6
7/31/2019 1855-4351-2-PB http://slidepdf.com/reader/full/1855-4351-2-pb 1/6 KEMAS 5 (1) (2009) 11-16 Jurnal Kesehatan Masyarakat http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas HUBUNGAN KARAKTERISTIK LINGKUNGAN LUAR RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA Mardiana a, , Dwi Fibrianto b a Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia b RSUD Liwa Lampung Barat, Indonesia Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik lingkungan luar rumah dengan kejadian penyakit malaria di Desa Hanura Kecamatan Pa- dang Cermin Lampung Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adala h analitik melalui metode survei dan pendekatan belah lintang. Populasi pada penelitian ini adalah perumahan penduduk Desa Hanura, dengan jumlah sampel 78 ke- luarga. Teknik pengambilan sampel multistage dilakukan berdasarkan tingkat wilayah yang ada di Desa Hanura. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi-square. Hal-hal yang mempengaruhi kejadian penyakit malaria adalah jarak perbukitan, jarak persawahan, semak dan tanaman perkebunan, jarak tambang udang dan jarak rawa. Sedangkan kepemilikan kandang mem- punyai hubungan tidak bermakna. Abstract e purpose of this study was to determine the relationship between outside the home environment characteristics with the incidence of malaria in Hanura Village Padang Cermin Sub District South Lampung District.e study used analytical with cross sectional technique. e population in this study was Hanura Village residents, in 78 houses. Multistages sampling technique was made based on the level of existing area in the village of Hanura. Test statistics used in this study were chi-square. e factors inuencing malaria incidence are hill distance, tree crop, shrimp ponds distance, and swamps distance. While home ownership has no signicant relationship. © 2009 Universitas Negeri Semarang ISSN 1858-1196 Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima 5 Maret 2009 Disetujui 9 April 2009 Dipublikasikan Juli 2009 Keywords: Incidence of malaria Environment for foreign Domesticment system Alamat korespondensi: Gedung F1, Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 Email: [email protected]

1855-4351-2-PB

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1855-4351-2-PB

7/31/2019 1855-4351-2-PB

http://slidepdf.com/reader/full/1855-4351-2-pb 1/6

KEMAS 5 (1) (2009) 11-16

Jurnal Kesehatan Masyarakat

http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas

HUBUNGAN KARAKTERISTIK LINGKUNGAN LUAR RUMAH DENGANKEJADIAN PENYAKIT MALARIA

Mardiana a, , Dwi Fibrianto b

aJurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,IndonesiabRSUD Liwa Lampung Barat, Indonesia

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik lingkunganluar rumah dengan kejadian penyakit malaria di Desa Hanura Kecamatan Pa-dang Cermin Lampung Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik melalui metode survei dan pendekatan belah lintang. Populasi pada penelitianini adalah perumahan penduduk Desa Hanura, dengan jumlah sampel 78 ke-luarga. Teknik pengambilan sampel multistage dilakukan berdasarkan tingkatwilayah yang ada di Desa Hanura. Uji statistik yang digunakan dalam penelitianini adalah chi-square. Hal-hal yang mempengaruhi kejadian penyakit malariaadalah jarak perbukitan, jarak persawahan, semak dan tanaman perkebunan,

jarak tambang udang dan jarak rawa. Sedangkan kepemilikan kandang mem-punyai hubungan tidak bermakna.

Abstract

e purpose of this study was to determine the relationship between outside thehome environment characteristics with the incidence of malaria in Hanura VillagePadang Cermin Sub District South Lampung District. e study used analytical with cross sectional technique. e population in this study was Hanura Villageresidents, in 78 houses. Multistages sampling technique was made based on thelevel of existing area in the village of Hanura. Test statistics used in this studywere chi-square. e factors in uencing malaria incidence are hill distance, treecrop, shrimp ponds distance, and swamps distance. While home ownership has nosigni cant relationship.

© 2009 Universitas Negeri Semarang

ISSN 1858-1196

Info ArtikelSejarah Artikel:Diterima 5 Maret 2009Disetujui 9 April 2009Dipublikasikan Juli 2009

Keywords:Incidence of malariaEnvironment for foreignDomesticment system

Alamat korespondensi:Gedung F1, Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229Email: [email protected]

Page 2: 1855-4351-2-PB

7/31/2019 1855-4351-2-PB

http://slidepdf.com/reader/full/1855-4351-2-pb 2/6

Mardiana & Dwi Fibrianto / KEMAS 5 (1) (2009) 11-16

12

dan penderita malaria positif berjumlah 1.759 jiwa dari jumlah penduduk 28.324 jiwa. Di ta-hun 2003 kejadian KLB terulang lagi dengan jumlah penderita malaria klinis sebesar 4.349 jiwa dan malaria positif 1.876 jiwa dari jumlahpenduduk 29.155 jiwa. Tersebar di enam desadengan proporsi sebagai berikut: Desa Sukajayadengan penderita malaria klinis 462 jiwa danmalaria positif berjumlah 243 jiwa, Desa Hurundengan penderita malaria klinis 626 jiwa danpenderita malaria positif berjumlah 274 jiwa,Desa Hanura dengan penderita malaria klinis1.767 jiwa dan penderita malaria positif ber- jumlah 774 jiwa serta kematian 4 jiwa ( Annual Malaria Incidence 415% serta Annual ParasiteInsidence 180%), Desa Sidodadi dengan mala-ria klinis 348 jiwa dan penderita malaria positif berjumlah 144 jiwa serta kematian 3 jiwa, DesaGebang dengan penderita malaria klinis 1.114 jiwa dan penderita malaria positif berjumlah440 jiwa, Desa Tanjung Agung dengan pen-derita malaria 32 jiwa dan penderita malariapositif 1 jiwa (Puskesmas Hanura, 2003).

Kondisi geogra s Desa Hanura terdiridari daerah pantai, laguna, sawah dan rawa,serta pegunungan. Di sepanjang pantai terda-pat tambak-tambak udang yang aktif 6,5 hektar

dan yang tidak aktif 34 hektar, bila dibanding-kan dengan desa lain yang memiliki karakter-istik lingkungan sama (daerah pantai, tambak udang, laguna, dan rawa), tingkat kejadian pe-nyakit malaria lebih tinggi kejadiannya di DesaHanura. Hal ini dimungkinkan karena penge-lolaan lingkungan yang kurang baik sehinggasangat berpotensial menjadi tempat perindu-kan nyamuk malaria (Boesri, 1997).

Metode

Jenis penelitian yang digunakan analitik(untuk memperoleh penjelasan tentang faktor-faktor risiko dan penyebab penyakit) denganmempelajari hubungan penyakit dan paparandengan cara mengamati status paparan danpenyakit serentak pada individu-individu daripopulasi tunggal, pada satu saat atau periode . Pengumpulan data pada penelitian ini melaluimetode survei dengan menggunakan penguku-ran dan kuesioner.

Populasi dalam penelitian ini adalah se-

Pendahuluan

Penyakit malaria masih merupakanmasalah kesehatan masyarakat di Indonesiasampai saat ini. Angka kesakitan penyakit inimasih cukup tinggi, terutama di daerah luar Jawa dan Bali. Di daerah transmigrasi di manaterdapat campuran penduduk yang berasal daridaerah yang endemis dan yang tidak endemismalaria, masih seringnya terjadi letusan ataukejadian luar biasa (KLB) malaria, kadang-kadang disertai adanya kematian (Abednego,1996). Pada tahun 2003 di Puskesmas. Hanuraterjadi KLB dengan jumlah kematian sebanyak 7 jiwa (Puskesmas Hanura, 2003).

Penyakit ini ditularkan oleh vektor nya-muk ( Anopheles betina) malaria yang semulabanyak ditemukan di daerah rawa-rawa (Maliet al., 2009). Di Indonesia penyakit tersebutmerupakan penyakit rakyat yang endemis, olehkarena penyakit tersebut sudah lama dideritaoleh banyak penduduk di daerah pantai, dae-rah persawahan, perkebunan, dan daerah hu-tan (Werner, 1995).

Upaya penanggulangan penyakit ma-laria diintegrasikan ke dalam kegiatan pembe-rantasan penyakit menular yang dilaksanakan

oleh unit pelayanan kesehatan yang ada (Garg,2009). Melalui pendekatan epidemiologi di-lakukan strati kasi permasalah malaria sebagaidasar penentuan kebijaksanaan operasional.Wilayah operasional di dalam pemberantasanpenyakit malaria dibagi menjadi dua bagianyaitu: daerah Jawa - Bali dan daerah luar Jawa –Bali (Kanwil Depkes Propinsi Lampung, 2000).

Penyakit malaria merupakan salah satupenyakit menular yang kembali muncul danmenjadi masalah kesehatan masyarakat di Pro-

pinsi Lampung yang terletak di kawasan Indo-nesia barat yang semula menganggap bahwamalaria telah dapat dikendalikan. Ternyataakhir-akhir ini kembali menjadi masalah yangserius terutama di daerah endemis, bahkantelah muncul dalam bentuk kejadian luar biasa(KLB) (Puskesmas Hanura, 2002).

Desa Hanura merupakan salah satu dae-rah yang berada di wilayah kerja PuskesmasHanura Kecamatan Padang Cermin KabupatenLampung Selatan. Pada tahun 2002 terjadi KLBmalaria di Puskesmas Hanura dengan jumlahpenderita malaria klinis sebanyak 2.764 jiwa

Page 3: 1855-4351-2-PB

7/31/2019 1855-4351-2-PB

http://slidepdf.com/reader/full/1855-4351-2-pb 3/6

Mardiana & Dwi Fibrianto / KEMAS 5 (1) (2009) 11-16

13

luruh rumah di Desa Hanura di wilayah kerjaPuskesmas Hanura, Kecamatan Padang Cer-min, Kabupaten Lampung Selatan. Jumlah ru-mah yang ada 412 buah.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah78 rumah. Sampel dipilih menggunakan teknik yaitu multistage sampling berdasarkan tingkatwilayah yang ada di Desa Hanura. Pelaksana-annya dengan membagi wilayah populasi kedalam desa, dan tiap desa dibagi ke dalam RW/dukuh, bagian lagi menjadi RT, dan RT dibagilagi menjadi keluarga.

Variabel penelitian adalah 1) Jarak per-bukitan; 2) Jarak persawahan; 3) Semak-semak dan tanaman perkebunan; 4) Jarak tambak

udang; 5) Jarak rawa; 6) Kepemilikan kandangternak

Hasil

Sesuai Tabel 1, persentase jarak perbuki-tan dari rumah dengan kriteria buruk (<5 km)sebesar 91,03% dibandingkan dengan jarak perbukitan yang baik, (>5 km) sebesar 8,97%.

Persentase jarak sawah yang baik, (>5km) sebesar 5,13%, sedangkan jarak sawah darirumah dengan kriteria buruk (< 5 km) lebihbesar 94,87%.

Persentase keadaan adanya semak-se-

Tabel 1 . Distribusi Frekuensi Jarak Perbukitan, Jarak Sawah, Semak-semak, Tanaman Perkebu-nan, Jarak Tambak Udang, Jarak Rawa Dari Rumah dan Kepemilikan Ternak di Desa HanuraKecamatan Padang Cermin Lampung Selatan

Variabel Frekuensi Proporsi (%)Pengukuran perbukitan

Baik 7 8,97Buruk 71 91,03Jumlah 78 100,0

Pengukuran sawahBaik 4 5,13Buruk 74 94,87Jumlah 78 100,0

Semak-semak dan tanaman perkebunanBaik 61 78,20Buruk 17 21,80Jumlah 78 100,0

Pengukuran Jarak Tambak UdangBaik 5 6,41Buruk 73 93,59Jumlah 78 100,0

Pengukuran Jarak RawaBaik 8 10,26Buruk 70 89,74Jumlah 78 100,0

Kepemilikan ternak Ada ternak 42 53,8Tidak ada ternak 36 46,15Jumlah 78 100,0

Page 4: 1855-4351-2-PB

7/31/2019 1855-4351-2-PB

http://slidepdf.com/reader/full/1855-4351-2-pb 4/6

Mardiana & Dwi Fibrianto / KEMAS 5 (1) (2009) 11-16

14

mak dan tanaman perkebunan yang terdiri darirumput liar, kapulaga, salak, rumput ilalang,kopi, dan kakou lebih besar (78,20%) daripadarumah yang sekelilingnya tidak terdapat se-mak-semak dan tanaman perkebunan(21,8 %).

Persentase jarak tambak udang dari ru-mah dengan kriteria buruk (<5 km) sebesar93,59%, dibandingkan dengan jarak tambak udang yang baik (>5 km) sebesar 6,41%.

Sesuai Tabel 1 persentase jarak rawa yangbaik (>5 km) sebesar (10,26%), sedangkan ja-rak rawa dari rumah dengan kriteria buruk (<5km) sebesar (89,73%).

Persentase responden yang memiki ter-nak sebesar (53,85%), distribusi frekuensi di-tunjukkan pada Tabel 1.

Pembahasan

Banyaknya kejadian malaria di perbuki-tan karena daerah perbukitan lebih banyak pohon-pohon atau semak-semak yang dapatmenghalangi sinar matahari, sehingga tempattersebut akan menjadi teduh dan lembab. Tem-pat teduh dan lembab merupakan tempat yangdisenangi oleh nyamuk Anophelessebagai tem-

pat istirahat (Abednego, 1996).Loncatan inang pembawa penyakit ma-

laria juga terjadi karena perubahan lingku-ngan. Misalnya perambahan hutan, penguba-han pola tanam pertanian, pendangkalan rawa,dan tambak terlantar. Perubahan lingkunganini menyebabkan manusia lebih mudah ter-papar. Aktivitas masyarakat berperan dalammeningkatkan perkembang biakan nyamuk.Contohnya, peningkatan kepadatan penduduk mendorong pembukaan hutan dan penghunian

kawasan perbukitan. Akibatnya menimbulkanbanyak genangan air dan sungai kecil yangmerupakan tempat perindukan penyakit ma-laria (Jordan et al., 2009).

Perbukitan merupakan salah satu tem-pat istirahat nyamuk Anopheles. Banyaknyasemak-semak dan tanaman perkebunan, tana-man salak, kapulaga, ilalang, pohon perdu,dan tanaman perkebunan (kopi, kakou, ke-lapa) merupakan tempat yang baik untuk is-tirahat nyamuk Anopheles sebelum menggigit.Jarak perbukitan dengan rumah berpengaruhterhadap kejadian malaria. Semakin dekat ja-

rak perbukitan dari rumah semakin berisiko,sedangkan kemampuan menjangkau rumahdipengaruhi oleh jenis nyamuk dalam terbangdan kecepatan angin.

Persawahan merupakan salah satu tem-pat perindukan nyamuk malaria. Keterjang-kauan habitat vektor malaria dari tempat ak-tivitas manusia, dipengaruhi oleh jenis nyamuk dalam terbang dan kecepatan angin. Jarak antara rumah dengan persawahan merupakanfaktor risiko terjadinya penyakit malaria. Ben-tuk campur tangan manusia dalam pengolahanlahan pertanian, contohnya pola penanamanpadi terus-menerus yang menyebabkan terse-dianya genangan air menyebabkan siklus hidupnyamuk tidak terputus. Jenis nyamuk malariayang tempat perkembangbiakan di persawahanadalah jenis An. Aconitus (Saxena et al., 2009).

Di Indonesia nyamuk Anopheles aconi-tus terdapat hampir, di seluruh kepulauan ke-cuali Maluku dan Irian Jaya. Biasanya banyak dijumpai di dataran rendah tetapi lebih ba-nyak didapatkan di daerah kaki gunung padaketinggian 400-1000 m. Makin ke IndonesiaTimur penyebarannya semakin berkurang.

Jentiknya terdapat di sawah dan saluranirigasi tersier. Sawah yang akan ditanami dan

mulai diberi air, yang masih ada batang padidan jerami yang berserakan, merupakan sarangyang sangat baik. Di seluruh irigasi jentiknyaterdapat di tepi yang banyak ditumbuhi rumputdan tidak begitu deras airnya.

Semak-semak, tanaman liar dan tana-man perkebunan merupakan tempat istirahatnyamuk. Pada penelitian entamonologik me-nunjukkan bahwa vektor malaria potensialadalah Anopheles sundaicus yangx bersarangdi sela semak-semak dan perkebunan kelapa

(Ernst et al., 2009).Keberadaan semak-semak dan tana-man perkebunan yang rimbun menciptakanlingkungan yang teduh dan lembab di sekitarrumah. Lingkungan yang demikian sangat me-nguntungkan nyamuk Anopheles sebagai tempatistirahat /resting habit. Sebelum dan sesudahmenghisap darah. Semakin banyak semak-se-mak dan tanaman perkebunan semakin banyak terdapat nyamuk. Sehingga frekuensi kontak antara nyamuk dengan manusia semakin ting-gi. Risiko untuk terjadi penyakit malaria se-makin besar. Dengan demikian ada hubungan

Page 5: 1855-4351-2-PB

7/31/2019 1855-4351-2-PB

http://slidepdf.com/reader/full/1855-4351-2-pb 5/6

Mardiana & Dwi Fibrianto / KEMAS 5 (1) (2009) 11-16

15

antara semak-semak dan tanaman perkebunandengan kejadian penyakit malaria (Beth et al., 2007).

Pada kasus penyebaran penyakit malaria,kita sering melupakan akar masalah mengapapenyakit tersebut bisa tersebar dan malah me-nimbulkan KLB yang menelan banyak korban jiwa. Faktor mobilitas penduduk yang tinggi, juga karena kondisi alam yang memungkinkanbanyaknya tempat perindukan nyamuk sepertihutan, laguna disepanjang pantai dan tambak yang terlantar, merupakan faktor pendukungterjadinya penyakit malaria (Marcia et al., 2009).

Aktivitas masyarakat dan perusahaanyang kurang perduli akan lingkungan hidup.Contohnya genangan air pada bekas galianpasir di Palau Batam dan tambak ikan atauudang yang ditinggalkan terutama saat krisismoneter seperti terjadi di Lampung sehinggamenjadi tempat nyamuk berkembangbiak. Nya-muk Anopheles tumbuh pesat di permukaanair tambak yang ditumbuhi lumut (Elroy et al., 2009).

Hal ini merupakan faktor risiko untuk terjadi penyakit malaria. Peningkatan kejadianpenyakit malaria selain disebabkan akibat peru-

bahan iklim juga karena perubahan lingkung-an, misalnya penelantaran tambak, genanganair di bekas galian pasir, juga penebangan po-hon baku. Semakin dekat jarak tambak udangdari rumah semakin berisiko, sedangkan ke-mampuan menjangkau rumah dipengaruhioleh jenis nyamuk dalam terbang dan kecepa-tan angin.

Tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles sundaicus adalah air payau, di manabiasanya terdapat tumbuhan-tumbuhan Ente-

romorpha, chsetomorpha dengan kadar garamkesukaanya adalah 1,2% - 1,8%, dan tidak sukapada kadar garam lebih dari 4%. Dari hasil pe-nelitian jentik An. sundaicus banyak terdapatpada air payau, lebih menyukai daerah terbukayang langsung terkena sinar matahari sepertipada laguna, rawa atau genangan/telaga yangterlindung oleh tambak-tambak di pesisir pan-tai.

Rawa merupakan tempat perindukannyamuk Anopheles. Adanya tumbuhan air dansemak-semak yang rimbun merupakan tem-pat perlindungan yang baik terhadap jentik

nyamuk. Semakin dekat jarak rawa dari ru-mah semakin berisiko, sedangkan kemampuanmenjangkau rumah dipengaruhi oleh jenis nya-muk dalam terbang dan kecepatan angin.

Hasil penelitian tidak sesuai dengan teoriyang menyatakan menunjukkan bahwa kontak antara vektor malaria yang menggigit orangdan sembunyi di dalam rumah yang terdapatternak adalah 8 – 18 kali lebih besar dibanding-kan tanpa ternak. Banyaknya nyamuk Anophe-lesdi dalam rumah akan meningkatkan kontak antara nyamuk dan manusia sehingga risikoterkena penyakit malaria akan lebih besar (Bethet al., 2007).

Nyamuk Anopheles lebih menyukai he-wan ternak berupa sapi, kambing, dan kerbaudibandingkan dengan ayam, itik, anjing, dankucing. Di Desa Hanura terdapat 59,5% yangmemiliki ternak ayam, itik, bebek, burung,angsa. Hewan tersebut bukan jenis hewan yangdisukai nyamuk untuk persinggahan. Hal iniyang menyebabkan tidak ada hubungan sig-ni kan antara kepemilikan kandang ternak didalam rumah dengan kejadian penyakit ma-laria di Desa Hanura.

Simpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah adahubungan antara jarak perbukitan, semak-se-mak dan tanaman perkebunan, jarak persawa-han dari rumah, jarak tambak udang, serta jarak rawa dengan kejadian penyakit malaria,dan tidak ada hubungan antara kepemilikankandang di dalam rumah dengan kejadian pe-nyakit malaria.

Da ar Pustaka

Abednego, H.M. 1996. Situasi Malaria dan Ma-salah Penggulangannya di Indonesia. Jakarta:Dirjen PPM dan PLD

Beth, K., Scholthof, G. 2007. e Disease Triangle:Pathogens, e Environment and Society.Nature Publishing Group, 5

Boesri, H. 1997. Penyebaran Nyamuk Vektor Penu-laran Penyakit Malaria di Propinsi Lampung. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesi, 25

Elroy, B.M., Wiseman, V., Matovu, F. and Mwen-gee, W. 2009. Malaria Prevention in North-

Page 6: 1855-4351-2-PB

7/31/2019 1855-4351-2-PB

http://slidepdf.com/reader/full/1855-4351-2-pb 6/6

Mardiana & Dwi Fibrianto / KEMAS 5 (1) (2009) 11-16

16

Eastern Tanzania: Patterns of Expendi-ture and Determinants of Demand at eHousehold Level. Malaria Journal 2009, 8:95 doi:10.1186/1475-2875-8-95 Ernst, K.C.,Lindblade, K.A., Koech D., Sumba, P.O.,Kuwuor, D.O., John, C.C. and Wilson, M.L.2009. Environmental, Socio-demographicand Behavioural Determinants of MalariaRisk in e Western Kenyan Highlands: ACase–Control Study. Tropical Medicine and International Health. 4 (10) (2009): 1258–1265

Garg, A., Dhiman, R.C., Bhattacharya, S. and Shuk-la, P.R. 2009. Development, Malaria and Ad-aptation to Climate Change: A Case Study from India. Environmental Management, 43:779–789

Jordan, S.J., Branch, O.L.H., Castro, J.C., Oster, R.A.and Rayner, J.C. 2009. Genetic Diversity of the Malaria Vaccine Candidate Plasmodiumfalciparum Merozoite Surface Protein-3 in aHypoendemic Transmission Environment. Am. J. Trop. Med. Hyg ., 80 (3): 479–486

Kanwil Depkes Propinsi Lampung. 2000. Situasi Malaria di Propinsi Lampung. Tanjung Ka-rang

Marcia, C. C., Tsuruta, A., Kanamor, S., Kannady,K. and Mkude, S. 2009. Community-basedEnvironmental Management for MalariaControl: Evidence from a Small-Scale Inter- vention in Dar es Salaam, Tanzania. Malaria Journal, 8: 57

Puskesmas Hanura. 2002. Puskesmas Hanura. Lam-pung Selatan

Puskesmas Hanura. 2003. Puskesmas Hanura. Lam-pung Selatan

Saxena, R., Nagpa, B.N., Srivastava, A., Gupta, S.K.and Dash, A.P. 2009. Application of SpatialTechnology in Malaria Research & Control:Some New Insights . Indian J Med Res, 130:

125-132Mali, Tan, K.R. and Arguin, P.M. 2009. Malaria Sur- veillance-United States. MMWR, 60 (3)

Werner, D. 1995. Where there is no Doctor. Yay Es-sentia Medika. London