5

Click here to load reader

74-149-1-SM(1)

  • Upload
    nella

  • View
    8

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PKM

Citation preview

Page 1: 74-149-1-SM(1)

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 3 No. 2 Juli 2006: 84 - 88

84

UJI AKTIVITAS ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI DAUN

BELUNTAS TERHADAP Candida albicans DAN PEMBUATAN SEDIAAN YANG SESUAI

Sri Arini, Dani Nurmawan, Fina Alfiani, dan Sri Mulyani

Fakultas Farmasi UGM

ABSTRAK Leucorrhea is one disease commonly found in women live in tropical area such as Indonesia. Candida albicans is one of the main cause of this disease. Beside leucorrhea, Candida albicans can also cause infection in mouth, skin, and lung. The leaves of Pluchea indica Less is traditionally used to overcome leucorrhea. This experiment was conducted to examine the activity of volatile oil in Pluchea indica Less in inhibiting the growth of Candida albicans. The experiment was done using liquid diffusion method. Result showed that volatile oil of Pluchea indica Less can inhibit the growth of Candida albicans with minimum inhibition concentration 12.5%. To observe the efficacy in application, the volatile oil was combined with other ingredients to make a ready to use product. 2 parts of volatile oil of Pluchea indica Less, was combined with 1 part parfum and 7 parts technical ethanol 95%. This product was then spray over outer part of vagina with leucorrhea. Examination showed that this product was more effective compare to povidon iodium (positive control). Analytical examination using GC-MS revealed that the volatile oil of Pluchea indica Less contain caryophyllene, isocaryophyllene, azulene derivate-compound, and naphthalene.

Keywords: Candida albicans, Pluchea indica Less., antifungi, volatile oil

ABSTRAK Keputihan merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita sebagian besar wanita didaerah tropis seperti Indonesia. Candida albicans merupakan salah satu penyebab keputihan yang sering dijumpai. Selain menyebabkan keputihan, Candida albicans juga dapat menyebabkan infeksi mulut, kuku, kulit dan paru-paru. Daun beluntas merupakan salah satu tanaman yang secara tradisional sering digunakan dalam pengobatan keputihan. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas anti Candida albicans dari minyak atsiri daun beluntas dengan metode dilusi cair. Hasil uji aktivitas antifungi terhadap Candida albicans, minyak atsiri daun beluntas memiliki KBM pada konsentrasi 12,5%. Minyak atsiri kemudian dibuat sediaan dengan komposisi 2 bagian minyak atsiri daun beluntas, 1 bagian pewangi dan 7 bagian etanol tehnis 95%. Sediaan ini digunakan dengan cara menyemprotkannya pada daerah kewanitaan. Hasil uji aktivitas anti Candida albicans terhadap sediaan yang dibuat dengan metode difusi padat menunjukkan potensi sedian yang dibuat lebih besar daripada povidon iodium (kontrol positif). Hasil analisis kromatografi gas-spektroskopi menunjukkan bahwa minyak atsiri daun beluntas mengandung caryophyllene dan isocaryophyllene serta senyawa derivat azulene, dan naphthalene.

Kata kunci: Candida albicans, Pluchea indica Less., antifungi, minyak atsiri

Page 2: 74-149-1-SM(1)

Uji Aktivitas Antifungi Minyak Atsiri Daun Beluntas Terhadap Candida albicans (Sri Arini dan kawan-kawan)

85

PENDAHULUAN Saat ini banyak obat tradisional

Indonesia yang digunakan masyarakat, tetapi belum didukung oleh penelitian secara ilmiah. Pada umumnya masyarakat menggunakan obat tradisional masih berdasarkan pengalaman empiris, belum didasarkan pada hasil penelitian (pembuktian ilmiah). Oleh karena itu perlu diadakan penelitian untuk mengetahui secara pasti manfaat dan khasiat dari obat tradisional. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai obat tradisional adalah beluntas (Pluchea indica Less.). Tanaman Pluchea indica Less. merupakan tanaman yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, biasanya digunakan sebagai tanaman pagar. Selain itu beberapa daerah di Indonesia mengenal tanaman ini sebagai salah satu tanaman obat yang berkhasiat untuk anti bau badan, penambah nafsu makan, penurun panas, peluruh keringat, obat demam, obat urat syaraf yang lemah, koreng, darah kotor, mencret darah dan haid tidak teratur [1]. Secara tradisional daun beluntas juga digunakan sebagai obat keputihan di daerah Madura [2]. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa minyak atsiri daun beluntas (Pluchea indica Less.) mempunyai efek antibakteri terhadap E. coli dan Staphylococcus aureus. Minyak atsiri daun beluntas 5% v/v dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan kadar 20% v/v dapat menghambat pertumbuhan E. coli [3]. Minyak atsiri secara empiris telah digunakan untuk mengatasi keputihan pada wanita. Minyak chammomile, lavender, jeruk, bergamot dan tea tree dapat digunakan untuk menghalangi pertumbuhan jamur Candida albicans sebesar 70% [4].

Dari penelitian di atas, maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah untuk mengetahui apakah minyak atsiri daun beluntas mempunyai efek antifungi terutama terhadap Candida albicans sebagai penyebab keputihan. Perlu diketahui juga profil kromatografi gas dan gambaran kandungan kimia penyusun minyak atsiri tersebut sebagai dasar penelusuran kandungan zat aktif dan standardisasinya.

Jika minyak atsiri tersebut memiliki aktivitas terhadap Candida albicans, maka perlu dibuat sediaan yang sesuai agar dapat digunakan oleh masyarakat.

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan secara ilmiah adanya aktivitas antifungi minyak atsiri daun beluntas terhadap Candida albicans. Disamping itu juga ingin diketahui nilai KHM/KBM dari minyak atsiri daun beluntas, mengetahui profil kromatografi gas dan gambaran kandungan kimia minyak atsiri daun beluntas, juga untuk membuat sediaan yang sesuai dari minyak atsiri daun beluntas.

METODOLOGI PENELITIAN Alat

Alat destilasi air dan uap, refrakto-meter ABBE, piknometer, autoklaf, laminair air flow, mikropipet, inkubator, kromatografi gas, spektrometri massa Shimadzu QP 5000. Bahan

Minyak atsiri daun beluntas, povidon iodium, propilen glikol, Sabouroud Dextrose Agar, Sabouroud Dextrose Broth, akuades dan etanol.

Page 3: 74-149-1-SM(1)

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 3 No. 2 Juli 2006: 84 - 88

86

Cara kerja a. Determinasi dilakukan dengan

menggunakan buku “Flora of Java”

b. Pengumpulan bahan dilakuan pada bulan Maret-Mei diambil dari daerah Samigaluh, Kulon Progo.

c. Penyulingan Minyak atsiri dilakukan dengan alat destilasi air dan uap

d. Pengukuran tetapan fisika dilakukan dengan mengukur indek bias menggunakan refraktometer ABBE dan bobot jenis menggunakan piknometer.

e. Pemeriksaan komponen minyak atsiri menggunakan kromatografi gas–spektrometri massa Shimadzu QP 5000 dengan kondisi operasi : Jenis Pengionan EI (Electron Impack), Jenis Kolom CP SIL 5 CB, Panjang 25 meter, Suhu Kolom 70-280oC, Program kenaikan Suhu 10oC/5 menit, Gas Pembawa Helium, Injektor Mode Split 1,2:1,6 suhu 280oC, Suhu Detektor 280oC

f. Uji aktivitas antifungi minyak atsiri beluntas dilakukan dengan metode diusi cair.

g. Sediaan dari minyak atsiri dibuat dengan cara trial and error.

h. Uji aktivitas antifungi sediaan minyak atsiri yag dibuat dilakukan dengan metode difusi padat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Destilasi daun beluntas

menghasilkan minyak atsiri yang berwarna: kuning kecoklatan, bau: aromatis khas beluntas, rasa: agak pahit dan menimbulkan rasa pedas. Rendemen minyak atsiri yang diperoleh dari hasil destilasi air dan uap, dapat diihat pada tabel 1.

Minyak atsiri ini memiliki tetapan indek bias 1,496 pada suhu 280 C dan bobot jenis sebesr 0,9499±0,0014. Kromatografi gas menunjukkan 7

puncak dan kondisi tiap puncak terlihat pada tabel 2.

Dengan metode kromatografi gas dapat terdeteksi sebanyak 7 komponen penyusun minyak atsiri. Dari ketujuh komponen tersebut terdapat komponen utama yaitu puncak nomor 5 dengan waktu retensi 14,131 menit dan konsentrasi 29,67%. Waktu retensi merupakan waktu yang menunjukkan lamanya suatu senyawa tertahan di dalam kolom, yang diukur dari saat penyuntikan sampel sampai titik puncak.

Ketujuh puncak yang telah dipisahkan oleh kromatografi gas, dianalisis dengan spektrometri massa menghasilkan tujuh spektra massa yang kemudian diidentifikasi dengan bantuan data spektra dari NIST Library dalam data komputer. Hasil analisis dengan bantuan data spektra dari NIST Library dalam komputer bahwa puncak no 5 yang merupakan komponen utama merupakan isocaryophyllene. Puncak no 1 juga merupakan senyawa isocaryophyllene atau derivat caryophyllene. Puncak no 2 kemungkinana merupakan suatu senyawa derivat naphthalene, sedangkan puncak no 4 merupakan derivat azulene yang berupa terpen. Puncak no 6 dan 7 menunjukkan suatu alkohol dan asam karboksilat yang berupa rantai alifatik. Selain struktur diatas masih ada kemungkinan senyawa lain yang mungkin juga merupakan komponen dari minyak atsiri daun beluntas, tetapi berdasar pola fragmentasinya, kemungkinan senyawa diatas memiliki kedekatan yang lebih baik.

Hasil uji aktivitas antifungi terhadap Candida albicans, minyak atsiri memiliki KBM pada konsentrasi 12,5%. Sedangkan povidon iodium sebagai pembanding memiliki nilai KHM 0,0256% dan nilai KBM

Page 4: 74-149-1-SM(1)

Uji Aktivitas Antifungi Minyak Atsiri Daun Beluntas Terhadap Candida albicans (Sri Arini dan kawan-kawan)

87

0,0512%. Konsentrasi penggunaan povidon iodium pada manusia sebesar 0.08%. Jadi faktor koreksi dari potensi antifungi secara invitro dengan penggunaan(in vivo) sebesar 1,6. Pada percobaan, potensi antifungi dari minyak atsiri daun

beluntas sebesar 12,5 %, sebagai faktor korelasi penggunaan invivo 1,6, sehingga pada penggunaan invivo minyak atsiri daun beluntas memiliki konsentrasi 20%. Hal ini dijadikan dasar konsentrasi minyak atsiri yang terdapat dalam sediaan.

Tabel 1 Rendemen minyak atsiri yang diperoleh dari hasil destilasi air dan uap

No. Bobot bahan (Kg) Volume minyak (mL) Rendemen (%b/v)

1. 3,0 3,0 0,1

2. 3,0 2,9 0,0967

3. 3,1 3,0 0,0968

Tabel 2

Hasil Kromatografi Gas Terhadap Minyak Atsiri Pluchea indica Less

No Waktu Retensi Luas Area Kadar (%)

1. 13,000 4285508 6,88

2. 13,576 16141991 25,90

3. 13,667 10669835 17,12

4. 13,938 5910978 9,48

5. 14,131 18489010 29,67

6. 16,217 4197927 6,74

7. 22,448 2625897 4,21

Total 62321145 100

Hasil percobaan diperoleh

formulasi yang terdiri dari 2 bagian minyak atsiri, 1 bagian pewangi (minyak atsiri jeruk) dan 7 bagian etanol 95%. Secara langsung dapat dilihat bahwa sediaan yang dihasilkan tidak terjadi pemisahan dan homogen. Di bawah mikroskop juga terlihat bahwa sediaan ini homogen, ditandai dengan tidak terlihatnya pemisahan tetes-tetes minyak dalam sediaan. Minyak dapat tercampur dengan baik dan merata pada formulasi ini. dihasilkan tidak terjadi pemisahan dan homogen. Meskipun demikian,

kendala dalam pembuatan formulasi dari minyak atsiri daun beluntas ini adalah terletak pada bau tidak enak dari minyak atsiri tersebut.

Sediaan minyak atsiri diuji aktivitas antifunginya dengan metode difusi padat. Metode ini dipilih karena dapat menggambarkan keadaan yang sesungguhnya pada pemakaian, yaitu etanol dalam sediaan akan segera menguap. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa pada uji aktivitas antifungi dengan metode difusi padat (diameter sumuran 8 mm), sediaan yang dibuat menghasilkan diameter

Page 5: 74-149-1-SM(1)

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 3 No. 2 Juli 2006: 84 - 88

88

hambatan 21,67 mm, etanol 95 % tidak menghambat, sedangkan povidon iodium menghasilkan diameter hambatan 15 mm. Dari besarnya diameter hambatan sediaan dibanding dengan diameter hambatan povidon iodium maka dapat dilihat bahwa sediaan tersebut dapat berefek sebagai antifungi. KESIMPULAN 1. Minyak atsiri daun beluntas

memiliki aktivitas antifungi terhadap Candida albicans.

2. Minyak atsiri daun beluntas tidak dapat ditetapkan Kadar Hambat Minimalnya (KHM) karena kekeruhan terbentuknya emulsi yang keruh, sedangkan Kadar Bunuh Minimalnya (KBM) sebesar 12,5%.

3. Minyak atsiri daun beluntas kemungkinan mengandung senyawa isocaryophyllene, derivat caryophyllene, derivat azulene, derivat naphthalene, suatu alkohol dan asam karboksilat yang berupa rantai alifatik.

4. Minyak atsiri daun beluntas dapat dibuat dengan formula : Minyak atsiri daun beluntas 2 bagian, Pewangi 1 bagian, Alkohol 95% 7 bagian

5. Sediaan yang dibuat juga memiliki aktivitas antifungi terhadap Candida albicans.

SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut mengenai sifat-sifat minyak atsiri daun beluntas agar selanjutnya dapat dibuat sediaan yang sesuai, yang benar-benar dapat digunakan oleh masyarakat secara luas.

DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim, 1985, Tanaman Obat

Indonesia, Jilid I, Depkes RI, Jakarta, 9.

2. Sangat, 2000, Kamus Penyakit dan Tumbuhan Obat Indonesia, Pustaka Populer Obor, Jakarta.

3. Erawati, 1992, Uji Aktivitas Antibakteri dan identifikasi Minyak Atsiri Daun pluchea indica Less, Fakultas Farmasi UGM, Jogjakarta.

4. Agusta, 2000, Cara Sehat dengan Wewangian, Penebar Swadaya, Jakarta).