Upload
illyas-janu
View
6
Download
2
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
asda
Citation preview
22 INASEA, Vol. 14 No.1, April 2013: 22-36
ANALISIS DISTRIBUTION CENTER
PADA PT ANUGRAH ARGON MEDICA
DENGAN PENDEKATAN TATA LETAK DAN FASILITAS
Khristian Edi Nugroho Soebandrija; Edward Sutrisno Sutanto
Industrial Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University
Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480
ABSTRACT
Warehouse design has an important role in a supply chain system, so it requires a good planning.
This study aims to determine and select the warehouse location with the company's management criteria and
optimal design of warehouse layout, followed by designing the layout and the existing facilities at the
warehouse in accordance with the principles of the warehouse layout design. The layout design refers to: (1)
facility layout problem (FLP) which is divided into Static, Dynamic and Stochastic Layout Problem, (2)
facility re-layout problem (FRLP), (3) systematic layout planning (SLP). Warehouse site selection uses value
of consideration factors which are keys of success of the company. After the step of location selection is
location determination of the warehouse uses calculation of both extrapolation request and the required
number of racks, while warehouse layout design uses the activity relationship chart, activity relationship
diagram, and area allocation diagram to determine the room positions and warehouse facilities in the area.
After doing the whole calculations, the location chosen for the new warehouse is at Cipondoh, Tangerang.
The number of racks required is 98 retail shelves, 213 bulky shelves, 412 pallets, 69bulky and heavy duty
racks. Based on the activity relationship chart (ARC), activity relationship diagram (ARD), and area
allocation diagram (AAD), the warehouse layout is obtained for the new warehouse at Cipondoh that can be
applied by the company for building Distribution Center project.
Keywords: layout gudang, consideration factors, activity relationship chart, area allocation diagram
ABSTRAK
Perancangan gudang berperan sangat penting dalam suatu sistem supply chain, sehingga
membutuhkan perencanaan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dan memilih lokasi
gudang dengan kriteria manajemen perusahaan dan perancangan layout gudang yang optimal, serta
merancang tata letak dan fasilitas yang ada pada gudang sesuai dengan prinsip-prinsip perancangan layout
gudang. Perancangan layout mengacu pada: (1) facility layout problem (FLP) yang terbagi dalam Static,
Dynamic dan Stochastic Layout Problem; (2) facility relayout problem (FRLP); (3) systematic layout
planning (SLP). Pemilihan lokasi gudang menggunakan metode nilai faktor tertimbang di mana faktor-
faktor yang dipertimbangkan dalam metode tersebut adalah faktor-faktor yang dianggap sebagai kunci
sukses oleh pihak manajemen perusahaan. Setelah tahap pemilihan lokasi gudang adalah tahap penentuan
kapasitas gudang menggunakan perhitungan ekstrapolasi permintaan dan perhitungan jumlah rak yang
dibutuhkan, serta perancangan layout gudang menggunakan activity relationship chart, activity relationship
diagram, dan area allocation diagram untuk menentukan letak antar ruangan dan fasilitas di area gudang.
Setelah melalui tahapan perhitungan, lokasi yang terpilih untuk gudang baru adalah Cipondoh, Tangerang.
Jumlah rak retail yang dibutuhkan sebanyak 98 rak, 213 rak bulky, 412 pallet, dan 69 rak bulky heavy duty.
Berdasarkan activity relationship chart (ARC), activity relationship diagram (ARD), dan area allocation
diagram (AAD), diperoleh layout gudang secara keseluruhan untuk lokasi gudang Cipondoh yang dapat
diterapkan oleh perusahaan untuk implementasi proyek pembangunan Distribution Center.
Kata kunci: warehouse layout, weighted factors, activity relationship chart, area allocation diagram
Analisis Distribution Center (Khristian Edi Nugroho Soebandrija; Edward Sutrisno Sutanto) 23
PENDAHULUAN
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang distribusi, PT Anugrah Argon Medica
berusaha agar dapat memberikan pelayanan yang baik kepada seluruh konsumennya dan menjaga
hubungan yang baik dengan para principal-nya. Seiring dengan perkembangan bisnis, pada tahun
2011, PT Anugrah Argon Medica menjalin kerja sama dengan dua principal baru, sehingga konsep,
teori, dan aplikasi manajerial sangat diperlukan dalam hal: (1) facility layout problem (FLP) yang
terbagi dalam static, dynamic dan stochastic layout problem (SFLP), (DFLP) dan (STFLP); (2)
facility re-layout problem (FRLP); (3) systematic layout planning (SLP).
FLP mengacu pada penelitian terkait SFLP tentang effectiveness of layout dan cost of
material handling, dalam hal: (1) quadratic assignment problem oleh Koopmans dan Beckman
(1957), dan Armour dan Buffa (1963); (2) quadratic set-covering problem oleh Bazaraa dan
Shearali (1980). Selain itu, SFLP mengacu pada Integer programming problem, dengan penelitian
yang dilakukan oleh Lawler(1963), Kaufman dan Broeckx (1978), Burkard dan Bonninger (1983),
Frieze dan Yadegar (1983), dan Foulds dan Robinson (1976).
Selanjutnya, dalam paper ini, FLP mengacu pada penelitian terkait DFLP tentang changes
in product mix, introduction of new products, and discontinuation of existing products are
presented, seperti yang dibahas dalam penelitian dan disertasi Jithavech (2008). Penelitian lain
terkait DFLP yang menunjang Jithavech adalah dilakukan oleh Kochharr dan Heragu (1999),
Urban (1993) dan Balarkrishnan et al (2000).
Kemudian, dalam paper ini, FLP mengacu pada penelitian terkait STFLP terkait
production requirement that is unknown and uncertain, seperti yang dibahas dalam penelitian dan
disertasi Jithavech (2008). STFLP sangat diperlukan dalam situasi tersebut seperti dibutuhkan oleh
PT Anugrah Argon Medica terkait bahasan dalam paper ini. Sesuai dengan strategi supply chain
perusahaan dan untuk dapat meningkatkan kapasitas gudang dan pelayanan kepada konsumennya,
PT Anugrah Argon Medica merencanakan pembangunan Distribution Center yang berlokasi di
Jakarta. Saat ini ada satu Distribution Center yang telah beroperasi yang berlokasi di daerah
Rawamangun. Karena luasnya daerah penjualan dan tingginya tingkat penjualan yang dilayani di
kota Jakarta, pihak manajemen berencana untuk membangun satu Distribution Center lagi yang
dapat melayani kawasan Tangerang dan Jakarta.
Dalam pembangunan gudang dibutuhkan perencanaan dan perancangan yang baik. Gudang
yang baik tidak selalu harus berukuran sangat besar. Jika ditunjang dengan sistem inventaris dan
tata letak yang baik, pemanfaatan gudang dapat dimaksimalkan. Pengaturan tata letak gudang yang
baik akan mempengaruhi kelancaran operasi pergudangan dan aktivitas lainnya. Roodbergen
(2011) membahas secara spesifik tentang Rack Layout Concepts for Warehouse, terkait dengan
situasi yang ada pada paper ini. Di sisis lain, Rouwwenhorst (2000) membahas unsur design dan
control warehouse dari sisi framework dan literature review. Penyusunan rak-rak berdasarkan
kelompok-kelompok produk tertentu dan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. FLP, dalam hal
ini tata letak gudang yang baik dapat menciptakan efisiensi waktu pengambilan barang. Jika
gudang dibuat sesuai dengan kebutuhan, perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih
baik dan karyawan yang bekerja di dalamnya dapat merasa nyaman.
Kapasitas DistributionCenter yang baru harus sesuai dengan tingkat permintaan dari
cabang-cabang yang digabungkan di dalamnya. Tingkat permintaan yang diperhitungkan
berdasarkan tingkat pertumbuhan penjualan dari masing-masing cabang. Sehingga diharapkan
kapasitas yang Distribution Center yang dirancang masih dapat menampung sampai enam tahun ke
depan sebelum dilakukan ekspansi lagi.
24 INASEA, Vol. 14 No.1, April 2013: 22-36
METODE
Perencanaan pembangunan gudang baru diawali dengan pemilihan lokasi. Purnomo (2004)
dan Iswara et al(2007) membahas Lokasi secara umum. Namun, Richard et al (1992) secara
spesifik membahas facility layout and location. Frazelle (2002) membahas gudang lebih lanjut dari
sisi world class warehousing. Gu et al (2007) membahas gudang dari sisi a comprehensive
research. Sebagai salah satu alat untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pemilihan
lokasi, penulis menggunakan metode nilai faktor tertimbang. Metode nilai faktor tertimbang adalah
salah satu metode analisis untuk menilai alternatif strategi. Metode ini memerlukan beberapa faktor
yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan dengan memberikan timbangan 1 bobot sesuai
dengan kepentingan faktor tersebut. Selain itu juga memberikan tingkat masing-masing strategi
pada masing-masing faktor, serta menentukan nilai faktor tertimbangnya untuk masing-masing
strategi. Beberapa referensi buku dan jurnal mendukung penelitian di paper ini, di antaranya:
Apple (2000) dalam artikelnya membahas bahwa besarnya ruangan dan cara pengaturan layout
juga menentukan kapasitas gudang. Selanjutnya, Blomqvist (2010) membahas lebih lanjut
framework hal tersebut terkait Order Processing dan Material Handling.
Perancangan tata letak dan fasilitas pada gudang juga menerapkan prinsip-prinsip
perancangan tata letak suatu gudang. Dan juga menggunakan metode Activity Relationship Chart
untuk menghubungkan derajat kedekatan antar fasilitas yang berada di gudang. Dan kemudian
dilanjutkan dengan metode Activity Relationship Diagram untuk menggambarkan posisi antar
fasilitas dan kemudian digambarkan lebih detail pada Area Allocation Diagram. Berikut ini adalah
diagram alir yang menggambarkan penulisan paper ini (Gambar 1).
Nilai Faktor Tertimbang
Faktor-faktor yang telah ditentukan sebagai faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemilihan lokasi dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Berikut ini adalah faktor-faktor
tersebut dan bobotnya berdasarkan hasil pertimbangan dari pihak manajemen PT Anugrah Argon
Medica.
Pertama adalah business link. Dalam faktor ini, kedekatan ke relasi dinilai dengan
membandingkan jarak radius terjauh dari masing-masing rayon yang ada dari tiap cabang.
Berdasarkan pertimbangan pihak manajemen faktor kedekatan ke relasi diberikan rating 10 karena
dianggap sangat penting. Lokasi Cipondoh diberikan nilai faktor sebesar 0,5 sedangkan lokasi Slipi
diberikan nilai faktor sebesar 0,9 dengan pertimbangan bahwa lokasi Slipi yang berada di Jakarta
Barat memiliki jarak radius yang lebih dekat dengan relasi yang ada bila dibandingkan dengan
lokasi Cipondoh. Sementara kedekatan dari National Distribution Center dinilai dengan
membandingkan jarak tempuh dari National Distribution Center yang berada di kawasan Industri
Jababeka menuju lokasi perencanaan DistributionCenter yang baru. Berdasarkan pertimbangan
pihak manajemen faktor kedekatan dari National Distribution Center diberikan nilai 7. Lokasi
Cipondoh diberikan nilai faktor sebesar 0,4 sedangkan lokasi Slipi 0,8 dengan pertimbangan jarak
tempuh dari National Distribution Center menuju lokasi Cipondoh sejauh 73,8 km dan 56,2 km
dari National Distribution Center menuju lokasi Slipi.
Kedua adalah transportation access. Akses jalan tol yang dekat dengan lokasi
DistributionCenter yang baru memberikan rating 5. Lokasi Cipondoh dan Slipi sama-sama
diberikan nilai faktor sebesar 0,7 karena kedua lokasi berdekatan dengan jalan tol. Untuk lokasi
Cipondoh terletak dekat dengan jalan tol Jakarta Merak dan lokasi Slipi terletak dekat dengan jalan
tol dalam kota Jakarta. Sementara berdasarkan tingkat kepadatan lalu lintas, tingkat kepadatan lalu
lintas yang ada di sekitar lokasi Distribution Center yang baru diberikan rating 4. Lokasi Cipondoh
Analisis Distribution Center (Khristian Edi Nugroho Soebandrija; Edward Sutrisno Sutanto) 25
diberikan nilai faktor sebesar 0,7 sedangkan lokasi Slipi diberikan nilai faktor sebesar 0,6 dengan
pertimbangan pihak manajemen bahwa lokasi Slipi yang berada di Jakarta Barat memiliki tingkat
kepadatan lalu lintas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan lokasi Cipondoh yang terletak di
pinggir kota Jakarta.
Start
Studi Pendahuluan
Identifikasi Masalah
Identifikasi Kebutuhan Data
Pengumpulan Data- Observasi
- Wawancara
- Teknik Kepustakaan
Data Cukup?
Pengolahan Data- Tingkat permintaan 6 tahun ke depan
- Jumlah rak
Penentuan Lokasi Gudang- Preferensi faktor-faktor penentuan
lokasi gudang
Perancangan Tata Letak dan Fasilitas
- ARC
- ARD
- AAD
Finish
Ya
Tidak
Tinjauan Pustaka
Kesimpulan dan Saran
Gambar 1 Diagram alir penulisan
Ketiga adalah site characteristic. Lokasi gudang yang letaknya jauh dari pemukiman
penduduk sehingga tidak mengganggu aktivitas warga yang tinggal di daerah sekitar lokasi
DistributionCenter. Faktor jauh dari pemukiman ini diberikan rating 3. Lokasi Cipondoh diberikan
nilai faktor sebesar 0,9 sedangkan lokasi Slipi diberikan nilai faktor sebesar 0,1 dengan
pertimbangan bahwa lokasi Slipi berada di dalam kawasan perumahan sedangkan lokasi Cipondoh
berada pada kawasan industri. Selanjutnya, adanya akses keluar masuk untuk kendaraan besar/truk
besar memudahkan proses distribusi. Faktor ini diberikan rating 7 karena cukup penting dalam
operasional distribusi. Lokasi Cipondoh diberikan nilai faktor sebesar 0,8 sedangkan lokasi Slipi
diberikan nilai faktor sebesar 0,3 dengan pertimbangan bahwa lokasi Slipi berada di dalam
kawasan perumahan sedangkan lokasi Cipondoh berada pada kawasan industri.
26 INASEA, Vol. 14 No.1, April 2013: 22-36
Keempat adalah space characteristic. Faktor pertimbanganya adalah ruang untuk ekspansi,
yaitu ketersediaan ruang untuk melakukan ekspansi di masa yang akan datang. Faktor ini diberikan
rating 3. Lokasi Cipondoh diberikan nilai faktor sebesar 0,7 sedangkan lokasi Slipi diberikan nilai
faktor sebesar 0,1 dengan pertimbangan bahwa lokasi Slipi berada di dalam kawasan perumahan
dan tidak ada lahan kosong yang tersedia lagi di sekitarnya sedangkan lokasi Cipondoh berada pada
kawasan industri masih terdapat lahan kosong yang berada di sekitarnya yang dapat dibeli bila
ingin melakukan ekspansi. Factor pertimbangan berikutnya adalah harga tanah, yaitu perbandingan
harga tanah yang ditawarkan pada masing-masing alternatif lokasi. Faktor ini diberikan rating 6.
Lokasi Cipondoh diberikan nilai faktor sebesar 0,8 sedangkan untuk lokasi Slipi diberikan nilai
faktor sebesar 0,2 dengan pertimbangan bahwa lokasi Slipi yang berada di Jakarta Barat harga
tanahnya Rp 10.000.000/m2 sedangkan lokasi Cipondoh harga tanahnya Rp 1.500.000/m
2.
Setelah memberikan bobot pada tiap faktor dan menilai masing-masing alternatif sesuai
faktor-faktornya, nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam tabel seperti pada Tabel 1 dan 2 pada
bawah ini.
Tabel 1Metode Nilai Faktor Tertimbang yang diterapkan pada Lokasi DC Cipondoh
Faktor-
faktor
Timbangan
Faktor
Nilai Faktor Tingkatan
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
Business link
Kedekatan
dengan
relasi
0,22
x 0,11
Kedekatan
dari NDC 0,16
x 0,06
Transportation
Access
Akses jalan
tol 0,11
x 0,08
Tingkat
kepadatan
lalu lintas
0,09
x 0,06
Site
characteristic
Jauh dari
pemukiman 0,07
x 0,06
Akses truk
besar 0,16
x 0,12
Space
characteristic
Ruang
untuk
ekspansi
0,07
x 0,05
Harga
tanah 0,13
x 0,11
Nilai Total 0,65
Tabel 2 Metode Nilai Faktor Tertimbang yang diterapkan pada Lokasi DC Slipi
Faktor-
faktor
Timbanga
n Faktor
Nilai Faktor Tingkata
n 0,
1
0,
2
0,
3
0,
4
0,
5
0,
6
0,
7
0,
8
0,
9
1,
0
Business link
Kedekatan
dengan
relasi
0,22
x 0,20
Kedekatan
dari NDC 0,16
x 0,12
Transportatio
n Access
Akses
jalan tol 0,11
x 0,08
Tingkat
kepadatan 0,09
x 0,05
Analisis Distribution Center (Khristian Edi Nugroho Soebandrija; Edward Sutrisno Sutanto) 27
lalu lintas
Site
characteristic
Jauh dari
pemukima
n
0,07
x 0,01
Akses truk
besar 0,16
x 0,05
Space
characteristic
Ruang
untuk
ekspansi
0,07
x 0,01
Harga
tanah 0,13
x 0,03
Nilai Total 0,54
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Rak dan Layout Gudang
Jenis rak yang digunakan dalam Distribution Center ini terbagi menjadi tiga, yaitu rak
retail, rak bulky, dan rak bulky heavy duty. Rak retail digunakan untuk menyimpan produk-produk
dalam kemasan multi pack. Sedangkan rak bulky digunakan untuk menyimpan produk dalam
kemasan koli. Untuk rak bulky heavy duty digunakan untuk menyimpan produk-produk consumer
dan alat-alat kesehatan dalam kemasan koli.Total jumlah rak retail yang dibutuhkan adalah
sebanyak 98 rak. Berikut ini adalah gambar rak retail yang digunakan (Gambar 2).
Gambar 2 Rak retail
Perancangan layout rak retail didasarkan pada prinsip dedicated storage, di mana setiap
produk diletakkan pada tempat yang telah ditentukan dan dikelompokkan menurut principal
produknya. Perancangan layout rak retail juga didasarkan pada prinsip perancangan layout order
picking. Berikut ini adalah layout untuk rak retail (Gambar 3).
Ruang cold storage dirancang sebesar 100 m2 dengan 48 rak retail yang dapat digunakan
sebagai cold storage cadangan untuk National Distribution Center. Sama seperti penyusunan rak
retail, perancangan tata letak rak retail pada cold storage didasarkan pada prinsip dedicated
storage di mana setiap produk diletakkan pada tempat yang telah ditentukan. Setiap rak dibagi
28 INASEA, Vol. 14 No.1, April 2013: 22-36
menjadi beberapa batch dan diberikan label kode batch sehingga memudahkan petugas picker
dalam melakukan picking order sesuai dengan label kode batch pada masing-masing rak. Berikut
ini adalah gambar layout rak retail yang ada di dalam cold storage (Gambar 4).
Total jumlah rak bulky yang dibutuhkan adalah sebanyak 213 rak. Berikut ini adalah
gambar rak bulky yang digunakan (Gambar 5).
Perancangan tata letak rak bulky (Gambar 6) dikelompokkan berdasarkan principal untuk
memudahkan picker dalam menempatkan dan melakukan replenishment produk. Penempatan
produk berdasarkan prinsip randomizedstorage tetapi tetap berdasarkan area-area untuk masing-
masing principal.
Total jumlah rak bulky heavy duty yang dibutuhkan adalah sebanyak 69 rak. Berikut ini
adalah gambar rak bulky heavy duty yang digunakan (Gambar 7).
Gambar 3 Layout rak retail
Gambar 4 Layout cold storage
Analisis Distribution Center (Khristian Edi Nugroho Soebandrija; Edward Sutrisno Sutanto) 29
Gambar 5 Rak bulky
Gambar 6 Layout rak bulky
30 INASEA, Vol. 14 No.1, April 2013: 22-36
Gambar 7 Rak bulky heavy duty
Perancangan tata letak rak bulky heavy duty didasarkan pada prinsip dedicated storage.
Level paling bawah dari rak digunakan untuk pallet replenish, sehingga petugas picker dapat
langsung mengambil produk tanpa perlu menggunakan forklift. Forklift digunakan untuk
menurunkan dan menaikkan pallet untuk sistem replenishment. Berikut ini adalah gambar layout
gudang consumer (Gambar 8).
Gambar 8 Layout gudang consumer
Activity Relationship Chart
Untuk menentukan lokasi ruang relatif pada lokasi gudang digunakan metode activity
relationship chart (ARC) yang dikembangkan oleh Muther. Metode ini menghubungkan aktivitas-
aktivitas secara berpasangan sehingga semua aktivitas akan diketahui tingkat hubungannya. Berikut
ini adalah gambar dari ARC untuk DistributionCenter yang berlokasi di Cipondoh (Gambar 9):
Analisis Distribution Center (Khristian Edi Nugroho Soebandrija; Edward Sutrisno Sutanto) 31
Staging In
Gudang Ethical
Gudang Consumer
Cold Storage
Staging Out
Packing Area
Kantor
R. KaGud Consumer
R. DCE
Toilet Dalam
Pantry
R. Locker
R. Meeting
R. Arsip
Genset
Mushola
Toilet Luar
Area Parkir
Water Tower
Pos Keamanan
O1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
A
A
A
I
I
Kode
AlasanDeskripsi Alasan
1 Urutan aliran kerja
2 Aliran material
3 Menggunakan space area yang sama
4 Menggunakan personil yang sama
5 Menggunakan catatan yang sama
6 Efisiensi jarak dan waktu
1,5
1,5
1,5
1,2
6
1,2
1
A4,5 A
1,2
A
A
1,2
A1,2
A1,2
A1,2
E
1
E
1
I1
A1,3 O
6 O
6
O1
O
6
O
A
3
Simbol Derajat Hubungan
A Mutlak Perlu
E Sangat Penting
I Penting
O Cukup/biasa
U Tidak Penting
X Tidak Dikehendaki
Gambar 9 Activity Relationship Chart Distribution Center Cipondoh
Activity Relationship Diagram
Setelah menghubungkan aktivitas-aktivitas secara berpasangan pada ARC, langkah
selanjutnya adalah menggambarkan peta hubungan ke dalam blok-blok diagram yang berukuran
sama dan diatur sedemikian rupa sesuai dengan derajat hubungan yang telah ditentukan pada ARC.
Berikut ini adalah gambar dari blok-blok diagram yang telah diatur sesuai dengan derajat hubungan
yang diberikan (Gambar 10).
Area Allocation Diagram
Setelah melakukan pengaturan posisi pada diagram ARD sesuai dengan derajat
hubungannya, langkah selanjutnya adalah menggambarkan susunan layout sesuai dengan ARD
dengan ukuran yang proporsional dengan luas departemen masing-masing (Gambar 11). Garis pada
diagram menunjukkan aliran material di dalam gudang. Sedangkan garis putus-putus menunjukkan
aliran dokumen di dalam gudang.
Layout Distribution Center Cipondoh
Layout kantor didesain untuk menampung 14 karyawan yang terdiri dari 12 petugas admin,
dan dua orang Apoteker Penanggung Jawab. Dan juga ada sebuah ruangan untuk Distribution
Center Executive. Berikut ini adalah gambar layout kantor (Gambar 12). Berdasarkan penyusunan
AAD, langkah selanjutnya adalah merancang layout Distribution Center secara keseluruhan.
32 INASEA, Vol. 14 No.1, April 2013: 22-36
Perancangan layout didasarkan pada susunan blok-blok diagram pada AAD dengan menyesuaikan
ukuran benda-benda sesuai dengan skala. Berikut ini adalah layout Distribution Center Cipondoh,
Tangerang (Gambar 13).
2. Gudang
Consumer
X-
A 8 E -
I -
7O 1
1. Gudang
Ethical
X-
A 3,4,5,6
E -
7
I-O 2
3. Cold
Storage
X-
A 1,4,5,6
E -
7
I- O-
7.
Kantor
X-
A 4,9E 1,3
I 2,5,8
O 10,11,
13,14
5. Staging In
X-
A 1,3 E-
I - 7 O-
4. Staging
Out
X-
A 1,3,5,6
E -
I -O
-
6. Packing
Area
X-
A 1,3,4
E -
I -O
-
8. R. Kagud
Consumer
X-
A -
2E-
I - 7O
-
11. Pantry
X-
A - E -
I -O -
7
13. R. Meeting
X-
A - E -
I-O -
7
14. R. Arsip
X-
A - E-
I- O - 7
12. R.
Locker
X-
A - E-
I-O -
10
10. Toilet
Dalam
X-
A -
16E - 7
I- O-
9. R.
DCE
X-
A 7 E-
I- O-
17. Toilet Luar
X-
A E -
I- O - 16
16.
Mushola
X-
A E -
I-O -
17
18. Area Parkir
X-
A 20 E -
I- O -
20. Pos
Keamanan
X-
A - 20 E -
I- O -
19. Water
Tower
X-
A - E -
I- O -
15.
Genset
X-
A - E -
I- O -
Gambar 10 Activity relationship diagram distribution center Cipondoh
Analisis Distribution Center (Khristian Edi Nugroho Soebandrija; Edward Sutrisno Sutanto) 33
Gudang Ethical
Packing Area
Cold Storage
Staging Out
Kantor
Mushola Staging InToilet Luar
Pantry
Toilet Dalam
Gudang Ethical
R. Kagud Consum
er
Genset
Pos Keamanan
Water Tower
R. MeetingR. Arsip
Staging OutStaging In
Lobby
R. Locker
Packing Area
Gambar 11 Area allocation diagram distribution center Cipondoh
34 INASEA, Vol. 14 No.1, April 2013: 22-36
Gambar 12 Layout kantor
Gambar 13 Layout distribution center Cipondoh, Tangerang
Analisis Distribution Center (Khristian Edi Nugroho Soebandrija; Edward Sutrisno Sutanto) 35
SIMPULAN
Metode nilai faktor tertimbang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Dalam paper ini, metode nilai faktor tertimbang digunakan untuk
menentukan alternatif lokasi yang sesuai dengan faktor-faktor pertimbangan oleh pihak
manajemen. Alternatif lokasi yang terpilih adalah lokasi Cipondoh, Tangerang.
Dalam merancang sebuah gudang banyak hal yang perlu diperhatikan. Kapasitas dan tata
letak gudang yang menjadi pokok pembahasan dalam paper ini. Agar kapasitas gudang yang
dirancang mampu menampung hingga enam tahun ke depan, dilakukan perhitungan ekstrapolasi
permintaan untuk enam tahun ke depan. Dari hasil ekstrapolasi tingkat permintaan ini kemudian
dikonversikan ke dalam jumlah rak yang dibutuhkan untuk menyimpannya. Setelah itu dilakukan
perancangan layout gudang dengan menerapkan prinsip-prinsip perancangan layout gudang dan
menggunakan ARC, ARD, dan AAD untuk menentukan tata letak dan fasilitas keseluruhan
gudang. ARC, ARD, dan AAD digunakan untuk menggambarkan derajat hubungan kedekatan
lokasi antar fasilitas yang terdapat pada gudang.
DAFTAR PUSTAKA
Apple, James. 1990. Tata Letak dan Pemindahan Bahan (edisi ketiga). Nurhayati M. T. Mardiono
(terj.). Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Armour, G.C., and Buffa, E.S. (1963). A heuristic algorithm and simulation approach to relative
allocation of facilities. Management Science, 9 (2), 294 - 300.
Bazaraa, M.S., and Shearali, M.D. (1980). Benders partitioning scheme applied to a new formulation of quadratic assignment problem. Naval Research Logistics Quarterly, 27 (1),
29 41.
Blomqvist, Tommy. (2010). A Warehouse Design Framework for Order Processing and Materials
Handling Improvement: Case Etra Oy.
Tesis tidak diterbitkan. Department of Business Technology, School of Economics, Aalto
University.
Burkard, R.E., and Bonninger, T. (1983). A heuristic for quadratic Boolean program with
application of quadratic assignment problems. European Journal of Operation
Research,13, 374 386.
Foulds, L.R., and Robinson, D.F. (1976). A strategy for solving plant layout problem. Operation
Research Quarterly, 27 (4), 845 855.
Frieze, A.M., and Yadegar, J. (1983). On the quadratic assignment problem. Discrete Applied
Mathematics, 5, 89 98.
Frazelle, E.H. (2002). World-Class Warehousing and Material Handling. New York: McGraw-Hill
Jithavech, I. (2008). Dissertation on Facility Layout Design Considering Risk for Single Period
and Multi Period Cases.
36 INASEA, Vol. 14 No.1, April 2013: 22-36
Disertasi tidak diterbitkan. Wichita, Wichita State University.
Iswara, H., Evania, V., & Wicaksana, I. W. S. (2007). Pemilihan Lokasi Usaha Dengan Pendekatan
Metode Tree Decision. Proceeding PESAT, 2, 1 4.
Kaufman, L., and Broeckx, F. (1978). An algorithm for the quadratic assignment problem using
Benders decomposition. European Journal of Operation Research, 2, 204 211.
Kochhar, J.S., and Heragu, S.S. (1999). Facilty layout design in a changing environment.
International Journal of Production Research, 37, 2429 2446.
Koopmans, T.C., and Beckman, M. (1957). Assignment problems and the location of economic
activities. Econometrica, 25, 53 76.
Lawler, E. L. (1963). The quadratics assignment problem. Management Science, 9, 586 599.
Purnomo, Hari. (2004). Perencanaan dan Perancangan Fasilitas (edisi pertama). Yogyakarta:
Roodbergen, K. J. (2011). An explanation of some rack layout concepts for warehouses. White
Paper, 1 4.
Urban, T.L. (1993). A heuristic for the dynamic facility layout problem. IIE Transactions, 25, 57 63.