20140716009

  • Upload
    anenz

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ss

Citation preview

  • Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411-0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

    256

    MAKNA INTELLECTUAL CAPITAL PERSPEKTIF THE ROLE THEORYDAN THE RESOURCE BASED THEORY

    Sigit [email protected]

    Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

    ABSTRACTThis study is aimed to analyze the meaning of Intellectual Capital (IC) reviewed from the Role Theory and theResources Based Theory. This is a qualitative study with interpretive paradigm. The data collection wasconducted by in depth interview, Focus Group Discussion (FGD), and documentation. The data validity wastested using credibility, transferability, dependability, and confirmability test. The data analysis was conductedduring the process of data collection, following some steps including data collection, data reduction, data display,and conclusion. The result of this study shows that IC plays a role in all operational activities of PharmacyCompany, improves innovation power, performance, competitiveness, and well-being. The party who plays a rolein managing IC is the manager of Human Resource Development (HRD) for Human Capital (HC), theoperational or production manager for Structural Capital (SC), and the marketing or sale manager for RelationalCapital (RC). It is in accordance with the role theory. Meanwhile, this research is in line with the resource basedtheory because the company can obtain competitive advantage and superior performance by acquisition, and itcan also obtain and use important strategic asset for competitive advantage and superior financial performance.The strategic assets are tangible asset and intangible asset including IC.Keywords: Intellectual Capital, The Role Theory, The Resource Based Theory, Intangible Assets, Interpretive

    Qualitative.ABSTRAK

    Tujuan penelitian ini adalah menganalisis makna Intellectual Capital (IC) ditinjau dari the role theorydan the resources based theory. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan paradigma interpretive.Pengumpulan data dilakukan dengan in depth interview, Focus Group Discussion (FGD), danpendokumentasian. Keabsahan data dilakukan dengan uji credibility, transferability, dependability, danconfirmability. Analisis data dilakukan selama proses pengumpulan data, dengan tahapan datacollection, data reduction, data display, dan conclusion. Hasil penelitian menyatakan bahwa IC berperanbagi keseluruhan kegiatan operasional perusahaan farmasi, meningkatkan daya inovasi, kinerja, dayasaing, dan kesejahteraan. Pihak yang berperan dalam mengelola IC adalah manajer Human ResourceDevelopment (HRD) untuk Human Capital (HC), manajer operasional atau produksi untuk StructuralCapital (SC), dan manajer pemasaran atau penjualan untuk Relational Capital (RC). Hal ini sesuaidengan the role theory. Sementara itu, penelitian ini sesuai dengan the resource based theory karenaperusahaan akan memperoleh competitive advantange dan kinerja superior melalui akuisisi, perolehan,dan penggunaan aset strategis yang penting untuk competitive advantage dan kinerja keuangan yangsuperior. Aset strategis yang dimaksud adalah aset berwujud dan aset tak berwujud termasuk IC.Kata kunci: Intellectual Capital, The Role Theory, The Resource Based Theory, Aktiva Tak Berwujud,

    Kualitatif Interpretif.

    PENDAHULUANPeran penting Intellectual Capital (IC)

    sebagai aktiva tak berwujud yang strategisbagi perusahaan telah terbukti melalui ber-

    bagai riset. Misalnya penelitian Hermawan(2011a, 2011b, dan 2011c), Hermawan danHerlina (2013), Khalique et al. (2011),Sharabathi et al. (2010), Chen (2008), Cohen

  • Makna Intellectual Capital Perspektif The Role Theory... Hermawan 257

    dan Kaimenakis (2007), Cabrita et al. (2007),Hsu (2006), Mageza (2004), Belkaoui (2003),IFAC (1998), dan Stewart (1997). Peran ICtersebut terbukti memengaruhi kinerja bis-nis, meningkatkan nilai perusahaan, me-ningkatkan efektifitas organisasi, competitiveadvantage, dan juga menciptakan kesejah-teraan bagi perusahaan.

    Dengan memperhatikan peran IC yangdemikian besar, seharusnya perusahaan far-masi di Indonesia dapat melakukan pe-ngelolaan IC dengan baik. Namun, sampaisaat ini pengelolaan IC oleh perusahanfarmasi Indonesia masih sangatlah lemah.Terbukti hanya 17% perusahaan farmasi diIndonesia yang dapat bersaing di pasarekspor khususnya Asia Tenggara (Sam-poerno, 2007). Hal ini diperkuat oleh pe-nelitian Hermawan, et al. (2012) yang me-nyatakan bahwa manajer perusahaan far-masi belum banyak mengetahui dan me-mahami komponen IC yang dimilikinya,belum mengetahui cara mengukur dan me-ngelolanya baik IC secara individual mau-pun IC secara integrasi. Padahal globalisasiindustri dan harmonisasi farmasi ASEANtelah berjalan yang akhirnya menciptakanpasar tunggal farmasi di ASEAN. Hal inimemberikan peta persaingan industri far-masi yang lebih kompleks dan lebih berat.Kondisi ini harusnya memberikan kesada-ran bagi perusahaan farmasi di Indonesiauntuk menganalisis peran penting IC se-hingga dengan mengetahuinya akan lebihmemahami bagian atau komponen manayang harus dikelola dan dikembangkan.

    Dengan memperhatikan peran pentingIC dan masih belum dikelolanya IC denganbaik oleh perusahaan farmasi, sangat perlukiranya untuk melakukan riset denganrumusan masalah bagaimana makna ICdalam perspektif the role theory dan theresource based theory di perusahaan farmasi.Makna yang dimaksud adalah makna peranIC. Dengan rumusan masalah yang demi-kian, tujuan penelitian ini adalah untukmenganalisis makna peran IC dalam tinjau-an the role theory sehingga dapat dirumus-kan pihak yang memainkan peran IC dan

    peran apa yang dimainkan oleh IC di per-usahaan farmasi. Tujuan penelitian berikut-nya adalah menganalisis makna peran ICdalam tinjauan the resource based theory se-hingga dapat memberikan bukti yang lebihmendalam dan operasional bahwa IC mam-pu memengaruhi kinerja bisnis, meningkat-kan daya saing, dan kesejahteraan bagiperusahaan.TINJAUAN TEORETIS

    Untuk memaknai peran penting IC di-gunakan the role theory (Linton, 1936; Elder,1975) sebagai teori dasar. Teori ini akanmenggambarkan peran IC dan aktor yangberperan dalam mengelola IC di perusahaanfarmasi. Teori ini menggambarkan interaksisosial dalam terminologi aktor-aktor yangbermain sesuai dengan apa yang ditetapkanoleh budaya. Sesuai dengan teori ini, hara-pan peran merupakan pemahaman bersamayang menuntun untuk berperilaku dalamkehidupan sehari-hari. Orang-orang yangmempunyai peran di bidang tertentu harusmenunjukkan peran di bidangnya masing-masing.

    Sementara itu, the resources based theorybanyak digunakan sebagai referensi teoridari pengelolaan IC (Wernerfelt, 1984;Barney, 1991). Menurut the resource basedtheory (RBT) bahwa perusahaan akan mem-peroleh competitive advantange dan kinerjasuperior melalui akuisisi, memperoleh, danmenggunakan aset strategis yang pentinguntuk competitive advantage dan kinerja keu-angan yang superior (Wernerfelt, 1984;Barney, 1991). Baik aktiva berwujud dan takberwujud dirasakan sebagai aktiva strategisyang potensial. Menurut teori ini, bahwamanfaat dari kedua aktiva ini merupakanhasil yang positif antara sumber daya peru-sahaan dan pengukuran kinerja. Penyertaanaktiva tak berwujud diperoleh dari ke-mampuannya untuk memiliki seluruhkarakteristik dari aktiva-aktiva strategis.Ketika kebanyakan aktiva tak berwujudtidak memiliki kualifikasi sebagai aktivastrategis, IC secara umum dipertimbangkansebagai aktiva strategis yang penting.

  • 258 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 256 - 275

    Dengan memiliki IC, berarti pengetahuankhusus dan berharga telah dimiliki olehperusahaan. Kualifikasi IC sebagai aktivastrategis terletak pada hubungan yang

    sangat potensial antara IC dengan firmperformance (Belkaoui, 2003).

    IC sendiri diartikan secara berbeda danberagam oleh banyak ahli. Berikut rangku-man definisi IC dari beberapa ahli:

    Tabel 1Definisi ICMenurut Para Ahli

    Ahli / Penulis Definisi ICCIMA (2005) Perbedaan antara nilai pasar bisnis dengan aktiva berwujud (tangible

    assets).Choo danBontis, (2002)

    Intellectual capital berisi modal yang berbeda yang berakar pada karya-wan, rutinitas organisasi, hak kekayaan intelektual, dan hubungandengan pelanggan, suplier, distributor, dan rekan kerja.

    Marr danSchiuma (2001)

    Kelompok aktiva pengetahuan yang dikaitkan dengan organisasi dansecara signifikan berkontribusi terhadap posisi kompetitif organisasidengan menambahkan faktor-faktor kunci yang dimiliki stakeholders.

    Caddy (2000) Perbedaan antara intangible assets dengan intangible liabilities.Harrison danSullivan (2000)

    Pengetahuan yang dapat dikonversi ke dalam profit.Sveiby (1997) Berkaitan dengan pengalaman pengetahuan, kekuatan otak karyawan

    seperti halnya sumber daya pengetahuan, yang disimpan di dalamproses sistem database, budaya, dan filosofi.

    Brooking (1997) Intellectual capital secara operasional sebagai bahan intelektual yangdiformalkan, diperoleh, dan dikelola untuk menghasilkan aset yangbernilai tinggi.

    Stewart (1997) Material intelektualpengetahuan, informasi, hak intelektual, pengala-man yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan.

    Roos et al, (1997) Jumlah pengetahuan yang dimiliki oleh anggota perusahaan danterjemahan praktisnya seperti merk dagang, paten, dan brands.

    Bontis (1996) Intellectual capital sukar dipahami, tetapi sekali ditemukan dandieksplotasi, hal itu akan menyediakan pada organisasi sebuah sumberdaya baru untuk berkompetisi dan menang.

    Sumber: Dirangkum dari Berbagai Referensi

    Berdasarkan berbagai pengertian yangdikembangkan oleh para ahli dan penulistersebut sebenarnya telah mengarah padakomponen yang ada di IC, yakni HumanCapital (HC), Structural Capital (SC), danRelational Capital (RC) (Marr, 2008; IFAC,1998; Bontis et al, 2000; Edvinsson andMalone, 1997; Brooking, 1997). HC diartikansebagai representasi dari stock pengetahuanindividu yang tertanam di kapabilitas peru-sahaan secara kolektif untuk memberikansolusi-solusi terbaik dari para karyawan.Atau bisa juga dinyatakan sebagai segala

    kemampuan yang dimiliki oleh karyawandalam menunjang tugasnya dan dalammencapai tujuan perusahaan Bontis (1999dan 2001). Sementara itu, SC diartikan se-bagai segala sesuatu yang akan ditinggal-kan di kantor ketika karyawan pulang(Bontis, 2001) atau pengetahuan yang ber-ada di dalam perusahaan (CIMA, 2005).Selanjutnya, RC diartikan sebagai seluruhsumber daya yang terkait dengan hubunganeksternal perusahaan beserta pelanggan,supplier, atau partner dalam riset danpengembangan (CIMA, 2005).

  • Makna Intellectual Capital Perspektif The Role Theory... Hermawan 259

    Adapun berbagai komponen HC, SC,dan RC telah banyak dikembangkan oleh

    para ahli. Berikut rangkumannya:

    Tabel 2Komponen HC, SC, dan RC

    IC Komponen Kunci / IndikatorHuman Capital(HC)

    Kapasitas inovasi, kreativitas, know how atau tahu bagaimana, penga-laman sebelumnya, kapasitas tim kerja, fleksibilitas karyawan, toleransiatas perbedaan, motivasi, kepuasan karyawan, kapasitas pembelajaran,loyalitas, pendidikan, pelatihan formal, kapabilitas, keberlanjutan karya-wan, kualifikasi kejuruan, penilaian pekerjaan, penilaian psikometri,inovatif, memiliki kemampuan proaktif dan reaktif, kemampuan untukberubah, pengetahuan dan ketrampilan, keterlibatan karyawan, kecer-dasan emosional, jiwa kewirusahaan, fleksibilitas, kreativitas karyawan.

    StructuralCapital (SC)

    Rutinitas organisasi, proses manajemen, prosedur, sistem, budaya, data-base system, fleksibilitas organisasi, jasa dokumentasi, keberadaan pusatpengetahuan, penggunaan umum teknologi informasi, kapasitas pem-belajaran organisasi, budaya organisasi, hak intelektual, filosofi mana-jemen, sistem informasi, sistem jaringan kerja.

    RelationalCapital (RC)

    Loyalitas pelanggan, goodwill, relasi supplier, hubungan dengan masya-rakat, image, kepuasan pelanggan, hubungan dengan supplier, hubungandengan pemegang saham, kekuatan komersil, kapasitas negosiasidengan entitas keuangan, aktivitas lingkungan, merek, nama perusa-haan, channel distribusi, kolaborasi bisnis, perjanjian lisensi, kontrak-kontrak yang menguntungkan, perjanjian waralaba, kapabilitas dasarpemasaran, intensitas pasar.

    Sumber: Dirangkum dari Berbagai Referensi

    Sementara itu, IC banyak digunakanuntuk keperluan pengukuran kinerja dansampai tahun 2010 sudah terdapat 45 metode pengukuran kinerja berbasis IC (Sveiby,2010). Metode-metode tersebut kemudiandikelompokkan lagi ke dalam dua kelom-pok, yakni metode pengukuran keuangandan pengukuran non keuangan. Namunmenurut Hermawan (2010) bahwa pengu-kuran non keuangan mengungguli pengu-kuran keuangan pada IC karena kemanfaa-tan yang dirasakan oleh organisasi atauperusahaan di era ekonomi berbasis penge-tahuan seperti saat ini.METODE PENELITIAN

    Penelitian ini dapat diklasifikasikan kedalam penelitian kualitatif (Cresswell, 2007)dengan paradigma interpretive. Alasan me-milih penelitian kualitatif interpretive karena

    penelitian ini banyak melakukan interpre-tasi atas pendapat informan dan mengung-kap fenomena (Strauss dan Corbin, 2003)terkait makna IC dalam perspektif the roletheory dan the resource based theory. Jenispenelitian kualitatif ini sangat tepat bila dikaitkan dengan pendapat Kong dan Ramia(2010) tentang alasan penggunaan metodekualitatif dalam penelitian IC. Alasannyaadalah bahwa IC lebih banyak terkait de-ngan tacit knowledge atau pengetahuan taktampak yang sering bersifat non verbal atausecara intuitif tidak dapat diverbalkan. Se-lain itu, IC juga sangat sulit untuk dikuali-fikasikan sehingga metode kualitatif dipilihuntuk mengatasi masalah tersebut. Peneliti-an Nelson (2007) mendukung hal tersebutbahwa dibutuhkan metode kualitatif karenakebutuhan untuk menggali informasi, me-lakukan wawancara, dan mengidentifikasi

  • 260 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 256 - 275

    dimensi yang sulit tentang aliran penge-tahuan (baik yang eksplisit maupun impli-sit) yang merupakan bagian yang tidakterpisahkan dari IC.

    Penelitian ini dilakukan di industriatau perusahaan farmasi karena termasukkelompok industri highly intensive IC. Halini sesuai rekomendasi Sharabati et al. (2010)dan Chen et al. (2004) yang menyatakanbahwa penelitian IC lebih baik dilakukan diperusahaan manufaktur yang padat penge-tahuan dengan tingkat penelitian yang ting-gi dan inovatif dibandingkan dengan peru-sahaan lainnya. Salah satu perusahaan ter-sebut adalah perusahaan farmasi. Hal inijuga sejalan dengan rekomendasi Daum(2005), Boekestein (2006), Bramhandkar et al.(2007), dan Kamath (2008) yang menyatakanperusahaan farmasi adalah perusahaanyang memiliki seluruh karakteristik sebagaiperusahaan berbasis pengetahuan karenabanyak menggunakan riset. Selain itu, peru-sahaan farmasi juga banyak melakukaninovasi, banyak menggunakan pengetahu-an, dan banyak melakukan interaksi antaramanusia dan teknologi, serta bergantungpada IC sebagai sumber pembaruan.

    Fokus penelitian adalah untuk meng-analisis makna IC dalam perspektif the roletheory dan the resource based theory. Makna ICyang dimaksud adalah makna peran IC biladikaitkan dengan the role theory, yakni ten-tang bagaimana peran IC di perusahaan far-masi, siapa yang memerankan, dan sepertiapa peran tersebut. Sementara itu, makna ICdalam perspektif the resource based theoryberkaitan dengan IC sebagai intangible assetsyang juga bermanfaat untuk meningkatkankinerja superior dan competitive advantageperusahaan.

    Unit analisis penelitian ini adalah pen-dapat informan tentang makna peran ICterkait siapa pihak yang memainkan peran,bagaimana peran IC dimainkan, dan sepertiapa peran IC tersebut di perusahaan far-masi. Informan kunci dalam penelitian iniadalah manajer perusahaan farmasi (infor-man KK, ER, DS, AP), supervisor (informanNA), mantan manajer perusahaan farmasi

    (informan YAS), pengurus GP FarmasiIndonesia Jawa Timur (informan M danAS), peneliti IC (informan WH dan ZF), danpengamat industri farmasi (informan UAdan DH). Penentuan informan dilakukandengan judgement dan snowball (Marshall,1996).

    Penelitian ini menggunakan in depthinterview, focus group discussion (FGD), danpendokumentasian untuk pengumpulan da-ta (Marshall, 2006). In depth interview dilaku-kan dengan semua informan kunci baik dikantor maupun di luar kantor guna me-mudahkan wawancara. FGD dilakukan bersama informan kunci yang telah dipilih(informan KK, ER, AP, DH, ZF). Pen-dokumentasian dilakukan dengan meng-ambil data yang relevan di Kantor Gabu-ngan Perusahaan Farmasi Indonesia CabangJawa Timur (GPFI Jawa Timur), dan se-jumlah literatur dari perpustakaan daninternet. Keabsahan data dilakukan denganuji credibility, transferability, dependability,dan confirmability (Senton, 2004). Uji credibi-lity (kredibilitas) dalam penelitian ini di-lakukan dengan menggunakan empat tri-angulasi, yakni triangulasi metode, triangu-lasi sumber data, triangulasi teori, dantriangulasi antar peneliti (Hussien, 2009;Rahardjo, 2010). Uji transferability dilakukandengan membuat laporan penelitian secaraparsimoni, terinci, jelas, sistematis, dandapat dipercaya karena dalam perspektifpenelitian kualitatif, nilai transfer suatu pe-nelitian tergantung pada pemakai, hinggamana hasil suatu penelitian dapat diterap-kan pada situasi yang lain. Uji dependabilitydilakukan melalui pemeriksaan (audit) ter-hadap keseluruhan proses penelitian, yaknioleh pihak independen (Prof TS, Prof SS, DrBP). Uji confirmability dilakukan denganmelibatkan beberapa orang yang pernahdan sedang menggeluti penelitian IC, yaknipeneliti IU, SLWI, MBW, dan SH. Denganmelibatkan beberapa peneliti IC tersebutdiharapkan hasil penelitian ini dapat lebihobjektif sebagaimana tujuan uji confirma-bility.

  • Makna Intellectual Capital Perspektif The Role Theory... Hermawan 261

    Proses analisis data dilakukan selamapengumpulan data. Proses seperti ini lazimdigunakan dalam penelitian kualitatif se-bagaimana rekomendasi Miles and Huber-man (1984). Adapun tahapan analisis yangdigunakan adalah data collection, data reduc-tion, data display, dan conclusion. Pada taha-pan data collection, semua data masuk apaadanya sesuai dengan hasil wawancara,FGD, dan dokumentasi. Namun dalam me-lakukan proses pengumpulan data, penelitiselalu mendasarkan pada panduan wawan-cara, panduan FGD dan panduan datadokumentasi yang dibutuhkan. Penyusu-nan panduan-panduan tersebut didasarkanpada rumusan masalah, tujuan dan fokuspenelitian, teori pendukung, serta hasil risetterdahulu. Pada proses ini, peneliti juga ber-fungsi sebagai instrumen penelitian denganmenekankan pada keholistikan (holistic em-phasis), mengembangkan dasar pengetahu-an (knowledge based expansion), kesegeraanmemproses (processual immediacy), dan ke-sempatan untuk mengklarifikasi dan me-ringkas (opportunity for clarification and sum-maryzation), serta dapat menyelidiki responyang istimewa atau khas. Misalnya, padasaat melakukan wawancara, peneliti dapatmelihat dan memahami mimik muka,gerak-gerik tubuh, dan ucapan informantentang suatu hal termasuk penguasaanmateri yang ditanyakan peneliti. Atas ber-bagai hal tersebut, peneliti dapat segera me-respon dan beradaptasi dengan informan.Pada proses data collection juga dilakukankeabsahan data utamanya untuk uji kredi-bilitas (credibility) dengan cara triangulasi.Misalnya hasil wawancara satu informan dimember check ke informan yang lain.Demikian juga dengan hasil wawancara di-cross check dengan data dokumentasi, teoripendukung, atau juga dengan cara memintatanggapan dari peneliti IC ataupun jugasebaliknya. Dengan cara yang demikian

    dapat lebih dijamin data yang diperolehmemiliki tingkat keabsahan yang tinggi.

    Proses data reduction dilakukan selamapenelitian berlangsung. Cara yang dilaku-kan dengan menyeleksi data yang terkaitdengan tema atau topik penelitian yangtelah ditentukan. Apabila data tidak terkaitmaka data direduksi atau dibuang. Datadengan tema atau konsep yang sama akandiberi kode (proses coding). Pada proses datareduction ini juga sangat dimungkinkan di-ketahuinya data yang diperoleh sudah cu-kup atau belum. Apabila belum cukup, pe-neliti kembali turun ke lapangan untukmencari data sampai memenuhi aspek ke-cukupan data. Disinilah peneliti berperankembali sebagai instrumen penelitian. Hasildari data reduction akan dibuat data displaydengan menyusun rangkaian wawancara kedalam matriks display hasil penelitian. Ber-dasarkan matriks inilah peneliti dapat me-ngambil petikan-petikan wawancara yangpenting untuk ditampilkan ke dalam pem-bahasan hasil penelitian dan juga untukmenunjukkan kealamiahan penelitian kuali-tatif. Tahap terakhir dari analisis data ada-lah conclusion. Pada tahap ini peneliti me-ngambil simpulan, pada awalnya sangattentatif, tidak jelas, dan diragukan. Akantetapi dengan bertambahnya data, simpulanakan lebih lengkap.ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    Analisis data dilakukan dengan meng-gabungkan data-data yang diperoleh dari indepth interview, FGD, dan pendokumentasi-an. Dengan menggunakan empat triangu-lasi sebagai uji kredibilitas data dan datareduction dengan menggunakan coding, sertadidukung oleh peneliti sebagai instrumenpenelitian, peneliti mampu menghasilkantema atau konsep yang sama atas maknaperan IC. Berikut disajikan data konsep ataupola yang sama hasil dari proses analisisdata.

  • 262 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 256 - 275

    Tabel 3Konsep atau Pola yang Sama Hasil dari Proses Coding

    Coding Tema atau KonsepTema atau Konsep Utama

    A Peran Intellectual Capital di Perusahaan FarmasiA.1 a. Peran Penting Untuk Perusahaan Farmasi Secara KeseluruhanA.2 b. Peran dan Kontribusi Untuk Menunjang Operasional dan InovasiA.3 c. Peran dan Kontribusi Untuk Meningkatkan Kinerja, Daya Saing

    Perusahaan Farmasi, dan KesejahteraanSumber: Data Display Hasil Coding dan Data Reduction

    Makna Peran Intellectual Capital BagiPerusahaan Farmasi

    Berdasarkan hasil penelitian yangmenggali informasi, memahami, dan meng-analisis pendapat para informan, dapat diketahui tentang makna peran IC bagi peru-sahan farmasi. Berdasarkan proses codingdan data reduction, pendapat para informantersebut dapat dikelompokkan menjadi tigabagian, yakni 1) peran penting IC secarakeseluruhan bagi perusahaan farmasi, 2)peran dan kontribusi IC untuk menunjangkegiatan operasional dan inovasi perusaha-an, dan 3) peran dan kontribusi IC untukmeningkatkan kinerja, daya saing perusaha-an farmasi, dan kesejahteraan (lihat tabel 3).

    Untuk dapat sampai pada simpulanperan IC bagi perusahaan farmasi tersebut,peneliti tidak hanya mendasarkan padaanalisis data dengan coding dan data reduc-tion, tetapi juga dengan proses analisisselama pengumpulan data dan interpretasidikaitkan dengan teori pendukung, yaknithe role theory (Linton, 1936; Elder, 1975) danresource based theory (Wernerfelt, 1984;Berney, 1991) (lihat tabel 3). Hal ini jugasebagai upaya melakukan uji credibility ataukredibilitas data khususnya pada triangu-lasi teori. Menurut the role theory, bahwakomponen-komponen tertentu diharapkandapat memainkan peran dan berkontribusinyata sesuai bidangnya masing-masing.Demikian pula dengan aktor yang memain-kan peran tersebut. Apabila dikaitkan de-ngan peran IC, diharapkan ketiga kompo-nen IC, yakni HC, SC, dan RC dapatmemainkan peran untuk pengelolaan SDM,

    struktural atau organisasi, dan juga hubu-ngan atau relasi. Aktor yang memainkanperan tersebut juga harus memberikankontribusi atas peran HC, SC, dan RC, yaknimanajer HRD, manajer operasional danproduksi, manajer pemasaran dan penjua-lan (lihat tabel 4). Hasil penelitian yang laintentang peran IC bagi peningkatan kinerja,daya saing, dan kesejahteraan. Hal tersebutsangat sesuai bila dikaitkan dengan resourcebased theory (Wernerfelt, 1984), yakni IC se-bagai sumber daya yang dapat dikembang-kan guna mendapatkan laba superior, me-ningkatkan kinerja, dan daya saing. Berikutdijelaskan hasil penelitian tentang maknaperan IC di perusahaan farmasi.Peran Penting IC Bagi Perusahaan FarmasiSecara Keseluruhan

    Menurut para informan bahwa IC yangterdiri dari tiga komponen, yakni HC, SC,dan RC sangat penting bagi perusahaan far-masi secara keseluruhan. Pertama, peranHC dan SC sangat besar karena produk obatyang dihasilkan perusahaan farmasi dariproses yang rumit, dan paling higienis di-banding dengan proses produksi industrilainnya (lihat tabel 4). Kedua, peran RCpada pemasaran obat ethical (lihat tabel 4).Ketiga, peran IC untuk mengantisipasi pe-nyakit dan keberlangsungan (sustainability)perusahaan (lihat tabel 4).

    Peran penting IC tersebut ditunjukkanbaik secara individual yakni HC, SC, RC,atau juga secara utuh sebagai IC (lihat tabel4). Peran IC per komponan disesuaikandengan aktivitas terkait HC, SC, dan RC

  • Makna Intellectual Capital Perspektif The Role Theory... Hermawan 263

    (lihat tabel 4). Peran IC sebagai satu kesatu-an untuk internalisasi operasional perusaha-an (lihat tabel 4). Menurut informan, kom-ponen paling penting di perusahaan farmasiadalah HC karena sangat berperan mulaidari pemilihan bahan baku sampai menjadiobat siap jadi (lihat tabel 4). Para farmasisyang ada di perusahaan farmasi sudah di-hadapkan pada banyaknya pilihan bahanbaku yang akan digunakan dalam pembua-tan obat. Pada aspek ini, sering kali terjadidilema bagi para farmasis untuk memilihbahan baku berkualitas, tetapi harganyamahal atau bahan baku kualitas rendah,tetapi harganya murah. Idealisme seorangfarmasis dihadapkan pada realitas perhitu-ngan aspek ekonomi. Pada aspek ini saja,peran seorang farmasis (HC) di perusahaanfarmasi sudah begitu besar terhadap kuali-tas obat yang akan dihasilkan. Pada prosesberikutnya, setelah bahan baku dipilih danproses produksi berjalan, peran farmasis(HC) juga sangat besar karena bertugasmenjaga mutu obat. Semua proses harusdiawasi dengan sangat ketat. Berbagai atu-ran yang rumit harus dijalankan sebagai-mana Cara Pembuatan Obat Yang Baik(CPOB) sebagai sistem operasional prose-dur (SOP) proses produksi bagi perusahaanfarmasi. Pada saat obat sudah jadi, peranfarmasis juga sangat besar karena tidaksemua obat bagus kualitasnya, bahkanharus ada pula yang di-reject. Aspek etikadan moral juga menjadi hal penting bagiseorang farmasis dalam menjalankan tugas-nya. Proses produksi obat di industri farma-si juga paling higienis dibanding denganproses produksi pada industri lainnya,mulai dari penyimpangan bahan baku se-belum produksi sampai menjadi produkjadi (lihat tabel 3). Misalnya, kelembabanudara yang ada di gudang juga harus diatursedemikian rupa, interaksi manusia dengansenyawa kimia aktif juga menjadi perhatiankhusus, inilah bukti bahwa peran HC danSC dalam industri farmasi sangatlah besar.Begitu besarnya peran HC sudah selayak-nya HC dalam bentuk human resource

    menjadi aset penting bagi perusahaan far-masi (lihat tabel 4).

    Peran pentingnya IC bagi perusahaanfarmasi juga terkait dengan produk yang di-hasilkan adalah bahan yang masuk ke-tubuh manusia dengan tujuan untuk me-nyembuhkan penyakit, bukan untuk mem-buat sakit. Dengan demikian, proses pro-duksi yang dilakukan harus dengan sangathati-hati mulai dari penerimaan bahan bakusampai menjadi obat jadi. Bahkan tidakhanya mengatur proses produksi melaluiCara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB)saja, tetapi juga proses distribusinya diaturmelalui Cara Distribusi Obat Yang Baik(CDOB). Pada aspek ini, peran HC dan SClebih banyak berperan bagi perusahaanfarmasi. Untuk memastikan bahwa produkfarmasi adalah produk paling higienis danpaling rumit proses produksinya, penelitimelakukan triangulasi metode denganmembandingkan antara hasil wawancaradari informan YAS dengan data dokumen-tasi, yakni tentang Cara Pembuatan Obatyang Baik (BPOM RI, 2006) (lihat tabel 4).Hasilnya memang produk farmasi dihasil-kan dari proses yang rumit, bertahap, danpaling higienis dibanding dengan produkyang lain.

    Peran lain juga ditunjukkan oleh RCkarena obat yang ada di industri farmasi inidapat digolongan menjadi dua obat, yakniobat OTC (Over the Counter) dan ethical.Pemasaran obat ethical inilah yang mem-bedakan dengan pemasaran industri lain-nya. Prinsip-prinsip etis harus menjadi pija-kan dalam melakukan pemasaran obatethical ini. Ada kode etik pemasaran farmasiIndonesia yang harus menjadi pedomandan pijakan dalam melakukan aktivitas pro-mosi, misalnya larangan menyebutkan bah-wa obat itu terbaik, tercepat, terkuat/termanjur, teraman. Hal inilah yang mem-bedakan dengan pemasaran pada produkindustri lainnya. Dengan demikian, peranRC pada industri farmasi yakni terkaitdengan dua model pemasaran obat yangharus dilakukan secara langsung untuk obatOTC, dan tidak langsung untuk obat ethical

  • 264 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 256 - 275

    (lihat tabel 4). Untuk dapat memastikantentang kode etik pemasaran, peneliti me-lakukan triangulasi metode dengan mem-bandingkan hasil wawancara dengan datadokumentasi tentang kode etik pemasaran(ISFI, 2009). Hasilnya memang ada kaidah-kaidah dan aturan tentang cara melakukanpromosi bagi obat atau produk farmasi.

    Peran IC bagi perusahaan farmasi se-cara keseluruhan juga terkait dengan per-kembangan penyakit yang harus dianti-sipasi, dan juga untuk keberlangsunganhidup (sustainability) perusahaan (lihat tabel4). Antisipasi perkembangan penyakit perludilakukan oleh perusahaan farmasi. Anti-sipasi penyakit ini tidak hanya penyakityang berkembang, tetapi juga proteksi atasberbagai penyakit yang akan menyerangtubuh. Hal inilah yang sekarang banyakdilakukan oleh perusahaan farmasi denganmemproduksi bahan makanan atau minu-man kesehatan atau health care. Di sinilahperan IC untuk dapat melakukannya. De-ngan mengombinasikan HC, SC, dan RC,upaya tersebut dapat dilakukan. Berbagaipeluang yang ada di masyarakat ditangkapoleh RC, kemudian diproses oleh HC danSC menjadi obat atau produk kesehatan

    baru yang nantinya akan menjadi produkandalan bagi perusahaan farmasi. Apabilahal tersebut dapat dilakukan, keberlangsu-ngan (sustainability) perusahaan farmasiakan dapat terjaga.

    Dengan demikian, apabila dikaitkandengan hasil penelitian sebelumnya, bahwapenelitian ini sesuai dengan hasil penelitianKhalique et al. (2011), yang menjelaskanbahwa peran IC adalah sebagai aset stra-tegis utama bagi organisasi di dalam ekono-mi berbasis pengetahuan seperti saat ini(lihat tabel 4). Penelitian ini juga sesuai danmampu menjelaskan hasil penelitian Shara-bati et al. (2010), yang dilakukan di perusa-haan farmasi di Jordania (lihat tabel 4).Hasil penelitian tersebut menyatakan bah-wa untuk mendapatkan hasil maksimal darikonsep IC, perusahaan farmasi harus mem-beri perhatian lebih pada IC baik secaraindividual HC, SC, RC atau juga IC secarautuh (lihat tabel 4). Artinya, memang peru-sahaan farmasi harus dapat memainkanperan IC untuk tiap-tiap individu karya-wan, kelompok karyawan, atau yang ada ditiap-tiap departemen, dan seluruh perusa-haan.

    Tabel 4Hasil Penelitian dan Uji Credibility

    (Triangulasi Metode dan Triangulasi Teori-Riset Pendukung)Makna Peran IC Operasionalisasi Peran Uji CredibilityAktor atau pihakyang memainkanperan IC

    - Manajer SDM atau human resourcedevelopment (HRD) untuk penge- lolaanHC

    - Manajer operasional dan produksi untukpengelolaan SC

    - Manajer pemasaran dan penjualan untukpengelolaan RC

    - Komponen paling penting dan berperanadalah HC serta merupa- kan aset bagiperusahaan farmasi

    - The role theory(Linton, 1936; Elder,1975).

    - The Resource basedtheory (Wernerfelt,1984; Berney, 1991)

    Cara memainkanperan IC

    - IC dapat berperan per komponen (HC,SC, RC) atau juga IC sebagai kesatuanyang utuh.

    - Peran IC per komponen disesuai- kandengan aktivitas terkait HC, SC, dan RC.

  • Makna Intellectual Capital Perspektif The Role Theory... Hermawan 265

    - Peran IC sebagai satu kesatuan untukinternalisasi operasional perusahaan.

    - IC sebagai satu kesatuan berperan untukpeningkatan kinerja, daya saing, dankesejahteraan

    Peran Penting ICBagi PerusahaanFarmasi SecaraKeseluruhan

    - Peran HC dan SC untuk produksi obatdari proses yang rumit dan palinghigienis dibanding proses produksiindustri lainnya.

    - Peran RC pada pemasaran obat ethical.- Peran IC untuk mengantisipasi penyakit

    dan keberlangsungan (sustainability)perusahaan.

    - Cross check antara indepth interview YASdan UA dengandokumentasi (CPOB,CDOB, kode etikpemasaran farmasi)

    - Khalique et al. (2011)- Sharabati et al. (2010)

    Sumber: Data Display dan Data Reduction

    Peran Penting dan Kontribusi IC untukMenunjang Kegiatan Operasional danInovasi Perusahaan

    Menurut para informan bahwa IC sa-ngat berperan dan berkontribusi untuk me-nunjang kegiatan operasional dan inovasiperusahaan. Kegiatan operasional yang dimaksud adalah aktivitas harian yang ada diperusahaan farmasi. IC sebagai satu kesatu-an saling mendukung hal tersebut. HC akanmendukung aktivitas SC dan RC, dan demi-kian pula sebaliknya (lihat tabel 4). Haltersebut dinyatakan informan KK, bahwa ICberperan untuk menunjang operasional per-usahaan. Antara HC dalam bentuk humanresource dengan RC dalam bentuk marketing,dan SC dalam bentuk produksi saling ter-kait dan berhubungan erat. Berikut per-nyataan informan KK:

    Tentunya tetap berhubungan eratkarena keberlangsungan human resour-ce (human capital) sendiri tergantungdari bagian marketing. Karena marke-ting yang menyiapkan jumlah pro-duksi yang harus disiapkan berapa,dia yang jual produk, dia yang tentu-kan produk apa yang harus di develop,mengembangkan produk apa, kapa-sitasnya bagaimana? Pasti ada keter-kaitan, tidak bisa terpisah (Petikanwawancara dengan KK, 08-03-2012).Keterkaitan atau interkoneksi antara

    marketing dan produksi juga dinyatakan

    oleh informan M, bahwa pada setiap tahun-nya bagian marketing membuat forecast yangkemudian akan dibuat perhitungannya olehPPIC, dan akan dikerjakan produksinyaoleh departemen produksi (lihat tabel 5).Informan ER sebagai manajer PPIC mem-benarkan tentang interkoneksi antara marke-ting, produksi, dan PPIC. Demikian jugadengan informan DS sebagai manajer pro-duksi juga memberikan pendapat yangsama. Kegiatan produksi tidak akan bisaberjalan dengan baik bila tidak didukungsistem prosedur, teknologi informasi, mesinmesin, peralatan (SC), dan yang terpentingadalah support ketersediaan sumber dayamanusia (HC). Berdasarkan hasil in depthinterview dengan informan KK, M, ER, danDS berikutnya peneliti melakukan membercheck kepada informan AP yang menyata-kan hal yang sama, yakni HC menyediakanfarmasis yang dapat memenuhi ketentuanCara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)dan sistem prosedur lainnya (SC) serta jugamedical representative yang mampu melaku-kan aktivitas RC baik strategic maupunoperasional (lihat tabel 5). Artinya, memangperan IC dalam menunjang kegiatan ope-rasional perusahaan farmasi diwujudkandalam bentuk interkoneksi antar depar-temen (lihat tabel 5).

    Peran dan kontribusi IC tidak hanyauntuk kegiatan operasional perusahaan,

  • 266 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 256 - 275

    tetapi juga untuk inovasi dan pengemba-ngan produk dengan cara selalu me-ngembangkan ketiga komponen IC tersebut(lihat tabel 5). Hal tersebut dimaksudkanagar perusahaan farmasi dapat selalu meng-antisipasi dan memenuhi keinginan pasar.Inovasi dan pengembangan produk dapatdilakukan oleh RC, HC ataupun juga SC.Artinya, IC memang dapat dijadikan se-bagai sumber inovasi bagi perusahaan far-masi. RC menangkap peluang inovasi daripara pelanggan atau customer, HC mem-berikan ide inovasi dari para karyawanperusahaan, dan SC memberikan ide ino-vasi dari tuntutan SOP yang mengharuskanperusahaan farmasi berubah melakukanperbaikan dan inovasi (lihat tabel 5).

    Dengan demikian, apabila dikaitkandengan hasil penelitian sebelumnya, bahwapenelitian ini mendukung dan mampumenjelaskan salah satu hasil penelitian Hsu(2006), yakni HC berpengaruh secara tidaklangsung terhadap efektivitas organisasimelalui SC. Artinya, bahwa HC (farmasisatau apoteker) dapat menjalankan CPOByang merupakan SOP proses produksi obatsehingga kegiatan operasional perusahaandapat berjalan dengan lancar dan mutu obatterjamin. Namun, hasil penelitian ini ber-beda dengan salah satu hasil penelitianGhosh dan Mondal (2009), yang menyata-kan bahwa IC tidak berpengaruh padaproduktivitas perusahaan farmasi dan soft-ware di India. Artinya, IC tidak berperandan tidak berkontribusi pada produktivitas.

    Penelitian ini juga dapat digunakanuntuk menjelaskan hasil penelitian Shih etal. (2010), yakni bahwa HC berpengaruhpositif terhadap SC. Artinya, dalam peneliti-an ini HC sangat penting dan berkontribusipada kegiatan SC dengan menyediakanSDM berkualitas, yakni farmasis atau apo-teker yang diberdayakan oleh perusahaanfarmasi untuk melakukan riset, mem-produksi, dan menjaga mutu obat denganmelaksanakan apa yang ada di CPOB. Peranlain HC untuk SC adalah membuat sistemprosedur, tata aturan kerja, menciptakan

    budaya profesional dan inovatif yang mem-buat HC mampu membuat layanan danproduk-produk baru bagi perusahaan far-masi. Tentang berperannya HC untuk kegia-tan SC ini didukung pula oleh penelitianCabrita dan Bontis (2008), Hsu (2006), Moondan Kym (2006), Chen et al. (2004), danBontis et al. (2000) (lihat tabel 5).

    Contoh lain tentang peran HC bagikegiatan RC adalah dengan menyediakanmedical representative (med rep) yang secarakhusus digunakan untuk memasarkan pro-duk obat ethical kepada dokter dan tenagakesehatan lainnya. Peran lain HC tentunyaterkait penyediaan tenaga-tenaga marketing,untuk mempromosikan, pencitraan, dankegiatan-kegiatan CSR yang mampu mem-perkenalkan produk-produk farmasi. PeranHC ini juga secara berkesinambungan dapatmenciptakan brand image dan brand productbagi perusahaan farmasi. Hasil penelitianini memang sesuai dengan penelitian Chenet al. (2004), Bontis et al. (2000), Shih et al.(2010), Cabrita dan Bontis (2008), Moon danKym (2006) (lihat tabel 5). Hasil-hasil pe-nelitian tersebut menyatakan bahwa HCberpengaruh terhadap RC.

    Penelitian ini juga mendukung danmampu menjelaskan hasil penelitian lain,seperti penelitian Cabrita dan Bontis (2008),Cabrita et al. (2007), Bontis dan Fitz-Enz(2002), yakni SC berpengaruh terhadap RC.Artinya, bahwa sistem prosedur, mekanis-me kerja, struktur organisasi, proses organi-sasi, dan budaya organisasi yang ada diperusahaan farmasi mampu berperan danmendukung kegiatan RC, seperti promosike dokter, pelayanan pada pasien, kepuasanpengguna obat, layanan kepada tenagakesehatan, dan kegiatan CSR perusahaanfarmasi. Pada tataran operasional, memangperusahaan farmasi telah menyusun strategidengan membuat dua struktur pentingyakni bagian marketing strategic dan bagianmarketing operational. Dua bagian ini menjadiujung tombak keberhasilan RC yangdilakukan oleh perusahaan farmasi.

  • Makna Intellectual Capital Perspektif The Role Theory... Hermawan 267

    Tabel 5Hasil Penelitian dan Uji Kredibilitas (Triangulasi Sumber dan Riset Pendukung)Peran IC Operasionalisasi Uji Credibility

    Peran Penting danKontribusi IC UntukMenunjang KegiatanOperasional

    - Interkoneksi antara HC, SC, dan RC.- HC akan mendukung aktivitas SC dan

    RC, dan demikian pula sebaliknya- HC menyediakan farmasis yang dapat

    memenuhi ketentuan CPOB (SC) danjuga medical representative yang mampumelakukan aktivitas RC baik strategicmaupun operasional.

    - Member check infor-man M, KK, ER,AP, dan DS

    - Cabrita dan Bontis(2008)

    - Cabrita et al. (2007)- Bontis dan Fitz-Enz(2002)

    Peran dan kontribusiIC untuk inovasiperusahaan

    - IC dapat menjadi sebagai sumber ino-vasi bagi perusahaan farmasi.

    - RC menangkap peluang inovasi daripara pelanggan atau pasar, HC mem-berikan ide inovasi dari para karya-wan perusahaan, dan SC memberikanide inovasi dari tuntutan CPOB yangmengharuskan perusahaan farmasiselalu melakukan perbaikan daninovasi.

    - Cabrita dan Bontis(2008)

    - Hsu (2006)- Moon dan Kym(2006)

    - Chen et al. (2004)- Bontis et al. (2000)

    Sumber: Data Display dan Data Reduction

    Peran Penting dan Kontribusi IC untukMeningkatkan Kinerja, Daya SaingPerusahaan Farmasi, dan Kesejahteraan

    Menurut pendapat informan bahwa ICsangat berperan dan berkontribusi padapeningkatan kinerja, daya saing perusahaanfarmasi, dan kesejahteraan. Untuk dapatsampai pada kinerja, daya saing, dan ke-sejahteraan, haruslah diawali dari karyawan(HC) yang kreatif dan inovatif, termasukyang ada di bagian marketing. HC yang adadi bagian marketing harus terus me-ningkatkan knowledge yang dimilikinya agardapat melayani customer, dan juga dapatmemenuhi keinginan konsumen. Berbagaibentuk keluhan dari pelanggan akan di-sampaikan ke manajemen perusahaan.Berikutnya, perusahaan menyiapkan SDMuntuk melakukan inovasi sehingga dapatmemenuhi keinginan market. Apabila sudahdemikian, perusahaan akan dapat me-ningkatkan sales yang berarti kinerja me-ningkat dan daya saing semakin menguat.Akhirnya, kesejahteraan perusahaan danpemilik akan juga meningkat.

    Peran IC untuk meningkatkan kinerja,daya saing, dan kesejahteraan disampaikanoleh informan WH, yakni:

    Jadi IC itu penting dan berperanuntuk ke operasional, kinerja, dandaya saing. Yang namanya IC ituterbentuknya memang digunakanuntuk memperkuat operasional dulupak Sigit. Jadi kalau operasional itusudah kuat baru nanti dapat diguna-kan untuk meningkatkan kinerja ataujuga untuk meningkatkan daya saing.Dan pada akhirnya akan meningkat-kan kesejahteraan semua komponenperusahaan termasuk karyawan(Petikan wawancara dengan WH, 20-04-2012).

    Berdasarkan pernyataan informan WHtersebut dapat dijelaskan tentang bagai-mana peran IC bagi perusahaan farmasi,yakni pertama untuk kegiatan operasional,kemudian untuk inovasi. Apabila kegiatanoperasional dan inovasi sudah dapat di-lakukan oleh perusahaan farmasi, IC akandapat digunakan untuk meningkatkan ki-

  • 268 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 256 - 275

    nerja, daya saing, dan akhirnya dapat me-ningkatkan kesejahteraan perusahaan dankaryawan (lihat tabel 6). Pendapat yangtidak jauh berbeda disampaikan olehinforman ZF sebagai peneliti IC. Pernyataaninforman WH tersebut sekaligus sebagaiupaya yang dilakukan oleh peneliti dalammelakukan uji credibility khususnya padatriangulasi antar peneliti (lihat tabel 6).

    Menurut para informan, perusahaanfarmasi akan lebih mudah mencapai kinerja,daya saing, dan kesejahteraan apabila telahmemiliki produk branded, produk patenatau produk leader, dan juga brand imageyang dimiliki perusahaan (lihat tabel 6).Produk-produk ini memang memudahkandalam hal promosi dan juga meyakinkandokter (untuk produk ethical), apalagi kalaudari perusahaan farmasi besar, para dokterakan lebih apresiatif. Dengan mudahnyauntuk melakukan promosi dan lebih me-yakinkan pembeli pertama, yakni doktermaka kinerja dan daya saing (competitiveadvantage) perusahaan akan lebih mudahuntuk diraih. Pada akhirnya kesejahteraanperusahaan, pemilik perusahaan, dankaryawan akan meningkat. Terkait produkbranded ini, informan DH menjelaskan haltersebut.

    Itu biasanya disebut dengan produkyang orisinal ya. Produk-produk itubiasanya disebut dengan produkleader di market itu ya pak. Dan itumemang lebih enak ya dalam promosiapalagi kalau perusahaan besar kanlebih meyakinkan. Dokterpun biasa-nya lebih apresiatif kalau perusahaanbesar (Petikan wawancara dengan DH,14-04-2012).Dengan memiliki produk leader atau

    brand product tentunya akan memengaruhikinerja khususnya kinerja keuangan. Haltersebut dinyatakan juga oleh informan NA(lihat tabel 6). Pendapat informan DH danNA dijadikan bahan untuk kegiatan FGD,hasilnya juga menyatakan hal yang samabahwa perusahaan farmasi harus memilikileader product dengan cara berinovasi sendiri

    untuk produk-produk health care melaluidepartemen research and development (RND)atau memanfaatkan produk paten yangsudah off paten. Hal ini merupakan caraperusahaan farmasi memiliki keunggulanuntuk produknya.

    Apabila dicermati pernyataan parainforman baik hasil dari in depth interviewataupun FGD bahwa peran dan kontribusiIC terhadap kinerja, daya saing, dan ke-sejahteraan dapat tercapai apabila perusa-haan farmasi telah memiliki brand imageatau branded product yang sudah dikenalluas oleh masyarakat. Baik brand imageperusahaan dan brand product farmasi, ke-duanya akan sangat membantu untukmengangkat kinerja perusahaan. Apabilaperusahaan telah memiliki brand productberupa obat yang mudah dan selalu diingatoleh masyarakat, hal ini memudahkan pen-jualan obat yang bersangkutan. Dampaknyadapat dipastikan bahwa sales perusahaanfarmasi yang bersangkutan akan selalu me-ningkat. Demikian juga sebaliknya, apabilaperusahaan farmasi sudah memiliki brandimage bagus sebagai perusahaan farmasiterpercaya, hal ini akan dapat mengangkatproduk obat yang sebenarnya kualitasnyabiasa-biasa saja.

    Dengan demikian, apabila dikaitkandengan hasil penelitian sebelumnya bahwapenelitian ini mendukung dan mampumenjelaskan hasil penelitian lain, sepertihasil penelitian Sharabati et al. (2010), Ghoshdan Mondal (2009), Bramhandkar et al.(2007), Chen et al. (2004), Cabrita dan Bontis(2007), Bontis et al. (2000), Chen (2008),Stewart (1997), dan Mageza (2004) (lihattabel 5). Artinya, bahwa farmasis yangberkualitas, unggul, mampu menjaga mutuobat, dan mampu melaksanakan CPOBdengan baik, dapat dipastikan akan meng-hasilkan mutu obat yang diminati olehkonsumen (lihat tabel 6). Apalagi bila haltersebut ditunjang oleh strategi marketing,tim sales yang bagus, dan kerja sama yangbaik dengan berbagai pihak, tentunya halini secara bertahap akan menjadikan pro-duk farmasi menjadi obat branded dan

  • Makna Intellectual Capital Perspektif The Role Theory... Hermawan 269

    menjadikan perusahaan farmasi dikenal,serta mendapat brand image yang bagus(lihat tabel 6). Dengan memiliki obat brandeddan brand image yang bagus untuk perusa-haan farmasi, maka dapat dipastikan hal iniakan mampu meningkatkan kinerja, dayasaing perusahaan farmasi, dan pada akhir-nya akan menciptakan kesejahteraan bagiperusahaan dan pemilik (pemegang saham)perusahaan.

    Ketiga peran dan kontribusi IC diperusahaan farmasi tersebut memang sesuaidengan the role theory (Elder, 1975) dan theresource based view of the firm (Wernerfelt,1984; Berney, 1991) (lihat tabel 6). Keduateori tersebut memang sangat sesuai biladikaitkan dengan peran dan kontribusi tiapkomponen IC bagi perusahaan farmasi, danjuga kemampuan sumber daya tak ber-wujud IC dalam memberikan kontribusipada kinerja dan daya saing perusahaan.

    Kesesuaian hasil penelitian ini denganthe role theory (Elder, 1975), nampak padaperan dan kontribusi komponen HC, SC,dan RC baik secara individual tiap kompo-nen maupun secara utuh sebagai IC, demi-kian pula dengan aktor yang melaksanakanperan tersebut. HC berperan dalam pe-nyediaan dan pengelolaan SDM. SC ber-peran dalam menyediakan perangkatorganisasi dan teknologi dalam operasionalperusahaan. RC berperan dalam berbagaibentuk kerja sama, relasi, dan promosi.Peran-peran inilah yang mendukung prosesIC dapat berkontribusi pada operasional,

    inovasi, kinerja, daya saing, dan kesejah-teraan. Apabila dikaitkan dengan aktoryang berperan, minimum ada tiga manajeryang paling berperan dan berkontribusi ataspengelolaan IC di perusahaan farmasi, yak-ni manajer SDM (HC), manajer produksi(SC), dan manajer pemasaran (RC). Peranketiga manajer tersebut memang sesuaidengan penelitian Sofian et al. (2005).

    Kesesuaian hasil penelitian ini denganthe resource based theory (Wernerfelt, 1984;Berney, 1991) karena hasil penelitian inimenyatakan bahwa IC berperan dan me-miliki kontribusi pada kinerja, daya saing,dan kesejahteraan. Dalam penelitian ini, HCdalam bentuk SDM (farmasis dan med rep),yang ditunjang oleh SC dalam bentuk sis-tem prosedur kerja, pelaksanaan CPOB, danbudaya kerja inovatif, serta RC dalambentuk marketing strategic, marketing operati-onal, dan tim sales yang tangguh memain-kan peran untuk menunjang kegiatanoperasional, inovasi, meningkatkan kinerjabisnis, daya saing perusahaan, dan kesejah-teraan. Artinya, dengan mengelola IC yangbaik, perusahaan farmasi akan memperolehkinerja superior dan competitive advantange.Hal ini disebabkan, ketika kebanyakanaktiva tak berwujud tidak memiliki kuali-fikasi sebagai aktiva strategis, IC secaraumum dipertimbangkan sebagai aktiva stra-tegis. Kualifikasi IC sebagai aktiva strategisterletak pada hubungan yang sangatpotensial antara IC dengan firm performance(Belkaoui, 2003).

    Tabel 6Hasil Penelitian dan Uji Credibility

    (Triangulasi Antar Peneliti dan Triangulasi Teori-Riset Pendukung)Peran IC Operasionalisasi Uji Credibility

    Peran Penting danKontribusi IC UntukMeningkatkanKinerja, Daya SaingPerusahaan Farmasi,dan Kesejahteraan

    - IC untuk kegiatan operasional,kemudian untuk inovasi, dayasaing, kinerja, dan kesejahteraan.

    - Farmasis yang berkualitas,unggul, mampu menjaga mutuobat, dan mampu melaksanakanCPOB dengan baik, dapat di-pastikan akan menghasilkan

    - Informan WH, ZF, NA,dan DH

    - The role theory (Elder,1975)

    - The resource based viewof the firm (Wernerfelt,1984; Berney, 1991)

    - Hermawan (2011a,

  • 270 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 256 - 275

    mutu obat yang diminati olehkonsumen.

    - Strategi marketing, tim sales yangbagus, dan kerja sama yang baikdengan berbagai pihak, akanmenjadikan produk farmasi menjadi obat branded dan men-jadikan perusahaan farmasipunya brand image.

    - Kinerja, daya saing, dan kesejah-teraan lebih mudah dicapai apa-bila perusahaan farmasi memilikiproduk branded, produk patenatau produk leader, dan jugabrand image yang dimiliki perusa-haan.

    2011b, dan 2011c)- Hermawan dan

    Herlina (2013)- Sharabati et al. (2010)- Ghosh dan Mondal

    (2009)- Bramhandkar et al.

    (2007)- Chen et al. (2004)- Cabrita dan Bontis

    (2007)- Bontis et al. (2000)- Chen (2008)- Stewart (1997)- Mageza (2004).

    Sumber: Data Display dan Data Reduction

    Penelitian ini berhasil menemukanperan-peran yang dimainkan oleh IC untukaktivitas operasional, inovasi, peningkatkankinerja, daya saing, dan kesejahteraan.Penelitian ini sebagai penelitian kualitatifjuga dapat menjelaskan secara mendalamdan operasional tentang hasil-hasil peneliti-an kuantitatif yang menyatakan bahwa ICberpengaruh pada kinerja superior, competi-tive advantage, dan kesejahteraan. Penelitianini juga dapat memberi kemanfaatan dibidang akuntansi manajemen karena ber-hasil mengeksplorasi aktivitas-aktivitas nonfinancial dalam bentuk IC, aliran knowlegde,dan memberdayakannya menjadi intellectualproperty (brand product dan brand image)yang berkontribusi pada kinerja, daya saing,dan kesejahteraan. Karena keterkaitan ICdengan praktik akuntansi manajemen ter-letak pada penganggaran biaya, aktivitasnon financial, dan memberikan informasiyang bermanfaat bagi perusahaan untukmengidentifikasi, mengukur, mengomuni-kasikan pemicu nilai yang diharapkan bagipengembangan sistem informasi penguku-ran kinerja dan alokasi sumber daya(Hermawan, 2011c).

    Kemanfaatan lain dari hasil penelitianini untuk akuntansi manajemen adalahketerkaitan antara pengelolaan HC dalam

    bentuk human resource management (HRM)dengan kinerja organisasi dan competitiveadvantage. Sebagaimana dinyatakan olehKouhy et al. (2009) bahwa kebijakan job forlife lebih memandang human resourcesebagai assets daripada costs. Hal ini samaseperti hasil penelitian ini yang menyatakanbahwa HC memegang peran paling pentingdalam pengelolaan IC dan HC dipandangsebagai assets bagi perusahaan farmasi diIndonesia. Outcome dari aktivitas HRM jugadapat dilaporkan ke dalam laporan akuntanmanajemen perusahaan. Demikian pulauntuk mencapai competitive advantage me-lalui strategic HRM lebih menekankan padapendekatan strategis melalui pengelolaanHC yang dimiliki perusahaan.

    Kontribusi berikutnya hasil penelitianini terkait dengan masih sangat sedikitnyapenelitian IC non keuangan seperti ini yanglebih banyak menggali aset-aset tersem-bunyi dan mengembangkan strategi untukmencapai tujuan perusahaan sebagaimanarekomendasi Kannan dan Aulbur (2004).Penelitian IC non keuangan seperti ini jugamemberikan kontribusi pada keberagamanpenelitian IC yang selama ini lebih banyakdilakukan pada IC aspek keuangan. Me-mang perkembangan penelitian IC di Indo-nesia masih sangat didominasi oleh peneliti-

  • Makna Intellectual Capital Perspektif The Role Theory... Hermawan 271

    an IC keuangan. Menurut banyak referensidan hasil-hasil penelitian bahwa penelitianIC dapat dikelompokkan menjadi dua,yakni penelitian IC keuangan dan penelitianIC non keuangan. Penelitian IC keuanganakan terkait dengan analisis laporan keua-ngan guna menilai kinerja keuangan peru-sahaan. Penelitian IC keuangan ini mem-butuhkan pemahaman dan berkontribusipada pengembangan akuntansi keuangandan manajemen keuangan. Sementara itu,

    untuk penelitian IC non keuangan akanterkait dengan pengelolaan, evaluasi danoptimalisasi aset-aset tersembunyi, sertamenyusun strategi untuk dapat meningkat-kan kinerja non keuangan perusahaan yangakhirnya akan meningkatkan kinerja keua-ngan perusahaan. Penelitian IC non keua-ngan akan terkait dengan akuntansi mana-jemen dan juga strategic management accoun-ting. Gambar 1 menjelaskan tentang pene-litian IC keuangan dan IC non keuangan.

    Gambar 1Penelitian IC Keuangan dan IC Non Keuangan

    Sumber: Dirangkum dari Berbagai Referensi

    Kontribusi selanjutnya dari hasil pene-litian ini adalah pada aspek metode pe-nelitian yang dilakukan. Jenis penelitian iniadalah kualitatif interpretive. SebagaimanaNelson (2007), Kong dan Ramia (2010) bah-wa penelitian IC non keuangan yang meng-gali aset-aset tersembunyi, tacit knowledge,dimensi yang non verbal membutuhkanwawancara mendalam dan juga interpretasimakna dari para key informant. Lebih lanjutbahwa penelitian kualitatif interpretive se-perti ini dapat juga dikategorikan ke dalaminterpretive accounting research (IAR)(Lehman, 2011) atau Lukkaa dan Modell(2010) menyebutnya sebagai interpretiveresearch (IR) in management accounting. Me-mang terkait dengan intellectual capital ataujuga aliran pengetahuan ini masuk ranahmanagement accounting research kelompokintellectual reseource management (Harris danDurden, 2011). Penulis yakin bahwa risetkualitatif interpretive untuk bidang akun-

    tansi manajemen akan berkembang seiringkebutuhan perusahaan dan organisasiuntuk melakukan pengelolaan IC dengancara identifikasi komponen kunci atauindikator HC, SC, dan RC.SIMPULAN DAN SARAN

    Simpulan penelitian ini adalah maknaperan intellectual capital dalam persepektifthe role theory terkait dengan aktor ataupihak yang memainkan peran pengelolaanintellectual capital, yakni manajer humanresource development untuk human capital,manajer operasional dan manajer produksiuntuk structural capital, dan manajer pen-jualan pemasaran untuk relational capital.Pihak yang paling berperan untuk penge-lolaan intellectual capital adalah manajerhuman resource development untuk humancapital. Peran Intellectual Capital tersebutdapat dimainkan per komponen secaramandiri (human capital, structural capital,

    Penelitian IC

    IC Keuangan

    IC NonKeuangan

    Analisis KinerjaKeuangan

    Pengelolaandan Strategi

    AkuntansiKeuangan danManajemenKeuangan

    AkuntansiManajemendan StrategicManagementAccounting

  • 272 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 256 - 275

    atau relational capital) untuk tiap aktivitas-nya dan dapat juga ketika diintegrasikanmenjadi satu kesatuan intellectual capital.Sementara itu, makna peran intellectualcapital perspektif the resource based theoryterkait dengan intellectual capital berperanbagi keseluruhan kegiatan operasional per-usahaan farmasi, meningkatkan daya ino-vasi, kinerja, daya saing, dan kesejah-teraan.

    Saran penelitian ini adalah perusahaanfarmasi harus dapat meningkatkan peranintellectual capital karena telah terbuktimampu meningkatkan kegiatan secaraoperasional, meningkatkan daya inovasi, ki-nerja, dan kesejahteraan perusahaan. Peranpengelolaan intellectual capital tersebut adapada manajer human resource developmentuntuk pengelolaan human capital, manajeroperasional atau produksi untuk penge-lolaan structural capital dan manajer pe-masaran atau penjualan untuk pengelolaanrelational capital. Peningkatan peran intellec-tual capital tersebut harus dilakukan olehperusahaan farmasi baik secara individumanajer human resource development, manajeroperasional, manajer pemasaran dan jugaharus diintegrasikan diantara ketiga mana-jer tersebut sehingga terjadi sinergitas yangakhirnya membentuk nilai bagi intellectualcapital di perusahaan farmasi.

    Keterbatasan penelitian ini adalah tidakbisa dilakukannya observasi langsung ber-peran serta aktif di perusahaan farmasisehingga in depth interview dilakukan di luarkantor dan di luar jam kerja para informanmanajer perusahaan farmasi. Namun haltersebut dapat dipahami oleh peneliti kare-na kesibukan para informan dan pastinyaakan menganggu aktivitas kerja di perusa-haan farmasi. Atas dasar alasan tersebutjuga bahwa penelitian ini adalah studiinterpretive. Saran untuk peneliti berikutnyaadalah mempertimbangkan perusahaanatau obyek penelitian yang dapat mem-berikan rekomendasi pada peneliti untukmelakukan observasi langsung ke perusa-haan.

    DAFTAR PUSTAKABadan Pengawas Obat dan Makanan

    (BPOM) Republik Indonesia. 2006.Pedoman Cara Pembuatan Obat YangBaik. Badan POM. Jakarta.

    Barney, J. 1991. Firm Resources andSustained Competitive Advantage.Journal of Management 17(1): 99120.

    Belkaoui, A. R. 2003. Intellectual Capital andFirm Performance US Firm. A Study ofThe Resource Based and StakeholdersView. Journal of Intellectual Capital 4(2):215-226.

    Boekestein, B. 2006. The Relation betweenIntellectual Capital and IntangibleAssets of Pharmaceutical Companies.Journal of Intellectual Capital 7(2): 241-253.

    Bontis, N. 2001. Assessing KnowledgeAssets: A Review of the Model Used toMeasure Intellectual Capital. Internati-onal Journal of Management Reviews 3(1):4160.

    --------------. 1999. Managing an Organizati-onal Learning System by AligningStocks and Flows of Knowledge: AnEmpirical Examination of IntellectualCapital, Knowledge Management, andBusiness Performance. Dissertation. TheUniversity of Western Ontario. Canada.

    --------------. 1996. Theres A Price on YourHead: Managing Intellectual CapitalStrategically. Ivey Business Journalformerly Business Quarterly 60: 4047.

    Bontis, N., dan J. Fitz-Enz. 2002. IntellectualCapital ROI: A Casual Map of HumanCapital Antecedents and Consequents.Journal of Intellectual Capital 3(3): 223247.

    Bontis, N., W. C. C. Keow, dan S.Richardson. 2000. Intellectual Capitaland Business Performance in MalaysianIndustries. Journal of Intellectual Capital1(1): 85-100.

    Bramhandkar, A., S. Erickson, dan I.Applebee. 2007. Intellectual Capital andOrganizational Performance: An Empi-rical Study of the Pharmaceutical

  • Makna Intellectual Capital Perspektif The Role Theory... Hermawan 273

    Industry. The Electronic Journal ofKnowledge Management 5(4): 357362.

    Brooking, A. 1997. Intellectual Capital. Inter-national Thompson Business Press.London.

    Cabrita, M. d. R., dan N. Bontis. 2008.Intellectual Capital and Business Per-formance in the Portuguese BankingIndustry. International Journal Techno-logy Management 43(1-3): 212237.

    Cabrita, M. d. R., J. L. de Vas, dan N. Bontis.2007. Modelling The Creation of ValueFrom Intellectual Capital: A PortugueseBanking Perspective. InternationalJournal Knowledge and Learning 3(2-3):266280.

    Caddy, I. 2000. Intellectual Capital:Recognizing Both Assets and Liabilities.Journal of Intellectual Capital 1(2): 129-146.

    Chartered Institute of Management Accoun-tants (CIMA). 2005. Knowledge Mana-gement and Its Impact on The Mana-gement Accountant. Research Report 8.

    Chen, Y. S. 2008. The Positif Effect of GreenIntellectual Capital on CompetitiveAdvantage of Firms. Journal of BusinessEthics 77(3): 271-286.

    Chen, J., Z. Zhu, dan H. Y. Xie. 2004.Measuring Intellectual Capital: A NewModel and Empirical Study. Journal ofIntellectual Capital 5(1): 195212.

    Cohen, S., dan N. Kaimenakis. 2007.Intellectual Capital and CorporatePerformance in Knowledge-IntensiveSMEs. The Learning Organizations 14(3):241262.

    Choo, C. W., dan N. Bontis. 2002. Know-ledge, Intellectual Capital, and Strategy:Themes and Tensions. Edisi Inter-nasional. The Strategy Management of theIntellectual and Organizational Knowledge.Oxford University Press. New York.

    Creswell, J. W., W. E. Hanson., V. L. P.Clark, dan A. Morales. 2007. QualitativeResearch Designs: Selection andImplementation. The Counseling Psycho-logist 35(2): 236 -264.

    Daum, J. H. 2005. Intengible Assets BasedEnterprise Management: A PracticalApproach. Proceedings of 2005 PMA ICSymposium, Stern School of Business.New York University Manhattan.

    Edvinsson, L., dan M. Malone. 1997. Intellec-tual Capital: Realizing Your CompanysTrue Value by Finding Its HiddenBrainpower. Harper Collins PublishersInc. NewYork.

    Elder, G. H, Jr. 1975. Age Differentiationand Life Course. Annual Review ofSociology.

    Ghosh, S., dan A. Mondal. 2009. IndianSoftware and Pharmaceutical Sector ICand Financial Performance. Journal ofIntellectual Capital 10(3): 369388.

    Harris, J., dan C. Durden. 2011. Directions inManagement Accounting Research: AnAnalysis of Contemporary Issues andThemes. Asia Pasific Conference Paper 1-21.

    Harrison, S. and P. H. Sullivan. 2000.Profiting From Intellectual Capital:Learning From Leading Companies.Industrial and Commercial Training 32(4):139-148.

    Hermawan, S. 2010. Pengukuran Non Keua-ngan Mengungguli Pengukuran Keua-ngan Pada Intellectual Capital. JurnalAkuntansi Manajemen Bisnis dan SektorPublik (JAMBSP) STIESIA Surabaya 7(1):118141.

    ------------------. 2011a. The Integration ofIntellectual Capital and KnowledgeManagement to Improve the BusinessPerformance and Achieve the Compe-titive Advantage. Proceeding Internati-onal Seminar 22 August. Faculty ofEconomic and Business. HasanuddinUniversity. Makassar Indonesia.

    -----------------. 2011b. Optimalisasi IntellectualCapital Guna Meningkatkan KinerjaBisnis IKM Batik dan MemenangkanPersaingan di CAFTA. ProceedingSeminar Nasional 1 Oktober. FakultasEkonomi dan Bisnis. UniversitasMuhammadiyah Malang.

  • 274 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 256 - 275

    -----------------. 2011c. Praktik AkuntansiManajemen dan Kinerja Bisnis; Tinjau-an Persepektif Intellectual Capital.Jurnal OPTIMAL FE Universitas Islam45 Bekasi 5(2): 179-193.

    Hermawan, S., W. Hariyanto., H. Ernandi.,S. Iswati, dan Z. Fanani. 2012. ModelPengelolaan dan Pengembangan Intel-lectual Capital Guna MeningkatkanKinerja Bisnis Industri Farmasi danMeraih Keunggulan Bersaing TingkatGlobal. Laporan Penelitian Hibah PekertiDP2M DIKTI Kemendikbud.

    Hermawan, S., dan S. Herlina. 2013. StudiInterpretif Identifikasi dan InteraksiIntellectual Capital Terhadap KinerjaPerusahaan. Jurnal Reviu Akuntansi danKeuangan FEB Akuntansi UniversitasMuhammadiyah Malang 3(1): 335-347.

    Hsu, H. Y. 2006. Knowledge Managementand Intellectual Capital. Dissertation.Southern Illinois University. Carbon-dale USA.

    Hussien, A. 2009. The Use of Triangulationin Social Science Research: Can Quali-tative and Quantitative Methods areCombined? Journal of Comparative SocialWork 1(1): 1-2.

    Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI).2009. Kode Etik Apoteker Indonesia.Konggres Nasional Ke XVII. Jakarta.

    International Federation of Accountants(IFAC). 1998. The Measurement andManagement Of Intellectual Capital: AnIntroduction. New York. USA.

    Kamath, G. B. 2008. Intellectual Capital andCorporate Performance in IndianPharmaceutical Industry. Journal ofIntellectual Capital 9(6): 684704.

    Kannan, G, dan W. G. Aulbur. 2004.Intellectual Capital MeasurementEffectiveness. Journal of IntellectualCapital 5(3): 389413.

    Khalique, M., J. A. N. Shaari., A. B. M. Isa,dan A. Ageel. 2011. Role of IntellectualCapital on the Organizational Perfor-mance of Electrical SMEs in Pakistan.International Journal of Business andManagement 6(9): 253-257.

    Kong, E., dan G. Ramia. 2010. A QualitativeAnalysis of Intellectual Capital in SocialService Non Profit Organizations: ATheoryPractice Divide. Journal ofManagement and Organization 16(5): 656-676.

    Kouhy, R., R. Vedd., T. Yoshikawa, dan J.Innes. 2009. Human Resource Policy,Management Accounting, and Organi-sational Performance. Journal HumanResource Costing & Accounting 13(3):245-263.

    Lehman, G. 2011. The Management ofSustainability: The Art of Interpretation.JAMAR 9(1): 75-88.

    Linton, R. 1936. Study of Man. Norwalk CTAppleton-Century-Crofts. USA.

    Lukkaa, K., dan S. Modell, 2010. Validationin Interpretive Management Accoun-ting Research. Accounting, Organizationsand Society 35(4): 462-477.

    Mageza, P. Z. 2004. Intellectual Capital As ACreator of Wealth and ShareholderValue For An Organization. ShortDissertation. Rand Afrikaans University.USA.

    Marr, B. 2008. Make The Invisible Visible:Identify Intellectual Capital. http://www.cimaglobal.com. Diakses 23 Maret 2010.

    Marr, B., dan G. Schiuma. 2001. Measuringand and Managing Intellectual Capitaland Knowledge Assets in NewEconomy Organizations. Handbook ofPerformance Measurement. Edisi Inter-nasional. Gee. London.

    Marshall, M. N. 1996. Sampling forQualitative Research. Family Practice anInternational Journal 13(6).

    Marshall. 2006. Data Collection Method.http://www.sagepub.com/upm-data/10985_Chapter_4.pdf. Diakses 20 Desember2010.

    Miles, M. B., dan A. M. Huberman. 1984.Qualitative Data Analysis. Sage Publi-cation Inc. USA.

    Moon, Y. J, dan H. G. Kym. 2006. A Modelfor the Value of Intellectual Capital.Canadian Journal of AdministrativeSciences 23(3): 253-269.

  • Makna Intellectual Capital Perspektif The Role Theory... Hermawan 275

    Nelson, D. K. 2007. A Framework forDeveloping Knowledge Maps for aNot-for-Profit Firm: A Case Study.Dissertation. Robert Morris University.USA.

    Rahardjo, M. 2010. Triangulasi dalam Pene-litian Kualitatif.www.mudjiarahadjo.com. Diakses 29 Juli2012.

    Roos, J., G. Roos, N. Dragonetti, dan L.Edvinsson. 1997. Intellectual Capital:Navigating the New Business Landscape.MacMillan Press. London.

    Sampoerno, 2007. Kapabilitas Teknologi danPenguatan R & D: Tantangan IndustriFarmasi Indonesia. Majalah FarmasiIndonesia 18(4): 199209.

    Senton, A. K. 2004. Strategies for EnsuringTrustworthiness in Qualitative Re-search Project. Education for Information22(2): 63-75.

    Sharabati, A. A. A., S. N. Jawad, dan N.Bontis. 2010. Intellectual Capital andBusiness Performance in the Pharma-ceutical Sector of Jordan. ManagementDecision 48(1):105-131.

    Shih, K. H., C. J. Chang, dan B. Lin. 2010.Assessing Knowledge Creation andIntellectual Capital in Banking Indus-try. Journal of Intellectual Capital 11(1):74-89.

    Sofian, S., M. Tayles, dan R. Pike. 2005. AStudy On The Intellectual Capital andManagement Accounting Practices: ACombination of Qualitative and Quanti-tative Approaches. 3rd InternationalQualitative Research Convention 2123August Senai Johor Malaysia.

    Stewart, T. A. 1997. Intellectual CapitalTheNew Wealth of Organization. NicholasBrealey. London.

    Strauss, A., dan J. Corbin. 2003. Dasar-DasarPenelitian Kualitatif. Penerbit PustakaPelajar. Yogyakarta.

    Sveiby, K. E. 2010. Method for MeasuringIntangibles Assets.www.sveiby.com/articles. Diakses 10Desember 2010.

    ---------------. 1997. The intangible AssetsMonitor. Journal of Human ResourceCosting and Accounting 2(1): 73-97.

    Wernerfelt, B. 1984. A Resource Based Viewof the Firm. Strategic ManagementJournal 5(2): 171-180.