Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Tim Penyusun Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan
Informatika Tahun 2017
Pengarah:Farida Dwi CahyariniSekretaris Jenderal
Penanggung Jawab:Arifin Saleh Lubis
Kepala Biro Perencanaan
Editor:Ismail
Sinthia FridaningrumHary Aryfiyanto
Penulis:Astri Nur AfidahMarshel Doom
Ratu Nabila Saras Putri
Desain Grafis:Djoko Sutrisno
Laporan Kinerja|1|
Perkembangan teknologi digital telah mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia
dari konvensional ke digitalEkonomi Indonesia juga mengalami pergeseran dari ekonomi yang titik beratnya berbasis komoditas ke aktivitas ekonomi berbasis layanan. Dinamika dari era digital ini juga telah menyebabkan terjadinya cara baru yang memanfaatkan perubahan teknologi, khususnya digital di beberapa sektor yang timbul sebagai salah satu solusi untuk mengatasi ketidakefisienan dengan antara lain mengadopsi model bisnis “sharing economy”. Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki peluang besar untuk mengembangkan sharing economy tersebut. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital, pemerintah dituntut untuk melakukan transformasi dalam memberikan layanan publik yang lebih baik kepada masyarakat dengan memanfaatkan teknologi digital.
Dalam rangka memperkuat ekonomi digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) fokus pada reformasi kebijakan di sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), terutama yang terkait dengan DNA (Device/perangkat, Network/jaringan, Application/aplikasi). Berbagai affirmative policy dilakukan dengan pendekatan light touched regulation untuk mempermudah proses perizinan, penyediaan internet dengan kecepatan tinggi, serta dukungan terhadap startup, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), petani serta nelayan untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan memanfaatkan TIK sebagai enabler. Hasil capaian pelaksanaan program-program tersebut, disampaikan dalam Laporan Kinerja (LKj) Kemkominfo.
Selain membuat kebijakan sektor TIK, Kemkominfo juga melaksanakan fungsi edukasi khusus dalam melaksanakan program kebijakan keberpihakan bagi masyarakat di daerah 3T dengan menggelar program aksi literasi digital berbasis komunitas di 17 Kabupaten, 8 Provinsi dan 45 Komunitas kawasan perdesaan dalam rangka penguatan budaya digital untuk pengelolaan media informasi di daerah 3T. Selain itu, Kemkominfo juga berperan sebagai Government Public Relations dalam mendiseminasikan program-program pemerintah dengan menyajikan informasi resmi dan akurat dari lintas sektor pemerintah dalam bentuk grafis sehingga masyarakat dapat lebih mudah memahami program-program pemerintah tersebut beserta hasil-hasilnya.
Dengan disusunnya Laporan Kinerja (LKj) Kemkominfo Tahun 2017 ini, diharapkan dapat menjadi perwujudan dari upaya Kemkominfo dalam menjaga akuntabilitas kinerja dan menjadi media komunikasi bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi terkait kinerja Kemkominfo. Melalui laporan kinerja ini pula, diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi peningkatan kinerja di lingkungan internal Kemkominfo.
Jakarta, Maret 2018 Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
RUDIANTARA
Kata Pengantar
|2|Laporan Kinerja
4PROGRAMPRIORITAS
Broadband 4G dan Efisiensi Industri
Cyber Security dan Governance, E-Government
dan E-Commerce
Government Public Relations (GPR)
Digitalisasi
Ringkasan Eksekutif
Realisasi 2017
triliun triliunRp4.410
Pagu DIPA 2017
Rp4.951atau
89,06%dari PAGU DIPA 2017
dari tahun sebelumnya69,95%
Laporan Kinerja|3|
Pembangunan bidang komunikasi dan informatika lima tahun ke depan diprioritaskan pada upaya mendukung pencapaian kedaulatan pangan, kecukupan energi, pengelolaan sumber daya maritim dan kelautan, pembangunan infrastruktur, percepatan pembangunan daerah perbatasan, dan peningkatan sektor pariwisata dan industri, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia dan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagai leading sektor di bidang komunikasi dan informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika menetapkan 3 (tiga) sasaran strategis yang ditetapkan dalam bentuk Perjanjian Kinerja (PK) Kemkominfo Tahun 2017 yang merupakan implementasi dari 4 (empat) program prioritas yaitu:• Broadband 4G dan Efisiensi Industri• Digitalisasi• Cyber Security dan Governance, E-Goverment, dan E-Commerce• Goverment Public Relations (GPR)
Untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, Kementerian
Komunikasi dan Informatika mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
komunikasi dan informatika
Ringkasan Eksekutif
|4|Laporan Kinerja
Laporan Kinerja Kominfo Tahun 2017 disusun untuk menyajikan informasi tentang capaian komitmen kinerja yang diperjanjikan Kementerian Komunikasi dan Informatika kepada para pimpinan dan stakeholders selama Tahun 2017. Laporan Kinerja ini disusun dengan mengacu kepada ketentuan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Pemerintah serta berpedoman pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2015 – 2019 serta dokumen perencanaan turunannya.
CaPaIan KInERJa
Perjanjian Kinerja ini ditetapkan kedalam 3 (tiga) sasaran strategis dan 16 (enam belas) indikator kinerja. Ikhtisar hasil evaluasi capaian kinerja terhadap 16 (enam belas) indikator kinerja tersebut diuraikan pada Tabel 1.1 sebagai berikut:
Tabel 1.1 Ikhtisar Capaian Kinerja Kemkominfo Tahun 2017
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN TAHUN 2017
TAHUN 2017
TARGET REALISASI CAPAIAN
Tersedianya Infrastruktur TIK serta Pengembangan Ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia
1. Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik Nasional (Jumlah Kab/kota: 514)
86%(442 kab/kota dari 514 kab/
Kota)
86,38%(444 kab/kota dari
514 Kab/Kota)100,44%
2. Persentase (%) Kab/Kota terlayani akses broadband 4G LTE (Jumlah Kab/kota: 514)
60%(308 kab/kota dari 514 kab/
kota)
64,40% (331 kab/kota dari
514 kab/kota)107,33%
3. Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi melalui penyediaan Base Transceiver Station (BTS)
4,5% (250 desa)
7,11% (393 desa) 158%
4. Persentase (%) kawasan perbatasan terlayani jasa akses telekomunikasi (BTS Perbatasan) (Jumlah kawasan perbatasan: 187 Kecamatan)
60%(112 lokasi)
25,67% (48 kecamatan dari
187 kecamatan)42,67%
5. Persentase (%) harga layanan pita lebar terhadap PDB per kapita
7,3%(fixed
broadband)
1,44% (untuk mobile broadband)
7,1% (untuk fixed broadband)
97,26%
6. Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/Analog Switch Off (ASO)
70% 98% 140%
7. Persentase (%) nelayan dan petani go digital (Jumlah petani + nelayan per Tahun 2013: 28,7 Juta)
300.000 petani dan nelayan
333.515 petani dan nelayan yang ter-register di aplikasi
111,17%
8. Persentase (%) UMKM go digital (Jumlah UMKM per Tahun 2012: 56 juta)
0,05%(29.000
UMKM dari 56.000.000
UMKM)
0,02%(12.507 UMKM
dari 56.000.000 UMKM)
40%
9. Persentase (%) desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri tersedia layanan digital ((Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri: 5.520 Desa)
2,7% (150 DBT)
4,02% (222 lokasi) + 3
desa piloting150%
LAPORAN KINERJA 2017Ringkasan Eksekutif
Laporan Kinerja|5|
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN TAHUN 2017
TAHUN 2017
TARGET REALISASI CAPAIAN
10. Jumlah anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang memperoleh literasi TIK
5.300 Orang 7.291 Orang 137,56%
11. Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK 500.000 Orang 1.494.097 Orang 298,82%
12. Jumlah angkatan kerja yang tersertifikasi keahlian dan kompetensi sektor TIK
10.650 Orang 9.407 Orang 88,33%
Tersedianya akses dan kualitas informasi public terkait kebijakan dan program Prioritas Pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia
13. Persentase (%) Kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik (Survei Responden Publik)
50%
(1-49% = distrusters; 50-59% = neutral;
60-100% = trusters)
73%
(1-49% = distrusters; 50-59% = neutral; 60-100%
= trusters)
160,42%
Terwujudnya Tata Kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bersih, efisien, dan efektif
14. Opini Laporan Keuangan WTPWTP*
*) Penilaian Tahun 2016
100%
15. Indeks Reformasi Birokrasi 80 (A)73,13 (BB)
*) Penilaian Tahun 2016
91,41%
16. Nilai Akuntabilitas Kinerja 80 (A)
66,44 (B)*) Berdasarkan penilaian SAKIP
oleh Itjen
83%
*) Penilaian Kem. PAN & RB Tahun 2017
KInERJa anGGaRan Tahun 2017
Realisasi Belanja Kementerian Komunikasi dan Informatika pada TA 2017 adalah sebesar Rp.4.409.473.919.346,- atau 89,06% dari Pagu DIPA sebesar Rp.4.951.278.581.000,-. Adapun di Tahun 2017, persentase realisasi ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 69,95%. Grafik 1. Realisasi Penyerapan Anggaran Kemkominfo Tahun 2017
Sumber: Biro Keuangan, Kemkominfo
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0
3.663
2.127
58.07%
54.10%
69.95%
89.06%
4.939
2.672
5.121
3.583
4.951
4.410
APBN dan Realisasi (dalam Rp miliar)
20152014 2016 2017
PAGU Realisasi % Realisasi
LAPORAN KINERJA 2017Ringkasan Eksekutif
|6|Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017Ringkasan Eksekutif
Kinerja capaian target PNBP Tahun 2012-2017 menunjukkan grafik yang terus naik. Persentase capaian target PNBP pada Tahun 2017 yaitu sebesar 127,4%, secara terperinci dapat dilihat pada Grafik 1.2 berikut ini:
Grafik 2. Kinerja Capaian Target PNBP Tahun 2012 – 2017
18.000
16.000
14.000
12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
-
9.05710.861
12.71913.560 13.685
16.560
3.3183.2092.7602.3091.9451.743662 740 787 962 984 967
273224138122125123
BHP Frekuensi BHP Telekomunikasi PNBP USO PNBP Lainnya1)
2012 2013 2014 2015 2016 2017
(dalam Rp miliar)
(dalam Rp miliar)
No. Sumber & Jenis Pnbp
2012 2013 2014 2015 2016 20172)
Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %
1. BHP Frekuensi 8,934 9,057 101.4 9,495 10,861 114.4 9,881 12,719 128.7 11,390 13,560 119.1 12,970 13,685 105.5 12,952 16,560 127.9
2. PNBP USO 1,497 1,497 116.4 2,020 1,945 96.3 2,291 2,309 100.8 2,230 2,760 123.8 2,567 3,209 125.0 2,567 3,318 129.3
3. BHP Telekomunikasi 599 662 110.5 650 740 113.8 734 787 107.2 893 962 107.7 923 984 106.6 932 967 103.8
4. PNBP Lainnya1) 68 123 180.9 86 125 145.3 94 122 129.8 100 138 138.0 107 224 209.3 120 273 228.2
Total PNBP 11,098 11,585 104.4 12,251 13,671 111.6 13,000 15,937 122.6 14,613 17,420 119.2 16,567 18,102 109.3 16,571 21,119 127.4
1) PNBP Lainnya terdiri dari antara lain; Biaya Sertifikasi Perangkat, Sewa Rumah Dinas; IAR dan KRAP; REOR dan SKOR; Izin Penyelenggaraan Pos; Izin Penyelenggaraan Penyiaran, STMM Yogyakarta, Pusdiklat Pegawai, Penerimaan Pemanfaatan BMN; dan Penerimaan Lainnya.
2) Realisasi PNBP Per Des 2017
Sumber: Biro Keuangan, Kemkominfo
Laporan Kinerja|7|
DAfTAR ISI
BAB 1PENDAHULUAN 16
Latar Belakang 16Maksud & Tujuan 17Struktur Organisasi dan Komposisi Pegawai Kementerian Komunikasi dan Informatika
18
Permasalahan Strategis Bidang Komunikasi dan Informatika 21Broadband/4G dan Efisiensi Industri 21Digitalisasi 22Cyber Security dan Governance, E-Goverment, dan E-Commerce 23Government Public Relations (GPR) 26
Sistematika Pelaporan 29
BAB 2PERENCANAAN KINERJA 32
Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2015-2019 32Perjanjian Kinerja 37
Broadband/4G dan Efisiensi Industri 38Digitalisasi 38Cyber Security dan Governance, E-Government, dan E-Commerce 39Government Public Relation (GPR) 39
Kinerja Lainnya 39
KATA PENGANTAR 1RINGKASAN EKSEKUTIf 3DAfTAR ISI 7DAfTAR TABEL 10DAfTAR GAMBAR 12DAfTAR GRAfIK 13
|8|Laporan Kinerja
BAB 3AKUNTABILITAS KINERJA 42
Capaian Kinerja Organisasi 42
Sasaran Strategis 1: Tersedianya Infrastruktur TIK serta Pengembangan Ekosistem TIK yang Merata dan Efisien di Seluruh Wilayah Indonesia
42
1 . 1 Persentase (%) Kab/Kota Terhubung Jaringan Backbone Serat Optik Nasional (Palapa Ring)
44
1 . 2 Persentase (%) Kab/Kota Terlayani Akses Broadband 4G LTE 481 . 3 Persentase (%) Desa di Wilayah Tertinggal Termasuk Lokpri Terlayani Jasa
Akses Telekomunikasi Melalui Penyediaan Base Transceiver Station (BTS)52
1 . 4 Persentase (%) Kawasan Perbatasan Terlayani Jasa Akses Telekomunikasi Melalui Penyediaan Base Transceiver Station (BTS)
54
1 . 5 Persentase (%) Harga Layanan Pitalebar Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita
55
1 . 6 Persentase (%) Implementasi Digitalisasi Penyiaran/Analog Switched Off (ASO) 591 . 7 Persentase (%) Nelayan dan Petani Go Digital 791 . 8 Persentase (%) UMKM Go Online 861 . 9 Persentase (%) Desa di Wilayah Perbatasan, Daerah Tertinggal termasuk Lokpri
Tersedia Layanan Digital91
1.10 Jumlah Anak-anak, Wanita, Disabilitas dan Pelajar yang Memperoleh Literasi TIK
96
1 . 1 1 Jumlah Masyarakat Umum yang Memperoleh Literasi TIK 981.12 Jumlah Angkatan Kerja yang Tersertifikasi Keahlian dan Kompetensi Sektor TIK 107Sasaran Strategis 2: Tersedianya Akses dan Kualitas Informasi Publik terkait Kebijakan dan Program Prioritas Pemerintah yang Baik, Cepat, Tepat dan Obyektif kepada Seluruh Lapisan Masyarakat Indonesia
109
2 . 1 Persentase (%) Kepuasan Masyarakat Terhadap Akses dan Kualitas Informasi Publik
109
Sasaran Strategis 3: Terwujudnya Tata Kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang Bersih, Efisien dan Efektif
113
3 . 1 Opini Laporan Keuangan 1133.2 Indeks Reformasi Birokrasi 1153.3 Nilai Akuntabilitas Kinerja 120
Capaian Kinerja Lainnya 121Sistem Verifikasi Identitas Online (SiVION) 121Penyelesaian Sengketa Informasi 123Pengaduan Masyarakat terhadap Konten Siaran 125Pengaduan di Bidang Pers 125Pendaftaran Penyelenggaraan Sistem Elektronik (PPSE) 127Otomisasi Perizinan 128
Kinerja Anggaran 131
Laporan Kinerja|9|
BAB 4PENUTUP 135
LAMPIRAN 138Hasil Reviu Inspektorat Jenderal Kementerian Kominfo atas Laporan Kinerja Kementerian Kominfo Tahun 2017
138
Perjanjian Kinerja Kementerian Kominfo Tahun 2017 139
|10|Laporan Kinerja
DAfTAR TABEL1 . 1 Ikhtisar Capaian Kinerja Kemkominfo Tahun 2017 42 . 1 Rencana Strategis Kemkominfo Tahun 2015 – 2019
(Berdasarkan PM Kominfo No. 22/2015)34
2 . 2 Rencana Strategis Kemkominfo Tahun 2015 – 2019 (Berdasarkan PM Kominfo No. 21/2016)
36
2 . 3 Perjanjian Kinerja Kemkominfo Tahun 2017 373 . 1 Indikator Pencapaian Sasaran Strategis 1 433 . 2 Capaian Persentase (%) Kab/Kota Terhubung Jaringan Backbone Serat Optik
Nasional46
3 . 3 Capaian Persentase (%) Kabupaten/Kota Terlayani Akses Broadband 4G LTE 493 . 4 Rencana Strategis Penambahan Spektrum Frekuensi Radio Sebesar 350 MHz
untuk Mobile Broadband Tahun 2015 – 201950
3 . 5 Capaian Persentase (%) Tersedianya Tambahan Spektrum Frekuensi Sebesar 350 MHz untuk Mobile Broadband
51
3 . 6 Capaian Persentase (%) Desa di Wilayah Tertinggal Termasuk Lokpri Terlayani Jasa Akses Telekomunikasi Melalui Penyediaan Base Transceiver Station (BTS)
54
3 . 7 Capaian Persentase (%) Kawasan Perbatasan Terlayani Jasa Akses Telekomunikasi (BTS Perbatasan)
55
3 . 8 Target Infrastruktur dan Harga Layanan 563 . 9 Capaian Persentase (%) Harga Layanan Pitalebar Terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) per Kapita56
3.10 Perhitungan Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per Kapita Tahun 2016 (Berdasarkan Koordinasi dengan Badan Litbang SDM Kominfo, BPS dan Tenaga Ahli)
57
3.11 Perhitungan Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per Kapita Tahun 2016 (Berdasarkan LKO)
57
3.12 Data Capaian Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per Kapita Tahun 2017 (Berdasarkan Data Kompilasi Tarif yang Dipublikasi)
58
3.13 Capaian Persentase (%) Implementasi Digitalisasi Penyiaran / Analog Switched Off (ASO)
59
3.14 Capaian Penyusunan Revisi Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 663.15 Target dan Capaian Uji Coba Siaran TV Digital 733.16 Keikutsertaan LPS Penyedia Konten dalam Uji Coba TV digital 753.17 Capaian Sosialisasi TV Digital 793.18 Capaian Persentase (%) Nelayan dan Petani Go Digital 803.19 Timeline Implementasi Program Nelayan Go Online 853.20 Capaian Edukasi Petani dan Nelayan Go Online Tahun 2017 853.21 Capaian Persentase (%) UMKM Go Digital 903.22 Rekapitulasi Fasilitasi UMKM Go Online 2017 90
Laporan Kinerja|11|
3.23 Lokasi Pelaksanaan Pendampingan dan Pengembangan SDM Program Desa Broadband Terpadu
93
3.24 Capaian Persentase (%) Desa di Wilayah Perbatasan, Daerah Tertinggal Termasuk Lokpri Tersedia Layanan Digital
95
3.25 Capaian Jumlah Anak-Anak, Wanita, Disabilitas dan Pelajar yang Memperoleh Literasi TIK
97
3.26 Data Realisasi Jumlah Anak-Anak, Wanita, Disabilitas dan Pelajar yang Memperoleh Literasi TIK Tahun 2015 – 2017
98
3.27 Kegiatan Literasi TIK Kemkominfo 993.28 Capaian Jumlah Masyarakat Umum yang Memperoleh Literasi TIK 993.29 Kegiatan Roadshow Born to Protect Tahun 2017 1033.30 Kegiatan Bimtek Indeks Keamanan 1043.31 Capaian Jumlah Angkatan Kerja yang Tersertifikasi Keahlian dan Kompetensi
Sektor TIK108
3.32 Hasil Pelaksanaan Sertifikasi SKKNI Bagi Angkatan Kerja Muda Indonesia 1083.33 Capaian Persentase (%) Kepuasan Masyarakat Terhadap Akses dan Kualitas
Informasi Publik110
3.34 Tingkat Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pemerintah, Media, Bisnis, dan Organisasi Non Pemerintah
111
3.35 Capaian Opini Laporan Keuangan 1143.36 Capaian Indeks Reformasi Birokrasi 1183.37 Hasil Penilaian Indeks Reformasi Birokrasi Kemkominfo Tahun 2015 – 2016 1183.38 Upaya Perbaikan yang Dilakukan oleh Masing-Masing Pokja 1193.39 Capaian Nilai Akuntabilitas Kinerja 1203.40 Hasil Penilaian Tingkat Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 – 2016 1203.41 Target Pelaksanaan SiVION Tahun 2017 – 2019 1223.42 Capaian Program SiVION Tahun 2016 – 2017 1233.43 Rekapitulasi Jumlah Permohonan Penyelesaian Sengketa dan Rekapitulasi
Penyelesaian Sengketa Informasi Tahun 2017124
3.44 Klasifikasi Penyelesaian Sengketa 1243.45 Jumlah Pengaduan Isi Siaran Berdasarkan Sumber Pengaduan Tahun 2017 1253.46 Perbandingan Target dan Realisasi Atas Penyelesaian Pengaduan Kasus
Tahun 2015 – 2017126
3.47 Manfaat Pengembangan Sistem E-Licensing di Bidang Pos dan Telekomunikasi 1283.48 Rekapitulasi Penyelesaian Perizinan Melalui E-Licensing 1303.49 Integrasi dan Pertukaran Data Perizinan pada Sistem E-Licensing 1303.50 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Program TA 2017 131
|12|Laporan Kinerja
DAfTAR GAMBAR1 . 1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika 181 . 2 Jumlah Pegawai Kementerian Komunikasi dan Informatika per 31 Desember 2017 201 . 3 Penetrasi Media di 11 Kota di Indonesia 261 . 4 Alur Proses Government Public Relations (GPR) 282 . 1 Program Utama Kementerian Komunikasi dan Informatika 333 . 1 Rencana Implementasi Jaringan Tulang Punggung (Backbone) Serat Optik
Nasional (Palapa Ring)45
3 . 2 Peta Pembangunan Jaringan Serat Optik Nasional “Palapa Ring” 473 . 3 Presensi Layanan 4G LTE Berdasarkan Jumlah Wilayah Administrasi
yang Ter-cover48
3 . 4 Pihak-Pihak yang Terkena Dampak Program Digitalisasi Penyiaran Televisi 603 . 5 Aspek Utama Pendukung Digitalisasi Penyiaran TV 613 . 6 Peta 42 Lokasi Pemancar Digital LPP TVRI 683 . 7 Perbedaan Teknologi Penyiaran Analog vs Digital 703 . 8 Efisiensi Kanal Frekuensi Radio Akibat Implementasi Televisi Digital (Digital
Dividend)70
3 . 9 Peta Jangkauan Siaran dan Lokasi Uji Coba Siaran TV Digital 743.10 Peta Rumah Tangga Usaha Pertanian 813.11 Jumlah Kelompok Tani dan Penyuluh Menurut Provinsi 813.12 Kepadatan Rumah Tangga Usaha Perikanan vs Produksi Perikanan Tangkap
di Laut (Ton)82
3.13 Jumlah Perahu yang Terdapat di Provinsi vs Produksi Perikanan Tangkap di Laut (Ton)
83
3.14 Lanskap UMKM Indonesia 873.15 Lokasi Desa Piloting Program Desa Broadband Terpadu (DBT) 923.16 Program Solusi Desa Broadband Terpadu (SDBT) 943.17 Peta Sebaran Pelaksanaan Kegiatan INCAKAP dan Sistem Whitelist Nusantara
Tahun 2017100
3.18 Komoditas Unggulan dan Jejaring Antar 45 Komunitas Kerjasama Desa dalam Aplikasi Kodikadi.com
106
3.19 Hasil Survei Edelman Trust Barometer tentang Tingkat Kepercayaan terhadap Pemerintah
110
3.20 Roadmap Reformasi Birokrasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2015–2019
116
3.21 Rencana Strategis Implementasi SiVION 1223.22 Jumlah Penyelenggara Sistem Elektronik yang Sudah Terdaftar di PSE Kominfo 127
Laporan Kinerja|13|
DAfTAR GRAfIK1 Realisasi Penyerapan Anggaran Kemkominfo Tahun 2017 52 Kinerja Capaian Target PNBP Tahun 2012 – 2017 6
1 . 1 Komposisi Pegawai Kemkominfo Per 31 Desember 2017 201 . 2 Nilai Transaksi E-Commerce Global Tahun 2014 – 2021 (Dalam US$) 231 . 3 Pangsa Pasar E-Commerce Terhadap Penjualan Ritel Tahun 2015 241 . 4 Nilai Transaksi E-Commerce Indonesia Tahun 2011 – 2015 241 . 5 Populasi Dan Potensi Ekonomi Digital Indonesia Per September 2017 251 . 6 Akses petani dan Nelayan terhadap Televisi dan Selular 263 . 1 Jumlah LPS Peserta Uji Coba Siaran TV Digital Tahap I s/d III 753 . 2 Kontribusi Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2015 823 . 3 Populasi Perahu Di Fokus Area 833 . 4 Posisi UMKM pada Visi Ekonomi Digital Indonesia 2020 883 . 5 Komunitas Kerjasama Antar Desa Berdasarkan Kuadran Kemampuan Literasi
Digital (Digital Literacy Capability Index) dan Kemampuan Bisnis/Usaha dari Komunitas Kerjasama Antar Desa (Business Capability Index)
107
3 . 6 Jumlah Responden dan Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Layanan Informasi Mengenai Kebijakan dan Program Prioritas Pemerintah
111
3 . 7 Akses Publik Terhadap Saluran Komunikasi Kebijakan Pemerintah 1123 . 8 Penyelesaian Permohonan Sengketa Informasi Dari Tahun 2010 – 2017 1243 . 9 Jumlah Pengaduan Kasus Pers Yang Masuk ke Dewan Pers Tahun 2014 – 2017 1263.10 Rekapitulasi Perizinan E-Licensing bulan Juli – Desember 2017 1293.11 Perbandingan Realisasi Belanja Kemkominfo Tahun 2014 – 2017 1323.12 Capaian Kinerja Target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Tahun 2012 - 2017 132
Laporan Kinerja|15|
1PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Maksud & Tujuan
3. Struktur Organisasi dan Komposisi Pegawai Kementerian Komunikasi dan Informatika
4. Permasalahan Strategis Bidang Komunikasi dan Informatika
5. Sistematika Pelaporan
|16|Laporan Kinerja
LaTaR BELaKanG
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, memandatkan Presiden untuk menyelenggarakan dan bertanggungjawab atas Perencanaan Pembangunan Nasional serta menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk periode 5 tahunan sesuai masa jabatannya. RPJMN merupakan penjabaran visi, misi dan program presiden yang berfungsi sebagai:a. Pedoman bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana
Strategis Kementerian/Lembaga;b. Bahan penyusunan dan penyesuaian RPJM Daerah dengan
memperhatikan tugas dan fungsi pemerintah daerah dalam mencapai sasaran Nasional yang termuat dalam RPJMN;
c. Pedoman bagi pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah;
d. Acuan dasar dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RPJM Nasional.
Presiden dalam menjalankan pemerintahan umum dan pembangunan dibantu oleh menteri-menteri negara yang membidangi urusan tertentu di bidang pemerintahan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2015 tentang Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas di bidang komunikasi dan informatika
Program dan kegiatan pembangunan di bidang komunikasi dan informatika berjalan sesuai
dengan yang direncanakan dan dituangkan dalam bentuk Perjanjian Kinerja antara Menteri dengan
Eselon I dan Eselon II secara berjenjang
PENDAHULUAN
Laporan Kinerja|17|
tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:1) Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pengelolaan
sumber daya dan perangkat pos dan informatika, penyelenggaraan pos dan informatika, penatakelolaan aplikasi informatika, pengelolaan informasi dan komunikasi publik;
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya dan perangkat pos dan informatika, penyelenggaraan pos dan informatika, penatakelolaan aplikasi informatika, pengelolaan informasi dan komunikasi publik;
3) Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan pengelolaan sumber daya dan perangkat pos dan informatika, penyelenggaraan pos dan informatika, penatakelolaan aplikasi informatika, pengelolaan informasi dan komunikasi publik;
4) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sumber daya manusia di bidang komunikasi dan informatika;
5) Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika;
6) Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika;
7) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Komunikasi dan Informatika; dan
8) Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Agar keseluruhan program dan kegiatan pembangunan di bidang komunikasi dan informatika tersebut berjalan sesuai dengan yang direncanakan, maka dituangkan dalam bentuk Perjanjian Kinerja antara Menteri dan Eselon I dan diturunkan secara berjenjang sampai dengan tingkat Eselon II.
MaKsuD & TuJuan
Maksud dari penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2017 ini adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban akuntabilitas kinerja dari Menteri Komunikasi dan Informatika kepada Presiden dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta pengelolaan anggaran dalam rangka mencapai sasaran/target yang telah ditetapkan selama Tahun 2017.
Sedangkan tujuan penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2017 ini adalah untuk melakukan penilaian dan evaluasi atas pencapaian kinerja dan sasaran pembangunan di bidang komunikasi dan informatika selama Tahun 2017, sekaligus sebagai alat kendali dan pemicu peningkatan kinerja setiap unit organisasi di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
LAPORAN KINERJA 2017Pendahuluan
|18|Laporan Kinerja
struktur Organisasi dan Komposisi Pegawai Kementerian Komunikasi dan Informatika
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut ini.
SEKRETARIATITJEN
INSPEKTORATJENDERAL
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA DAN PERANGKAT POS DAN INfORMATIKA
DIREKTORAT PENATAAN SUMBER DAYA DIREKTORAT POS
DIREKTORAT OPERASI SUMBER DAYA
DIREKTORAT TELEKOMUNIKASI
DIREKTORAT PENGENDALIAN SUMBER DAYA DAN PERANGKAT
POS DAN INfORMATIKADIREKTORAT PENYIARAN
DIREKTORAT STANDARDISASI PERANGKAT POS
DAN INfORMATIKA
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PITA LEBAR
DIREKTORAT PENGENDALIAN POS DAN INfORMATIKA
SEKRETARIAT DITJEN
SEKRETARIAT DITJEN
DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN
POS DAN INfORMATIKA
MENTERI
INSPEKTORATI
INSPEKTORATII
INSPEKTORATIII
INSPEKTORATIV
STAf AHLI
1. SAM BID. HUKUM2. SAM BID. SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA3. SAM BID. KOMUNIKASI DAN MEDIA MASSA4. SAM BID. TEKNOLOGI
Gambar 1.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika
LAPORAN KINERJA 2017Pendahuluan
Sumber: Permenkominfo No. 1/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika
Laporan Kinerja|19|
BIRO PERENCANAAN
BIRO KEPEGAWAIAN
DAN ORGANISASI
SEKRETARIAT DITJEN
DIREKTORAT JENDERAL APLIKASI INfORMATIKA
DIREKTORAT e-GOVERNMENT
DIREKTORAT KEAMANAN INfORMASI
DIREKTORAT PEMBERDAYAAN
INDUSTRI INfORMATIKA
DIREKTORAT PEMBERDAYAAN
INfORMATIKA
DIREKTORAT e-BUSINESS
SEKRETARIAT JENDERAL
PUSAT DATA DAN SARANA INfORMATIKA
BIRO KEUANGAN
BIRO HUBUNGAN
MASYARAKAT
BIRO HUKUM
BIRO UMUM
PUSAT PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN
SEKRETARIAT DITJEN
SEKRETARIAT BADAN
DIREKTORAT KOMUNIKASI PUBLIK
DIREKTORAT LAYANAN INfORMASI
INTERNASIONAL
DIREKTORAT KEMITRAAN KOMUNIKASI
DIREKTORAT PENGELOLAAN MEDIA PUBLIK
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PENYEDIAAN INfORMASI
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER
DAYA, PERANGKAT DAN PENYELENGGARAAN POS DAN
INfORMATIKA
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN APLIKASI
INfORMATIKA DAN INfORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK
PUSAT PENGEMBANGAN LITERASI SUMBER
DAYA MANUSIA KOMUNIKASI
PUSAT PENGEMBANGAN LITERASI PROfESI SUMBER
DAYA MANUSIA INfORMATIKA
DIREKTORAT JENDERAL INfORMASI DAN KOMUNIKASI
PUBLIK
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER
DAYA MANUSIA
PUSAT KELEMBAGAAN
INTERNASIONAL
Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika, dalam menjalankan tugas dan fungsinya, susunan organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika terdiri atas:1) Sekretariat Jenderal (Setjen);2) Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Ditjen SDPPI);3) Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Ditjen PPI);4) Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (Ditjen APTIKA);5) Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Ditjen IKP);6) Inspektorat Jenderal (Itjen);7) Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Balitbang SDM);8) Staf Ahli Bidang Hukum;9) Staf Ahli Bidang Sosial, Ekonomi, dan Budaya;10) Staf Ahli Bidang Komunikasi dan Media Massa; dan11) Staf Ahli Bidang Teknologi12) Unit Pelaksana Teknis (UPT)
LAPORAN KINERJA 2017Pendahuluan
|20|Laporan Kinerja
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kementerian Komunikasi dan Informatika didukung oleh 3.201 orang pegawai dari berbagai satuan kerja (data per 31 Desember 2017) yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.070 orang dan perempuan sebanyak 1.131 orang (Gambar 1.2).
Pegawai Kementerian Komunikasi dan Informatika tersebut tersebar pada 7 (tujuh) unit Eselon I (Grafik 1.1) dengan komposisi sebagai berikut: (1) Setjen (431 orang), (2) Ditjen SDPPI (1.299 orang), (3) Ditjen PPI (324 orang), (4) Ditjen Aptika (211 orang), (5) Ditjen IKP (296 orang), (6) Itjen (77 orang), dan (7) Balitbang SDM (556 orang) serta 4 orang staf ahli dan 3 orang staf khusus.
LAPORAN KINERJA 2017Pendahuluan
2.070
1.131
3.201Total
Karyawan
Gambar 1.2Jumlah Pegawai Kementerian
Komunikasi dan Informatika per 31 Desember 2017
Sumber: Biro Kepegawaian dan Organisasi, Kemkominfo, Tahun 2017
Sumber: Biro Kepegawaian dan Organisasi, Kemkominfo, Tahun 2017
Grafik 1.1 Komposisi Pegawai Kemkominfo per 31 Desember 2017
32141
727
264
1.427
568
16 26
sD sMP sMa s1 s2 s3Diploma Lainnya
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan Unit Kerja
1.299
324211
296
556438
77
sDPPI PPI aPTIKa IKP BLsDM sETJEn ITJEn
Berdasarkan Usia Berdasarkan Golongan
697
876
1,033
595
36-45 46-55 > 55< 24-35
20
346 430
12
2.393
nonGolongan
Gol. IVGol. IIIGol. IIGol. I
Laporan Kinerja|21|
Grafik 1.1 tersebut menunjukkan, berdasarkan tingkat pendidikan, komposisi pegawai di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika adalah sebagai berikut: (1) SD sebanyak 32 orang, (2) SMP sebanyak 141 orang, (3) SMA sebanyak 727 orang, (4) Diploma sebanyak 264 orang, (5) S1 sebanyak 1.427 orang, (6) S2 sebanyak 568 orang, (7) S3 sebanyak 16 orang, dan (8) lainnya sebanyak 26 orang.
Jika dilihat berdasarkan golongan, maka komposisi pegawai Kementerian Komunikasi dan Informatika adalah sebagai berikut: (1) Golongan I sebanyak 20 orang, (2) Golongan II sebanyak 346 orang, (3) Golongan III sebanyak 2.393 orang, (4) Golongan IV sebanyak 430 orang, dan (5) Non Golongan sebanyak 12 orang.
PERMasaLahan sTRaTEGIs BIDanG KOMunIKasI Dan InfORMaTIKa
Tantangan dan permasalahan strategis di bidang komunikasi dan informatika terbagi menjadi 4 (empat) permasalahan utama yang menjadi prioritas Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai leading sector di bidang komunikasi dan informatika dalam mendukung fokus pembangunan pemerintah. Keempat permasalahan utama tersebut antara lain adalah:
1. Broadband/4G dan Efisiensi IndustriLuas wilayah dan kondisi geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan, penyebaran penduduk yang tidak merata, serta penyediaan infrastruktur komunikasi dan informatika yang hampir seluruhnya mengandalkan peran dunia usaha yang masih berpusat di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan sehingga menyisakan blank spot di wilayah non-komersial. Hal ini menyebabkan timbulnya permasalahan kesenjangan digital dan konektivitas antar wilayah. Akibatnya, akses masyarakat yang berada di wilayah non-komersial tersebut terhadap informasi masih sangat kurang, tingginya biaya komunikasi yang harus dibayarkan, dan gangguan sinyal telekomunikasi dari negara tetangga yang lebih kuat dari sinyal telekomunkasi operator lokal sering terjadi. Jika tidak segera diatasi, maka kondisi tersebut dapat menyebabkan rentannya nasionalisme dan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat akibat tidak berkembangnya ekonomi, khususnya bagi masyarakat di wilayah perbatasan.
Saat ini industri telekomunikasi di Indonesia sudah jenuh dengan tingkat persaingan yang tinggi, terlebih terjadi persaingan harga antar operator dalam menentukan tarif layanan telekomunikasi. Namun, persaingan harga tersebut tidak dikuti dengan kualitas layanan yang
LAPORAN KINERJA 2017Pendahuluan
|22|Laporan Kinerja
baik, dimana harga layanan pitalebar masih di atas 5% dari UMR. Tingginya biaya pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan belum efisiennya infrastruktur telekomunikasi nasional juga menyebabkan penetrasi pitalebar berjalan lambat karena fokus pembangunan penyelenggara telekomunikasi yang hanya membangun di wilayah yang layak secara komersial saja, sehingga pendapatan sektor telekomunikasi tidak terdistribusi merata ke daerah-daerah lainnya di wilayah Indonesia.
2. DigitalisasiSpektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam yang terbatas. Dan diperkirakan pada Tahun 2019, Indonesia akan membutuhkan 350 MHz spektrum frekuensi radio untuk penerapan pitalebar. Oleh karena itu, perlu dilakukan digitalisasi terhadap penyiaran Televisi (TV) agar dapat meningkatkan efisiensi penggunaan spektrum frekuensi, efisiensi infrastruktur industri penyiaran, dan membuka peluang usaha baru bagi industri konten.
Dari sisi kualitas siaran, pemancar TV Digital juga memiliki kualitas gambar dan warna yang jauh lebih bagus daripada televisi analog. Selain itu, televisi digital dapat dioperasikan dengan daya yang rendah (less power), dibandingkan dengan televisi analog. Ketahanan sinyal digital terhadap gangguan suara (noise) lebih baik dan lebih mudah untuk diperbaiki dengan kode koreksi error (error correction code). Dengan teknologi analog, pembawa satu frekuensi (one-frequency carrier) hanya dapat membawa satu program siaran, sedangkan dengan teknologi digital one-frequency-carrier dapat membawa beberapa program siaran pada waktu yang bersamaan melalui pembagian kanal. (Ditjen PPI, Kemkominfo, 2017).
Namun, dalam mendorong penerapan digitalisasi penyiaran TV, Kementerian Komunikasi dan Informatika masih menemui kendala antara lain:a. Implementasi digitalisasi sistem penyiaran harus didasari regulasi
yang kuat di level undang-undang sedangkan Indonesia belum memilikinya;
b. Implementasi migrasi siaran TV Analog ke Digital (digitalisasi) memerlukan biaya tinggi bagi lembaga penyiaran lokal, komunitas, dan juga masyarakat kelas menengah ke bawah, khususnya bagi lembaga penyiaran yang sudah berinvestasi tinggi dalam penyelenggaraan siaran analog. Karena dengan diberlakukannya digitalisasi menyebabkan infrastruktur analog tidak dapat digunakan lagi dan semua materi siaran akan disiarkan oleh Lembaga Penyiaran Penyelenggara Penyiaran Multiplexing (LPPPM);
c. Belum diaturnya pengawasan sistem digital dan sanksi terhadap pelanggaran konten (program siaran).
Di Tahun 2019Indonesia
membutuhkan
350MHzMHz spektrum frekuensi
Harga layanan pitalebar masih
di atas UMR
5%
LAPORAN KINERJA 2017Pendahuluan
Laporan Kinerja|23|
3. Cyber Security & Governance, E-Goverment, dan E-Commerce
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2017, jumlah penduduk Indonesia Tahun 2017 diproyeksikan ada sekitar 261,891 juta jiwa. Dengan jumlah populasi yang besar tersebut, Indonesia menyimpan potensi ekonomi digital di masa yang akan datang seiring berkembangnya teknologi dan media sosial.
Dari jumlah populasi masyarakat tersebut, 54,68% atau sebanyak 143,26 juta jiwa telah menggunakan internet (Infografis Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet, APJII, 2017). Penggunaan internet oleh individu ini mengalami peningkatan sebesar 10,56 juta jiwa dari jumlah pengguna internet individu di Tahun 2016 yang semula 132,7 juta jiwa menjadi 143,26 juta jiwa (Infografis Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet, APJII, 2017). Dari 54,68% pengguna internet di Tahun 2017 tersebut, sebanyak 16,83% masyarakat menggunakan internet untuk jual online, sedangkan 32,18% masyarakat memanfaatkan internet untuk belanja online. (Infografis Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet, APJII, 2017).
Penjualan eceran e-commerce global menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal ini tercermin dari nilai transaksi e-commerce yang diperkirakan akan naik lebih dari 230% pada 2021 menjadi US$ 4,48 Triliun atau setara Rp. 60,467 Triliun dari posisi 2014 yang baru mencapai US$ 1,8 Triliun. Sedangkan di Tahun 2017, nilai transaksi e-commerce global adalah sebesar 2,3 Triliun US$.
Grafik 1.2 Nilai Transaksi E-Commerce Global Tahun 2014 – 2021 (dalam US$)Transaksi e-Commerce Global (dalam US$)
Sumber: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/12/12/2021-transaksi-e-commerce-global-mencapai-rp-60467-triliun
5 triliun
4.5 triliun
4 triliun
3.5 triliun
3 triliun
2.5 triliun
2 triliun
1.5 triliun
1 triliun 2014 2017 2020
US$
16,83%menggunakan internet
untuk jual online
32,18%memanfaatkan internet untuk
belanja online
LAPORAN KINERJA 2017Pendahuluan
|24|Laporan Kinerja
Pangsa pasar e-commerce Indonesia pada 2015 mencapai US$ 1,68 Milyar atau baru sekitar 1,2% dari penjualan ritel senilai US$ 145,83 Milyar. Pasar e-commerce lokal tersebut jauh tertinggal dari Tiongkok yang telah mencapai 13,8% dari total penjualan ritelnya senilai US$ 2,12 Triliun maupun Jepang yang mencapai 7,2% dari penjualan ritelnya sebesar US$ 960 Milyar. Namun, unggul dibandingkan dengan Malaysia maupun Vietnam.
Pangsa Pasar e-Commerce di beberapa Negara terhadap Penjual Ritel (%)
Grafik 1.3 Pangsa Pasar E-Commerce Terhadap Penjualan Ritel Tahun 2015
Sumber: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/10/13/berapa-pangsa-pasar-e-commerce-indonesia
16
14
12
10
8
6
4
2
0
16
14
12
10
8
6
4
2
0Jepang Singapura Thailand Indonesia Malaysia Vietnam PhiliphinaAmerikaTiongkok
9.2
13.8
7.2
4.1
1.6 1.2 1.0 0.8 0.5
Grafik 1.4 Nilai Transaksi E-Commerce Indonesia Tahun 2011 – 2015
4 miliar
3.5 miliar
3 miliar
2.5 miliar
2 miliar
1.5 miliar
1 miliar
500 juta
Sumber: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/11/11/2011-2015-nilai-transaksi-e-commerce-indonesia-melonjak-250-persen
1 miliar
2011
1.8 miliar
2013
2.6 miliar
2014
3.5 miliar
2015
US
$
LAPORAN KINERJA 2017Pendahuluan
Laporan Kinerja|25|
(Jiwa)
264 juta
133 juta
Pengguna Medsos via Ponsel
Pengguna Medsos Aktif
Pengguna Internet
Populasi
Pengguna Ponsel
115 juta
371 juta
106 juta
400 juta350 juta300 juta250 juta200 juta150 juta100 juta50 juta0
Grafik 1.5 Populasi dan Potensi Ekonomi Digital Indonesia per September 2017
Sumber: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/10/09/inilah-potensi-ekonomi-digital-indonesia
Data-data tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas e-commerce di Indonesia merupakan sektor strategis yang perlu didorong oleh pemerintah melalui kolaborasi lintas sektor dan lintas Kementerian/Lembaga. Dan untuk mendukung keamanan serta memberikan perlindungan terhadap konsumen dalam melakukan aktivitas e-commerce, maka perlu disusun pedoman yang dapat menjadi acuan terkait keamanan informasi dan keamanan siber (cyber security) sektor e-commerce dan sektor-sektor strategis lainnya.
Pemanfaatan TIK tidak terbatas pada sektor e-commerce saja, namun dapat juga digunakan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat melalui implementasi e-government yang bertujuan untuk menyediakan pelayanan yang lebih nyaman dan efisien kepada masyarakat atas layanan pemerintah. Namun, penerapan layanan e-government secara nasional masih terkendala karena belum terintegrasinya database dan layanan e-government antar instansi pemerintah pusat dan daerah.
LAPORAN KINERJA 2017Pendahuluan
|26|Laporan Kinerja
800
700
600
500
400
300
200
100
0
56,5%
Televisi Selular
63,8%69,4% 66,4%
4. Government Public Relations (GPR)Saat ini, masyarakat Indonesia mendapatkan informasi melalui berbagai cara, yaitu: media televisi (96%), media luar ruang (52%), internet (43%), radio (37%), koran (8%), dan media lainnya (13%).
WATCH TV 96%SEE OUTDOOR ADS 52% USE
INTERNET 43%
LISTENRADIO 37% READS PRINT
NEWS
8%WATCHPAY TV
8%
GO TOCINEMA5%
Gambar 1.3 Penetrasi Media di 11 Kota di Indonesia
Sumber: Nielsen Consumer & Media View, Q3 2017
Namun demikian, penyebaran informasi saat ini masih dianggap kurang efektif, karena belum menyentuh masyarakat secara menyeluruh. Sebagai contoh, dalam komunitas petani dan nelayan, sebagian besar dari mereka memiliki televisi dan telepon selular. Akses petani terhadap televisi mencapai 56,5%, sedangkan nelayan 63,8%. Sedangkan sebanyak 66,4% nelayan dan 69,4% petani memiliki telepon selular. Namun demikian, kepemilikan televisi dan telepon selular bagi petani dan nelayan belum digunakan secara optimal untuk mengakses informasi mengenai program prioritas terkait pertanian dan perikanan yang pada dasarnya mereka butuhkan.
Hal-hal tersebut dapat menyebabkan ketimpangan informasi dan persepsi yang berbeda-beda dari masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diterbitkanlah Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik dalam rangka menunjang keberhasilan Kabinet Kerja, menyerap aspirasi publik, dan mempercepat penyampaian informasi tentang kebijakan dan program Pemerintah.
LAPORAN KINERJA 2017Pendahuluan
Grafik 1.6 Akses petani dan Nelayan terhadap
Televisi dan Selular
Televisi Nelayan
Sumber: Indikator TIK, Puslitbang Aptika dan IKP, BLSDM, Kemkominfo, 2016
Laporan Kinerja|27|
Pemerintah menunjuk Kemkominfo untuk:
1. Mengkoordinasikan perencanaan, penyiapan, dan pelaksanaan komunikasi publik terkait kebijakan dan program pemerintah;
2. Melakukan kajian terhadap data dan informasi yang disampaikan kementerian dan lembaga pemerintah non kementerian;
3. Melakukan media monitoring dan analisis konten media terkait kebijakan dan program pemerintah;
4. Menyusun narasi tunggal terkait dengan kebijakan dan program pemerintah kepada publik sesuai arahan Presiden;
5. Melaksanakan diseminasi dan edukasi terkait kebijakan dan program pemerintah melalui seluruh saluran komunikasi yang tersedia;
6. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan komunikasi publik;
7. Dapat mengundang dan mengikutsertakan Menteri, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian dan/atau pihak lain dalam merumuskan materi informasi yang akan dikomunikasikan kepada publik.
Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 Tahun 2015
LAPORAN KINERJA 2017Pendahuluan
|28|Laporan Kinerja
Verifikasi Data dan Informasi
PersetujuanPimpinan Instansi
MONEVDISE-MINASI
KONTEN
Alur Kerja Pengelolaan Komunikasi Publik
Gambar 1.4 Alur Proses Government Public Relations (GPR)
Manajemen IsuFramingSigningPriming
Produksi PesanBriefing Notes
Siaran Pers Infografis
ArtikelAdvertorial
Kominfo, dan K/L/D
(Kementerian/Lembaga/Daerah)
Distribusi Pesan[media massa, media sosial,
humas K/L/D, kelompok
strategis, dan relawan]
Kominfo, dan K/L/D
(Kementerian/Lembaga/Daerah)
Pemantauan, Evaluasi, dan Audit
Komunikasi
Kominfo
Kominfo, KSP (Kantor Staf Presiden),
dan TKP (Tim Komunikasi
Presiden)
$
PengumpulanData dan Analisis
Informasi[K/L/D, Organisasi riset, kantor berita,
media massa, media sosial, dan
relawan]
K/L/D(Kementerian/
Lembaga/Daerah)
Sumber: Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kemkominfo, Tahun 2016
AGENDASETTING
DATA DANINFORMASI
Dengan adanya Inpres Nomor 9 Tahun 2015 ini, Kemkominfo diharapkan dapat melaksanakan tugas dan fungsi koordinasi kehumasan pemerintah (Government Public Relations “GPR”). Sehingga, penyampaian informasi kepada masyarakat diharapkan dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan berkualitas baik. Selain itu, penyusunan narasi tunggal sebagai agenda setting akan memberikan informasi pemerintah yang konsisten, sehingga terdapat informasi yang berimbang terhadap kinerja pemerintah sebagai perimbangan opini yang dibentuk oleh arus pemberitaan media yang cenderung kritis (negatif) terhadap pemerintah.
LAPORAN KINERJA 2017Pendahuluan
Laporan Kinerja|29|
sIsTEMaTIKa PELaPORan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2017 disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut:
Bab 1Pendahuluan
Bagian ini menyajikan penjelasan umum organisasi dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issues) yang sedang dihadapi organisasi.
Bab 2Perencanaan
Kinerja
Bagian ini menguraikan tentang Rencana Strategis Tahun 2015—2019 beserta perubahan terhadap rencana strategis tersebut berdasarkan hasil reviu dan ringkasan/ikhtisar Perjanjian Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2017.
Bab 4 Penutup
Bagian ini menguraikan tentang kesimpulan umum atas capaian kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika selama Tahun 2017 dan rekomendasi untuk perbaikan kinerja di tahun-tahun selanjutnya.
Bab 3 Akuntabilitas Kinerja
Bagian ini dibagi menjadi 3 (sub bab), yaitu:1. Sub Bab Capaian
Kinerja Organisasi, yang menguraikan capaian kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2017 sesuai dengan hasil pengukuran kinerja dan analisis serta evaluasi terhadap capaian kinerja tersebut, dan
1. Sub Bab Realisasi Anggaran, yang menguraikan tentang realisasi anggaran yang digunakan untuk mewujudkan kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2017, dan
1. Sub Bab Capaian Kinerja Lainnya.
Sistematika Penyajian
LAPORAN KINERJA 2017Pendahuluan
|30|Laporan Kinerja
21. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2015-2019
2. PERJANJIAN KINERJA
3. BROADBAND 4G DAN EFISIENSI INDUSTRI
4. DIGITALISASI
5. CYBER SECURITY & GOVERNANCE, E-GOVERNMENT DAN E-COMMERCE
6. GOVERNMENT PUBLIC RELATIONS (GPR)
7. KINERJA LAINNYA
PERENCANAAN Kinerja
|32|Laporan Kinerja
Berpayung kepada UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005—2025 dan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015—2019.
Acuan peraturan diatas kemudian diterjemahkan kedalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2015—2019 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016. Dalam Renstra tersebut memuat penjabaran visi, misi dan Nawacita Presiden dan Wakil Presiden.
REnCana sTRaTEGIs KEMEnTERIan KOMunIKasI Dan InfORMaTIKa Tahun 2015-2019
Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 21 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2015—2019, dokumen Renstra merupakan pedoman untuk arah pembangunan di bidang komunikasi dan informatika selama 5 (lima) tahun ke depan, dengan fokus untuk mengoptimalkan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam melaksanakan Fokus Pembangunan Pemerintah Indonesia.
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, di bidang komunikasi dan
informatika di bantu oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Perencanaan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017Perencanaan Kinerja
Laporan Kinerja|33|
Renstra Kementerian Komunikasi dan Informatika disusun berdasarkan Nawacita dan agenda pembangunan nasional yang memberikan manfaat signifikan bagi rakyat dan negara. Selain itu, Renstra juga harus bisa menjawab tantangan dan permasalahan strategis terkait perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, seperti masih tingginya kesenjangan digital di wilayah Indonesia, kendala geografis dan demografis yang menyebabkan pembangunan infrastruktur dan akses masyarakat terhadap informasi terhambat, hingga pada kendala peningkatan citra pemerintah di mata masyarakat.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di masyarakat Indonesia sangat dinamis sehingga pada Tahun 2016 telah dilakukan reviu terhadap Renstra Kemkominfo Tahun 2015 – 2019 agar kebijakan yang diambil dapat diaplikasikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Reviu Renstra ini juga dilandasi oleh beberapa alasan, seperti hasil evaluasi dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang menyebutkan bahwa terdapat beberapa indikator dalam Renstra Kemkominfo Tahun 2015—2019 yang masih mencerminkan proses dan belum memperlihatkan dampak dari proses yang akan dikerjakan. Selain itu, dinamika perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terjadi dalam setahun terakhir membutuhkan intervensi pemerintah sebagai regulator untuk dapat memberikan solusi terbaik bagi masyarakat Indonesia di bidang komunikasi dan informatika.
A
B
C2
C1
Gambar 2.1 Program Utama Kementerian Komunikasi dan Informatika
Sumber: Rencana Strategis Kemkominfo Tahun 2015 – 2019
LAPORAN KINERJA 2017Perencanaan Kinerja
|34|Laporan Kinerja
Tahun 2017 menjadi tahun ketiga bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mengimplementasikan Renstra Kemkominfo Tahun 2015 – 2019 yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2015 – 2019, yang kemudian direviu dan disusun perubahannya dengan turut mengadopsi tantangan dan masalah strategis terkini. Perubahan atas Renstra Kemkominfo Tahun 2015 – 2019 akhirnya ditetapkan tanggal 2 Desember 2016, dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 21 Tahun 2016. Perubahan terhadap sasaran dan indikator dalam Renstra Kemkominfo Tahun 2015 – 2019 antara sebelum dan sesudah perubahan dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan 2.2 berikut:
Tabel 2.1 Rencana Strategis Kemkominfo Tahun 2015 – 2019 (Berdasarkan PM Kominfo No. 22/2015)
sasaRan sTRaTEGIs (ss)(Berdasarkan PM Kominfo No. 22/2015)
InDIKaTOR KInERJa sasaRan sTRaTEGIs (IKss)(Berdasarkan PM Kominfo No. 22/2015)
SS.1
Terwujudnya ketersediaan dan meningkatnya kualitas layanan komunikasi dan informatika untuk mendukung fokus pembangunan pemerintah sebagai wujud kehadiran negara dalam menyatakan kedaulatan dan pemerataan pembangunan
IKSS 1.1 Jumlah pembangunan sarana/tugu berkode pos di wilayah perbatasan dan pulau terdepan di Indonesia
IKSS 1.2 Persentase (%) penyelesaian Redesain USO
IKSS 1.3 Jumlah BTS yang dibangun di daerah blankspot layanan telekomunikasi (tertinggal, terluar, terpencil)
IKSS 1.4 Jumlah penyediaan akses pitalebar internet
IKSS 1.5 Persentase (%) tersedianya satelit pitalebar nasional
SS.2
Tersedianya akses pitalebar nasional, internet dan penyiaran digital yang merata dan terjangkau untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan
IKSS 2.1 Persentase (%) ketersediaan spektrum frekuensi radio untuk mendukung layanan akses bergerak pitalebar
IKSS 2.2 Persentase (%) Kab/Kota yang terhubung jaringan tulang punggung serat optik nasional Palapa Ring
IKSS 2.3 Persentase (%) selesainya migrasi sistem penyiaran televisi dari analog ke digital
IKSS 2.4 Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan nomor panggilan tunggal darurat nasional (single public emergency number)
IKSS 2.5 Persentase (%) Kab/Kota yang memiliki infrastruktur pasif telekomunikasi melalui supervisi Kemenkominfo
IKSS 2.6 Persentase (%) penetapan dan implementasi Permen Kominfo tentang TKDN 4G LTE
IKSS 2.7 Persentase (%) Instansi Pemerintah yang terintegrasi layanan e-government nasional
IKSS 2.8 Jumlah penyelenggara jaringan telekomunikasi yang mengimplementasikan DNS Nasional
IKSS 2.9
Persentase (%) peningkatan pelindungan keamanan kepada penyelenggara serta kualitas dan keamanan informasi kepada pengguna layanan komunikasi dan informatika (ID-SIRTII dan KAMINFO)
LAPORAN KINERJA 2017Perencanaan Kinerja
Laporan Kinerja|35|
sasaRan sTRaTEGIs (ss)(Berdasarkan PM Kominfo No. 22/2015)
InDIKaTOR KInERJa sasaRan sTRaTEGIs (IKss)(Berdasarkan PM Kominfo No. 22/2015)
SS.3Terselenggaranya Tata Kelola Komunikasi dan Informatika yang efisien, berdaya saing, dan aman
IKSS 3.1 Jumlah dokumen regulasi dan kebijakan bidang telekomunikasi
IKSS 3.2 Jumlah Peraturan Menteri terkait penyelenggaraan National Chief Information Officer (NCIO)
IKSS 3.3 Jumlah Peraturan Menteri terkait penyelenggaraan sertifikasi elektronik dan penyelenggaraan sertifikasi keandalan
IKSS 3.4 Jumlah regulasi untuk penyebaran dan pemerataan informasi publik
IKSS 3.5 Jumlah regulasi terkait implementasi Government Public Relations (GPR)
IKSS 3.6 Jumlah kebijakan terkait diseminasi Kampanye Nasional Revolusi Mental
SS.4
Terciptanya budaya pelayanan, revolusi mental, reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang berintegritas, bersih, efektif, dan efisien
IKSS 4.1Persentase (%) rekomendasi kebijakan berbasis penelitian/kajian (termasuk studi dampak sosial ekonomi implementasi pitalebar, internet, dan digitalisasi penyiaran)
IKSS 4.2 Jumlah peserta sertfikasi, pelatihan, bimtek, dan ToT SKKNI bagi angkatan kerja muda
IKSS 4.3 Jumlah rancangan regulasi SKKNI bidang Kominfo
IKSS 4.4 Jumlah peserta bimlek literasi bagi kalangan wanita, anak-anak, dan disabilitas
IKSS 4.5 Opini BPK-RI atas laporan Keuangan Kementerian Komunikasi dan Informatika
IKSS 4.6 Persentase (%) penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan lingkungan Kemenkominfo
IKSS 4.7 Persentase (%) terselesaikannya pelaksanaan kebijakan Change Management
IKSS 4.8 Persentase (%) tersedianya sistem dan mekanisme Partisipasi Publik (planning, design, execution dan monitoring) anggaran dan kebijakan
Sumber: Permenkominfo No. 22/2015 tentang Rencana Strategis Kemkominfo Tahun 2015 – 2019
LAPORAN KINERJA 2017Perencanaan Kinerja
|36|Laporan Kinerja
Tabel 2.2 Rencana Strategis Kemkominfo Tahun 2015 – 2019 (Berdasarkan PM Kominfo No. 21/2016)
sasaRan sTRaTEGIs (ss)(Berdasarkan PM Kominfo No. 21/2016)
InDIKaTOR KInERJa sasaRan sTRaTEGIs (IKss)(Berdasarkan PM Kominfo No. 21/2016)
SS.1
Tersedianya infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia
IKSS 1.1 Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik Nasional (Jumlah Kab/Kota : 514)
IKSS 1.2 Persentase (%) Kab/Kota terlayani akses broadband 4G LTE (Jumlah Kab/Kota : 514)
IKSS 1.3Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk Lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi (Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk Lokpri : 5.520 desa)
IKSS 1.4 Persentase (%) Kawasan perbatasan terlayani jasa akses telekomunikasi (Jumlah kawasan perbatasan : 187 Kecamatan)
IKSS 1.5 Persentase (%) Harga layanan pita lebar terhadap PDB per kapita
IKSS 1.6 Persentase (%) Implementasi digitalisasi penyiaran/Analog Switched Off (ASO)
IKSS 1.7 Persentase (%) nelayan dan petani go digital (Jumlah Nelayan dan Petani per tahun 2013 : 28,7 juta)
IKSS 1.8 Persentase (%) UMKM go digital (Jumlah per tahun 2012 : 56 juta)
IKSS 1.9Persentase (%) Desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk Lokpri tersedia layanan digital (Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk Lokpri : 5.520 Desa)
IKSS 1.10 Jumlah anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang memperoleh literasi TIK
IKSS 1.11 Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK
IKSS 1.12 Jumlah angkatan kerja yang terserifikasi keahlian dan kompetensi sektor TIK
SS.2
Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia
IKSS 2.1 Persentase (%) Kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik (Survei Responden/Publik)
SS.3Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bersih, efesien dan efektif
IKSS 3.1 Opini laporan keuangan
IKSS 3.2 Indeks Reformasi Birokrasi
IKSS 3.3 Nilai Akuntabiltas Kinerja
Sumber: Permenkominfo No. 21/2016 tentang Perubahan atas PM Kominfo No. 22/2015 tentang Rencana Strategis Kemkominfo Tahun 2015-2019
LAPORAN KINERJA 2017Perencanaan Kinerja
Laporan Kinerja|37|
PERJanJIan KInERJa
Perjanjian Kinerja merupakan instrumen pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja.
Dalam Perjanjian Kinerja berisi penyataan kesepakatan kinerja yang akan dicapai antara pimpinan unit kerja yang menerima amanah/tanggung jawab dengan pihak yang memberikan amanah/tanggung jawab. Perjanjian Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2017, secara rinci adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Kemkominfo Tahun 2017
sasaRan sTRaTEGIs INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN TARGET PK 2017
SS.1
Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia
IKSS 1.1Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik Nasional (Jumlah Kab/Kota : 514
86%
IKSS 1.2 Persentase (%) Kab/Kota terlayani akses broadband 4G LTE (Jumlah Kab/Kota : 514 60%
IKSS 1.3Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk Lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi (Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri : 5.520 desa)
4,5% (250 desa)
IKSS 1.4Persentase (%) kawasan perbatasan terlayani/jasa akses telekomunikasi (Jumlah kawasan perbatasan : 187 Kecamatan
60% (112 lokasi)
IKSS 1.5 Persentase (%) harga layanan pita lebar terhadap PDB per kapita 7,3%
IKSS 1.6 Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/Analog Switched Off (ASO) 70%
IKSS 1.7 Persentase (%) nelayan dan petani go-digital (Jumlah petani + nelayan per Tahun 2013 : 28,7 juta
1% (300.000 petani+nelayan Go
Digital)
IKSS 1.8 Persentase (%) UMKM go digital (Jumlah UMKM per Tahun 2012 : 56 juta
0,05% (29.000 UMKM Go
Digital)
IKSS 1.9
Persentase (%) desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk Lokpri tersedia layanan digital (Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk Lokpri : 5.520 Desa)
2,7% (150 Desa
Broadband Terpadu)
IKSS 1.10 Jumlah anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang memperoleh literasi TIK 5.300
IKSS 1.11 Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK 500.000
IKSS 1.12 Jumlah angkatan kerja yang tersertifikasi keahlian kompetensi sektor TIK 10.650
SS.2
Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia
IKSS 2.1Persentase (%) kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik (Survei Responden/Publik)
50%
SS.3
Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bersih, efisien dan efektif
IKSS 3.1 Opini laporan keuangan WTP
IKSS 3.2 Indeks Reformasi Birokrasi A
IKSS 3.3 Nilai Akuntabilitas Kinerja A
LAPORAN KINERJA 2017Perencanaan Kinerja
Perjanjian kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2017 diimplementasikan melalui 4 (empat) program utama yang merupakan program prioritas bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai berikut:
Broadband/4G dan Efisiensi IndustriTujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kualitas layanan komunikasi dan informatika untuk mendukung fokus pembangunan Pemerintah Indonesia. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan adalah:• Penataan frekuensi (refarming);• Pembangunan jaringan tulang punggung (serat optik) nasional
Palapa Ring;• Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) di daerah blankspot,
khususnya di daerah perbatasan dan pedalaman (lokasi prioritas, tertinggal, terluar dan terdepan/3T) yang belum terlayani akses telekomunikasi seluler;
• Penyediaan akses broadband internet bagi masyarakat, Kementerian/Lembaga dan Pemda tingkat Kabupaten/Kota yang mengusulkan di wilayah.
DigitalisasiTujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan efisiensi spektrum frekuensi, efisiensi infrastruktur industri penyiaran, mempertahanan diversity of ownership, menumbuhkan industri konten (diversity of contents), memperoleh digital dividend yang dapat digunakan untuk broadband kebencanaan (Public Protection and Disaster Relief), pendidikan,dll., menghemat biaya listrik sebesar 94%, biaya modal (Capital Expenditure) sebesar 79% dan biaya operasional (Operational Expenditure) sebesar 57% dibandingkan dengan tetap menggunakan pemancar TV Analog, serta meningkatkan kualitas penerimaan siaran TV.
|38|Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017Perencanaan Kinerja
Cyber Security dan Governance, E-Government, dan E-CommerceTujuan dari program ini adalah untuk mewujudkan ekosistem yang memanfaatkan jaringan pitalebar yang merata dan terjangkau untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan adalah:•Revisi UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE);•Peta Jalan e-Commerce Nasional;•Peta Jalan e-Government Nasional;•Peta Jalan Cyber Security;•Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital;•Pelatihan dan sertifikasi berbasis SKKNI.
Government Public Relations (GPR) Tujuan dari program ini adalah untuk membentuk agenda setting pemerintah yang dapat meningkatkan partisipasi publik dan citra positif pemerintah. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan meliputi produksi dan penyebaran konten, baik melalui koordinasi dengan Kementerian/Lembaga/Pemda, GPR Widget, Media Center, dan kanal komunikasi lainnya.
KInERJa LaInnyaPada bagian ini dijelaskan mengenai capaian kinerja yang telah dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, namun tidak dimasukkan ke dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017, antara lain:•SiVION (Sistem Verifikasi Identitas Online)•Penyelesaian Sengketa Informasi;•Pengaduan Masyarakat Terhadap Konten Siaran;•Pengaduan Bidang Pers.•PPSE (Pendaftaran Penyelenggaraan Sistem Elektronik)•Otomatisasi Layanan Perizinan
Laporan Kinerja|39|
LAPORAN KINERJA 2017Perencanaan Kinerja
|42|Laporan Kinerja
CaPaIan KInERJa ORGanIsasI
Capaian kinerja akan memberikan jawaban terhadap keberhasilan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam melakukan pembangunan di bidang komunikasi dan informatika dalam mendukung fokus pembangunan nasional. Untuk mendukung agenda pembangunan di bidang komunikasi dan informatika tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menetapkan 3 (tiga) Sasaran Strategis.
Elaborasi capaian kinerja berdasarkan sasaran strategis secara lebih detil menurut indikator kinerjanya dijelaskan sebagai berikut:
Sasaran Strategis 1:Tersedianya Infrastruktur TIK serta Pengembangan Ekosistem TIK yang Merata dan Efisien di Seluruh Wilayah Indonesia
AKUNTABILITAS Kinerja
Capaian kinerja organisasi diukur dengan cara membandingkan antara kinerja yang
dicapai dengan kinerja yang diharapkan berdasarkan target yang ditetapkan dalam dokumen Perjanjian
Kinerja selama satu tahun
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|43|
Dalam pencapaian sasaran strategis ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika menetapkan indikator sebagai berikut:
Tabel 3.1 Indikator Pencapaian Sasaran Strategis 1
No. Indikator Kinerja Satuan2016 2017
Capaian 2017
Target Realisasi Target Realisasi
SASARAN STRATEGIS 1Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia
1.1
Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik Nasional (Jumlah Kab/kota: 514)
% 82% 82,5%
86%(442 kab/kota dari 514 kab/
kota)
86,38%(444 kab/kota dari 514 kab/
kota)
100,44%
1.2.
Persentase (%) Kab/Kota terlayani akses broadband 4G LTE (Jumlah Kab/kota: 514)
% 40% 11,28%
60%(308 kab/kota dari 514 kab/
kota)
64,40% (331 kab/kota dari 514
kab/kota)
107,33%
1.3.
Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi melalui penyediaan Base Transceiver Station (BTS)(Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri: 5.520 Desa)- Desa 3T tanpa sinyal:
5.087 desa- Desa Lokpri termasuk
3T tanpa sinyal: 433 desa
% - - 4,5% (250 desa)
7,11%(393 desa) 158%
1.4
Persentase (%) kawasan perbatasan terlayani jasa akses telekomunikasi (BTS Perbatasan) (Jumlah kawasan perbatasan: 187 Kecamatan)Total kecamatan Lokpri berdasarkan Perka BNPP No.1/2015= 187 lokasi prioritas
% 50%
19,25%(36
kecamatan dari 187
kecamatan)
60% (112 lokasi)
25,67%(48
kecamatan dari 187
kecamatan)
42,78%
1.5Persentase (%) harga layanan pita lebar terhadap PDB per kapita
% 8,6%
2,65% (untuk mobile
broadband)
13%(untuk fixed broadband)
7,3%
1,44% (untuk mobile
broadband)
7,1% (untuk fixed
broadband)
97,26%
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|44|Laporan Kinerja
No. Indikator Kinerja Satuan2016 2017
Capaian 2017
Target Realisasi Target Realisasi
SASARAN STRATEGIS 1Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia
1.6
Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/Analog Switched Off (ASO)
% 50% - 70% 98% 140%
1.7
Persentase (%) nelayan dan petani go digital (Jumlah petani + nelayan per Tahun 2013: 28,7 Juta)
% - -300.000
petani dan nelayan
333.515 petani dan
nelayan yang
teregister di aplikasi
111,17%
1.8Persentase (%) UMKM go digital (Jumlah UMKM per Tahun 2012: 56 juta)
% - -
0,05% (29.000
UMKM dari 56 juta UMKM)
0,02% (12.507
UMKM dari 56 juta UMKM)
40%
1.9
Persentase (%) desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri tersedia layanan digital ((Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri: 5.520 Desa)- Desa 3T tanpa sinyal:
5.087 desa.- Desa 3T + Lokpri tanpa
sinyal: 433 desa
% - 3 lokasi 2,7% (150 DBT)
4,02% (222 lokasi + 3 desa piloting)
150%
1.10
Jumlah anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang memperoleh literasi TIK
orang 4.450 12.575 5.300 7.291 137,56%
1.11Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK
orang - - 500.000 1.494.117 298,82%
1.12
Jumlah angkatan kerja yang tersertifikasi keahlian dan kompetensi sektor TIK
orang 1.600 1.377 10.650 9.407 88,33%
Penjelasan atas pencapaian Sasaran Strategis 1, yaitu tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia diuraikan secara rinci sebagai berikut:
1.1 Persentase (%) Kab/Kota Terhubung Jaringan Backbone serat Optik nasional (Palapa Ring)
Palapa Ring merupakan salah satu target dari RPJMN 2015-2019 terkait pembangunan infrastruktur telekomunikasi. Dalam Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019 diamanatkan bahwa 100% kabupaten/kota di Indonesia harus memiliki jaringan telekomunikasi dengan kualitas layanan telekomunikasi kecepatan tinggi atau pita lebar (broadband) ke para pengguna akhir (end user) dengan kecepatan transfer bit (data) sekurang-kurangnya 10 Mbps di perdesaan dan 20 Mbps di perkotaan. Manfaat dari tergelarnya Palapa Ring adalah untuk
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|45|
mewujudkan pemerataan dan percepatan pembangunan infrastruktur telekomunikasi, akselerasi pertumbuhan, dan pemerataan pembangunan sosial ekonomi melalui ketersediaan infrastruktur jaringan telekomunikasi berkapasitas besar yang terpadu bisa memberikan jaminan kualitas internet dan komunikasi yang berkualitas tinggi dan memberikan layanan broadband bagi seluruh masyarakat Indonesia. Penggelaran Palapa Ring ini sendiri memiliki karakteristik yaitu, melayani daerah non-financially feasible (tidak layak secara bisnis/keuangan) yang distruktur sebagai PPP/Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU), dan merupakan proyek pertama di sektor telekomunikasi dimana pemerintah berperan menyediakan penjaminan.
Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Nasional “Palapa Ring” adalah proyek yang menghubungkan seluruh ibukota kabupaten/kota di Indonesia dengan jaringan broadband (internet berkecepatan tinggi). Saat ini, dari total 514 Ibukota Kabupaten/Kota (IKK) di Indonesia terdapat 457 IKK yang telah dan akan terjangkau dengan jaringan broadband. Sedangkan sebanyak 57 IKK merupakan daerah terpencil dengan kontur geografis yang sulit dan potensi pengguna yang relatif kecil sehingga tidak layak secara komersial/bisnis yang menyebabkan penyelenggara telekomunikasi tidak membangun jaringan serat optik pada kabupaten/kota tersebut. Untuk itu pemerintah hadir, dalam hal ini Kemkominfo, menjadikan 57 IKK tersebut sebagai target Proyek Palapa Ring.
Rencana implementasi jaringan tulang punggung (backbone) serat optik nasional “Palapa Ring” dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.
Gambar 3.1 Rencana Implementasi Jaringan Tulang Punggung (Backbone) Serat Optik Nasional (Palapa Ring)
RENCANA IMPLEMENTASI JARINGAN TULANG PUNGGUNG SERAT OPTIK
Operator TelekomunikasiSampai dengan akhir 2018 Operator Seluler akan membangun jaringan Backbone Serat Optik di 457 KK
KEMKOMINfO� Terdapat 57 KK belum terjangkau yang mana
merupakan daerah terpencil dengan kontur geografis yang sulit dan tidak layak secara finansial
� Rencana penyelesaian kontruksi di tahun 2018
Realisasi Operator Rencana Operator Rencana KOMINFO
Sumber: BP3TI, Kemkominfo, 2017
57
457444424400379350345329
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|46|Laporan Kinerja
Pembangunan Proyek Palapa Ring ini terdiri dari komitmen PT. Telkom Indonesia dengan Pemerintah dan yang dibangun oleh Pemerintah melalui dana Kewajiban Pelayanan Universal (KPU)/Universal Service Obligation (USO) yang dikelola oleh Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI). Berdasarkan komitmen PT. Telkom Indonesia terhadap pengoperasian jaringan kabel serat optik di 457 Ibukota Kabupaten/Kota (IKK) hingga Tahun 2017 sudah dibangun sebanyak 444 IKK dengan rincian sebagai berikut :a. Sampai dengan Tahun 2010 sebanyak 311 IKKb. Sampai dengan Tahun 2011 sebanyak 329 IKKc. Sampai dengan Tahun 2012 sebanyak 345 IKKd. Sampai dengan Tahun 2013 sebanyak 350 IKKe. Sampai dengan Tahun 2014 sebanyak 379 IKKf. Sampai dengan Tahun 2015 sebanyak 400 IKKg. Sampai dengan Tahun 2016 sebanyak 424 IKKh. Sampai dengan Tahun 2017 sebanyak 444 IKK
Persentase capaian hasil pembangunan proyek Palapa Ring dari Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.2 dibawah ini.
Tabel 3.2 Capaian Persentase (%) Kab/Kota Terhubung Jaringan Backbone Serat Optik Nasional
Indikator Kinerja2015 2016 2017 Capaian
2017(%)Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1.1 Persentase (%) kab/kota terhubung jaringan backbone serat optik nasional
78%
(401 IKK)
77,8%
(400 IKK)
82%
(421 IKK)
82,5%
(424 IKK)
86%
(442 IKK)
86,38%
(444 IKK)100,44%
Sebanyak 13 IKK sedang dalam proses pembangunan dan direncanakan akan selesai Tahun 2018. Sedangkan sisa sejumlah 57 IKK masih dalam proses pembangunan oleh BP3TI yang dibagi ke dalam 3 (tiga) paket, yaitu Paket Barat, Paket Tengah, dan Paket Timur. Progres pembangunan dari ketiga paket tersebut adalah sebagai berikut:
• Paket Barat terdiri dari 5 IKK, yaitu: IKK Bengkalis, Meranti, Natuna, Lingga dan Anambas. Tahapan pembangunan yang telah diselesaikan adalah Site Acquisition (SITAC), Civil, Mechanical, Electrical (CME), Outside Plant Darat (OSP Darat), Outside Plant Laut (OSP Laut), Inside Plant (ISP), dan Network Management System (NMS), sehingga progres pembangunannya adalah 92,60%.
Progres Paket Barat
92,60%
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|47|
• Paket Tengah terdiri dari 17 IKK, yaitu: IKK Sangihe, Siau Tanggulandan Biaro, Talaud, Morowali, Morowali Utara, Banggai Laut, Banggai Kepulauan, Muna, Muna Barat, Konawe Utara, Konawe Kepulauan, Buton Utara, Buton Tengah, Kep. Morotai, Pulau Taliabu, dan Tidore Kepulauan. Tahapan pembangunan yang telah diselesaikan adalah Site Acquisition (SITAC); Civil, Mechanical, Electrical (CME), Outside Plant Darat (OSP Darat), Inside Plan Darat (ISP), dan serta beberapa Outside Plan Laut (OSP Laut), dan Network Management System (NMS) sehingga progres pembangunannya adalah 71,53%.
• Paket Timur terdiri dari 35 IKK, yaitu: Rote Ndao, Sabu Raijua, Maluku Tenggara Barat, Kepulauan Aru, Tiakur, Jayawijaya, Nabire, Kepulauan Yapen, Puncak Jaya, Paniai, Keerom, Pegunungan Bintang, Sumohai, Tolikara, Waropen, Tanah Merah, Mappi, Asmat, Supiori, Mamberano Raya, Mamberano Tengah, Yalimo, Lanny Jaya, Nduga, Puncak, Dogiyai, Intan Jaya, Deiyai, Sorong Selatan, Bintuni, Teluk Wondama, Tambrauw, Maybrat, Manokwari Selatan, dan Pegunungan Arfak. Tahapan pembangunan yang telah diselesaikan adalah Site Acquisition (SITAC) dan Inside Plant (ISP), sehingga progres pembangunannya adalah 31,33%.
BARATPanjang Jaringan : 2.275 kmKonsorsium Pelaksana : PT Palapa Ring BaratTanggal Kontrak : 29 Februari 2016Financial Closing : 11 Agustus 2016Penyelesaian Kontruksi : 11 Februari 2018Junmlah Kab/Kota : 5 Kab/KotaJumlah Kab/Kota Interkoneksi : 7 Kab/Kota
TIMURPanjang Jaringan : 6.878 kmKonsorsium Pelaksana : PT Palapa Timur TelematikaTanggal Kontrak : 29 September 2016Financial Closing : 29 Maret 2017Penyelesaian Kontruksi : 29 September 2018Junmlah Kab/Kota : 35 Kab/KotaJumlah Kab/Kota Interkoneksi : 16 Kab/Kota
TENGAHPanjang Jaringan : 2.995 kmKonsorsium Pelaksana : PT LEN Telekomunikasi IndonesiaTanggal Kontrak : 4 Maret 2016Financial Closing : 29 September 2016Penyelesaian Kontruksi : 29 Maret 2018Jumlah Kab/Kota : 17 Kab/KotaJumlah Kab/Kota Interkoneksi : 10 Kab/Kota
Gambar 3.2 Peta Pembangunan Jaringan Serat Optik Nasional “Palapa Ring”
Sumber: BP3TI, Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2017
Progres Paket Timur
31,33%
Progres Paket Tengah
71,53%
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|48|Laporan Kinerja
1.2 Persentase (%) Kab/Kota Terlayani akses Broadband 4G LTE
4G adalah singkatan dari istilah dalam Bahasa Inggris fourth-generation technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada standar generasi keempat dari teknologi telepon seluler. 4G merupakan pengembangan dari teknologi 3G dan 2G. Sistem 4G menyediakan jaringan pitalebar ultra untuk berbagai perlengkapan elektronik, contohnya telepon pintar dan laptop yang menggunakan modem nirkabel1. Sejalan dengan perkembangan jaman saat ini, teknologi telekomunikasi seluler atau biasa disebut mobile communication (komunikasi bergerak) banyak diminiati oleh masyarakat. Hal ini menuntut adanya mobile evolution di bidang telekomunikasi khususnya telekomunikasi seluler yang dapat memberikan layanan untuk berkomunikasi dan bertukar data dengan cepat dan mudah.
Sistem 4G menyediakan solusi Internet Protocol (IP) yang komprehensif dimana suara, data, dan arus multimedia dapat sampai kepada pengguna kapan saja dan dimana saja, pada rata-rata data lebih tinggi dari generasi sebelumnya. Dengan Sistem 4G, maka segala jenis layanan data dapat dinikmati dengan harga yang lebih terjangkau.
Untuk itu, pemerintah, dalam hal ini Kemkominfo, terus mendorong para penyelenggara telekomunikasi untuk membangun akses layanan telekomunikasi berbasis teknologi 4G LTE hingga ke seluruh pelosok Indonesia. Presensi layanan 4G yang telah disediakan oleh para penyelenggara telekomunikasi per Kuartal III Tahun 2017 (Q3 2017) telah menjangkau 331 kabupaten/kota dari total 514 kabupaten/kota seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut ini.
Gambar 3.3 Presensi Layanan 4G LTE Berdasarkan Jumlah Wilayah Administrasi yang Ter-cover
4Gdi IndonesiaCAKUPAN SINYALJumlah Wilayah Administrasi yang Tercover*
Desa/Kelurahan tercover45.811
55,05%
Kecamatan tercover4.099
56,98%
Kab/Kota tercover331
64,40%
Provinsi tercover25
73,53%
Sumber: Profil Industri Seluler Tahun 2017, Direktorat Pengendalian, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kemkominfo
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/4G
Laporan Kinerja|49|
Persentase capaian hasil pembangunan akses broadband 4G LTE dari Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.3 dibawah ini.
Tabel 3.3 Capaian Persentase (%) Kabupaten/Kota Terlayani Akses Broadband 4G LTE
Indikator Kinerja Satuan2015 2016 2017 Capaian
2017(%)Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1.2 Persentase (%) kab/kota terlayani akses broadband 4G LTE
% 20% - 40% 11,28%
60%
(308 kab/kota dari total 514 kab/
kota)
64,40%
(331 kab/kota dari total 514
kab/kota)
107,33%
Berdasarkan data presensi layanan 4G LTE yang telah disampaikan oleh 7 (tujuh) operator seluler hingga Kuartal III Tahun 2017 (Q3 2017), jumlah desa/kelurahan di Indonesia yang sudah terjangkau sinyal 4G adalah sebanyak 45.811 desa/kelurahan dari total 83.218 desa (55,05%). Jumlah kecamatan di Indonesia yang sudah tercakup sinyal 4G adalah sebanyak 4.099 kecamatan dari total 7.175 kecamatan (56,98%). Sedangkan, jumlah kabupaten/kota di Indonesia yang sudah terjangkau sinyal 4G adalah sebanyak 331 kabupaten/kota dari total 514 kabupaten/kota di Indonesia (64,40%), sehingga capaian untuk indikator persentase (%) kabupaten/kota terlayani akses broadband 4G LTE pada Tahun 2017 adalah sebesar 107,33%.
Selanjutnya, selain melakukan upaya pemerataan akses broadband di seluruh wilayah Indonesia, secara simultan Kementerian Komunikasi dan Informatika juga berupaya dalam mendukung peningkatan kualitas layanan broadband melalui penambahan spektrum frekuensi radio. Penyelenggaraan layanan broadband menuntut tersedianya spektrum frekuensi radio yang memadai agar dapat menampung trafik data pengguna layanan. Penambahan spektrum frekuensi radio memiliki peranan strategis dalam mendukung peningkatan kapasitas, kualitas dan kecepatan akses broadband sesuai kebutuhan layanan oleh penyelenggara jaringan telekomunikasi ke masyarakat.
Dengan demikian, memperhatikan peningkatan kebutuhan bandwidth yang sangat cepat sebagai konsekuensi dari perkembangan teknologi dan tuntutan pasar yang konvergen menuju layanan pita lebar (broadband), maka Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menyusun Rencana Strategis Penambahan Spektrum Frekuensi Radio Sebesar 350 MHz untuk Mobile Broadband rencana strategis Tahun 2015-2019 sebagai upaya untuk mengatasi krisis Pita Frekuensi Radio sebagai berikut:
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
4.099 kecamatan
331kabupaten/kota
45.811 desa/kelurahan
yang sudah terjangkau sinyal 4G
Jumlah
|50|Laporan Kinerja
Tabel 3.4 Rencana Strategis Penambahan Spektrum Frekuensi Radio Sebesar 350 MHz untuk Mobile Broadband Tahun 2015 – 2019
Pita Frekuensi Radio (MHz)
TAHUN2019
Sebelum 2015 2015 2016 2017 2018
450 10 5
700 90
800 22
900 55 15
1800 150
2100 100 20
2300 30 30 30
2600 190
1400 91
1900 14 -14 30
3300 100
5000 100
CAPAIAN
Capaian Per Tahun (MHz)
207 165 26 55 130 191
Capaian Kumulatif (MHz)
165 191 246 376 567
Persen Capaian Kumulatif
Terhadap Target (%)
47,14% 54,57% 70,29% 107,43% 162,00%
TARGETRENSTRA
Target Capaian Kumulatif (MHz)
20 105 175 245 350
Persentase Target Capaian Kumulatif (%)
5,70% 30% 50% 70% 100%
Telah dicapai Berpotensi untuk dicapai Relatif sulit untuk dicapai tepat waktu
Sumber: Direktorat Penataan Sumber Daya, Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kemkominfo
Upaya penambahan spektrum frekuensi radio tersebut diterjemahkan dalam Indikator Kinerja Persentase (%) Ketersediaan Tambahan Spektrum Frekuensi Sebesar 350 Mhz Untuk Mobile Broadband. Tambahan Spektrum Frekuensi Sebesar 350 Mhz ditargetkan secara bertahap dari Tahun 2015 dan diharapkan dapat dicapai pada Tahun 2019. Berdasarkan data capaian realisasi yang dilaporkan, dapat diketahui bahwa tambahan frekuensi yang dihasilkan secara akumulatif hingga Tahun 2017 adalah sebesar 246 MHz, yang terdiri atas tambahan sebesar 165 MHz yang dihasilkan pada 2015, tambahan 26 MHz dihasilkan pada Tahun 2016, dan tambahan 55 MHz yang dihasilkan pada Tahun 2017. Sehingga secara akumulasi hingga Tahun 2017, capaian realisasi mencapai 70,29 persen. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa target pada Indikator Kinerja tersebut telah tercapai. Capaian indikator kinerja dimaksud dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut ini beserta penjelasan capaiannya.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
350MHzKebutuhan Tambahan Spektrum frekuensi
untuk Mobile Broadband
Laporan Kinerja|51|
Tabel 3.5 Capaian Persentase (%) Tersedianya Tambahan Spektrum Frekuensi Sebesar 350 MHz untuk Mobile Broadband
Indikator Kinerja Satuan2015 2016 2017 Capaian
2017(%)Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1.2. Persentase (%) tersedi-anya tamba-han spektrum frekuensi sebesar 350 MHz un-tuk mobile broadband
%
5,7%
(20 MHz)
47,1%
(165 MHz)
14,3%
(50 MHz)
54,6%
(191 MHz)
50%
(175 MHz)
70,29%
(246 MHz)140,6%
Adapun tahapan kegiatan kerja di Tahun 2017 yang dilaksanakan dalam rangka mencapai target tambahan spektrum frekuensi tersebut adalah sebagai berikut:1. Dengan adanya penetapan PM Kominfo Nomor 12 Tahun 2017
sebagai dasar penerapan netral teknologi pada pita 450 MHz dinyatakan bahwa pita frekuensi radio 450 MHz pada rentang 450 – 457,5 MHz berpasangan dengan 460 – 467,5 MHz (7,5 MHz FDD atau sama dengan 15 MHz) ditetapkan untuk keperluan penyelenggaraan jaringan bergerak seluler yang dalam penggunaannya diberikan kebebasan untuk memilih teknologi dalam mengoperasikan jaringannya. Dengan ditetapkannya klausul tersebut di atas, maka hak kebebasan memilih teknologi bagi STI yang semula telah tercantum di dalam Keputusan Menkominfo Nomor 1660 Tahun 2016, dinyatakan dengan lebih rinci di dalam PM 12/2017 berupa penyebutan rentang frekuensi radionya selebar 2 x 7,5 MHz (sama dengan 15 MHz). Dengan adanya pencantuman 2 x 7,5 MHz pada pita 450 MHz yang penggunanya memiliki kebebasan untuk memilih teknologi (PM 12/2017), maka capaian di Tahun 2017 adalah selisih antara lebar keseluruhan pita frekuensi radio mobile broadband di 450 MHz (2 x 7,5 MHz) dengan lebar pita frekuensi radio mobile broadband yang telah dinyatakan sebelumnya sebagai capaian di Tahun 2016 (2 x 5 MHz). Berdasar pada pertimbangan tersebut, maka capaian di Tahun 2017 pada pita 450 MHz adalah selebar 5 MHz (2 x 2,5 MHz);
2. Pelaksanaan Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz dan Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz Tahun 2017 Untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler;a. Seleksi untuk pita frekuensi radio 2.3 GHz telah selesai
dilaksanakan dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1896 Tahun 2017 tentang Penetapan PT. Telekomunikasi Selular sebagai Pemenang Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz Tahun 2017 untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|52|Laporan Kinerja
Seluler, yang ditetapkan pada tanggal 20 Oktober 2017. PT. Telekomunikasi Selular mendapatkan rentang frekuensi radio 2300 MHz – 2330 MHz (30 MHz);
b. Seleksi untuk pita frekuensi radio 2.1 GHz telah selesai dilaksanakan dengan ditetapkannya:• Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika
Nomor 1943 Tahun 2017 tentang Penetapan PT. Hutchison 3 Indonesia sebagai Pemenang Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz Tahun 2017 untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler, yang ditetapkan pada tanggal 1 November 2017. PT. Hutchison 3 Indonesia mendapatkan rentang frekuensi radio 1970 MHz – 1975 MHz berpasangan dengan rentang frekuensi radio 2160 MHz - 2165 MHz (10 MHz);
• Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1943 Tahun 2017 tentang Penetapan PT. Indosat Tbk sebagai Pemenang Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz Tahun 2017 untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler, yang ditetapkan pada tanggal 1 November 2017. PT. Indosat Tbk mendapatkan rentang frekuensi radio 1975 MHz – 1980 MHz berpasangan dengan rentang frekuensi radio 2165 MHz - 2170 MHz (10 MHz)
Dengan demikian, dengan adanya perubahan regulasi pada pita 450 MHz dan penetapan pemenang seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz dan Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz, maka telah didapatkan tambahan spektrum frekuensi radio sebesar 55 MHz untuk Mobile Broadband di Tahun 2017. Sehingga secara akumulasi sampai dengan 2017, capaian tambahan spektrum frekuensi radio untuk mobile broadband sebesar 246 MHz (70,29%).
1.3 Persentase (%) Desa di Wilayah Tertinggal Termasuk Lokpri Terlayani Jasa akses Telekomunikasi Melalui Penyediaan Base Transceiver Station (BTs)
Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) di Wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) dan Kawasan Perbatasan merupakan salah satu program Universal Service Obligation (USO) yang dilaksanakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI). Program ini merupakan salah satu strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika/BP3TI dalam mengurangi kesenjangan telekomunikasi. Pelaksanaan strategi tersebut adalah penyediaan layanan seluler telefoni dasar di daerah yang belum mendapatkan sinyal selular.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Capaian tambahan spektrum frekuensi radio untuk mobile
broadband 2017
246MHz
Laporan Kinerja|53|
Program ini merupakan bagian dari Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2015-2019, di mana Kementerian Kominfo memiliki tugas menjamin konektivitas broadband nasional melalui Universal Service Obligation. Sampai dengan Oktober 2016, terdapat 21 lokasi BTS yang telah on-air di wilayah sepanjang perbatasan Indonesia.
Tujuan Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) di Wilayah 3T dan Kawasan Perbatasan adalah langkah pemenuhan kewajiban Negara terhadap masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap akses telekomunikasi dan informatika, memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, serta memperkuat ketahanan nasional. Hal ini sejalan dengan Program Nawacita yang telah dicanangkan oleh Presiden RI, terutama pada butir ke-3, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Model bottom-up usulan lokasi Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) di Wilayah 3T dan Kawasan Perbatasan dari Pemerintah Daerah merupakan langkah yang dianggap strategis agar penyediaan yang dilakukan oleh BP3TI dapat terlaksana dengan tepat sasaran dan tepat guna. Selain memberikan usulan lokasi, pemerintah daerah juga wajib mempersiapkan lahan dan meminjam-pakaikan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika. Target pembangunan Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) di Wilayah 3T dan Kawasan Perbatasan berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kominfo Tahun 2015 – 2019 untuk 5.520 desa yang menjadi target prioritas dalam pembangunan BTS sampai dengan Tahun 2019, yaitu sebanyak 575 lokasi BTS.
Berdasarkan Laporan Kinerja Operasi dan konfirmasi dengan para penyelenggara telekomunikasi bergerak seluler pada bulan Oktober 2017, dari 83.218 desa, sebanyak 22.521 desa berada di wilayah 3T dan 60.697 desa di Non 3T. Dari 22.521 desa di daerah 3T tersebut, terdapat 7.314 desa yang tidak terlayani akses telekomunikasi, terdapat 518 desa dengan kekuatan sinyal < 50%, dan sisanya sebanyak 6.796 desa tidak ada sinyal sama sekali. Dari 60.697 desa Non 3T, yang tidak terlayani akses telekomunikasi sebanyak 1.261 desa2.
Penetapan lokasi yang menjadi target pembangunan BTS, mengacu kepada lokasi-lokasi yang telah ditetapkan dalam beberapa peraturan berikut ini:a. Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan
Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019;b. Peraturan Kepala BNPP Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana
Induk Pengelolaan Perbatasan Negara Tahun (2015-2019); danc. Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2017 tentang Penetapan
Pulau-Pulau Kecil Terluar.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
sebanyak
393desapada Tahun 2017 di wilayah tertinggal
termasuk lokpri terlayani jasa akses
telekomunikasi melalui penyediaan BTS
2 Sumber: Direktorat Pengendalian, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, 2017
|54|Laporan Kinerja
Berdasarkan Perpres Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015 – 2019, total desa yang berada di wilayah tertinggal/3T dan perbatasan/lokpri adalah 19.386 desa, dimana sebanyak 5.520 desa tergolong dalam kategori desa tertinggal/3T dan perbatasan/lokpri tanpa sinyal. Oleh karena itu, 5.520 desa tersebut menjadi target prioritas Kemkominfo dalam pembangunan BTS.
Persentase capaian hasil penyediaan jasa akses telekomunikasi melalui penyediaan BTS dari Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini.
Tabel 3.6 Capaian Persentase (%) Desa di Wilayah Tertinggal Termasuk Lokpri Terlayani Jasa Akses Telekomunikasi Melalui Penyediaan Base Transceiver Station (BTS)
Indikator Kinerja Satuan2015 2016 2017 Capaian
2017(%)Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1.3 Persentase (%) Desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi melalui penyediaan Base Transceiver Station (BTS)
%
2,3%(125
lokasi BTS)
0,1%(5 lokasi
BTS)
2,3%(125
lokasi BTS)
1,9% (106 lokasi BTS)
4,5% (250 lokasi BTS)
7,11% (393 desa) 158%
1.4 Persentase (%) Kawasan Perbatasan Terlayani Jasa akses Telekomunikasi Melalui Penyediaan Base Transceiver Station (BTs)
Kawasan perbatasan memiliki nilai strategis bagi suatu Negara dalam mendukung keberhasilan pembangunan dan merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah Negara. Oleh karena itu, Pemerintah dalam hal ini Kemkominfo, hadir untuk mengatasi kesenjangan digital dengan melakukan perluasan infrastruktur pembangunan BTS, khususnya di daerah yang termasuk kawasan perbatasan berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengelola Perbatasan Nasional (BNPP) Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara Tahun 2015 – 2019 yang telah menetapkan 187 kecamatan yang menjadi objek penanganan dan pengelolaan kawasan perbatasan Indonesia.
Persentase capaian hasil penyediaan jasa akses telekomunikasi melalui penyediaan BTS Perbatasan dari Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|55|
Tabel 3.7 Capaian Persentase (%) Kawasan Perbatasan Terlayani Jasa Akses Telekomunikasi (BTS Perbatasan)
Indikator Kinerja Satuan2015 2016 2017 Capaian
2017(%)Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1.4 Persentase (%) kawasan perbatasan terlayani jasa akses telekomuni-kasi (BTS Perbatasan)
% 30%
1,60% (3 Kecamatan
dari 187 Kecamatan
Lokpri Perbatasan)
50%
19,25%(36
Kecamatan dari 187
Kecamatan Lokpri
Perbatasan)
60% (112
Lokasi)
25,67% (48 kecamatan
dari 187 kecamatan)
42,78%
Tidak tercapainya target diakibatkan oleh beberapa kendala sebagai berikut:a) Adanya keterlambatan proses PO delivery untuk vendor BTS-
nya Indosat dan XL, sehingga pengiriman BTS mengalami keterlambatan;
b) Terlambatnya penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara BP3TI dengan Operator Seluler, penandatanganan baru dilaksanakan di November 2017. Keterlambatan ini dikarenakan ada isu internal di manajemen Telkomsel. Sedangkan untuk Indosat dan XL dikarenakan Tahun 2017 merupakan tahun perdana bergabungnya dalam program BTS USO, sehingga perlu persiapan dahulu untuk proses penawaran dengan vendor BTS.
c) Faktor cuaca menghambat proses pengiriman material dan peralatan ke beberapa site.
1.5 Persentase (%) harga Layanan Pitalebar Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita
Pitalebar dalam dokumen Rencana Pitalebar Indonesia didefinisikan sebagai akses internet dengan jaminan konektivitas selalu tersambung, terjamin ketahanan dan keamanan informasinya, serta memiliki kemampuan triple-play dengan kecepatan minimal 2 Mbps untuk akses tetap dan 1 Mbps untuk akses bergerak. Pitalebar memungkinkan penyediaan, pengolahan, dan pendistribusian informasi dilakukan secara lebih cepat, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel sehingga informasi tersebut tidak kehilangan nilai dan bahkan dapat menciptakan nilai tambah bagi masyarakat.
Lahirnya Peraturan Presiden RI Nomor 96 Tahun 2014 tentang Rencana Pitalebar Indonesia (RPI) merupakan suatu bukti bahwa pemerintah sudah semakin merasakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi khususnya pitalebar (broadband) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya saing nasional, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|56|Laporan Kinerja
Sebagai turunan dari strategi tersebut ditetapkanlah target-target RPI yang harus dicapai dalam periode 2014 – 2019, sebagai berikut:
Tabel 3.8 Target Infrastruktur dan Harga Layanan
TARGET INfRASTRUKTUR 2019 PROGRESS 2017Data: BPS, Laporan Kinerja Operasi dari Operator, BP3TI
Akses Tetap
Perkotaan
Rumah Tangga 71% 20
Mbps7,87% secara nasional [5.227.346 dari 66.040.895 Rumah Tangga]*Rumah dianggap gedung (KemenPUPR, 2017)
Download rata-rata (nasional): 13,15 Mbps Upload rata-rata (nasional): 7,75 Mbps Sumber: aggregate data pengguna speedtest.net
Gedung 100% 1 Gbps
Populasi 30% -
8,08% secara nasional [menggunakan perhitungan 1 Rumah Tangga dihuni 4 penduduk, 5.227.346 x 4 = 20.909.384 dari 258.700.886 penduduk]
Perdesaan
Rumah Tangga 49% 10
Mbps7,7% secara nasional [5.227.346 dari 66.040.895 Rumah Tangga]
Populasi 6% -8,08% secara nasional [5.227.346 pelanggan (dikali 4) dari total populasi 258.700.886 jiwa)
Akses Bergerak
Perkotaan Populasi 100% 1 Mbps
149% secara nasional [385.573.398 dari total populasi 258.700.886 jiwa]3G di 438 (85,21%) Kab/Kota4G di 331 (64,40%) Kab/Kota
Download rata-rata (nasional): 9,69 MbpsUpload rata-rata (nasional): 7,62 Mbps Sumber: aggregate data pengguna speedtest.netPedesaan Populasi 52% 1
Mbps
149% secara nasional [385.573.398 dari total populasi 258.700.886 jiwa]3G di 60.917 (72,3%) Desa/Kelurahan4G di 45.811 (55,05%) Desa/Kelurahan
Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI), Kemkominfo, 2017
Persentase capaian harga layanan pitalebar terhadap PDB per kapita dari Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut ini.
Tabel 3.9 Capaian Persentase (%) Harga Layanan Pitalebar Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita
Indikator Kinerja Satuan2015 2016 2017 Capaian
2017(%)Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1.5 Persentase (%) Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per kapita
% 9,9% - 8,6%
2,65%(Untuk mobile broadband)
13% (untuk fixed
broadband)
7,3%
1,44%(Untuk mobile broadband)
7,1% (Untuk fixed
broadband)
97,26%
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|57|
Untuk mengetahui capaian dari target pada Tabel 3.9 di atas, maka dilaksanakan Pemetaan Capaian Ekosistem TIK terhadap Pencapaian Rencana Pitalebar Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:
1) Pengumpulan data- Koordinasi dengan Mastel (Masyarakat Telekomunikasi),
BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia), dan Dit. Telekomunikasi
- Koordinasi dengan Dit. Pengendalian terkait data Laporan Kinerja Operasi (LKO)
- Koordinasi dengan Bappenas
2) Pengolahan data
Setelah melakukan koordinasi dengan Badan Litbang SDM Kominfo, BPS (Badan Pusat Statistik) dan tenaga ahli untuk pengolahan data, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3.10 Perhitungan Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per Kapita Tahun 2016 (Berdasarkan Koordinasi dengan Badan Litbang SDM Kominfo, BPS dan Tenaga Ahli)
Capaian 2016 (berdasarkan Laporan Kinerja Operasi (LKO) Tahun 2015)
Harga Layanan Harga Persentase dibanding dengan PDB per Kapita
Fixed Broadband (Indihome) Rp480.000,- 13%
Mobile Broadband (Telkomsel) Rp100.000,- 2,65%
Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI), Kemkominfo, 2017
Sedangkan apabila berdasarkan LKO Tahun 2016, diperoleh hasil seperti yang tercantum pada Tabel 3.11 sebagai berikut:
Tabel 3.11 Perhitungan Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per Kapita Tahun 2016 (Berdasarkan LKO)
Uraian Target Harga Layanan Maksimal Capaian per Oktober 2017
Harga Layanan
Akses Tetap
Nasional5% PDB per Kapita
Rp285.000,- untuk langganan Indihome (atau 7,1% dari Rata-rata pendapatan per kapita/bulan Rp 3.966.666,- (BPS 2016)).
Akses BergerakRp50.000,- untuk langganan paket internet 3 GB selama 1 bulan (atau 1,44% dari Rata-rata pendapatan per kapita/bulan Rp 3.966.666,- (BPS 2016)).
Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI), Kemkominfo, 2017
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|58|Laporan Kinerja
Untuk Capaian 2017 terkait harga layanan pitalebar terhadap PDB per kapita, dapat dilihat pada perhitungan di Tabel 3.12 dibawah ini:
Tabel 3.12 Data Capaian Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per Kapita Tahun 2017 (Berdasarkan Data Kompilasi Tarif yang Dipublikasi)
TARGET HARGA LAYANAN CAPAIAN 2017(Data: Kompilasi Tarif yang Dipublikasi)
Akses Tetap
5% dari PDB perkapita per bulan*
*) Rp3.996.667 x 5% = Rp 199.833 (BPS, 2017)
7,1% (Nasional, 10 Mbps)*Telkom (nasional ) Rp.285.000,-
5,48% (Jakarta, 15 Mbps)*Oxygen Rp.219.000,- tarif per bulan terendah
Akses Bergerak
2,25% (2 GB internet + 3 GB 4G)Telkomsel Rp.98.000,-
1,48% (2GB + 3 GB 4G) Indosat Rp.59.000,-2,13% (4.5 GB) Tri Rp.85.000,-2,5% (6 GB) XL Rp.100.000,-
Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI), Kemkominfo, 2017
Berdasarkan Tabel 3.12, dapat disimpulkan bahwa harga layanan maksimal untuk akses bergerak pitalebar (mobile broadband) sudah terpenuhi, sedangkan untuk harga layanan pitalebar tetap (fixed broadband) masih belum terpenuhi.
Manfaat yang didapat dengan harga pita lebar di bawah lima persen dari rata-rata pendapatan per kapita per bulan adalah masyarakat dapat menikmati layanan yang cepat, efektif dan efisien dengan harga terjangkau sehingga produktivitasnya pun diharapkan meningkat.
Masih mahalnya harga access fixed broadband disebabkan berbagai faktor diantaranya adalah faktor investasi pada penggelaran fixed broadband dimaksud. Untuk itu Kemkominfo berupaya melakukan upaya-upaya dalam memfasilitasi penyelenggara telekomunikasi untuk membantu mengurangi beban investasi dimaksud, diantaranya melaksanakan rencana aksi tindak lanjut sebagai solusi untuk mempercepat capaian RPI, antara lain:a. Mempermudah Right of Way, mengatur regulasi terkait dengan
infrastruktur, yang juga mencakup pengamanan infrastruktur telekomunikasi sebagai objek vital, perlu dikomunikasikan dengan K/L/Pemda terkait.
b. Standardisasi dalam penggelaran fixed broadband (mulai dari perangkat hingga sumber daya manusia).
c. Open Access, bagaimana agar bisa berbagi jaringan dan bagi yang belum memiliki jaringan dapat dilakukan alternatif ducting bersama/tiang bersama.
d. Melakukan pembahasan regulasi terkait dengan Instalasi Kabel Rumah Gedung dan juga Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Infrastruktur Pasif Telekomunikasi, sebagai salah satu kebijakan untuk mempercepat penetrasi fixed broadband.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|59|
e. Melakukan juga pemetaan potensi pada Komunitas/Sentra/Sektor/Kawasan untuk ditindaklanjuti melalui fasilitasi antara kawasan potensial tersebut dengan operator telekomunikasi untuk dapat menyediakan akses internet secara Business to Business (B2B) pada kawasan potensial tersebut.
1.6 Persentase (%) Implementasi Digitalisasi Penyiaran/Analog Switched Off (asO)
Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi terus meningkat dalam berbagai aspek di berbagai negara. Ketika negara-negara lain berlomba-lomba untuk mengikuti arus perkembangan teknologi ini, Indonesia masih tertinggal dengan tingkat inovasi teknologi yang tergolong rendah. Hal tersebut ditandai oleh data Laporan Daya Saing Global (Global Competitiveness Report) untuk Tahun 2016 – 2017 yang di publikasikan oleh World Economic Forum, dalam hal kesiapan teknologi, Indonesia berada pada peringkat 91 dari 138 negara yang dikarenakan oleh kurangnya tingkat pengguna internet dan rendahnya internet bandwith dibandingkan negara-negara lainnya. Untuk dapat mengejar ketertinggalan ini, salah satu aspek yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kualitas internet dan mobile broadband. Menimbang ketersediaan frekuensi di Indonesia, penerapan peningkatan mobile broadband membutuhkan inisiatif khusus yaitu TV terestrial digital dan Analogue Switched Off (“ASO”) yang berperan untuk menyediakan kebutuhan ruang frekuensi melalui pembebasan spektrum frekuensi akibat proses digitalisasi TV terrestrial (“Digital Dividend”).
Dengan adanya program Digitalisasi Penyiaran Televisi, maka diharapkan terdapat alokasi frekuensi yang lebih efisien, sehingga terdapat ruang yang memadai untuk mengembangkan teknologi untuk mobile broadband, serta menjangkau wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (“3T”). Dengan demikian, Indonesia mendapatkan manfaat ekonomi yang substansial. Tidak hanya itu, Digitalisasi Penyiaran juga akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional serta membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan.
Tabel 3.13 Capaian Persentase (%) Implementasi Digitalisasi Penyiaran / Analog Switched Off (ASO)
Indikator Kinerja Satuan2015 2016 2017 Capaian
2017(%)Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1.6 Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/ Analog Switched Off
% - - 50% - 70% 98% 140%
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|60|Laporan Kinerja
Manfaat yang ingin dicapai dari Digitalisasi Penyiaran Televisi ini adalah untuk meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional serta membangun konektivitas nasional untuk mencapai pemerataan pembangunan. Secara garis besar, penerima manfaat bagi pelaksanaan program Digitalisasi Penyiaran Televisi yaitu: •Pemerintah•Lembaga Penyiaran•Produsen serta distributor Televisi dan Penyiaran•Produsen dan layanan multimedia•Masyarakat
Dengan terlaksananya migrasi dari TV analog ke TV digital, maka diharapkan pemerintah mendapatkan manfaat berupa tambahan spektrum frekuensi (Digital Dividend) yang kemudian digunakan untuk menambah alokasi bandwidth mobile broadband (teknologi 4G). Implementasi dari infrastruktur 4G akan mendukung produktivitas baik penduduk maupun usaha-usaha di dalam negeri sehingga semakin kompetitif.
Spec
trum
Ow
ners
/Use
rsInternational
and Regional
Organisations
Standards
Bodies
Adve
rtis
ers
Equipment
Vendors
Other Interested parties
Pay-TV
Operators
Content
Providers
Regu
lato
r(s
)
Retailers/Installers
Net
wor
kO
pera
tors
Broad
caste
r(s)
Goverment
Key Stakeholders
MobileNetwork Operators
Key Suppliers
Receive
r
Manufacturers
Public/
Consumer Groups
DigitalMigration
SiteO
wners
Gambar 3.4 Pihak-Pihak yang Terkena Dampak Program Digitalisasi Penyiaran Televisi
Sumber: Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kemkominfo, 2017
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|61|
Ada 5 (lima) aspek utama yang merupakan komponen utama implementasi digitalisasi penyiaran/Analog Switched Off (ASO), yaitu: 1. Landasan Hukum, 2. Infrastruktur dan Pengelolaan Frekuensi, 3. Penyelenggaraan Industri Penyiaran, 4. Sosialisasi, dan 5. Realisasi Digital Dividend,
Pelaksanaan dari kelima komponen utama tersebut dilakukan secara paralel, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3.5 berikut ini.
Infrastruktur dan Pengelolaan frekuensi• Penataan frekuensi digital• Pengadaan perangkat
siaran TV digital• Percepatan konversi digital
Penyelenggaraan Industri Penyiaran• Model bisnis penyiaran• Migrasi konten ke TV
Digital (uji coba TV digital)
Realisasi Digital DividendRealisasi untuk mobile broadband dan tanggap darurat
Landasan Hukum• Revisi UU Penyiaran• Pokja Alternatif Landasan Hukum
SosialisasiSosialisasi strategis
skala nasional
Sumber: Term of Reference (TOR) Program Digitalisasi Penyiaran Televisi, Direktorat Penyiaran, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kemkominfo, 2017
Gambar 3.5 Aspek Utama Pendukung Digitalisasi Penyiaran TV
5Komponen
ASO
LanDasan huKuM
Untuk mewujudkan Analog Switched Off (ASO) Bidang Penyiaran, diperlukan payung hukum, yaitu Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002. Menurut sejarahnya UU No. 32 Tahun 2002 dibuat untuk menggantikan UU No. 24 Tahun 1997 dengan latar belakang kemunculan televisi-televisi lokal dan radio-radio komunitas di Indonesia. UU No. 32 Tahun 2002 mengusung misi perubahan penyelenggaraan industri penyiaran dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Sentralisasi melanggar prinsip demokratisasi siaran yang coba diintrodusir oleh UU Penyiaran.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
RUU perubahan atas UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran adalah program legislasi nasional (prolegnas) yang merupakan inisiatif DPR. UU Penyiaran perlu direvisi karena sudah sewindu UU Penyiaran diberlakukan di Indonesia, namun pada pelaksanaannya sering muncul kontroversi, meskipun undang-undang ini pertama kali dibuat untuk mendemokratisasi penyiaran nasional baik secara modal maupun secara pemberitaan. Selain itu, RUU perubahan atas UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dapat menegaskan posisi dan wewenang KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) sebagai lembaga negara agar dapat mengeluarkan peraturan yang berkekuatan hukum sama atau bahkan lebih daripada Kemkominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika).
Undang-Undang Penyiaran merupakan salah satu pedoman bagi industri penyiaran untuk menjalankan kegiatannya dalam menyalurkan informasi dan memberikan pelayanan umum kepada publik. Namun, beberapa muatan materi atau substansi yang terkandung di dalam Undang-undang Penyiaran No.32 Tahun 2002 telah menimbulkan adanya ketidakjelasan dan multitafsir yang berbeda hingga mengakibatkan berbagai persoalan hukum hingga saat ini. Ada 4 (empat) poin utama yang menjadi alasan dilakukannya revisi UU Penyiaran, yaitu:1. Perkembangan zaman2. Perkembangan teknologi3. Penegasan kembali agar tidak menjadi multitafsir4. Pemberian kewenangan baru
Selain keempat poin tersebut, ada 7 (tujuh) isu krusial RUU Penyiaran yang menjadi pokok perhatian dalam penyusunan RUU ini, yaitu:
1. KPI (Komisi Penyiaran Indonesia)• Kewenangan KPI mengatur, mengawasi dan memberikan
sanksi yang terkait dengan isi siaran• KPI dapat membentuk perwakilan/KPID yang bersifat
hierarkis• KPI dan perwakilannya di daerah /KPID dibiayai oleh APBN• Organisasi KPI ditingkatkan dengan sekretariat KPI setingkat
Sekjen• KPI menyampaikan laporan kepada DPR dan Presiden
(melalui Menkominfo)• Masa jabatan komisioner KPI selama 5 tahun dan dapat
diperpanjang untuk satu kali masa jabatan
|62|Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|63|
2. Perizinan• KPI memberikan masukan kepada pemerintah terhadap format
siaran sesuai dengan minat, kepentingan dan kenyamanan publik untuk pembukaan peluang penyelenggaraan penyiaran tidak dalam rangka proses perizinan
• KPI memberikan hasil evaluasi isi siaran dalam proses Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Penyiaran
• Dasar pertimbangan:Putusan MK No. 002/PUU-I/2003 juncto Putusan MK No. 36/PUU-X/2012 dalam pengujian UU No. 22 Tahun 2001 tentang Migas, yang menyebutkan bahwa fungsi pengurusan (bestuursdaad) oleh negara dilakukan oleh Pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan dan mencabut fasilitas perijinan (vergunning), lisensi (licentie), dan konsesi (consessie).
3. Spektrum frekuensi Radio• Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam
terbatas dan kekayaan alam nasional yang dikuasai Negara dan dikelola oleh Pemerintah (Menkominfo) untuk dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat sesuai dengan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945.
• Pemerintah menetapkan alokasi dan penggunaan spektrum frekuensi radio sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kaidah hukum internasional
• Dasar pertimbangan:1) Putusan MK No. 002/PUU-I/2003 juncto Putusan MK No.
36/PUU-X/2012 dalam pengujian UU No. 22 Tahun 2001 tentang Migas yang menyebutkan bahwa:a. Makna dikuasai oleh Negara dalam pengertian
Negara merumuskan kebijakan dan tindakan pengurusan, pengaturan, pengelolaan, pengawasan.
b. Fungsi pengurusan oleh Negara dilakukan oleh Pemerintah dengan kewenangan untuk mengeluarkan dan mencabut fasilitas perizinan, lisensi dan konsesi.
2) ITU (International Telecommunication Union) menetapkan hanya 1 administrasi telekomunikasi di setiap Negara. Dalam hal ini Menteri Kominfo sesuai dengan Pasal 6 Undang-undang No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
4. Penyiaran Digital• Penghentian Siaran Analog (Analog Switched Off/ASO) TV
free-to-air dilakukan paling lambat 3 tahun setelah Undang-Undang disahkan
• Pemerintah menetapkan Cetak Biru Implementasi Siaran TV Digital
• Digital Dividend ditetapkan oleh pemerintah, digunakan untuk keperluan kebencanaan (Public Protection and Disaster Relief/PPDR) dan broadband (pendidikan, kesehatan, transportasi, penyiaran, telekomunikasi dan layanan publik lainnya) dan menjadi potensi PNBP
• Multipleksing (Mux) TV Digital diselenggarakan oleh penyelenggara tunggal (single mux operator)
• Digitalisasi radio dapat dilaksanakan secara simulcast dengan radio analog
• Penyediaan dan Distribusi Perangkat penerima Siaran TV Digital (set-top-box) dapat dibantu oleh pemerintah untuk masyarakat kurang mampu
• Pemerintah (Kementerian Kominfo bersama K/L terkait) membentuk gugus tugas dalam proses digitalisasi penyiaran dengan melibatkan stakeholders penyiaran
• Penerapan BHP Frekuensi Radio secara proporsional
5. Lembaga Penyiaran Publik (LPP)• Penguatan LPP melalui penggabungan LPP RRI dan TVRI
menjadi LPP RTRI• Pengaturan RTRI sebaiknya cukup diatur secara terintegrasi
dalam RUU Penyiaran agar berada dalam satu sistem dengan Lembaga Penyiaran lainnya secara nasional
• Refleksi dari keadaan saat ini dimana LPP TVRI dan RRI mengalami kendala dalam pengelolaan keuangan dan manajemen organisasinya, sebaiknya berupa Badan Layanan Umum (BLU).
|64|Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
6. Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Penyiaran• Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) dan Lembaga
Penyiaran Berlangganan (LPB) wajib membayar biaya hak penyelenggaraan penyiaran dan Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal Penyiaran yang diambil dari persentase pendapatan kotor
• Persentase akan diatur dalam PP• Lembaga Penyiaran analog yang menggunakan spektrum
frekuensi, selain membayar PNBP Penyiaran wajib membayar Biaya Hak Penggunaan Frekuensi
• Penyelenggara Mux wajib membayar BHP frekuensi radio baik untuk yang digunakan maupun yang tidak dipergunakan yang dialokasikan kepada yang bersangkutan
• Dasarpertimbangan:a. Pelaksanaan tugas & fungsi Pemerintah dalam pelayanan,
pengaturan, perlindungan masyarakat, pengelolaan kekayaan negara serta pemanfaatan sumber daya alam dapat dibentuk suatu PNBP (UU No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP)
b. Mengubah PNBP penyiaran yang sebelumnya berbasis biaya izin menjadi Biaya Hak Penyelenggaraan Penyiaran yang berbasis prosentase pendapatan dengan pertimbangan adanya keadilan yang proporsional berdasarkan pendapatan dari Lembaga Penyiaran
c. Meningkatkan potensi penerimaan negara.d. Untuk pemerataan layanan penyiaran sampai pelosok
tanah air
7. Penyaluran Konten Siaran Melalui Internet• Definisi Penyiaran tetap menggunakan konsep ”serentak dan
bersamaan” serta “One to Many”. Tidak meliputi penyaluran konten yang bersifat interaktif
• Penyelenggara Penyiaran televisi dan/atau radio, dapat menyalurkan konten siarannya melalui internet
• Penggunaan internet untuk penyaluran konten penyiaran terkait dengan konvergensi TIK yang bersifat sangat dinamis dan berhubungan dengan bidang-bidang lain. Oleh karena itu sebaiknya cukup diatur dalam bentuk kaidah penunjuk atau umbrella norm yang mengatur secara khusus dan implementasinya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri
Laporan Kinerja|65|
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|66|Laporan Kinerja
Meskipun dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) disebutkan bahwa RUU Penyiaran masuk dalam prioritas Prolegnas Tahun 2016 sebagai RUU Perubahan, namun memperhatikan substansi dan ketentuan teknis perancangan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, sudah seharusnya UU Penyiaran diganti, mengingat sistematika, materi dan esensinya banyak berubah. Hal ini perlu dilakukan untuk lebih memberikan kepastian dan ketertiban hukum dalam penyiaran dalam rangka mengantisipasi perkembangan teknologi di bidang penyiaran.
Oleh sebab itu, Kemkominfo melakukan berbagai rapat dan persiapan untuk memberikan masukan rancangan revisi UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Capaian dalam penyusunan revisi Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 terangkum pada Tabel 3.14 sebagai berikut:
Tabel 3.14 Capaian Penyusunan Revisi Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002
Indikator Kinerja
2015 2016 2017
Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %
Penyusunan Revisi Undang undang Penyiaran No.32 Tahun 2002
Pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Revisi Undang Undang Penyiaran No.32 Tahun 2002
Telah dilakukan pembahasan sebanyak 3 kali dengan Tim Ahli DPR yang menghasilkan antara lain:Pembahas-an Kerangka Pikir; & Clustering RUU Penyiaran
30%Pembahasan materi RUU Penyiaran
Telah dilakukan pembahasan semua pasal pada draft RUU Penyiaran versi pemerin-tah
100% 1 Naskah1 Naskah Draft RUU Penyiaran
100%
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|67|
Sampai saat ini Rancangan UU Penyiaran (RUU Penyiaran) belum disahkan DPR untuk diserahkan kepada pemerintah, sehingga Kominfo belum dapat memberikan masukan final terhadap draft RUU Penyiaran (DIM), namun tim RUU Penyiaran sudah membuat draft RUU Penyiaran versi pemerintah.
Terakhir, Kemkominfo telah menyerahkan isu-isu penting pada Badan Legislasi dan Komisi I terkait penyiaran khususnya bagian tentang Lembaga Penyiaran Publik dan Digitalisasi, dengan substansi antara lain:
• Lembaga Penyiaran Publik terdiri atas LPP RTRI dan LPP Khusus
• PengelolaankeuanganRTRIadalahBLU
• LPKhususdapatdidirikanoleh:LembagaNegaraberdasarkankonstitusi dan Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian/Pemda
• BHPdanUSOdiambilberdasarkanpresentasependapatankotor
• ASOditetapkanpalinglambat2tahunsejakmulaiberlakunyaUndang-undang
• PenyelenggaraMultipleksdilaksanakanolehLPPTVdanLPSTV
• Digital Dividend dikelola oleh pemerintah untuk keperluan kebencanaan, Pendidikan dan pemanfaatan pita lebar
• Digitalisasi penyiaran radio dilakukan secara simulcast dengan penyiaran analog
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|68|Laporan Kinerja
InfRasTRuKTuR Dan PEnGELOLaan fREKuEnsI
Untuk mendukung perluasan jangkauan siaran TV Digital dan untuk mendukung LPP TVRI terus memperkuat kualitas siaran serta tampilan layar melalui siaran digital, Kemkominfo memberikan bantuan pemancar digital di 42 lokasi pemancar LPP TVRI. Dengan hal ini diharapkan pada Tahun 2019 jangkauan siaran digital LPP TVRI akan mencapai 78 persen dan jangkauan penduduk mencapai 88 persen.
Gambar 3.6 Peta 42 Lokasi Pemancar Digital LPP TVRI
Banda AcehTK 2 kw/Ch. 29
Banda Baru MedanTK 5 kw/Ch. 28
PakanbaruTK 5 kw/Ch. 40
**(USO) Sungai Pakning(Kab. Bengkalis-Riau)
TK 5 kw/Ch. 28
Gn. Manumbing (Bangka)
TK 1 kw/Ch. 39
**(USO) Balai KaranganTK 2 kw/Ch. 32
PalangkarayaTK 6 kw/Ch. 30
BanjarmasinTK 3,4 kw/Ch. 31
**(USO) Sangau LedoTK 2 kw/Ch. 28
PalembangTK 5 kw/Ch. 29
**(USO) NunukanTK 3 kw/Ch. 30
GorontaloTK 2 kw/Ch. 34
*ManadoTK 1,2 kw/Ch. 29
**(USO) TernateTK 2 kw/Ch. 28
**(USO) PanelTK 1 kw/Ch. 46
**(USO) AntambuaTK 2 kw/Ch. 30
**(USO) SuwelaTK 3 kw/Ch. 44
**(USO) Bukit Sarai (Padang)TK 2 kw/Ch. 30
SurabayaTK 5 kw/Ch. 35
PaltukTK 5 kw/Ch. 29
GombelTK 5 kw/Ch. 28
JogloTK 10 kw/Ch. 42
Pasir SumbulTK 1 kw/Ch. 23
PanyandakanTK 5 kw/Ch. 35
*Gn. Betung (Lampung) TK 3 kw/Ch. 33
Bengkulu TK 5 kw/Ch. 34
*Telanaipura (Jambi) TK 12 kw/Ch. 44
*Gn. Gompong (Kab. Pesisir Selatan-Sumbar)
TK 6 kw/Ch. 29
Keterangan:* Pemancar Digital ITTS II ** Pemancar Digital 3T (USO)Total: 42 Pemancar Digital
Sibolga TK 1,2 kw/Ch. 30
DenpasarTK 5 kw/Ch. 30
MakassarTK 5 kw/Ch. 29
*Bukit Greser (Ambon)
TK 3 kw/Ch. 28
*ObenTK 6 kw/Ch. 29
Polemak (Jayapura-Papua)TK 3,2 kw/Ch. 43
KendariTK 5 kw/Ch. 30
PontianakTK 10 kw/Ch. 32
BatamTK 2 kw/Ch. 28
Banda AcehTK 2 kw/Ch. 29
Banda Baru MedanTK 5 kw/Ch. 28
PakanbaruTK 5 kw/Ch. 40
**(USO) Sungai Paking(Kab. Bengkalis-Riau)
TK 5 kw/Ch. 28
Gn. Manumbing (Bangka)
TK 1 kw/Ch. 39
**(USO) Balai TaranganTK 2 kw/Ch. 32
PalangkarayaTK 6 kw/Ch. 30
**(USO) Sangau LedoTK 2 kw/Ch. 28
PalembangTK 5 kw/Ch. 29
GorontaloTK 2 kw/Ch. 34
MamujuTK 3 kw/Ch. 28
*ManadoTK 1,2 kw/Ch. 29
**(USO) TernateTK 2 kw/Ch. 28
**(USO) WanciTK 1 kw/Ch. 46
**(USO) AntambuaTK 2 kw/Ch. 30
**(USO) Bukit Sarai (Padang)TK 2 kw/Ch. 30
SurabayaTK 5 kw/Ch. 35
PaltukTK 5 kw/Ch. 29
GombelTK 5 kw/Ch. 28
JogloTK 10 kw/Ch. 42
Pasir SumbulTK 1 kw/Ch. 23
PananjakanTK 5 kw/Ch. 35
*Gn. Betung (Lampung) TK 3 kw/Ch. 33
Bengkulu TK 5 kw/Ch. 34
*Telanapura (Jambi) TK 12 kw/Ch. 44
*Gn. Gompong (Kab. Pesisir Delatan-Sumbar)
TK 6 kw/Ch. 29
Keterangan:* Pemancar Digital ITTS II ** Pemancar Digital 3T (USO)Total: 42 Pemancar Digital
Sibolga TK 1,2 kw/Ch. 23
MataramTK 1 kw/Ch. 29
MakassarTK 5 kw/Ch. 29
*Bukit Greser (Ambon)
TK 3 kw/Ch. 28
*ObenTK 6 kw/Ch. 29
Polemak (Jayapura-Papua)TK 3,2 kw/Ch. 43
KendariTK 5 kw/Ch. 30
**(USO) TarakanTK 3 kw/Ch. 30
Gn. Lampu KaltimTK 5 kw/Ch. 28
PaluTK 2 kw/Ch. 36
PontianakTK 10 kw/Ch. 32
BatamTK 2 kw/Ch. 28
PETA JARINGAN INFRASTRUKTUR MULTIPLEKSING DIGITAL LPP TVRI (2017)
Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kemkominfo, 2017
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|69|
InfRasTRuKTuR Dan PEnGELOLaan fREKuEnsI
Untuk mendukung perluasan jangkauan siaran TV Digital dan untuk mendukung LPP TVRI terus memperkuat kualitas siaran serta tampilan layar melalui siaran digital, Kemkominfo memberikan bantuan pemancar digital di 42 lokasi pemancar LPP TVRI. Dengan hal ini diharapkan pada Tahun 2019 jangkauan siaran digital LPP TVRI akan mencapai 78 persen dan jangkauan penduduk mencapai 88 persen.
Gambar 3.6 Peta 42 Lokasi Pemancar Digital LPP TVRI
Banda AcehTK 2 kw/Ch. 29
Banda Baru MedanTK 5 kw/Ch. 28
PakanbaruTK 5 kw/Ch. 40
**(USO) Sungai Pakning(Kab. Bengkalis-Riau)
TK 5 kw/Ch. 28
Gn. Manumbing (Bangka)
TK 1 kw/Ch. 39
**(USO) Balai KaranganTK 2 kw/Ch. 32
PalangkarayaTK 6 kw/Ch. 30
BanjarmasinTK 3,4 kw/Ch. 31
**(USO) Sangau LedoTK 2 kw/Ch. 28
PalembangTK 5 kw/Ch. 29
**(USO) NunukanTK 3 kw/Ch. 30
GorontaloTK 2 kw/Ch. 34
*ManadoTK 1,2 kw/Ch. 29
**(USO) TernateTK 2 kw/Ch. 28
**(USO) PanelTK 1 kw/Ch. 46
**(USO) AntambuaTK 2 kw/Ch. 30
**(USO) SuwelaTK 3 kw/Ch. 44
**(USO) Bukit Sarai (Padang)TK 2 kw/Ch. 30
SurabayaTK 5 kw/Ch. 35
PaltukTK 5 kw/Ch. 29
GombelTK 5 kw/Ch. 28
JogloTK 10 kw/Ch. 42
Pasir SumbulTK 1 kw/Ch. 23
PanyandakanTK 5 kw/Ch. 35
*Gn. Betung (Lampung) TK 3 kw/Ch. 33
Bengkulu TK 5 kw/Ch. 34
*Telanaipura (Jambi) TK 12 kw/Ch. 44
*Gn. Gompong (Kab. Pesisir Selatan-Sumbar)
TK 6 kw/Ch. 29
Keterangan:* Pemancar Digital ITTS II ** Pemancar Digital 3T (USO)Total: 42 Pemancar Digital
Sibolga TK 1,2 kw/Ch. 30
DenpasarTK 5 kw/Ch. 30
MakassarTK 5 kw/Ch. 29
*Bukit Greser (Ambon)
TK 3 kw/Ch. 28
*ObenTK 6 kw/Ch. 29
Polemak (Jayapura-Papua)TK 3,2 kw/Ch. 43
KendariTK 5 kw/Ch. 30
PontianakTK 10 kw/Ch. 32
BatamTK 2 kw/Ch. 28
Banda AcehTK 2 kw/Ch. 29
Banda Baru MedanTK 5 kw/Ch. 28
PakanbaruTK 5 kw/Ch. 40
**(USO) Sungai Paking(Kab. Bengkalis-Riau)
TK 5 kw/Ch. 28
Gn. Manumbing (Bangka)
TK 1 kw/Ch. 39
**(USO) Balai TaranganTK 2 kw/Ch. 32
PalangkarayaTK 6 kw/Ch. 30
**(USO) Sangau LedoTK 2 kw/Ch. 28
PalembangTK 5 kw/Ch. 29
GorontaloTK 2 kw/Ch. 34
MamujuTK 3 kw/Ch. 28
*ManadoTK 1,2 kw/Ch. 29
**(USO) TernateTK 2 kw/Ch. 28
**(USO) WanciTK 1 kw/Ch. 46
**(USO) AntambuaTK 2 kw/Ch. 30
**(USO) Bukit Sarai (Padang)TK 2 kw/Ch. 30
SurabayaTK 5 kw/Ch. 35
PaltukTK 5 kw/Ch. 29
GombelTK 5 kw/Ch. 28
JogloTK 10 kw/Ch. 42
Pasir SumbulTK 1 kw/Ch. 23
PananjakanTK 5 kw/Ch. 35
*Gn. Betung (Lampung) TK 3 kw/Ch. 33
Bengkulu TK 5 kw/Ch. 34
*Telanapura (Jambi) TK 12 kw/Ch. 44
*Gn. Gompong (Kab. Pesisir Delatan-Sumbar)
TK 6 kw/Ch. 29
Keterangan:* Pemancar Digital ITTS II ** Pemancar Digital 3T (USO)Total: 42 Pemancar Digital
Sibolga TK 1,2 kw/Ch. 23
MataramTK 1 kw/Ch. 29
MakassarTK 5 kw/Ch. 29
*Bukit Greser (Ambon)
TK 3 kw/Ch. 28
*ObenTK 6 kw/Ch. 29
Polemak (Jayapura-Papua)TK 3,2 kw/Ch. 43
KendariTK 5 kw/Ch. 30
**(USO) TarakanTK 3 kw/Ch. 30
Gn. Lampu KaltimTK 5 kw/Ch. 28
PaluTK 2 kw/Ch. 36
PontianakTK 10 kw/Ch. 32
BatamTK 2 kw/Ch. 28
PETA JARINGAN INFRASTRUKTUR MULTIPLEKSING DIGITAL LPP TVRI (2017)
Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kemkominfo, 2017
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|70|Laporan Kinerja
Resolusi Jenewa 2006 tentang teknologi penyiaran digital terrestrial merupakan titik awal migrasi teknologi penyiaran dari analog ke teknologi digital. Teknologi penyiaran digital menyajikan keunggulan antara lain; meningkatnya kualitas gambar, meningkatkan efisiensi energi bagi operator televisi, efisiensi penggunaan kanal frekuensi radio dan optimalisasi pemanfaatan spektrum. Efisiensi kanal frekuensi radio didapatkan pada proses multiplikasi konten pada masing-masing kanal frekuensi radio. Teknologi penyiaran televisi digital merubah paradigma penyelenggaraan televisi siaran, dimana dalam 1 kanal (saluran) siaran dapat menyelenggarakan beberapa siaran secara bersamaan.
ANALOG1 channel = 1 konten
DIGITAL1 channel = multi konten
Gambar 3.7 Perbedaan Teknologi Penyiaran Analog vs Digital
Sumber: Direktorat Penataan Sumber Daya, Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kemkominfo
Kondisi tersebut mengharuskan pemerintah untuk segera menetapkan regulasi yang dapat mendukung implementasi teknologi televisi siaran digital Indonesia. Efisiensi kanal frekuensi radio akibat implementasi televisi digital (digital dividend) yang dihasilkan sebanyak 14 kanal (112 MHz).
Gambar 3.8 Efisiensi Kanal Frekuensi Radio Akibat Implementasi Televisi Digital (Digital Dividend)22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
(41 X 8 Mhz / 328 Mhz) analog Television Broadcast
Digital Television Broadcast Channel (27 X 8 Mhz / 216 Mhz) Digital Dividend (112 Mhz)
Sumber: Direktorat Penataan Sumber Daya, Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kemkominfo
Digital Dividend yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan Public Protection and Disaster Relief (PPDR), Pendidikan, Hankam dan penyelenggaraan telekomunikasi pita lebar. Regulasi yang mendukung implementasi televisi digital sudah dimulai sejak Tahun 2007 dengan ditetapkannya standar DVB-T sebagai platform teknologi TV Digital Indonesia.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Pada Tahun 2011 Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menetapkan Peraturan Menteri tentang Rencana Induk (Masterplan) Frekuensi radio untuk keperluan Televisi Siaran Digital Terestrial 478 – 694 MHz. Konsep revisi Rencana Induk (Masterplan) Frekuensi Radio untuk Keperluan Televisi Siaran Digital Terestrial menyajikan hal-hal sebagai berikut:1. Rekomendasi wilayah layanan penyelenggaraan multiplexer TV
Digital yang dapat mengakomodir seluruh wilayah administrasi sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan.
2. Rekomendasi opsi pembagian alokasi kanal pada masing-masing wilayah layanan dengan mempertimbangkan ketersediaan alokasi kanal frekuensi untuk keperluan televisi siaran serta konsep model bisnis penyelenggaraan televisi siaran era penyiaran televisi digital.
3. Tersedianya rekomendasi parameter teknis penyelenggaraan jaringan untuk keperluan TV Digital.
4. Tersedianya usulan timeline implementasi TV digital yang realistis dengan mempertimbangkan kesiapan operator televisi, penyedia perangkat dan kerjasama regional.
Namun penerapan regulasi tersebut masih terhambat oleh permasalahan hukum dan dari evaluasi tahap lanjut, perlu ada konsep opsi perubahan masterplan TV digital yang dapat adaptif dengan hasil revisi Undang – Undang Penyiaran yang masih dibahas oleh DPR-RI. Revisi masterplan televisi digital yang rencananya dilakukan pada Tahun 2017 mengalami penundaan karena saat ini tengah dilakukan revisi Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yang didalamnya mengatur penyelenggaraan televisi digital, termasuk didalamnya model bisnis, mekanisme multiplexer, Analog Switch Off (ASO) dan hal-hal terkait lainnya. Status perubahan RUU Penyiaran yang merupakan inisiatif DPR ini masih dalam tahap pembahasan ditingkat Badan Legislasi DPR. Terkait hal tersebut, Kementerian Kominfo dalam hal ini Ditjen SDPPI dan Ditjen PPI terus memantau progres perkembangannya.
Dengan pertimbangan tersebut maka diputuskan bahwa finalisasi Perubahan Masterplan televisi digital baru dapat dilakukan sampai ditetapkannya RUU Penyiaran yang baru. Hal ini dimaksudkan agar perubahan masterplan televisi digital in line dengan kebijakan yang ditetapkan di Undang-Undang. Sehubungan dengan hal tersebut, yang pada awalnya ditargetkan melakukan perubahan masterplan televisi digital, difokuskan untuk melakukan perubahan masterplan televisi analog (PM No. 31/2014) guna menyelesaikan permasalahan-permasalahan televisi analog sehingga dapat meminimalisir timbulnya masalah dikemudian hari saat ditetapkannya siaran televisi digital di Indonesia.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|71|
|72|Laporan Kinerja
Perubahan RPM Masterplan televisi analog dititik beratkan untuk mencabut pasal perluasan televisi analog dimana hal ini sejalan dengan moratorium televisi analog yang diatur melalui Surat Edaran Menkominfo Nomor 1 Tahun 2017. Pada akhir Tahun 2017, Direktorat Penataan Sumber Daya telah membuat Draft Revisi PM31/2017 dan telah dilakukan beberapakali pembahasan dengan Bagian Hukum Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI). Dengan dicabutnya pasal perluasan televisi analog melalui Revisi PM No. 31/2014, maka tidak ada lagi penetapan baru untuk televisi analog. Hal ini sangat penting guna mendukung implementasi televisi digital.
Penyelenggaraan Industri PenyiaranTV merupakan suatu media informasi yang sangat strategis dan efektif bagi masyarakat untuk penyampaian atau penyebaran informasi yang dapat berperan dalam pembangunan karakter bangsa, memajukan ekonomi negara, dan mempererat persatuan bangsa. Menyadari manfaat seperti tersebut diatas, minat masyarakat industri penyiaran begitu besar, seperti terlihat pada pemohon izin LPS (Lembaga Penyiaran Swasta) Lokal yang jumlahnya begitu banyak, sehingga tidak mungkin tertampung dalam alokasi kanal frekuensi yang tersedia. Melalui implementasi siaran TV digital yang dapat menyalurkan 9 sampai dengan 12 program siaran dalam satu kanal frekuensi, diharapkan masalah ini dapat teratasi.
Menyadari kebutuhan kanal frekuensi yang makin meningkat, masyarakat yang menuntut kualitas, ragam dan jumlah program siaran untuk meningkatkan kualitas hidup, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika mulai melakukan migrasi sistem penyiaran TV secara analog menuju sistem penyiaran TV secara digital di Indonesia. Sejak Juni 2016, Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama-sama dengan LPP TVRI dan LPS Penyedia Konten telah melakukan Uji Coba Siaran TV Digital secara komprehensif dalam rangka menetapkan arah penyiaran kedepan khususnya penyelenggaraan penyiaran dengan sistem digital yang akan diatur dalam perubahan undang-undang tentang penyiaran.
a) Tujuan Uji Coba Siaran TV Digital diselenggarakan dengan tujuan untuk
melakukan penelitian aspek teknis dan aspek non teknis terkait penyelenggaraan penyiaran secara digital.
Aspek teknis sebagaimana dimaksud meliputi:1. Kinerja perangkat dan sistem penyiaran multipleksing;2. Perencanaan dan konfigurasi jaringan SFN, MFN, dan/atau
gabungan SFN dan MFN;3. Sinkronisasi antar pemancar pada metode SFN;
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Dalam satu kanal frekuensi TV digital dapat menyalurkan
9-12program siaran
Laporan Kinerja|73|
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
4. Fitur layanan lainnya antara lain layanan data, penerimaan bergerak (mobile), informasi cuaca, informasi keuangan, kondisi lalu lintas terkini, dan informasi peringatan dini bencana; dan
5. Kualitas penerimaan konten siaran dan kapasitas penyiaran multipleksing.
Aspek non-teknis sebagaimana dimaksud meliputi:1. Kinerja perangkat dan sistem penyiaran multipleksing;2. Model regulasi dan kelembagaan;3. Sosialisasi dan kesiapan para pemangku kepentingan; dan4. Mekanisme penyediaan serta distribusi set top box.
Tabel 3.15 Target dan Capaian Uji Coba Siaran TV Digital
Indikator Kinerja
2015 2016 2017
Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %
Jumlah keberhasilan Uji Coba siaran TV digital
Penyusunan Regulasi terkait Uji Coba Lapangan TV Digital secara serentak dan pelak-sanaan uji publik
Tersusunnya Draft RPM tentang Uji Coba Lapangan TV Digital secara serentak dan pelaksa-naan uji publik
90%
Penyusunan Permen Kominfo tentang Uji coba Teknologi Telekmunikasi, Internet, dan Penyiaran
Permen Kominfo No. 5 Tahun 2016 tentang Uji coba Teknologi Telekomunikasi, Internet, dan Penyiaran
100% 20 lokasi
42 wilayah layanan
100%
Selain itu, Uji Coba Siaran TV Digital juga bertujuan untuk memotivasi dan mendorong minat pemirsa TV Analog untuk menonton siaran TV Digital, sehingga proses Migrasi TV Digital dapat diimplementasikan sesegera mungkin (bertahap mulai Tahun 2017 – 2020) sesuai komitmen ASEAN.
b) Dasar HukumDasar hukum pelaksanaan Uji Coba Siaran TV Digital, antara lain:1. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 5 Tahun
2016 tentang Uji Coba Teknologi Telekomunikasi, Informatika, dan Penyiaran;
2. Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1221 Tahun 2017 tanggal 8 Juni 2017 tentang Uji Coba Siaran Televisi Digital Terestrial; dan
3. Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara LPP TVRI dengan masing-masing LPS Penyedia Konten yang ikut serta dalam kegiatan Uji Coba Televisi Digital.
c) Waktu PelaksanaanSesuai dengan Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1227 Tahun 2017 tanggal 8 Juni 2017 tentang Uji Coba Siaran Televisi Digital Terestrial, Uji Coba TV Digital berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang.
|74|Laporan Kinerja
d) Lokasi Uji CobaUji coba siaran TV Digital saat ini sudah berlangsung (on air) dan diikuti oleh LPS Penyedia Konten di 12 kota (wilayah layanan), yaitu Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Medan, Batam, Surabaya, Semarang, Denpasar, Palembang, dan Makassar. LPP TVRI juga siap melakukan uji coba siaran TV Digital di 42 wilayah layanan (tabel wilayah layanan terlampir). Peta jangkauan siaran dan lokasi uji coba siaran TV Digital dapat dilihat pada Gambar 3.9 berikut ini.
Sumber: Direktorat Penyiaran, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kemkominfo, 2017
Gambar 3.9 Peta Jangkauan Siaran dan Lokasi Uji Coba Siaran TV Digital
stasiun tranmisi Digital TVRI
Uji Coba TV Digital Tahap III (9 Juni 2017 - 9 Juni 2018)
Penyedia Konten yang sudah On air uji Coba siaran TV Digital melalui Mux TVRI:• Jumlah Wilayah Layanan : 12•Jumlah Penyedia Konten : 39
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 5 Tahun 2016Uji Coba Teknologi Telekomunikasi, Informatika, dan Penyiaran
Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1227 Tahun 2017Uji Coba Siaran Televisi Digital Teresterial
e) Peserta Uji CobaKesepakatan uji coba antara LPP TVRI dengan LPS Penyedia Konten dituangkan dalam bentuk Nota Kesepahaman/Memorandum of Understanding (MoU) dan juga Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara LPP TVRI dengan masing-masing LPS Penyedia Konten.
Uji Coba Siaran TV Digital Tahap III sampai dengan saat ini diikuti oleh 39 LPS Penyedia Konten yang sudah ON AIR bersiaran di masing-masing wilayah layanan. Uji Coba dilaksanakan dengan LPP TVRI sebagai penyedia multiplekser.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|75|
Grafik 3.1 Jumlah LPS Peserta Uji Coba Siaran TV Digital Tahap I s.d III
Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kemkominfo, 2017
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0Jumlah LPS
Penyedia KontenJumlah LPS
Penyedia KontenJumlah LPS
Penyedia KontenWilayah Layanan
Wilayah Layanan
Wilayah Layanan
9 Juni 2016 9 Juni 2017 9 Juni 20189 Desember 2016
Tahap I Tahap II Tahap III
12 12 12
31
41 39
Dalam perjalanannya, LPS Penyedia Konten dapat mengikuti uji coba diluar wilayah layanan dimana IPP-nya berlaku. Keikutsertaan LPS Penyedia Konten dalam uji coba TV digital tidak berkaitan dengan proses perijinan, yang disanggupi oleh LPS penyedia konten dan dituangkan dalam Letter of Undertaking.
Tabel 3.16 Keikutsertaan LPS Penyedia Konten dalam Uji Coba TV digital
NO WILAYAH LAYANANPENYEDIA KONTEN
NAMA PT CALL SIGN
JABODETABEK
1 PT. Nusantara Media Mandiri NTV
2 PT. Inspira Televisi Indonesia INSPIRA
3 PT. Cipta Megaswara Televisi KOMPAS TV
4 PT. Gramedia Media Nusantara GRAMEDIA
5 PT. Detik TV Indonesia CNN
6 PT. TVMU Surya Utama TVMU
7 PT. Net Mediatama Televisi NET
8 PT. Media Inti Televisi Nusantara TEMPO TV
9 PT. Duta Anugerah Indah DAAI
10 PT. Badar Televisi Media Persada BADAR TV
11 PT. Merah Putih Satu Visi OPUS TV
TOTAL JAKARTA (11 PENYEDIA KONTEN)
BANDUNG
12 PT. Nusantara Media Mandiri Parahyangan NTV
13 PT. Inspira Televisi Indonesia INSPIRA
14 PT. Detik TV Indonesia CNN
15 PT. Bandung Persada Tivi Digital BP TV
16 PT. Pasundan Utama Televisi KOMPAS
17 PT. Televisi Anak Bandung NET TV
TOTAL BANDUNG (6 PENYEDIA KONTEN)
YOGYAKARTA
18 PT. Nusantara Media Mandiri Yogyakarta NTV
19 PT. Mitra Televisi Yogyakarta NET TV
20 PT. Inspira Media Televisi INSPIRA
21 PT. Tegar TV Yogyakarta TEGAR TV
22 PT. Terang Abadi Digital Satu Televisi TATV
TOTAL YOGYAKARTA (5 PENYEDIA KONTEN)
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|76|Laporan Kinerja
NO WILAYAH LAYANANPENYEDIA KONTEN
NAMA PT CALL SIGN
SURABAYA
23 PT. Nusantara Media Mandiri Yogyakarta NTV
24 PT. Inspira Televisi Indonesia INSPIRA
25 PT. Detik TV Indonesia CNN
26 PT. Televisi Anak Surabaya NET TV
TOTAL SURABAYA (4 PENYEDIA KONTEN)
SEMARANG
27 PT. Nusantara Media Mandiri Yogyakarta NTV
28 PT. Inspira Televisi Indonesia INSPIRA
29 PT. Industri Televisi Semarang NET TV
TOTAL SEMARANG (3 PENYEDIA KONTEN)
DENPASAR 30 PT. Nusantara Media Mandiri Yogyakarta NTV
TOTAL DENPASAR (1 PENYEDIA KONTEN)
MEDAN31 PT. Nusantara Media Mandiri Tapanuli NTV
32 PT. Inspira Medan Mulia INSPIRA
TOTAL MEDAN (2 PENYEDIA KONTEN)
MAKASSAR33 PT. Nusantara Media Mandiri NTV
34 PT. Inspira Televisi Indonesia INSPIRA
TOTAL MAKASSAR (2 PENYEDIA KONTEN)
PALEMBANG 35 PT. Nusantara Media Mandiri Tapanuli NTV
TOTAL PALEMBANG (1 PENYEDIA KONTEN)
PEKANBARU 36 PT. Nusantara Media Mandiri Tapanuli NTV
TOTAL PEKANBARU (1 PENYEDIA KONTEN)
BATAM 37 PT. Nusantara Media Mandiri Batam NTV
TOTAL BATAM (1 PENYEDIA KONTEN)
BANJARMASIN 38 PT. Nusantara Media Mandiri NTV
39 PT. Inspira Multi Talenta INSPIRA
TOTAL BANJARMASIN (2 PENYEDIA KONTEN)
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
f) Hasil Uji Coba1. Kendala Teknis:
a. Sinyal Lemah di beberapa lokasi dan beberapa daerah (Untuk wilayah layanan Jabodetabek, seperti Jalan Sudirman, Mega Kuningan, dll).
b. Sering terjadi freeze.c. Permintaan dan usulan dari LPS Penyedia Konten
untuk siaran High Definition (HD) di beberapa wilayah namun belum terealisasi.
d. TV Monitor di Mux TVRI terbatas jumlahnya sehingga tidak dapat memantau siaran secara bersamaan.
e. Kualitas Siaran Digital yang terbatas hanya Standard Definition (SD) tidak memberikan gambaran yang lebih baik dari kualitas analog.
Laporan Kinerja|77|
2. Rekomendasi:a. Perlunya penguatan sinyal (gap filler) di daerah-daerah
blank spot di wilayah layanan Jabodetabek.b. Untuk meningkatkan kualitas siaran dari SD ke HD di
wilayah layanan Jabodetabek dan wilayah layanan lainnya terdapat beberapa alternatif:i. Mengubah modulasi dari 64 Quadrature Amplitude
Modulation (QAM) menjadi 256 QAM dengan konsekuensi penurunan coverage area
ii. Memanfaatkan pemancar analog TVRI DKI & Banten (Channel 31) menjadi MUX Digital baru.• Diperlukan koordinasi dengan SDPPI.• Diperlukan penggantian exciter dan band pass
filter.• Diperlukan penambahan Headend.
c. Bila keadaan eksisting akan dipertahankan, sementara tambahan peralatan diproses, dapat didiskusikan bersama TVRI dan Penyedia Konten, khususnya untuk lokasi Jakarta, jumlah Penyedia Konten yang dapat bersiaran HD, dalam kapasitas yang disepakati. Selanjutnya secara bergantian, per minggu atau per bulan atau lainnya untuk bersiaran HD, sementara yg belum dapat giliran tetap bersiaran SD. Untuk lokasi lainnya, secara teknis siaran HD dapat segera disiarkan. Setelah itu, dilakukan survei hasil monitoring siaran HD di lokasi-lokasi tersebut.
3. Kendala Non Teknis:a. Penyedia Konten mengeluhkan mengenai koordinasi
antara Direktorat Pengembangan Usaha LPP TVRI dengan Direktorat Teknik LPP TVRI yang kurang baik terutama mengenai birokrasi yang terlalu rumit, sulit dan lama sehingga mempersulit penyedia konten yang akan bersiaran dan menambah wilayah layanan siaran uji coba TV Digital.
b. LPS Penyedia Konten mengusulkan penyediaan bandwidth yang memadai untuk siaran kualitas HD dan implementasi fitur layanan siaran digital untuk hasil siaran yang lebih baik, sehingga dapat menjadi suatu kelebihan dibandingkan siaran analog.
c. Tidak meratanya distribusi set top box di wilayah layanan yang sudah melakukan Uji Coba Siaran TV Digital, sehingga masyarakat sulit mendapatkan set top box.
d. Kurangnya sosialisasi dan promosi tentang TV Digital, sehingga masih ada masyarakat yang belum tahu dan mengerti tentang TV Digital.
e. LPS Penyedia Konten mengharapkan perpanjangan Uji Coba dengan harga PKS yg sama.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
f. LPS Penyedia Konten mengusulkan agar Menkominfo memberikan sertifikasi kepesertaan Uji Coba Siaran TV Digital bagi peserta yang telah mengikuti uji coba siaran TV digital.
4. Rekomendasi:a. Perlunya Kemkominfo memfasilitasi agar kerjasama
antara LPP TVRI dengan LPS Penyedia Konten dapat berjalan dengan baik dan saling memberikan kemudahan bagi kedua belah pihak, termasuk koordinasi internal antara Direktorat Pengembangan Usaha dan Direktorat Teknik LPP TVRI.
b. Perlunya kerjasama dengan industri penyedia set top box.
c. Pemberian subsidi set top box. Pemberian subsidi diberikan kepada masyarakat dengan
parameter pendapatan tertentu yang disepakati. Subsidi akan ditanggung bersama oleh Pemerintah, Penyelenggara Mux, Penyedia Konten, dan Industri Penyedia Set Top Box. Pihak industri penyedia set top box harus menjamin ketersediaan produk di seluruh wilayah Indonesia.
d. Melakukan Public Service Announcement (PSA) di siaran televisi dan berbagai bentuk kampanye lainnya.- Memasang logo TV Digital di setiap program siaran
yang sudah disiarkan secara digital;- Menayangkan running text diprogram siaran analog
yang ada saat ini;- Menayangkan talkshow yang membahas tentang TV
Digital;- Mengadakan seminar publik yang memberikan
informasi mengenai TV Digital dan juga mengakomodasi saran dan masukan dari publik;
- Iklan layanan masyarakat yang mensosialisasikan tentang TV Digital;
- Promo dan sosialisasi melalui media sosial.e. Usulan agar informasi tentang Uji Coba TV Digital
menggunakan “logo” uji coba yang seragam, sehingga pemirsa setiap saat dapat memahami bahwa siaran yang ditonton adalah siaran percobaan.
f. Usulan agar dilakukan survei pemirsa/masyarakat untuk meminta pendapat mengenai siaran uji coba TV digital.
|78|Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Realisasi Digital DividendJaringan telekomunikasi broadband yang tangguh untuk pengiriman informasi secara cepat menjadi syarat mutlak untuk pertumbuhan ekonomi. Bagi kehidupan sehari-hari dan bisnis, jaringan broadband telah sama pentingnya seperti jaringan transportasi (kendaraan), atau jaringan distribusi energi (gas, listrik) dan air. Ketersediaan infrastruktur broadband adalah dasar untuk layanan broadband yang inovatif dengan potensi ekonomi yang tinggi, seperti, eWork, eGovernment, eHealth dan eLearning. Tuntutan adanya akses yang menawarkan kapasitas data yang tinggi dan mobilitas mendorong dibukanya spektrum-spektrum frekuensi yang baru. Migrasi televisi analog ke digital menawarkan suatu opsi yang sangat menarik, yaitu sistem yang lebih efisien dalam menggunakan frekuensi. Efisiensi dari penggunaan sistem TV digital (Digital Video Broadcasting, DVB) ditandai dengan menjadi kosongnya sebagian tempat di frekuensi UHF. Digital Dividend ini dapat dimanfaatkan oleh otoritas telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan spektrum untuk layanan broadband.
Sosialisasi TV DigitalDalam rangka mendukung upaya Analog Switched Off dapat terselenggara dengan baik, diperlukan sosialisasi kepada masyarakat. Pada Tahun 2016, telah diselenggarakan sosialisasi di Bandung dan Yogyakarta. Tahun 2017 telah dilaksanakan di 5 lokasi yaitu: (1) Semarang, Jawa Tengah, (2) Makassar, Sulawesi Selatan, (3) Padang, Sumatera Barat, (4) Banda Aceh, Aceh, dan (5) Manado, Sulawesi Utara.
Tabel 3.17 Capaian Sosialisasi TV Digital
Indikator Kinerja
2016 2017
Target Realisasi % Target Realisasi %
Sosialisasi TV Digital 9 lokasi 2 lokasi
22%(justifikasi: adanya pengurangan
anggaran akibat kebijakan kementerian)
4 lokasi 5 lokasi 125%
1.7 Persentase (%) nelayan dan Petani Go DigitalDalam mensukseskan fokus pembangunan pemerintah Indonesia Tahun 2015 – 2019 diantaranya adalah mendukung pencapaian Nawacita 3 dan Nawacita 7, sejak Tahun 2017 Kementerian Kominfo merancang program Ekonomi Kerakyatan Berbasis Digital, diantaranya program “Petani dan Nelayan Go Online” yang diharapkan dapat memberikan solusi atas permasalahan di sektor pertanian dan perikanan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Laporan Kinerja|79|
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|80|Laporan Kinerja
Tujuan dari program ini adalah untuk memberikan solusi atas permasalahan di sektor pertanian dan perikanan dengan memfasilitasi pemanfaatan aplikasi yang tepat untuk menunjang usaha petani dan nelayan serta kinerja sektor pertanian dan perikanan. Pendampingan edukasi kepada petani dan nelayan juga dilakukan untuk menambah wawasan mengenai pemanfaatan TIK. Manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:• Meningkatnya produktivitas dan kesejahteraan petani dan
nelayan;• Meningkatnya pendapatan di sektor pertanian dan perikanan;• Petani dan nelayan dapat merencanakan kegiatan usaha mereka
lebih baik dan produktif;• Petani dan nelayan mendapatkan pengetahuan yang diperlukan
untuk meningkatkan produktivitas usaha mereka;• Petani dan nelayan dapat menjual hasil usaha atau komoditas
mereka kepada pembeli langsung tanpa perantara;• Petani dan nelayan mendapatkan pendampingan edukasi
mengenai penggunaan TIK sebagai sarana mendapatkan informasi yang menunjang lapangan pekerjaan dan usaha mereka.
Tabel 3.18 Capaian Persentase (%) Nelayan dan Petani Go Digital
Indikator Kinerja Satuan2015 2016 2017 Capaian 2017
(%)Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1.7 Persentase (%) nelayan dan petani go digital
% - - - -
300.000 petani dan nelayan
333.515 petani dan nelayan yang ter-register di aplikasi
110%
Tabel 3.18 menunjukkan capaian dari program nelayan dan petani go online yaitu sebesar 110% dengan realisasi sebanyak 333.515 petani dan nelayan yang ter-register di aplikasi-aplikasi yang khusus terkait dengan sektor pertanian dan perikanan. Adapun detil penjelasan mengenai petani dan nelayan yang menjadi target dari program ini serta kriteria pemilihannya adalah sebagai berikut:
1. PetaniPetani yang dimaksud adalah petani tanaman pangan dan hortikultura yang berada di Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan. Fokus utama program Petani Go Digital adalah proyek roll-out ke Jawa Barat, sementara di Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan akan dilakukan proyek pilot. Ketiga provinsi ini dipilih menjadi daerah target program berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:• Banyaknya rumah tangga usaha pertanian (wilayah dengan
jumlah rumah tangga usaha pertanian berkisar antara 300.000 s.d 1.327.000 unit rumah tangga)
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|81|
• Banyaknya jumlah kelompok tani (Poktan) dan penyuluh (wilayah dengan jumlah kelompok tani berkisar antara > 25.000 s.d < 50.000 poktan dan jumlah penyuluh berkisar antara > 2.000 s.d 6.000 orang)
• Tingginya produksi tanaman pangan dan hortikultura
Gambar 3.10 Peta Rumah Tangga Usaha Pertanian
Banyaknya Rumah Tangga Usaha Pertanian
SulawesiSelatan
Jawa Barat
Sumatera Selatan
130.000 130.001 - 316.000 316.001 - 779.000 779.001 - 1.327.000 1.327.000
Sumber: Sensus Pertanian 2013, Badan Pusat Statistik
fokus program
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0
0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000
Jum
lah
Pokt
an
Jateng
Sulsel
Sumut
Sumsel
JatimJabar
Jumlah Penyuluh
Gambar 3.11 Jumlah Kelompok Tani dan Penyuluh Menurut Provinsi
Sumber: Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan Pertanian, Kementerian Pertanian
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|82|Laporan Kinerja
Bawang Merah Kedelai Cabai Rawit
65%
0%35%
54%
9%
37% 95%
3%2%
Jawa Barat sulawesi selatan sumatera selatan
Grafik 3.2 Kontribusi Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2015
Sumber: www.pertanian.go.id, 2015
2. NelayanNelayan yang dimaksud adalah nelayan dengan kapal di bawah 10 GT di Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Fokus utama program nelayan adalah proyek roll-out ke Jawa Timur, sementara di Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan akan dilakukan proyek pilot. Ketiga provinsi ini dipilih menjadi daerah target program berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:•Besarnya kepadatan rumah tangga usaha perikanan (wilayah dengan jumlah rumah tangga
perikanan tangkap di laut berkisar antara > 30.000 s.d 60.000 unit rumah tangga)•Besarnya produksi perikanan tangkap (wilayah dengan jumlah produksi perikanan tangkap
di laut berkisar antara 300.000 s.d 500.000 ton)•Banyaknya jumlah perahu yang terdapat di provinsi pilihan
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
0
0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000
Jum
lah
Peri
kana
n Ta
ngka
p di
Lau
t (t
on)
Maluku
Sumatera Utara
Sulawesi SelatanSulawesi Tengah
Jawa Timur
Jumlah Rumah Tangga Perikanan Tangkap di Laut (unit)
Gambar 3.12 Kepadatan Rumah Tangga Usaha Perikanan vs Produksi Perikanan Tangkap di Laut (Ton)
Sumber: Statistik Indonesia, 2016
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|83|
Gambar 3.13 Jumlah Perahu yang Terdapat di Provinsi vs Produksi Perikanan Tangkap di Laut (Ton)
Sumber: Statistik Indonesia, 2016
Prod
uksi
Per
ikan
an T
angk
ap L
aut
(ton
)
Jumlah Perahu / Kapal
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000
Maluku
Sumatera Utara
Sulawesi SelatanSulawesi Tengah
Jawa Timur
Sumatera Utara Jawa Timur Sulawesi Selatan
97%
3%
89%
11%
99%
1%
Di bawah 10 GT Di atas 100 GT 11 - 100 GT
Grafik 3.3 Populasi Perahu di Fokus Area
Sumber: data.go.id, 2016
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|84|Laporan Kinerja
Program Fasilitasi dan Pendampingan Edukasi Petani dan Nelayan Go Online terdiri dari 6 program pendukung, yaitu:
1. fasilitasi Aplikasi Informasi Pengendalian Stok NasionalProgram ini bertujuan untuk menyediakan informasi stok panen nasional, termasuk memberikan informasi jadwal tanam dan jadwal panen, dan kebutuhan informasi yang bersifat pengumpulan data nasional yang bermanfaat untuk menjadi pendukung keputusan petani dalam proses pertanian.
2. fasilitasi Aplikasi Penyuluhan Pertanian Berbasis OnlineProgram untuk mendorong pengembangan penyuluhan pertanian berbasis online dari pelaku industri aplikasi digital yang dapat diakses dan bernilai manfaat bagi petani.
3. fasilitasi Aplikasi Marketplace Pertanian OnlineProgram untuk mendorong pengembangan marketplace online bagi petani yang dapat memotong jalur tengkulak sehingga dapat langsung mendapatkan kepastian pembeli tanpa adanya perantara yang dapat merugikan petani.
4. fasilitasi Aplikasi Informasi Dasar Bagi NelayanProgram ini bertujuan mengembangkan aplikasi yang bisa memberikan informasi mengenai pasar ikan, harga alat tangkap ikan, cuaca, daerah penangkapan, lokasi BBM terdekat (SPDN), harga ikan, dan logistik.
5. fasilitasi Aplikasi Marketplace Perikanan OnlineProgram untuk mendorong pengembangan marketplace online bagi nelayan yang dapat memotong jalur tengkulak sehingga dapat langsung mendapatkan kepastian pembeli tanpa adanya perantara yang dapat merugikan nelayan.
6. Pendampingan Edukasi Petani dan Nelayan Go OnlineProgram pendampingan edukasi terkait penggunaan dan pemanfaatan aplikasi-aplikasi yang disebut di poin 1-5. Hal ini sangat penting dalam memastikan manfaat dari aplikasi-aplikasi tersebut tersalurkan ke petani dan nelayan target.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|85|
Dalam memberikan solusi atas permasalahan di sektor pertanian dilakukan dengan memfasilitasi pemanfaatan aplikasi yang tepat untuk menunjang usaha petani serta kinerja sektor pertanian, meliputi: Fasilitasi Pemanfaatan Aplikasi Marketplace, Informasi Stok Nasional dan Penyuluhan Pertanian Online. Dalam rangka menghadirkan solusi digital untuk menyelesaikan isu-isu terkait petani, maka Direktorat Pemberdayaan Industri Informatika melakukan identifikasi pelaku industri yang bergerak di sektor pertanian, diantaranya:1. Eragano (pembelian kebutuhan produksi pertanian,
pendampingan budidaya, akses permodalan, asuransi pertanian, marketplace pertanian)
2. TaniHub (pembelian kebutuhan produksi pertanian, akses permodalan, marketplace)
3. LimaKilo (marketplace pertanian)4. 8villages (penyuluhan pertanian)
Sedangkan Implementasi kegiatan yang dilakukan dalam rangka Fasilitasi Implementasi Program “Nelayan Go Online” telah dilakukan kegiatan dengan timeline sebagai berikut:
Tabel 3.19 Timeline Implementasi Program Nelayan Go OnlineAktivitas/Milestone Juli Agustus September Oktober November Desember
Implementasi Program Nelayan Go Online
Membantu pelaku industri informatika on boarding nelayan
Kabupaten Jember, Kabupaten Maros
Kota Makassar, Kota Medan, Kabupaten Gresik
Kabupaten Pesawaran,Kota Balikpapan,Kota Banda Aceh
Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Subang
Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Pemalang
Kota Batam
Sumber: Direktorat Pemberdayaan Industri Informatika, Ditjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo, 2017
101.544 nelayan yang ter-registrasi di aplikasi nelayanpintar, dan aruna. Dan 231.971 petani yang sudah ter-registrasi melalui aplikasi Limakilo, dan Eragano. Target tersebut dicapai melalui kegiatan fasilitasi kepada pengembang aplikasi serta edukasi kepada 4.760 petani dan nelayan.
Tabel 3.20 Capaian Edukasi Petani dan Nelayan Go Online Tahun 2017
2017Target Capaian
Kegiatan Peserta Kegiatan Peserta
Petani 24 2.400 31 3.760
Nelayan 12 1.200 9 1.000
Jumlah 36 3.600 40 4.760
Sumber: Direktorat Pemberdayaan Industri Informatika, Ditjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo, 2017
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|86|Laporan Kinerja
Berdasarkan Tabel 3.20, penerima manfaat dari program Fasilitasi dan Pendampingan Edukasi Petani dan Nelayan Go Online terdiri atas penerima manfaat langsung yaitu sebanyak 3.600 target peserta petani dan nelayan, dan penerima manfaat tidak langsung yang dilakukan dengan sistem getok tular dimana 3.600 orang petani/nelayan yang telah mengikuti pelatihan dapat menjadi trainer dan dapat mengajarkan pada petani/nelayan lainnya.
Program petani dan nelayan go online tidak lepas dari kendala yang ada. Adapun kendala yang dihadapi antara lain:1. Masih banyak petani dan nelayan yang tidak memiliki akses ke
smartphone;2. Partisipasi yang rendah/kurangnya minat petani dan nelayan
untuk bergabung dalam program petani dan nelayan karena banyak yang belum terbiasa dalam menggunakan aplikasi mobile;
3. Kurangnya keterlibatan dari pemda/dinas pertanian dan perikanan setempat dalam mengumpulkan petani dan nelayan di daerah target program.
Solusi/langkah yang diambil untuk mengatasi permasalahan diatas antara lain:1. Memprioritaskan pelaksanaan program untuk petani dan nelayan
yang sudah memiliki smartphone;2. Memfasilitasi penyediaan smartphone untuk petani dan nelayan
melalui kerjasama dengan operator seluler dan perbankan;3. Bekerjasama dengan pelaku industri informatika dalam persiapan
materi edukasi agar disesuaikan dengan kompetensi petani dan nelayan;
4. Menjelaskan kepada pemda/dinas pertanian dan perikanan terkait maksud dan tujuan program;
5. Melakukan fasilitasi dan pendampingan edukasi pada daerah yang lebih terbuka dalam program ini terlebih dahulu.
1.8 Persentase (%) uMKM Go DigitalVisi pemerintah ialah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi digital terbesar pada Tahun 2020. Presiden Joko Widodo sendiri telah menyatakan bahwa ekonomi digital dapat membawa manfaat besar bagi rakyat, khususnya bagi pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Menurut Presiden, bentuk dukungan pemerintah kepada UMKM diantaranya adalah melalui deregulasi kebijakan, pelatihan pengembangan kapasitas UMKM, dan penyediaan infrastruktur telekomunikasi yang memadai.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
UMKM Indonesia
>56juta unit
Laporan Kinerja|87|
Dalam pertemuan antar Kepala Negara ASEAN dengan Presiden Amerika Serikat (KTT ASEAN-AS) pada Februari 2016, Presiden Joko Widodo meyakini bahwa UMKM akan menjadi salah satu sektor yang penting di era perdagangan bebas. Setidaknya sekitar 88,8% hingga 99,9% pilar usaha di ASEAN adalah UMKM, yang menyerap 51,7% hingga 97,2% tenaga kerja di ASEAN. Adapun di Indonesia, saat ini jumlah UMKM tak kurang dari 57-60 juta unit.
Advanced online businesses have connectivity, social web integration and e-commerce capabilities. We note that beyond this level of digital engagement, there are many other ways in which businesses can embrace digital technology but these are not a focus of this research.
Intermediate online businesses have digital connectivity and were also immersed in social media by integrating website with social media, live chat or customer threads. These businesses do not have full e-commerce capabilities.
Basic online businesses have broadband access and a digital device such as a computer or smartphone and have a website. However, the businesses are not involved in social media (only email) and do not have e-commerce capabilities for ordering or payment.
Based on analysis of the data, offline businesses are defined as those who do not have access to broadband, do not have a computer or smartphone and do not have a website.
SMEs contribution to GDP 2012:
� 59,08%equaltoIDR4.869,3Billion (National GDP 2012: IDR 8.241,9 Billion);� Internethad contributed 1.6% (IDR 131,8
Billion) to the National GDP;� SMEsonline(5,08Munit)had
contributed 0,14% (IDR 11,87 Billion) to the National GDP;
36%37% 18% 9%
Intermediate online businesses
Basic online businessesoffline
businessesadvanced
online businesses
Indonesia’s SMEs (UMKM) Landscape
CONTRIBUTION TO GDP:IDR 876,5 BILLION
CONTRIBUTION TO GDP:IDR 1.801,6 BILLION
CONTRIBUTION TO GDP:IDR 1.753 BILLION
TOTAL NO. OF SMES: 56,534,591 UNIT
MEDIUM: 48K UNIT
SMALL: 629K UNIT
MICRO: 55,8 M UNIT
Indonesia’s SMEs Segmentation
Source:Stancombe Research & Planning, Deloitte Access Economics, 2015
Intermediate online
18%
Basic online37%
CONTRIBUTION TO GDP:IDR 438,2 BILLION Advanced
online
9%
Offline36%
SMEs Contribution to GDP
Source:Ministry of Cooperatives & SMEs, 2012
Source:Ministry of Cooperatives & SMEs, 2012; BPS, 2012; BI
SMEs contribution to GDP 2012: 59,08% equal to IDR 4.869,3 Billion (National
GDP 2012: IDR 8.241,9 Billion) Internet had contributed 1.6% (IDR 131,8
Billion) to the National GDP; SMEs online (5,08 M unit) had contributed
0,14% (IDR 11,87 Billion) to the National GDP
36% 37% 18% 9%
SMEs to Digital
potential target
Gambar 3.14 Lanskap UMKM Indonesia
Sumber: Stancombe Research & Planning, Deloitte Access Economics, 2015; Kementerian KUKM, 2012, BPS, 2012
Berdasarkan catatan firma Deloitte yang telah melakukan jajak pendapat terhadap 437 UMKM di Indonesia pada Tahun 2015, ditemukan fakta bahwa UMKM yang aktif menggunakan internet akan bisa memperoleh pendapatan 80 persen lebih tinggi dibandingkan mereka yang masih secara konvensional. Diyakini pula bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih berada pada posisi 4,6%, akan dapat meningkat dua persen lagi.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
UMKM yang aktif menggunakan internet
80%akan memperoleh
pendapatan lebih tinggi dibandingkan mereka yang masih secara konvensional
|88|Laporan Kinerja
Positioning UMKM in Indonesia 2020 Digital Economy Vision
Benefit of digital technologies for Indonesian SME1. Up to 80% higher
growth in revenue2. One and half times
more likely to increase employment
3. 17 times more likely to be innovative
4. SME’s with higher digital engagement are more competitive internationally
Sumber: Stancombe Research & Planning, Deloitte Access Economics, 2015
Mc Kinsey Global Institude Report:SME’s heavily using web technologies grow 2X as much as other
Sumber: Mc Kinsey Research
Boosting SME’s digital engagement could increase Indonesia’s annual economic growth by 2%
Sumber:World Bank Research
� 9% of SMEs (Advanced online/already by digital)� 18% of SMEs (Intermediate online/ready to digital) digital started on 2017 2015-2017 GDP growth of
6,23%/year (source: BPS, GDP growth data in 2012)
Using Mc Kinsey Research: SME’s heavily using web technologies grow 2X as much as other Perhitungan tahun 2015 berdasarkan PDB tahun 2012
Assumptions
Information
Grafik 3.4 Posisi UMKM pada Visi Ekonomi Digital Indonesia 2020
16.000,0
14.000,0
12.000,0
10.000,0
8.000,0
6.000,0
4.000,0
2.000,0
0 2015 2016 2017 2018 2019 2020
14.023,6
7.011,8
3.505,9
1.753,0876,5
438,2876,5 931,1
989,11.978,2
3.956,3
7.912,7
Sumber: Stancombe Research & Planning, 2015; Deloitte Access Economics, 2015; BPS, 2012; Mc Kinsey Research, World Bank Research
PDB: 18% UMKM ready to Digital PDB: 9% UMKM already Digital(dalam triliun Rp)
Program Fasilitasi 8 Juta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Go Online bertujuan menciptakan 8 Juta UMKM Indonesia untuk masuk kedalam platform pasar online yang dimulai pada pertengahan Tahun 2017. Pengertian dari Program Fasilitasi 8 Juta UMKM Go Online dengan melihat peran yang dimiliki Kemkominfo sebagai representasi Pemerintah adalah menginisiasi gerakan yang dilakukan bersama seluruh pihak terkait untuk meningkatkan kesadaran
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|89|
masyarakat termasuk UMKM terhadap penggunaan platform pasar online dan mendukung program platform pasar online dalam menjadikan UMKM sebagai merchant pada pasar online mereka. Tujuan dari program tersebut ialah membuka peluang pasar baru dan konsumen baru bagi UMKM Indonesia baik di ranah regional maupun global. Manfaat yang diharapkan dari adanya program Fasilitasi 8 juta UMKM Go Online adalah “Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional” sejalan dengan amanat Nawacita 6.
Tahapan yang dilakukan mencakup:a) Melakukan sosialisasi serta koordinasi dengan pihak-pihak terkait
secara internal dan eksternal dalam mempersiapkan pelaksanaan melalui Rapat Koordinasi/Focus Group Discussion dan penyerahan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan stakeholder untuk menjalin kerja sama;
b) Menyusun strategi komunikasi dalam meningkatkan awareness terhadap program Fasilitasi 8 juta UMKM Go Online yang akan dilakukan hingga 2019;
c) Melakukan edukasi dan pendampingan bagi UMKM untuk melakukan pemasaran produk secara online;
d) Melakukan rekapitulasi dengan pihak e-commerce players dalam memantau pencapaian konversi dari UMKM menjadi e-UMKM;
e) Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan dengan tim pelaksana untuk dapat menyesuaikan TOR yang paling efektif.
Untuk melaksanakan program ini dilakukan tahapan kegiatan sebagai berikut:a) Penyusunan Materi Edukasi Penyusunan Materi Edukasi dilakukan dalam rangka menyusun
secara bersama serta meminta masukan dengan stakeholder terkait untuk materi edukasi UMKM Go Online yang dihasilkan melalui: Public Service Announcement (PSA)/Iklan Layanan Masyarakat, Instagram, Facebook, Video Animasi, dan Website (http://umkmgoonline.id). Koordinasi Pembuatan Materi dilakukan dengan: Marketplace, Relawan TIK dan Direktorat Penyediaan dan Pengelolaan Informasi, Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kemkominfo.
b) Edukasi UMKM Go Online Edukasi UMKM Go Online Tahun 2017 sudah dilakukan bekerjasama
dengan Pemerintah Daerah dan Marketplace di 61 lokasi yang dilaksanakan dengan jumlah peserta sebanyak 12.507 orang. Koordinasi Edukasi UMKM Go Online juga telah dilakukan dengan Kementerian KUKM, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan PT. Komunikasi Indonesia.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
program Fasilitasi
8juta
UMKMGo Online
|90|Laporan Kinerja
c) Perjanjian Kerja Sama Dilakukan dengan berbagai stakeholder terkait untuk meng-
online-kan pelaku UMKM. Proses Perjanjian Kerja Sama dilakukan dengan: IdEA, Marketplace, dan Nurbaya Initiatives.
Terdapat perubahan target pada Tahun 2017 yang semula ditargetkan sebanyak 1.000.000 UMKM Go Online menjadi 29.000 UMKM Go Online. Hal ini disebabkan karena kurangnya sumber daya anggaran akibat kebijakan nasional penghematan APBN, serta perubahan Term of Reference (TOR) Program Fasilitasi 8 Juta UMKM Go Online dimana perubahan tersebut mencakup beberapa aspek penting antara lain: pendanaan, metodologi, dan rencana kerja serta implementasinya. Seluruh target Tahun 2017 akan di carry over di Tahun 2018.
Capaian dari pelaksanaan program Fasilitasi 8 Juta UMKM Go Online dapat dilihat pada Tabel 3.21 berikut ini.
Tabel 3.21 Capaian Persentase (%) UMKM Go Digital
Indikator Kinerja Satuan2015 2016 2017 Capaian
2017(%)Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1.8 Persentase (%) UMKM Go Digital
% - - - -
0,05%(29.000
UMKM dari 56.000.000
UMKM)
0,02% (12.507
UMKM dari 56.000.000
UMKM)
40 %
Tabel 3.22 Rekapitulasi Fasilitasi UMKM Go Online 2017
Market Place Jumlah Lokasi Jumlah Peserta
LAZADA 6 1.375
SHOPEE 22 3.487
BLIBLI 12 2.870
BLANJA 8 2.450
BUKALAPAK 6 900
TOKOPEDIA 1 200
NURBAYA 5 950
MATAHARI MALL
1 275
Jumlah 61 Lokasi 12.507 Peserta
28%
22%
20%
11%
8%
7%2% 2%
ShopeeBlibli.comBlanja.com
Lazada TokopediaNurbaya Matahari MallBukalapak
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Kendala capaian yang rendah tersebut antara lain:a) Infrastruktur (akses internet, kepemilikan gawai) tidak merata;b) Masih rendahnya tingkat literasi digital;c) Pemahaman TIK dari UMKM yang rendah, lebih suka jualan online
di Facebook dan Instagram.
Upaya perbaikan ke depan yang akan dilakukan untuk mencapai target yang diharapkan adalah sebagai berikut:1. Koordinasi dengan K/L dan stakeholder serta memetakan
kontribusi yang mungkin dapat diberikan oleh setiap stakeholder;2. Materi kampanye dalam bentuk logo, iklan PSA, video- video, press
release dan sosial media mulai dibuat. Pembuatan materi kampanye dilaksanakan untuk meningkatkan awareness masyarakat kepada program dan memanggil masyarakat untuk berpartisipasi dalam program;
3. Pelaksanaan kegiatan direct yang berupa roadshow serentak di beberapa lokasi perlu dilakukan untuk mengevaluasi visibilitas pelaksanaan program.
1.9 Persentase (%) Desa di Wilayah Perbatasan, Daerah Tertinggal Termasuk Lokpri Tersedia Layanan Digital
Broadband merupakan akses internet dengan jaminan konektivitas always-on dan memiliki kemampuan untuk memberikan layanan triple-play yang baik berdasarkan nilai Quality of Experience dari pengguna. Didukung dengan Costumer Premise Equipment (CPE) yang bisa menjalankan konten aplikasi yang produktif. Dalam hal ini infrastruktur Broadband memiliki kontribusi signifikan untuk pertumbuhan ekonomi kota, kabupaten dan provinsi.
Definisi dari Program Desa Broadband Terpadu adalah penyediaan infrastruktur dan akses layanan informasi (broadband) di wilayah non komersial yang didukung dengan CPE serta konten aplikasi yang produktif dalam pemberdayaan masyarakat. Setelah pada Tahun 2015 dilaksanakan program Desa Broadband Terpadu di 50 Desa secara komunal, diperlukan metode pembanding yakni secara personal dimana perangkat secara langsung diberikan kepada warga desa secara personal. Oleh karena itu, di Tahun 2016, target pembangunan 100 Desa Broadband Terpadu (DBT) ditunda dahulu untuk pemetaan dan uji coba metoda pembanding yakni secara personal. Untuk mengimplementasikan metode personal dengan baik diperlukan pemetaan lebih lanjut mengenai kebutuhan aplikasi, konten, dan teknis pemberdayaan SDM agar masyarakat di daerah tersebut mampu menyesuaikan diri dengan kehadiran pitalebar. Melalui pemetaan tersebut, diharapkan aplikasi dan konten yang diterima oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan.
Laporan Kinerja|91|
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|92|Laporan Kinerja|92|Laporan Kinerja
Untuk itu, di Tahun 2016 dilaksanakan uji coba di 3 lokasi, yaitu:1) Desa Meskon, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Provinsi
Riau (Desa Nelayan)2) Desa Fatukbot, Kecamatan Atambua Selatan, Kabupaten Belu,
Provinsi Nusa Tenggara Timur (Desa Pertanian)3) Desa Panca Karsa 1, Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato,
Provinsi Gorontalo (Desa Pedalaman).
Uji coba ini telah berjalan dengan baik. Aplikasi yang sudah terintegrasi telah disosialisasikan kepada masyarakat bersamaan dengan pelatihan promosi dan pendampingan.
Gambar 3.15 Lokasi Desa Piloting Program Desa Broadband Terpadu (DBT)
Desa MeskonPiloting Desa nelayan
Desa Panca Karsa 1Piloting Desa Perdalaman
Desa FatukbotPiloting Desa Petani
Sumber: Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Kemkominfo, 2017
Di Tahun 2017 telah dilaksanakan kembali program Desa Broadband Terpadu (DBT) dengan sasaran desa-desa di wilayah 3T supaya terbebas dari buta internet. Pelaksanaan pendampingan dan pengembangan SDM ini ditargetkan untuk dilaksanakan di 150 desa. Namun, pada pelaksanaannya, berhasil dilaksanakan di 222 desa sebagai berikut:
200
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Pendampingan dan pengembangan SDM berhasil dilaksanakan
di 222desa
Laporan Kinerja|93|
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.23 Lokasi Pelaksanaan Pendampingan dan Pengembangan SDM Program Desa Broadband Terpadu
Provinsi Jumlah Provinsi Jumlah
Aceh 5 Sulawesi Tenggara 2
Bangka Belitung 1 Gorontalo 15
Banten 5 NTT 21
Jawa Barat 13 NTB 8
Jawa Tengah 14 Maluku 10
Yogyakarta 3 Maluku Utara 3
Jawa Timur 9 Riau 7
Kalimantan Barat 10 Bengkulu 2
Sulawesi Utara 5 Jambi 5
Sulawesi Selatan 4 Kep Riau 3
Papua 8 Papua Barat 4
Sumatera Utara 4 Sumatera Barat 3
Sumatera Selatan 6 Lampung 23
Bali 5 Kalimantan Utara 13
Kalimantan Timur 2 Kalimantan Tengah 1
Kalimantan Selatan 1 Sulawesi Barat 4
Sulawesi Tengah 3
Total 222 Desa
Sumber: Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Kemkominfo, 2017
Berdasarkan arahan pimpinan, pada Tahun 2017 Program Desa Broadband Terpadu mengalami perubahan konsep menjadi Solusi Desa Broadband Terpadu (SDBT) melalui penyediaan Network, Device, Application, dan Capacity building (NDACb) yang tepat untuk masyarakat di desa 3T dan Lokasi Prioritas (LokPri) yang dibagi menjadi desa petani, desa nelayan dan desa pedalaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan memberikan akses ke pasar/marketplace agar mendapatkan harga jual yang terbaik demi meningkatkan kesejahteraannya.
Total 222Desa
5
4
3
6
1
5
7
232
3
3 95
1
21
2
1
4
8
32
4
54
3
15
10
8
13
14135
Laporan Kinerja|93|
|94|Laporan Kinerja
DevicePenyediaan device/perangkat personal untuk penggunaan aplikasi
AplikasiPenyediaan aplikasiyang relevan dengankebutuhan masyarakat
Capacity BuildingPembinaan dan pendampingan
NetworkPenyediaan jaringan/network di desa 3T dan LokPri
SolusiTerpadu
“Beneficiary Driven”
Gambar 3.16 Program Solusi Desa Broadband Terpadu (SDBT)
Sumber: Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Kemkominfo, 2017
Manfaat yang ingin dicapai adalah meningkatkan tingkat pendapatan di sektor pertanian dan nelayan, melalui:•Meningkatnya produktivitas dan kesejahteraan petani dan nelayan;•Petani dan nelayan dapat merencanakan kegiatan usaha mereka
lebih baik dan produktif;•Petani dan nelayan dapat memperoleh pengetahuan yang diperlukan
untuk meningkatkan produktivitas usaha mereka;•Petani, nelayan dan penduduk pedalaman dapat menjual hasil usaha
atau komoditas mereka kepada pembeli langsung tanpa perantara;•Meningkatkan akses kesehatan, keamanan dan keselamatan dasar
bagi petani, nelayan dan penduduk pedalaman.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|95|
Sedangkan penerima manfaat dari adanya program ini adalah:•Masyarakat di 500 desa 3T dan Lokpri•Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia•Kementerian/Lembaga/Badan, Pemerintah Desa dan Masyarakat
Desa•Operator telekomunikasi
Salah satu proses dari program ini adalah penyediaan sebuah aplikasi mobile terintegrasi yang sesuai untuk masing-masing desa petani, desa nelayan dan desa pedalaman. Sehubungan dengan kebutuhan aplikasi mobile SDBT tersebut, pihak KemKominfo telah mengadakan sayembara untuk aplikasi yang akan digunakan SDBT dengan melibatkan kaum muda. Setelah itu, dilakukan piloting di 3 desa berikut untuk dijadikan sasaran uji coba aplikasi hasil sayembara tersebut:
1. Desa Meskom, Kec. Bengkalis – RiauTerletak pada daerah perbatasan dimana sudah tersedia jaringan 3G dan jaringan listrik yang baik. Berdasarkan mayoritas mata pencaharian penduduk diklasifikasikan menjadi desa nelayan.
2. Desa Panca Karsa I, Kec. Taluduti – GorontaloTerletak pada daerah tertinggal dimana sudah tersedia jaringan 2G dan jaringan listrik. Desa ini diklasifikasikan menjadi desa pedalaman.
3. Desa fatukbot, Kec. Atambua – NTTTerletak pada daerah perbatasan dimana sudah tersedia jaringan 3G dan jaringan listrik yang baik. Berdasarkan mayoritas mata pencaharian penduduk diklasifikasikan menjadi desa petani.
Berdasarkan data pada Tabel 3.24, capaian dari indikator ini adalah sebesar 150%, dihitung dari jumlah realisasi Desa Broadband Terpadu ditambah desa piloting dibandingkan dengan target.
Tabel 3.24 Capaian Persentase (%) Desa di Wilayah Perbatasan, Daerah Tertinggal Termasuk Lokpri Tersedia Layanan Digital
Indikator Kinerja Satuan2015 2016 2017
Capaian 2017(%)Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1.9 Persentase (%) desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri tersedia layanan digital
% - 50 lokasi - 3 lokasi 2,7% (150 DBT)
4,02% (222
lokasi) + 3 desa piloting
150%
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
SDBT Realisasi Tahun 2017
222lokasi
+ 3desa Piloting
|96|Laporan Kinerja
Beberapa kendala yang ditemukan saat melakukan uji coba ke 3 desa piloting adalah sebagai berikut:
Desa Nelayan
1. Penggunaan radio atau ponsel pintar yang masih sangat minim
2. Ponsel hanya digunakan untuk SMS dan telepon
3. Belum ada forum formal nelayan
4. Tidak ada fasilitas penyimpanan hasil tangkapan
5. Kualitas dan jangkauan sinyal yang buruk
6. Aktifitas jual beli yang sulit untuk diubah
7. Belum ada penyuluhan mengenai proses pengolahan hasil tangkapan
Desa Petani
1. Belum terbiasa menggunakan ponsel pintar
2. Mayoritas petani berusia tua dan sulit menerima adanya kemajuan teknologi (digital divide)
Desa Pedalaman
1. Jaringan telepon yang buruk
2. Biaya telekomunikasi yang mahal
3. Sulitnya akses masuk maupun keluar dari desa
4. Sulitnya persebaran informasi dan relasi dengan desa lain
1.10 Jumlah Anak-anak, Wanita, Disabilitas dan Pelajar yang Memperoleh Literasi TIK
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam kehidupan milenial merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Transisi digitalisasi pada berbagai bidang kehidupan telah mengubah banyak pola bisnis. Percepatan inovasi teknologi informasi dan komunikasi diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Untuk memenuhi tantangan membangun masa depan digital yang tangguh, pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) yang bertugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara perlu memiliki kebijakan publik yang adaptif dengan perkembangan yang ada melalui literasi TIK.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|97|
Literasi TIK ialah kemampuan menggunakan teknologi digital, alat komunikasi dan atau jaringan untuk Mendefinisikan (Define), Mengakses (Access), Mengelola (Manage), Mengintegrasikan (integrate), Mengevaluasi (evaluate), Menciptakan (create) dan Mengkomunikasikan (communicate) informasi secara baik dan legal dalam rangka membangun masyarakat berpengetahuan. Literasi TIK merupakan sarana penting untuk dapat bersaing di dunia kerja. Kementerian Komunikasi dan Informatika hadir untuk memberikan solusi bagi pengentasan SDM agar mampu dan siap untuk menjadi SDM yang handal di bidang TIK.
Tujuan dari program Literasi TIK adalah memberikan pengetahuan dan keahlian TIK secara inklusif dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat khususnya anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar. Dalam melaksanakan Literasi TIK, Kementerian Komunikasi dan Informatika melaksanakan berbagai kegiatan yang menunjang kegiatan Literasi TIK yaitu meliputi berbagai pelatihan dalam bentuk sebagai berikut:1. Microsoft Office Excel2. Microsoft Office Word3. Microsoft Office Powerpoint4. Internet5. Desain Grafis6. Public Speaking
Capaian dari program Literasi TIK untuk anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang dilakukan pada Tahun 2017 disampaikan pada Tabel 3.25 berikut ini.
Tabel 3.25 Capaian Jumlah Anak-Anak, Wanita, Disabilitas dan Pelajar yang Memperoleh Literasi TIK
Indikator Kinerja Satuan2015 2016 2017
Capaian 2017(%)Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1.10 Jumlah anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang memperoleh literasi TIK
orang 2.500 6.664 4.450 12.575 5.300 7.291 137,56%
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|98|Laporan Kinerja
Pada Tahun 2017, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah memberikan pengenalan literasi TIK kepada 7.291 orang yang terdiri dari anak-anak usia sekolah, wanita, dan disabilitas. Realisasi fisik kegiatan ini mencapai 137,56% dari total target 5.300 orang dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 3.26 Data Realisasi Jumlah Anak-Anak, Wanita, Disabilitas dan Pelajar yang Memperoleh Literasi TIK Tahun 2015 – 2017
Kategori Realisasi 2015 Realisasi 2016 Realisasi 2017
Ibu Rumah Tangga 100 1.121 2.099
Anak-Anak 6.001 9.415 4.862
Disabilitas 455 1.771 330
UKM 108 - -
Guru/Instruktur - 59 -
Lain - lain - 209 -
TOTAL 6.664 12.575 7.291
Sumber: Badan Litbang SDM, Kemkominfo, 2017
Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama dengan dukungan pembiayaan dari Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) sebagai implementasi Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi dan Informatika (Universal Service Obligation/USO) juga telah melatih sebanyak 499 penyandang disabilitas berusia remaja (15 – 24 tahun) dan dewasa (25 – 35 tahun) pada kegiatan Jambore TIK Bagi Remaja dan Dewasa dengan Disabilitas pada Tahun 2017 yang dilaksanakan di 5 (lima) kota besar di Indonesia yakni Jayapura, Balikpapan, Manado, Palembang dan Yogyakarta.
Kendala utama yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan Literasi TIK ini adalah adanya perubahan pagu alokasi anggaran yang mengakibatkan terdapat perbedaan target dari yang sudah ditetapkan di awal.
1.11 Jumlah Masyarakat umum yang Memperoleh Literasi TIK
Dalam menghadapi perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di era global dan dalam rangka menciptakan masyarakat yang mampu menggunakan Teknologi Digital, Alat Komunikasi dan Internet dan cara penggunaannya untuk mengakses, mengelola, mengevaluasi, menciptakan dan mengkomunikasikan informasi dengan tepat dan benar, Kementerian Komunikasi dan Informatika, menyelenggarakan Literasi TIK kepada masyarakat untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Jumlah Masyarakat Umum yang
memperoleh literasi TIK
1.494.117orang
Laporan Kinerja|99|
agar masyarakat dapat mengetahui, paham dan menggunakan Teknologi Digital, Alat Komunikasi dan Internet untuk mendukung dan menunjang kehidupan sehari-hari dengan memperhatikan berbagai etika dan aturan yang berlaku sesuai dengan perkembangan zaman yang ada.
Dalam melaksanakan Literasi TIK, Kementerian Komunikasi dan Informatika melaksanakan berbagai kegiatan sebagai berikut:
Tabel 3.27 Kegiatan Literasi TIK Kemkominfo
No Kegiatan Jumlah Orang
1 Siberkreasi 34.030
Video CEK DULU 38.811
2 INCAKAP dan Whitelist 4.120
Literasi website 23.364
3 Mudamudi Digital 956
Kanal Youtube Mudamudi Digital 1.377.336
4 Sosialisasi dan Bimtek Indonesia Game Rating System (IGRS) 6.060
5 Born to Protect 8.181
6 Bimtek Indeks KAMI 339
7. Aksi Literasi Digital Berbasis Komunitas di Daerah 3T 920
Jumlah 1.494.117
Sumber: Ditjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo, 2017
Pada Tahun 2017, Kementerian Komunikasi dan Informatika berhasil memberikan pengenalan literasi TIK bagi 1.494.117 masyarakat umum. Sehingga, capaian dari indikator ini adalah sebesar 298,82% jika dibandingkan dengan target sebanyak 500.000 orang. Capaian Kementerian Kominfo terkait indikator tersebut, dijabarkan pada Tabel 3.28 sebagai berikut:
Tabel 3.28 Capaian Jumlah Masyarakat Umum yang Memperoleh Literasi TIK
Indikator Kinerja Satuan2015 2016 2017 Capaian 2017
(%)Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1.11 Jumlah Masyarakat Umum yang memperoleh literasi TIK
orang - - - - 500.000 1.494.117 298,82%
Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK diperoleh dari hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan rincian sebagai berikut:
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|100|Laporan Kinerja
1. SiberkreasiKegiatan Siberkreasi adalah sebuah gerakan bersama antara pemerintah, berbagai kalangan, komunitas peduli, swasta, akademisi, masyarakat sipil dan media untuk menanggulangi ancaman penyebaran konten negatif melalui internet seperti hoax, cyberbullying, dan radikalisasi online dan mendorong masyarakat untuk aktif berpartisipasi menyebarkan konten positif melalui internet dan lebih produktif di dunia digital. Pada Tahun 2017 telah dilakukan Literasi TIK kepada 34.030 orang di 27 lokasi.
Untuk menggerakkan budaya “Cek Dulu” dalam kerangka Literasi Digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Youtuber CameoProject membuat video Literasi TIK yang menghimbau masyarakat untuk selalu mengecek Terlebih Dahulu informasi yang ada di internet. Video tersebut sudah ditonton sebanyak 38.811 kali.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Sabang1 April Banda Aceh
31 Maret20 September
Jambi 8 Agustus
Depok24 Juli
Jakarta5 Februari8 Agustus
4 September12 Oktober
Jakarta Pendampingan8 Mei10 Juli
19 & 20 Agustus31 Agustus
19 September20 September
5 Oktober24 Oktober25 Oktober
Cirebon18 Oktober
Pemalang22 November
Solo7 April Jember
2 Mei
Yogyakarta15 Oktober6 Oktober
Semarang6 Juni Makasar
16 & 17 September
Bandung25 Juli11 Juni
Bekasi9 Agustus
9 September
Samarinda13 Juli
Bogor17 Oktober
Padang 11 Desember
Pontianak 19 & 20 Maret
18 Mei
Gambar 3.17 Peta Sebaran Pelaksanaan Kegiatan INCAKAP dan Sistem Whitelist Nusantara Tahun 2017
Kegiatan Edukasi Penggunaan Internet Cerdas, Kreatif, Produktif, dan Whitelist Tahun 2017 Direktorat Pemberdayaan Informatika
Laporan Kinerja|101|
2. Internet Cerdas, Kreatif dan Produktif (INCAKAP) dan WhitelistKegiatan INCAKAP dan Whitelist memberikan pemahaman dan wawasan kepada masyarakat terkait penggunaan internet secara cerdas, kreatif dan produktif, Sistem Whitelist Nusantara, Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), E-safety Parenting, Pencegahan Kecanduan Penggunaan dan Konten Negatif pada Media Sosial, Dampak Negatif Media Sosial bagi Masyarakat, Cyber Crime, dan pelatihan penggunaan aplikasi coding untuk pelajar. Pada Tahun 2017 telah dilakukan Literasi TIK di 35 lokasi secara tatap muka dengan peserta sebanyak 4.120 orang di berbagai daerah di Indonesia dengan detail kegiatan sebagai berikut:
peserta
19
Lokasi Kegiatanpendampingan
1700peserta
16Lokasi
Kegiatan Inti 2320
Jumlah Peserta Edukasi Penggunaan Internet Cerdas, Kreatif, Produktif dan Sistem Whitelist Nusantara sebanyak 4120 peserta (empat ribu
seratus dua puluh peserta) dari 55 lokasi di Indonesia
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Sumber: Direktorat Pemberdayaan Informatika, Ditjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo, 2017
Total pengunjung website
23.364orang
Selain melaksanakan literasi TIK secara tatap muka, dilakukan juga literasi melalui website www.incakap.id yang dibangun pada Tahun 2017. Website tersebut berfungsi sebagai portal literasi internet cerdas kreatif dan produktif yang berisi materi-materi dan video tutorial terkait pemanfaatan TIK. Dengan total pengunjung website sejumlah 23.364 orang.
3. Mudamudi DigitalPemerintah juga terus berupaya untuk mengurangi penyebaran hoax atau berita palsu dengan cara menyusun undang-undang yang didalamnya mengatur sanksi bagi pengguna internet yang turut menyebarkan konten negatif. Selain itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika turut mengedukasi masyarakat untuk meningkatkan literasi digital, salah satunya melalui Mudamudigital. Mudamudigital merupakan wadah bagi para generasi muda untuk berbagi ilmu dengan para pakar literasi digital Indonesia. Para peserta juga dapat “curhat” kepada para pakar tentang apa saja yang mereka hadapi di dunia digital pada era zaman now.
Tujuan utama Mudamudigital adalah membentuk generasi muda Indonesia agar mempunyai kecerdasan literasi digital yang tinggi. Dengan cara itulah anak-anak muda tidak gampang dipengaruhi oleh berita-berita hoax yang dapat melunturkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Kegiatan dilaksanakan di 8 lokasi yaitu: Yogyakarta, Lampung, Banjarmasin, Makassar, Aceh, Mataram, Bandung, dan Jakarta dengan total peserta setiap kota adalah 956 orang. Selain kegiatan tatap muka, dalam melakukan Literasi Digital, Mudamudi Digital menggunakan kanal Youtube dengan total viewer sebanyak 1.377.336 viewer.
4. Sosialisasi dan Bimtek Indonesia Game Rating System (IGRS)Kegiatan IGRS menyediakan panduan dan pemahaman kepada penyelenggara Permainan Interaktif Elektronik, Masyarakat Pengguna dan Pemerintah untuk menghasilkan produk Permainan Interaktif Elektronik yang dipasarkan sesuai dengan klasifikasi konten dan usia pengguna, panduan dalam menggunakan produk Permainan Interaktif Elektronik serta mendorong penguatan produk Permainan Interaktif Elektronik lokal di Indonesia. Pada Tahun 2017 telah dilaksanakan Literasi TIK kepada 6.060 orang di berbagai daerah di Indonesia.
5. Born To ProtectBorn to Protect (BTP) adalah program pencarian bakat cyber security di Indonesia, dengan tujuan menjaring bakat SDM dalam bidang Cyber Security dan menciptakan keseimbangan SDM yang
|102|Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|103|
ada, agar dapat mengatasi permasalahan kemajuan teknologi informatika saat ini. Kegiatan Born to Protect merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari Hacking Contest, Seminar, Training of Trainers, dan diakhiri dengan Digital Camp untuk peserta yang terpilih. Launching dan Pers Conference kegiatan diadakan pada 30 Januari 2017 bertempat di Aula Serbaguna Kementerian Kominfo oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Bapak Rudiantara. Turut hadir dalam launching ini yaitu CEO dan Tim dari PT Xynexis International, Perwakilan APTIKOM dan Perwakilan Universitas Gunadarma.
Tahun 2017 kegiatan BTP dilaksanakan di 6 kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Palembang, Malang, Makassar dan Samarinda. Pada Tahun 2018 diharapkan akan didapatkan 100 peserta terbaik yang akan diberikan pelatihan khusus dari mentor-mentor handal di bidangnya, sekaligus mendapat akses ke industri di bidang keamanan siber serta industri yang bekerjasama dalam program Born to Protect. Kegiatan Born to Protect diharapkan dapat menjadi wadah bagi generasi muda yang ingin mendapatkan ilmu mengenai Cyber Security sekaligus menghimpun SDM Cyber Security yang potensial di Indonesia yang nantinya dapat membantu NKRI dan dunia industri dalam cyber security. Kegiatan ini terlaksana atas kerjasama Direktorat Keamanan Informasi Kementerian Kominfo, PT Xynexis International, Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komputer Indonesia (APTIKOM) dan Universitas Gunadarma.
Tabel 3.29 Kegiatan Roadshow Born to Protect Tahun 2017
No Lokasi Waktu Pelaksanaan Jumlah Peserta Top 3 Hacking Contest
1 Jakarta 18 – 19 AgustusToT = 65Seminar = 1000Hacking Contest = 663
Gladiator 024ReintakuraGladiator 062
2 Bandung 30 SeptemberToT = 50Seminar = 1300Hacking Contest = 502
UM - ITBDarksiders001 – ITBIamnubs – Telkom University
3 Malang 20 – 21 OktoberToT = 21Seminar = 321Hacking Contest = 400
Gladiator 153 – STMIK PPKIA Pradnya ParamitaNepska Nayeon – CallestasiaLaztname – Surabaya Hackerlink
4 Palembang 10 – 11 NovemberToT = 40Seminar = 508Hacking Contest = 369
Johan Wahyudi – Univ. SriwijayaIbnu Batutah Zarizal – Univ. Bina DarmaIlham Rizkanda – Univ. Bina Darma
5 Makassar 24 – 25 November
ToT = 91Workshop = 87Seminar = 1500Hacking Contest = 378
Pupper – UMITri Reski Anugraha – UMI./LastNinjas – UMI
6 Samarinda 16 DesemberToT = 31Seminar = 605Hacking Contest = 250
Valdhie Setiawan – STMIK SPBBL – STMIK SPB AirlanggaAzishexacrew
Total 8.181 Orang
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|104|Laporan Kinerja
6. Bimtek Indeks Keamanan Informasi (KAMI)Maksud dari kegiatan Bimtek Indeks KAMI adalah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan informasi dalam penyelenggaraan tata kelola TIK. Kementerian Komunikasi dan Informatika melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis yang kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan kajian keamanan informasi kepada instansi penyelenggara pelayanan publik menggunakan alat bantu evaluasi Indeks KAMI. Instansi yang dapat mengikuti kegiatan kajian keamanan informasi ini hanya instansi yang sebelumnya telah mengikuti Bimtek Indeks KAMI. Pemeringkatan Indeks KAMI ini terdiri dari 2 (dua) tahap, yaitu:1. Desktop Assessment: proses verifikasi yang dilakukan
terbatas pada dokumen-dokumen yang ada dan dibawa ketika verifikasi berlangsung;
2. Onsite Assessment: verifikasi dilakukan dengan melakukan tinjauan langsung ke lokasi.
Pada Tahun 2017 telah dilakukan Bimtek Indeks Keamanan Informasi sebagai berikut:
Tabel 3.30 Kegiatan Bimtek Indeks KeamananAktifitas Keamanan Informasi Keterangan
1. Bimtek Indeks Keamanan Informasi
339 peserta dari K/L, Pemda dan Instansi pada sektor strategis
Bimtek diadakan 2 (dua) kali di Bandung, pada Mei dan September 2017
2. Pemeringkatan Indeks Keamanan Informasi (Indeks KAMI)
46 Instansi dengan rincian:• 9 K/L Pusat• 29PemerintahDaerah• 9InstansipadaSektorStrategis
Tahun 2017 hanya dilaksanakan Desktop Assessment, tidak dilaksanakan Onsite Assessment
Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan dan pencapaian target kinerja yaitu keterbatasan waktu dan kurangnya kerjasama serta koordinasi dengan stakeholder yang berakibat tidak terinformasi dan terintegrasi kegiatan literasi TIK bagi masyarakat.
7. Aksi Literasi Digital Berbasis Komunitas Kerjasama Antar Desa di Daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal)Aksi Literasi Digital Berbasis Komunitas adalah suatu program aksi pemerintah bersama masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dalam kerangka “membangun dari pinggiran” NAWACITA pemerintahan Jokowi-JK. Bertujuan mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa dan perdesaan melalui: (1) Penyiapan sistem informasi membangun desa sebagai media literasi yang dapat mengaktifkan wadah sosial berbasis
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|105|
komunitas melalui pendekatan kerjasama antardesa di daerah 3T (terluar, terdepan, dan tertinggal) agar tetap memelihara dan menguatkan budaya lokal dalam menerima kemajuan prasarana teknologi informasi dan komunikasi; dan (2) Peningkatan kapasitas masyarakat dalam memilah dan memilih informasi agar menjadi produktif dan memiliki nilai tambah, sehingga mampu menentukan sikap terhadap informasi yang mereka terima.
Aksi Literasi Digital berbasis Komunitas Kerjasama Antar Desa di daerah 3T yang dilaksanakan pada periode 7 Juli hingga 7 Desember 2017 di 17 Kabupaten, 8 Provinsi, dan 45 Komunitas merupakan upaya pengembangan desa dengan menguatkan Komunitas Kerjasama Antar Desa dalam satuan kawasan perdesaan di sebuah kabupaten untuk mewujudkan perdesaan berkelanjutan melalui peningkatan skala ekonomi dari usaha masyarakat dalam satuan kawasan agar mendukung industrialisasi perdesaan, menguatkan kohesi dan solidaritas sosial, dan membentuk upaya kerjasama antar desa dalam melakukan konservasi dan rehabilitasi atau restorasi ekosistem yang rusak.
Keluaran (output) dari aksi literasi digital ini adalah: 1) Terciptanya metode aksi literasi digital berbasis komunitas melalui pendekatan kerjasama antar-desa; 2) Masyarakat memiliki kapasitas memilah dan memilih informasi produktif dan memiliki nilai lebih, serta bersikap terhadap informasi yang diterima yang diantaranya dengan memanfaatkan hoax analyzer; 3) Sumberdaya manusia perdesaan di daerah 3T memiliki kompetensi memelihara dan mengembangkan sistem informasi membangun desa bersama pemimpin pendapat media (internet opinion leader); 4) Terbentuk dan Melembaganya komunitas kerjasama antardesa dalam kerangka koordinasi dan sinergi pemerintah kabupaten dengan para pemangku kepentingan lainnya; dan 5) Berkembangnya e-commerce dan e-business dalam aktivitas usaha-usaha ekonomi produktif (kegiatan bisnis) komunitas kerjasama antardesa yang difokuskan kepada pengembangan komoditas pertanian dan sektor unggulan untuk menciptakan nilai tambah.
Kegiatan Aksi Literasi Digital terdiri dari 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu:
a. Mengembangkan Kesamaan Pemahaman Untuk membangun kesamaan pemahaman gagasan dan komitmen melakukan aksi literasi digital berbasis komunitas kerjasama antar desa, dilaksanakan dialog dengan mengundang Dinas-dinas Kominfo di 17 kabupaten dan 8 provinsi serta berbagai Kementerian/Lembaga (K/L)
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|106|Laporan Kinerja
untuk membangun konsensus dan komitmen bekerjasama melakukan aksi nyata. Konsensus dan komitmen bekerjasama tersebut dituangkan dalam pernyataan tertulis yang ditandatangani seluruh Kepala Dinas Kominfo 17 kabupaten dan K/L yang ikut bekerjasama melakukan aksi.
b. Mengembangkan Prototype Aplikasi dalam Bentuk Laman dan Platform Android Prototype Aplikasi yang dihasilkan dalam bentuk laman adalah kodikadi.com dan platform android yang dapat diunduh melalui google playstore, berisikan 5 kanal, yaitu: Informasi Komunitas, Berita Komunitas, Bisnis Komunitas, Hoax Analyzer, dan Diskusi Konvergen.
AKUN
AKSILITERASIDIGITAL
Login
Sign UP
JEJARING ANTAR45 KOMUNITAS
Bedung Bahari, Saling Sakiki, Fatubesi, Kolam Susuk, Mekar Jatim, Kambunong, Dugong
Bintan
Balong Agara Cattoni, Mabelo Singgani, Gunung Deli
Sebara, Datu Lauq
Mina Eksotika, Citra Simbok Palmatak, Kamangta Haivi,
Biring Bone
Bumi Kebenaran Paloh, Limau Manis, Babai Cingak, Makeng Tanah Bailo, Gunung Sojol,
Korolaa, Morokaa, Tinombala, Lemba Mesale, Tanjung
Menangis, Barmani, Ta’anto’u, Tarundungi, Lemba Moroko
Lar Bariri, Alo Galing, Welaka, Bumi Daranante, Puncak Borneo, Tiwutelu, Lise,
Jopalala, Tinamtabalto, Dulun Sungai Sebuku, Tapal Batas, Pekurehua Abadi, Toapaya
Maju Bersama, Terjang, Titehena, Hugupupu
KOMODITASPRIORITAS
PARIWISATA(Alam, Sejarah, Budaya)
RUMPUT LAUT DAN PERIKANAN BUDIDAYA
(Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Ikan Gabus)
PERIKANAN TANGKAP(Tongkol, Roa, Gabus)
TANAMAN PANGAN(Padi, Jagung)
PERKEBUNAN RAKYAT(Bambu, Lada, Kelapa, Kopi,
Kacang Mede)
Gambar 3.18 Komoditas Unggulan dan Jejaring Antar 45 Komunitas Kerjasama Desa dalam Aplikasi Kodikadi.com
Sumber: Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Kemkominfo, 2017
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|107|
c. Inisiasi Aksi Literasi Digital di Aras Komunitas Kerjasama Antar DesaKegiatan ini terdiri dari dua bentuk, yaitu bentuk insiasi baru dan bentuk pengembangan. Inisiasi ini khusus bermuatan penguatan literasi usaha digital. Pesertanya terdiri dari aparat pemerintah desa dan golongan muda yang dipilih/disetujui oleh kepala desa. Peserta dari golongan muda ini disiapkan menjadi Pemimpin Pendapat Media Sosial (PP-Medsos) secara konsep dikenal sebagai Internet Opinion Leaders. Kegiatan inisiasi menghasilkan rencana tindak lanjut berisi perencanaan bisnis dengan penggunaan teknologi digital. Hasil tersebut dilanjutkan menjadi bahan lokakarya di aras kabupaten.
25
20
15
10
5
0
I II III IVKUADRAN
Ban
yakn
ya K
umun
itas
KATEGORI : Tertinggal Terluar Terdepan
Grafik 3.5 Komunitas Kerjasama Antar Desa Berdasarkan Kuadran Kemampuan Literasi Digital (digital literacy capability index) dan Kemampuan Bisnis/Usaha dari Komunitas Kerjasama antar Desa (business capability index)
Sumber: Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Kemkominfo, 2017
Capaian dari pelaksanaan kegiatan Aksi Literasi Digital Berbasis Komunitas Kerjasama Antar Desa di Daerah 3T adalah sebanyak 920 orang. Rincian peserta di masing-masing lokasi terlampir.
1.12 Jumlah angkatan Kerja yang Tersertifikasi Keahlian dan Kompetensi sektor TIK
Salah satu agenda prioritas pembangunan ketenagakerjaan adalah percepatan peningkatan kompetensi tenaga kerja. Pengelolaan pelatihan dan pemberian dukungan bagi program pelatihan yang strategis juga menjadi kebijakan pasar tenaga kerja Tahun 2025. Untuk mempersiapkan hal tersebut, peningkatan jumlah tenaga terampil untuk menghadapi keterbukaan pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|108|Laporan Kinerja
Pengembangan SDM Nasional Bidang Komunikasi dan Informatika dalam rangka peningkatan produktivitas dan daya saing bangsa telah diupayakan Kemkominfo diantaranya melalui implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional pada Pasal 14 yang menyatakan tentang Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi Kerja dan Lembaga Sertifikasi Profesi dalam Sistem Pelatihan Kerja Nasional. Berdasarkan PP tersebut, Kemkominfo bertugas sebagai instansi pembina teknis standardisasi profesi tenaga kerja nasional sektor kominfo dimana kompetensi SDM dilakukan melalui uji sertifikasi yang diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Bidang Kominfo pada Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang menjadi mitra dan dibuktikan melalui Sertifikat Kompetensi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Tabel 3.31 Capaian Jumlah Angkatan Kerja yang Tersertifikasi Keahlian dan Kompetensi Sektor TIK
Indikator Kinerja Satuan2015 2016 2017 Capaian 2017
(%)Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1.12 Jumlah angkatan kerja yang tersertifikasi keahlian dan kompetensi sektor TIK
orang 7.575 orang
7.488 orang
1.600 orang
1.377 orang
10.650 orang
9.407 orang 88,33%
Berdasarkan Tabel 3.31 diatas, capaian untuk indikator ini di Tahun 2017 adalah sebesar 88,33%. Capaian ini diperoleh dari jumlah peserta yang mengikuti ujian sertifikasi keahlian dan kompetensi sektor TIK dibandingkan dengan target yang ditetapkan sebelumnya. Dari target 10.650 peserta, sebanyak 11.531 peserta yang mengikuti ujian sertifikasi dan sebanyak 9.407 orang dinyatakan lulus atau kompeten.
Tabel 3.32 Hasil Pelaksanaan Sertifikasi SKKNI Bagi Angkatan Kerja Muda Indonesia
Tahun Target (Orang)
Angkatan Kerja Muda Tingkat Kelulusan
(%)Jumlah Peserta (Orang) Jumlah Kompeten (Orang)
2014 725 816 728 89,22%
2015 7.575 11.785 7.488 63,54%
2016 1.600 1.817 (Komunikasi: 456; Informatika: 1.361)
1.377 (Komunikasi: 369; Informatika: 1.008) 75,78%
2017 10.650 11.531 (Komunikasi: 2.202; Informatika: 9.329)
9.407 (Komunikasi: 1.723; Informatika: 7.684) 81.58%
Sumber: Badan Litbang SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2017
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|109|
Tidak tercapainya target sesuai yang direncanakan tidak lepas dari adanya beberapa kendala, seperti berikut:1. Untuk pelaksanaan di luar Pulau Jawa (khususnya yang
dilaksanakan di kabupaten/kota), tingkat kelulusan cenderung lebih rendah dikarenakan target kelulusan minimal adalah 70%;
2. Pada prinsipnya semua pendaftaran peserta sifatnya online, namun di beberapa daerah masih terdapat kesulitan dalam mengakses internet sehingga calon peserta pun mengalami kesulitan ketika mendaftar;
3. Kesulitan dalam mengidentifikasi peserta yang sudah pernah mengikuti ujian sertifikasi dikarenakan sistem pendaftaran belum tersentralisasi.
Upaya perbaikan ke depan yang akan dilakukan untuk mencapai target yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Benchmarking dengan K/L lain terkait keefektifan pelaksanaan sertifikasi SKKNI;
2. Pembuatan pedoman teknis pelaksanaan sertifikasi berbasis SKKNI sehingga kegiatan yang dilakukan seluruh Satker pelaksana memiliki standar yang sama;
3. Sistem aplikasi satu pintu untuk pendaftaran sekaligus database peserta yang sudah mengikuti sertifikasi. Sistem ini juga akan digunakan untuk tracer study khususnya manfaat program sertifikasi ini bagi angkatan kerja muda yang menjadi sasaran.
Sasaran Strategis 2:Tersedianya Akses dan Kualitas Informasi Publik Terkait Kebijakan dan Program Prioritas Pemerintah yang Baik, Cepat, Tepat dan Obyektif Kepada Seluruh Lapisan Masyarakat Indonesia.
2.1 Persentase (%) Kepuasan Masyarakat Terhadap akses dan Kualitas Informasi Publik
Tingkat literasi atau pengetahuan masyarakat terhadap program-program pemerintah berbanding lurus dengan tingkat kepercayaan publik kepada pemerintah. Hal tersebut tercermin dalam release terbaru dari Edelman Trust Barometer Tahun 2018 dimana tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah Indonesia mendapatkan skor yang tinggi (73). Terdapat kenaikan 2 poin dari skor tahun lalu yang menempatkan pemerintah Indonesia masuk kedalam 5 (lima) negara yang ada di level terpercaya seperti yang terlihat pada Gambar 3.19.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|110|Laporan Kinerja
Tingkat Kepercayaan pada PemerintahData per 2018
- 0 + Y-to-Y Change Distrust Netral Trust
-1 -6 -8 -6+5 +4+2 +8 +9 +3 +8 +17+5 +3 +6 +9 +1 0 +3 +2 +2 +80 0 0-4 -14 -2 -4 -5
43
Distrusted in 21 markets
Sout
h A
fric
a
Glo
bal
28
Bra
zil
Co
lum
bia
Po
land
ia
Ital
y
Mex
ico
Fra
nce
U.S
Spai
n
Aus
tral
ia
Irla
ndia
U.K
Jap
an
Arg
enti
na
Ger
man
y
Rus
ia
Sout
h K
ore
a
Can
ada
Ho
ng K
ong
Mal
aysi
a
Swed
en
Turk
ey
Ned
erla
nd
Sing
apo
re
Ind
ia
Ind
one
sia
UA
E
Chi
na
1418 24 25 27 28 33 33 34 35 35 36 37 41 43 44 45 46 46 46 46
51 5465
70 73 7784
Sumber: Hasil Survei Edelman Trust Barometer, Tahun 2018 (http://www.edelman.com/global-results/)
Gambar 3.19 Hasil Survei Edelman Trust Barometer tentang Tingkat Kepercayaan terhadap Pemerintah
Hasil tersebut membuktikan bahwa sebagian besar masyarakat mengetahui program-program dan hasil-hasil pembangunan pemerintah. Dengan semakin besarnya pengetahuan publik, maka akan makin besar pula tingkat kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, peran Government Public Relations dalam mendiseminasikan informasi tentang program-program dan hasil-hasil pembangunan pemerintah menjadi krusial. Capaian dari indikator persentase kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik dari Tahun 2015 – 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.33.
Tabel 3.33 Capaian Persentase (%) Kepuasan Masyarakat Terhadap Akses dan Kualitas Informasi Publik
Indikator Kinerja Satuan2015 2016 2017 Capaian
2017(%)Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
2.1 Persentase (%) Kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik
% - -
60%(1-49% =
distrusters; 50-59%
= neutral; 60-100% = trusters)
71%(1-49% =
distrusters; 50-59% = neutral;
60-100% = trusters)
50%(1-49% =
distrusters; 50-59%
= neutral; 60-100% = trusters)
73%(1-49% =
distrusters; 50-59%
= neutral; 60-100% = trusters)
146%
Berdasarkan hasil survei Edelman Trust Barometer Tahun 2018, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah juga semakin meningkat sejalan dengan kepercayaan masyarakat terhadap media massa mainstream dibandingkan dengan media sosial. Keakuratan media massa mainstream dalam menyampaikan informasi menjadi kunci dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat dibandingkan dengan kecepatan media sosial dalam menyampaikan konten.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|111|
Tabel 3.34 Tingkat Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pemerintah, Media, Bisnis, dan Organisasi Non Pemerintah
INDONESIA 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Goverment 36% 49% 49% 65% 58% 71% 73%
Media 68% 73% 69% 68% 63% 67% 68%
Business 63% 69% 68% 70% 71% 76% 78%
NGOs 49% 53% 62% 64% 57% 64% 67%
Trust Index 54 61 62 67 62 69 71
Sumber: Hasil Survei Edelman Trust Barometer, Tahun 2018 (http://www.edelman.com/global-results/)
Sebagai tambahan dan perbandingan, Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik juga melakukan survei untuk mengidentifikasi informasi dan kebijakan pemerintah yang diketahui publik dan saluran komunikasi yang digunakan untuk mengakses informasi tersebut di kalangan pengguna media sosial @kemkominfo dan @DJIKP selama Tahun 2017. Cara pengukurannya dilakukan dengan survei melalui kanal di kalangan pengguna media sosial (Facebook, Twitter, Instagram dan Line) @kemkominfo dan @DJIKP. Hasil dari pelaksanaan survei ini diharapkan dapat menjadi potret kondisi terkini, bahan evaluasi dan pengembangan program komunikasi publik pemerintah ke depannya.
Jumlah total populasi pengikut/penyuka laman media sosial @kemkominfo dan @DJIKP adalah 921.877 orang, dengan tingkat kepercayaan 95% dan margin error 2. Dalam survei ini didapatkan total sampel sebanyak 2.855 responden yang dapat diolah. Dari 2.855 responden, sebanyak 80,21% menyatakan puas terhadap layanan informasi mengenai kebijakan dan program prioritas pemerintah, sedangkan sisanya 19,79% menyatakan tidak puas atas informasi tentang kebijakan dan program prioritas pemerintah.
Grafik 3.6 Jumlah Responden dan Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Layanan Informasi Mengenai Kebijakan dan Program Prioritas Pemerintah
Sumber: Sekretariat Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kemkominfo, 2017
19,79%
80,21%n=2.855
Puas Tidak Puas
Response SummaryFull Responses 2855Incomplete Responses 1157Total Responses 4012
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|112|Laporan Kinerja
Selain itu, berdasarkan hasil survey (Grafik 3.8), masyarakat memperoleh informasi tentang program kebijakan pemerintah dominan bersumber dari media online sebanyak 98,1%, media sosial 96,8% dan televisi 93,7%. Dari kelompok media tercetak dan elektronik, media televisi dan surat kabar atau koran masih dominan digunakan oleh responden untuk mengakses informasi tentang kebijakan dan program prioritas pemerintah. Media online dalam bentuk website atau portal dominan digunakan untuk mengakses informasi publik. Adapun media interaktif dan below the line yang banyak digunakan responden mengetahui informasi kebijakan dan program prioritas pemerintah adalah media tatap muka/dialog interaktif.
120,00%
100,00%
80,00%
60,00%
40,00%
20,00%
0
KATEGORI : Tidak Pernah Pernah
Media Saluran Komunikasi Kebijakan Pemerintah
TELEVISI KORANRADIO MAJALAH BUKU ONLINE MEDIASOSIAL
TATAPMUKA
LUARRUANG
PERTUNRA
Grafik 3.7 Akses Publik Terhadap Saluran Komunikasi Kebijakan Pemerintah
6,3% 30,3% 15,2% 47,2% 45,9% 1,9% 3,2% 25,1% 22,0% 44,5%
93,7%
69,7%
84,8%
52,8% 54,1%
98,1% 96,8%
74,9% 78,0%
55,5%
BUKU
MAJALAH
KORAN
RADIO
TELEVISI
Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)
100%80% 90%70%60%50%40%30%20%10%0%
Kelompok Media Cetak & Elektronik
13,77%
10,93%
22,03%
58,21%
33,06%
40,35%
41,86%
47,64%
35,45%
51,73%
36,50%
38,18%
23,15%
4,83%
11,91%
9,39%
9,04%
7,18%
1,51%
3,29%
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|113|
PERTUNRA
LUAR RUANG
TATAP MUKA
MEDIA SOSIAL
ONLINE
Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)
100%80% 90%70%60%50%40%30%20%10%0%
Kelompok Media Online, Interaktif & Below the Line
15,38%
31,03%
31,24%
74,54%
78,56%
29,14%
47,01%
43,68%
22,28%
19,54%
35,97%
17,41%
19,89%
2,07%
1,26%
19,51%
4,55%
5,18%
1,03%
0,63%
Sumber: Sekretariat Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kemkominfo, 2017
Sasaran Strategis 3:Terwujudnya Tata Kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang Bersih, Efisien dan Efektif
3.1 Opini Laporan KeuanganKemkominfo bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan atas pengendalian intern yang memadai, untuk menyusun laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Opini hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan (LK) Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan salah satu ukuran keberhasilan suatu instansi dalam mencapai tingkat kinerja dan akuntabilitas yang diharapkan serta menjadi bagian penting dari upaya mewujudkan Good Governance. Opini diberikan berdasarkan kriteria penilaian serta Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang berlaku. Opini hasil audit tersebut terdiri dari 4 (empat) kategori, yaitu: (1) Tidak Wajar (adverse opinion), (2) Tidak Menyatakan Pendapat/TMP (No Opinion/Disclaimer), (3) Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan (4) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), bergantung dari hasil pemeriksaan BPK.
Dari hasil audit atas Laporan Keuangan Kementerian Komunikasi dan Informatika TA 2016, BPK memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari target WTP yang telah ditetapkan. Kondisi ini meningkat bila dibandingkan dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Opini Laporan Keuangan
WTP
|114|Laporan Kinerja
Opini BPK atas Laporan Keuangan Kemenkominfo TA 2017 belum diketahui karena hingga saat disusunnya Laporan Kinerja ini, proses pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Kementerian TA 2017 masih berlangsung. Capaian dari indikator Opini Laporan Keuangan sampai dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.35 berikut ini.
Tabel 3.35 Capaian Opini Laporan Keuangan
Indikator Kinerja Satuan2014 2015 2016 Capaian
2016(%)Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
3.1 Opini Laporan Keuangan
WTP/WDP/WTP/TMP
WTP TMP WTP WDP WTP WTP 100%
Tabel 3.35 menunjukkan peningkatan kualitas Laporan Keuangan mulai Tahun 2014, Laporan Keuangan (LK) Kementerian Komunikasi dan Informatika memperoleh opini TMP atas LK TA 2014. Kemudian di Tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi WDP, dan pada Tahun 2016 LK Kementerian Komunikasi dan Informatika mendapatkan opini WTP. Hal tersebut juga menunjukkan sumbangsih Inspektorat Jenderal Kominfo untuk peningkatan kualitas LK Kominfo menjadi WTP.
Berdasarkan opini BPK, Laporan Keuangan Kemkominfo TA 2016 disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Kementerian Komunikasi dan Informatika tanggal 31 Desember 2016 dan realisasi anggaran, operasional, serta perubahan ekuitas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Dengan Opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian tersebut, tingkat kepercayaan pemangku kepentingan atas pelaporan yang disajikan oleh Kementerian Kominfo akan mengalami peningkatan. Pemangku kepentingan akan memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi terhadap tata kelola, prosedur, pertanggungjawaban serta akuntabilitas laporan keuangan pemerintah.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|115|
Terhadap opini BPK Tahun 2015 Wajar Dengan Pengecualian atas Laporan Keuangan Tahun 2015, pada Tahun 2016 Kementerian Komunikasi dan Informatika telah melakukan upaya perbaikan terkait masalah kewajiban tahun jamak program KPU USO melalui koordinasi dengan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) terkait perlakuan potensi utang kontrak tahun jamak (KPU/USO). Pada Tahun 2016, Kemkominfo telah melakukan perbaikan sistem pengendalian intern atas pengelolaan pengadaan barang dan jasa untuk mencegah terjadinya persaingan tidak sehat dan nilai pengadaan tidak wajar. Selain itu, Inspektorat Jenderal telah melakukan pemeriksaan secara mendalam atas validitas bukti dukung jasa pemeliharaan dan operasional Sistem Informasi Manajemen Spektrum (SIMS) serat atas indikasi kemahalan pada proses pengadaan tanah tersebut.
3.2 Indeks Reformasi BirokrasiProses pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Komunikasi dan Informatika telah dimulai sejak Tahun 2010, yaitu sejak diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun 2010 – 2025. Implementasi Grand Design Reformasi Birokrasi diterjemahkan dalam Roadmap Reformasi Birokrasi 5 (lima) tahunan, dimana tahun ini masuk kedalam roadmap 5 (lima) tahun yang ke-2 yaitu Tahun 2015 – 2019.
Beberapa permasalahan utama berkaitan dengan reformasi birokrasi antara lain mengenai pola pikir dan inovasi, kualitas pelayanan publik, organisasi, bisnis proses dan prosedur kerja, peraturan perundang-undangan, pengelolaan sumber daya manusia aparatur, dan kewenangan. Untuk menyelesaikan berbagai masalah tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika menyusun 9 (sembilan) Kelompok Kerja (Pokja) yang masing-masing telah menyusun rencana aksi dan kegiatan tahunan berdasarkan Roadmap Reformasi Birokrasi Kementerian Komunikasi dan Informatika
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
1. Penetapan Quick Wins Kementerian dan optimalisasi peran agen perubahan Kemenkominfo.
2. Mengusulkan unit kerja berpredikat WBK.3. Penyampaian pelaporan kinerja secara periodik
dan online serta terintegrasi.4. Penataan organisasi berdasarkan hasil peta proses bisnis
dan kajian naskah akademik.5. Pengembangan layanan berbasis TI untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kepada masyarakat dan penyusunan sOP Mikro berdasarkan peta proses bisnis.6. Penataan dan penempatan pegawai, khusus Eselon II dan Eselon III.7. Deregulasi/simplifikasi Permen Kominfo.8. Revisi regulasi terkait kebijakan standar pelayanan.
1. Penetapan Quick Wins Kementerian dan pembangunan komitmen bersama dijajaran pimpinan untuk melaksanakan RB dan perubahan mental.
2. Pencanangan pembangunan Zona Integritas (ZI), pelaksanaan pembangunan Zona Integritas (ZI), dan penetapan pilot project Zona Integritas (ZI).
3. Review renstra tahun 2015-2019 dan pembangunan aplikasi PMO (Project Management Office).
4. sosialisasi dan Implementasi Permen Kominfo no. 1 tahun 2016 tentang OTK.
5. Pemetaan Proses Bisnis dan sOP Makro Kemkominfo.6. Penyusunan nilai dan kelas jabatan sesuai struktur baru.7. Deregulasi/simplifikasi Permenkominfo.8. Kajian Pengembangan konsep lembaga pusat
pelayanan satu atap bidang Kominfo.
1. Penetapan Quick Wins Kementerian Kominfo2. Pembangunan Manajemen Resiko di seluruh Kominfo.3. Penyusunan Renstra Kemkominfo tahun 2015-2019.4. Pengusulan RPM Kominfo tentang Organisasi Tata Kerja.5. Pengintegrasian Layanan Publik Kemkominfo6. Review anjab untuk bahan penyusunan review organisasi.7. Penyederhanaan peraturan perundang-undangan yang
menghambat pelayanan dan kepastian usaha.8. Pengembangan sOP pengaduan pelayanan.
2018
2019
2017
2016
2015 1. Penetapan Quick Wins Kementerian Kominfo optimalisasi peran agen perubahan Kemenkominfo.
2. Monev Road Map Penguatan Pengawasan.3. Evaluasi Renstra tahun 2015-2019.4. Monitoring dan Evaluasi Organisasi
Kemenkominfo.5. Pelaporan capaian kinerja internal
Kemkominfo.6. Database pegawai lengkap dan akurat
(Data Talent Pool).7. Deregulasi/simplifikasi Permen Kominfo.8. Pembentukan Pusat Layanan satu atap bidang
Kominfo.
1. Penetapan Quick Wins Optimalisasi peran agen perubahan Kemenkominfo.
2. Mengusulkan unit kerja berpredikat WBBM.3. Pengembangan aplikasi PMO.4. Implementasi organisasi berdasarkan hasil Peta Proses
Bisnis dan Kajian naskah akademik.5. Investasi dan pengembangan e-Government
Kemenkominfo.6. Penyusunan Pola Karir Pegawai Kemkominfo.7. Deregulasi/simplifikasi Permen Kominfo.8. Komitmen pimpinan satuan kerja dan Kementerian dalam
pengembangan kualitas layanan
Gambar 3.20 Roadmap Reformasi Birokrasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2015 – 2019
Sumber: Kementerian Komunikasi dan Informatika, Tahun 2015
|116|Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
1. Penetapan Quick Wins Kementerian dan optimalisasi peran agen perubahan Kemenkominfo.
2. Mengusulkan unit kerja berpredikat WBK.3. Penyampaian pelaporan kinerja secara periodik
dan online serta terintegrasi.4. Penataan organisasi berdasarkan hasil peta proses bisnis
dan kajian naskah akademik.5. Pengembangan layanan berbasis TI untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kepada masyarakat dan penyusunan sOP Mikro berdasarkan peta proses bisnis.6. Penataan dan penempatan pegawai, khusus Eselon II dan Eselon III.7. Deregulasi/simplifikasi Permen Kominfo.8. Revisi regulasi terkait kebijakan standar pelayanan.
1. Penetapan Quick Wins Kementerian dan pembangunan komitmen bersama dijajaran pimpinan untuk melaksanakan RB dan perubahan mental.
2. Pencanangan pembangunan Zona Integritas (ZI), pelaksanaan pembangunan Zona Integritas (ZI), dan penetapan pilot project Zona Integritas (ZI).
3. Review renstra tahun 2015-2019 dan pembangunan aplikasi PMO (Project Management Office).
4. sosialisasi dan Implementasi Permen Kominfo no. 1 tahun 2016 tentang OTK.
5. Pemetaan Proses Bisnis dan sOP Makro Kemkominfo.6. Penyusunan nilai dan kelas jabatan sesuai struktur baru.7. Deregulasi/simplifikasi Permenkominfo.8. Kajian Pengembangan konsep lembaga pusat
pelayanan satu atap bidang Kominfo.
1. Penetapan Quick Wins Kementerian Kominfo2. Pembangunan Manajemen Resiko di seluruh Kominfo.3. Penyusunan Renstra Kemkominfo tahun 2015-2019.4. Pengusulan RPM Kominfo tentang Organisasi Tata Kerja.5. Pengintegrasian Layanan Publik Kemkominfo6. Review anjab untuk bahan penyusunan review organisasi.7. Penyederhanaan peraturan perundang-undangan yang
menghambat pelayanan dan kepastian usaha.8. Pengembangan sOP pengaduan pelayanan.
2018
2019
2017
2016
2015 1. Penetapan Quick Wins Kementerian Kominfo optimalisasi peran agen perubahan Kemenkominfo.
2. Monev Road Map Penguatan Pengawasan.3. Evaluasi Renstra tahun 2015-2019.4. Monitoring dan Evaluasi Organisasi
Kemenkominfo.5. Pelaporan capaian kinerja internal
Kemkominfo.6. Database pegawai lengkap dan akurat
(Data Talent Pool).7. Deregulasi/simplifikasi Permen Kominfo.8. Pembentukan Pusat Layanan satu atap bidang
Kominfo.
1. Penetapan Quick Wins Optimalisasi peran agen perubahan Kemenkominfo.
2. Mengusulkan unit kerja berpredikat WBBM.3. Pengembangan aplikasi PMO.4. Implementasi organisasi berdasarkan hasil Peta Proses
Bisnis dan Kajian naskah akademik.5. Investasi dan pengembangan e-Government
Kemenkominfo.6. Penyusunan Pola Karir Pegawai Kemkominfo.7. Deregulasi/simplifikasi Permen Kominfo.8. Komitmen pimpinan satuan kerja dan Kementerian dalam
pengembangan kualitas layanan
Gambar 3.20 Roadmap Reformasi Birokrasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2015 – 2019
Sumber: Kementerian Komunikasi dan Informatika, Tahun 2015
Laporan Kinerja|117|
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|118|Laporan Kinerja
Hingga akhir Tahun 2017, Kementerian PAN dan RB belum mengumumkan hasil evaluasi Reformasi Birokrasi untuk Kemkominfo, sehingga nilai yang dicantumkan adalah Indeks RB berdasarkan penilaian pada Tahun 2016.
Tabel 3.36 Capaian Indeks Reformasi Birokrasi
Indikator Kinerja Satuan2015 2016 2017 Capaian 2017
(%)Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
3.2 Indeks Reformasi Birokrasi
A/B/C 80 (B) 66,14 (B) 80 (B) 72,93 (B) 80 (B)72,93 (B)*
*) Penilaian Tahun 2016
91,16%
Penerima manfaat dari Layanan Reformasi Birokrasi Kementerian Kominfo adalah Kementerian Komunikasi dan Informatika pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Adapun capaian Indeks RB Tahun 2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.37 Hasil Penilaian Indeks Reformasi Birokrasi Kemkominfo Tahun 2015 – 2016
No Komponen Penilaian Nilai Maksimal Nilai 2015 Nilai 2016
A Komponen Pengungkit
1 Manajemen Perubahan 5,00 3,37 3,55
2 Penataan Peraturan Perundang-undangan 5,00 3,34 3,34
3 Penataan dan Penguatan Organisasi 6,00 3,84 4,01
4 Penataan Tatalaksana 5,00 3,93 3,96
5 Penataan Sistem Manajemen SDM 15,00 11,35 12,20
6 Penguatan Akuntabilitas 6,00 4,35 3,92
7 Penguatan Pengawasan 12,00 5,06 7,04
8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 6,00 4,05 4,17
Sub Total Komponen Pengungkit 60,00 30,72 42,19
B Komponen Hasil
1 Nilai Akuntabilitas Kinerja 14,00 9,30 9,01
2 Survei Internal Integritas Organisasi 6,00 4,17 4,97
3 Survei Eksternal Persepsi Korupsi 7,00 4,30 6,16
4 Opini BPK 3,00 1,50 2,00
5 Survei Eksternal Pelayanan Publik 10,00 7,58 8,60
Sub Total Komponen Hasil 40,00 26,85 30,74
Indeks Reformasi Birokrasi 100,00 66,14 72,93
Sumber: Kementerian PAN & RB, Tahun 2016
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|119|
Upaya-upaya perbaikan terus dilakukan dengan lebih memperkuat kinerja masing-masing Pokja. Upaya perbaikan dari masing-masing Pokja tersebut dirangkum dalam Tabel 3.38 berikut ini:
Tabel 3.38 Upaya Perbaikan yang Dilakukan oleh Masing-Masing Pokja
No. Aspek yang Perlu Diperbaiki Upaya Perbaikan yang Telah Dilakukan
1 Manajemen Perubahan
•Pembentukan Tim 45 sebagai agen perubahan.•Pembentukan SK Tim 45 sebagai penggerak perubahan.•Pengadaan Konsultan Program Management Office (PMO) sebagai trigger dan
transformasi perubahan pola pikir pegawai Kemkominfo.•Pembentukan organisasi PMO melalui Permen Nomor 255 Tahun 2017 sebagai
agen perubahan.
2Penataan Peraturan Perundang-undangan
Telah melakukan simplifikasi regulasi 10 Peraturan Menteri (PM) Kominfo menjadi 4 PM Kominfo.
3Penataan dan Penguatan Organisasi
•Telah dilakukan evaluasi kesesuaian struktur organisasi dengan struktur kinerja yang akan dihasilkan.
•Telah dilakukan monitoring dan evaluasi Standar Operasional Prosedur (SOP) Kementerian sesuai dengan Permen Kominfo Nomor 1 Tahun 2016 tentang SOTK Kementerian Kominfo.atas seluruh SOP yang telah ada serta menyusun SOP bagi unit kerja baru.
4 Penataan Tatalaksana
•Telah disusun dan disahkan Pedoman Sekjen Nomor 3 Tahun 2017 tentang Proses Bisnis di lingkungan Kementerian Kominfo.
•Menyelesaikan aplikasi e-monev terkait pencapaian kinerja yang akan digunakan untuk monitoring dan evaluasi secara berkala.
5Penataan Sistem Manajemen SDM
•Telah dilakukan peningkatan kualitas manajemen SDM melalui assessment terhadap seluruh pegawai, serta memanfaatkan hasil assessment tersebut sebagai dasar dalam pengembangan kompetensi.
•Pengukuran kinerja individu sudah dilakukan melalui e-SKP, namun belum menjadi dasar pemberian reward dan punishment.
6 Penguatan Akuntabilitas•Melakukan review Renstra Kementerian Komunikasi dan Informatika.•Terdapat Perjanjian Kinerja dari level Menteri hingga eselon IV.•Telah dilakukan pengukuran kinerja setiap bulan.
7 Penguatan Pengawasan
•Nilai Maturitas SPIP Tahun 2017 mengalami peningkatan dibandingkan dengan Tahun 2016, yaitu dari 2,1591 menjadi 2,81.
•Telah dilaksanakan penilaian internal terhadap 5 Satker Pilot Project Zona Integritas.
•Telah mengajukan ke Kementerian PAN & RB 1 (satu) Satker untuk mendapat predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK).
•Telah dilaksanakan validasi terhadap self assessment penilaian tingkat kapabilitas APIP oleh BPKP.
8Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
•Terdapat kebijakan standar pelayanan terkait kejelasan biaya, waktu, dan persyaratan perijinan.
•Kejelasan biaya, waktu, persyaratan ijin Pos dan Telekomunikasi melalui website Kementerian Kominfo, pelayananprimaditjenppi.go.id, dan brosur pada PTSP dan Call Center (159).
•Menurunnya waktu proses perijinan Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran:•Penyelenggaraan Jaringan telekomunikasi dari 60 hari menjadi 14 hari kerja.•Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi dari 60 hari menjadi 14 hari kerja.•Izin radio berbayar (untuk yang baru dari 44 hari kerja menjadi 21 hari kerja;
untuk yang perpanjang dari 7 hari kerja menjadi 3 hari kerja).•Izin stasiun radio yang tidak berbayar dari 14 hari kerja menjadi 7 hari kerja.•Izin amatir radio yang tidak berbayar dari 14 hari kerja menjadi 10 hari kerja.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|120|Laporan Kinerja
3.3 nilai akuntabilitas KinerjaHingga akhir Tahun 2017, nilai hasil Evaluasi atas AKIP Kemkominfo belum dikeluarkan oleh Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB), sehingga yang dicantumkan dalam laporan kinerja atas indikator ini menggunakan penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Komunikasi dan Informatika. Capaian dari Nilai Akuntabilitas Kinerja Kemkominfo yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 3.39.
Tabel 3.39 Capaian Nilai Akuntabilitas Kinerja
Indikator Kinerja Satuan2015 2016 2017 Capaian
2017(%)Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
3.3 Nilai Akuntabilitas Kinerja
A/B/C 70 (B) 64,35 (B) 70 (B) 65,19 (B) 80 (A)
76,10 (B)**) Berdasarkan penilaian SAKIP
oleh Itjen
95,12%
Ruang lingkup evaluasi adalah kegiatan evaluasi pada 7 (tujuh) Unit Kerja Eselon I di Lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI). Evaluasi dilakukan terhadap komponen dan sub-komponen dengan bobot penilaian seperti pada Tabel 3.40 sebagai berikut:
Tabel 3.40 Hasil Penilaian Tingkat Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 – 2016
Komponen yang Dinilai Bobot Nilai 2014 Bobot Nilai 2015 Nilai 2016Nilai 2017*
*) Berdasarkan penilaian SAKIP oleh Itjen
a. Perencanaan Kinerja 35 25,47 30 21,74 21,31 23,67
b. Pengukuran Kinerja 20 12,73 25 17,02 16,37 17,51
c. Pelaporan Kinerja 15 10,31 15 10,57 8,96 12,13
d. Evaluasi Internal 10 6,15 10 6,47 5,96 7,03
e. Capaian Kinerja 20 11,80 20 9,39 11,76 15,77
Nilai Hasil Evaluasi 100 66,46 100 64,36 65,19 76,10
Tingkat Akuntabilitas Kinerja - B - B B BB
Sumber: Kementerian PAN & RB, Tahun 2016
Berdasarkan rekomendasi Kementerian PAN dan RB terhadap Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada Tahun 2016, terdapat beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti untuk meningkatkan nilai AKIP Kemkominfo. Tindaklanjut yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|121|
a. Penerbitan Peraturan Menteri Kominfo Nomor 21 Tahun 2016 tanggal 2 Desember 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2015 – 2019;
b. Telah menyusun spesifikasi teknis pengembangan aplikasi e-monev yang mengintegrasikan data kinerja dan keuangan serta memudahkan Satker untuk menyampaikan pelaporan kinerja dan anggaran secara bulanan;
c. Telah membuat penjabaran/cascading dari tingkat kementerian hingga level eselon IV dan telah dilakukan penyusunan target dan monitoring evaluasi setiap bulan;
d. Telah mengimplentasikan aplikasi e-SKP untuk mempersiapkan pengukuran kinerja organisasi dari tingkat struktural hingga ke level individu.
CAPAIAN KINERJA LAINNYA
1. sIsTEM VERIfIKasI IDEnTITas OnlinE (siVIOn)
Visi Indonesia untuk menerapkan e-government secara menyeluruh dan menjadi raksasa ekonomi digital di ASEAN akan terhambat dengan fakta bahwa tingkat fraud pada ekosistem digital di Indonesia sangat tinggi dan rendahnya integritas dalam ekosistem digital Indonesia. Pemerintah perlu hadir untuk meningkatkan keamanan dan integritas dalam ekosistem digital Indonesia. Program ini adalah menyediakan infrastruktur mekanisme public key infrastructure yang menjadi root dari industri sertifikat digital di Indonesia. Dengan demikian, program ini memiliki semangat untuk membangun infrastruktur identitas digital, menciptakan industri sertifikat digital di Indonesia dan menciptakan permintaan dari sertifikat digital di Indonesia. Tujuan dari program ini adalah menyelenggarakan infrastruktur sertifikat digital nasional dan sistem verifikasi identitas digital nasional yang memiliki interoperabilitas, efisien, dan aman, serta dijamin oleh Pemerintah Indonesia.
Program SiVION memiliki sasaran untuk mendukung nawacita yaitu:•Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional sehingga bangsa Indonesia bisa mau dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
•Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Tahun 2017
109.317sertifikat digital
|122|Laporan Kinerja
Adapun, sasaran dari program SiVION yaitu menyediakan infrastruktur dasar identitas digital dalam ekosistem digital Indonesia yang diakui oleh Pemerintah agar dipercaya dan berintegritas secara global guna mewujudkan kemandirian ekonomi.
Tabel 3.41 Target Pelaksanaan SiVION Tahun 2017 – 2019
2017 2018 2019
100,000 560,000PNS struktural dan fungsional tertentu pada Pemerintah Pusat (K/L)
1,000,000(Seluruh PNS Kementerian Pusat (K/L) & PNS struktural Pemerintah Daerah)
Sumber: Term of Reference (TOR) SiVION, Direktorat Keamanan Informasi, Ditjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo, 2017
Sebagai strategi utama, rencana strategis tersebut disusun dengan mempertimbangkan:•Pencapaian building blocks implementasi tanda tangan digital•Tantangan yang dihadapi dari implementasi•Risiko yang telah diidentifikasi
Selanjutnya, masing-masing rencana strategis tersebut menjadi metodologi pelaksanaan dari masing-masing proyek. Gambar berikut menunjukkan proyek beserta masing-masing rencana strategis dari implementasi SiVION.
Gambar 3.21 Rencana Strategis Implementasi SiVION
Sumber: Ditjen Aplikasi dan Informatika, Kemkominfo, 2017
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|123|
Tabel 3.42 Capaian Program SiVION Tahun 2016 – 20172016 2017
Target Realisasi Capaian (%) Target Realisasi Capaian (%)
10.000 sertifikat digital
12.445 sertifikat digital 121% 100.000
sertifikat digital109.317
sertifikat digital 110%
Pada Tahun 2017 telah diselenggarakan berbagai sosialisasi pemanfaatan tandatangan digital dan telah mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 109.317 Sertifikat Digital. Salah satu implementasi dari penggunaan sertifikat digital dikembangkan melalui PNS mail yang ditambahkan fitur sertifikat digital berubah menjadi mail.go.id. Launching mail.go.id sudah dilaksanakan pada 11 Desember 2017 oleh Menteri Kominfo. mail.go.id merupakan migrasi dari pnsmail.go.id sekaligus pengembangan email go.id. Pengembangan email go.id dilakukan dengan penambahan fungsi sertifikat digital, sehingga email go.id memiliki fitur tanda tangan digital dan enkripsi. Pengembangan ini dimaksudkan untuk memastikan kerahasiaan, otentikasi, integritas dan nirsangkal terhadap sistem email go.id. Kegiatan pengembangan ini mencakup:� Pengembangan aplikasi� Akuisisi user dari pnsmail.go.id� Penerbitan sertifikat digital
Dengan demikian, melalui pemanfaatan tanda tangan digital dan enkripsi, pengirim email dan penerima email dapat diidentifikasi, sehingga dapat menghindari adanya email palsu. Selain itu pula akan menambah keamanan terhadap adanya sniffing pada email.
2. PEnyELEsaIan sEnGKETa InfORMasISalah satu tugas, fungsi dan wewenang Komisi Informasi sesuai amanah UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik adalah menerima, memeriksa dan memutus permohonan penyelesaian sengketa Informasi publik. Penyelesaian sengketa tersebut dapat ditempuh melalui mediasi dan/atau ajudikasi non litigasi ataupun melalui penarikan permohonan, penghentian atau permohonan yang ditolak. Selama Tahun 2017, jumlah permohonan penyelesaian sengketa informasi yang masuk sebanyak 120 kasus dengan target capaian kinerja sebesar 65%. Sedangkan total jumlah permohonan penyelesaian sengketa informasi yang masuk selama Tahun 2010 – 2017 sebanyak 2.804 kasus. Untuk kasus yang telah diselesaikan selama Tahun 2017 adalah sebanyak 32 kasus. Sedangkan total jumlah kasus yang diselesaikan dari Tahun 2010 – 2017 adalah sebanyak 902 kasus.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
sampai Tahun 2017
902 sengketa informasi
Terselesaikan dari 2.804 kasus
|124|Laporan Kinerja
Grafik 3.8 Penyelesaian Permohonan Sengketa Informasi dari Tahun 2010 – 2017
Sumber: Komisi Informasi Pusat, 2017
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
Jumlah Permohonan Jumlah yang diselesaikan
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
5176
186419
237323 125
377
1231.354
5464
32120
7194
Rekapitulasi jumlah permohonan penyelesaian sengketa selama periode Januari – Desember 2017 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.43 Rekapitulasi Jumlah Permohonan Penyelesaian Sengketa dan Rekapitulasi Penyelesaian Sengketa Informasi Tahun 2017
No Bulan Jumlah Permohonan Penyelesaian Sengketa
Jumlah Register Penyelesaian Sengketa
1 Januari 8 1
2 Februari 4 2
3 Maret 10 7
4 April 9 16
5 Mei 9 4
6 Juni 44 1
7 Juli 16 1
8 Agustus 4 -
9 September 6 -
10 Oktober 3 -
11 November 4 -
12 Desember 3 -
Total 120 32
Sumber: Sekretariat Komisi Informasi Pusat, 2017
Dari 32 register sengketa tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan hasil penyelesaian sebagai berikut:
Tabel 3.44 Klasifikasi Penyelesaian SengketaNo. Penyelesaian Jumlah
1 Putusan Ajudikasi 15
2 Putusan Sela 9
3 Mediasi Sepakat 4
4 Pencabutan 3
5 Pembatalan Registrasi 1
Total 32
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|125|
3. PEnGaDuan MasyaRaKaT TERhaDaP KOnTEn sIaRan
Data pola aduan adalah data mengenai jumlah aduan yang terwujud menurut variasinya. Dimulai dari pola data menurut saluran yang dipakai untuk mengadu. Dari 5.759 jumlah aduan yang masuk, disampaikan melalui saluran yang beragam. Paling tidak ada 7 (Tujuh) jenis saluran yang dipakai dan selama periode Januari – Desember 2017, saluran Email adalah yang paling banyak dipakai, yaitu sebanyak 2,678 (46,5%) aduan yang disalurkan melalui Email. Berikutnya, jumlah yang disalurkan melalui Twitter 1,467 (25,5%), Facebook sebanyak 572 (9,9%), SMS sebanyak 434 (7,5%), Surat Masuk/Tatap Muka sebanyak 303 (5,2%), Instagram sebanyak 170 (2,9%), dan Telepon 15 (0,2%). Sedangkan untuk data berbentuk apresiasi baik terkait apresiasi ke Lembaga Penyiaran ataupun ke Komisi Penyiaran Indonesia sebanyak 120 (2,3%) apresiasi/masukan.
Tabel 3.45 Jumlah Pengaduan Isi Siaran Berdasarkan Sumber Pengaduan Tahun 2017
Email Twitter facebook SMS Surat Masuk Instagram Telepon
2.678 1.467 572 434 303 170 15
Sumber: Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia, Tahun 2017
4. PEnGaDuan DI BIDanG PERsSelama Tahun 2017, Dewan Pers menangani sejumlah 523 pengaduan kasus jurnalistik yang berasal dari masyarakat, lembaga pemerintah/swasta, dan organisasi lainnya. Dari jumlah tersebut, 482 merupakan kasus yang diterima pada Tahun 2017 dan sejumlah 41 kasus merupakan pengaduan yang masuk di akhir Tahun 2016. Sampai dengan akhir Tahun 2017, jumlah pengaduan Bidang Pers yang terselesaikan adalah sebanyak 426 kasus (81%). Sisanya sebanyak 97 kasus (19%) akan diselesaikan pada Tahun 2018.
Kasus pengaduan umumnya disebabkan karena adanya pelanggaran Kode Etik Jurnalistik oleh media, baik media cetak, elektronik dan siber. Pemberitaan dimaksud tidak melalui uji informasi, konfirmasi dan klarifikasi sehingga pemberitaan tersebut cenderung beropini dan menghakimi. Hal lain yang juga banyak diadukan ke Dewan Pers adalah pemberitaan mengenai kekerasan terhadap anak dan wanita (pelanggaran Pasal 5) dan pemberitaan yang menyangkut SARA (pelanggaran Pasal 8). Adapun bentuk penyelesaian dari kasus pengaduan tersebut:1. Diselesaikan melalui mediasi dengan menghasilkan Risalah
Kesepakatan sebanyak 51 kasus;2. Diupayakan melalui mediasi namun tidak diperoleh kesepakatan
para pihak, maka Dewan Pers mengeluarkan Pernyataan Penilaian dan Rekomendasi (PPR) sebanyak 40 kasus;
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
jumlah aduan
5.759 periode
Januari – Desember
pengaduan Pers terselesaikan
426kasus dari 523 kasus
|126|Laporan Kinerja
3. Diselesaikan melalui surat menyurat Dewan Pers dengan pengadu dan teradu sebanyak 334 kasus;
4. Diselesaikan melalui Berita Acara Pertemuan sebanyak 1 kasus.
Penyelesaian sengketa kasus pers dilaksanakan di Jakarta dan di beberapa daerah di Indonesia.
Grafik 3.9 Jumlah Pengaduan Kasus Pers yang Masuk ke Dewan Pers Tahun 2014 – 2017
Sumber: Dewan Pers, 2017
555523
32
397356
41
530489
41
523
426
97
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Pengaduan Masuk Pengaduaan Terselesaikan Pengaduan yang belum Terselesaikan
2014 2015 2016 2017
Perbandingan target dan realisasi atas penyelesaian pengaduan kasus per Tahun 2015, 2016 dan 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.46 sebagai berikut:
Tabel 3.46 Perbandingan Target dan Realisasi Atas Penyelesaian Pengaduan Kasus Tahun 2015 – 2017
2015 2016 2017
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
90% 89.7% 90% 92.3% 90% 81.5%
Sumber: Dewan Pers, 2017
Permintaan Keterangan Ahli Pers Tahun 2017, selain permintaan untuk keterangan Ahli Pers dalam pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Penyidik Polri juga permintaan ahli pers dalam persidangan yang menyangkut kasus pers. Tahun 2017, Dewan Pers mempunyai target untuk permintaan keterangan ahli pers sebanyak 14 kasus. Sampai dengan tangal 31 Desember 2017, permintaan keterangan ahli pers sebanyak 43 kasus dan dapat terselesaikan sebanyak 33 kasus, sementara 10 kasus masih dalam proses penyelesaian.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|127|
5. PEnDafTaRan PEnyELEnGGaRaan sIsTEM ELEKTROnIK (PPsE)
Definisi PPSE adalah setiap orang, penyelenggara negara, Badan Usaha, dan masyarakat yang menyediakan, mengelola, dan/atau mengoperasikan Sistem Elektronik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama kepada Pengguna Sistem Elektronik untuk keperluan dirinya dan/atau keperluan pihak lain. PPSE didasarkan pada ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pendaftaran Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PSTE).
Gambar 3.22 Jumlah Penyelenggara Sistem Elektronik yang Sudah Terdaftar di PSE Kominfo
PENDAfTARAN PENYELENGGARA SISTEM ELEKTRONIK (PSE)
Sumber: Direktorat E-Bisnis, Ditjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo, 2017
Total: 536 Sistem Elektronik Terverifikasi
35916215
2017
2016
2015
Tujuan PSE adalah sebagai berikut:1. Mewujudkan penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik
yang andal, aman, terpercaya dan bertanggung jawab (TRUSTED);2. Memberikan pelayanan yang cepat, tanggap, akurat, transparan
dan akuntabel kepada masyarakat;3. Mendorong peningkatan kualitas penyelenggaraan sistem dan
transaksi elektronik;4. Meningkatkan peran serta dan tingkat kepercayaan masyarakat
dalam pemanfaatan TIK.
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|128|Laporan Kinerja
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) menandatangani Nota Kesepahaman untuk kerja sama layanan Pendaftaran Sistem Elektronik (PSE). Pendaftaran PSE ini dilakukan di Kementerian Kominfo dan idEA.
6. OTOMaTIsasI PERIZInan
a. Sistem Perizinan OnlineKementerian Komunikasi dan Informatika telah membangun Sistem Perizinan Online (E-License) untuk menghadapi tuntutan masyarakat terhadap pengelolaan perizinan yang handal dan prima sehingga mampu menangani keperluan perizinan saat ini dan kebutuhan mendatang. Dalam rangka penyempurnaan fitur dan mengakomodir kebutuhan pengaman keaslian dokumen izin yang diterbitkan maka dibutuhkan kegiatan pengembangan lebih lanjut terhadap sistem tersebut. Dengan adanya pengembangan maka diharapkan sistem akan semakin maksimal dan dapat memenuhi apa yang menjadi harapan semula.
Maka, setelah dilaksanakan pengembangan dan penyempurnaan selama Tahun 2016, pada tanggal 21 Juni 2017 diluncurkanlah Sistem Perizinan Online (E-Licensing) di bidang Pos dan Telekomunikasi yang dapat diakses oleh publik. Berikut disampaikan manfaat proses baru perizinan melalui Sistem E-Licensing di bidang Pos dan Telekomunikasi pada Tabel 3.47.
Tabel 3.47 Manfaat Pengembangan Sistem E-Licensing di Bidang Pos dan Telekomunikasi
No. PROSES LAMA PROSES BARU MANfAAT
1
Untuk mengirimkan berkas permohonan, pemohon harus datang dan kemungkinan berkas permohonan belum lengkap
Pemohon izin tidak perlu datang dan bila berkas tidak lengkap tidak dapat dikirim/ditolak
Mengurangi biaya pemohon didaerah yang harus datang ke Jakarta terutama UMKM
2
Untuk memantau berkas permohonan, pemohon harus menghubungi/datang ke petugas/loket yang tersedia
Pemohon diberikan fasilitas cek status permohonan, setiap selesai proses di setiap titik proses otomatis status permohonan berubah
Mengurangi biaya pemohon didaerah yang harus datang ke Jakarta terutama UMKM dan potensi pungli
3
Pemohon penomoran telekomunikasi, harus datang dan konsultasi atas ketersediaan nomor yang diinginkan
Pemohon secara langsung dapat memeriksa ketersediaan penomoran telekomunikasi dengan memasukkan nomor yang diinginkan
Mengurangi biaya pemohon didaerah yang harus datang ke Jakarta terutama UMKM dan potensi pungli
4 Pemohon harus mengambil SK Izin Penyelenggaraan
SK Izin Penyelenggaraan dikirim ke email pemohon secara otomatis
Mengurangi biaya pemohon didaerah yang harus datang ke Jakarta terutama UMKM dan potensi pungli
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|129|
Tabel 3.47 Manfaat Pengembangan Sistem E-Licensing di Bidang Pos dan Telekomunikasi
No. PROSES LAMA PROSES BARU MANfAAT
5
Proses permohonan berkas dilakukan secara manual (melalui surat/Nota Dinas) dan tergantung pada keberadaan pejabat/staf pemroses
Proses permohonan berkas dilakukan secara elektronik dimanapun pejabat/staf berada (tidak bergantung keberadaan pejabat/staf pemroses.Notifikasi pemberitahuan via email & aplikasi pada setiap proses selanjutnya
Waktu proses menjadi lebih cepat
7Tanda tangan basah dan bergantung pada keberadaan pejabat penandatangan
Tanda tangan elektronik SiVION menggunakan file P12 dan tidak bergantung pada keberadaan pejabat penandatangan
Waktu proses menjadi lebih cepat
8Draft SK Perizinan sering terjadi kesalahan pengetikan dan berubah-ubah sesuai selera
Draf SK Perizinan dalam bentuk template, data inputan pemohon secara otomatis langsung masuk ke template Draf SK
Waktu proses menjadi lebih cepat
9
Dalam SK Perizinan penyelenggaraan belum ada security printing untuk menentukan asli/tidaknya SK dimaksud
Dalam SK Perizinan penyelenggaraan secara elektronik terdapat security Quick Response Code (QR Code) dan tandatangan digital untuk menentukan asli/tidaknya SK dimaksud
Tidak terjadi pemalsuan SK
Jumlah pemohon sejak launching sampai dengan tanggal 31 Desember 2017 tercatat sebanyak 594 permohonan izin (baik perizinan pos maupun telekomunikasi), di mana sebanyak 176 permohonan diterima (terbit SK izin) dan 418 ditolak.
Rekap Perizinan E-Licensing
Dit
erim
a
Mas
uk
Juli Agustus September
102
20
85
27
95
31
152
40
107
40
12
67
Oktober November Desember
Dit
erim
a
Mas
uk
Dit
erim
a
Mas
uk
Dit
erim
a
Mas
uk
Dit
erim
a
Mas
uk
Dit
erim
a
Mas
uk
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Sumber: Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, 2017
Grafik 3.10 Rekapitulasi Perizinan E-Licensing Bulan Juli – Desember 2017
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|130|Laporan Kinerja
Berdasarkan Grafik 3.10, didapati adanya tren kenaikan jumlah pemohon E-Licensing setiap bulannya. Pada bulan pertama peluncurannya, tercatat sebanyak 59 pemohon untuk semua jenis izin. Angka pemohon yang masuk mencapai puncaknya di bulan November yang lalu sebanyak 147 pemohon untuk semua jenis izin.
b. Percepatan Proses PerizinanSehubungan dengan ketentuan Presiden RI yang tertuang dalam Perpres Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha dalam rangka percepatan proses perizinan, dapat kami laporkan bahwa sejak diluncurkannya Sistem E-Licensing terjadi pemangkasan waktu yang cukup signifikan dalam penyelesaian proses perizinan. Hingga tanggal 31 Desember 2017, rata-rata waktu penyelesaian perizinan (untuk semua jenis izin) 70% lebih cepat dibanding dengan Service Level Agreement (SLA) yang ditetapkan regulasi terkait.
Tabel 3.48 Rekapitulasi Penyelesaian Perizinan Melalui E-Licensing
Jenis Permohonan Terbit SKRata-rata SLA
Terbit SK (hari kerja)
SLA di regulasi(hari kerja)
Peningkatan Kecepatan SLA Terbit SK
(%)
(1) (2) (3) (4)
Jasa Telekomunikasi 47 2.3 14 84%
Jaringan Telekomunikasi 12 2.5 14 82%
Penomoran 25 1.5 11 86%
ULO Jasa & Jaringan Telekomunikasi 9 6 14 57%
POS 44 6 10 40%
TOTAL 137
*) (4) = 100% - [(2)/(3)*100]
Sumber: Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, 2017
Terlampir dilaporkan status integrasi dan pertukaran data perizinan dengan instansi lain:
Tabel 3.49 Integrasi dan Pertukaran Data Perizinan pada Sistem E-Licensing
No. Instansi Bentuk Integrasi Status
1 Ditjen Pajak (Kemenkeu) Validasi NPWPLaporan SPT Pajak selama 2 tahun Sudah berjalan
2 Ditjen Dukcapil (Kemendagri) Validasi keabsahan KTP/NIK/ data kependudukan
Tanda Tangan MOUDalam tahap uji coba
3 Ditjen AHU (Kemenkumham) Validasi data perseroanFinalisasi PKS
Pengembangan Application Programming Interface (API)
4 BKPM Validasi penanaman modal perusahaanValidasi izin usaha
Finalisasi PKSPengembangan Application Programming Interface (API)
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja|131|
Kinerja AnggaranRealisasi Belanja Kementerian Komunikasi dan Informatika pada TA 2017 adalah sebesar Rp.4.409.473.919.346,- atau 89,06% dari Pagu DIPA sebesar Rp.4.951.278.581.000,-. Adapun di Tahun 2017, Kementerian Keuangan mengeluarkan Inpres Nomor 4 Tahun 2017 tentang Efisiensi Belanja Barang Kementerian/Lembaga Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2017 dimana Kemkominfo terkena penghematan sebesar Rp.100.000.000.000,-. Namun, di Tahun 2017 ini pula, Kemkominfo mendapat tambahan anggaran untuk Program Government Public Relations sebesar Rp.250.000.000.000,-.
Adapun realisasi belanja masing-masing program secara rinci diuraikan sebagai berikut:
Tabel 3.50 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Program TA 2017
Uraian Program Anggaran Realisasi Belanja % Real
Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kemkominfo
296.027.744.000,00 287.938.009.469,00 97,27
Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Kementerian Komunikasi dan Informatika
500.000.000,00 462.154.100,00 92,43
Program pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kemkominfo 24.409.497.000,00 22.087.030.023,00 90,49
Program penelitian dan pengembangan komunikasi dan informatika
246.005.068.000,00 234.963.182.466,00 95,51
Program pengelolaan sumber daya dan perangkat pos dan informatika 768.727.418.000,00 699.297.737.853,00 90,97
Program penyelenggaraan pos dan informasi 2.846.293.020.000,00 2.465.335.948.413,00 86,62
Program pengembangan aplikasi dan informatika 364.593.660.000,00 324.995.725.488,00 89,14
Program pengembangan informasi dan komunikasi publik 404.722.174.000,00 374.394.131.534,00 92,51
JUMLAH 4.951.278.581.000,00 4.409.473.919.346,00 89,06
Sumber: Biro Keuangan, Kemkominfo, 2017
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
|132|Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
Jumlah realisasi tersebut meningkat dibanding 3 (tiga) tahun sebelumnya sebagaimana dapat dilihat pada Grafik 3.11 di bawah ini:
Grafik 3.11 Perbandingan Realisasi Belanja Kemkominfo Tahun 2014 – 2017
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0
3.663
2.127
58.07%
54.10%
69.95%
89.06%
4.939
2.672
5.121
3.583
4.951
4.410
APBN dan Realisasi (dalam Rp miliar)
‘14 ‘15 ‘16 ‘17
PAGU Realisasi % Realisasi
18.000
16.000
14.000
12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
-
9.05710.861
12.71913.560 13.685
16.560
3.3183.2092.7602.3091.9451.743662 740 787 962 984 967
273224138122125123
BHP Frekuensi BHP Telekomunikasi PNBP USO PNBP Lainnya1)
2012 2013 2014 2015 2016 2017
(dalam Rp miliar)
Sumber: Biro Keuangan, Kemkominfo
No. Sumber & Jenis Pnbp
2012 2013 2014 2015 2016 20172)
TAR REAL % TAR REAL % TAR REAL % TAR REAL % TAR REAL % TAR REAL %
1. BHP Frekuensi 8,934 9,057 101.4 9,495 10,861 114.4 9,881 12,719 128.7 11,390 13,560 119.1 12,970 13,685 105.5 12,952 16,560 127.9
2. PNBP USO 1,497 1,743 116.4 2,020 1,945 96.3 2,291 2,309 100.8 2,230 2,760 123.8 2,567 3,209 125.0 2,567 3,318 129.3
3. BHP Telekomunikasi 599 662 110.5 650 740 113.8 734 787 107.2 893 962 107.7 923 984 106.6 932 967 103.8
4. PNBP Lainnya1) 68 123 180.9 86 125 145.3 94 122 129.8 100 138 138.0 107 224 209.3 120 273 228.2
Total PNBP 11,098 11,585 104.4 12,251 13,671 111.6 13,000 15,937 122.6 14,613 17,420 119.2 16,567 18,102 109.3 16,571 21,119 127.4
1) PNBP Lainnya terdiri dari antara lain; Biaya Sertifikasi Perangkat, Sewa Rumah Dinas; IAR dan KRAP; REOR dan SKOR; Izin Penyelenggaraan Pos; Izin Penyelenggaraan Penyiaran, STMM Yogyakarta, Pusdiklat Pegawai, Penerimaan Pemanfaatan BMN; dan Penerimaan Lainnya.
2) Realisasi PNBP Per Des 2017
Grafik 3.12 Capaian Kinerja Target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Tahun 2012 - 2017
Laporan Kinerja|133|
PENUTUP
1. LAMPIRAN
2. HASIL REVIU INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KOMINFO ATAS LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN KOMINFO TAHUN 2017
3. PERJANJIAN KINERJA KEMENTERIAN KOMINFO TAHUN 2017
4. DATA DUKUNG CAPAIAN PER INDIKATOR KINERJA4
|134|Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017Akuntabilitas Kinerja
150%
TARGET REALISASI
2,7% (150 DBT)
4,02% (222 lokasi) + 3
desa piloting
222 lokasi + 3 desa piloting di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk Lokpri tersedia layanan digital
indikatoryang capaiannyadiatas 100%
Jumlah anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang
memperoleh literasi TIK
137,56%TARGET REALISASI
5.300 Orang 7.291 Orang
Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK
298,82%TARGET REALISASI
500.000 Orang 1.494.117 Orang
514 Kab/Kota terlayani akses broadband 4G LTE
107,33%
TARGET REALISASI60%
(308 kab/kota dari 514 kab/
kota)
64,40% (331 kab/kota dari
514 kab/kota)
100,44%
Kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik
160,42%
TARGET REALISASI50%
(1-49% = distrusters; 50-
59% = neutral; 60-100% = trusters)
73%
(1-49% = distrusters; 50-59% = neutral;
60-100% = trusters)
Opini Laporan Keuangan
100%
TARGET REALISASI
WTPWTP*
*) Penilaian Tahun 2016
393 Desa di wilayah tertinggal termasuk Lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi melalui penyediaan Base Transceiver Station (BTS)
158% (393)
TARGET REALISASI4,5%
(250 desa)7,11%
(393 desa)
Implementasi digitalisasi penyiaran/Analog Switched Off (ASO)
140%TARGET REALISASI
70% 98%
300.000 petani dan nelayan Go Digital
111,17%
TARGET REALISASI
300.000 petani dan nelayan
333.515 petani dan nelayan yang ter-register di aplikasi
514 Kab/Kota terhubung backbone serat optik Nasional
TARGET REALISASI86%
(442 kab/kota dari 514 kab/
Kota)
86,38%(444 kab/kota dari
514 Kab/Kota)
Laporan Kinerja|135|
Dari hasil evaluasi terhadap akuntabilitas kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2017, dapat disimpulkan beberapa poin sebagai berikut:
1. Terdapat 10 (sepuluh) indikator yang capaiannya diatas 100%, yaitu: (1) Persentase (%) kab/kota terhubung backbone serat optik Nasional, (2) Persentase (%) kab/kota terlayani akses broadband 4G LTE, (3) Persentase desa di wilayah tertinggal termasuk Lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi melalui penyediaan Base Transceiver Station (BTS), (4) Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/Analog Switched Off (ASO), (5) Persentase nelayan dan petani Go-digital, (6) Persentase (%) desa wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk Lokpri tersedia layanan digital, (7) Jumlah anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang memperoleh literasi TIK, (8) Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK, dan (9) Persentase (%) kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik, serta (10) Opini Laporan Keuangan.
Penutup
Capaian kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika pada Tahun 2017 secara
umum telah menunjukan kinerja yang baik, dilihat dari jumlah indikator kinerja yang telah melampaui target dan capaian yang menunjukkan peningkatan
dibandingkan dengan capaian Tahun 2016. Demikian pula dengan capaian kinerja keuangan, yang telah
mencapai 89,06%.
2. Terdapat indikator yang tidak mencapai target di Tahun 2017, yaitu (a) Persentase (%) kawasan perbatasan terlayani jasa akses telekomunikasi (BTS Perbatasan) (Jumlah kawasan perbatasan: 187 Kecamatan) (b) Persentase (%) harga layanan pitalebar terhadap PDB per kapita (c) Persentase (%) UMKM go digital (Jumlah UMKM per Tahun 2012: 56 juta) (d) Jumlah angkatan kerja yang tersertifikasi keahlian dan kompetensi sektor TIK (e) Indeks RB dan AKIP, (f) Kendala dan permasalahan yang dihadapi yang menyebabkan tidak tercapainya indikator kinerja tersebut akan menjadi fokus perbaikan kinerja di tahun mendatang.
3. Capaian kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2017 juga didukung oleh adanya kebijakan yang dikeluarkan, terutama terkait dengan upaya penapisan situs negatif dan konten negatif untuk melindungi pengguna internet dari konten-konten yang bersifat negatif dan dapat merugikan seperti Hoax, Penipuan, SARA dan lain-lain, kebijakan tentang Over The Top (OTT) untuk melindungi pengguna aplikasi telekomunikasi dari layanan yang memiliki muatan pornografi, penyalahgunaan narkotika, penghinaan, kebencian dan lain-lain serta kebijakan registrasi ulang kartu pra bayar untuk melindungi pelanggan seluler dari fraud telekomunikasi.
Berbagai kebijakan dan upaya telah ditempuh merupakan langkah untuk mewujudkan sasaran pembangunan nasional. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari kerja keras yang dilakukan oleh satuan kerja penanggungjawabnya.
Dari hasil capaian kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika sepanjang Tahun 2017 untuk meningkatkan kinerja pada tahun yang akan datang dan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan antara lain:1. Peningkatan kualitas perencanaan termasuk dalam menetapkan
indikator dan target kinerja sesuai dengan konsep SMART dengan cara melakukan reviu Renstra Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2015 – 2019 serta memperdalam pengkajian baik dari sisi biaya maupun manfaat pada tiap rencana program, dan melakukan penetapan target kinerja yang realistis berdasarkan kajian program tersebut;
2. Pemantauan dan pengawalan pelaksanaan rencana aksi pencapaian target setiap indikator kinerja yang diukur setiap bulan;
|136|Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017Penutup
3. Pengembangan Sistem Monitoring dan Evaluasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang mengintegrasikan antara perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kinerja dan anggaran sehingga mempermudah dalam melakukan monitoring capaian kinerja dan anggaran sehingga langkah-langkah antisipatif dapat dilakukan jika ada kendala dalam pencapaian target per bulannya;
4. Peningkatan pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) termasuk manajemen resiko pelaksanaan program secara komprehensif, sehingga risiko tiap program dapat diidentifikasi, dimitigasi, sehingga memperbesar persentase keberhasilan pencapaian target kinerja;
5. Meningkatkan sinergi antar satuan kerja untuk mendorong tumbuhnya budaya kerja organisasi yang profesional, akuntabel, mempunyai integritas dan inovatif;
6. Melakukan perbaikan sistem dan pengelolaan manajemen kinerja, baik di tingkat organisasi maupun di tingkat individu, sebagai bagian dari upaya reformasi birokrasi di lingkungan Kemkominfo yang dilakukan secara terus menerus;
7. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara melalui peningkatan kualitas penyusunan Laporan Keuangan. Selain itu, melakukan monitoring, reviu, dan tindak lanjut atas temuan audit BPK RI untuk mencapai kondisi pengelolaan keuangan yang baik dan sehat.
Laporan Kinerja|137|
LAPORAN KINERJA 2017Penutup
|138|Laporan Kinerja
hasIL REVIu InsPEKTORaT JEnDERaL KEMEnTERIan KOMInfO aTas LaPORan KInERJa KEMEnTERIan KOMInfO Tahun 2017
Lampiran
Laporan Kinerja|139|
PERJanJIan KInERJa KEMEnTERIan KOMInfO Tahun 2017
9PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
NO. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA MENTERI TARGET
(1) (2) (3) (4)
1.
Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia
A. Persentase (%) kab/kota terhubung jaringan backbone serat optik nasional (Palapa Ring (Jumlah kab/kota: 514)
86%
B. Persentase (%) kab/kota terlayani akses broadband 4G LTE (Jumlah kab/kota: 514) 60%
C. Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri terlayani akses telekomunikasi melalui penyediaan Base Transceiver Station (BTS) (Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri tanpa sinyal: 5.520 Desa)- Desa 3T tanpa sinyal: 5.087 desa- Desa Lokpri termasuk 3T tanpa sinyal: 433
desa
4,5%(250 desa)
D. Persentase (%) kawasan perbatasan terlayani j akses telekomunikasi (BTS Perbatasan)
(Jumlah kawasan perbatasan: 187 Kecamatan)- Total kecamatan Lokpri berdasarkan Perka
BNPP No.1/2015= 187 lokasi prioritas
60%(112 lokasi)
E. Persentase (%) harga layanan pita lebar terhadap PDB per kapita- Sumber data: Ditdal PPI
7,3%
F. Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/Analog Switch Off (ASO)- Cara pengukuran / tahapan / coverage
70%
8
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : RudiantaraJabatan : Menteri Komunikasi dan Informatika
berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan.
Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Jakarta, Februari 2017 Menteri Komunikasi dan Informatika
Rudiantara
LAPORAN KINERJA 2017Lampiran
|140|Laporan Kinerja
10
NO. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA MENTERI TARGET
(1) (2) (3) (4)
G. Persentase (%) nelayan dan petani go digital (Jumlah petani + nelayan per tahun 2013: 28,7 Juta)- Sumber Data: Sensus BPS Tahun 2013
1%(300.000 Petani + Nelayan Go Digital)
H. Persentase (%) UMKM go digital (Jumlah UMKM per tahun 2012: 56 juta)- Sumber Data: Kem.UKM Tahun 2012
1,8%(1.000.000 UMKM
Go Digital)
I. Persentase (%) desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri tersedia layanan digital (Desa Broadband Terpadu) (Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri tanpa sinyal: 5.520 Desa)- Desa 3T tanpa sinyal: 5.087 desa- Desa 3T + Lokpri tanpa sinyal: 433 desa
2,7%(150 DBT)
J. Jumlah anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang memperoleh literasi TIK 350.000
K. Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK 500.000
L. Jumlah angkatan kerja yang tersertifikasi keahlian dan kompetensi sektor TIK 100.000
2.
Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia
Persentase (%) kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik (Survei Responden/Publik)
50%
11
NO. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA MENTERI TARGET
(1) (2) (3) (4)
3. Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bersih, efisien dan efektif
A. Opini laporan keuangan WTP
B. Indeks Reformasi Birokrasi A
C. Nilai akuntabilitas kinerja A
Program Anggaran
1. Program Pengelolaan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Rp. 756.973.568.000,-
2. Program Penyelenggaraan Pos dan Informatika Rp. 2.830.820.849.000
3. Program Pengembangan Aplikasi Informatika Rp. 386.654.307.000,-
4. Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik Rp. 180.845.563.000,-
5. Program Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Rp. 261.466.700.000,-
6. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Komunikasi dan Informatika Rp. 26.109.004.000,-
7. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Rp. 310.715.512.000,-
Jakarta, Februari 2017 Menteri Komunikasi dan Informatika
Rudiantara
LAPORAN KINERJA 2017Lampiran