Upload
hana-hilfa-hakim
View
56
Download
21
Embed Size (px)
DESCRIPTION
farmasi
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI NON STERIL
PERCOBAAN VII
PEMBUATAN SUPPOSITORIA
Dosen : Drs. Pramono abdullah, Apt
Kelompok 2
Disusun oleh :
Darma Wijaya (12010016)
Fuji Rahayu (12010030)
Hana Hilfa Hakim (12010032)
Liana Febriyani (12010038)
Jurusan : S-1 Farmasi reguler
Tanggal praktikum : 27 – 05 – 2015
LABORATORIUM
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI
BOGOR
JUNI 2015
I. TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan dan komposisi bahan dalam sediaan suppositoria .
2. Mengetahui persyaratan suppositoria dan mengevaluasi suppositoria.
II. DASAR TEORI
Pengertian Suspensi
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, Supositoria adalah sediaan
padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina
atau uretra. Sedangkan , menurut Farmakope Indonesia Edisi III Supositoria
adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk
torepedo dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh.
Basis suppositoria
Sediaan supositoria ketika dimasukkan dalam lubang tubuh akan
melebur, melarut dan terdispersi. Dalam hal ini, basis supositoria memainkan
peranan penting. Maka dari itu basis supositoria harus memenuhi syarat
utama, yaitu basis harus selalu padat dalam suhu ruangan dan akan melebur
maupun melunak dengan mudah pada suhu tubuh sehingga zat aktif atau obat
yang dikandungnya dapat melarut dan didispersikan merata kemudian
menghasilkan efek terapi lokal maupun sistemik. Basis supositoria yang ideal
juga harus mempunyai beberapa sifat seperti berikut :
1. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.
2. Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat.
3. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna dan bau
serta pemisahan obat
4. Kadar air mencukupi.
5. Untuk basis lemak, maka bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan
penyabunan harus diketahui jelas.
Persayaratan basis Suppositoria
1. Secara fisiologi netral ( tidak menimbulkan rangsangan pada usus, hal ini
dapat disebabkan oleh massa yang tidak fisiologis ataun tengik, terlalu
keras, juga oleh kasarnya bahan obat yang diracik)
2. Secara kimia netral (tidak tersatukan dengan bahan obat)
3. Tanpa alotropisme (modifikasi yang tidak stabil)
4. Interval yang rendah antara titik lebur dan titik beku (pembekuan dapat
berlangsung cepat dalam cetakan,kontraksibilitas baik, mencegah
pendinginan mendaak dalam cetakan)
5. Interval yang rendah antara titik lebur mengalir denagn titik lebur jernih
(ini dikarenakan untuk kemantapan bentuk dan daya penyimpanan,
khususnya pada suhu tinggi sehingga tetap stabil).
Metode Pembuatan
Pembuatan supositoria secara umum yaitu bahan dasar supositoria yang
digunakan dipilih agar meleleh pada suhu tubuh atau dapat larut dalam bahan
dasar, jika perlu dipanaskan. Jika obat sukar larut dalam bahan dasar, harus
dibuat serbuk halus. setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau
mencair, tuangkan ke dalam cetakan supositoria kemudian didinginkan.
Tujuan dibuat serbuk halus untuk membantu homogenitas zat aktif dengan
bahan dasar. Cetakan suppositoria terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau
logam lainnya, namun ada juga yang terbuat dari plastik. Untuk mengatasi
massa yang hilang karena melekat pada cetakan, supositoria harus dibuat
berlebih (±10%), dan sebelum digunakan cetakan harus dibasahi lebih dahulu
dengan parafin cair atau minyak lemak, atau spiritus sapotanus (Soft Soap
Liniment) agar sediaan tidak melekat pada cetakan. Khusus supositoria dengan
bahan dasar PEG dan Tween bahan pelicin cetakan tidak diperlukan, karena
bahan dasar tersebut dapat mengerut sehingga mudah dilepas dari cetakan
pada proses pendinginan.
Metode pembuatan supositoria dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Dengan tangan
Yaitu dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah dicampur
homogen dan mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki.
b. Dengan mencetak kompresi
Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan massa dingin menjadi suatu
bentuk yang dikehendaki.
c. Dengan mencetak tuang
Pertama-tama bahan basis dilelehkan diatas penangas air atau penangas
uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan, kemudian
bahan-bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya. Akhirnya
massa dituang kedalam cetakan logam yang telah didinginkan, yang
umumnya dilapisi krom atau nikel.
Macam-macam basis Suppositoria.
1. Basis berlemak, contohnya : oleum cacao.
2. Basis lain, pembentuk emulsi dalam minyak :campuran tween dengan
gliserin laurat.
3. Basis yang bercampur atau larut dalam air, contohnya : gliserin-gelatin,
PEG (polietien glikol).
Keuntungan dan Kerugian Supositoria
Keuntungan Supositoria:
a. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
b. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam
lambung
c. Obat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga obat dapat
berefek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral
d. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar
Kerugian Supositoria
a. Pemakaiannya tidak menyenangkan
b. Tidak dapat disimpan pada suhu ruang
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
ALAT BAHAN Mortir & Stamfer Gelas ukur 100 ml Batang pengaduk Lampu spiritus Beaker glass Kertas perkamen Neraca analitik Kaki tiga & bunsen Tissue Cawan uap Alat pencetak
Ibuprofen 125 mg Paracetamol 125 mg PEG 6000 PEG 400 Oleum cacao Asam borat & asam
stearat Aquadest
B. Kajian preformulasi
Kelompok Zat aktif Basis
Mf. Supp. 25 gram
A1 Paracetamol 125 mg
Oleum cacao
A2 Ibuorofen 125 mg
PEG 6000 + PEG 400 ( 60 : 40 )
A3 Asam borat dan Asam stearat
Oleum cacao + PEG 4000 ( 60 : 40 )
A4 Oleum cacao + PEG 4000 ( 40 : 60 )
C. Penimbangan Bahan
Bobot 1 suppositoria = 5 gram
X = 25 gram / 5 gram = 5 suppositoria
1. Ibuprofen 125 mg = 125 x 5 supp = 625 mg = 0,625 gram
2. PEG 6000 = 60 / 100 x 25 gram = 15 gram
3. PEG 400 = 40 / 100 x 25 gram = 10 gram
D. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu
2. Ditimbang masing – masing bahan yang sudah ditetapkan
3. Masukkan basis PEG 6000 dan PEG 400 kedalam beaker glass tersebut
lalu dipanaskan sampai larut.
4. Zat aktif dimasukkan ke dalam beaker glass tersebut, aduk sampai
homogen
5. Kemudian masukkan kedalam cetakan suppositoria masing – masing 5
gram pada saat kondisi panas.
IV. HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan hasil praktikum , diperoleh data sebagai berikut :
Kelompok Bobot
suppositoria
( gram )
Keterangan Persyaratan bobot
( 5 gram )
A1
A2 4,53 Homogen , licin , tidak
terjadi keretakan
Tidak memenuhi
persyaratan
A3
A4
V. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan sediaan suppositoria dengan
menggunakan dua bahan aktif yaitu ibuprofen 125 mg dimana basis suppositoria
yang digunakan adalah polietilenglikol ( PEG ) . dan metode pembuatan yang
digunakan yaitu metode pencetakan tuang .
Pertama-tama bahan basis dilelehkan diatas penangas air atau penangas uap
untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan, kemudian bahan-
bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya. Khusus supositoria
dengan bahan dasar PEG dimana bahan pelicin cetakan tidak diperlukan,
karena bahan dasar tersebut dapat mengerut sehingga mudah dilepas dari
cetakan pada proses pendinginan.
Akhirnya massa dituang kedalam cetakan logam yang telah didinginkan, yang
umumnya dilapisi krom atau nikel.
VI. KESIMPULAN
VII. DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen kesehatan
RI: Jakarta
Dirjen POM, (1995), Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen kesehatan
RI: Jakarta
Ansel, H.C,. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. Terjemahan
Farida Ibrahim. UI Press: Jakarta.
Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat. Jakarta : Gadjah Mada University
Press
Anonim.1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Depkes RI : Jakarta
http://dprayetno.wordpress.com/emulsi-shampo-lotion-clensing-cream/
Anonim. 1911. The British Farmaceutical Codex. Diterbitkan oleh Dewan
Pharmaceutical Society of Great Britain. (didownload melalui Google
7/11/2010).