10
Fenomena Penurunan Populasi Sapi di Bali by Made Antara From samilirity (SRI.S) Processed on 09-Feb-2017 20:41 WIB ID: 768704317 Word Count: 2817 Similarity Index 17% Internet Sources: 17% Publications: 0% Student Papers: 2% Similarity by Source 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Turnitin Originality Report sources: 6% match (Internet from 19-Mar-2015) http://www.peluangusaha.web.id/2009/12/peluang-usaha-ternak-sapi-potong.html 2% match (Internet from 28-Sep-2016) http://bp3kbamburuncingparakan.blogspot.com/2011_09_01_archive.html 1% match (Internet from 14-Dec-2016) http://zadandunia.blogspot.co.id/2013/02/ada-apa-dibalik-kunjungan-dubes-as-ke.html 1% match (Internet from 16-Apr-2014) http://203.130.196.151/~admin19/detail_news.php?id=3720 1% match (Internet from 31-Oct-2015) http://finance.detik.com/read/2013/07/23/154214/2311804/4/konsumsi-daging-indonesia- setiap-tahun-capai-4-juta-ekor-sapi 1% match (Internet from 13-Dec-2012) http://www.mustang89.com/literatur/34-literatur--sapi-potong/307-lasa-2009-mei-12-prospek- dan-pengembangan-agrobisnis-lembu-di-indonesia- 1% match (Internet from 25-Jul-2016) https://es.scribd.com/doc/214731189/Abstrak-Sapi 1% match (Internet from 23-Oct-2013) http://www.em4indonesia.com/news/beternak-sapi-peluang-usaha-menjanjikan.html 1% match (Internet from 16-Jul-2012) http://kurniansyah-simphony.blogspot.com/2010_04_01_archive.html 1% match (student papers from 09-Dec-2016) Submitted to Udayana University on 2016-12-09 < 1% match (Internet from 08-Dec-2013) 10/04/2017 Turnitin Originality Report turnitin.com/newreport_printview.asp?… 1/10

17% Publications: 0% Student Papers: 2% · 21as well as the sustainability of the existence of Bali cattle germplasm as livestock praised many advantages, but have not been able to

Embed Size (px)

Citation preview

Fenomena Penurunan Populasi Sapi diBali by Made Antara

From samilirity (SRI.S)

Processed on 09-Feb-2017 20:41 WIBID: 768704317Word Count: 2817

Similarity Index

17%Internet Sources: 17%Publications: 0%Student Papers: 2%

Similarity by Source

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Turnitin Originality Report

sources:

6% match (Internet from 19-Mar-2015)http://www.peluangusaha.web.id/2009/12/peluang-usaha-ternak-sapi-potong.html

2% match (Internet from 28-Sep-2016)http://bp3kbamburuncingparakan.blogspot.com/2011_09_01_archive.html

1% match (Internet from 14-Dec-2016)http://zadandunia.blogspot.co.id/2013/02/ada-apa-dibalik-kunjungan-dubes-as-ke.html

1% match (Internet from 16-Apr-2014)http://203.130.196.151/~admin19/detail_news.php?id=3720

1% match (Internet from 31-Oct-2015)http://finance.detik.com/read/2013/07/23/154214/2311804/4/konsumsi-daging-indonesia-setiap-tahun-capai-4-juta-ekor-sapi

1% match (Internet from 13-Dec-2012)http://www.mustang89.com/literatur/34-literatur--sapi-potong/307-lasa-2009-mei-12-prospek-dan-pengembangan-agrobisnis-lembu-di-indonesia-

1% match (Internet from 25-Jul-2016)https://es.scribd.com/doc/214731189/Abstrak-Sapi

1% match (Internet from 23-Oct-2013)http://www.em4indonesia.com/news/beternak-sapi-peluang-usaha-menjanjikan.html

1% match (Internet from 16-Jul-2012)http://kurniansyah-simphony.blogspot.com/2010_04_01_archive.html

1% match (student papers from 09-Dec-2016)Submitted to Udayana University on 2016-12-09

< 1% match (Internet from 08-Dec-2013)

10/04/2017 Turnitin Originality Report

turnitin.com/newreport_printview.asp?… 1/10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

http://sudisempadian-sudisempadian.blogspot.com/2012_02_01_archive.html

< 1% match (Internet from 02-Sep-2011)http://aricloud.wordpress.com/page/2/

< 1% match (Internet from 11-Apr-2016)http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byGroup/Category/Peternakan/430

< 1% match (Internet from 22-Sep-2016)https://es.scribd.com/doc/286578755/Pro-Siding-Sena-Pat-i-2014

< 1% match (Internet from 25-Jul-2016)http://undip13.blogspot.com/

< 1% match (Internet from 01-Sep-2013)http://disnak.sumbarprov.go.id/?disnak=berita&j=2&id=329

< 1% match (Internet from 17-Mar-2012)http://galeriukm.web.id/artikel-usaha/pengembangan-usaha-kecil

< 1% match (Internet from 01-Dec-2014)http://ojs.unud.ac.id/index.php/jikh/article/download/7138/5398

< 1% match (Internet from 15-Jan-2015)http://www.resepmasakanindonesia.me/resep-nugget-ikan-bergizi-praktis-dan-lezat/

< 1% match (Internet from 15-Dec-2012)http://www.poultryindonesia.com/news/utama-2/peluang-masih-besar-peluang-masih-besar/

< 1% match (publications)Matthias Heiduk. "Die Chinon-Charta von 1308 – die Wende im Templerprozeß? Einarchivalischer Fund und sein publizistisches Echo", Walter de Gruyter GmbH, 2010

paper text:FENOMENA PENURUNAN POPULASI SAPI DI BALI Made Antara Divisi Agribisnis, Pusat Kajian Sapi Bali,Universitas Udayana, Bali Email: [email protected] ABSTRACT Decline in beef cattle populationnationally is accompanied by a decrease in the supply of local beef, faced with the demand for beef islikely to increase, then drive up the price of beef is not affordable by the general public. To stabilize beefprices, while maintaining the advantages cattle-farmer, then import beef or beef in a limited amount to do.To stabilize beef prices, with farmers remain profitable, then import cattle or beef can be done in a limitedamount. Decline in cattle population in Bali is quite worrying, because it involves the beef supply local andnational,

10/04/2017 Turnitin Originality Report

turnitin.com/newreport_printview.asp?… 2/10

21as well as the sustainability of the existence of

Bali cattle germplasm as livestock praised many advantages, but have not been able to prosper thefarmers, the more traditional farmers. In conditions and situations like that, the government shouldcontinue to encourage and facilitate increased population and production of beef cattle with variousprograms and activities. ABSTRAK Penurunan populasi sapi potong secara nasional yang disertai olehpenurunan pasokan daging sapi lokal, dihadapkan dengan permintaan daging sapi yang cenderungmeningkat, maka memicu kenaikan harga daging sapi yang tidak terjangkau oleh masyarakat umum. Untukmenstabilkan harga daging sapi, dengan tetap memperhatikan keuntungan peternak, maka impor sapiatau daging sapi dalam jumlah terbatas dapat dilakukan. Penurunan populasi sapi di bali cukupmencemaskan, karena menyangkut pasokan daging sapi lokal dan nasional, serta keberlanjutaneksistensi plasma nutfah sapi bali sebagai ternak yang dipuja-puji berbagai keunggulannya, tetapi belummampu mensejahterakan peternaknya, lebih-lebih peternak tradisional. Dalam kondisi dan situasi sepertiitu, pemerintah harus terus mendorong dan memfasilitasi peningkatan populasi sapi dan produksi dagingsapi dengan berbagai program dan kegiatan. PENDAHULUAN Sapi adalah salah satu jenis ternak besarsebagai

19sumber protein hewani yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.

Tampaknya sapi yang lahir di Indonesia memang ditakdirkan tubuhnya menjadi santapan empuk manusiapemakan daging, walau di India sapi aman-aman saja dan tidak pernah khawatir sewaktu-waktu tubuhnyadisembelih. Banyak manfaat diperoleh dari pemeliharaan sapi antara lain, sumber daging (protein hewani),sumber tambahan pendapatan, sumber tenagakerja, memperluas lapangan kerja, meningkatkan volumeusaha terutama pengusaha ternak sapi potong, meningkatkan pendapatan asli daerah, sarana penerapanteknologi pakan, melestarikan plasma nutfah, dll. Tujuan utama pemeliharaan sapi bali, khususnyapeternakan rakyat di Bali adalah sebagai tabungan yang sewaktu-waktu sapinya dapat dijual bilamemerlukan uang mendesak untuk berbagai keperluan, dan membantu mengerjakan lahan sawah atautegalan. Walau saat ini petani kebanyakan telah menggunakan traktor untuk mengolah lahan sawah,tetapi di beberapa daerah di Bali, sapi masih digunakan untuk membantu mereka dalam mengolah sawah(Supartha dkk, 2012: Editor). Sapi bali adalah sapi terbaik di antara sapi-sapi lokal lainnya, karenakemampuan

9sapi bali bisa beranak setiap tahun (Nuna, 2009). Keunggulan sapi bali adalah

mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, sehingga sering disebut ternakperintis.

11Dengan manajemen pemeliharaan yang baik, pertambahan berat badan bisamencapai 0,7 kg/hari

(Sayang Supardhi, 2009). Sapi bali memiliki potensi sangat baik dalam menghasilkan daging dengankarkas yang cukup tinggi yaitu mencapai 46 s.d 50%. Berdasarkan potensi tersebut menyebabkanpermintaan daging sapi bali selalu meningkat (Guntoro, 2002). Provinsi bali adalah salah satu daerah

10/04/2017 Turnitin Originality Report

turnitin.com/newreport_printview.asp?… 3/10

pemasok sapi potong untuk pasar Jakarta. Berdasarkan informasi Disnak Bali Bali, permintaan daging sapidari pasar Jakarta rata- rata 70.000 ekor/tahun, dan untuk pasar lokal di Bali lebih dari 30.000 ekor/tahun.Sejak tahun 2008 Indonesia telah mencanangkan Program Swasemabada Daging Sapi (PSDS) tahun2014. Berbagai strategi, program dan kegiatan telah dilakukan oleh Ditjen Peternakan KementerianPertanian untuk mewujudkan program swasembada daging tahun 2014. Namun hingga tahun 2013 titikterang menuju swasembada daging tahun 2014 belum tampak, bahkan yang tampak semakin gelap jikadikaitkan dengan perbincangan yang ramai di berbagai media di tahun 2013 ini menyangkut populasi sapi,harga daging, dan rente ekonomi tataniaga daging sapi impor. Menurut laporan Kementerian Pertanian,tahun 2010 pemerintah harus menyediakan daging sapi sebanyak 417,04 ribu ton, tahun 2011 kebutuhandaging sapi nasional sebanyak 439,31 ribu ton, dan kebutuhan daging sapi nasional tahun 2012diperkirakan sebanyak 448,80 ribu ton. Meningkatnya kebutuhan daging sapi setiap tahun disebabkanoleh konsumsi yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatanper kapita dan kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani (Anonim, 2011). Informasi inimenunjukan bahwa terjadi kesenjangan antara permintaan dan pasokan daging sapi, sehingga terjadidefisit yang harus dipenuhi dari daging impor. Dari aspek ekonomi, ini adalah peluang bisnis bagipengusaha (UMKM) ternak sapi untuk melakukan usaha penggemukan atau usaha pembibitan sapi.KONDISI PERMINTAAN DAN PASOKAN SAPI Kondisi Permintaan dan Pasokan Sapi Nasional Indonesiadengan jumlah penduduk tahun 2013 mencapai 250

20juta jiwa dengan pertumbuhan 1,49% per tahun,

membutuhkan pasokan daging sapi yang banyak.

1Sementara laju pertumbuhan konsumsi dan pertambahan penduduk tidakmampu diimbangi oleh laju peningkatan populasi sapi potong,

sehinga terjadi kesenjangan antara permintaan dan pasokan,

8pada gilirannya memaksa Indonesia selalu melakukan impor baik dalambentuk sapi hidup maupun daging dan jeroan sapi. Asosiasi Produsen Daging

dan

Feedlot Indonesia (Apfindo) memproyeksikan bahwa konsumsi daging Indonesia meningkat. Diproyeksikanpada tahun 2010 konsumsi daging sapi dan jeroan meningkat menjadi 2,72

15kg/kapita/tahun, sedangkan pada tahun 2020 meningkat menjadi 3,72

kg/kapita/tahun

(tabel 1). Namun realitasnya, pada tahun 2013 ini, konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia rata-ratahanya 2,5 kg/kapita/tahun,

10/04/2017 Turnitin Originality Report

turnitin.com/newreport_printview.asp?… 4/10

12jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.Apalagi

target konsumsi tahun 2020 mencapai 3,72 kg/kapita/tahun, target konsumsi tahun 2010 saja belumtercapai. Hal ini disebabkan oleh mahalnya harga daging sapi, sehingga masyarakat beralihmengkonsumsi daging ayam, telur maupun ikan, yang harganya lebih rendah daripada harga daging sapi.Tabel 1 Proyeksi Kebutuhan Daging Sapi di Indonesia, 2000-2020 Tahun Proyeksi

12000 Penduduk 206 juta orang Konsumsi 1,72 kg/kapita/tahun Produksidaging 350,7 ribu ton/tahun Pemotong an sapi 1,75 juta ekor/tahun 2010

Penduduk 242,4 juta orang Konsumsi 2,72 kg/kapita/tahun Produksi daging654,4 ribu ton/tahun Pemotong an sapi 3,3 juta ekor/tahun (naik 88,6%) 2020

Penduduk 281 juta orang Konsumsi 3,72 kg/kapita/tahun Produksi

daging I

6,04 juta ton/tahun Pemotong an sapi 5,2 juta ekor/tahun (naik 197%) Sumber:Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia

(Apfindo) dalam Bisnis Ternak Sapi Potong tetap menguntungkan (Sihombing, 2005 dalam Firdaus danGunawan, 2006) Populasi sapi potong dari tahun 1997-2003 cenderung menurun. Populasi sapi potongtahun 1997 sebanyak

111,9 juta ekor, tahun 2000 menurun menjadi 11, 0 juta ekor (- 8,

0%), dan tahun 2003 (sensus pertanian 2003) menurun menjadi 9,9 juta ekor (jelasnya 9.867.522 ekor).Namun tahun

42011 populasi sapi potong meningkat mencapai 14,8 juta ekor

(jelasnya

214.805.053 ekor), atau meningkat satu setengah kali lipat selama kurun waktu 8tahun terakhir. Adapun persebaran wilayah untuk sapi potong adalah JawaTimur 4,7 juta ekor, Jawa Tengah 1,9 juta ekor, Sulawesi Selatan 984 ribu ekor,NTT 778,2 ribu ekor, Lampung 742,8 ribu ekor, NTB 685,8 ribu ekor, Bali 637, 5ribu ekor dan Sumatera Utara 541, 7 ribu ekor (Web. Kementerian Pertanian:

10/04/2017 Turnitin Originality Report

turnitin.com/newreport_printview.asp?… 5/10

Berita Pertanian Online). Populasi

16tiga jenis ternak (sapi potong, sapi perah dan kerbau)

tahun 2011 sebanyak 16.707.204 ekor. Jika dirinci, populasi sapi potong 14.805.053 ekor, populasi

4sapi perah 597. 135 ekor, dan populasi kerbau 1. 305.016 ekor.

Namun berdasarkan sensus pertanian 2013, populasi sapi dan kerbau di Indonesia kembali menurunmenjadi 12 juta. Dibandingkan dengan populasi tahun 2011, selama dua tahun terakhir (2011-2013)populasi sapi di Indonesia menurun sebanyak 2 juta ekor, atau menurun 1 juta ekor per tahun. Populasisapi sebanyak 12 juta dengan peternak sebanyak 6 juta, berarti 1 peternak hanya menguasai 2 ekor sapi.Sedangkan Muladno (2012) yang mengutip data BPS tahun 2010 mengungkapkan 99,81% sapi diIndonesia

7dipelihara secara tradisional dengan rataan skala pemilikan 2-3 ekor perpeternak,

dan hanya 0,19% dikelola secara professional dengan skala kepemilikan antara ribuan sampai puluhanribu ekor pwer peternak. Jika hasil sensus pertanian 2013 diperbandingkan dengan data BPS 2010,berarti di Indonesia telah terjadi penurunan kepemilikan sapi per peternak dari 2-3 ekor tahun 2010menjadi rata-rata 2 ekor. Jadi penuruna populasi sapi paralel dengan penurunan kepemilikan ternak perpeternak. Dalam kondisi populasi sapi lokal cenderung menurun, yang diikuti oleh pasokan daging sapilokal menurun, dihadapkan dengan permintaan daging yang cenderung meningkat, memicu tingginyaharga daging mencapai Rp 90-120 ribu per kg. Untuk menstabilkan harga daging sapi di dalam negeri,impor sapi dan daging sapi masih sangat diperlukan. Dalam berbagai kesempatan di tahun 2013 ini,Wamendag Bayu Krisnamurthi mengatakan bahwa

5konsumsi daging sapi di Indonesia per tahun mencapai 4 juta ekor

yang setara dengan 600.000 ton daging sapi (asumsi: 1 ekor=150 kg), atau 10.958 ekor per hari, yangbersumber dari sapi impor dan sapi lokal. Perkiraan konsumsi daging sapi nasional sebanyak 600.000 tonagak berlebihan (over estmate), yang sebenarnya masih di bawah itu. Namun pihak KementerianPertanian mengestimasi konsumsi daging per tahun (2013) sedikit lebih rendah, hanya 549.000 ton, atauper hari sebanyak 2.504 ton setara dengan 10.027 ekor. Kebutuhan ini, sebanyak 85%

5dipasok dari sapi lokal, sedangkan 15% lainnya adalah impor.

Dalam kaitan dengan impor sapi untuk menstabilkan harga daging, sesuai berita Kontan.co.id (Jumat 20September 2013) yang mengutip pernyataan Wamendag, sudah ada 8.000 ekor sapi impor yang masuk,sehingga diharapkan harga daging sapi turun sekitar Rp 83-84 ribu per kg.

10/04/2017 Turnitin Originality Report

turnitin.com/newreport_printview.asp?… 6/10

3Harga daging sapi di Indonesia saat ini adalah yang termahal di dunia. Hargadi dalam negeri berkisar Rp 90.000 per kilogram, sementara di sejumlahnegara lain hanya berkisar Rp 40.000.

Dalam tiga tahun terakhir (2010-2013), Indonesia terus mengurangi kuota impor sapi dan daging sapi.Pengurangan kuota impor ini terkait dengan target Indonesia untuk berswasembada daging pada tahun2014. Mencermati kondisi populasi sapi lokal yang cenderung menurun dibandingkan dengan konsumsidaging yang cenderung meningkat sampai tahun 2013 ini, tampaknya target swasembada daging sapitahun 2014 masih sulit dicapai, bahkan mungkin dalam waktu lebih lama belum tentu akan tercapai.Penurunan populasi sapi lokal berdasarkan sensus pertanian 2013 kemungkinan disebabkan olehbeberapa hal , antara lain (lihat juga pendapat Dian dan Firdaus, 2006): (1) Penjualan sapi oleh peternakkarena kebutuhan mendesak dan harga sapi dalam tiga tahun terakhir sangat menguntungkan peternak,

7(2) adanya pemotongan sapi betina produktif mencapai 20%-30% dari jumlah

populasi sapi

lokal betina produktif, (3) terganggunya impor sapi potong karena kebijakan penurunan kuota impor sapioleh pemerintah (via Kemendag RI) dalam 3 tahun terakhir, sebagai buntut adanya rente ekonomi dalamkasus impor sapi, (4)

1kualitas sapi lokal semakin menurun dengan terjadinya in-breeding di antara

sapi lokal, sehingga berat hidup sapi lokal semakin menurun (rata-rata 300 kg),dan (5) program cross breeding yang dilakukan sclama ini tidak mengakibatkanpeningkatan kualitas sapi lokal karena keturunannya (F- I) terus dipotong,bukan untuk dikembangbiakkan kembali. Dalam kondisi dan situasi seperti itu,pemerintah Indonesia

(via Dirjen Peternakan, Kementerian Pertanian) harus terus mendorong dan memfasilitasi peningkatanpopulasi sapi dan produksi

1daging sapi. Kebutuhan daging sapi yang terus meningkat, jika tidak disertai

dengan pasokan sapi berupa peningkatan populasi sapi lokal, maka impor harus dilakukan. Jika terus-menerus mengimpor sapi, berarti Indonesia akan masuk ke dalam perangkap impor pangan (foodtrapimpor), suatu situasi yang sangat tidak baik dan beresiko tinggi. Jika terjadi perang, kurs dollar naik, dankrisis produksi di negeri produsen pangan, maka krisis pangan akan menimpa Indonesia. Kondisi pasokandaging yang lebih rendah daripada kebutuhan daging sapi, adalah suatu insentif bagi peternak danpengusaha ternak untuk melakukan budidaya ternak sapi potong atau sapi bibit. Namun demikian, sistemmanajemen budidaya sapi harus diperbaiki. Menurut Dian dan Firdaus (2006), aspek-aspek manajemenbudidaya yang harus memperoleh perhatian antara lain, pemilihan bibit bakalan, pengandangan dan

10/04/2017 Turnitin Originality Report

turnitin.com/newreport_printview.asp?… 7/10

konstruksi kandang, tempat pakan, pemenuhan gizi ternak, bahan pakan, fermentasi jerami padi danlimbah jagung, pemberian pakan konsentrat, melakukan cekokan, kesehatan ternak, pengolahan pupukorganik, dll. Jadi

1usaha peternakan sapi potong di Indonesia saat ini dan ke depan masih tetap

prospektif. Hal ini didukung oleh fakta bahwa permintaan daging sapi lebih besar daripada pasokan.Permintaan sapi hidup atau daging sapi di pasar domestik cenderung meningkat, baik karena

17peningkatan pendapatan masyarakat yang diikuti oleh perubahan polakonsumsi

dari dominan karbohidrat ke protein, maupun peningkatan jumlah penduduk secara absolut yangmemerlukan peningkatan pangan protein yang sebagian besar berasal dari daging sapi. Kondisi Sapi diBali Berdasarkan informasi Badan Penanaman Modal dan Perijinan (Bali Post Online 8 Juni 2012), kuotaantar pulau sapi hanya 60.000 ekor per tahun atau 5.000 ekor per bulan. Pengiriman kuota sapi potongke luar bali tahun 2011 sebanyak 76.500 ekor, tahun 2012 menurun menjadi 61.678 ekor, atau menurunsebanyak 14.822 ekor. Penurunan kuota pengiriman ini dalam usaha menstabilkan populasi sapi di bali,dan mengantisipasi pengiriman sapi di bawah umur. Namun terbatasnya kuota penguiriman ke luar balidibandingkan dengan permintaan pasar luar Bali yang cenderung meningkat, akan mendorong terjadipenyelundupan atau pengiriman sapi di luar kuota (illegal). Berdasarkan sensus pertanian 2013, populasisapi potong dan kerbau di bali tahun 2013 menurun dibandingkan dengan populasi tahun-tahunsebelumnya. Populasi sapi dan kerbau tahun 2011 sebanyak 639.800 ekor, tahun 2013 menurun menjadi478.700 ekor, atau menurun sebesar 25% selama 2 tahun, atau 12,5% per tahun (tabel 2). Penurunanpopulasi ternak sapi di bali adalah paralel dengan penurunan rumahtangga pertanian, tahun 2003sebanyak 491.700 rt, tahun 2013 menurun menjadi 408.200 rt, atau dalam 10 tahun menurun sebanyak83.500 rt, atau setiap tahun menurun sebanyak 8.350 rt. Pertanyaannya, apakah penurunanrumahtangga pertanian salah satu penyebab penurunan populasi sapi di bali? Dari 9 kabupaten/kota diBali, secara absolut Kabupaten Buleleng mengalami penurunan populasi sapi dan kerbau terbanyak yaitu43.600 ekor, tetapi secara relative (persentase) Kabupaten Jemberana mengalami penuruan popuasisapid an kerbau terbesaar yaitu 34%. Hal ini karena Kabupaten Buleleng memiliki populasi dan kerbauterbanyak di Bali, walau berkurang banyak secara absolut, tetapi secara persentase menjadi kecil. KotaDenpasar mengalami penurunan secara absolut terkecil yaitu 1.700 ekor, dan Kabupaten Gi*anyarmengalami penurunan secara relatif terekcil yaitu 15%. Fakta-fakta ini harus menyadarkan semua pihakuntuk melakukan revitalisasi atau membangkitkan kembali usaha-usahaa peningkatan populasi sapi bali,baik melalui peningkatan kepemilikan, peningkatan jumlah peternak sapi, perbaikan manajemen budidaya,perbaikan kualitas bibit, maupun insentif yang menggairahkan peternak untuk mau memelihara sapi. Tabel2 Populasi Sapi dan Kerbau di Provinsi Bali, 2011 dan 2013 No Kabupaten

4Populasi Sapi dan Kerbau 2011 (ribu ekor) Populasi Sapi dan kerbau

2013 (ribu ekor) + / - (ribu ekor) Persen 1 Jembrana 56,1 37,1 19,0 34 2 Tabanan 67,4 48,0 19,4 29 3Badung 48,1 36,7 11,4 24 4 Gianyar 47,3 40,3 7,0 15 5 Klungkung 46,6 33,9 12,7 27 6 Bangli 94,2 74,2

10/04/2017 Turnitin Originality Report

turnitin.com/newreport_printview.asp?… 8/10

20,0 21 7 Karangasem 135,6 109,3 26,3 19 8 Buleleng 136,3 92,7 43,6 32 9 Denpasar 8,2 6,5 1,7 21 Bali639,8 478,7 161,1 25 Sumber: Sensus Pertanian 2013 (dalam Web BPS Prov Bali) P E N U T U PPenurunan populasi sapi potong secara nasional yang disertai oleh penurunan pasokan daging sapi lokal,dihadapkan dengan permintaan daging sapi yang cenderung meningkat, maka memicu kenaikan hargadaging sapi yang tidak terjangkau oleh masyarakat umum. Untuk menstabilkan harga daging sapi, dengantetap memperhatikan keuntungan peternak, maka impor sapi atau daging sapi dalam jumlah terbatasdapat dilakukan. Penurunan populasi sapi di bali cukup mencemaskan, karena menyangkut pasokandaging sapi lokal dan nasional, dan keberlanjutan eksistensi plasma nutfah sapi bali sebagai ternak yangdipuja-puji berbagai keunggulannya, tetapi belum mampu mensejahterakan peternaknya, lebih-lebihpeternak tradisional. Penurunan populasi sapi lokal di Bali dan Nasional, kemungkinan disebabkan olehbeberapa hal, penjualan sapi oleh peternak karena kebutuhan mendesak dan harga sapi dalam tiga tahunterakhir sangat menguntungkan peternak, peningkatan pemotongan sapi betina produktif, terganggunyaimpor sapi potong karena kebijakan penurunan kuota impor sapi,

1kualitas sapi lokal semakin menurun dengan terjadinya in-breeding di antara

sapi lokal,

dll. Dalam kondisi penurunan populasi sapi lokal, pemerintah (via Ditjen Peternakan, KementerianPertanian) harus terus mendorong dan memfasilitasi peningkatan populasi sapi dan produksi daging sapidengan berbagai program dan kegiatan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Laporan Kinerja KementerianPertanian, www. deptan.go.id. Firdaus, Dian dan Agus, Gunawan

13.2006. Pengembangan Sistem dan Usaha Sapi Potong Berbasis SumberdayaLokal.

Makalah Disajikan pada Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian.

18Guntoro, S. 2002. Membudidayakan Sapi Bali, Kanisius, Yogyakarta.

Nuna. 2009. Pemilihan Jenis Sapi Ungul, Dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Buleleng.http//disnak. bulelengkab.go.id

10Muladno. 2012. Aplikasi Teknologi Perbibitan untuk Peningkatan ProduksiBakalan dan Kualitas Daging Sapi Nasional. Dalam Prosiding Seminar Nasional

Sapi Bali. Pusat Kajian Sapi Bali, Universitas Udayana. Sayang Yupardhi, Wayan. 2009. Sapi Bali Mutiaradari Bali, Udayana University press, Denpasar. Sensus Pertanian 2013. Dalam Web.Badan Pusat StatistikProvinsi Bali. Supartha, Nyoman dkk. (Editor).

142012. Sapi Bali, Sumberdaya Genetik Asli Indonesia. Udayana UniversityPress.

10/04/2017 Turnitin Originality Report

turnitin.com/newreport_printview.asp?… 9/10

1 2 3 4 5 6 7 8

10/04/2017 Turnitin Originality Report

turnitin.com/newreport_printview.asp?… 10/10