan sampai 3 kali berturut-turut,

mempunyai kemungkinan untuk

kembali keguguran menjadi lebih besar

(Sarwono, 2008). Beberapa penyakit

apabila terjadi pada wanita hamil dapat

menyebabkan abortus dan biasanya

kehamilan dapat berlangsung lebih lama

sampai lebih dari 13 minggu baru

terjadi abortus. Meskipun bukti korelasi

dari berbagai penyakit tidak dapat

dibuktikan secara menyakinkan, akan

tetapi ada beberapa penyakit yang

diduga dapat menyebabkan abortus.

Penyakit infeksi kronis dapat

menyebabkan abortus, infeksi listeria

monosifogenis menyebabkan kehamilan

anembrionik, demikian juga infeksi

toksoplasma gondii. Penyakit yang

disebabkan oleh gangguan hormonal

juga apabila tidak berhasil dikendalikan

dengan baik dapat meningkatkan

kejadian abortus seperti pada penyakit

diabetes melitus, tiroidtoksikosis,

defisiensi korpus luteum dan hipotiroid.

Abortus spontan juga dapat terjadi bila

Page 4: Abort Us

produksi progesteron tidak mencukupi

atau terjadi disfungsi kelenjar gondok

(Krisnadi, 2003). Kelainan pada uterus

dapat juga sebagian penyebab lain dari

abortus, ada dua kategori kelainan

uterus, pertama yaitu kelainan yang

diperoleh dikemudian hari seperti

mioma dan sinekia. Mioma yang

terbanyak menyebabkan abortus ialah

mioma submukosa. Sinekia adalah

pertautan bagian dinding dalam rahim

yang saling berhadapan. Keadaan ini

bisa terjadi sebagai akibat kerokan yang

terlalu dalam pada evaluasi missed

abortion atau akibat infeksi kronis pada

endometrium sehingga sebagian

endometrium musnah dan terjadilah

perlengketan atau sinekia. Pada keadaan

yang demikian dapat terjadi abortus

berulang karena tidak cukup banyak

endometrium yang tersisa untuk

mendukung implementasi blastokista.

Kedua, yaitu kelainan yang diperoleh

sejak lahir. Kategori ini dibagi dua yaitu

spontan dan terjadi atas pengaruh. Yang

spontan misalnya uterus bikornis dan

uterus septus. Yang terjadi atas

pengaruh misalnya kelainan struktural

dan fungsional pada rahim akibat

dietilstil bistrol (DES) terhadap

pertumbuhan dan perkembangan uterus.

Servik yang tidak utuh menjadi sebab

lain dari abortus (Chalik, 2006). Untuk

itu perlu diketahui bagaimana hubungan

karakteristik (umur, penyakit yang

diderita dan interval kehamilan) dengan

kejadian abortus, agar dapat membantu

pelayanan kesehatan khususnya

pelayanan preventif terhadap kejadian

abortus dan penanggulangannya sesuai

dengan karakteristik ibu yang tentu saja

sangat berguna untuk tindakan dimasa

yang akan datang (Sarwono, 2005).

Data yang diperoleh dari Puskesmas

Jorlang Huluan di Kecamatan Pematang

Sidamanik Kabupaten Simalungun,

diketahui bahwa kasus abortus pada

tahun 2009 sebanyak 16 penderita

(7,01%) dengan jumlah K1 sebesar 76%

dan K4 sebesar 72%, pada tahun 2010

kasus abortus sebanyak 20 penderita

(8,6%) dengan jumlah K1 sebesar 74%

dan K4 sebesar 70% dan pada tahun

2012 kasus abortus sebanyak 17

penderita (7,3%) dengan jumlah K1

sebesar 79 % dan K4 sebesar 77%,

sehingga telah diperoleh ibu hamil

dengan abortus selama 3 tahun

sebanyak 53 penderita dengan berbagai

jenis abortus yakni abortus imminens

sebanyak 12 kasus (22,6%), abortus

insipiens sebanyak 9 kasus (16,9%),

abortus inkomplet sebanyak 10 kasus

(18,8%), abortus komplet sebanyak 19

Page 5: Abort Us

kasus (35,8%) dan missed abortion

sebanyak 3 kasus (5,6%). Banyak faktor

yang mempengaruhi kejadian abortus

seperti umur, tingkat pendidikan, status

pekerjaan, paritas, ekonomi, interval

kehamilan, penyakit dan kelainan uterus

(komplikasi kehamilan). Faktor yang

paling berpengaruh terdapat pada si ibu

sendiri sebagai tempat terjadinya atau

berlangsungnya kehamilan.

Berdasarkan uraian diatas perlu

dilakukan penelitian tentang hubungan

karakteristik ibu hamil dengan kejadian

abortus di Puskesmas Jorlang

HuluanKecamatan Pematang Sidamanik

Kabupaten Simalungun tahun 2012.

MANFAAT PENELITIAN

Mengetahui hubungan faktor instrinsik

ibu (umur, penyakit yang diderita,

interval kehamilan) dengan kejadian

abortus.

1.Memberikan gambaran insidensi

abortus di Puskesmas Jorlang Huluan

Kecamatan Pematang Sidamanik

Kabupaten Simalungun tahun 2012.

2.Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan konstribusi terhadap

kemajuan ilmu pengetahuan teknologi

informasi yang dapat menambah

wawasan serta dapat dimanfaatkan

sebagai referensi bagi lembaga

penelitian maupun peneliti-peneliti

lainnya yang tertarik untuk meneliti

masalah ini dimasa yang akan datang.

3.Bagi peneliti selajutnya sebagai

referensi pengembangan ilmu kesehatan

masyarakat, khususnya yang terkait

dengan kenyamanan ibu pra persalinan.

KERANGKA KONSEP

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hubungan Umur Dengan Kejadian Abortus di Puskesmas Jorlang Huluan Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun Tahun 2012. Umur ibu hamil dengan kejadian

abortus terdapat mayoritas dengan umur

> 35 tahun sebanyak 3 orang (4,4%),

umur < 20 tahun sebanyak 2

orang(2,9%) dan minoritas dengan

umur 20-35 tahun sebanyak 1 orang

(1,5% dengan tidak abortus sebanyak

49 orang (72,1%) dan minoritas dengan

abortus sebanyak 1 orang (1,5%). Dari 8

yang ber umur < 20 tahun terdapat 2

orang (2,9%) yang abortus dan 6 orang

(8,8%) yang tidak abortus. Dari 22

orang yang ber umur 20-35 tahun

terdapat 1 orang (1,5%) yang

Karakteristik Ibu

- Umur

- Komplikasi

Kehamilan

Kejadian Abortus

Page 6: Abort Us

mengalami abortus dan terdapat 49

orang (72,1%) yang tidak abortus.

Kemudian dari 24 orang yang berumur

> 35 tahun terdapat 3 orang (4,4,%)

yang mengalami abortus dan terdapat 7

orang (10,3%) yang tidak abortus.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat

hubungan umur dengan kejadian

abortus di Puskesmas Jorlang Huluan

Kecamatan Pamatang Sidamanik

Kabupaten Simalungun Tahun 2012.

Hal ini sesuai menurut Draper (2005)

bahwa faktor umur ibu mempunyai

pengaruh terhadap kehamilan dan

persalinan, ibu yang berumur dibawah

20 tahun atau diatas 35 tahun sangat

beresiko untuk abortus. Kehamilan ibu

dengan usia dibawah 20 tahun

berpengaruh kepada kematangan fisik

dan mental dalam menghadapi masa

kehamilan. Usia hamil yang ideal bagi

seorang wanita adalah antara umur 20-

35 tahun, karena pada usia tersebut

rahim sudah siap menerima kehamilan,

mental juga sudah matang dan sudah

mampu merawat sendiri bayi dan

dirinya. Hal ini sesuai dengan penelitian

Megawati (2010), di Rumah Sakit Haji

Medan Periode Januari 2008 - April

2010 bahwa umur ibu berhubungan

dengan kejadian abortus pada ibu yang

dirawat di Rumah Sakit Haji Medan

Periode Januari 2008 - April 2010.

Beberapa faktor yang merupakan

predisposisi terjadinya abortus misalnya

faktor paritas dan usia ibu. Resiko

abortus semakin tinggi dengan

bertambahnya paritas dan semakin

bertambahnya usia ibu. Menurut

asumsi peneliti umur ibu hamil akan

mempengaruhi kejadian Abortus.

Semakin tinggi umur ibu hamil maka

akan semakin besar kemungkinan

terjadinya kejadian Abortus. Pada

penelitian ini Ibu masih banyak yang

memiliki umur yang > 35 tahun oleh

karena itu diharapkan kepada ibu untuk

tidak mengalami kehamilan lagi dan

mengikuti program KB untuk menjaga

keselamatan ibu.

2. Hubungan Komplikasi Kehamilan Dengan Kejadian Abortus di Puskesmas Jorlang Huluan Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun Tahun 2012.

Komplikasi kehamilan mayoritas tidak

komplikasi sebanyak 54 orang (79,4%)

dan minoritas ada komplikasi kehamilan

sebanyak 14 orang (20,6%) dengan

tidak abortus sebanyak 62 orang

(91,2%) dan abortus sebanyak 6 orang

(8,8%). Dari 14 orang yang mengalami

komplikasi kehamilan terdapat 6 orang

(8,8%) yang abortus dan 8 orang

(11,8%) yang tidak abortus. Kemudian

Page 7: Abort Us

dari 54 orang yang tidak mengalami

komplikasi kehamilan semuanya

terdapat tidak terjadi abortus yaitu 54

orang (79,4%). Berdasarkan hasil

penelitian terdapat hubungan

komplikasi kehamilan dengan kejadian

abortus di Puskesmas Jorlang Huluan

Kecamatan Pamatang Sidamanik

Kabupaten Simalungun Tahun 2012.

Hal ini sesuai dengan pendapat

Chalik (2009) bahwa komplikasi

kehamilan misalnya penyakit infeksi

kronis dapat menyebabkan abortus,

infeksi listeria monosifogenis

menyebabkan kehamilan anembrionik,

demikian juga endokinfeksi

toksoplasma gondii, ureaplasma,

mikoplasma hominis. simpleks,

sitomegali, campak, variola, hepatitis,

varisella, polio, vaksinia, koksakki dan

ensefalomielitis. Hal ini sesuai dengan

penelitian Admin (2007) bahwa faktor

ibu dengan kejadian abortus di RS Ibu

dan Anak Anni”mah Kecamatan

Wangon Kabupaten Bayumas 2007

bahwa salah satu faktor yang

berhubungan dengan abortus spontan

yaitu faktor riwayat komplikasi

kehamilan yang diderita itu. Menurut

asumsi peneliti komplikasi kehamilan

yang dialami ibu selama kehamilan

misalnya : pendarahan, pre eklamsia

dan infeksi, akan sangat berpengaruh

terhadap kejadian abortus. Untuk itu

diharapkan apabila ibu hamil

mengalami komplikasi dalam

kehamilan agar segera memeriksakan

kehamilannya untuk mencegah hal

buruk yang dapat terjadi akibat

komplikasi kehamilan

3. Hubungan Interval Kehamilan Dengan Kejadian Abortus di Puskesmas Jorlang Huluan Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun Tahun 2012. Interval kehamilan mayoritas ≥ 2 tahun

sebanyak 56 orang (82,4%) dan

minoritas < 2 tahun sebanyak 12 orang

(17,6%) tidak abortus sebanyak 62

orang (91,2%) dan abortus sebanyak 6

orang (8,8%). Dari 12 orang yang

interval kehamilan < 2 tahun terdapat 6

orang (8,8%) yang Abortus dan 6 orang

(8,8%) yang tidak abortus. Kemudian

dari 56 orang yang interval

kehamilannya ≥ 2 tahun tidak terdapat 0

orang yang Abortus dan 56 orang

(82,4%) yang tidak Abortus.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat

hubungan interval kehamilan dengan

kejadian Abortus di Puskesmas Jorlang

Huluan Kecamatan Pamatang

Sidamanik Kabupaten Simalungun

Tahun 2012. Hal ini sesuai menurut

Sarwono (2008) bahwa kehamilan

Page 8: Abort Us

sebelum 2 tahun sering mengalami

komplikasi dalam kehamilan. Kesehatan

fisik dan rahim ibu masih butuh cukup

istirahat. Ada kemungkinan ibu masih

menyusui. Selain itu anak tersebut

masih butuh asuhan dan perhatian orang

tuanya. Bahaya yang mungkin terjadi

bagi ibu antara lain : pendarahan setelah

bayi lahir karena kondisi ibu masih

lemah, bayi prematur/lahir belum cukup

bulan sebelum 37 minggu, bayi dengan

berat badan lahir rendah/BBLR < 2500

gram. Hal ini sesuai menurut penelitian

Budi Santoso (2002) di Rumah Sakit dr.

Hasan Sadikin Bandung Januari 1998 -

Desember 2002 bahwa terdapat

pengaruh interval kehamilan dengan

terjadinya abortus dan semakin

renggang jarak kehamilan maka

semakin kecil kemungkinan untuk

menjadi abortus, dan secara statistik

hubungan tersebut bermakna. Selain itu

hal ini sesuai dengan suatu penelitian

yang dilakukan oleh Abu-Heija AT

(1999) yang mendapatkan hasil ada

hubungan yang bermakna antara

interval kehamilan dengan terjadinya

abortus. Menurut asumsi peneliti

interval kehamilan akan mempengaruhi

kejadian Abortus. Untuk itu diharapkan

ibu hamil agar memperhatikan interval

kehamilan agar sesuai dengan

reproduksi sehat yaitu ≥ 2 tahun untuk

mencegah terjadinya abortus pada

kehamilan berikutnya.

KESIMPULAN

1. Terdapat hubungan umur

dengan kejadian abortus di Puskesmas

Jorlang Huluan Kecamatan Pamatang

Sidamanik kabupaten Simalungun

Tahun 2012.

2. Terdapat hubungan komplikasi

kehamilan dengan kejadian abortus di

Puskesmas Jorlang Huluan Kecamatan

Pamatang Sidamanik kabupaten

Simalungun Tahun 2012.

3. Terdapat hubungan interval

kehamilan dengan kejadian abortus di

Puskesmas Jorlang Huluan Kecamatan

Pamatang Sidamanik kabupaten

Simalungun Tahun 2012.

SARAN

1. Diharapkan ibu mengetahui

karakteristik ibu hamil dengan

kejadian abortus.

2. Sebaiknya ibu mengetahui

gambaran kejadian abortus dan

memperhatikan kondisi

kehamilannya untuk mencegah

terjadinya abortus.

3. Bagi tenaga kesehatan di Puskesmas

Jorlang Huluan Kecamatan

Page 9: Abort Us

Pamatang Sidamanik kabupaten

Simalungun diharapkan perlunya

meningkatkan informasi tentang

karakteristik ibu dengan abortus,

guna meningkatkan pengetahuan ibu

melalui penyuluhan tentang abortus.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan

untuk lebih meneliti variabel lain

yang lebih luas tentang abortus.

DAFTAR PUSTAKA Admin, 2007, Hubungan Beberapa Faktor

Ibu Dengan Kejadian Abortus Spontan di RS Ibu dan Anak Anni”mah Kecamatan Wangon Kabupaten Bayumas Tahun 2007, Karya Tulis Ilmiah

Budiarto Eko, 2002, Biostatistik Untuk

Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta.

Budi Santoso, 2002, Hubungan Antara

Umur Ibu, Paritas, Jarak Kehamilan dan Riwayat Obstetri Dengan Terjadinya Abortus di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung Januari 1998 - Desember 2002, Skripsi.

Hidayat Alimul A, 2010, Metode Penelitian

& Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta

Chalik, 2006, Konsep Kebidanan, Jakarta Draper, 2009, Asuhan Kehamilan, Jakarta Hanafi Wiknjosastro, 2009, Ilmu

Kebidanan, EGC, Jakarta Krisnadi, 2003, Gizi dalam Reproduksi,

Jaskarta

Lieweellyn, 2001, Asuhan Kebidanan, Jakarta

Manuaba I.B. G. 2006. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.

______________, 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.

Mansjoer, 2006, Asuhan Kehamilan, EGC, Jakarta

Megawati, 2010, “Hubungan Karakteristik

Ibu dengan Abortus Inkompletus di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari 2008 – April 2010”.

Prawiroharjo Sarwono, 2009, Ilmu

Kebidanan, EGC, Jakarta Riyanto Agus, 2010, Pengolahan dan

Analisis Data Kesehatan, Mulia Medika, Yogjakarta.

Rustam Mochtar, 2002, Obstetri dan

Ginekologi, Sinopsis I, Jakarta Saifudin, 2006, Buku Acuan Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Yogyakarta

Sarwono, S. 2005. Ilmu Kebidanan,

EGC, Jakarta S. Sibuea, 2008. Hubungan Pemanfaatan

Bidan dengan Cakupan Program, Jakarta

Notoatmodjo Soekidjo, 2002, Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta

-----------------------------, 2010, Metode Penelitian Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta

Wiknjosastro Hanafi, 2005, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, YogyakartA

________________, 2009, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Yogyakart

Page 10: Abort Us

10