Upload
rofik-adnan
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
1/30
LAPORAN KASUS
DIABETES
KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS I
PUSKESMAS JAGAKARSA
Penyusun:
DHANU ROHYANA
2006730018
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2010
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
2/30
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat dan
hidayahNya saya dapat menyelesaikan tugas laporan PRESENTASI KASUS DIABETES
tepat pada waktunya.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, Saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak yang membaca ini,agar saya dapat mengkoreksi diri dan dapat membuat
laporan kasus ini yang lebih sempurna di lain kesempatan.
Demikianlah laporan kasus ini saya buat sebagai tugas dari kegiatan klinis IKAKOM I
serta untuk menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Jakarta, 30 maret 2009
Penulis
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
3/30
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : LAPORAN KASUS
1.1 Identitas1.2 Anamnesis1.3 Pemeriksaan Fisik1.4 Diagnosa Kerja1.5 Pemeriksaan Penunjang1.6 Penatalaksanaan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. PendahuluanII. 2. EtiologiII. 3. PatologiII. 4. Gejala dan TandaII. 5. DiagnosaII. 6. PengobatanII. 7. KomplikasiII. 8. PencegahanII. 9. Daftar Pustaka
BAB III : PEMBAHASAN KASUS
BAB IV : PENUTUP
IV. 1. KesimpulanIV. 2. Saran
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
4/30
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. S
No. Rekam medik : 10/07/9809
Usia : 64 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan terakhir : SLTA
Alamat : jagakarsa rt 07/07 no.45
Tanggal masuk : 25 maret 2010 jam 14.45 Wib
AUTOANAMNESIS
Keluhan utama : sering lemas dan cepat lelah Keluhan tambahan : gemetaran dan sering kencing Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sering lemas/mudah cape bila jalan sebentar saja, keluhan ini
dirasakan sudah sejak 2 tahun lalu, tetapi 1 minggu terkhir ini lebih dirasakannya. Dan
pasien juga sering mengalami gemeteran 3 bulan ini, gemeteran biasanya timbul 2-3 hari
sekali. Pasien juga mengeluhkan penglihatnya dalam 6 bulan terakhir ini agak mulai kabur,
walaupun pasien mempunyai riwayat mata minus, tetapi perubahan penglihatan sangat
dirasakan. Riwayat sering kencing dirasakan pasien semenjak 2 tahun lalu (62 th), sehingga
pasien pergi berobat untuk ke dokter, dan oleh dokter didiagnosa DM dengan GDS 450
mg/dl. Kencing biasanya 30 menit sampai 1 jam sekali, dan ini dirasakan sampai sekarang.
Begitu juga dengan rasa haus yang berlebihan dirasakan sejak 2 tahun lalu. Dan nafsu
makan pasien merasakan seperti biasa saja, tetapi setelah didiagnosa oleh dokter, pola
makannya diatur sesuai petunjuk dokter.
Riwayat penyakit dahuluRiwayat didiagnosa DM pada umur 62 tahun
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
5/30
Riwayat gatal disangkal
Riwayat gangguan keputihan disangkal
Riwayat obesitas disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat DM pada masa kehamilan disangkal
Riwayat keluargaDi keluarga tidak ada yang memiliki keluhan sama seperti yang diderita pasien.
Riwayat penyakit DM dikeluarga disangkal.
Riwayat hipertensi disangkal.
Riwayat psikososialPasien 2x makan/hari, 1 x makan gelas. Setelah didiagnosa DM
Riwayat konsumsi rokok dan minuman beralkohol disangkal.
Riwayat pengobatanPasien sejak didiagnose selalu mengkonsumsi obat metformin 500 mg 2 x 1 dan
glibenclamid 5 mg 2x 1. kontrol 1-2 minggu sekali.
Sedangkan obat yng pernah diberikan di ngawi selama kurang lebih 6 bulan tidak diketahui.
Riwayat alergiRiwayat alergi makanan dan obat-obatan disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : pasien tampak sakit ringan Kesadaran : Compos Mentis Tanda vital
Nadi : 80x/m, pulsasi (kuat angkat), regular.Suhu : 36 C Nafas : 18 x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg TB : 160 m BB (dulu) : 59 kg (IMT : 23.04 overweight) BB (sekarang) : 53 kg (IMT : 20.7 normal) Kepala
Inspeksi :
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
6/30
Rambut warna hitam dan putih uban
Distribusi rambut merata dan lurus
Palpasi :Rambut tidak rontok
Tidak teraba benjolan
Mata Inspeksi :
Sklera Ikterik : -/-
Konjungtiva Anemis : -/-
Refleks Pupil :
Langsung : +/+
Tidak langsung : +/+
Palpasi: nyeri tekan supraorbita : -/- Hidung
InspeksiDeviasi : -
Sekret : -
Nafas cuping hidung : -
PalpasiNyeri tekan sinus : -
Mulut Inspeksi
Deviasi : -
Sianosis : -
Gigi geligi : caries dentis (+)
Lidah kotor : -
Lidah tremor : -
Pseudomembran : -
Ulkus : -
Faring hiperemis : -
Tonsil : T1/T1 tidak hiperemis
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
7/30
Telinga Inspeksi
Sekret : -/-
Serumen : -/-
PalpasiPembesaran KGB : -/-
Nyeri tekan : -/-
Leher Inspeksi
Deviasi trakea : -
Tiroid : tidak ada pembesaran
PalpasiPembesaran KGB : -
Nyeri tekan : -/-
Thorax Inspeksi (tidak dilakukan)
Dada simetris
Retraksi :
Spider nevi :
Trauma :
Radang :
Iktus kordis :
Palpasi (tidak dilakukan)Dada tertinggal :
Nyeri tekan :
Massa :
Vocal fremitus :
Perkusi (tidak dilakukan)Paru hepar :
Paru jantung :
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
8/30
AuskultasiWheezing : -/-
Ronki : -/-
Suara melemah : -/-
Abdomen Inspeksi
Contour abdomen: rata
Skar : -
Ulkus : -
Trauma : -
Radang : -
AuskultasiBising usus : +
Murmur aorta : -
Hepatic rub : -
Spleen friction rub: -
Palpasi Nyeri tekan : -
McBurney : -
Hepar : dalam batas normal
Lien : dalam batas normal
Ginjal : dalam batas normal
PerkusiTimpani
Asites : tidak dilakukan
AkralAkral dingin
Tonus otot : 5 5
5 5
Reflek fisiologi :
reflek patella : +/+
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
9/30
reflek achiles : +/+
reflek medianus : +/+
reflek ulnaris :+/+
reflek patologis :
reflek babinski : -/-
reflek openheim : tidak dilakukan
reflek opentrumer: tidak dilakukan
DIAGNOSIS KERJA
Diabetes Melitus tpe 2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
GDS 547 mg/dl (25 maret 2010)
PENATALAKSANAAN
Metformin 500 mg tab No.X
2 dd 1
Glibenclamid 5 mg tab No.X
2 dd 1
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
10/30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 definisi
MenurutAmerican Diabetes Association (ADA) 2002, diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada
diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa
organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.
Penyakit diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif,
dengan gejala hiperglikemi yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, gangguan kerja
insulin, atau keduanya (Darmono, 2007).
Diabetes melitus merupakan kelainan yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan definisi
kerja dan atau sekresi insulin secara absolut atau relatif (Hadisaputro dan Setyawan, 2007).
II.2 Epidemiologi
Diabetes melitus tipe 2 merupakan bentuk diabetes melitus paling umum diseluruh dunia.
Prevalensi DM terus bertambah secara global. Diperkirakan pada tahun 2000, sebanyak 150 juta
orang terkena diabetes melitus, dan akan menjadi dua kali lebih besar pada tahun 2025
(Hadisaputro dan Setyawan, 2007).
Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah
penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi
8,6% dari total penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes dan
pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita, sedangkan dari data
Depkes, jumlah penderita diabetes rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati
urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin.Pada tahun 1992, lebih dari 100 juta penduduk
dunia menderita diabetes dan pada tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 150 juta yang
merupakan 6% dari populasi dewasa. Sehingga secara global WHO memperkirakan PTM
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
11/30
(penyakit tidak menular) telah menyebabkan kematian sekitar 60% dan kesakitan 43% di seluruh
dunia (Depkes, 2005).
Gambar 2-1. Distribusi diabetes melitus tipe 2 di Indonesia (Suyono, 2006)
II. 3 Etiologi
Etiologi DM bisa bermacam-macam, tetapi pada akhirnya mengarah kepada 2 hal berikut
ini (schteingart, 2006) :
1. Insufisiensi dan resistensi insulin.2. Determinan genetik.
Penyebab resistensi insulin pada diabetes melitus tipe 2 sebenarnya tidak begitu jelas,
tetapi faktor-faktor di bawah ini banyak berperan (Suyono, 2005) :
1. Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)2. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat3. Kurang gerak badan4. Faktor keturunan (herediter)
II.4 Patogenesis
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
12/30
Insulin dihasilkan oleh pankreas dan di dalarnnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk
seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang
mengeluarkan hormon insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa darah.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang
dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa
tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa dalam darah
tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan
inilah yang terjadi pada diabetes melitus tipe 1.
Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi
jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini
dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah
lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena
lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan
kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat. Dengan
demikian keadaan ini sama dengan pada diabetes melitus tipe 1, bedanya adalah pada diabetes
melitus tipe 2 di samping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal. Pada
diabetes melitus tipe 2 juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya
kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di samping penyebab di
atas, diabetes melitus juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di dalam sel sehingga
gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi.
Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah sel beta berkurang sampai 50-60% dari normal.
Jumlah sel alfa meningkat. Yang menyolok adalah adanya peningkatan jumlah jaringan amiloid
pada sel beta yang disebut amilin.
Baik pada diabetes melitus tipe 1 maupun pada diabetes melitus tipe 2 kadar glukosa
darah jelas meningkat dan bila kadar itu melewati batas ambang ginjal, maka glukosa itu akan
keluar melalui urin. Mungkin inilah sebabnya penyakit ini juga disebut penyakit kencing manis
(Suyono, 2005).
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
13/30
Defisiensi/ resistensi Insulin
glukagon penurunan pemakaian
glukosa oleh sel
glukoneogenesis hiperglikemia
lemak protein glycosuria
ketogenesis BUN Osmotic Diuresis
ketonemia Nitrogen urine Dehidrasi
pH Hemokonsentrasi
Asidosis Trombosis
Aterosklerosis
Mual muntah
Resti Ggn Nutrisi
Kurang dari kebutuhan
Koma Kematian
Makrovaskuler Mikrovaskuler
Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Miokard Infark Stroke Gangren
Retinopati
diabetik
Ggn. Penglihatan GagalGinjal
Resiko Injury
Nefropati
Ggn Integritas Kulit
Kekuranganvolume cairan
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
14/30
II.5 klasifikasi Diabetes Melitus
A. Klasifikasi klinis dari PERKENI dalam konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetesmelitus tipe 2 tahun 2006 (dalam Soegondo dkk, 2006) :
1. DM tipe 1Destruksi sel beta, umumnya menjerumus ke defisiensi insulin absolut karena
autoimun atau idiopatik.
2. DM tipe 2Berfariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
3. Tipe lainDefek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,
endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang,
sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes melitus.
4. Diabetes kehamilan
B. Menurut ADA (American Diabetes Association) tahun 2002 :1. Diabetes Melitus Tipe 1
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut, baik melalui
proses imunologik atau idiopatik.
2. Diabetes Melitus Tipe 2Berfariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
3. Diabetes Melitus Tipe Lain Defek genetik fungsi sel beta
kromosom 12, kromosom 7, kromosom 20, deoxyribonucleid acid (DNA)
Mitokondria.
Defek genetik kerja insulinResistance insulin type A, leprechaunism, sindrom Rabson-Mendenhall, diabetes
lipoatrofik, lainnya.
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
15/30
Penyakit Eksokrin PankreasPankreatitis, trauma/pankreatektomi, Neoplasma, C ystic fibrosis,
hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus.
EndokrinopatiAkromegali, sindroma cushing, feokromositoma, hipertiroidisme,
somatostatinoma, aldosteronoma.
Karena Obat/Zat kimiaVacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid, tiazid, dilantin,
interferon alfa, diazoxide, agonis -adrenergic.
InfeksiRubella kongenital dan cytomegalovirus (CMV).
Imunologi (jarang)antibodi anti reseptor insulin, sindrom St iff-man.
Sindroma genetik lainSindrom Down, Klinefelter, Turner, Huntington, Chorea, Sindrom Prader Willi,
ataksia friedreichs, sindrom laurence-Moon-Biedl.
4. Diabetes Melitus Gestasional (Kehamilan).
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
16/30
II.6 Gambaran Klinis
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari
oleh penderita. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian dalam Soegondo
dkk (2002) ialah :
a. Keluhan Klasik Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah tanpa sebab yang jelas Banyak kencing (poliuria) Banyak minum (polidipsia) Banyak makan (polifagia)
b. Keluhan Lain Gangguan saraf tepi / kesemutan Gangguan penglihatan (kabur) Gatal / bisul yang hilang timbul Gangguan Ereksi Keputihan Gatal daerah genital Infeksi sulit sembuh Cepat Lelah Mudah mengantuk
II.7 Diagnosis
Penyakit ini mudah diketahui dengan cara memeriksakan kadar glukosa darah. Yang sulit
adalah bila tidak ada gejala. Diagnosis diabetes dalam Soegondo dkk (2006) dipastikan bila :
a. Terdapat keluhan khas diabetes (poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badanyang tidak dapat dijelaskan sebabnya) disertai dengan satu nilai pemeriksaan glukosa
darah tidak normal (glukosa darah sewaktu 200 mg/dl atau glukosa darah puasa 126
mg/dl).
b. Terdapat keluhan khas yang tidak lengkap atau terdapat keluhan tidak khas (lemah,kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi, pruritus vulvae) disertai dengan dua nilai
pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa darah sewaktu 200 mg/dl danlatau
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
17/30
glukosa darah puasa 126 mg/dl yang diperiksa pada hari yang sarna atau pada hari yang
berbeda).
Tabel 2-2. Pentuan diagnosis diabetes melitus menggunakan kadar gula darah
Bukan Belum DM DM
Pasti DM
Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl) Plasma vena < 100 100-199 200
Darah Kapiler < 90 90-99 200
Kadar glukosa darah puasa (mg/dL) Plasma vena 45 tahun tanpa faktor
resiko lain, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
Kriteria diagnostik WHO :
Kriteria Diagnosis:
1) Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan hasilpemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir.
2) Kadar gula darah puasa 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahansedikitnya 8 jam.
3) Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standard WHO,menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan
dalam air.
Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengankarbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa.
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putihtanpa gula tetap diperbolehkan.
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
18/30
Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkandalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit.
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelahminum larutan glukosa selesai.
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT
(Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
- TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 199 mg/dl
- GDPT : glukosa darah puasa antara 100 125 mg/dl.
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
19/30
II.8 Komplikasi
Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang menyerang beberapa
organ dan yang lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak menyerang satu alat saja, tetapi berbagai
organ secara bersamaan. Komplikasi ini dibagi menjadi dua kategori (Schteingart, 2006):
a. Komplikasi metabolik akut : ketoasidosis dan hipoglikemia.b. Komplikasi- komplikasi vaskular jangka panjang :
Mikroangiopati : retinopati, nefropati, neuropati. Makroangiopati : klaudikasio intermitten, gangren, infark
miokardium dan angina.
II.9 Pencegahan
A. Pencegahan primerPencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor
risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi untuk mendapat DM dan
kelompok intoleransi glukosa.
Individu resiko tinggi :
1) Berumur lebih dari 40 tahun2) Gemuk3) Hipertensi4) Riwayat keluarga DM5) Riwayat melahirkan bayi > 4 kg6) Riwayat DM pada saat kehamilan7) Dislipidemia
B. Pencegahan sekunderPencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada
pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan pemberian pengobatan yang cukup
dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan penyakit DM.
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
20/30
C. Pencegahan tersier Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah
mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut.
Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatanmenetap. Sebagai contoh aspirin dosis rendah (80-325 mg/hari) dapat diberikan
secara rutin bagi penyandang diabetes yang sudah mempunyai penyulit
makroangiopati.
Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan
II.11 Prognosis
baik bila patuh berobat dan selalu di control.
II.12 Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah mengurangi resiko untuk komplikasi penyakit mikrovaskuler
dan makrovaskuler, untuk memperbaiki gejala, mengurangi kematian dan meningkatkan kualitas
hidup (Dipiro dkk., 2005).
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
21/30
1) Terapi Non Farmakologi1) Diet
Terapi pengobatan nutrisi adalah direkomendasikan untuk semua pasien diabetes
mellitus, terpenting dari keseluruhan terapi nutrisi adalah hasil yang dicapai untuk hasil
metabolik optimal dan pemecahan serta terapi dalam komplikasi. Individu dengan diabetes
mellitus tipe 1 fokus dalam pengaturan administrasi insulin dengan diet seimbang. Diabetes
membutuhkan porsi makan dengan karbohidrat yang sedang dan rendah lemak, dengan fokus
pada keseimbangan makanan. Pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 sering memerlukan
pembatasan kalori untuk penurunan berat badan (Dipiro dkk., 2005).
2) AktivitasLatihan aerobik meningkatkan resistensi insulin dan kontrol gula pada mayoritas individu
dan mengurangi resiko kardiovaskuler kontribusi untuk turunnya berat badan atau pemeliharaan
(Dipiro dkk., 2005).
2) Terapi FarmakologiTerapi farmakologi ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai
dengan terapi non farmakologi.
a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan :
1. SulfonilureaObat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice)
untuk penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang serta tidak
pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya. Senyawa-senyawa sulfonilurea sebaiknya
tidak diberikan pada penderita gangguan hati, ginjal dan tiroid. Absorpsi senyawa-
senyawa sulfonilurea melalui usus cukup baik, sehingga dapat diberikan per oral
(Anonim, 2005b). Senyawa sulfonilurea dibagi menjadi dua golongan atau generasi
senyawa. Golongan pertama senyawa sulfonilurea mencakup tolbutamida,
asetoheksamida, tolazamida, dan klorpropamida. Sedangkan generasi kedua meliputi
glibenklamida (gliburida), glipizida, glikazida,dan glimepirida. Obat-obat generasi kedua
lebih kuat dibandingkan senyawa sebelumnya (Gilman, 2008).
2. Biguanid
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
22/30
Satu-satunya senyawa biguanid yang masih dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat
ini adalah metformin. Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), disamping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer. Terutama
dipakai pada penderita diabetes gemuk. Metformin dikontraindikasikan pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum > 1,5) dan hati, serta pasien-pasien
dengan kecenderungan hipoksemia (penyakit serebrovaskular, sepsis, syok, gagal
jantung) (Anonim, 2006a).
3. GlinidGolongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: repaglinid dan nateglinid. Umumnya
dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik lainnya (Anonin,2005b).
4. TiazolidindionGolongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan
jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer.
Tiazolidindion dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung klas l-lV karena
dapat memperberat edema/retensi cairan dan juga pada gangguan faal hati. Pada pasien
yang menggunakan tiazolidindion tidak digunakan sebagai obat tunggal (Anonim,
2006a).
5. Penghambat Alfa Glukosidase (Acarbose)Obat ini bekerja dengan mengurangi absorbsi glukosa di usus halus, sehingga mempunyai
efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Acarbose tidak menimbulkan efek
samping hipoglikemia (Anonim, 2006).
Indikasi pemakaian Obat Hipoglikemik Oral :
a. Diabetes sesudah umur 40 tahun.b. Diabetes kurang dari 5 tahun.c. Memerlukan insulin dengan dosis kurang dari 40 unit sehari.d. Diabetes mellitus tipe 2, berat normal atau lebih (Soegondo, 2005).
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
23/30
Tabel 3. Penggolongan Obat Hipoglikemik Oral (Anonim,2005b)
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
24/30
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
25/30
3) Terapi InsulinTerapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita diabetes mellitus tipe1. Pada
diabetes mellitus tipe 1, sel-sel langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga
tidak lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita diabetes
mellitus tipe 1 harus mendapatkan insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme
karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar penderita
diabetes mellitus tipe 2 tidak memerlukan insulin, namun hampir 30% ternyata memerlukan
insulin disamping terapi hipoglikemik oral (Anonim, 2005b).
Insulin diperlukan pada keadaan :
1. Penurunan berat badan yang cepat2. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis3. Ketoasidosis diabetic4. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik5. Hiperglikemia dengan asidosis laktat6. Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal7. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, Stroke)8. Kehamilan dengan DM/diabetes mellitus gestasional yang tidak terkendali dengan terapi
gizi medis
9. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat10.Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO (Anonim, 2006a)
4) Terapi KombinasiPemberian Obat Hipoglikemik Oral maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah. Terapi
dengan Obat Hipoglikemik Oral kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok
yang mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai,
dapat diberikan kombinasi tiga Obat Hipoglikemik Oral dari kelompok yang berbeda, atau
kombinasi Obat Hipoglikemik Oral dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan
klinik dimana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, dipilih terapi dengan kombinasi
tiga Obat Hipoglikemik Oral (Anonim, 2006a), seperti pada gambar 1
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
26/30
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
27/30
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
28/30
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
29/30
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus diatas, didiagnosa sebagai diabetes mellitus tipe 2 berdasarakan sesuai anamnesa
gejala, klasifikasi DM, riwayat penyakit, kriteria tipe DM dan pemeriksaan labolatorium :
Berdasarkan gejala, terdapat gejala khas/klasik :
poliuria polidifsi berat badan menurun
gejala tidak khas :
kesemutan sering berkeringat penglihatan kabur (visus menurun)
berdasarkan interpretasi laolatorium :
GDS : 450 mg/dl (pertama kali periksa)Dan pada diabetes tipe 2 lebih sering terjadi pada pasien diatas 40 tahun, dan kadar insulin
periksa tinggi atau melebihi batas normal. Maka pada pasien ini sebaiknya diterapi dengan terapi
non farmakologis dan terapi farmakologis menggunakan obat oral (OHO) karena dengan terapi
salah satu saja kurang maksimal.
1. Terapi non farmakologisDiet dan olhraga
2. Obat yang sesuai dengan terapi farmakologis diatas sudah tepat.Metformin 500 mg tab No.X
2 dd 1 sebelum makan
Glibenclamid 5 mg tab No.X
2 dd 1 sebelum makanTetapi untuk metformin bisa diminum 3 dd 1/ hari karena GDS 547 mg/dl
atau bisa diterafi dengan kombinasi antara metformin dan tiazolidindion
metformin 500 mg tab No.x
2 dd 1 sebelum makan
Tiazolidindion 8 mg No.x
2 dd 1 tidak bergantung waktu makan.
8/9/2019 30226830 Diabetes Melitus
30/30
BAB IV
PENUTUP
IV. 1. Kesimpulan jumlah pasien DM dalam kurun waktu 25-30 tahun mendatang akan sangat meningkat akiba
perubahan pola hidup, urbanisasi, perubahan pola demografi, dll. Pencegahan baik primer
sekunder, maupun tersier merupakan upaya paling tepat dalam mengantisipasi penyakit DM.
IV. 2. SaranSemoga laporan presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.