15
22 INASEA, Vol. 14 No.1, April 2013: 22-36 ANALISIS DISTRIBUTION CENTER PADA PT ANUGRAH ARGON MEDICA DENGAN PENDEKATAN TATA LETAK DAN FASILITAS Khristian Edi Nugroho Soebandrija; Edward Sutrisno Sutanto Industrial Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 [email protected] ABSTRACT Warehouse design has an important role in a supply chain system, so it requires a good planning. This study aims to determine and select the warehouse location with the company's management criteria and optimal design of warehouse layout, followed by designing the layout and the existing facilities at the warehouse in accordance with the principles of the warehouse layout design. The layout design refers to: (1) facility layout problem (FLP) which is divided into Static, Dynamic and Stochastic Layout Problem, (2) facility re-layout problem (FRLP), (3) systematic layout planning (SLP). Warehouse site selection uses value of consideration factors which are keys of success of the company. After the step of location selection is location determination of the warehouse uses calculation of both extrapolation request and the required number of racks, while warehouse layout design uses the activity relationship chart, activity relationship diagram, and area allocation diagram to determine the room positions and warehouse facilities in the area. After doing the whole calculations, the location chosen for the new warehouse is at Cipondoh, Tangerang. The number of racks required is 98 retail shelves, 213 bulky shelves, 412 pallets, 69bulky and heavy duty racks. Based on the activity relationship chart (ARC), activity relationship diagram (ARD), and area allocation diagram (AAD), the warehouse layout is obtained for the new warehouse at Cipondoh that can be applied by the company for building Distribution Center project. Keywords: layout gudang, consideration factors, activity relationship chart, area allocation diagram ABSTRAK Perancangan gudang berperan sangat penting dalam suatu sistem supply chain, sehingga membutuhkan perencanaan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dan memilih lokasi gudang dengan kriteria manajemen perusahaan dan perancangan layout gudang yang optimal, serta merancang tata letak dan fasilitas yang ada pada gudang sesuai dengan prinsip-prinsip perancangan layout gudang. Perancangan layout mengacu pada: (1) facility layout problem (FLP) yang terbagi dalam Static, Dynamic dan Stochastic Layout Problem; (2) facility relayout problem (FRLP); (3) systematic layout planning (SLP). Pemilihan lokasi gudang menggunakan metode nilai faktor tertimbang di mana faktor- faktor yang dipertimbangkan dalam metode tersebut adalah faktor-faktor yang dianggap sebagai kunci sukses oleh pihak manajemen perusahaan. Setelah tahap pemilihan lokasi gudang adalah tahap penentuan kapasitas gudang menggunakan perhitungan ekstrapolasi permintaan dan perhitungan jumlah rak yang dibutuhkan, serta perancangan layout gudang menggunakan activity relationship chart, activity relationship diagram, dan area allocation diagram untuk menentukan letak antar ruangan dan fasilitas di area gudang. Setelah melalui tahapan perhitungan, lokasi yang terpilih untuk gudang baru adalah Cipondoh, Tangerang. Jumlah rak retail yang dibutuhkan sebanyak 98 rak, 213 rak bulky, 412 pallet, dan 69 rak bulky heavy duty. Berdasarkan activity relationship chart (ARC), activity relationship diagram (ARD), dan area allocation diagram (AAD), diperoleh layout gudang secara keseluruhan untuk lokasi gudang Cipondoh yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk implementasi proyek pembangunan Distribution Center. Kata kunci: warehouse layout, weighted factors, activity relationship chart, area allocation diagram

18-47-1-SM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asda

Citation preview

  • 22 INASEA, Vol. 14 No.1, April 2013: 22-36

    ANALISIS DISTRIBUTION CENTER

    PADA PT ANUGRAH ARGON MEDICA

    DENGAN PENDEKATAN TATA LETAK DAN FASILITAS

    Khristian Edi Nugroho Soebandrija; Edward Sutrisno Sutanto

    Industrial Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University

    Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480

    [email protected]

    ABSTRACT

    Warehouse design has an important role in a supply chain system, so it requires a good planning.

    This study aims to determine and select the warehouse location with the company's management criteria and

    optimal design of warehouse layout, followed by designing the layout and the existing facilities at the

    warehouse in accordance with the principles of the warehouse layout design. The layout design refers to: (1)

    facility layout problem (FLP) which is divided into Static, Dynamic and Stochastic Layout Problem, (2)

    facility re-layout problem (FRLP), (3) systematic layout planning (SLP). Warehouse site selection uses value

    of consideration factors which are keys of success of the company. After the step of location selection is

    location determination of the warehouse uses calculation of both extrapolation request and the required

    number of racks, while warehouse layout design uses the activity relationship chart, activity relationship

    diagram, and area allocation diagram to determine the room positions and warehouse facilities in the area.

    After doing the whole calculations, the location chosen for the new warehouse is at Cipondoh, Tangerang.

    The number of racks required is 98 retail shelves, 213 bulky shelves, 412 pallets, 69bulky and heavy duty

    racks. Based on the activity relationship chart (ARC), activity relationship diagram (ARD), and area

    allocation diagram (AAD), the warehouse layout is obtained for the new warehouse at Cipondoh that can be

    applied by the company for building Distribution Center project.

    Keywords: layout gudang, consideration factors, activity relationship chart, area allocation diagram

    ABSTRAK

    Perancangan gudang berperan sangat penting dalam suatu sistem supply chain, sehingga

    membutuhkan perencanaan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dan memilih lokasi

    gudang dengan kriteria manajemen perusahaan dan perancangan layout gudang yang optimal, serta

    merancang tata letak dan fasilitas yang ada pada gudang sesuai dengan prinsip-prinsip perancangan layout

    gudang. Perancangan layout mengacu pada: (1) facility layout problem (FLP) yang terbagi dalam Static,

    Dynamic dan Stochastic Layout Problem; (2) facility relayout problem (FRLP); (3) systematic layout

    planning (SLP). Pemilihan lokasi gudang menggunakan metode nilai faktor tertimbang di mana faktor-

    faktor yang dipertimbangkan dalam metode tersebut adalah faktor-faktor yang dianggap sebagai kunci

    sukses oleh pihak manajemen perusahaan. Setelah tahap pemilihan lokasi gudang adalah tahap penentuan

    kapasitas gudang menggunakan perhitungan ekstrapolasi permintaan dan perhitungan jumlah rak yang

    dibutuhkan, serta perancangan layout gudang menggunakan activity relationship chart, activity relationship

    diagram, dan area allocation diagram untuk menentukan letak antar ruangan dan fasilitas di area gudang.

    Setelah melalui tahapan perhitungan, lokasi yang terpilih untuk gudang baru adalah Cipondoh, Tangerang.

    Jumlah rak retail yang dibutuhkan sebanyak 98 rak, 213 rak bulky, 412 pallet, dan 69 rak bulky heavy duty.

    Berdasarkan activity relationship chart (ARC), activity relationship diagram (ARD), dan area allocation

    diagram (AAD), diperoleh layout gudang secara keseluruhan untuk lokasi gudang Cipondoh yang dapat

    diterapkan oleh perusahaan untuk implementasi proyek pembangunan Distribution Center.

    Kata kunci: warehouse layout, weighted factors, activity relationship chart, area allocation diagram

  • Analisis Distribution Center (Khristian Edi Nugroho Soebandrija; Edward Sutrisno Sutanto) 23

    PENDAHULUAN

    Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang distribusi, PT Anugrah Argon Medica

    berusaha agar dapat memberikan pelayanan yang baik kepada seluruh konsumennya dan menjaga

    hubungan yang baik dengan para principal-nya. Seiring dengan perkembangan bisnis, pada tahun

    2011, PT Anugrah Argon Medica menjalin kerja sama dengan dua principal baru, sehingga konsep,

    teori, dan aplikasi manajerial sangat diperlukan dalam hal: (1) facility layout problem (FLP) yang

    terbagi dalam static, dynamic dan stochastic layout problem (SFLP), (DFLP) dan (STFLP); (2)

    facility re-layout problem (FRLP); (3) systematic layout planning (SLP).

    FLP mengacu pada penelitian terkait SFLP tentang effectiveness of layout dan cost of

    material handling, dalam hal: (1) quadratic assignment problem oleh Koopmans dan Beckman

    (1957), dan Armour dan Buffa (1963); (2) quadratic set-covering problem oleh Bazaraa dan

    Shearali (1980). Selain itu, SFLP mengacu pada Integer programming problem, dengan penelitian

    yang dilakukan oleh Lawler(1963), Kaufman dan Broeckx (1978), Burkard dan Bonninger (1983),

    Frieze dan Yadegar (1983), dan Foulds dan Robinson (1976).

    Selanjutnya, dalam paper ini, FLP mengacu pada penelitian terkait DFLP tentang changes

    in product mix, introduction of new products, and discontinuation of existing products are

    presented, seperti yang dibahas dalam penelitian dan disertasi Jithavech (2008). Penelitian lain

    terkait DFLP yang menunjang Jithavech adalah dilakukan oleh Kochharr dan Heragu (1999),

    Urban (1993) dan Balarkrishnan et al (2000).

    Kemudian, dalam paper ini, FLP mengacu pada penelitian terkait STFLP terkait

    production requirement that is unknown and uncertain, seperti yang dibahas dalam penelitian dan

    disertasi Jithavech (2008). STFLP sangat diperlukan dalam situasi tersebut seperti dibutuhkan oleh

    PT Anugrah Argon Medica terkait bahasan dalam paper ini. Sesuai dengan strategi supply chain

    perusahaan dan untuk dapat meningkatkan kapasitas gudang dan pelayanan kepada konsumennya,

    PT Anugrah Argon Medica merencanakan pembangunan Distribution Center yang berlokasi di

    Jakarta. Saat ini ada satu Distribution Center yang telah beroperasi yang berlokasi di daerah

    Rawamangun. Karena luasnya daerah penjualan dan tingginya tingkat penjualan yang dilayani di

    kota Jakarta, pihak manajemen berencana untuk membangun satu Distribution Center lagi yang

    dapat melayani kawasan Tangerang dan Jakarta.

    Dalam pembangunan gudang dibutuhkan perencanaan dan perancangan yang baik. Gudang

    yang baik tidak selalu harus berukuran sangat besar. Jika ditunjang dengan sistem inventaris dan

    tata letak yang baik, pemanfaatan gudang dapat dimaksimalkan. Pengaturan tata letak gudang yang

    baik akan mempengaruhi kelancaran operasi pergudangan dan aktivitas lainnya. Roodbergen

    (2011) membahas secara spesifik tentang Rack Layout Concepts for Warehouse, terkait dengan

    situasi yang ada pada paper ini. Di sisis lain, Rouwwenhorst (2000) membahas unsur design dan

    control warehouse dari sisi framework dan literature review. Penyusunan rak-rak berdasarkan

    kelompok-kelompok produk tertentu dan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. FLP, dalam hal

    ini tata letak gudang yang baik dapat menciptakan efisiensi waktu pengambilan barang. Jika

    gudang dibuat sesuai dengan kebutuhan, perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih

    baik dan karyawan yang bekerja di dalamnya dapat merasa nyaman.

    Kapasitas DistributionCenter yang baru harus sesuai dengan tingkat permintaan dari

    cabang-cabang yang digabungkan di dalamnya. Tingkat permintaan yang diperhitungkan

    berdasarkan tingkat pertumbuhan penjualan dari masing-masing cabang. Sehingga diharapkan

    kapasitas yang Distribution Center yang dirancang masih dapat menampung sampai enam tahun ke

    depan sebelum dilakukan ekspansi lagi.

  • 24 INASEA, Vol. 14 No.1, April 2013: 22-36

    METODE

    Perencanaan pembangunan gudang baru diawali dengan pemilihan lokasi. Purnomo (2004)

    dan Iswara et al(2007) membahas Lokasi secara umum. Namun, Richard et al (1992) secara

    spesifik membahas facility layout and location. Frazelle (2002) membahas gudang lebih lanjut dari

    sisi world class warehousing. Gu et al (2007) membahas gudang dari sisi a comprehensive

    research. Sebagai salah satu alat untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pemilihan

    lokasi, penulis menggunakan metode nilai faktor tertimbang. Metode nilai faktor tertimbang adalah

    salah satu metode analisis untuk menilai alternatif strategi. Metode ini memerlukan beberapa faktor

    yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan dengan memberikan timbangan 1 bobot sesuai

    dengan kepentingan faktor tersebut. Selain itu juga memberikan tingkat masing-masing strategi

    pada masing-masing faktor, serta menentukan nilai faktor tertimbangnya untuk masing-masing

    strategi. Beberapa referensi buku dan jurnal mendukung penelitian di paper ini, di antaranya:

    Apple (2000) dalam artikelnya membahas bahwa besarnya ruangan dan cara pengaturan layout

    juga menentukan kapasitas gudang. Selanjutnya, Blomqvist (2010) membahas lebih lanjut

    framework hal tersebut terkait Order Processing dan Material Handling.

    Perancangan tata letak dan fasilitas pada gudang juga menerapkan prinsip-prinsip

    perancangan tata letak suatu gudang. Dan juga menggunakan metode Activity Relationship Chart

    untuk menghubungkan derajat kedekatan antar fasilitas yang berada di gudang. Dan kemudian

    dilanjutkan dengan metode Activity Relationship Diagram untuk menggambarkan posisi antar

    fasilitas dan kemudian digambarkan lebih detail pada Area Allocation Diagram. Berikut ini adalah

    diagram alir yang menggambarkan penulisan paper ini (Gambar 1).

    Nilai Faktor Tertimbang

    Faktor-faktor yang telah ditentukan sebagai faktor-faktor yang berhubungan dengan

    pemilihan lokasi dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Berikut ini adalah faktor-faktor

    tersebut dan bobotnya berdasarkan hasil pertimbangan dari pihak manajemen PT Anugrah Argon

    Medica.

    Pertama adalah business link. Dalam faktor ini, kedekatan ke relasi dinilai dengan

    membandingkan jarak radius terjauh dari masing-masing rayon yang ada dari tiap cabang.

    Berdasarkan pertimbangan pihak manajemen faktor kedekatan ke relasi diberikan rating 10 karena

    dianggap sangat penting. Lokasi Cipondoh diberikan nilai faktor sebesar 0,5 sedangkan lokasi Slipi

    diberikan nilai faktor sebesar 0,9 dengan pertimbangan bahwa lokasi Slipi yang berada di Jakarta

    Barat memiliki jarak radius yang lebih dekat dengan relasi yang ada bila dibandingkan dengan

    lokasi Cipondoh. Sementara kedekatan dari National Distribution Center dinilai dengan

    membandingkan jarak tempuh dari National Distribution Center yang berada di kawasan Industri

    Jababeka menuju lokasi perencanaan DistributionCenter yang baru. Berdasarkan pertimbangan

    pihak manajemen faktor kedekatan dari National Distribution Center diberikan nilai 7. Lokasi

    Cipondoh diberikan nilai faktor sebesar 0,4 sedangkan lokasi Slipi 0,8 dengan pertimbangan jarak

    tempuh dari National Distribution Center menuju lokasi Cipondoh sejauh 73,8 km dan 56,2 km

    dari National Distribution Center menuju lokasi Slipi.

    Kedua adalah transportation access. Akses jalan tol yang dekat dengan lokasi

    DistributionCenter yang baru memberikan rating 5. Lokasi Cipondoh dan Slipi sama-sama

    diberikan nilai faktor sebesar 0,7 karena kedua lokasi berdekatan dengan jalan tol. Untuk lokasi

    Cipondoh terletak dekat dengan jalan tol Jakarta Merak dan lokasi Slipi terletak dekat dengan jalan

    tol dalam kota Jakarta. Sementara berdasarkan tingkat kepadatan lalu lintas, tingkat kepadatan lalu

    lintas yang ada di sekitar lokasi Distribution Center yang baru diberikan rating 4. Lokasi Cipondoh

  • Analisis Distribution Center (Khristian Edi Nugroho Soebandrija; Edward Sutrisno Sutanto) 25

    diberikan nilai faktor sebesar 0,7 sedangkan lokasi Slipi diberikan nilai faktor sebesar 0,6 dengan

    pertimbangan pihak manajemen bahwa lokasi Slipi yang berada di Jakarta Barat memiliki tingkat

    kepadatan lalu lintas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan lokasi Cipondoh yang terletak di

    pinggir kota Jakarta.

    Start

    Studi Pendahuluan

    Identifikasi Masalah

    Identifikasi Kebutuhan Data

    Pengumpulan Data- Observasi

    - Wawancara

    - Teknik Kepustakaan

    Data Cukup?

    Pengolahan Data- Tingkat permintaan 6 tahun ke depan

    - Jumlah rak

    Penentuan Lokasi Gudang- Preferensi faktor-faktor penentuan

    lokasi gudang

    Perancangan Tata Letak dan Fasilitas

    - ARC

    - ARD

    - AAD

    Finish

    Ya

    Tidak

    Tinjauan Pustaka

    Kesimpulan dan Saran

    Gambar 1 Diagram alir penulisan

    Ketiga adalah site characteristic. Lokasi gudang yang letaknya jauh dari pemukiman

    penduduk sehingga tidak mengganggu aktivitas warga yang tinggal di daerah sekitar lokasi

    DistributionCenter. Faktor jauh dari pemukiman ini diberikan rating 3. Lokasi Cipondoh diberikan

    nilai faktor sebesar 0,9 sedangkan lokasi Slipi diberikan nilai faktor sebesar 0,1 dengan

    pertimbangan bahwa lokasi Slipi berada di dalam kawasan perumahan sedangkan lokasi Cipondoh

    berada pada kawasan industri. Selanjutnya, adanya akses keluar masuk untuk kendaraan besar/truk

    besar memudahkan proses distribusi. Faktor ini diberikan rating 7 karena cukup penting dalam

    operasional distribusi. Lokasi Cipondoh diberikan nilai faktor sebesar 0,8 sedangkan lokasi Slipi

    diberikan nilai faktor sebesar 0,3 dengan pertimbangan bahwa lokasi Slipi berada di dalam

    kawasan perumahan sedangkan lokasi Cipondoh berada pada kawasan industri.

  • 26 INASEA, Vol. 14 No.1, April 2013: 22-36

    Keempat adalah space characteristic. Faktor pertimbanganya adalah ruang untuk ekspansi,

    yaitu ketersediaan ruang untuk melakukan ekspansi di masa yang akan datang. Faktor ini diberikan

    rating 3. Lokasi Cipondoh diberikan nilai faktor sebesar 0,7 sedangkan lokasi Slipi diberikan nilai

    faktor sebesar 0,1 dengan pertimbangan bahwa lokasi Slipi berada di dalam kawasan perumahan

    dan tidak ada lahan kosong yang tersedia lagi di sekitarnya sedangkan lokasi Cipondoh berada pada

    kawasan industri masih terdapat lahan kosong yang berada di sekitarnya yang dapat dibeli bila

    ingin melakukan ekspansi. Factor pertimbangan berikutnya adalah harga tanah, yaitu perbandingan

    harga tanah yang ditawarkan pada masing-masing alternatif lokasi. Faktor ini diberikan rating 6.

    Lokasi Cipondoh diberikan nilai faktor sebesar 0,8 sedangkan untuk lokasi Slipi diberikan nilai

    faktor sebesar 0,2 dengan pertimbangan bahwa lokasi Slipi yang berada di Jakarta Barat harga

    tanahnya Rp 10.000.000/m2 sedangkan lokasi Cipondoh harga tanahnya Rp 1.500.000/m

    2.

    Setelah memberikan bobot pada tiap faktor dan menilai masing-masing alternatif sesuai

    faktor-faktornya, nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam tabel seperti pada Tabel 1 dan 2 pada

    bawah ini.

    Tabel 1Metode Nilai Faktor Tertimbang yang diterapkan pada Lokasi DC Cipondoh

    Faktor-

    faktor

    Timbangan

    Faktor

    Nilai Faktor Tingkatan

    0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0

    Business link

    Kedekatan

    dengan

    relasi

    0,22

    x 0,11

    Kedekatan

    dari NDC 0,16

    x 0,06

    Transportation

    Access

    Akses jalan

    tol 0,11

    x 0,08

    Tingkat

    kepadatan

    lalu lintas

    0,09

    x 0,06

    Site

    characteristic

    Jauh dari

    pemukiman 0,07

    x 0,06

    Akses truk

    besar 0,16

    x 0,12

    Space

    characteristic

    Ruang

    untuk

    ekspansi

    0,07

    x 0,05

    Harga

    tanah 0,13

    x 0,11

    Nilai Total 0,65

    Tabel 2 Metode Nilai Faktor Tertimbang yang diterapkan pada Lokasi DC Slipi

    Faktor-

    faktor

    Timbanga

    n Faktor

    Nilai Faktor Tingkata

    n 0,

    1

    0,

    2

    0,

    3

    0,

    4

    0,

    5

    0,

    6

    0,

    7

    0,

    8

    0,

    9

    1,

    0

    Business link

    Kedekatan

    dengan

    relasi

    0,22

    x 0,20

    Kedekatan

    dari NDC 0,16

    x 0,12

    Transportatio

    n Access

    Akses

    jalan tol 0,11

    x 0,08

    Tingkat

    kepadatan 0,09

    x 0,05

  • Analisis Distribution Center (Khristian Edi Nugroho Soebandrija; Edward Sutrisno Sutanto) 27

    lalu lintas

    Site

    characteristic

    Jauh dari

    pemukima

    n

    0,07

    x 0,01

    Akses truk

    besar 0,16

    x 0,05

    Space

    characteristic

    Ruang

    untuk

    ekspansi

    0,07

    x 0,01

    Harga

    tanah 0,13

    x 0,03

    Nilai Total 0,54

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Jumlah Rak dan Layout Gudang

    Jenis rak yang digunakan dalam Distribution Center ini terbagi menjadi tiga, yaitu rak

    retail, rak bulky, dan rak bulky heavy duty. Rak retail digunakan untuk menyimpan produk-produk

    dalam kemasan multi pack. Sedangkan rak bulky digunakan untuk menyimpan produk dalam

    kemasan koli. Untuk rak bulky heavy duty digunakan untuk menyimpan produk-produk consumer

    dan alat-alat kesehatan dalam kemasan koli.Total jumlah rak retail yang dibutuhkan adalah

    sebanyak 98 rak. Berikut ini adalah gambar rak retail yang digunakan (Gambar 2).

    Gambar 2 Rak retail

    Perancangan layout rak retail didasarkan pada prinsip dedicated storage, di mana setiap

    produk diletakkan pada tempat yang telah ditentukan dan dikelompokkan menurut principal

    produknya. Perancangan layout rak retail juga didasarkan pada prinsip perancangan layout order

    picking. Berikut ini adalah layout untuk rak retail (Gambar 3).

    Ruang cold storage dirancang sebesar 100 m2 dengan 48 rak retail yang dapat digunakan

    sebagai cold storage cadangan untuk National Distribution Center. Sama seperti penyusunan rak

    retail, perancangan tata letak rak retail pada cold storage didasarkan pada prinsip dedicated

    storage di mana setiap produk diletakkan pada tempat yang telah ditentukan. Setiap rak dibagi

  • 28 INASEA, Vol. 14 No.1, April 2013: 22-36

    menjadi beberapa batch dan diberikan label kode batch sehingga memudahkan petugas picker

    dalam melakukan picking order sesuai dengan label kode batch pada masing-masing rak. Berikut

    ini adalah gambar layout rak retail yang ada di dalam cold storage (Gambar 4).

    Total jumlah rak bulky yang dibutuhkan adalah sebanyak 213 rak. Berikut ini adalah

    gambar rak bulky yang digunakan (Gambar 5).

    Perancangan tata letak rak bulky (Gambar 6) dikelompokkan berdasarkan principal untuk

    memudahkan picker dalam menempatkan dan melakukan replenishment produk. Penempatan

    produk berdasarkan prinsip randomizedstorage tetapi tetap berdasarkan area-area untuk masing-

    masing principal.

    Total jumlah rak bulky heavy duty yang dibutuhkan adalah sebanyak 69 rak. Berikut ini

    adalah gambar rak bulky heavy duty yang digunakan (Gambar 7).

    Gambar 3 Layout rak retail

    Gambar 4 Layout cold storage

  • Analisis Distribution Center (Khristian Edi Nugroho Soebandrija; Edward Sutrisno Sutanto) 29

    Gambar 5 Rak bulky

    Gambar 6 Layout rak bulky

  • 30 INASEA, Vol. 14 No.1, April 2013: 22-36

    Gambar 7 Rak bulky heavy duty

    Perancangan tata letak rak bulky heavy duty didasarkan pada prinsip dedicated storage.

    Level paling bawah dari rak digunakan untuk pallet replenish, sehingga petugas picker dapat

    langsung mengambil produk tanpa perlu menggunakan forklift. Forklift digunakan untuk

    menurunkan dan menaikkan pallet untuk sistem replenishment. Berikut ini adalah gambar layout

    gudang consumer (Gambar 8).

    Gambar 8 Layout gudang consumer

    Activity Relationship Chart

    Untuk menentukan lokasi ruang relatif pada lokasi gudang digunakan metode activity

    relationship chart (ARC) yang dikembangkan oleh Muther. Metode ini menghubungkan aktivitas-

    aktivitas secara berpasangan sehingga semua aktivitas akan diketahui tingkat hubungannya. Berikut

    ini adalah gambar dari ARC untuk DistributionCenter yang berlokasi di Cipondoh (Gambar 9):

  • Analisis Distribution Center (Khristian Edi Nugroho Soebandrija; Edward Sutrisno Sutanto) 31

    Staging In

    Gudang Ethical

    Gudang Consumer

    Cold Storage

    Staging Out

    Packing Area

    Kantor

    R. KaGud Consumer

    R. DCE

    Toilet Dalam

    Pantry

    R. Locker

    R. Meeting

    R. Arsip

    Genset

    Mushola

    Toilet Luar

    Area Parkir

    Water Tower

    Pos Keamanan

    O1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    A

    A

    A

    I

    I

    Kode

    AlasanDeskripsi Alasan

    1 Urutan aliran kerja

    2 Aliran material

    3 Menggunakan space area yang sama

    4 Menggunakan personil yang sama

    5 Menggunakan catatan yang sama

    6 Efisiensi jarak dan waktu

    1,5

    1,5

    1,5

    1,2

    6

    1,2

    1

    A4,5 A

    1,2

    A

    A

    1,2

    A1,2

    A1,2

    A1,2

    E

    1

    E

    1

    I1

    A1,3 O

    6 O

    6

    O1

    O

    6

    O

    A

    3

    Simbol Derajat Hubungan

    A Mutlak Perlu

    E Sangat Penting

    I Penting

    O Cukup/biasa

    U Tidak Penting

    X Tidak Dikehendaki

    Gambar 9 Activity Relationship Chart Distribution Center Cipondoh

    Activity Relationship Diagram

    Setelah menghubungkan aktivitas-aktivitas secara berpasangan pada ARC, langkah

    selanjutnya adalah menggambarkan peta hubungan ke dalam blok-blok diagram yang berukuran

    sama dan diatur sedemikian rupa sesuai dengan derajat hubungan yang telah ditentukan pada ARC.

    Berikut ini adalah gambar dari blok-blok diagram yang telah diatur sesuai dengan derajat hubungan

    yang diberikan (Gambar 10).

    Area Allocation Diagram

    Setelah melakukan pengaturan posisi pada diagram ARD sesuai dengan derajat

    hubungannya, langkah selanjutnya adalah menggambarkan susunan layout sesuai dengan ARD

    dengan ukuran yang proporsional dengan luas departemen masing-masing (Gambar 11). Garis pada

    diagram menunjukkan aliran material di dalam gudang. Sedangkan garis putus-putus menunjukkan

    aliran dokumen di dalam gudang.

    Layout Distribution Center Cipondoh

    Layout kantor didesain untuk menampung 14 karyawan yang terdiri dari 12 petugas admin,

    dan dua orang Apoteker Penanggung Jawab. Dan juga ada sebuah ruangan untuk Distribution

    Center Executive. Berikut ini adalah gambar layout kantor (Gambar 12). Berdasarkan penyusunan

    AAD, langkah selanjutnya adalah merancang layout Distribution Center secara keseluruhan.

  • 32 INASEA, Vol. 14 No.1, April 2013: 22-36

    Perancangan layout didasarkan pada susunan blok-blok diagram pada AAD dengan menyesuaikan

    ukuran benda-benda sesuai dengan skala. Berikut ini adalah layout Distribution Center Cipondoh,

    Tangerang (Gambar 13).

    2. Gudang

    Consumer

    X-

    A 8 E -

    I -

    7O 1

    1. Gudang

    Ethical

    X-

    A 3,4,5,6

    E -

    7

    I-O 2

    3. Cold

    Storage

    X-

    A 1,4,5,6

    E -

    7

    I- O-

    7.

    Kantor

    X-

    A 4,9E 1,3

    I 2,5,8

    O 10,11,

    13,14

    5. Staging In

    X-

    A 1,3 E-

    I - 7 O-

    4. Staging

    Out

    X-

    A 1,3,5,6

    E -

    I -O

    -

    6. Packing

    Area

    X-

    A 1,3,4

    E -

    I -O

    -

    8. R. Kagud

    Consumer

    X-

    A -

    2E-

    I - 7O

    -

    11. Pantry

    X-

    A - E -

    I -O -

    7

    13. R. Meeting

    X-

    A - E -

    I-O -

    7

    14. R. Arsip

    X-

    A - E-

    I- O - 7

    12. R.

    Locker

    X-

    A - E-

    I-O -

    10

    10. Toilet

    Dalam

    X-

    A -

    16E - 7

    I- O-

    9. R.

    DCE

    X-

    A 7 E-

    I- O-

    17. Toilet Luar

    X-

    A E -

    I- O - 16

    16.

    Mushola

    X-

    A E -

    I-O -

    17

    18. Area Parkir

    X-

    A 20 E -

    I- O -

    20. Pos

    Keamanan

    X-

    A - 20 E -

    I- O -

    19. Water

    Tower

    X-

    A - E -

    I- O -

    15.

    Genset

    X-

    A - E -

    I- O -

    Gambar 10 Activity relationship diagram distribution center Cipondoh

  • Analisis Distribution Center (Khristian Edi Nugroho Soebandrija; Edward Sutrisno Sutanto) 33

    Gudang Ethical

    Packing Area

    Cold Storage

    Staging Out

    Kantor

    Mushola Staging InToilet Luar

    Pantry

    Toilet Dalam

    Gudang Ethical

    R. Kagud Consum

    er

    Genset

    Pos Keamanan

    Water Tower

    R. MeetingR. Arsip

    Staging OutStaging In

    Lobby

    R. Locker

    Packing Area

    Gambar 11 Area allocation diagram distribution center Cipondoh

  • 34 INASEA, Vol. 14 No.1, April 2013: 22-36

    Gambar 12 Layout kantor

    Gambar 13 Layout distribution center Cipondoh, Tangerang

  • Analisis Distribution Center (Khristian Edi Nugroho Soebandrija; Edward Sutrisno Sutanto) 35

    SIMPULAN

    Metode nilai faktor tertimbang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

    pengambilan keputusan. Dalam paper ini, metode nilai faktor tertimbang digunakan untuk

    menentukan alternatif lokasi yang sesuai dengan faktor-faktor pertimbangan oleh pihak

    manajemen. Alternatif lokasi yang terpilih adalah lokasi Cipondoh, Tangerang.

    Dalam merancang sebuah gudang banyak hal yang perlu diperhatikan. Kapasitas dan tata

    letak gudang yang menjadi pokok pembahasan dalam paper ini. Agar kapasitas gudang yang

    dirancang mampu menampung hingga enam tahun ke depan, dilakukan perhitungan ekstrapolasi

    permintaan untuk enam tahun ke depan. Dari hasil ekstrapolasi tingkat permintaan ini kemudian

    dikonversikan ke dalam jumlah rak yang dibutuhkan untuk menyimpannya. Setelah itu dilakukan

    perancangan layout gudang dengan menerapkan prinsip-prinsip perancangan layout gudang dan

    menggunakan ARC, ARD, dan AAD untuk menentukan tata letak dan fasilitas keseluruhan

    gudang. ARC, ARD, dan AAD digunakan untuk menggambarkan derajat hubungan kedekatan

    lokasi antar fasilitas yang terdapat pada gudang.

    DAFTAR PUSTAKA

    Apple, James. 1990. Tata Letak dan Pemindahan Bahan (edisi ketiga). Nurhayati M. T. Mardiono

    (terj.). Bandung: Institut Teknologi Bandung.

    Armour, G.C., and Buffa, E.S. (1963). A heuristic algorithm and simulation approach to relative

    allocation of facilities. Management Science, 9 (2), 294 - 300.

    Bazaraa, M.S., and Shearali, M.D. (1980). Benders partitioning scheme applied to a new formulation of quadratic assignment problem. Naval Research Logistics Quarterly, 27 (1),

    29 41.

    Blomqvist, Tommy. (2010). A Warehouse Design Framework for Order Processing and Materials

    Handling Improvement: Case Etra Oy.

    Tesis tidak diterbitkan. Department of Business Technology, School of Economics, Aalto

    University.

    Burkard, R.E., and Bonninger, T. (1983). A heuristic for quadratic Boolean program with

    application of quadratic assignment problems. European Journal of Operation

    Research,13, 374 386.

    Foulds, L.R., and Robinson, D.F. (1976). A strategy for solving plant layout problem. Operation

    Research Quarterly, 27 (4), 845 855.

    Frieze, A.M., and Yadegar, J. (1983). On the quadratic assignment problem. Discrete Applied

    Mathematics, 5, 89 98.

    Frazelle, E.H. (2002). World-Class Warehousing and Material Handling. New York: McGraw-Hill

    Jithavech, I. (2008). Dissertation on Facility Layout Design Considering Risk for Single Period

    and Multi Period Cases.

  • 36 INASEA, Vol. 14 No.1, April 2013: 22-36

    Disertasi tidak diterbitkan. Wichita, Wichita State University.

    Iswara, H., Evania, V., & Wicaksana, I. W. S. (2007). Pemilihan Lokasi Usaha Dengan Pendekatan

    Metode Tree Decision. Proceeding PESAT, 2, 1 4.

    Kaufman, L., and Broeckx, F. (1978). An algorithm for the quadratic assignment problem using

    Benders decomposition. European Journal of Operation Research, 2, 204 211.

    Kochhar, J.S., and Heragu, S.S. (1999). Facilty layout design in a changing environment.

    International Journal of Production Research, 37, 2429 2446.

    Koopmans, T.C., and Beckman, M. (1957). Assignment problems and the location of economic

    activities. Econometrica, 25, 53 76.

    Lawler, E. L. (1963). The quadratics assignment problem. Management Science, 9, 586 599.

    Purnomo, Hari. (2004). Perencanaan dan Perancangan Fasilitas (edisi pertama). Yogyakarta:

    Roodbergen, K. J. (2011). An explanation of some rack layout concepts for warehouses. White

    Paper, 1 4.

    Urban, T.L. (1993). A heuristic for the dynamic facility layout problem. IIE Transactions, 25, 57 63.