158-445-1-PB-1

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 158-445-1-PB-1

    1/10

    1

    Jurnal HPT Volume 3 Nomor 1Januari 2015ISSN : 2338 - 4336

    PENGARUH BAKTERI Bacillus sp. DAN Pseudomonas sp. TERHADAP

    PERTUMBUHAN JAMUR PATOGEN Sclerotium rolfsii Sacc. PENYEBAB

    PENYAKIT REBAH SEMAI PADA TANAMAN KEDELAI

    Zainul Abidin, Luqman Qurata Aini, Abdul Latief Abadi

    Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas BrawijayaJl. Veteran, Malang 65145, Indonesia

    ABSTRACTSouthern blight caused by fungal pathogens Sclerotium rolfsii is one of important

    diseases on soybean. The disease caused yield losses of about 75-100%.  Bacillus sp.and Pseudomonas sp. were known as antagonistic microorganisms. These bacteria areable to produce chitinase enzim, sideropore and other antibiotics that are known toinhibit the growth and development of pathogenic fungi. This study aims to determinethe potential of isolates of  Bacillus sp. and Pseudomonas sp. in suppressing the growth

    of S. rolfsii in vitro and suppress the damping off disease developmnent on soybean plants.  Bacillus sp. and Pseudomonas sp. are able to suppress the growth of the pathogen S. rolfsii in vitro. Higher percentage of inhibition were shown by the isolatesof  Bacillus sp. UB-ABS1 (52.8%), UB-ABS4 (48.7%), and UB-ABS5 (52%).  Bacillussp. and Pseudomonas sp. could suppress the damping off disease in soybean plants. Thelower percentage of the damping off disease incidence were shown by application of

     Bacillus sp. UB-ABS1 (22%), UB-ABS4 (40%), and UB-ABS5 (33%).

    Keywords: Sclerotium rolfsii, Bacillus sp., Pseudomonas sp.

    ABSTRAKPenyakit rebah semai yang disebabkan oleh jamur patogen Sclerotium rolfsii

    merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman kedelai. Penyakit tersebut dapatmenyebabkan kehilangan hasil sekitar 75-100%. Bakteri Bacillus sp. dan Pseudomonassp. diketahui sebagai mikroorganisme antagonis. Bakteri ini mampu menghasilkanenzin kitinase, sideropore dan antibiotik lainnya yang diketahui mampu menghambat

     pertumbuhan dan perkembangan jamur patogen. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui potensi isolat  Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. dalam menekan

     pertumbuhan jamur patogen S. rolfsii secara in vitro dan menekan penyakit rebah semai pada tanaman kedelai. Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. mampu menekan pertumbuhan jamur patogen S. rolfsii secara in vitro. Persentase penghambatan tertinggi pada isolat Bacillus sp. UB-ABS1 (52,8%), UB-ABS4 (48,7%), dan UB-ABS5 (52%).  Bacillus sp.dan Pseudomonas sp. mampu menekan penyakit rebah semai pada tanaman kedelai.

     Nilai persentase kejadian penyakit terendah pada isolat  Bacillus sp. UB-ABS1 (22%),

    UB-ABS4 (40%), dan UB-ABS5 (33%).

    Kata kunci: Sclerotium rolfsii, Bacillus sp., Pseudomonas sp.

    PENDAHULUAN

    Penyakit rebah semai yangdisebabkan oleh jamur patogen Sclerotium

    rolfsii Sacc. termasuk dalam salah satufaktor pembatas produksi kedelai. Sebaran

     penyakit tular tanah di Indonesia sangat

  • 8/18/2019 158-445-1-PB-1

    2/10

    2

    Abidin et al., Pengaruh Bakteri Bacillus sp dan Pseudomonas sp. …

    luas, meliputi Jawa, Sumatera,Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat,dan Nusa Tenggara Timur (Sumartini,2011). Penyakit rebah semai (dumping off )yang disebabkan oleh S. rolfsii merupakan

    salah satu penyakit penting bagi tanamankedelai dan jenis kacang-kacangan lainnyadi Indonesia, penyakit tersebut dapatmenyebabkan kehilangan hasil sekitar 75-100 persen (Sastrahidayat et al, 2007).Pengendalian serangan patogen S. rolfsiitergolong sulit. Hal ini dikarenakan

     patogen tersebut tergolong patogen tulartanah. Pada umumnya, patogen tular tanah

     bersifat parasit fakultatif.Beberapa upaya pengendalian

     penyakit rebah semai terdiri dari beberapa

    cara, yaitu rotasi tanaman, penggunaanfungisida, pengolahan tanah dan

     penggunaan pestisida nabati. Sumartini(2011) menyatakan pengendalian denganfungisida kimiawi tidak tepat karena

     penggunaannya harus sering sesuaidengan sifat tanah yang menyerap, selaindapat mencemari lingkungan danmematikan musuh alami danmikroorganisme pendegradasi senyawakimia beracun. Selain itu, fungisida dapatmencemari air tanah dan berdampak

     buruk bagi kesehatan penduduk sekitar.Penggunaan fungisida nabati aman bagilingkungan tanah, air, dan udara, dandapat diterapkan untuk penyelimutan bijidan penyemprotan pada pangkal batang.Tetapi, bahan nabati mudah tergradasi dan

    menguap sehingga efektivitasnya berkurang.

    Bakteri-bakteri yang bermanfaatuntuk tanaman diantaranya ialahPseudomonas fluorescens dan  Bacillus

    subtillis. Bakteri-bakteri antagonistersebut diketahui mampu menghambat

     jamur patogen dengan menghasilkansenyawa yang diketahui sebagaiantifungal. Beberapa diantaranya ialah

     bakteri  Bacillus sp. mampu menghasilkansenyawa  fengycin dan bacillomycin yangdiketahui sebagai antifungal, dan banyaksenyawa peptid antibiotik lainnya yangdiproduksi oleh  Bacillus sp (Stein, 2005).Selain itu, bakteri Pseudomonas sp.mampu menghasilkan senyawa antibiotik

    (antifungal), siderofor, dan metabolitsekunder lainnya yang sifatnya dapatmenghambat aktivitas jamur (Haas danDevago, 2005).

     Bacillus subtilis adalah bakteriantagonis yang dapat ditemukan di air,tanah, udara, dan residu tanaman yangtelah membusuk. Beberapa spesies dari

     Bacillus sp. diketahui berpotensi sebagaiagens hayati.  Bacillus sp. dilaporkanefektif terhadap Puccinia

     pelargoniizonalis penyebab penyakit karat pada pelargonium (Rytter et al., 1989dalam Suhardi et al., 2007), terhadap

     Eutypa lata  penyebab penyakit mati pucuk pada anggur (Ferreira et al., 1991dalam Suhardi et al., 2007), penyakit

     pustul daun kedelai yang disebabkan

    Tabel.1 Rancangan perlakuan uji penghambatan pertumbuhan jamur patogen Sclerotium rolfsii secara invitro

    Perlakuan Isolat Bacillus sp. Isolat Pseudomonas sp.

    P1 UB-ABS1 0

    P2 UB-ABS2 0P3 UB-ABS3 0P4 UB-ABS4 0P5 UB-ABS5 0P6 0 UB-PF2P7 0 UB-PF5P8 0 0

    Keterangan : Kontrol (P8) aplikasi tanpa menggunakan bakteri antagonis.

  • 8/18/2019 158-445-1-PB-1

    3/10

    3

    Jurnal HPT Volume 3 Nomor 1 ` Januari 2015

     Xanthomonas campestris  pv.glycines (Salerno, 2003). Selain itu,

     penggunaan Bacillus sp. mampu menekan penyakit bulai jagung yang disebabkan

    oleh jamur patogen Peronosclerosporasorghi (Sadoma et al., 2011).

    BAHAN DAN METODE

    Penelitian dilaksanakan pada bulanJuni hingga September 2014 diLaboratorium Penyakit Tumbuhan danscreen house, Jurusan Hama dan PenyakitTumbuhan, Fakultas Pertanian,Universitas Brawijaya, Malang.

    Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah  Bacillus sp. Isolat UB-ABS1, UB-ABS2, UB-ABS3, UB-ABS4,dan UB-ABS5 , Pseudomonas sp. IsolatUB-PF2 dan UB-PF5, dan jamur patogenSclerotium rolfsii. Isolat bakteri antagonisdan jamur patogen didapatkan dari koleksiLaboratorium Penyakit Tumbuhan,Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.Benih kedelai varietas Burangrangdidapatkan dari Balai Penelitian TanamanKacang-Kacangan dan Umbi-Umbian(BALITKABI), Kendalpayak, Malang.

    Metode penelitian meliputi uji penghambatan pertumbuhan jamur patogen S. rolfsii secara in vitro dan penekanan penyakit rebah semai padatanaman kedelai dengan bakteri antagonis

     Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.

    Uji Penghambatan Pertumbuhan

    Jamur Patogen S. rolfsii dengan Bakteri

    Antagonis Secara In Vitro

    Penelitian menggunakan RancanganAcak Lengkap dengan 8 perlakuan(kontrol, 5 isolat  Bacillus sp. UB-ABS1,UB-ABS2, UB-ABS3, UB-ABS4, danUB-ABS5, dan 2 isolat Pseudomonas sp.UB-PF2, dan UB-PF5). Masing-masing

     perlakuan diulang 3 kali (Tabel 1.).

    Uji Penekanan Penyakit Rebah

    Semai Pada Tanaman Kedelai dengan

    Bakteri Antagonis

    Penelitian menggunakan RancanganAcak Kelompok dengan 8 perlakuan(kontrol, 5 isolat  Bacillus sp. UB-ABS1,UB-ABS2, UB-ABS3, UB-ABS4, danUB-ABS5, dan 2 isolat Pseudomonas sp.UB-PF2, dan UB-PF5). Masing-masing

     perlakuan diulang 3 kali (Tabel 2.).

    PELAKSANAAN PENELITIAN

    Uji Penghambatan Pertumbuhan

    Jamur Patogen S. rolfsii dengan Bakteri

    Antagonis Secara In Vitro

    Isolat Bacillus sp. dan Pseudomonassp. tersebut ditumbuhkan kembali padamedia NA dan diinkubasi pada suhu ruangselama 2 x 24 jam. Miselia jamur S. rolfsii

     berumur 7 hari diambil menggunakancork borer   berdiameter 5 mm dan

    Tabel 2. Perlakuan uji penekanan penyakit rebah semai dengan bakteri Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.

    Perlakuan Isolat Bacillus sp.(109 cfu/ml)

    Isolat Pseudomonas sp.(109 cfu/ml)

    P1 UB-ABS1 0P2 UB-ABS2 0P3 UB-ABS3 0

    P4 UB-ABS4 0P5 UB-ABS5 0P6 0 UB-PF2P7 0 UB-PF5P8 0 0

    Keterangan : Kontrol (P8) aplikasi menggunakan aquades steril

  • 8/18/2019 158-445-1-PB-1

    4/10

    4

    Abidin et al., Pengaruh Bakteri Bacillus sp dan Pseudomonas sp. …

    ditempatkan di tengah cawan petri yangmengandung media PDA tanpaantibakteri. Miselia tersebut diambil darikoloni yang masih aktif tumbuh. KertasWhatman No. 40 steril berbentuk cakram

     berdiameter 6 mm diletakkan pada permukaan koloni bakteri antagonis, Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.kemudian ditempatkan pada 4 sisi tepicawan petri secara presisi. Pengamatandilakukan pada 2 hari setelah inokulasi(hsi) sampai koloni jamur patogen tumbuhhingga tepi cawan petri.

    Paramater yang dihitung ialah jari- jari pertumbuhan jamur patogen S. rolfsiiterhadap koloni bakteri antagonis (satuanmm). Perhitungan persentase daya hambat

     bakteri antagonis terhadap jamur patogenS. rolfsii dihitung dengan rumus sebagai

     berikut (Nene dan Thapliyal, 1982 dalamPadmaja et al, 2013) :

    I =C − T

    C x 100%

    Keterangan :I :Persentase daya hambatC :Jari-jari pertumbuhan jamur patogen

    S. rolfsii pada perlakuan kontrol.T :Jari-jari pertumbuhan jamur patogen

    S. rolfsii pada perlakuan non kontrol.

    Uji Penekanan Penyakit Rebah

    Semai Pada Tanaman Kedelai dengan

    Bakteri Antagonis

    Koloni biakan bakteri antagonis berumur 48 jam diperbanyak dengan caramengambil koloni bakteri antagonismenggunakan jarum ose steril kemudiandilarutkan pada media NB (isolat Bacillussp. dan Pseudomonas sp.). Kemudian

    digojog selama 3 x 24 jam pada suhuruang.Media tanam yang digunakan ialah

    tanah yang sudah diayak dandisterilisasikan. Tanah diayakmenggunakan alat ayakan dengan luaslubang ayakan 0,9 mm2. Sterilisasi tanahmenggunakan formalin 4%. Aplikasi

    formalin pada tanah dilakukan dengancara menyemprotkan formalin ke tanahsecara merata. Kemudian diinkubasiselama tujuh hari. Setelah masa inkubasiselesai, tanah di keringanginkan selama

    tujuh hari.Perendaman benih kedelai dilakukan

    selama 1 x 24 jam pada suhu ruangdengan kerapatan bakteri 10

    9cfu/ml.

    Benih kedelai yang digunakan ialahvarietas Burangrang yang diketahuisebagai benih rentan terhadap penyakitrebah semai. Perlakuan penekanan

     penyakit rebah semai yang disebabkanoleh jamur patogen S. rolfsii dilakukan dirumah kaca menggunkan tray pembibitan.Penyiraman bakteri antagonis dilakukan

     pada saat penanaman benih kedelai.Penyiraman dilakukan pada setiap lubangtanam. Setiap lubang tanam disiramsuspensi bakteri dengan volume 15 ml

     pada kerapatan 109 cfu/ml.Inokulasi jamur patogen dilakukan

     pada umur tanaman 6 hst. Cara inokulasi jamur patogen ini dilakukan dengan caramengambil koloni jamur patogen pada

     biakan di cawan Petri menggunakan corkborer dan diletakkan pada masing-masinglubang tanam benih kedelai. Koloni jamurdiambil menggunakan jarum ose danditempatkan di permukaan media tanamkedelai yang telah dilubangi. Masing-masing lubang tanam diisi dengan 2koloni jamur yang sudah dibentukmenggunakan cork borer.

    Pengamatan dilakukan pada 2, 4, 6,dan 8 hari setelah inokulasi jamur patogenS. rolfsii. Parameter yang diamati ialah

     persentase kejadian penyakit dan efikasi bakteri antagonis. Persentase kejadian

     penyakit dihitung menggunakan rumus :

    KP =n

    Nx 100%

    Keterangan :KP:Persentase kejadian penyakit (%)n :Tanaman terserang penyakit rebah

    semai. N :Total tanaman sehat

  • 8/18/2019 158-445-1-PB-1

    5/10

    5

    Jurnal HPT Volume 3 Nomor 1 ` Januari 2015

    Efikasi bakteri antagonis yang diujidihitung dengan rumus Abbot (Ciba-Geigy, 1981 dalam Rachmawati danHandoko, 2007) :

    Keterangan :EI :Efikasi bakteri antagonis (%)Ca:Jumlah tanaman pada perlakuan

    kontrol yang terserang penyakitrebah semai

    Ta:Jumlah tanaman pada perlakuannon-kontrol yang terserang penyakitrebah semai

    Analisis data menggunakanANOVA pada taraf 5%. Bila hasil

     pengujian terdapat perbedaan nyata makadilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf

    5%.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Penghambatan Pertumbuhan Jamur

    Patogen S. rolfsii dengan Bakteri

    Antagonis Secara In Vitro

    Perlakuan bakteri antagonis  Bacillussp. dan Pseudomonas sp. mampu

    Gambar 1. Grafik rerata persentase penghambatan bakteri antagonis secara in vitro pada 4 hari setelahinokulasi; P1: isolat  Bacillus sp. UB-ABS1; P2: isolat  Bacillus sp. UB-ABS2; P3: isolat Bacillus sp. UB-ABS3; P4: isolat  Bacillus sp. UB-ABS4, P5: isolat  Bacillus sp. UB-ABS5;P6: isolat Pseudomonas sp. UB-PF2; P7: isolat Pseudomonas sp. UB-PF5; P8: Kontrol (tanpa perlakuan).

    63

    2 3

    5662

    14

    38

    0

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8

       P  e  r  s  e  n   t  a  s  e

      p  e  n  g   h  a  m   b  a   t  a  n   (   %   )

    Perlakuan

    Tabel 3. Rerata persentase penghambatan bakteri antagonis terhadap jamur patogen S. rolfsii secara in

    vitroPerlakuan Rerata persentase daya hambat S. rolfsii (%)

    2 hsi 3 hsi 4 hsi

    P1 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS1) 19,9665 b 41,7364 e 52,8300 e

    P2 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS2) 24,1257 bc 15,0917 b 7,0211 ab

    P3 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS3) 28,0676 bc 16,5369 bc 8,6972 b

    P4 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS4) 18,2427 b 35,4445 d 48,6866 e

    P5 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS5) 24,3367 bc 39,1147 de 52,0580 e

    P6 Isolat Pseudomonas sp. (UB-PF2) 24,1543 bc 21,3862 c 20,4727 c

    P7 Isolat Pseudomonas sp. (UB-PF5) 34,4261 c 33,2919 d 37,9860 d  

    P8 (kontrol) 0 a 0 a 0 aKeterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom pengamatan yang sama menunjukan tidak

     berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%; Kontrol (P8): aplikasi menggunakan aquadessteril.

  • 8/18/2019 158-445-1-PB-1

    6/10

    6

    Abidin et al., Pengaruh Bakteri Bacillus sp dan Pseudomonas sp. …

    menghambat pertumbuhan jamur patogenS. rolfsii secara in vitro. Perlakuan bakteriantagonis isolat Bacillus sp. memiliki nilaidaya hambat yang berbeda nyata dengan

     perlakuan kontrol (P8) antara lain UB-ABS1 (52,8%), UB-ABS4 (48,7), danUB-ABS5 (52%).

    Bakteri  Bacillus sp. tergolongmemiliki mekanisme antagonis berupaantibiosis terhadap jamur. Hal tersebutditandai dengan koloni jamur S. rolfsiimemendek dan terdapat jarak pemisahantara koloni jamur patogen dengan

    koloni bakteri antagonis (Gambar 3A.).Pengamatan secara mikroskopis dengan pewarnaan, struktur sel pada hifa jamur  patogen S. rolfsii mengalami pertumbuhanyang tidak normal diakibatkan antifungalyang dihasilkan bakteri antagonis(Gambar 3B.). Hifa jamur tersebutmengalami malformasi. Hal tersebutditandai dengan bagian tidak berwarna

     pada hifa (lisis). Kemudian hifa tersebut berukuran lebih besar dibandingkandengan hifa normal jamur tersebut.

    Kemudian hifa tersebut mengecil pada bagian ujung. Eliza et al (2007)menyatakan bahwa senyawa antifungalyang dihasilkan oleh bakteri secara umummengakibatkan terjadinya pertumbuhanyang abnormal pada hifa (malformasi),yang ditunjukkan dengan pembengkakandan pemendekan hifa yang mengakibatkan

    hifa tidak dapat berkembang dengansempurna. Disamping itu juga ditemukanhifa patogen yang mengalami lisis, hal inidisebabkan karena bakteri menghasilkanenzim kitinase yang dapat melisis dindingsel patogen, dinding sel beberapacendawan patogen dilaporkan disusunoleh senyawa kitin.

    Supriadi (2006) menyatakan beberapa organisme mampu menghasilkanenzim kitinase, dimana enzim ini mampumendegradasi kitin menjadi N-asetilglukosamin. Beberapa organisme

     pendegradasi kitin yang umumnya berasaldari kelompok bakteri, salah satunya berasal dari golongan  Bacillus. Stein(2005) menyatakan beberapa senyawaantimikroba juga dihasilkan oleh  Bacillusdiantaranya senyawa basitrasin, basilin,basilomisin, difisidin, oksidifisidin,lesitinase, subtilisin selain itu jugamenghasilkan senyawa  fengymycin yangdiketahui sebagai antifungal, dan banyaksenyawa peptid antibiotik lainnya yangdiproduksi oleh  Bacillus sp. Haas dan

    Devago (2005) menyebutkan bahwaPseudomonas sp. dapat mengeluarkansenyawa antibiotik (antifungal), siderofor,dan metabolit sekunder lainnya yangsifatnya dapat menghambat aktivitas

     jamur.Struktur hifa jamur patogen S. rolfsii

    yang rusak, selain tidak mampu tumbuh

    Tabel 4. Rerata persentase tanaman kedelai yang terserang penyakit rebah semai.

    Perlakuan Rerata persentase kejadian penyakit rebah semai (%)

    2 hsi 4 hsi 6 hsi 8 hsi

    P1 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS1) 0 a 1,5 a 4 a 22 a

    P2 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS2) 0 a 3 ab 19 bcd 79,5 b

    P3 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS3) 0 a 3 ab 20,5 cd 86,5 b

    P4 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS4) 0 a 5,5 a 7,5 ab 40 a

    P5 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS5) 0 a 7,5 a 9,5 abc 33 a

    P6 Isolat Pseudomonas sp. (UB-PF2) 0 a 8,5 ab 20 cd 84,5 b

    P7 Isolat Pseudomonas sp. (UB-PF5) 0 a 10 a 25,5 d   92 b

    P8 (kontrol) 1 a 16,5 ab 28,5 d 98,5 b

    Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom pengamatan yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%; Kontrol (P8): aplikasi menggunakan aquades

    steril.

  • 8/18/2019 158-445-1-PB-1

    7/10

    Jurnal HPT

    normal, hifa tersebut juga t

    menghasilkan sklerotia. Jumyang dihasilkan pada k

     patogen berjumlah lebihtersebut terutama terjadi

     jamur patogen yang laju pertterhambat oleh bakteri antagsp. Hal ini sesuai dengan Nmenyatakan bahwa ketikadiujiantagoniskan dengan biasp. penghambatan pertumbterjadi selaras dengan penurusklerotia.

    Penekanan Penyakit Rebah

    Tanaman Kedelai deng

    Antagonis

    Gejala penyakit rebahtanaman kedelai mulai t

    Gambar 2. Grafik rerata persentase Bacillus sp. UB-ABS1;P4: isolat Bacillus sp.

    sp. UB-PF2; P7: isolat

    22

    79.5

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    P1 P2

       K  e   j  a   d   i  a

      n   P  e  n  y  a   k   i   t   (   %   )

    Gambar 3. A. Uji antagonis bakte perlakuan isolat UB-A

     pada saat diujikan deng

    A

    7

      Volume 3 Nomor 1 ` J

    dak mampu

    ah sklerotialoni jamuredikit. Halada koloni

    umbuhannyanis  Bacillus

      lisha (2006)S. rolfsii

    kan  Bacillushan miseliaan produksi

    Semai Pada

    n Bakteri

    semai padarlihat pada

     pengamatan 2 hari setelah inok

    Perlakuan bakteri antagonis isolsp. mampu menekan penyakit r(Gambar 4.). Pada pengama

     perlakuan bakteri antagonimenekan penyakit rebah sekejadian penyakit 4% hingga 2

     pengamatan 8 hsi perlakuaantagonis isolat  Bacillus smenekan penyakit rebah sekejadian penyakit 22% hinggaisolat Pseudomonas sp. mampdengan kejadian penyakit 84,92% (Tabel 4). Perlakuaantagonis isolat Bacillus sp. me

     persentase kejadian penyakit yanyata dengan perlakuan kontrolUB-ABS1 (22%), UB-ABS4 (UB-ABS5 (33%).

    ejadian penyakit rebah semai pada 8 hari setelah inokula P2: isolat  Bacillus sp. UB-ABS2; P3: isolat  Bacillus spB-ABS4, P5: isolat Bacillus sp. UB-ABS5; P6: isolat

    seudomonas sp. UB-PF5; P8: Perlakuan Kontrol.

    86.5

    4033

    84.5  92

    P3 P4 P5 P6 P7

    Perlakuan

      ri  Bacillus sp. dengan jamur patogen S. rolfsii  padaS4; B. Pertumbuhan hifa jamur patogen S. rolfsii yang

    n bakteri antagonis.

    B

    nuari 2015

      ulasi (hsi).

    at Bacillus bah semai

      tan 6 hsimampu

    ai dengan,5%. Padan bakteri. mampuai dengan86%, danmenekan

    % hingga bakteri

    iliki nilaig berbeda

    (P8), yaitu40%), dan

    si; P1: isolat. UB-ABS3;seudomonas

    98.5

    P8

      media PDAtidak normal

  • 8/18/2019 158-445-1-PB-1

    8/10

    8

    Abidin et al., Pengaruh Bakteri Bacillus sp dan Pseudomonas sp. …

    Bakteri antagonis selain diketahuitelah mampu menghambat pertumbuhan patogen juga dikenal luas sebagai PGPR(Jatnika et al, 2013), serta memicu ISR(Kloepper, 2004). Penelitian mengenaimekanisme indikasi pemicu ISR (inducedsystemic resistance) oleh Bacillus sp. ialah

     berasosiasi dengan perubahanultrastruktural pada tanaman selama

     patogen menyerang dan dengan produksi perubahan cytochmeical, antara lainsalicylic acid, jasmonic acid, etilen, dan

    gen NPR1. Wahyuni (2001) dalam Jatnikaet al (2013) menyatakan bahwa ketahananyang terbentuk tersebut efektif menekan

     perkembangan patogen termasukcendawan, bakteri, dan virus. Kloepper(2004) menyatakan berdasarkan strain,secara terpisah bakteri digunakan sebagai

     pemicu pertumbuhan tanaman sayurandan perlindungan tanaman dari serangan

     penyakit.Mekanisme pengendalian penyakit

    oleh golongan bakteri bersifat langsung

    dan tidak langsung. Perlakuan bakteriantagonis seperti  Bacillus sp. danPseudomonas sp. dapat memberikansistem pertahanan (bioprotektan), karena

     bakteri ini dapat mengeluarkan senyawaantibiosis yang mampu memberikansinyal terhadap tanaman yang terserangagar melakukan pertahanan diri (Jatnika et

    al, 2013). Pengendalian penyakit secaralangsung dilakukan dengan cara bakteriantagonis memproduksi antibiotik yangdapat menghambat pertumbuhan patogen.Hasil penelitian menunjukkan bahwa

     bakteri antagonis  Bacillus sp. memilikinilai kejadian penyakit lebih rendahdibandingkan dengan bakteri antagonisPseudomonas sp. Kloepper (2004)menyatakan pada kasus yang sama, ISRoleh  Bacillus sp. mampu mengendalikanakumulasi gen pertahanan PR1 pada

    tanaman, sedangkan Pseudomonas sp.tidak.

     Nilai persentase kejadian penyakit berbanding terbalik dengan nilai persentase efikasi bakteri antagonis.Semakin rendah nilai persentase kejadian

     penyakit, maka semakin tinggi nilaiefikasi bakteri antagonis. Perlakuan

     bakteri antagonis isolat UB-ABS1, UB-ABS4, dan UB-ABS5 memiliki nilaiefikasi lebih dari 50% pada pengamatanke (1/2 n + 1) (Tabel 5.). Hal ini

    membuktikan bahwa biopestisida berbahan dasar bakteri antagonis  Bacillussp. efektif dalam mengendalikan penyakit.Rachmawati dan Handoko (2007)menyatakan bahwa syarat pestisidadikatakan efektif apabila pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n= jumlah total pengamatan setelah

    Gambar 4. Perbedaan kondisi pertumbuhan tanaman kedelai pada perlakuan P5 (UB-ABS5) dan kontrol. APerbedaan tinggi tanaman kedelai pada perlakuan P5 dan perlakuan kontrol; B. Akar tanamankedelai mengalami pertumbuhan tidak normal pada perlakuan kontrol; C. Pertumbuhantanaman kedelai pada perlakuan kontrol dan perlakuan P5.

  • 8/18/2019 158-445-1-PB-1

    9/10

    9

    Jurnal HPT Volume 3 Nomor 1 ` Januari 2015

    aplikasi), tingkat efikasi pestisida tersebut(EI) sama dengan atau lebih dari 50%.

    KESIMPULAN

    1. Perlakuan bakteri antagonis  Bacillussp. dan Pseudomonas sp. dapatmenghambat pertumbuhan jamur

     patogen S. rolfsii secara in vitro.Persentase penghambatan tertinggiditunjukkan oleh isolat  Bacillus sp.

    UB-ABS1 (52,8%), UB-ABS4(48,7%), dan UB-ABS5 (52%).

    2. Bakteri antagonis Bacillus sp. mampumenekan penyakit rebah semai secarain vivo. Persentase kejadian penyakitterendah pada isolat  Bacillus sp. UB-ABS1 (22%), UB-ABS4 (40%), danUB-ABS5 (33%).

    DAFTAR PUSTAKA

    Eliza, M, A., Djatnika, I., Widodo. 2007.Karakter Fisiologis dan PerananAntibiosis Bakteri PerakaranGraminae Terhadap Fusarium danPemacu Pertumbuhan TanamanPisang. Balai Penelitian TanamanBuah Tropika. Solok.

    Haas, D., dan Devago, G. 2005.

    Biological Control of Soil BornePathogens by Pseudomonas fluorescenst . Nature ReviewsMicrobiology. Vol.3. hal 307-319.

    Jatnika, W., Abadi, A. L., dan Aini, L. Q.2013. Pengaruh Aplikasi  Bacillussp. dan Pseudomonas sp. Terhadap

    Gambar 5. Grafik efikaksi bakteri antagonis dalam menekan penyakit rebah semai; P1: isolat Bacillus sp.UB-ABS1; P2: isolat  Bacillus sp. UB-ABS2; P3: isolat  Bacillus sp. UB-ABS3; P4: isolat Bacillus sp. UB-ABS4, P5: isolat  Bacillus sp. UB-ABS5; P6: isolat Pseudomonas sp. UB-

    PF2; P7: isolat Pseudomonas sp. UB-PF5; P8: Kontrol (tanpa perlakuan).

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    2 h s i 4 h s i 6 h s i 8 h s i

       E   f   i   k  a  s   i   (   %   )

    Waktu

    P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Kontrol

    Tabel 5. Rerata persentase efikasi bakteri antagonis dalam menekan penyakit rebah semai.

    Perlakuan Rerata persentase efikasi bakteri antagonis terhadap serangan penyakit rebah semai (%)

    2 hsi 4 hsi 6 hsi 8 hsi

    P1 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS1) 25 88 85 78P2 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS2) 25 51 32 19P3 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS3) 25 47 28 12P4 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS4) 25 81 73 59P5 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS5) 25 75 67 66P6 Isolat Pseudomonas sp. (UB-PF2) 25 30 29 14P7 Isolat Pseudomonas sp. (UB-PF5) 25 69 9 7P8 (kontrol) 0 0 0 0

  • 8/18/2019 158-445-1-PB-1

    10/10

    10

    Abidin et al., Pengaruh Bakteri Bacillus sp dan Pseudomonas sp. …

    Perkembangan Penyakit Bulai yangDisebabkan Oleh Jamur PatogenPeronoslerospora maydis PadaTanaman Jagung. Jurnal HPT 1(3) :19-29

    Kloepper, J. W., Ryu, C. M., dan Zhang,S. 2004. Induced SystemicResistance and Promotion of PantGrowth by  Bacillus spp. TheAmerican PhytopathologicalSociety. Vol. 94, No. 11.

     Nalisha, I., Muskhazli, M., dan Nor F. T.2006. Production of BioactiveCompounds by  Bacillus subtillisAgainst Sclerotium rolfsii.

    Malaysian Jurnal of Microbiology,vol 2(2) 2006, pp. 19-23. BiologyDepartment, Faculty of Science,Universiti Putra Malaysia, 43400Serdang. Selangor.

    Padmaja, M., Narendra, K.., Swathi, J.,Sowjanya, K. M., dan JawaharBabu, P. 2013. In Vitro Antagonismof Native Isolates of Tricodermaspp. Against Sclerotium rolfsii.International Journal of research in

    Pharmaceutical and biomedicalsciences. Vol. 4 (3) Jul-Sep 2013.

    Rachmawati, D., dan Handoko. 2007.Pengujian Lapangan EfikasiInsektisida Profenofos 500 g/lTerhadap Hama Ulat GrayakSpodoptera exigua Hbn. PadaTanaman Bawang Merah. BalaiPengkajian Teknologi PertanianJawa Timur.

    Sadoma, M.T., El-Sayed, A.B.B., dan El-

    Moghazy, S.M. 2011. BiologicalControl of Downy mildew Diseaseof Maize Caused byPeronosclerospora sorghi UsingCertain Biocontrol Agents Aloneor In Combination. J. Agric. Res.

    Kafer El-Sheikh Univ. 37 (1).

    Salerno, C. M. dan Sagordy, M. A. 2003.Short Communication : AntagonisticActivity by  Bacillus subtillisAgainst  Xanthomonas campestris

     pv. glycines Under Controlled

    Conditions. Spanish Journal ofAgricultural Research (2003) I (2),55-58

    Sastrahidayat, I. R., dan Djauhari, S.,Saleh, N., dan Hardiningsih, N.2007. Pemanfaatan Teknologi PelletMengandung Saproba Antagonisdan Endomikoriza (VAM) UntukMengendalikan Penyakit RebahSemai (Sclerotium rolfsii) danMeningkatkan Produksi Kedelai.

    Ringkasan Eksekutif Hasil-HasilPenelitian Tahun 2007. KerjasamaKemitraan Penelitian Pertaniandengan Perguruan Tinggi (KKP3T).

    Sumartini. 2011. Penyakit Tular Tanah(Sclerotium rolfsii Dan  Rhizoctoniasolani) Pada Tanaman Kacang-Kacangan Dan Umbi-Umbian SertaCara Pengendaliannya. BalaiPenelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Jurnal

    Litbang Pertanian, 31 (1), 2012.Malang.

    Stein, T. 2005. Bacillus subtilis antibiotics: structures, syntheses and specificfunctions. Molecular Microbiology.Vol. 56, No. 4, pp.854-857.

    Suhardi, Hanudin, Handayati, W., danSaepulloh, A. 2007. SkriningKemangkusan Mikroba Antagonisterhadap Penyakit pada Tanaman

    Krisan. Jurnal Hotikultura Volume17, No.2 2007 hal. 175-180.

    Supriadi. 2006. Analisis Resiko AgenHayati Untuk Pengendalian PatogenTanaman. J. Litbang Pertanian25(3):75-80.