25 NEUROPHYSIOLOGY & ANESTHESIA edit.doc

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 25 NEUROPHYSIOLOGY & ANESTHESIA edit.doc

    1/6

    BAB 25

    Neurofisiologi dan Anestesia Alih bahasa Dwi Satriyanto

    KONSEP UTAMA

     Tekanan Perfusi Cerebral adalah perbedaan

    antara Mean Arterial Pressure (MAP) dan Intra

    Cranial Pressure (ICP)atauCentral Venous Pressure

    (CVP)atau mana yang lebih besar.

    Kurva Autoregulasi cerebral akan miring

    kekanan pada pasien dengan Hipertensi Arteri Kronik

    (Chronic arterial hypertension).

    Pengaruh luar yang sangat penting terhadap

    Cerebral Blood Flow (CBF)adalah Tekanan dari gas

    Resipasi terutama PaCO2. CBF sama dengan PaCO2

    (20 – 80 mg Hg). Aliran darah akan berubah sekitar

    1-2ml/100g/min dari setiap perubahan per mm Hg

    PaCO2.

     CBF berubah 5 - 7% pada setiap perubahan suhu

    1º C. Hypothermia menurunkanCerebral  Metabolic

     Rate (CMR)dan CBF. Sedangkan Pyrexia akan

    menyebabkan sebaliknya.

    Perpindahan zat melalui Blood-Brain Barrier

    ditentukan oleh Ukurannya, Berat/Isi, kelarutan

    dalam lemak, dan derajat Protein Binding dalam

    darah.

    Blood Brain Barrier dapat berubah oleh

    Hipertensi berat, Tumor, Trauma, stroke, infeksi,

    Hypercapnia, hypoxia dan Kejang yang terus menerus.

    Rongga kranial mempunyai struktur yang rigid

    dengan total volume yang tetap, terdiri dari otak

    (80%), darah (12%), dan cairan cerebrospinal (8%).

    Setiap peningkatan dari satu komponent harus diikuti

    dengan penurunan dari komponen yang lainnya untuk

    mencegah timbulnya peningkatan tekanan

    intrakranial.

    Kecuali ketamin, semua obat intra vena

    menpunyai sedikit efek atau penurunan terhadap

    CMR danCBF.

     

    Pada autoregulasi yang normal dan Blood-brain

     Barrieryang baik, Vasopressor meningkatkan CBF

    hanya jika MAP dibawah 50 – 60 mmHg. Atau diatas

    150 – 160 mmHg.

    Otak sangat rentan terhadap trauma iskemik

    karena konsumsi oksigen yang cukup tinggi dan

    ketergantungan juga tinggi pada metabolisme glukosa.

     Hypotermia merupakan metoda protektif yang

    sangat efektif terhadap otak yang mengalami iskemi

    lokal atau menyeluruh.

    Dari data penelitian pada binatang dan manusia

    memperlihatkan bahwa barbiturat efeektif untuk

    proteksi otak yang mengalami iskemik lokal.

    PENDAHULUAN

  • 8/18/2019 25 NEUROPHYSIOLOGY & ANESTHESIA edit.doc

    2/6

    Perhatian anestesi terhadap pasien yang akan

    menjalanin bedah otak memerlukan pemahaman

    dasar terhadap fisiologi sistem saraf pusat (CNS). Efek

    obat anestesi terhadap metabolisme otak, aliran darah,

    perubahan cairan cerebro spinal,dan volume dan

    tekanan intrakranial yang sering sekali ditemukan.

    Dalam beberapa kejadian dari perubahan ini dapatmerusak, sedangkan yang lain hal tersebut sangat

    menguntungkan. Bagian ini memperlihatkan

    pentingnya konsep fisiologis dalam praktek anestesi

    dan kemudian mendiskusikan efek obat anestesi yang

    terjadi terhadap fisiologi otak. Walaupun banyak

    diskusi menfokuskan terhadap otak, konsep yang

    sama tetap berlaku, juga terhadap medula spinalis.

    FISIOLOGI OTAK

    METABOLISME OTAK

    Konsumsi oksigen otak pada kondisi normal

    adalah 20% dari total konsumsi oksigen tubuh.

    Konsumsi oksigen otak terbesar (60%) digunakan

    untuk menghasilkan adenosine triphosphate (ATP)

    yang akan digunakan untuk aktifitas (Gambar 25-1).

    Cerebral Metabolisme Rate (CMR)mengambarkan

    konsumsi oksigen saat itu (CMRO2), pada orang

    dewasa sekitar 3–3,8 mL/100 g/min (50 mL/min).

    CMRO2 terbanyak ada di substansia grasia dari

    korteks cerebral dan pada umumnya sama dengan

    aktifitas listrik korteks. Karena cukup tingginya

    konsumsi oksigen dan rendahnya cadangan oksigen

    yang signifikan, bila dalam 10 detik perfusi cerebralterhenti mengakibatkan penderita tidak sadar seperti

    ketika tekanan oksigen yang dengan cepat turun

    dibawah 30mmHg. Jika aliran darah tidak

    dikembalikan dalam baberapa waktu (3-8 menit pada

    beberapa kondisi). Cadangan ATP dihabiskan dan

    kerusakan seluler yang irreversible mulai terjadi.

    Hipokampus dan cerebelum nampaknya menjadi lebih

    sensitif terhadap trauma hypoxia.

    Gambar 25-1. Kebutuhan oksigen normal otak.

    Pada keadaan normal sel saraf menggunakan

    glucosa sebagai sumber energi utamanya. Konsumsi

    glucosa otak sekitar 5 mg/100 g/min, dimana lebih dari

    90% dimetabolisme secara aerobic.oleh karena itusecara normal sama dengan konsumsi glucosa.

    Hubungan ini tidak terjadi pada keaadaan kelaparan,

    dimana keton bodies (acetoacetat dan b-

    hydroxybutirat) juga menjadi menjadi sumber energi.

    Walaupun otak dapat mengambil dan memetabolisme

    asam lactat, funsi otak secara normal tergantung pada

    persediaan glucosa yang terus menerus. Hypoglikemia

    akut yang berlarut-larut sama dengan keadaan

    hypoksia. Baliknya hyperglikemi dapat memperberat

    hypoksia menyeluruh atau local pada trauma otak

    dengan mempercepat asidosis cerebral dan kerusakan

    sel

    CEREBRAL BLOOD FLOW

     Aliran darah otak (Cerebral Blood Flow = CBF),

    CBF berubah tergantung pada aktivitas metabolik.

    Diukur dengan suatu isotop gamma-emitting yaitu

     Xenon (133Xe) melalui injeksi sistemik, detektor

    diletakkan di sekitar otak untuk mengukur kecepatan

    kerusakan radioaktif, yang secara langsung sebanding

    dengan CBF. Teknik baru: PET (Positron Emitting

    Tomography) juga mengukur CMR (untuk glukosa dan

    oksigen). Penelitian: konfirmasi bahwa CBF regionalsebanding dengan aktivitas metabolik dan dapat

    berubah dari 10-300 mL/100 g/min. Sebagai contoh,

    aktivitas motorik pada tungkai yang dihubungkan

    dengan cepatnya peningkatan CBF setempat sebagai

     jawaban di kortex motorik. Seperti juga pada aktivitas

    penglihatan, yang dihubungkan dengan peningkatan

    CBF setempat sebagai jawaban respon kortek

    penglihatan di occipital.

     Meskipun CBF total 50 mL/100 g/min, pada gray

    matter didapatkan 80 mL/100 g/min, sedangkan pada

    white matter diperkirakan 20 mL/100 g/min. Total

    CBF pada dewasa 750 mL/100 g/min (15-20% dari

    cardiac output). Laju aliran rata-rata di bawah 20-25

    mL/100 g/min biasanya berhubungan dengan

    kerusakan cerebral (tampak pada gambaran EEG).

    CBF 15 dan 20 mL/100 g/min menghasilkan gambaran

    flat (isoelectric), sedangkan nilai CBF dibawah 10

    mL/100 g/min biasanya berhubungan dengan

    kerusakan otak yang irreversibel

  • 8/18/2019 25 NEUROPHYSIOLOGY & ANESTHESIA edit.doc

    3/6

    REGULASI DARI CEREBRAL BLOOD FLOW

    Cerebral Perfusion Pressure

    CPP adalah perbedaan antara mean arterial

    pressure [MAP] dan intracranial pressure [ICP] (atau

    central venous pressure [CVP], mana yang nilainya

    lebih besar). CPP dinyatakan dengan persamaan :MAP–ICP (atau CVP) = CPP. Jika CVP ternyata lebih

    besar dari ICP, perfusion pressure menjadi berbeda

    antar MAP dan CVP. CPP normal 80-100 mmHg,

    selain itu, karena ICP normal kurang dari 10mmHg,

    CPP < 10 mmHg sangat tergantung pada MAP.

    Peningkatan sedang sampai berat ICP (>30

    mmHg) dapat membahayakan CPP dan CBF

    meskipun MAP normal. Pasien dengan CPP kurang

    dari 50 mmHg sering memperlihatkan perlambatan

    EEG, CPP antara 25 dan 40 mmHg menunjukkan

    gambaran flat, tekanan perfusi terus menerus kurang

    dari 25 mmHg menyebabkan kerusakan otak

    irreversibel.

    Gambar 25-2. Kurva autoregulasi cerebral normal

     Autoregulasi

    Seperti pada jantung dan ginjal, otak juga

    mempunyai kemampuan menghadapi perubahan

    tekanan darah dengan melakukan perubahan kecil

    pada aliran darah. Vaskularisasi cerebral secara cepat

    (10-60 detik) menyesuaikan diri terhadap perubahan

    pada CPP, tetapi perubahan yang tiba-tiba pada MAP

    dapat menyebabkan perubahan sementara pada CBF

    meskipun autoregulasi baik. Penurunan CPP

    menyebabkan vasodilatasi, sedangkan peningkatan

    CPP menyebabkan vasokonstriksi, normal CBF

    konstan pada MAP 60 dan 160 mmHg (gambar 25-2).

    Pada batas ini, aliran darah tergantung pada tekanan.

    Tekanan diatas 150-160 mmHg dapat merusak blood

    brain barrier (lihat dibawah) dan menyebabkan edema

    dan perdarahan cerebral.

      Kurva autoregulasi cerebal (Gambar 25-2)bergeser ke kanan pada pasien denga hypertensi arteri

    kronik. Batas atas dan bawah dapat berubah. Aliran

    menjadi lebih bergantung pada rendahnya tekanan

    arteri normal dalam mengembalikan proteksi cerebral

    terhadap tekanan arteri yang tinggi. Penelitan

    menyatakan bahwa therapy antihypertensive jangka

    panjang dapat mengembalikan autoregulasi cerebral

    mendekati batas normal.

    Myogenic dan mekanisme metabolic dapat

    menjelaskan autoregulasi cerebral. Mekanisme

    myogenic termasuk respon intrinsic dari sel-sel otot

    polos di arteri cerebral untuk merubah MAP.

    Mekanisme Metabolik menunjukan kebutuhan

    metabolisme cerebral ditentukan dari tonus arteriolar,

    demikian pula ketika jaringan membutuhkan aliran

    darah yang banyak, pelepasan metabolit jaringan

    menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan aliran

    darah. Sedangkan ion hydrogen sebelumnya segara

    merespon hal ini, metabolit lain mungkin juga

    termasuk, termasuk nitric oxide, adenosine,

    prostaglandin, dan mungkin konsentrasi ion

    (electrolyt) yang tinggi.

    Mechanisme Ekstrinsik

    Respiratory Gas Tensions

    Faktor ekstrinsik yang paling penting

    mempengaruhi CBF adalah tekanan gas respirasi,

    terutama PaCO2. CBF berbanding langsung dengan

    PaCO2 antara tekanan 20 dan 80 mmHg (gambar 25-

    3). Perubahan tekanan darah sekitar 1-2 mL/100

    g/min per mmHg merubah PaCO2. Efek ini hampir

    segera dan menjadi sekunder dalam perubahan pH di

    CSF dan jaringan cerebral. Karena Ion-ion hydrogen

    tidak dapat melewati blood brain barrier secara baik,

    setelah 24–48 jam, konsentrasi HCO3 di CSF

    disesuaikan untuk mengkompensasi terhadap

    perubahan PCO2, itu adalah efek dari keadaan

    hypocapni darn hypercapni yang harus dikurangi.

    Hiperventilasi (PaCO2 < 20 mmHg) ditandai dengan

    bergesernya kurva disosiasi oksigen – hemoglobin ke

    kiri, dan perubahan CBF menyebabkan perubahan

    EEG bahkan pada orang normal.

  • 8/18/2019 25 NEUROPHYSIOLOGY & ANESTHESIA edit.doc

    4/6

    Gambar 25-3. Hubungan antara cerebral blood flow

    dan tekanan gas dari arteri pernapasan.

    Ditandai hanya dengan Perubahan PaO2 dapat

    mengubah CBF, dimana Hyperoxia dapat

    dihubungkan dengan penurunan minimal dari CBF (-

    10%), Hypoxemia berat (PaO2< 50 mmHg) dapat

    meningkatkan CBF (gambar 25-3).

    Temperatur

     Perubahan CBF 5-7% terjadi Kerena perubahan

    terperatur per 1oC, Hypotermia menurunkan CMRdan CBF, sedangkan pireksia mempunyai efek

    kebalikannya. Anatar 17oC dan 37oC, Q10 manusia

    sekitar 2, setiap penigkatan 10o suhu, CMR

    meningkat duble. Dan sebaliknya, penurunan CMR

    sekitar 50% terjadi jika temperatur di cerebral turun

    10°C, misalnya, dari 37°C ke 27°C, dan 50% lain, jika

    temperatur berkurang dari 27°C ke 17°C. Pada 20°C,

    EEG adalah isoelectrik, tetapi lebih lanjut penurunan

    temperatur menyebabkan mengurangi CMR di seluruh

    otak. Di atas 42°C, aktivitas oksigen mulai berkurang

    dan dapat terjadi kerusakan sel

     Viskositas

    Faktor yang paling penting menentukan

    adalah hematokrit. Penurunan hematokrit akan

    menurunkan viskositas dan memperbaiki CBF, yang

     juga menurunkan kapasitas pengikatan oksigen.

    Peningkatan hematokrit polisitemia, mengurangi

    CBF, Pengangkutan oksigen cerebral yang optimal

    dapat terjadi pada hematokrit 30-34%

    Pengaruh Autonom

    Saraf intrakranial diinnervasi oleh simpatis

    (vasokonstriksi), parasimpatis (vasodilatasi), serabut

    nonkolinergik nonadrenergik; serotonin dan peptida

    intestinal vasoaktif yang menjadi neurotransmitter.

    Stimulasi simpatis yang intens dapat menyebabkanvasokonstriksi, yang membatasi CBF. Innervasi

    otonom memegang peranan penting dalam spasme

    pembuluh darah cerebral mengiringi cedera otak dan

    stroke

    BLOOD–BRAIN BARRIER

    Pembuluh darah cerebral merupakan struktur

    yang khas dalam hubungan antara sel-sel endothelial

    vaskuler yang berdekatan; jarak antara lubang-lubang

    yang berdekatan tersebut yang dimaksud blood brain

    barrier. Barrier lipid menyebabkan pengangkutan zat-

    zat yang larut dalam lemak, tetapi mengurangi

    pergerakan ion-ion atau berat molekul yang lebih

    besar. Perubahan yang cepat dalam konsentrasi

    elektrolit plasma (dan osmolalitas) menghasilkan

    gradien osmotik sementara antara plasma dan otak.

    Hipertonisitas plasma akut menyebabkan pergerakan

    air ke luar otak, hipotonisitas menyebabkan air masuk

    ke dalam otak; efek ini berlangsung sebentar dan

    ditandai oleh pergeseran cairan yang cepat dalam

    otak. Mannitol merupakan suatu larutan osmotik aktif

    yang tidak dapat melewati blood brain barrier,menyebabkan penurunan terus menerus kadar air

    dalam otak dan sering digunakan untuk menurunkan

    volume otak.

    Blood–brain barrier dapat terganggu oleh

    hypertensi berat, tumor, trauma, strokes, infeksi,

    hypercapnia, hypoxia, and kejang yang terus menerus.

    Pada kondisi seperti ini, fluid movement across the

    blood–brain barrier becomes dependent on hydrostatic

    pressure rather than osmotic gradients. Pada kondisi

    tertentu, pergerakan cairan melewati blood brain

    barrier tergantung pada tekanan hidrostatik daripada

    tekanan osmotic yang tinggi

    CEREBROSPINAL FLUID

    CSF terdapat dalam ventrikel, sisterna, dan

    ruang subarachnoid di sekitar otak dan spinal cord.

    Fungsi utama CSF : melindungi CNS terhadap

    trauma. Sebagian besar dibentuk oleh plexus

    choroideus (terutama di ventrikel lateral), sebagian

  • 8/18/2019 25 NEUROPHYSIOLOGY & ANESTHESIA edit.doc

    5/6

    kecil dibentuk secara langsung oleh sel ependimal

    yang terdapat di lapisan ventrikel dan sejumlah kecil

    dari bocornya cairan ke dalam rongga perivaskuler

    sekeliling pembuluh cerebral (kebocoran pada blood

    brain barrier). Dewasa : produksi total CSF ± 21 mL/h

    (500 mL/d), volume total 150 mL. Aliran CSF :

    ventrikel lateral ventrikel ketiga (melalui forameninterventrikuler / Monro) ventrikel keempat

    (aquaductus Sylvius), sisterna cerebellomedullary

    (sisterna magna) melalui foramen Magendie (median)

    dan foramen Luschka (lateral) ruang subarachnoid

    Sirkulasi sekitar otak dan spinal cord sebelum

    diabsorbsi. Pembentukan CSF melibatkan sekresi

    aktif Na dalam plexuis choroideus dan menghasilkan

    cairan isotonis dengan plasma. Carbonic anhydrase

    inhibitors (Acetazolamide), kortikosteroid,

    spironolakton, furosemide, isoflurane, dan

    vasokonstriktor menurunkan produksi CSF. Absorpsi

    CSF melibatkan translokasi cairan dari granulasi

    arachnoid menuju sinus venosus cerebral, terutama

    oleh perivaskuler dan protein interstitial yang kembali

    ke dalam darah.

     Aliran Cairan cerebrospinal fluid pada system saraf

    pusat.

    CSF formation involves active secretion of sodium in

    the choroid plexuses. The resulting fluid is isotonicwith plasma despite lower potassium, bicarbonate, and

    glucose concentrations. Its protein content is limited to

    the very small amounts that leak into perivascular

    fluid. Carbonic anhydrase inhibitors (acetazolamide),

    corticosteroids, spironolactone, furosemide, isoflurane,

    and vasoconstrictors decrease CSF production.

     Absorption of CSF involves the translocation

    of fluid from the arachnoid granulations into the

    cerebral venous sinuses. Smaller amounts are

    absorbed at nerve root sleeves and by meningeal

    lymphatics. Although the mechanism remains unclear,

    absorption appears to be directly proportionate to ICP

    and inversely proportionate to cerebral venous

    pressure. Because the brain and spinal cord lack

    lymphatics, absorption of CSF is also the principal

    means by which perivascular and interstitial protein is

    returned to blood.

    INTRACRANIAL PRESSURE

     Ruangan cranial merupakan struktur yang rigid

    dengan volume total yang tetap, terdiri dari otak

    (80%), darah (12%), dan CSF (8%). ICP : tekanansupratentorial CSF yang diukur dalam ventrikel

    lateral atau melalui cortex cerebral (normal :

  • 8/18/2019 25 NEUROPHYSIOLOGY & ANESTHESIA edit.doc

    6/6

    1).Cingulate gyrus di bawah falx cerebri, 2).Uncinate

    gyrus melalui tentorium cerebelli. 3).Cerebellar tonsils

    melalui foramen magnum. 4).Area yang lain di

    bawah defek pada skull (transcalvarial)