9
12 Jurnal Sosiologi DILEMA Argyo Demartoto Membahas Gagasan Post Modernisme Baudrillard : Realitas Semu MEMBEDAH GAGASAN POST MODERNISME BAUDRILLARD : REALITAS SEMU Argyo Demartoto Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126 ABSTRACT Baudrillard who concern with relations between capitalism, technology particularly media and rationality, asks again the mean of existence of objects in society and even on the turn asks again society existence itself which means to ask also sociology existence as a subject. In the view of metaphysic Baudrillad explains being as Simulacra result from simulation process, that is object reproduction which results hipper reality. Methodologically the idea ends sociology based on dualism of metaphysic which is built by Descrates. Fatalist‘s view against technology provoked the death or the end of social, history, art, aura and so forth. Questions which raises later like responds for provocations is the mean of the death or the end ambiguity. Between the view of optimist view which lay the final mean or the death is not the end of all ends, but is as end of everything which last for long time toward the new beginning that place itself in line with social science, especially sociology with laying simulation as a new approach. And another side of pessimist view which is absent that give meaning the end of all ends. It views that the truth achievements trough theories is merely an illusion. Or in Baudrillard‘s language, the truth is not more than the only simulacrum. Social concept which becomes of sociology is hipper realized to be mass which has no reality of sociology at all. The ambiguous idea is a rally a reflection of the nuclear of the idea. According to the it‘s provocation of hipper realism which implose all of differential polars into simulacra. A. Pengantar Jean Baudrillard adalah teoritikus yang dianggap paling mendalam dalam mengartikulasikan konsep postmodernisme dan mencapai status guru serta digolongkan sebagai superteoris postmodern dan pendeta agung epoch baru.( Best dan Kellner, 1993 : 111). Sudut pandang Baudrillard dikenal mempunyai jangkauan yang luas dalam penteorisasian gagasannya. Objek kajiannya merambah mulai dari ekonomi, politik, budaya, seksual, sastra, ekologi, media, sejarah, sosiologi, anthropologi, sebuah pendekatan teori yang total.(Gane, 1994 : 117). Kesan ini tercermin dalam metode penulisannya yang bergaya layaknya teoritikus yang bekerja pada dua model yaitu secara puitis dan fiksi ilmiah. Gaya artikulasi seperti inilah yang acapkali memunculkan provokasi-provokasi kontroversial yang sering menimbulkan polemik tersendiri. Gelombang kritik dan karangan bermunculan menanggapi provokasi Baudrillard ditandai dengan banyaknya karya Baudrillard yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Dalam kaitannya dengan sosiologi, gagasan pemikiran Baudrillard lebih dihubungkan dengan problematik teori sosiologi konvensional dalam menganalisa masyarakat kontemporer khususnya masyarakat konsumer. Tulisan ini berusaha untuk menjelaskan secara sistematis dan serasional mungkin gagasan Baudrillard tentang munculnya realitas hiperreal yang muncul dalam masyarakat era sekarang atau yang disebutnya sebagai era simulasi.

3. Vol. 21.2 Th 2009

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 3. Vol. 21.2 Th 2009

12

Jurnal Sosiologi DILEMA

Argyo DemartotoMembahas Gagasan Post Modernisme Baudrillard : Realitas Semu

MEMBEDAH GAGASAN POST MODERNISME BAUDRILLARD :

REALITAS SEMUArgyo Demartoto

Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126

ABSTRACT

Baudrillard who concern with relations between capitalism, technology particularly mediaand rationality, asks again the mean of existence of objects in society and even on the turnasks again society existence itself which means to ask also sociology existence as a subject.In the view of metaphysic Baudrillad explains being as Simulacra result from simulationprocess, that is object reproduction which results hipper reality. Methodologically the ideaends sociology based on dualism of metaphysic which is built by Descrates. Fatalist‘s viewagainst technology provoked the death or the end of social, history, art, aura and so forth.Questions which raises later like responds for provocations is the mean of the death or theend ambiguity. Between the view of optimist view which lay the final mean or the death is notthe end of all ends, but is as end of everything which last for long time toward the newbeginning that place itself in line with social science, especially sociology with layingsimulation as a new approach. And another side of pessimist view which is absent that givemeaning the end of all ends. It views that the truth achievements trough theories is merely anillusion. Or in Baudrillard‘s language, the truth is not more than the only simulacrum. Socialconcept which becomes of sociology is hipper realized to be mass which has no reality ofsociology at all. The ambiguous idea is a rally a reflection of the nuclear of the idea. Accordingto the it‘s provocation of hipper realism which implose all of differential polars into simulacra.

A. PengantarJean Baudrillard adalah teoritikus

yang dianggap paling mendalam dalammengartikulasikan konsep postmodernismedan mencapai status guru serta digolongkansebagai superteoris postmodern dan pendetaagung epoch baru.( Best dan Kellner, 1993: 111). Sudut pandang Baudrillard dikenalmempunyai jangkauan yang luas dalampenteorisasian gagasannya. Objek kajiannyamerambah mulai dari ekonomi, politik,budaya, seksual, sastra, ekologi, media,sejarah, sosiologi, anthropologi, sebuahpendekatan teori yang total.(Gane, 1994 :117). Kesan ini tercermin dalam metodepenulisannya yang bergaya layaknyateoritikus yang bekerja pada dua model yaitusecara puitis dan fiksi ilmiah. Gaya artikulasiseperti inilah yang acapkali memunculkan

provokasi-provokasi kontroversial yangsering menimbulkan polemik tersendiri.Gelombang kritik dan karanganbermunculan menanggapi provokasiBaudrillard ditandai dengan banyaknyakarya Baudrillard yang diterjemahkan dalambahasa Inggris.

Dalam kaitannya dengan sosiologi,gagasan pemikiran Baudrillard lebihdihubungkan dengan problematik teorisosiologi konvensional dalam menganalisamasyarakat kontemporer khususnyamasyarakat konsumer.

Tulisan ini berusaha untukmenjelaskan secara sistematis dan serasionalmungkin gagasan Baudrillard tentangmunculnya realitas hiperreal yang munculdalam masyarakat era sekarang atau yangdisebutnya sebagai era simulasi.

Page 2: 3. Vol. 21.2 Th 2009

13

ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009

Argyo DemartotoMembahas Gagasan Post Modernisme Baudrillard : Realitas Semu

B. Perkembangan Pemikiran JeanBaudrillard

Latar belakang gagasanpostmodernisme Baudrillard tidak terlepasdari setting intelektual dan sosial yangmengelilinginya. Jean Baudrillard (1922 -....) dilahirkan di Reim - Perancis, adalahprofessor sosiologi di Universitas Nanterre.Setelah bekerja di sekolah menengah atasdi Lycee Baudrillard melanjutkan keuniversitas dan mempelajari bahasa, filsafat,sosiologi dan disiplin lainnya. Tahun 1960ania menerjemahkan karya Peter Weiss danBertholt Brecht ke dalam bahasa Perancissebagai buku yang sangat berpengaruh padagerakan revolusioner yang dikarang olehWilhem Mulhmann. Tidak setuju denganintervensi Perancis dan Amerika di Algeriadan Vietnam, Baudrillard bergabung dengangerakan Kiri Perancis. Dipengaruhi olehHenri Levebre yang merupakan gurusosiologinya, Roland Barthes, Baudrillardmulai serius memasuki teori sosial,semiologi dan psikoanalisis dan menjadidosen di Universitas X yang baru sajadidirikan yaitu Nanterre.

Karya awal Baudrillard (1960 – 1970)sering dihubungkan dengan alur pemikiransayap kiri (leftist) dan kritik sosial sepertiCornelius Castoriadis, antropologi dansemiologi yang dikembangkan oleh ClaudeLevi-Strauss, dan kritikus sastra RollandBarthes, serta karya awal LouisAlthusser.(Sandywell, 1994 : 128). Pada tigakarya awalnya yaitu Le Systeme des Objects,La societte de consommation, dan For aCritique of Political Economy of the Sign ,dan the Mirror of Production, membahasperhatiannya akan sistem yang melingkupisuatu objek. Berpijak pada pendekatanpsikoanalisis Lacanian dan strukturalismeSausurrian, serta mengadopsi sistemhubungan antara objek dan komoditasseperti sistem hubungan antara languagedan parole, Baudrillard mulai merambahkerangka pemikiran Marxis denganmemfokuskan perhatiannya terutama pada

masyarakat konsumer.Mengadopsi gagasan Saussure akan

bahasa, Baudrillard melihat objek konsumsisebagai artikulasi tertentu (parole) darisebentuk ekspresi yang telah ada sebelumkomoditi (language). Berbeda denganSaussure bahasa oleh Baudrillard lebihdiartikan sebagai suatu sistem klasifikasiterhadap objek. Pada masyarakat konsumer“kebutuhan” ada karena diciptakan olehobjek konsumsi. Objek yang dimaksudadalah klasifikasi objek itu sendiri atausistem objek, bukan objek itu sendirisehingga konsumsi diartikan sebagai suatutindakan sistematis pemanipulasian tanda-tanda. (systemic act of manipulation ofsigns). Dengan demikian apa yangdikonsumsi sebenarnya bukanlah objek itusendiri melainkan sistem objek.

Baudrillard mencermati suatu sistemkebutuhan yang muncul dari sistem produksiitu sendiri, yang membuat kebutuhanmenjadi kekuatan konsumsi. Konsumsimenjadi ideologis dan mempunyai sistemkomunikasi (pertukaran) tersendiri.Kepuasan (pleasure) tidak lagi menjaditujuan utama dan pemenuhan kebutuhan.Tujuan utama konsumsi adalah untukmenyangga sistem objek.

Perkembangan transisi dan tahap awalpasar persaingan kapitalis ke tahap kapitalismonopoli menjadi bergeser denganmenekankan perhatiannya pada pengolahanpermintaan untuk memperbesar danmengendalikan konsumsi. Dalammasyarakat konsumer iklan, kemasan,bentuk, gaya, daya tarik seksual, mediamassa, dan produksi secara besar-besarankomoditas mengeraskan kuantitas tanda dantontonan.

Satu sumbangan terpentingBaudrillard di sini adalah pemunculan suatunilai komoditi di luar nilai komoditi yangdipahami Marx sebagai nilai guna dan nilaitukar dengan apa yang disebutnya sebagainilai tanda (sign-value) pada komoditas dansistem komunikasi pertukaran tanda yaitu

Page 3: 3. Vol. 21.2 Th 2009

14

Jurnal Sosiologi DILEMA

Argyo DemartotoMembahas Gagasan Post Modernisme Baudrillard : Realitas Semu

pertukaran simbolis (symbolic exchange).Hal ini dapat dikaji dari beberapa karyaBaudrillard (1976-1980 - an). DalamSymbolic Exchange and Death, Baudrillardmulai memasuki provokasinya yang palingpenting dan dramatis. Dibangun denganprinsip Bataille akan excess dan expenditurdan phataphisic desire-nya. Jarry.Baudrillard menyerang tajam kerangkapemikiran Marxian, semiologi Freud danSosiologi akademis dengan mulaimembangun konsepsinya tentangsimulation.

Pergeseran pemikiran ini ditandaidengan pergeseran pemahaman kode yangberubah dari kode semiologi dalampemahaman Barthes ke kode digital dankode genetis. Proses komunikasi kodesangat dipengaruhi oleh teknologi mediainformasi. Baudrillard mencermati teknologimedia komunikasi telah membawa proseskomunikasi semata instrumen seperti yangterjadi pada komunikasi kode genetisbiomolukuler. Teknologi digital sangatberperan dalam perkembangan mediakomunikasi. Pergeseran ini membawaperubahan yang radikal dalam karya-karyanya. Provokasi-provokasi Baudrillardyang kontroversial menandai pergeseran ini.

Beberapa karyanya mulaiditerjemahkan dalam bentuk terpisah-pisah,seperti simulation yang sebenarnyamerupakan bagian dari Symbolic Exchangeand Death. Karya monumental lainnya yangsangat menggambarkan keradikalanpemikiran Baudrillard adalah The Ecstasyof communication. Lewat karya iniBaudrillard menerangkan bagaimanadorongan kehidupan kontemporer yanglebih dipengaruhi oleh media. Oleh sebagiankubu digolongkan sebagai postmodernis.

Dalam dekade terakhir Baudrillardtermasuk produktif dalam menghasilkankarya. Sejumlah tulisan dalam jurnal-jurnaldan beberapa buku diterbitkan antara lainthe Illusion of The End, Cool memories,America. Beberapa provokasi yang

dilontarkannya banyak mengundangperhat ian dan sering dibahas sepertiprovokasinya tentang akhir dari sosial,sejarah, seni atau perang Teluk yangditegaskannya sebagai simulakrum semata,suatu perang yang tidak pernah terjadi.(Baudrillard, 1994 (b) : 62-65). Melaluiprovokasi-provokasi yang kontroversialgagasan Baudrillard menjadi lebih seringdiperdebatkan dan sekaligusmenempatkannya sebagai salah seorangtokoh postmodernis yang kontroversial.

C. Realitas Semu : Simulasi Realitasdalam Ruang Simulakrum

Gagasan postmodernisme Baudrillardmerupakan refleksi perkembanganpemahaman ruang dan waktu masyarakatsebagai akibat kemajuan teknologi terutamamedia komunikasi yang berkembang padamasyarakat kapitalis yang disarati olehkomodifikasi dalam kehidupan sehari-hari.Dalam kerangka rasionalitas Baudrillardkembali mempertanyakan rasionalitasmasyarakat yang dijanjikan oleh erapencerahan sebagai pembebas manusia.

Setting intelektual gagasanBaudrillard sering dihubungkan denganwacana tradisi pemikiran postrukturalisPerancis yang banyak terpengaruh olehnihilisme yang oleh sebagian kalangandinilai sebagai akar dari pemahamanpostmodernisme yang skeptis. Ruangkapitalisme yang disarati budaya konsumerdan perkembangan teknologi dari metalurgike semiurgi adalah fokus utama dari temagagasan postmodernismenya. Kesadarandalam ruang budaya konsumer membuatBaudrillard mengkaji realitas yangmembangun rasionalitas masyarakat dewasakini. Proses reproduksi objek dalammasyarakat dipandangnya sebagai prosestelah menghasilkan realitas-realitas semu.

Titik fokus gagasan postmodernismeBaudrillard terletak pada pengaruhkemajuan teknologi dalam prosesreproduksi objek dalam masyarakat kini

Page 4: 3. Vol. 21.2 Th 2009

15

ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009

Argyo DemartotoMembahas Gagasan Post Modernisme Baudrillard : Realitas Semu

terutama dalam kebudayaan Barat denganapa yang ia sebut sebagai simulasi(simulation). Simulasi menghasilkan ruangtersendiri yang disebut sebagai ruangsimulakrum (simulacrum). Ruangsimulakrum adalah ruang yang berisirealitas-realitas semu (hiperreality).Simulakrum sendiri adalah hasilpenggandaan dan penggandaan sehinggatidak menyertakan realitas atau referensi aslidalam proses produksinya (reproduksi).(Rosenue, 1992 : xiv)

Hiper berasal dari bahasa Yunani“hiper” yang berarti lebih, di atas, atau lebihdari normal.( http//www/Ctheory. com)Hiperrealitas atau realitas semu adalahrealitas yang dihasilkan dan reproduksiobjek dengan referensi objek yang tidaknyata (model). Ibarat dalam pembuatan peta,simulasi menurut Baudrillard adalah prosespembuatan peta yang mendahului teritorial.

Simulasi dimulai dengan proseshiperrelisme yang meniadakan referensiuntuk proliferasi tanda. Baudrillardmenekankan maksud simulasi sebagai suatuproses proliferasi dalam bentuk penciptaanobjek secara simulatif yaitu objek yangdidasari referensi yang tidak nyata atau tidakjelas asal-usulnya. Apabila kita kembali keanalogi peta, apa yang nampak sekarangadalah teritorial (realitas) yang tidak jelasasal-usulnya (imajiner).

Simulasi dalam dunia teknikkomputer merupakan suatu teknik untukmerepresentasikan realitas dengan modelyang dapat dimanipulasi dalam komputerdigital dimana sifat-sifat objek realitas olehkomputer ditransfer ke dalam kerangka kerjauntuk kepentingan tertentu. (Winkler, : 172)

Dalam dunia simulasi sulit dibedakanbatas-batas antara imajinasi dan realitas,keduanya menjadi setara karena posisiimajinasi berada dalam realitas itu sendiri.Jika dalam prinsip realitas nyata dapatdibedakan antara yang benar dengan yangsalah, antara yang nyata dengan yangimajiner maka simulasi meluruhkan kedua

kutub perbedaan tadi. Kutub realitas dankutub imajiner luruh dalam ruangsimulakrum.

Dalam tataran kesadaran, simulasimenutup kesadaran seseorang akan realitasyang sesungguhnya. Logika yang berlakudalam simulasi sama sekali tidakberhubungan dengan logika realitas yangsesungguhnya. Kesadaran yang dibentukoleh realitas semu adalah kesadaran dalambentuk simulasi. Pemaknaan dunia dalamera simulasi didasari realitas semu melaluicitra-citra yang dihasilkan oleh pelbagaimedia informasi.

Definisi realitas kemudian bergesermenjadi apa yang memungkinkan untukdireproduksi secara setara (that of which itis possible to give an equivalentreproduction). Illusi menjadi tidak lagiimpian atau fantasi melainkan menjaditiruan halusinasi realitas dengan realitas itusendiri (a halucinatory resemblance of thereal with itself). Media informasi sepertitelevisi, dunia fantasi, shopping mallmenjadi model yang membangun nilai, citradiri maupun makna dalam kehidupan sosial.Seperti yang terjadi pada masyarakatkonsumer dimana kebutuhan alami dankebutuhan yang diproduksi tidak dapatdibedakan lagi. Apa yang dikonsumsi bukanlagi dibangun dari kebutuhan objek realkomoditas melainkan sistem objek yangmelingkupi komoditas tersebut.

1. Contoh untuk simulasiBaudrillard mengambil Disneyland

sebagai contoh yang paling tepat untuksimulasi. Pada Disneyland semua konseppermainan dan bangunan dibangunberdasarkan konsep illusi dan fantasi.Disneyland adalah gambaran miniaturbangsa Amerika yang menggambarkansecara obyektif profil sesungguhnyaAmerika. Sebuah simulasi total, replikajalan-jalan protokol Amerika yangdianeksasikan secara elektronis untukmenjadi taman hiburan realitas semu.

Page 5: 3. Vol. 21.2 Th 2009

16

Jurnal Sosiologi DILEMA

Disneyland adalah versi khayalan daridistopia (tempat imajiner di mana orangdituntun menjadi tidak manusiawi danberada dalam kehidupan yang menakutkan)dan merupakan perwujudan imajinasi untukmembuat kita percaya bahwa apa yangberada di hadapan kita adalah yang nyata.Disneyland adalah taman hiburan realitas dimana realitas telah menjadi tontonan.

Salah satu bentuk simulasi permainandalam Disneyland yang mempunyai tingkatinteraktif paling tinggi adalah realitas virtual(virtual reality). Realitas virtual (VirtualReality) adalah teknologi pencitraankomputer (computer imaging technology)yang menghasilkan objek-objek virtual yangpada dasarnya merupakan simulasi objekdalam dunia real. Dalam dunia realitasvirtual yang ada adalah hasil simulasipencitraan objek secara tiga dimensi.Dengan menggunakan seperangkat goggle,headphone dan data gloves memasuki ruangsemu hasil simulasi objek yang ditampilkansecara realistis, menyerupai objek yangsesungguhnya dalam ruang real. Dimensiinteraktif yang terjadi bukan lagi hanyamelihat, mendengar atau merasakan namun“merasakan”. Yaitu gabungan dari ketiganyayang disalurkan melalui ketiga perangkattadi. Teknologi ini muncul sejak tahun 1970-an dan lebih banyak digunakan dalam duniapenerbangan terutama angkasa luar dalammensimulasikan kondisi diluar angkasa.

Dalam dunia virtual pengunjungdiajak berinteraksi dengan objek virtualdalam ruang dan waktu yang semu sepertidalam ruang dan waktu yang real. Realitasvirtual membuat kita seperti menempatidimensi lain, dimensi ke empat yangdidefinisikan oleh relativitas Einsteiniandengan penyerapan kutub-kutub ruang danwaktu, atau bahkan bukan lagi sebuahdimensi karena ruang dan waktu berada dibawah kita. Kesetaraan antara imajinasi danrealitas yang mengubah pandangankonvensional akan ruang yang berdimensitunggal.

2. Aspek-Aspek Virtualisasi ObjekMunculnya ruang realitas semu ini

oleh Baudrillard dijelaskan denganvirtualisasi objek. Melalui teknologimikroprosessor dan sirkuit terpadu,penciptaan objek dalam dunia virtual dicapaidalam pelbagai aspek yang berbeda dalamapa yang oleh Baudrillard disebut sebagai“penulisan dunia secara otomatis”(automatic –writing of the world). Suatupenulisan realita ke dalam kode-kode bineryang tercitrakan secara sempurna melaluimedium realitas virtual ini menghasilkanruang yang bersifat sybernetik atau seringdisebut sebagai Cyberspace. Ist ilahCyberspace pertama kali ditemukan olehpenulis fiksi William Gibson dalamnovelnya yang berjudul Neuoromancer.Cyberspace adalah “ruang tanpa tempat”dalam jalur telepon. Antara penggunadengan segala sesuatu yang di On-line-kan.Seperti ruang situs-situs Web dalam internetatau CompuServe. (Apignanensi dan Garrat,1995 : 128.)

Aspek-aspek tersebut adalah :pertama, aspek high definition di mana citrayang secara elektronik, numerik, atau yangtersintesakan tak lebih dari emanasi kodedigital yang menghasilkannya. Citra ini tidakberhubungan sama sekali denganrepresentasi dan terlebih dengan estetikailusi. Seluruh ilusi dihapus dalamkesempurnaan teknis. Sebuah disilusi murniyang mensubstrak satu dimensi pada dunianyata. Dalam hologram misalnya, olehBaudrillard dianggap sebagaipenyempurnaan citra virtual, seluruh bagiansecara mikroskopik identik dengankeseluruhannya oleh karena itu kita beradadalam dekonstruksi fraktal atas citra palingsempurna yang digeser definisinya.

Kedua, aspek ketepatan tinggi (highfidelity), yaitu menghilangnya musik olehekses peniruan yang akurat denganpenggunaan perangkat elektronik yangsanggup secara akurat mereproduksi efek-efek musikal dan model teknisnya. Musik

Argyo DemartotoMembahas Gagasan Post Modernisme Baudrillard : Realitas Semu

Page 6: 3. Vol. 21.2 Th 2009

17

ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009

APPROXIMATE

“REAL WORLD”

RESULT

MODEL

REAL BEHAVIOUR

Bagan 1. Pandangan sederhana Simulasi

Sumber : Stanley, Winkler, Ibid., hal. 174.

holografis, stereophonis, dan holophonisseolah menelan kembali kode genetiknyasendiri dan kemudian menampilkan sebuahsintesa buatan seperti musik klinis, steril,dan vulgarisasi dari segala kebisingan.

Ketiga, aspek waktu nyata (real time)yaitu suatu aspek yang sebangun denganhigh definition dalam konteks citra. Dengankata lain real time adalah simultanitasperist iwa dan difusi peristiwa dalamlingkungan informasi. Proksimitas serentakmanusia dan tindakannya pada jarak.Dengan medium elektronik, kita dapatmengatur usaha kita dari belahan lain dunia(telepresence) . Salah satu contohtelepresence dalam kehidupan sehari-harisekarang ini adalah munculnya jaringaninternet yang mempunyai fasilitasteleconfrence. Dengan teknologi inimemungkinkan pertemuan secara face-to-face melalui pencitraan lewat TV monitor.Apa yang sesungguhnya terjadi adalahinteraksi antara pengguna teleconfrencedengan medium komputer yangmemindahkan citra lawan diskusi ke dalamlayar monitor.

Seperti halnya ruang citra pada highdefinition, dalam setiap momen dalam realtime secara mikroskopik dirancang, diisolasidalam sebuah sirkuit yang tertutup danterintegrasi. Seperti hologram, setiap bagiandari waktu memusatkan informasi total

relatif dari seluruh kejadian, sehingga kitaseolah-olah dapat mengendalikan peristiwatersebut dari seluruh sisi secara bersamaan.Tidak ada jarak, ingatan, atau punkontinuitas bahkan kematian. Sebuah titikekstrem dari kenyataan waktu (reality oftime).

Aspek keempat adalah Pengkodeangenetik (genetic coding), yaitu simulasimanusia yang sempurna karena pembuatanorgan tubuh virtual yang jauh lebihsempurna dari sesungguhnya, sepertikecenderungan operasi plastik pada wajah,tubuh untuk mencapai bentuk yangsempurna sesuai dengan citra yangdiinginkan. Kode genetiknya sendiri (DNA)yang menjadi pusat dari seluruh mahlukhidup menjadi tipe ideal dari virtualitas.Tahapan pengaburan realita ke dalam suaturealita baru yang semu adalah kunci utamapemahaman konsep terbentuknya realitassemu.

3. Proses Simulasi ObjekKonsep kunci simulasi ini seperti

konsep simulasi dalam teknis simulasikomputer yang terdiri dari empat tahapanyaitu pembentukan model, manipulasimodel, interpretasi hasil, dan perbandingan.Proses simulasi dalam teknis komputerdapat dibagankan sebagai berikut :

Argyo DemartotoMembahas Gagasan Post Modernisme Baudrillard : Realitas Semu

Page 7: 3. Vol. 21.2 Th 2009

18

Jurnal Sosiologi DILEMATabel 1. Perbandingan Tahap SimulasiBaudrillard dan Simulasi dalam Teknis

Komputer

Tahap Baudrillard Dalam teknis komputer

1 Pencerminan realita dasar Pembentukan model

2 Penutupan dan pengubahan realita

dasar

Manipulasi model

3 Menghilangnya realitas dasar Intepretasi hasil

4 Munculnya realitas semu (simulakrum

murni)

Perbandingan dengan

realitas

Tabel 1. Perbandingan Tahap Simulasi Baudrillard dan Simulasi dalam Teknis Komputer

Baudrillard melihat proses simulasiobjek dalam masyarakat tidak berlangsungdalam satu proses linier namun secarakatastropis. Dimensi katastropis lebihmenggambarkan ketidaktahuan subjekdalam menempatkan fase dirinya dalamsimulasi. Jika simulasi pertama berangkatdari realitas maka proses kedua dan.selanjutnya berangkat dari model ataurealitas-realitas semu tadi (hipersimulation).Kesejajaran konsep simulasi Baudrillarddengan simulasi dalam simulasi tekniskomputer dilatarbelakangi oleh kemajuanteknologi dalam mengolah atau reduplikasirealitas. Pemahaman makna yang secaralinier atau hanya sekali pensimulasianmembawa pemahaman dua macam realitasyaitu realitas dasar dan realitas hasilsimulasi. Paul Virrilo menyerang konsepSimulation yang dianggapnya sebagai oldfashioned. la melihat bahwasanyareproduksi objek dalam proses virtualisasidalam teknologi masyarakat sekarang tidakmenghilangkan realitas. Realitas sebagaireferensi reproduksi tidak pernah hilangkarena yang muncul adalah prosessubtitution sehingga muncul dua realitas,yaitu realitas yang sesungguhnya dan realitasvirtual meskipun suatu saat nanti realitasvirtual diyakini akan mengalahkan realitasyang sesungguhnya. Sedang Baudrilardmelihat pada tingkat referensi objek yangdireproduksi (virtualisasi) itu sendiri sudah

tidak real lagi. Seperti ceritera yang tidakjelas asal usulnya seperti virtualisasi dalamDisneyland yang membuat ceriteraCinderela, Bajak laut lebih nyata dari realitassesungguhnya. Serta proses hipersimulasiyang berarti mensimulasikan kembali modelhasil simulasi. Namun dalam melihat adanyarealitas baru diluar realitas sesungguhnyaVirilio meramalkan bahwa realitas virtualnantinya akan mendominasi realitas dasar.Sehingga gagasan Baudrillard lebihdipandangnya sebagai ramalan realitasdimasa depan. Paul Virilio, Cyberwar, Godand Television, wawancara dengan LouiseWilson dalam Jurnal Ctheory, http//www/CTheory.com.

Seperti hiperealisasi yang tengahmelanda pada alat tukar uang. Pada fasepertama uang muncul sebagai alat penggantipenukar. Nilai uang pada fase Pertama inibelumlah tetap karena uang masih dalambentuk model yang tradisional sepertikerang, batangan logam. Meskipundemikian benda-benda tadi menggambarkanalat penukar kebutuhan alami masyarakatdan mempunyai nilai tukar sendiri sesuainilai yang terkandung dalam uang itu sendiri(nilai intrinsik). Pada fase kedua uang mulaiberubah bentuk dengan mulai dikenalnyamata uang. Apa yang menjadi tolok ukuradalah, bukan nilai intrinsik benda yangdijadikan uang saja melainkan nilai nominalyang tertera pada uang tadi. Pada fase ketiga

Argyo DemartotoMembahas Gagasan Post Modernisme Baudrillard : Realitas Semu

Page 8: 3. Vol. 21.2 Th 2009

19

ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009

proliferasi tanda yang tercitrakan lewatangka-angka pada uang benar-benarmenggeser nilai uang sesungguhnya (nilaiintrinsik). Uang semata hanyalah nilaisimbolis nominal, seperti yang terjadi padauang logam yang semakin tersisihpenggunaannya. Dan pada fase ke empatmuncullah realitas semu baru yang samasekali tidak berhubungan dengan realitasdasar uang sebagai alat penukar kebutuhanalami masyarakat. Pendigitalisasian uangmelalui kode biner merubah bentuk uang kedalam kode biner kosong dan satu, sepertiyang terdapat dalam arus pertukaran melaluiteknologi medium-medium baru. Sistemdigital adalah sistem yang beroperasiberdasarkan sistem biner atau sistem yangberbasis dua bukan berbasis sepuluh. Notasisistem digital ini terdiri dari angka satu dannol (10 = 2, 1001 = 9, 11001 =21 danseterusnya. Pengolahan informasi secaradigital pada komputer pada tombol on (dotyang dimagnetikkan 1) dan tombol off(absennya dot yang dimagnektikkan)(Appignanesi dan Garrant, 1997 : 66)

Seperti munculnya kartu kredit,teleshopping di mana kita dapat bertransakailewat kode-kode digital yang ditransfermelalui modem atau faks. Dalam realitasbaru ini uang telah mengalami proseshiperialisasi hingga menjadi bentuk yangsecara tiga dimensi tidak ada bentuknya lagikarena uang telah berubah menjadi kode-kode digital. Penggunaan telepon selular,faksimili adalah media utama dalampertukaran keuangan yang sedikit pun tidakmelibatkan uang yang sesungguhnya. Uangtelah berubah bentuk menjadi semu namunlebih nyata dari realitas uang itu sendiri.Bahkan uang tidak lagi mencerminkan alattukar yang menggambarkan nilai suatukomoditas. Apa yang terjadi adalah justrusebaliknya uanglah yang menentukan nilaikomoditas. Contoh nyata dari keuanganhiperreal ini adalah perdagangan saham danmata uang pada pasar keuangan dunia.Seperti krisis moneter yang tengah dihadapi

masyarakat Indonesia. Krisis inimenggambarkan proses hiperialisme padauang. Barang komoditas mempunyai nilaiyang selalu berubah setiap harinya. Uangtidak menggambarkan realitas kebutuhanmasyarakat yang seharusnya dikandungnyasebagai alat penukar. Nilai mata uang benar-benar dipengaruhi oleh citra-citra diluarkebutuhan alami masyarakat seperti isu-isupolitik, statement pejabat , manuver-manuver politik tokoh-tokoh tertentu, danlain-lain. Perubahan harga secara terus-menerus dalam jangka waktu yang relatifpendek menggambarkan uang yang beredarbukan lagi uang sebagai alat penukar yangseharusnya menjembatani pertukaran nilaikomoditas. Nilai mata uang lebihmencerminkan citra gejolak-gejolaksentimen pasar yang muncul dalammasyarakat selama krisis berlangsung.(Baudrillard, 1987 : 86.)

Hiperealisme objek yangmenghasilkan realitas semu ini tak lepas daripergeseran paradigma teknologi daripenguasaan alam melalui pengetahuanhukum-hukum alam yang universal menujuke pengkodean realitas dalam oposisi biner.Hiperealisme melalui digitalisme membuatstrategi tersendiri dalam memunculkanrealitas, Baudrillard menyebutnya sebagai“deterrence”. Deterrence mendasaripemikiran Baudrillard akan eksistensisejarah. Proses hiperialisme realitas yangmembuat kita percaya bahwa apa yangtengah terjadi adalah benar-benar nyata danmerupakan bagian dari suatu sejarah.

Deterrence adalah bentuk tindakanyang sangat aneh : deterrence adalah apayang menyebabkan sesuatu tidak padatempatnya. Deterrence mendominasiseluruh periode kontemporer kita, yangcenderung untuk tidak menghasilkanperistiwa sebagai penyebab sesuatunyamenjadi tidak muncul, sementara kitamelihat (seperti berpikir) bahwa sesuatu ituadalah peristiwa sejarah. (Baudrillard , 1994: 17)

Argyo DemartotoMembahas Gagasan Post Modernisme Baudrillard : Realitas Semu

Page 9: 3. Vol. 21.2 Th 2009

20

Jurnal Sosiologi DILEMA

DAFTAR PUSTAKA

Baudrillard, Jean, 1983(a), Simulation transl. Paul Foss, Paul Patton dan Phillip Beitchman, Semiotex(e)_____________, 1994 (a) The ascent of the vacuum towards the periphery, dalam The Illusion of the End terj.

Chris Turner Polity Press Cambridge._____________, 1994(b), The Illusion of War, dalam The Illusion Of the End, terjemahan Chris Turner, Polity

Press, Cambridge

Best, Steven dan Douglas Kellner, 1993, Postmodern Theory : Critical Interogations, Mac Millan EducationLtd.

Gane, Mike, 1994, Radical Theory: Baudrillard and Vulnerability dalam Theory Culture and Society, Vol.12 Nomor 4 November 1995.

Sejarah, perang, realitas dan nafsuadalah tempat di mana strategi deterrencebekerja. Salah satu provokasi bentukdeterrence Baudrilard adalah tidakberlangsungnya perang Teluk. Perang Telukyang terjadi hanyalah hasil hiperrealismetelevisi yang disiarkan secara langsung olehCNN secara nonstop. Dalam perang Telukapa yang menjadi pertanyaan bukanlah siapamenghadapi perang melainkan siapamenghadapi realitas perang. Apa- yangmuncul dipermukaan adalah citra-citra yangditampilkan oleh medium. Perang tak lebihdari perang media untuk mendapatkan opiniatau perhitungan untung-rugi. Perang telahmengalami krisis definisinya. Baudrillardmenganalogikan perang Teluk sepertisimulakrum Helen yang merupakan jantungdari perang Troya. Dengan simulakrumHelen tadi para pendeta merealisasikannyadalam realitas dalam bentuk strategi perangTroya yang terkenal itu. Perang Teluk bagiBaudrillard tak lebih dari reproduksisimulakrum perang Troya yang seolah-olahmasuk dalam suatu sejarah. Strategideterrence melalui teknologi digitalismemedium komunikasi telah meyakinkansemua orang bahwa perang Teluk benar-benar nyata dan berlangsung.

D. PenutupRealitas semu adalah hasil dari

implosi medium yang menghasilkanpenetralan kutub realitas dan ilusi. Realitassemu muncul dari proliferasi tanda yangtidak jelas asal usulnya. Proses reproduksi

objek dalam masyarakat yang disebutBaudrillard sebagai era simulasi telahmengalami pergeseran dari reproduksi yangbersifat mekanis menuju digital. Daripemahaman kode semiologis kepemahaman kode yang digital. Proses yangmuncul kemudian adalah semacamdematerialisasi objek yaitu virtualisasaiobjek melalui kode-kode digital yangmempunyai proses penyampaian informasiyang bersifat instrumental seperti kode-kodegenetis. Pada akhirnya proses penyampaianinstrumental ini mengancam eksistensi aurasetiap objek atau yang disebut Baudrillardsebagai ekstasi komunikasi.

Baudrillard yang mencermatipertautan antara kapitalisme, teknologiterutama media dan rasionalitas, kembalimempertanyakan makna eksistensi objek-objek dalam masyarakat bahkan padagilirannya mempertanyakan kembalieksistensi masyarakat itu sendiri yang berartimempertanyakan juga eksistensi sosiologisebagai sebuah subjek.

Dalam pandangan metafisikanyaBaudrillrad menjelaskan being sebagaisimulakra hasil dari proses simulasi yaitureproduksi objek yang menghasilkan realitassernu (hiperreality). Secara metodologisgagasannya mengakhiri sosiologi yangdidasarkan pada metafisika dualisme yangdibangun oleh Descartes. Pandangannyayang fatalis terhadap teknologi inimembuatnya memprovokasikan kematianatau akhir dari sosial, sejarah, seni, aura danlain-lain.

Argyo DemartotoMembahas Gagasan Post Modernisme Baudrillard : Realitas Semu