Upload
cynarakezia
View
232
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas pengendalian mutu 3a
Citation preview
ANALISIS PENGENDALIAN DAN BIAYA KUALITAS PADA PRODUK
ALUMINIUM PADA PT X
Cynara Kezia Yedida21070112140107
Jurusan Teknik IndustriFakultas Teknik Universitas Diponegoro
Email : [email protected]
Abstract
The quality of products is an absolute value that companies must provide to the
consumers in the market and sell the products offered. The quality of the resulting product
can be determined from the sizes and particular characteristics. Product quality can be said if
it can be accepted by the public as the specification limits and the process that was provided
by the manufacturer as control limits. By the aspect of product quality, the company's goal to
obtain the optimal profit can be fulfilled at the same time consumers will be able to meet the
demands of a quality product and competitive prices. In tougher condition in business
competition, companies are required to produce a product according to the specifications of
consumers. Therefore, companies should run a good quality control system and the right to
reduce the number of defective products.
Defective product or a product called failure will worsen the image of the company, if the
product to be in the hands of consumers. moreover, the company must pay the required
quality assurance for strict quality control to suppress the defective product. Therefore,
quality control is very important because it includes the product and the costs that will be
incurred by the company.
Keywords : quality, cost of quality, quality control, defective products
Abstrak
Kualitas produk merupakan harga mutlak yang harus diberikan perusahaan kepada para
konsumen dalam memasarkan dan menjual produk yang ditawarkan. Kualitas suatu produk
yang dihasilkan dapat ditentukan dari ukuran-ukuran dan karakteristik tertentu. Produk dapat
dikatakan berkualitas jika dapat diterima baik oleh masyarakat sebagai batas spesifikasi dan
proses yang baik diberikan oleh produsen sebagai batas kontrol. Dengan memperhatikan
aspek kualitas produk, maka tujuan perusahaan untuk memperoleh laba yang optimal dapat
terpenuhi sekaligus dapat memenuhi tuntutan konsumen akan produk yang berkualitas dan
harga yang kompetitif. Dalam kondisi persaingan bisnis yang semakin ketat
perusahaan dituntut menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan
spesifikasi konsumen. Oleh karena itu perusahaan harus menjalankan
sistem pengendalian kualitas yang baik dan benar untuk menekan jumlah
produk cacat.
Produk cacat atau yang disebut produk gagal akan memperburuk citra
perusahaan apabila produk tersebut sampai berada ditangan konsumen
terlebih lagi perusahaan harus mengeluarkan biaya penjaminan mutu
untuk itu diperlukan pengawasan mutu yang ketat untuk menekankan
produk cacat. Oleh karena itu pengendalian kualitas sangatlah penting
karena mencakup produk maupun biaya-biaya yang akan dikeluarkan
oleh perusahaan.
Kata kunci : kualitas, pengendalian kualitas, biaya kualitas, produk cacat
I. Pendahuluan
Dalam era globalisasi perkembangan yang terjadi dalam dunia bisnis sangatlah pesat dan
tentu saja menimbulkan masalah-masalah baru bagi perusahaan untuk menghadapi
persaingan dan untuk menentukan nasib perusahaan selanjutnya. Perusahaan harus dapat
menjalankan strategi bisnisnya dengan tepat untuk memenuhi keinginan konsumen dengan
tujuan mencapai laba semaksimal mungkin secara terus menerus. Hal penting yang menjadi
focus utama perusahaan adalah kualitas produk. Menurut Feigenbaum (1991 : 7)
mutu / kualitas dapat didefinisikan sebagai gabungan karakteristik produk
dan jasa yang telah melalui proses pemasaran, perekayasaan, manufaktur
dan pemeliharaan yang memenuhi harapan para pemakai / pelanggan.
Berarti dapat diketahui bahwa yang menentukan tingkat kualitas suatu
produk yang dihasilkan suatu perusahaan adalah dari tingkat kepuasan
konsumen yang memakainya.
Dalam mencapai suatu produk yang berkualitas, perusahaan selalu berusaha menjaga
efisiensi biaya dengan meningkatkan kualitas produk tanpa adanya kenaikan biaya sehingga
harga jual produk tetap dapat bersaing di pasaran. Biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam upaya meningkatkan kualitas suatu produk atau
mencapai standar kualitas yang telah ditetapkan biasa disebut sebagai
biaya kualitas. Biaya kualitas dapat didefinisikan sebagai biaya yang
timbul karena kualitas suatu produk yang rendah / cacat yang mungkin
terjadi atau yang sudah timbul. ( Hansen and Mowen, 1997 : 7 ) Akibat
yang dapat ditimbulkan dari produk cacat seperti kecelakaan seseorang,
kerusakan dan pencemaran akan menimbulkan ketidakpuasaan
konsumen.
Produk cacat yang dihasilkan perusahaan memiliki 2 opsi yaitu memperbaiki (rework)
dan membuang (scrap). Produk cacat yang akan diperbaiki ataupun dibuang tentu saja
membutuhkan biaya tambahan sehingga tidak menutup kemungkinan produk yang akan
dijual memiliki harga yang tinggi yang mengakibatkan konsumen dapat mencari rpoduk lain
dengan harga yang lebih rendah dan kualitas yang sama. Untuk mengurangi produk cacat
sebaiknya perusahaan melakukan deteksi lebih awal untuk meminimal lisir produk cacat dan
pemborosan biaya.
Pengendalian kualitas sangat diperlukan oleh suatu perusahaan untuk menekan produk
cacat yang mungkin terjadi pada perusahaan. Pengendalian terhadap kualitas produk ini perlu
dilakukan pada setiap tahap dalam proses produksi, mulai dari perencanaan hingga tahap
pengemasan hasil produksi. Biaya pengendalian adalah biaya yang dikeluarkan
untuk menjalankan kegiatan pengendalian. Biaya produk gagal adalah
biaya yang dikeluarkan untuk suatu organisasi karena terjadi kegiatan
produk gagal. Bahwa definisi kegiatan produk gagal dan biaya produk
gagal menjelaskan bahwa respon pelanggan atas kualitas yang jelek
dapat memperbesar biaya organisasi ( Hansen & Mowen , 1997 :8 )
Perusahan X adalah perusahaan yang memproduksi alumunium. Alumunium merupakan
suatu produk yang memiliki tingkat kesulitan dalam memproduksinya. Namun, produk ini
juga memiliki kelebihan karena dapat dijadikan sebagai material untuk memproduksi produk
baru. Pada proses produksi, alumunium diolah dengan cara extrusion dan fabrication. Cara
extrusion adalah cara produksi dimana material berupa lonjoran dan tidak terdapat proses
pemotongan material, sedangkan fabrication adalah cara produksi dengan proses peleburan
material dan proses potong material. Perusahaan penghasil alumunium ini sangat
mengedepankan kualitas produknya untuk menarik perhatian dari pelanggan. Peningkatan
kualitas yang dilakukan perusahaan adalah dengan mengidentifikasi penyebab kerusakan atau
kecacatan produk. Perusahaan melakukan analisis dan pengamatan pada faktor – faktor yang
memiliki keterkaitan dengan proses produksi. Terdapat lima jenis cacat produk pada produksi
alumunium. Setelah dilakukan analisis dan identifikasi penyebab produk cacat, perusahaan
berfokus pada peningkatan kualitas produk yang berdampak juga pada biaya kualitas produk
yang diperhitungan perusahaan. Perbaikan – perbaikan yang dilakukan perusahaan memiliki
dampak yang besar pada perhitungan biaya kualitas akhir produk.
II. Tinjauan Pustaka
Kualitas
Menurut Vincent Gaspersz kualitas adalah sejumlah
keistimewaan produk baik keistimewaan langsung maupun
keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dengan
demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu, selain
itu kualitas juga terdiri dari sesuatu yang bebas dari kekurangan
atau kerusakan ( Gaspersz, 2001 : 5 ). Sedangkan Menurut A.V.
Feigenbaum kualitas adalah keseluruhan gabungan karakteristik
produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan,
pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan
memenuhi harapan-harapan pelanggan ( Feigenbaum, 1992 : 7 ).
Pengawasan kualitas adalah alat bagi manajemen untuk
memperbaiki kualitas produk bila diperlukan, mempertahankan
kualitas produk yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah produk
yang rusak. Beberapa tujuan dari pengawasan kualitas :
Agar barang hasil produk dapat mencapai standar kualitas
yang telah ditetapkan.
Mengusahakan agar biaya design dapat ditekan sekecil
mungkin.
Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat ditekan sekecil
mungkin.
Mengusahakan agar biaya produksi dapat ditekan sekecil
mungkin.
Manajemen Kualitas
Dalam menjaga kualitas baik produk perusahaan maupun sistem perusahaan
dapat dilakukan berbagai cara yakni salah satunya adalah sistem manajemen kualitas.
Sistem manajemen kualitas (TQM) adalah sekumpulan aktivitas standar yang
dijadikan pedoman untuk memanajemen sistem agar menjamin kesesuaian antara
suatu proses dan produk dengan persyaratan atau kebutuhann yang diinginkan
konsumen. Menurut Trilogi Juran, terdapat tiga proses manajemen kualitas yakni :
perencanaan kualitas yakni pengembangan produk dan proses yang diperluka untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan ; pengendalian kualitas yakni proses evaluasi kinerja
kualitas hingga tindakan yng dilakukan terhadap penyimpangan ; peningkatan kualitas
yakni sarana meningkatkan kinerja kualitas pada tingkat yang dikehendaki.
Biaya Kualitas
Kualitas produk merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan bagi
sebuah perusahaan. Dalam mencapai suatu kualitas yang baik, maka perusahaan akan
melakukan tindakan – tindakan atau kegiatan pengembangan kualitas barang.
Sehubungan dengan kegiatan pengembangan kualitas produk yang dilakukan
perusahaan, tentunya dibutuhkan dukungan materi atau dapat disebut sebagai biaya
kualitas dalam kegiatan tersebut. Menurut JM. Juran “biaya kualitas merupakan biaya
– biaya yang dihubungkan semata-mata hanya dengan produk yang cacat yaitu biaya
untuk membuat, menemukan, memperbaiki, atau menghindari produk cacat”.
Sedangkan menurut Mulyadi (1993 : 73) biaya kualitas adalah biaya-biaya yang
terjadi karena adanya atau kemungkinan adanya kualitas produk yang rendah atau
biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan
pencegahan produk cacat. Biaya kualitas dapat terjadi karena adanya kualitas produk
yang rendah dalam suatu perusahaan.
Menurut JM. Juran (1986:10), terdapat beberapa klasifikasi biaya kualitas
yang dibagi dalam empat kelompok yakni sebagai berikut :
Biaya Pencegahan (Preventive Cost), yakni biaya yang berkaitan erat dengan
pencegahan produk cacat, pembatasan antara biaya kegagalan dan biaya
penilaian. Terdapat beberapa contoh biaya yang termasuk dalam biaya
pencegahan yakni biaya :
- perencanaan kualitas : terkait dengan perencanaan dan sistem data untuk kualitas
yang berfokus pada persiapan petunjuk dan prosedur yang diperlukan.
- tinjauan produk baru : terkait dengan pemberian proposal mengenai produk baru
hingga pada percobaan program pengeluaran produk baru dan analisis kualitas
produk baru.
- pelatihan / trainning : terkait dengan pelatihan – pelatihan yang dilakukan untuk
meningkatkan kinerja kualitas perusahaan
- pengendalian proses : terkait dengan pengendalian proses pencapaian kesesuaian
produk dengan penggunaannya atau produktivitasnya.
- perolehan data kualitas dan analisis : terkait dengan operasi sistem data kualitas
sehingga data dapat dilanjutkan pada proses kinerja kualitas.
- laporan kualitas yang di sampaikan pada manajer perusahaan.
- proyek – proyek terobosan untuk peningkatan
Biaya Penilaian (Appraisal Cost) yakni biaya yang berhubungan dengan
penentuan bahan baku produk serta kondisi produk yang diprodusi. Biaya – biaya
yang termasuk dalam biaya penilaian yakni biaya :
- Pemeriksaan bahan baku yang datang : terkait dengan proses yang diawali dari
pemeriksaan, pengujian bahan baku, penyesuaian bahan baku yang dibeli dengan
kualifikasi dalam pesanan.
- Pemeriksaan kesesuaian produk dengan proses desain dan manufaktur hingga
pada pengujian produk di tangan konsumen.
- Operasi dan pertahanan kualitas pada pengujian peralatan
- Bahan - bahan dan jasa yang dikonsumsi dalam pengujian produk
- Evaluasi pengujian produk dan pemeriksaan produk yang disimpan dalam ruang
simpan.
Biaya Kegagalan Internal yakni biaya – biaya yang dikeluarkan ketika diketahui
adanya produk cacat sebelum produk diantar ke pelanggan, meliputi biaya :
- Sisa bahan : terkait dengan bahan – bahan sisa dan kerugian bersih pada tenaga
kerja akibat kecacatan pada produk yang tidak dapat diperbaiki atau digunakan.
- Pengerjaan ulang atau perbaikan pada produk – produk cacat agar dapat
digunakan
- Pemeriksaan dan pengujian kembali pada produk yang telah diperbaiki (rework)
- Downtime terkait dengan biaya pada fasilitas, peralatan dan tenaga kerja yang
tidak aktif akibat adanya barang – barang yang cacat.
- Yield losses terkait dengan biaya yang lebih rendah yang dapat dicapai dengan
peningkatan pengawasan proses
- Disposition : terkait dengan penetuan apakah produk cacat atau produk yang tidak
sesuai dengan yang semestinya dapat digunakan atau tidak serta penentuan proses
tindak lanjut atas produk tersebut.
Biaya Kegagalan Eksternal yakni biaya yang harus dikeluarkan perusahaan
akibat adanya produk cacat yang ditemukan setelah produk sampai di tangan
pelanggan, meliputi biaya :
- Penanganan keluhan : terkait dengan penyelidikan dan penanggapan pada
instalansi yang keliru atau petunjuk yang tidak sesuai yang disampaikan pada
pemakai atas adanya produk cacat
- Pengembalian produk yang berhubungan dengan pengembalian produk ke
perusahaan hingga pada penggantian dengan produk baru yang berkualitas
- Garansi yang meliputi perbaikan produk dan jasa yang dijaminkan perusahaan
- Allowance meliputi pendapatan – pendapat yang hilang karena penurunan standar
produk sehingga perusahaan harus menindaklanjuti produk yang cacat yang
sampai di tangan konsumen contohnya adalah pemberian hadiah bagi pelanggan
yang menerima produk dibawah standar yang ada.
Pencapaian kinerja kualitas yang baik tidak hanya terfokus pada biaya
kualitas, waktu yang diperlukan untuk penentuan, perhitungan kualitas juga harus
diproyeksikan oleh perusahaan. Biaya kualitas dalam suatu perusahaan berkaitan erat
dengan standar kualitas perusahaan. Terdapat dua pilihan standar kualitas yang dapat
dipilih perusahaan, yakni :
1. Pendekatan tradisional, pada standar kualitas pendekatan tradisional
menoleransi adanya kegagalan produk dengan tingkat kualitas tertentu atau
dapat disebut dengan acceptable quality level (AQL). AQL merupakan standar
kualitas yang sederhana yang mengijinkan kemungkinan terjadinya sejumlah
tingkat tertentu produk rusak yang akan diproduksi dan dijual. AQL
menunjukkan stasius pengoperasian saat ini, bukan pada masa mendatang.
AQL menoleransi kesalahan – kesalahan masa lalu dikarenakan AQL
mempunyai masalah yang sama akan pengalaman masa lalu ada pemakaian
bahan baku dan tenaga kerja.
2. Pendekatan Kerusakan Nol (Zero Defect), dimana standar kualitas difokuskan
pada penekanan produk cacat hingga mendekati nol. Standarisasi ini
mengharuskan produk yang diproduksi dan dijual sesuai dengan persyaratan
yang telah ditentukan sesuai dengan filosofi Total Quality Contro (TQC).
Kerusakan atau cacat produk dapat disebabkan oleh kurang pengetahuan dan
perhatian dari perusahaa, sehingga diperlukan sistem manajerial yang dapat
melakukan pelatihan agar lebih efektif serta mampu mengeliminasi biaya –
biaya kegagalan dan mencari cara baru yang terbaik untuk dapat
meningkatkan kualitas.
Produk rusak dan produk cacat
Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar
kualitas yang telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat
diperbaikimenjadi produk yang baik. Produk rusak berbeda dengan
sisa bahan karena sisa bahan merupakan bahan yang mengalami
kerusakan dalam proses produksi, sehingga belum sempat menjadi
produk, sedangkan produk rusak merupakan produk yang telah
menyerap biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead
pabrik. Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar
kualitas yang telah ditentukan, tetapi dengan mengeluarkan biaya
pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara
ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik.
Fishbone diagram
Diagram ini pertama kali dikemukakan oleh Profesor Kaoru
Ishikawa pada tahun 1943. Diagram ini merupakan metode
pengendalian kualitas yang asli dari Jepang. Sebutan lain untuk
diagram Ishikawa adalah :
Diagram sebab akibat, karena diagram tersebut menunjukkan
hubungan Antara karakteristik, kualitas dan faktor penyebab.
Diagram tulang ikan, karena bentuknya seperti tulang ikan.
Karakteristik kualitas terletak pada kepala ikan dan faktor
penyebab pada tulang ikan.
Diagram Ishikawa berguna untuk membantu kita dalam memilih
penyebab penjabaran dan mengorganisasikan hubungannya.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
Tentukan karakteristik kualitas.
Tuliskan karakteristik kualitas pada sisi kanan.
Tuliskan faktor utama yang mungkin menyebabkan
karakteristik kualitas.
Tuliskan pada setiap item cabang faktor secara rinci yang
dapat dianggap sebagai penyebab.
Memeriksa apakah semua item yang mungkin menjadi
penyebab disperse telah masuk kedalam diagram.
III. Metodologi
Metodologi yang digunakan untuk menyusun jurnal ini adalah studi literature. Studi
literature merupakan metode non penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan dasar teori
dan informasi pendukung dari referensi, jurnal, tugas akhir maupun buku. Studi literature
dilakukan dengan mengkaji beberapa referensi untuk menelaah dan memperkuat masalah
yang ada. Hal ini dilakukan agar penulis memiliki sudut yang luas.
IV. Pembahasan
Dalam proses produksi alumunium hingga menjadi finished product, ternyata ditemukan
hal – hal yang menyebabkan adanya produk cacat. Kecacatan pada produk alumunium
memiliki 5 jenis cacat yakni cacat goresan, cacat gelembung, cacat berkarat, cacat kotor dan
cacat penyok, yang dimana kelima jenis cacat produk tersebut dipengaruhi oleh faktor –
faktor yang berbeda. Dibawah ini adalah analisa faktor – faktor penyebab kecacatan produk
alumunium yang digambarkan dengan diagram sebab – akibat (fish bone diagram).
- Metode pendinginan yang kurang tepat
- Instruksi kerja yang kurang jelas
- Cara pemindahan material yang kurang tepat
- Metode stocking material kurang baik
- Operator ceroboh dalam pemindahan barang
- Operator yang kurang hati – hati dalam operasi
- Belt atau mesin yang aus- Umur mesin yang sudah tua
- Kondisi mesin yang kurang baik pada mesin cooling, running,
Method
Man Machine
Cacat Goresan
- Billet kotor- Terdapat
material asing
- Operator kurang memperhatikan instruksi kerja
ManMaterial
- Salah mendesain / memberi lubang matras
Cacat Gelembung
Methods- Billet kotor
- Terdapat sisa billet dalam matras- Matras aus dan umur melewati limit
penggunaan
Material
- Mesin dummy block rusah- Container kotor
Machine
Cacat Korosi
- Billet dengan kualitas kurang baik
- Matras rusak
- Penggunaan yang salah- Die dan mesin yang
memiliki karakter berbeda
MachineMaterial
- Spesifikasi mesin yang tidak sesuai kebutuhan
Methods
Cacat Kotor
- tidak melakukan pemindahan produk dengan benar- instruksi kerja yang tidak
sesuai
- Benturan produk dengan konveyor
- Getaran mesin
MachineMan
Cacat Penyok
Dari faktor penyebab kelima jenis cacat diatas, maka dapat disimpulkan secara
keseluruhan penyebab / akar masalah yang menimbulkan adanya produk alumunium yang
cacat yakni seperti diagram sebab – akibat di bawah ini :
Pada diagram fishbone diatas dijelaskan bahwa produk alumunium yang cacat
disebabkan oleh faktor manusia, mesin, metode yang digunakan, dan material yang
digunakan. Perusahaan X tidak mengalami kesulitan dalam faktor lingkungan sehingga
dalam diagram diatas tidak ada penjelasan mengenai faktor lingkungan. Secara
keseluruhan, setelah diketahui beberapa penyebab utama cacatnya produk alumunium
yang telah diproduksi, maka perusahaan melakukan perbaikan – perbaikan yang akan
berdampak pada biaya kualitas perusahaan.
- Kualitas billet kurang baik
- Usia matras sudah melewati limit penggunaan
- Adanya material asing- Billet yang kotor
- Kesalahan mendesain produk
- Pemindahan material yang kurang tepat- Alur instruksi kerja kurang jelas
- Penggunaan metode operasi yang kurang sesuai
- Operator kurang hati - hati- Tidak memperhatikan instruksi kerja
dengan baik- Melupakan tahapan operasi kerja
- Umur mesin operasi sudah tua- Mesin aus
- Salah penggunaan mesin- Mesin Bergetar
- Benturan produk dengan conveyor
Material Methods
Man Machines
Cacat Produk
Mengetahui akar masalah penyebab produk cacat, perusahaan X yang memproduksi
alumunium pun melakukan perbaikan – perbaikan kinerja yang berdampak pada biaya
kualitas perusahaan. Berikut adalah biaya kualitas akhir pada perusahaan X yang
didapatkan dari data sekunder :
Biaya Kualitas Akhir
Jenis Biaya Jumlah
Biaya Pencegahan
Biaya Training Rp 625.806 Biaya Packing Khusus Rp 1.625.000
Biaya Implementasi Rp 3.340.000 Biaya Penilaian Rp 4.171.500
Biaya Kegagalan Internal Rp 2.089.395 Biaya Kegagalan Eksternal Rp - Total Biaya Kualitas Akhir Rp 11.851.701
Perbandingan antara biaya kualitas awal dan biaya kualitas akhir
No
BiayaSebelum Perbaikan
(Awal)
Setelah Perbaikan (Akhir)
Penurunan
1 Biaya Pencegahan Rp
4.218.952 Rp 5.590.806 Rp (1.371.854)
2 Biaya Penilaian Rp
4.171.500 Rp 4.171.500
Rp -
3 Biaya Kegagalan Internal Rp 2.292.585 Rp 2.089.395 Rp 203.190
4Biaya Kegagalan
Eksternal Rp 2.006.269 Rp - Rp 2.006.269
Total Rp
12.689.306 Rp
11.851.701 Rp 837.605
Nilai biaya kualitas yang telah diperhitungkan perusahaan didapatkan nilai biaya awal
perusahaan yakni Rp 12.689.306,00 dan biaya kualitas akhir yakni Rp 11.851.701. Biaya
kualitas akhir yang diperhitungkan meliputi biaya preventive cost (biaya training dan biaya
packing), appraisal cost (biaya pengujian ulang dan inspeksi produk) dan failure cost (biaya
reject) selama 2 minggu setelah dilakukan perbaikan. Dari biaya akhir dan biaya awal yang
diperhitungkan, maka didapatkan penurunan biaya akhir menjadi Rp 837.605 yakni sebesar
6,6% dari biaya awal. Penurunan biaya kualitas tidak berbeda signifikan dikarenakan
perusahaan yang berfokus kepada biaya pencegahan dan penilaian sehingga pada kedua biaya
tersebut mengalami kenaikan dan biaya tetap. Perusahaan melakukan peningkatan biaya
*
pencegahan sebesar 32,5% dengan tujuan untuk menurunkan failure cost atau menimalkan
kemungkinan adanya keluhan dari pelanggan dengan kualitas produk yang meningkat.
V. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan :
1. Perusahaan X mempunyai masalah yang menyebabkan kecacatan produk
diantaranya yakni cacat goresan, cacat gelembung, cacat berkarat, cacat kotor dan
cacat penyok, yang dimana kelima jenis cacat produk tersebut dipengaruhi oleh
faktor – faktor yang berbeda. Dari fishbone diagram yang ada dapat disimpulkan
bahwa cacat disebabkan oleh 4 faktor yaitu manusia, metode, mesin, dan material
2. Nilai biaya kualitas yang telah diperhitungkan perusahaan didapatkan nilai biaya
awal perusahaan yakni Rp 12.689.306,00 dan biaya kualitas akhir yakni Rp
11.851.701.
Daftar Pustaka
Assauri, Sofjan. 2000. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi keempat. Jakarta: LPEE
Universitas Indonesia.
Fandy Tjiptono. 2007. Total Quality Management. Yogyakarta : Andi.
Hanliang., Njoo, Rosiawan.,Muhammad, Yenny.2013. Peningkatan Kualitas Proses
Produksi Di PT. Indal Alumunium Industry Tbk., Sidoarjo. Surabaya, Universitas
Surabaya Vol. 2 No 1
R.A. Supriyono.2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju dan
Globalisasi. Yogyakarta : BPFE
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31807/5/Chapter%20I.pdf yang diakses pada
tanggal 26 September pukul 20.48
http://radiasari.lecture.ub.ac.id/files/2011/06/11.-Pengendalian-Kualitas-Statistik.pdf yang
diakses pada tanggal 26 September pukul 21.00
http://industri.ums.ac.id/courses/tin212.html yang diakses pada tanggal 27 September pukul
10.00