158-492-1-PB

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/20/2019 158-492-1-PB

    1/8

    Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013  Page 45

    PEMBUATAN BIODIESEL DARI

    MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS CaO

    DISINARI DENGAN GELOMBANG MIKRO

    Susila Arita.R.*, Attaso.K, Rangga Septian*Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

    Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

    Abstrak

    Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif. Biodiesel dapat dibuat dari minyak sawit dan

     bahan baku lainnya. Penelitian ini mempelajari kondisi optimum minyak Biodiesel minyak sawit dengan

    reaksi metanolisis katalis heterogen kalsium oksida (CaO) komersial dibantu oleh penyinaran gelombang

    mikro. Perlakuan awal katalis untuk mendapatkan kondisi optimum telah dilakukan kalsinansi pada

    500oC selama 1 jam. Pengurangan FFA mencapai 0,2% dengan esterifikasi. Hasil biodiesel dianalisis

    dengan gas kromatografi untuk mengukur total konversi metil ester. Kondisi optimum untuk

    transesterifikasi adalah 400 watt dengan katalis 5% CaO dari berat minyak, memiliki yield biodiesel

    75,60% dan konversi metil ester 92%. Secara umum, kualitas produk biodiesel dalam percobaan ini tidak

    dapat memenuhi persyaratan standar biodiesel secara komersial.

    Kata Kunci : Biodiesel, Minyak Sawit, Katalis Heterogen, Gelombang Mikro, CaO

    Abstract

    Biodiesel is one of the alternative fuels. Biodiesel can be made from palm oil and the other raw material.

    This research studies the optimum condition of palm oil (RPO) production by methanolysis reaction

    heterogeneust catalyst of calcium Oxide (CaO) commercial aided by microwave irradiation. In order to

    get optimum condition, pretreatment catalyst has been done in 500oC at 1 hour. FFA removal can be

    reduced until 0,2% by esterification . The result of biodiesel was analyzed by Gas chromatography to

    measure the total of methyl esters conversion. The optimum condition for transesterification was 400

    watts and catalyzed by 5% of CaO, have the yield of biodiesel 75,60% and the conversion of methyl

    esters 92%. In general, the quality of biodiesel product in this experiment can’t fulfill the standard

    requirement of biodiesel enough.

    Keywords: Biodiesel, Palm Oil, Heterogeneust Catalyst, Microwave,Calcium Oxide

    1.  PENDAHULUAN

    Selama krisis energi dewasa ini, harga

    minyak mentah menjadi mahal dan masalah

    lingkungan telah mendorong pemerintah dan

    masyarakat untuk menetapkan kebijakan energi

    nasional dengan penekanan pada energi

    terbarukan seperti biodiesel untuk mengurangi

    konsumsi bahan bakar fosil dan untuk

    meningkatkan keamanan energi negara. Di

    Thailand dan Indonesia, kelapa sawit adalah

    sumber daya biomassa yang memiliki potensi

    tinggi sebagai sumber energi terbarukan untuk

     produksi biodiesel. Minyak sawit mentah

  • 8/20/2019 158-492-1-PB

    2/8

  • 8/20/2019 158-492-1-PB

    3/8

    Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013  Page 47

    menjadi ester dengan pemanasan konvensional

    selama 60 menit dengan temperature 65oC dijaga

    konstan sampai reaksi selesai. Hasil esterifikasi

    didiamkan selama 24 jam di corong pemisah dan

    hasil esterifikasi pada lapisan bawah corong pisahakan digunakan pada reaksi transesterifikasi.

    .Langkah selanjutnya dalam penelitan ini adalah

     pretreatment katalis kalsium oksida dengan

    kalsinasi katalis CaO di dalam tungku dengan

    temperature 500oC selama 1 jam, lalu

    dicampurkan dengan metanol yang akan

    direaksikan dan diaduk selama 15 menit dengan

    kecepatan pengadukan 300-400 rpm. Setelah

     perlakuan katalis selesai, reaksi metanolis

    dilakukan pada reaktor batch berupa labu reaksi

    yang dihubungkan dengan kondensor pada

    microwave konvensional seperti yang ditunjukkan

    gambar 2. Reaksi dilakukan untuk semua variasi

    katalis dan daya gelombang mikro. Hasil

    transesterifikasi didiamkan pada corong pisah

    selama 6 jam dan biodiesel dipisahkan dari

    gliserol, katalis lalu dicuci dengan aquades

    dengan perbandingan 1:1, temperature aquades

    50-60oC untuk memisahkan sabun dari crude

     biodiesel. Pencucian dilakukan di corong pisah

    selama 2 kali dan biodiesel dikeringkan pada oven

    laboratorium dengan temperature 90oC selama 6

     jam untuk menghilangkan kadar air. Dari hasil uji

     biodiesel akan didapatkan perolehan yield

     biodiesel, FFA hasil transesterifikasi, angka asam,

    densitas, dan konversi biodiesel yang dianalisa

    gas kromatografi AS 2000.

    Gambar 2 Rangkaian alat transesterifikasi

    3.  HASIL DAN PEMBAHASAN

    Dalam pembuatan biodiesel menggunakan

    minyak kelapa sawit sebagai bahan baku telah

    ditemukan bahwa kandungan asam lemak bebas

    masih cukup tinggi untuk melakukan reaksi

    metanolisis , sebelum reaksi dilakukan , kita perlu

    mengurangi persentase asam lemak bebas dalam

    minyak sawit dengan mengkonversi asam lemak

     bebas ( FFA ) menjadi ester melalui reaksi

    esterifikasi. Rasio molar metanol dengan minyakadalah 18:1 , lalu ditambahkan ke 100 gr minyak

    dan 3 % asam sulfat ( H2SO4 ) dari berat minyak .

    Esterifikasi dilakukan dengan pemanasan

    konvensional selama 1 jam pada suhu 65oC

    (Buathip T et al, 2013). Diketahui kandungan

    FFA pada minyak sebanyak 1,06 % dan setelah

     pengurangan FFA melalui esterifikasi , asam

    lemak bebas ( FFA ) telah berubah menjadi 0,20

    % . Menurut Garpen ( 2004) kadar FFA

    diperbolehkan dalam katalis basa adalah < 1 %

    atau setara dengan 2 mg KOH/g sampel ( Berrios ,

    2007) . Reaksi esterifikasi membutuhkan metanol

    dan katalis asam untuk mengubah FFA menjadi

    ester dan air. Penggunaan katalis asam untuk

    reaksi ini memiliki alasan yaitu tidak

    menyebabkan reaksi saponifikasi dengan

    kandungan FFA tinggi.

    Studi tentang pembuatan biodiesel melalui

     pemanasan batch  konvensional telah dilakukan

    oleh banyak orang dan tentunya lebih mahal

    karena energi yang dipakai lebih tinggi dan waktu

     proses yang lama , Padil (2010) telah melakukan

     penelitian tentang transesterifikasi minyak nabati

    dengan menggunakan CaO dengan pemanasan

     batch konvensional dan dihasilkan konversi

    methyl ester   sekitar 73,03 % dan 73,38 % reaksi

    ini membutuhkan suhu sekitar 105oC dengan

    waktu reaksi 1,5 jam . Ini berarti menggunakan

     pemanas konvensional membutuhkan waktu

    reaksi yang lama untuk membuat FAME ( Fatty

     Acid Methyl Ester ), namun kita dapat mengurangi

    semua itu dengan microwave  . Dalam hal ini

    microwave  komersial digunakan reactor skala

    batch  . Metode batch  memiliki beberapakeuntungan jika kita bandingkan dengan metode

    continous karena lebih mudah dalam mengontrol

     proses dan tidak perlu banyak peralatan untuk

    melakukan percobaan. Transesterifikasi

    membutuhkan banyak metanol untuk mengubah

    trigliserida menjadi metil ester , itu sebabnya

    dalam penelitian menggunakan perbandingan

    molar tinggi antara metanol dan minyak (18:01) ,

    hal itu akan membuat keseimbangan reaksi akan

     bergerak ke arah kanan (produk) dan membuat

    konversi metil ester menjadi lebih tinggi , karena

  • 8/20/2019 158-492-1-PB

    4/8

    Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013  Page 48

    3 mol metanol dan 1 mol trigliserida akan

    membentuk 3 mol metil ester dan 1 mol gliserol. (

    Bradshaw dan Meuly , 1994).

    Dalam percobaan ini telah dilakukan

    reaksi transesterifikasi dengan berbagai katalis 1% , 3 % dan 5 % dari berat minyak untuk setiap

    sampel dan juga kekuatan daya microwave 200

    watt , 300 watt , dan 400 watt . wakty setiap

    reaksi adalah sama yaitu 20 menit dan kecepatan

     pengadukan yang sama juga untuk setiap sampel

    yaitu 600 rpm . Produk utama metanolisis adalah

     biodiesel ( metil ester ) , dan gliserol. Biasanya

     proses pembuatan biodiesel dengan katalis

    heterogen akan membuat 3 lapisan , bagian bawah

    adalah katalis yang digunakan , bagian tengah

    adalah gliserol dan atas adalah produk (

     biodiesel), tapi dari percobaan ini didapatkan 4

    lapisan dengan pemanasan microwave dibawah

    300oC . lapisan bagian atas adalah metanol

     berlebih yang belum bereaksi atau diduga tidak

     bereaksi , di tengah adalah biodiesel , di lapisan 3

    adalah gliserol dan lapisan 4 adalah katalis.

    Diasumsikan bahwa pada suhu rendah

    metanol tidak dapat terkonversi penuh menjadi

     biodiesel karena reaksi waktu yang singkat .

    Tetapi pada 300oC - 400

    oC ,,semua metanol telah

    diubah menjadi biodiesel dan hanya menghasilkan

    3 lapisan . Lapisan adalah biodiesel , lapisan

    tengah adalah gliserol dan lapisan 3 adalah

    katalis. Hasil yang ditampilkan produk dapat

    dilihat pada gambar 4.1. Kita bisa melihat dari

    data yang ditampilkan hasil tertinggi adalah 300

    watt daya microwave  dan katalis 1 % CaO

    menghasilkan 91% yield biodiesel. Dan yield

    terendah pada 200 watt daya dan dengan katalis 1

    % CaO yang hanya memiliki 60,48% yield

     biodiesel. Itu berarti 300 watt lebih baik daripada

    200 watt . kekuatan daya gelombang mikro telah

    dipelajari Putra,RP dkk ( 2012) , merekamendapatkan hasil sekitar 60,11% yield biodiesel

    dalam 20 menit reaksi pada 200 watt dengan

    katalis 1 % CaO.

    Tapi untuk kondisi reaksi dengan suhu 300

    watt dengan konsentrasi katalis 3 % dan 5 % ,

    yield biodiesel adalah berkurang dari 91,15%

    menjadi 86,6 % dan 77,34 % . Diduga bahwa

    terjadi human error   saat pencucian biodiesel.

    Karena berdasarkan grafik di atas bahwa 200 watt

    dan 400 watt daya gelombang mikro , yield

     biodiesel akan naik untuk katalis yang lebih tinggi

    . Penggunaan katalis dapat mempengaruhi hasil

    yang diperoleh, dalam hal waktu dan suhu reaksi

    tergantung pada karakteristik masing-masing

    katalis.

    Penelitian sebelumnya telah dilakukanmenggunakan NaOH sebagai katalis basa

    homogen dan membentuk biodiesel sebesar 98 %

     pada 260 Watt dan suhu operasi 50oC selama 20

    menit.

    Gambar 3. Grafik Perbandingan Terhadap Yield

    Biodiesel Dengan Variasi Katalis dan Daya

    Gelombang Mikro.

    suhu operasi 50oC selama 20 menit. ( Santoso

    dan Wijaya, 2009). Seperti kita ketahui katalis

    homogen akan menghasilkan yield yang lebih

    tinggi tetapi membutuhkan biaya produksi yang

    lebih besar dan pemisahannya sulit.

    Analisis oleh Trace Gas

    Chromatography  AS 2000 digunakan untuk

    menentukan jenis senyawa yang terkandung

    dalam metil ester dari minyak sawit , dan untuk

    menghitung persentase konversi Fatty Acid

    Methyl Ester ( FAME ) pada biodiesel yang

    terbentuk . Analisis ini menghasilkan puncak

    spektrum masing-masing menunjukkan jenis metil

    ester tertentu. Berdasarkan data dari GC ,

     berbagai jenis metil ester untuk biodiesel dapatdiketahui. Analisis senyawa biodiesel dilakukan

    terhadap puncak fragmentasi yang dapat

    diidentifikasi sebagai senyawa biodiesel

     berdasarkan kemiripan dengan senyawa standar.

    Senyawa A dikatakan mirip dengan senyawa

    standar jika memiliki berat molekul yang sama ,

     pola serupa, fragmen, dan nilai indeks kesamaan

    yang tinggi . Untuk menggunakan GC kita

    membutuhkan larutan standar,heksana dan

    sampel. Dalam penelitian ini digunakan 2 ml

    heksana dan dicampur dengan 0,2 ml minyak.

    0

    20

    40

    60

    80

    100

     CaO

    1%

    CaO 3% CaO

    5%

    200 watt

    300 watt

    400 watt

  • 8/20/2019 158-492-1-PB

    5/8

  • 8/20/2019 158-492-1-PB

    6/8

    Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013  Page 50

     partikel CaO, sehingga membentuk banyak pori-

     pori pada kalsium oksida . Ukuran CaO yang

    digunakan sekitar 200 mesh, produktivitas akan

    lebih baik bila luas permukaan katalis per satuan

    massa lebih besar . Memperbesar luas permukaankatalis per satuan massa dapat dilakukan dengan

    mengurangi ukuran katalis padat . Kita juga perlu

    mencampur metanol dengan katalis lalu dilakukan

     pengadukan dengan kecepatan 300-400 rpm

    selama 10-15 menit . Untuk mendapatkan kondisi

    yang optimal pada transesterifikasi , katalis CaO

    akan diaktifkan oleh Metanol . Sejumlah kecil

    CaO akan bereaksi dengan metanol dan diubah

    menjadi Ca(OCH3) 2 dan Ca(OH)2 tetapi beberapa

    CaO yang tersisa tidak berubah . Mula-mula CaO

    akan bereaksi dengan metanol dan membentuk

    Ca(OCH3)2  dan selanjutnya H2O yang dihasilkan

    selama pembentukan Ca(OCH3)2  akan bereaksi

    dengan CaO membentuk Ca(OH)2. (Ayato

    Kawashima, dkk, 2009). Oleh karena itu, perlu

    dilakukan aktivasi katalis sebelum reaksi.

    Katalis CaO lebih aktif dan telah lama

    dipelajari untuk transesterifikasi karena harganya

    yang murah, memiliki energi aktivasi yang tinggi

    ( Liu et al , 2008) dan sedikit larut dalam metanol

    dibandingkan alkali tanah hidroksida logam

    seperti SrO dan Ba (OH)2  yang sepenuhnya

    terlarut dalam media reaksi ( Granados et al ,

    2007) . Dalam penelitian yang dilakukan oleh

    Granados et al ( 2007) menyimpulkan bahwa

    meskipun CaO sangat aktif dalam reaksi

    transesterifikasi , keberadaan H2O akan

    menyebabkan terbentuknya Ca(OH)2  yang akan

    membentuk layer tipis pada permukaan pori CaO

    sehingga aktivitas katalitik CaO akan menyerupai

    aktivitas katalitik Ca(OH)2.

    Tingginya nilai angka asam dapat membuat

    masalah baru untuk produk biodiesel. Menurut

    Diaz dan Galindo (2007),bahan bakar mesindiesel yang ideal adalah bahan bakar dengan

    rantai hidrokarbon yang sepenuhnya jenuh.

    Jumlah asam yang dimiliki biodiesel dari minyak

    sawit juga sangat rendah, ini berarti Biodiesel

    mengandung asam lemak bebas yang sangat

    sedikit. Dengan demikian, biodiesel tidak bersifat

    korosif dan tidak merusak injektor mesin diesel.

    Bilangan asam yang didapatkan sesuai dengan

    standar SNI yaitu dibawah ≤ 0,8%.

    Dari grafik terlihat bahwa hasil bilangan

    asam pada 200 watt dan 400 watt dengan jumlah

    katalis yang sama memiliki angka asam sesuai

    dengan standar biodiesel dalam ASTM D-6751

    yang mengizinkan bilangan asam tertinggi adalah

    0,5%. Penambahan katalis mempengaruhi nilai

     bilangan asam pada daya 200 watt. Hal tersebutditunjukkan bahwa jumlah katalis 1% memiliki

    angka asam 018% , pada penambahan 3% CaO

    terjadi kenaikan angka asam tapi grafik turun

    kembali ke 0,18% ketika penambahan katalis

    dalam 5%, kondisi yang sama juga terjadi pada

    daya 400 watt.dapat disimpulkan bahwa

     penambahan katalis CaO sebanyak 5% berat

    minyak merupakan titik terendah dri setiap daya

    microwave, dengan kata lain kondisi inilah yang

    terbaik dengan angka asam yang kecil.

    Gambar 5. Analisa Angka Asam 

    Densitas biodiesel dalam percobaan ini

    dapat dilihat pada gambar 6. Ditunjukkan bahwa

    daya microwave  mempengaruhi densitas. daya

    yang lebih tinggi dapat mengurangi nilai densitas

    yang juga dipengaruhi oleh penambahan CaO

    sebagai katalis, dan kondisi terbaik berada pada

    daya 400 watt . Densitas standar Eropa EN-12414

    memiliki persyaratan minimum adalah 860 kg/m3

    dan maksimum adalah 900 kg/m3, katalis dalam

    kondisi ini tidak mempengaruhi hasil secara

    signifikan. grafik dari pengukuran densitas dapatdilihat pada gambar 6.

    Dalam daya microwave 400 watt

    menunjukkan bahwa hasil uji densitas adalah 860

    kg /m dengan variasi katalis 1%, 3%, dan 5% dari

     berat minyak. Ini adalah hasil terbaik sesuain

    dengan standar biodiesel Eropa EN-12414.

    Menurut Prihandana et al., (2006), densitas

     biodiesel yang melebihi ketentuan akan membuat

    reaksi pembakaran tidak sempurna. Dengan

    demikian dapat meningkatkan emisi dan membuat

    mesin diesel cepat rusak. Biodiesel dengan

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    CaO 1% CaO 3%CaO 5%

    200 watt

    300 watt

    400 watt

  • 8/20/2019 158-492-1-PB

    7/8

    Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013  Page 51

    densitas 860 kg/m3 dapat menghasilkan

     pembakaran sempurna.

    Gambar 6. Hasil Analisa Densitas

    4.  KESIMPULAN

    Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat

    disimpulkan sebagai berikut:

    1.  Radiasi gelombang mikro (microwave) dapat

    dimanfaatkan dalam proses pembuatan

     biodiesel dari minyak sawit melalui proses

    transesterifikasi secara batch.

    2.  Penggunaan radiasi gelombang mikro dalam

     pembuatan biodiesel dari minyak sawit

    dengan daya yang lebih tinggi mampu

    meningkatkan hasil yield biodiesel . Dayayang optimal adalah 300 watt pada rasio mol

    minyak sawit dengan metanol 1:18 dan

     jumlah katalis 1% dari berat minyak memiliki

    yield biodiesel sebesar 91,15 %

    3.  Penyinaran gelombang mikro membuktikan

     bahwa dapat mengurangi waktu reaksi

    menjadi sangat singkat. Semakin tinggi daya

    gelombang mikro maka dapat meningkatkan

    konversi metil ester . Daya yang optimal

    adalah 400 watt pada rasio mol minyak sawit

    dengan metanol pada 1:18 dan persentase

    konversi mencapai 92 % dari FAME

    4.  Kondisi optimum dalam percobaan ini berada

     pada 400 watt dan 5 % CaO , yang memiliki

    hasil yang lebih baik daripada yang lain

    5.  Dari variasi berbagai katalis CaO , diperoleh

     bahwa kondisi optimum untuk percobaan ini

    adalah 5 % katalis dari berat minyak dalam

     perbandingan molar minyak dan metanol 

    1:18. 

    6.  Semakin banyak penambahan katalis CaO

     pada daya 200 dan 400 watt dapat

    meningkatkan konversi

    7.  Senyawa biodiesel dari minyak sawit pada

     percobaan ini telah dianalisa melaluii gas

    kromatografi (AS 2000) adalah sebagai

     berikut : metil palmitat , metil palmitoleate ,

    metil stearat , dan metil oleat8.  Secara umum, kualitas biodiesel yang

    dihasilkan dalam penelitian ini belum dapat

    memenuhi persyaratan standar cukup

     biodiesel Berdasarkan hasil studi

    eksperimental yang telah dilakukan.

    DAFTAR PUSTAKA

    A. Aziz, M. F. Said, M. A. Awang and M. Said,

    “Performance of Palm Oil -based

     Biodiesel Fuels in a Single Cylinder

     Direct Injection Engine”,  Palm Oil

     Developments, No. 42, June 2005.

    A. R. C. de L. M. Duarte, U. H. Bezerra, M. E. de

    L. Tostes and G. N. da R. Filho,

    “ Alternative Energy Sources in the

     Amazon: Evaluating the Energy

     Potential of Palm Oil for the Generation

    of Electricity in Isolated Communities”,

     IEEE Power and Energy Magazine,

    January-February. 2007, Vol. 5, No. 1,

     pp. 51-57

    Atadashi IM, Aroua MK, Aziz AA. “Biodiesel   separation and purification”: a

    review. Renew Energy 2010;36:437 – 43.

    Alba-Rubio AC, Santamaría-González J, Mérida-

    Robles JM, Moreno-Tost R, Martín

    Alonso D, Jiménez-López A, et al.

     Heterogeneous transesterification

     processes by using CaO supported on

     zinc oxide as basic catalysts. Catal

    Today 2010;149:281 – 7.

    Albuquerque MCG, Jiménez-Urbistondo I,

    Santamaría-González J, Mérida- RoblesJM, Moreno-Tost R, Rodríguez-

    Castellón E, et al. CaO supported on

    mesoporous silicas as basic catalysts for

    transesterification reactions. Appl Catal

    A: Gen 2008;334:35 – 43.

    Allorerung. 2006. Biodiesel dari kelapa.http://

    www.sinarharapan.co.id. (20 September

    2007).

    C. Y. May, M. A. Ngan, C. K. Yoo, R. A. Majid,

    A. Y. K. Chung, H. L. L. Nang, C. S. Foon,

    Y.C. Liang, P. C. Wei, N. M. Han and Y.

    Basiron, “ Palm Diesel: Green and

    855

    860

    865

    870

    875

    CaO 1%CaO 3%CaO 5%

    200 watt

    300 watt

    400 watt

  • 8/20/2019 158-492-1-PB

    8/8

    Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013  Page 52

     Renewable Fuel from  Palm Oil ”, Palm Oil

     Developments, No. 23, 2005, pp. 3-7.

    Handayani,S.P. “ Pembuatan Biodiesel dari

     Minyak Ikan dengan Radiasi Gelombang

     Mikro”. Skripsi Jurusan FMIPAUniversitas ebelas Maret Surakarta (2010).

    Kouzu M, Kasuno T, Tajika M, Sugimoto Y,

    Yamanaka S, Hidaka J. Calcium oxide as a

     solid base catalyst for transesterification of

     soybean oil and its application to biodiesel

     production. Fuel 2008;87:2798 – 806.

    Kouzu M, Yamanaka S, Hidaka J, Tsunomori M.

     Heterogeneous catalysis of calcium

    oxide used for transesterification of

     soybean oil with refluxing methanol .

    Appl Catal A: Gen 2009;355:94 – 9.

    López Granados M, Mariscal R, Alba-Rubio AC,

    Cavalcante Jr CL, Albuquerque MCG.

    Spanish patent application P201131281;

    2011.

    Lam, M.K, Lee,K.T, dan Mohamed,A.R.

    “ Homogeneous, heterogeneous and

    enzymatic catalysis for

    transesterification of highfree fatty acid

    oil (waste cooking oil) to biodiesel ”

    School ofChemical Engineering,

    Universiti Sains Malaysia, Malaysia

    (2010). 

    Refaat, A.A, dan Sheltawy,S.T. “Time factor in

    microwave enhanced biodiesel

     production.” The WorldScientific and 

    Engineering Academy and Society

    Transactions on Environment  and

    Development (2008).

    Suppes,G.J, Bockwinkel,K, Lucas,S, Botts,J.B,

    Mason,M.H, dan ,J.A. “Calcium

    Carbonate Catalyzed Alcoholysis of Fats 

    and Oils”.Department of Chemical andPetroleum Engineering and Chemistry,

    The University of Kansas (2001).

    Suppalakpanya,K, Ratanawilai,S, Nikhom,R, dan

    Tongurai,C. “ Production of Ethyl Ester

     from Crude Palm Oil by Two-Step 

     Reaction Using Continous Microwave

    System”. Department of Chemical

    Engineering, Faculty of

    Engineering,Prince of Songkla

    University, Thailand (2011).

    Vicente G, Martínez M, Aracil J. Integrated

     biodiesel production: a comparison of

    different homogeneous catalysts systems.

    Bioresour Technol 2004;92: 297 – 305.

    Wang Y, Ou S, Liu P, Xue F, Tang S.Comparison of two different processes to

     synthesize biodiesel by waste cooking oil .

    J Mol Catal A: Chem 2006;252: 107 – 12.

    Wilujeng,R dan Fityatin, A. “ Pembuatan

     Biodiesel Secara Kontinyu Dengan

     Memanfaatkan Gelombang Mikro

    (Microwave).  Skripsi  Jurusan Teknik

    Kimia ITS Surabaya (2011).