12230-12183-1-PB.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 12230-12183-1-PB.pdf

    1/16

    1

    PENAMBAHAN Bi fi dobacteri um bifi dum  PADA

    PEMBUATAN YOGHURT TOMAT UNTUK MENINGKATKAN

    KADAR ASAM LAKTAT

    JURNAL

    Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Biologi

    Fakultas Matematika dan IPA

    OLEH

    SATRIA ADAM

     NIM: 431 411 114

    UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA

    JURUSAN BIOLOGI

    2015

  • 8/16/2019 12230-12183-1-PB.pdf

    2/16

    2

  • 8/16/2019 12230-12183-1-PB.pdf

    3/16

    3

    ABSTRAK

    Satria Adam. 2015. Skripsi.” Penambahan Bifidobacterium bifidum pada Pembuatan Yoghurt

    Tomat untuk Meningkatkan Kadar Asam Laktat”. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Dan

    IPA. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Wirnangsi D. Uno, S.Pd, M.Kes dan

    Pembimbing II Dr. Asep S. Abdurrahmat, M.Kes.

    Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penambahan  Bifidobacterium bifidum pada

     pembuatan yoghurt tomat untuk meningkatkan kadar asam laktat dan mengetahui

    konsentrasi terbaik dari penambahan Bifidobacterium bifidum pada pembuatan yoghurt tomat

    untuk meningkatkan kadar asam laktat. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen

    dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan dengan

    menggunakan perlakuan A (tanpa penambahan  Bifidobacterium  bifidum), perlakuan B

    (penambahan 0.5% Bifidobacterium bifidum), perlakuan C (penambahan 1% Bifidobacterium 

    bifidum), perlakuan D (penambahan 1.5%  Bifidobacterium  bifidum), dan perlakuan E

    (penambahan 2%  Bifidobacterium  bifidum). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini

    dilakukan dengan menghitung kadar asam laktat pada fermentasi yoghurt tomat. Data

    dianalisis dengan menggunakan analisis varians (ANAVA) dengan taraf kepercayaan 0.05%

    untuk membedakan antar perlakuan digunakan BNT. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa

     penambahan Bifidobacterium bifidum pada setiap perlakuan menghasilkan kadar asam laktat

    yang berbeda. Pada perlakuan A (tanpa penambahan  Bifidobacterium bifidum) menghasilkan

    asam laktat 0.25%, perlakuan B (penambahan 0.5%  Bifidobacterium bifidum) menghasilkan

    asam laktat 0.41%, perlakuan C (penambahan 1%  Bifidobacterium bifidum) menghasilkan

    asam laktat 0.72%, perlakuan D (penambahan 1.5%  Bifidobacterium bifidum) menghasilkan

    asam laktat laktat 0.96% dan perlakuan E (penambahan 2%  Bifidobacterium bifidum)menghasilkan asam laktat 1.36%). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

    terdapat pengaruh penambahan  Bifidobacterium  bifidum  pada pembuatan yoghurt tomat

    untuk meningkatkan kadar asam laktat dan konsentrasi terbaik dari penambahan

     Bifidobacterium bifidum pada pembuatan yoghurt tomat adalah 1.5%.

    Kata Kunci : Bifidobacterium bifidum, Yoghurt Tomat, Asam Laktat.

  • 8/16/2019 12230-12183-1-PB.pdf

    4/16

    4

    ABSTRACT

    Satria Adam. 2015. Skripsi. "The addition of  Bifidobacterium bifidum  in Tomato Yoghurt

    Production to increase Lactate Acid Level.” Departement of Biology, Faculty of Mathematics

    and Natural Sciences, State University of Gorontalo. The principal supervisor was Wirnangsi

    D. Uno, S.Pd, M.Kes and the co-supervisor was Dr. Asep S. Abdurrahmat, M.Kes.

    This research aimed at investigating the effect of  Bifidobacterium bifidum addition in tomato

    yoghurt production to increase lactate acid level and finding out the appropriate concentration

    of  Bifidobacterium bifidum addition in tomato yoghurt production to increase lactate acid

    level. This research was an experimental research with Complete Random Design consisted

    of 5 treatments and 5 repetitions. The treatments were treatment A (without  Bifidobacterium

    bifidum), treatment B (with 0.5%  Bifidobacterium bifidum  addition ),treatment C (with 1%

     Bifidobacterium bifidum  addition), treatment D (with 1.5%  Bifidobacterium bifidum 

    addition), and treatment D ( with 2%  Bifidobacterium bifidum  addition). The technique of

    data collection was by measuring lactate acid level in tomato yoghurt fermentation. The data

    were analyzed by using variance analysis (ANAVA) with Significance level at 0.05%. To

    differentiate the treatments, it was used BNT. The research result showed that

     Bifidobacterium bifidum  addition in each treatment resulted different level of lactate acid.

    Treatment A (Without Bifidobacterium bifidum) produced lactate acid as 0.25%, treatment B

    (with 0.5% Bifidobacterium bifidum  addition) produced lactate acid as 0.41%, treatment C

    (with 1%  Bifidobacterium bifidum additon) produced lactate acid as 0.72%, treatment D

    (with 1.5% Bifidobacterium bifidum addition) produced lactate acid as 0.96%, and treatment

    E (with 2% Bifidobacterium bifidum addition) produced lactate acid as 1.36%. Based on the

    research result, it can be concluded that there was an effect of  Bifidobacterium bifidum 

    addition in tomato yoghurt production to increase lactate acid level and the approriateconcentration of  Bifidobacterium bifidum addition in tomato yoghurt production to increase

    lactate acid level wasconcentration 1.5%.

    Keywords: Bifidobacterium bifidum, Yoghurt Tomato, Lactate Aci

  • 8/16/2019 12230-12183-1-PB.pdf

    5/16

    5

    PENAMBAHAN Bi fi dobacteri um bif idum  PADA PEMBUATAN YOGHURT TOMAT

    UNTUK MENINGKATKAN KADAR ASAM LAKTAT

    Satria Adam1, Wirnangsi D.Uno

    2, Asep S. Abdurrahmat

    2

    1)

    Mahasiswa Jurusan Biologi,2)

    Dosen Jurusan Biologi,3)

    Dosen Jurusan BiologiProgram Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Negeri Gorontalo

    Jl. Jend. Soedirman No. 06 Kota Gorontal

    PENDAHULUAN

    Perkembangan ilmu pengetahuan

    dan teknologi saat ini memiliki banyak

    manfaat dalam kehidupan manusia

    terutama pengembangan bioteknologi

    dalam bidang pangan. Pengolahan bahan

     pangan dari konvensional menjadi modern

    semakin berkembang seiring dengan

    adanya tuntutan tentang jumlah dan

    kualitas produk yang dihasilkan. Salah

    satu penerapan bioteknologi dalam bidang

     pangan yang dapat menghasilkan produk

    yang penting dalam kehidupan yakni

    melalui fermentasi. Proses fermentasi

    merupakan proses pengubahan suatu bahan

    dengan bantuan mikroorganisme menjadi

    sebuah produk yang bermanfaat bagi

    manusia. Salah satu fermentasi yang

    dikembangkan saat ini adalah yoghurt.

    Yoghurt produk fermentasi yang

    terdiri dari yoghurt tradisional dan yoghurt

    modern. Perbedaan yoghurt tradisional dan

    modern yaitu terletak pada penambahan

     flavor , sari buah atau buah sebelum dan

    sesudah inkubasi. Tujuan penambahan

     flavor , sari buah atau buah pada yoghurt

    yaitu sebagai penambah cita rasa, aroma,

    atau warna pada produk yang dihasilkan.

    Salah satu contoh yoghurt modern yang

    ditambahkan dengan sari buah adalah

    yoghurt tomat. Buah tomat memiliki

    senyawa likopen yang berperan dalam

    memberikan dan sebagai antioksidan.

    Selain itu juga buah tomat memiliki

    kandungan nutrisi yang tinggi berupa

    vitamin C, vitamin A, karbohidrat, lemak,

    dan kalsium sehingga digunakan sebagai

     bahan tambahan dalam pembuatan

    yoghurt.

    Fermentasi yoghurt pada umumnya

     banyak menggunakan bakteri asam laktat

    (BAL) berupa  Lactobacillus bulgaricus

    dan Streptococcus thermophillus.  Tetapi

    kedua bakteri tersebut memiliki kelemahan

    yaitu jumlah bakteri sulit terdeteksi, ragam

     bakterinya hanya dua, dan jumlah

     bakterinya kurang memenuhi syarat SNI

    1996 (Andriani dkk., 2008) serta tergolong

    sebagai bakteri non probiotik karena hanya

    sebentar bertahan hidup di dalam saluran

     pencernaan oleh karena itu aktivitasnya

    kurang ampuh untuk mengalahkan bakteri

  • 8/16/2019 12230-12183-1-PB.pdf

    6/16

    6

     patogen yang membahayakan kesehatan

    manusia (Gilliland dalam Sunarlim, 2007).

    Penggunaan bakteri probiotik dalam

    fermentasi yoghurt sangat dianjurkan

    untuk mengatasi beberapa kekurangan dari

     penggunaan bakteri  Lactobacillus

    bulgaricus Streptococcus thermophillus

    sebagai starter dalam pembuatan yoghurt.

    Bakteri probiotik mampu bertahan hidup

    selama pengolahan, penyimpanan dan di

    dalam ekosistem saluran pencernaan,

    meskipun terdapat berbagai rintangan

    seperti air liur, asam lambung dan asam

    empedu. Selain itu bakteri probiotik dapat

     berkembang biak, tidak beracun serta tidak

     patogen (Kullen dan Klaenhamer, dalam

    Sunarlim, 2009).

    Salah satu bakteri probiotik yang

     biasanya ditambahkan dalam fermentasi

    yoghurt adalah  Bifidobacterium bifidum.

    Bakteri  Bifidobacterium bifidum 

    merupakan bakteri asam laktat yang dapat

    tumbuh pada suhu 43-45oC, bersifat

    heterofermentatif dimana rasio asam asetat

    dan asam laktat yang dihasilkan adalah

    1.5:1 dan bersifat katalase negatif.

     Bifidobacterium bifidum memiliki aktivitas

    antibakteri terhadap mikroba patogen

    seperti  Escherichia coli, Staphylococus

    aureus, Shigella dysentriae, Salmonella

    typhi, Proteus spp , dan Candida albicans 

    (Akmar, 2006)

    Menurut Setyorini (2010) bahwa

     Bifidobacterium merupakan bakteri yang

    dapat menghasilkan kadar asam laktat

    yang lebih tinggi daripada  Lactobacillus

    casei  cara menurunkan pH. Penambahan

     Bifidobacterium  bifidum  pada plain

    yoghurt yang sudah diinokulasi dengan

     bakteri  Lactobacillus bulgaricus dan

    Streptococcus thermophillus diharapkan

    dapat meningkatkan kadar asam laktat

    yang dihasilkan dan meningkatkan kualitas

    yoghurt.

    Pentingnya penambahan Bifidobacte

    -rium bifidum  karena bakteri tersebut

    merupakan bakteri asam laktat yang

     bersifat non patogen dan probiotik yang

     perlu dikembangkan dalam pembuatan

    yoghurt. Berdasarkan uraian tersebut,

    maka peneliti ingin mengkaji suatu

    masalah dengan formulasi judul

    “Penambahan  Bifidobacterium bifidum 

     pada Pembuatan Yoghurt Tomat untuk

    Meningkatkan Kadar Asam Laktat.” 

    BAHAN DAN METODE

    Penelitian ini akan dilaksanakan di

    Laboratorium Mikrobiologi  Jurusan

    Biologi Fakultas Matematika dan IPA

    Universitas Negeri Gorontalo. Dan waktu

     penelitian selama 3 bulan (Maret sampai

    Mei 2015) dimulai dari persiapan sampai

    dengan penyusunan laporan hasil

     penelitian.

    Alat dan Bahan

    Alat yang akan digunakan dalam

     penelitian ini adalah cawan petri,

    aluminium foil , tabung reaksi, refrigerator ,

  • 8/16/2019 12230-12183-1-PB.pdf

    7/16

    7

     blender, autoclave, hot plate, inkubator,

    timbangan analitik, kertas saring, indikator

     pH, pengaduk, gelas ukur, colony counter ,

    Shaker Incubator .

    Bahan yang akan digunakan dalam

     penelitian ini adalah plain yoghurt 

    (Streptococcus thermophilus  dan

     Lactobacillus bulgaricus), Bifidobacterium

    bifidum,  NaOH, indikator  phenolptalein,

    sari tomat, susu  full cream,  MRS broth,

     Phenol   1%, Bakto agar, aquadest , gula

     pasir 10%, susu skim 5%,  Nutrient   Agar  

    dan media pepton 0,1%.

    Penyiapan Plain Yoghurt

    Plain yoghurt yang sudah diinokulasi

    dengan  bakteri Streptococcus thermophilus 

    dan  Lactobacillus bulgaricus yang

    diperoleh dari LIPI dan disimpan pada

    suhu kurang lebih 40C.

    Penyiapan Media Tumbuh

    Bi fi dobacter ium bifi dum  

    Sebanyak 1.354 gram bacto agar ,

    dan 4.6982 gram  MRS broth dilarutkan ke

    dalam 90 ml akuades kemudian

    dituangkan ke dalam erlemeyer,

    dipanaskan hingga homogen. Selanjutnya

    larutan ini dituangkan ke dalam 18 tabung

    reaksi sebanyak 5 ml, kemudian ditutup

    dengan kapas dan disterilisasi dalam

    autoklaf pada suhu 1210C selama 15

    menit dan disimpan pada media miring

    sampai memadat (The Oxoid dalam

    Akmar, 2006).

    Peremajaan Kultur Bakteri 

    Bi fi dobacter ium bifi dum

    Kultur bakteri dari  Bifidobacterium

    bifidum  dipindahkan dari kultur murninya

    ke dalam media  MRS Broth  pada

    erlemeyer yang berbeda-beda masing-

    masing 1 ose kemudian dikocok dan

    dibiarkan selama 2x24 jam. Setelah 2 hari,

     bakteri  Bifidobacterium bifidum  dapat

    digunakan untuk pembuatan yoghurt (The

    Oxoid dalam Ramadzanti, 2006).

    Pembuatan Starter Bifidobacterium

    bifidum

    Sebanyak 8.5 gr susu  full cream 

    dan 100 ml akuades disterilisasi di

    autoklaf dan ditambahkan dengan 1%

     Bifidobacterium bifidum, setelah itu

    dimasukkan ke dalam media pepton 0,1%

    dan disebut sebagai medium pertumbuhan

     baru. Setelah itu diinkubasi selama 24 jam

    dengan suhu 370C dan kultur tersebut

    disebut kultur induk. Langkah selanjutnya

    adalah membuat kultur antara yaitu dengan

    cara menambahkan 3% kultur induk ke

    dalam media tumbuh baru (97 ml)

    kemudian diinkubasi selama 29 jam

    dengan suhu 370C. Kultur ini selanjutnya

    akan dijadikan sebagai kultur kerja yaitu

    dengan menambahkan 3% kultur antara ke

    dalam media tumbuh baru (97 ml) lalu

    diinkubasi selama 9 jam yang bersuhu

    370C. (Koroleva dalam Ramadzanti,

    2006).

  • 8/16/2019 12230-12183-1-PB.pdf

    8/16

    8

    Pembuatan Sari Tomat

    Tomat disortasi dipisahkan dari

    tomat yang cacat dan busuk, dicuci untuk

    menghilangkan kotoran, kemudian tomat

    diiris dengan ukuran 1-2 mm atau

     berukuran dadu dan dihancurkan dengan

     blender untuk diambil sarinya. Langkah

    terakhirnya adalah menyaring tomat

    dengan kertas saring sehingga diperoleh

    sari tomat murni (Trisnawati dkk, 2005).

    Pembuatan Yoghurt Tomat

    Disiapkan 25 gelas Erlenmeyer yang

    masing-masing diisi susu  full cream 

    sebanyak 83 ml. Kemudian ditambah

    dengan susu skim 5 ml, gula pasir 10 ml

    dan sari tomat 2 ml dari volume susu pada

    masing-masing perlakuan. Setelah itu

    dipanaskan pada suhu 85-90oC selama 10

    menit dan didinginkan sampai suhu 45oC.

    Kemudian ditambahkan 3% plain yoghurt

    sebagai perlakuan A, ditambahkan

     Bifidobacterium bifidum  0.5% (B),

    ditambahkan  Bifidobacterium bifidum  1%

    (C), ditambahkan  Bifidobacterium bifidum 

    1.5% (D), ditambahkan  Bifidobacterium

    bifidum  2% (E) dari volume susu

    (Prasetyo,2010). Kemudian dikocok dan

    diinkubasi pada suhu 43 oC selama 5 jam

    dan disimpan pada suhu 4oC (Kosikowski

    dalam Ramadzanti, 2006).

    Pengkuran pH

    Pengukuran pH menggunakan pH

    indikator yang dilakukan untuk

    mengetahui kadar keasaman sebelum dan

    sesudah fermentasi yoghurt tomat.

    Uji Organoleptik

    Uji organoleptik pada penelitian ini

    dengan melibatkan 20 orang taster yang

    akan mengamati tekstur, aroma, rasa dan

    warna pada fermentasi yoghurt tomat.

    Perhitungan Jumlah Bakteri

    Perhitungan jumlah bakteri

    dilakukan dengan menggunakan metode

    Total Plate Count   atau TPC (Hadiwiyoto

    1994). Sampel produk dibuat pengenceran

    dengan campuran 1 ml sampel dengan 9

    ml akuades steril untuk pengenceran 10-1 

    diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam

    tabung yang berisi 9 ml akuades menjadi

    10-2  sampai 10-3. Pengenceran yang

    dikehendaki diambil sebanyak 0,1 ml dan

    dituangkan ke dalam petridis kosong yang

    steril. Kemudian ditambahkan media agar

    cair dan dilakukan pencampuran antara

    kultur dan media dengan memutar cawan

     petri secara pelan pada permukaan yang

    rata sampai memadat. Proses selanjutnya

    adalah melakukan diinkubasi dalam

    inkubator dengan suhu 370C selama 24

     jam. Setelah selesai diinkubasi dilanjutkan

    dengan menghitung jumlah koloni yang

    terdapat dalam cawan petri kemudian

    dihitung jumlah sel bakteri pada bahan

    makanan.

    Perhitungan jumlah koloni bakteri

    dilakukan dengan mengunakan Colony

  • 8/16/2019 12230-12183-1-PB.pdf

    9/16

    9

    Counter   untuk mengetahui jumlah koloni

     bakteri tiap mililiter.

    Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data pada

     penelitian ini dilakukan dengan

    menghitung kadar asam laktat pada

    fermentasi yoghurt tomat. Nilai keasaman

    dihitung dengan metode Mann’s acid test  

    (Hadiwiyoto,1994). Sampel dimasukkan

    ke dalam erlenmeyer sebanyak 9 ml,

    ditambah indikator PP 1% sebanyak 5

    tetes. Sampel dititrasi menggunakan

     NaOH 0,1 N sampai warna berubah

    menjadi merah muda. Jumlah NaOH yang

    diperlukan untuk titrasi dicatat dan persen

    keasaman dihitung dengan rumus:

    % asam laktat = A x BE x 100%

    B

    Keterangan :

    A= Volume NaOH yang terpakai

    B= Volume sampel yang dianalasis

    BE asam Laktat (0.009g /ekivalen)

    Teknik Analisis data

    Teknik analisis data yang digunakan

     pada penelitian ini dilakukan dengan

    teknik analisis data statistik. Data yang

    diperoleh diuji prasyarat parametrik yaitu

    uji normalitas dan uji homogenitas.

    Selanjutnya data dianalisis dengan analisis

    varians (ANAVA) satu arah dengan

    menggunakan uji F. Apabila terdapat

     pengaruh penambahan  Bifidobacterium

    bifidum  pada pembuatan yoghurt tomat

    untuk meningkatkan kadar asam laktat,

    maka dilanjutkan ke uji BNT untuk

    melihat pengaruh yang nyata antar

     perlakuan sehingga bisa diketahui

    konsentrasi  Bifidobacterium bifidum  yang

     baik.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil Penelitian

    Paramater yang diamati pada

     penelitian ini yaitu kadar asam laktat yang

    dihasilkan pada pembuatan yoghurt tomat.

    Selain kadar asam laktat, pada penelitian

    ini didukung oleh beberapa parameter

    lainnya yaitu pengukuran pH, uji

    organoleptik dan perhitungan jumlah

     bakteri.

    Deskripsi Yoghurt Tomat 

    Yoghurt tomat merupakan salah

    satu produk susu terfermentasi yang dibuat

    dengan bantuan mikroorganisme sebagai

    agen.  Yoghurt pada penelitian ini dibuat

    dengan menggunakan 3 kultur bakteri

    asam laktat (BAL) yang terdiri dari

    Streptococcus thermophilus, Lactobaccilus

    bulgaricus  dan ditambahkan dengan

     bakteri probiotik yaitu  Bifidobacterium

    bifidum dengan konsentrasi 0%, 0,5%, 1%,

    1,5% dan 2% dengan tujuan untuk

    meningkatkan kadar asam laktat.

    Peningkatan konsentrasi asam

    laktat dapat mempengaruhi perubahan pH,

    sifat fisik yoghurt dan jumlah bakteri yang

  • 8/16/2019 12230-12183-1-PB.pdf

    10/16

    10

    terdapat di dalamnya. Berdasarkan hasil

     pengukuran pH pada yoghurt tomat

    menunjukkan bahwa rata-rata pH yoghurt

    sebelum fermentasi adalah 6 dan setelah

    fermentasi pH yoghurt tomat adalah 4.4,

    4.2, 4, 4 dan 3.8. Penurunan pH pada

    yoghurt tomat menyebabkan perubahan

     pada sifat fisik yoghurt yang terdiri dari

    rasa, warna, tekstur dan aroma.

    Berdasarkan hasil uji organoleptik

    menunjukkan bahwa sebagian besar

     panelis menyatakan bahwa aroma yoghurt

    tomat pada penelitian ini berbau khas susu

    dan untuk rasa dari yoghurt yang

    dihasilkan sebagian besar panelis

    menyatakan yoghurt bersifat asam.

    Sedangkan untuk tekstur dan warna dari

    yoghurt bersifat encer dan berwarna putih.

    Selain itu juga, peningkatan kadar asam

     pada penelitian ini menujukkan adanya

     peningkatan pada pertumbuhan bakteri

    asam laktat yang ditambahkan pada

     pembuatan yoghurt tomat. Berdasarkan

    hasil perhitungan dengan menggunakan

    Colony Counter   rata-rata jumlah bakteri

     pada setiap perlakuan terdiri dari 0.5 x

    106CFU/ml, 1.0 x 106CFU/ml, 1.0 x

    106CFU/ml, 1.2 x 106 CFU/ml dan 1.4 x

    106 CFU/ml.

    Hasil Pengukuran Kadar Asam Laktat

    Yoghurt Tomat

    Berdasarkan hasil penelitian untuk

    mengetahui pengaruh penambahan

     Bifidobacterium bifidum  pada yoghurt

    tomat untuk meningkatkan kadar asam

    laktat sehingga diperoleh data seperti pada

    Tabel 4.1.

    Tabel 4.1 Rata-Rata Kadar Asam Laktat

     pada Yoghurt Tomat

    Perlakuan Rata-Rata Kadar

    Asam Laktat (%)

    Perlakuan A 0.25

    Perlakuan B 0.41

    Perlakuan C 0.72

    Perlakuan D 0.96

    Perlakuan E 1.36

    Berdasarkan data pada Tabel 4.1

    menunjukkan bahwa semakin tinggi

    konsentrasi  Bifidobacterium bifidum  yang

    ditambahkan pada pembuatan yoghurt

    tomat maka semakin tinggi asam laktat

    yang dihasilkan. 

    Berdasarkan analisis dengan

    menggunakan One Way AVANAmenunjukkan bahwa terdapat pengaruh

     penambahan Bifidobacterium bifidum pada

    yoghurt tomat terhadap konsentrasi asam

    laktat yang dihasilkan. Hal ini ditunjukkan

    dengan nilai sig. sebesar 0.000 di bawah

    nilai alfa 0,05. Bila dibandingkan, nilai

    Fhitung  perlakuan yaitu 7,531 sedangkan

     Nilai F tabel dengan V1 = (5-1) = 4 dan

    V2 = (5-1) x 5 = 20 dengan alfa sebesar

    0,05 yaitu 5,80.) sehingga Ho ditolak dan

    H1 di terima.

    Sedangkan berdasarkan hasil

    analisis dengan menggunakan uji  Least

    Significant Different   (LSD) atau beda

    nyata terkecil menunjukan bahwa

  • 8/16/2019 12230-12183-1-PB.pdf

    11/16

    11

     perlakuan A (tanpa penambahan

     Bifidobacterium bifidum)  tidak berbeda

    nyata dengan perlakuan B (Penambahan

    0,5%  Bifidobacterium bifidum) dan

     perlakuan C (penambahan 1,0% 

     Bifidobacterium bifidum) tetapi berbeda

    nyata dengan perlakuan D (penambahan

    1,5%  Bifidobacterium bifidum) dan

     perlakuan E (penambahan 2,0% 

     Bifidobacterium bifidum). Perlakuan B

    (penambahan 0,5%  Bifidobacterium

    bifidum)  juga tidak berbeda nyata dengan

     perlakuan C (penambahan 1,0%

     Bifidobacterium bifidum) tetapi berbeda

    dengan perlakuan D (penambahan 1,5%

     Bifidobacterium bifidum) dan perlakuan E

    (penambahan 2,0%  Bifidobacterium

    bifidum). Perlakuan C (penambahan 1,0% 

     Bifidobacterium bifidum) juga tidak

     berbeda nyata dengan perlakuan D

    (penambahan 1,5%  Bifidobacterium

    bifidum) tetapi beda dengan perlakuan E

    (penambahan 2,0%  Bifidobacterium

    bifidum). Sedangkan perlakuan D

    (penambahan 1,5%  Bifidobacterium

    bifidum)  juga tidak berbeda nyata dengan

     perlakuan E (penambahan 2,0% 

     Bifidobacterium bifidum). Sehingga

    konsentrasi yang baik untuk penambahan

     Bifidobacterium bifidum yaitu 1.5%

    dengan rata-rata kadar asam laktat sebesar

    0.96.

    PEMBAHASAN

    Fermentasi merupakan proses

     perombakan senyawa kompleks menjadi

    senyawa sederhana dengan melibatkan

    aktivitas mikroba. Salah satu produk yang

    dihasilkan dari proses fermentasi yaitu

    yoghurt tomat. Pada penelitian ini, untuk

    meningkatkan kadar asam laktat

    ditambahkan bakteri  Bifidobacterium

    bifidum  sebagai bakteri probiotik. Asam

    laktat merupakan asam organik yang

    dihasilkan pada produk susu terfermentasi

    yang penting bagi kesehatan manusia.

    Menurut Agustina dan Rahman (2010)

     bahwa jumlah asam laktat merupakan

    salah satu parameter awal yang penting

    untuk diamati pada pembuatan yoghurt,

    karena inti produk yang diharapkan dalam

    yoghurt adalah kadar asam laktat yang

    mampu dihasilkan oleh mikroorganisme

    yang digunakan sebagai starter.

    Berdasarkan hasil penelitian

    menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

     penambahan Bifidobacterium bifidum pada

     pembuatan yoghurt tomat terhadap kadar

    asam laktat yang dihasilkan. Peningkatan

    kadar asam laktat pada penelitian ini

    disebabkan karena adanya penghambatan

    kerja enzim protease oleh  Bifidobacterium

    bifidum.

    Adapun mekanisme penghambatan

    kerja enzim protease oleh  Bifidobacterium

    bifidum  yaitu melalui peningkatan

    konsentrasi asam laktat yang dihasilkan.

    Hal ini disebabkan karena enzim protease

    merupakan enzim yang dihasilkan oleh

  • 8/16/2019 12230-12183-1-PB.pdf

    12/16

    12

     bakteri psikotrofik yang dapat

    menghidrolisis protein yang seharusnya

    menjadi sumber nutrien bagi bakteri asam

    laktat. Hidrolisis protein oleh enzim

     protease akan mengubah struktur protein

    (peptida) sehingga menghasilkan yoghurt

    dengan citarasa yang tidak enak

    dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan

     pendapatnya Ramadzanti (2006) yang

    menyatakan bahwa kadar asam laktat yang

    tinggi memiliki peranan untuk

    menghambat aktivitas protease yang

    semakin tinggi.

    Secara fisiologi peningkatan kadar

    asam laktat dalam penelitian ini juga

    dipengaruhi oleh adanya penggabungan 2

     jenis fermentasi yaitu secara

    heterofermentatif dan homofermentatif.

    Fermentasi homofermentatif dilakukan

    oleh bakteri Streptococcus thermophilus

    dan  Lactobacillus bulgaricus. Sedangkan

    fermentasi heterofermentatif dilakukan

    oleh  Bifidobacterium bifidum  dengan

     produk yang dihasilkan terdiri dari asam

    laktat, asam asetat, etanol, dan asetaldehid

    yang nantinya dapat menstimulus

     pertumbuhan bakteri asam laktat lainnya.

    Hal ini sesuai dengan pernyataan dari

    Tamin dan Robinson (2007) bahwa

    asosiasi kultur campuran merupakan

    hubungan suatu organisme yang dapat

    menyediakan senyawa yang berguna bagi

    organisme yang lainnya. Penggabungan ini

    menyebabkan adanya protokooperasi pada

     produk yang dihasilkan. Menurut Andriani

    dkk., (2008) bahwa protokooperasi

    merupakan interaksi antar dua atau lebih

     bakteri dalam kultur campuran yang dapat

    menghasilkan kadar asam laktat yang tingi.

    Berdasarkan hasil analisis beda

    nyata terkecil (BNT) menunjukkan bahwa

     penambahan Bifidobacterium bifidum pada

    setiap perlakuan menghasilkan kadar asam

    laktat yang berbeda. Penambahan

     Bifidobacterium  bifidum  dengan

    konsentrasi 0.5%, 1%, 1.5% dan 2%

    menghasilkan kadar asam laktat yang

    tinggi jika dibandingkan dengan kontrol.

    Sesuai standar mutu SNI 01-2981-1992

    dijelaskan bahwa total asam tertitrasi pada

    yoghurt yang dapat diterima oleh tubuh

     berkisar antara 0.5-2.0% (Sunarlim dan

    Setianto, 2008). sehingga untuk perlakuan

    1%, 1.5% dan 2% memiliki kadar asam

    laktat yang baik. Tetapi untuk penambahan

     Bifidobacterium bifidum  dengan

    konsentrasi 1.5% dan 2% secara statistik

    menghasilkan kadar asam laktat yang

     berbeda secara signifikan dengan

     perlakuan 0%, 0.5%, dan 1%. Sehingga

    konsentrasi terbaik dari penambahan

     Bifidobacterium bifidum  pada pembuatan

    yoghurt tomat adalah konsentrasi 1.5%

    dengan rata-rata kadar asam laktat yang

    dihasilkan yaitu 0.96%.

    Perbedaan kadar asam laktat pada

    setiap perlakuan dipengaruhi oleh

    konsentrasi starter yang digunakan.

  • 8/16/2019 12230-12183-1-PB.pdf

    13/16

    13

    Peningkatan konsentrasi starter yang

    digunakan pada pembuatan yoghurt

    menyebabkan meningkatnya jumlah

     bakteri sehingga proses pengubahan

    laktosa menjadi asam laktat semakin cepat

    dan produksi asam laktat yang dihasilkan

     pun semakin tinggi. Afriani (2010)

    menyatakan bahwa total asam tertitrasi

    adalah jumlah asam laktat yang

    terbentuk selama proses fermentasi yang

    merupakan hasil pemecahan laktosa oleh

     bakteri asam laktat. Adanya asam di

    dalam susu terutama disebabkan oleh

    aktivitas bakteri-bakteri pembentuk asam.

    Berdasarkan hasil penelitian

    menunjukkan bahwa peningkatan kadar

    asam laktat pada penelitian ini

    menyebabkan perubahan pH sebelum dan

    sesudah fermentasi.  Dimana pH sebelum

    fermentasi untuk semua perlakuan yaitu 6

    sedangkan setelah fermentasi pHnya

    menurun. Untuk penambahan 2%

     Bifidobacterium bifidum menghasilkan pH

    sebesar 3,8. Hal ini sesuai dengan

     pendapat Chotimah (2009) yang

    menyatakan bahwa lamanya proses

    fermentasi akan mengakibatkan turunnya

     pH yoghurt sehingga menghasilkan rasa

    asam segar yang khas. Penurunan pH pada

    yoghurt akan menyebabkan perubahan

     pada daerah katalitik dan konformasi

    sehingga aktivitas enzim pada yoghurt

    akan terhambat.

    Menurut Akmar (2006) bahwa

     perubahan pH akan mengubah bentuk

    tersier kasein yang berfungsi sebagai

    substrat bagi enzim protease. Perubahan

    yang terjadi pada struktur substrat

    mengakibatkan enzim tidak dapat

    menempel secara tepat pada sisi aktif

    substrat, sehingga kerja enzim dapat

    terhambat. pH yang dihasilkan setelah

    fermentasi untuk semua perlakuan

    termasuk pH yoghurt yang baik. Hal ini

    sesuai dengan pendapat Chotimah (2009)

    yang menyatakan bahwa yoghurt yang

     baik mempunyai nilai pH antara 3,8-

    4,6.

    Peningkatan kadar asam laktat dan

     perubahan pH menyebabkan perubahan

     pada sifat fisik pada produk yang

    dihasilkan. Untuk menentukan sifat fisik

    yang dari suatu produk dilakukan dengan

    menggunakan uji organoleptik. Pengujian

    organoleptik pada dasarnya merupakan

     penilaian suatu produk oleh konsumen

    dengan tujuan untuk melihat tingkat

    kesukaan konsumen. Berdasarkan uji

    organoleptik dengan menggunakan 20

     panelis menunjukkan bahwa yoghurt pada

     penelitian ini memiliki sifat yang hampir

    sama karena sebagian besar panelis

    memberikan penilaian yang tidak jauh

     berbeda baik dari segi warna, tekstur,

    aroma maupun rasa. Untuk aroma dan rasa

    sebagian besar panelis menyatakan bahwa

    yoghurt memiliki aroma yang berbau khas

  • 8/16/2019 12230-12183-1-PB.pdf

    14/16

    14

    susu dan rasanya asam. Untuk

     penambahan 1%, 1,5% dan 2% beberapa

     panelis memberikan penilaian bahwa

    yoghurt pada penelitian ini menghasilkan

    yoghurt yang tidak berbau khas susu

    sedangkan pada uji rasa beberapa panelis

     juga menyatakan bahwa konsentrasi 2%

    menghasilkan yoghurt yang lebih asam

     jika dibandingkan dengan perlakuan yang

    lain.

    Menurut Winarno (dalam Prasetyo,

    2010) bahwa rasa asam pada yoghurt

    disebabkan oleh donor proton, intensitas

    rasa asam tergantung pada ion H+  yang

    dihasilkan pada proses hidrolisis asam oleh

     bakteri. Sedangkan menurut Sunarlim dan

    Setiyanto (2008) bahwa pembentukan

    aroma pada yoghurt disebabkan oleh

    senyawa asetaldehid, diasetil, asam asetat

    serta kelompok asam lainnya dalam

     jumlah yang kecil. Jika dilihat dari

     penilaian panelis terhadap aroma dan rasa

    menunjukkan bahwa semakin tinggi

    konsentrasi  Bifidobacterium bifidum  yang

    ditambahkan pada pembuatan yoghurt

    menyebabkan perubahan pada aroma dan

    rasa yoghurt tomat. Hal ini sesuai dengan

     pendapat Setyorini (2010) bahwa

     Bifidobacterium bifidum memiliki skor

    kesukaan yang rendah karena bakteri ini

    menghasilkan senyawa berupa asam laktat

    dan asam asetat yang mengakibatkan

    adanya rasa dan flavor yang tidak enak.

    Sedangkan untuk tekstur dan warna

    sebagian besar panelis menyatakan bahwa

    yoghurt yang dihasilkan pada penelitian ini

     bersifat encer dan berwarna putih.

    Sedangkan panelis lainnya menyatakan

     bahwa yoghurt pada penelitian ini bersifat

    kental dan putih kuning. Menurut Winarno

    dalam Ramadzanti (2010) menjelaskan

     bahwa tekstur suatu produk dapat

    mengubah rasa karena mempengaruhi

    kecepatan timbulnya ransangan terhadap

    sel olfaktori dan kelenjar air liur sehingga

    rasa akan semakin meningkat.

    Selain itu juga, peningkatan asam

    laktat dipengaruhi oleh jumlah bakteri

    yang tumbuh pada suatu subsrat.

    Berdasarkan hasil perhitungan

    menunjukkan bahwa jumlah bakteri untuk

    semua perlakuan dikategorikan baik

    karena mencapai 106  cfu/ml. Menurut

    Doleyers and Lacroix (dalam

    Sukmawardani dkk., 2013) menyatakan

     bahwa jumlah BAL probiotik yang

    direkomendasikan untuk dikonsumsi

    sebesar 106 cfu/ml. Hasil ini menunjukkan

     bahwa semakin tinggi konsentrasi starter

    semakin banyak jumlah bakteri dalam

    suatu produk, dengan meningkatnya

     jumlah bakteri pada setiap perlakuan

    menyebabkan aktivitas metabolisme dari

    suatu organisme juga akan meningkat

    sehingga menghasilkan senyawa metabolit

     primer.

    Khoiriyah (2013) menjelaskan

     bahwa peningkatan asam laktat sebagai

  • 8/16/2019 12230-12183-1-PB.pdf

    15/16

    15

    metabolit primer dipengaruhi oleh

    meningkatnya pertumbuhan sel mikroba.

    Sedangkan Prasetyo (2010) menjelaskan

     bahwa peningkatan konsentrasi starter

    akan diikuti pula oleh kadar asam laktat,

    karena peningkatan konsentrasi starter

     berarti peningkatan jumlah mikroba pada

    media.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan

     pembahasan dapat diambil kesimpulan

     bahwa:

    1. 

    Terdapat pengaruh penambahan

     Bifidobacterium bifidum  pada

     pembuatan yoghurt tomat untuk

    meningkatkan kadar asam laktat.

    2.  Terdapat konsentrasi  Bifidobacterium

    bifidum  yang dapat berpengaruh baik

     pada pembuatan yoghurt tomat yaitu

    1.5%.

    Daftar Pustaka

    Afriani. 2010.  Pengaruh   Penggunaan

     starter bakteri asam laktat

     Lactobacillus plantarum dan

     Lactobacillus fermentum terhadap

    total bakteri asam laktat, kadar

    asam laktat dan nilai pH dadih susu

     sapi.  Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu

    Peternakan, Volume 13. Nomor 6.

    Andriani L, N.Indrayati, U.H.Tanuwiria, N

    .Mayasari. 2008. Pengaruh Imbangan Bakteri Lactobacillus

     Bulgaricus,Streptococcus

    Thermophillus, Lactobacillus

    acidophilus dan Bifidobacterium

    dalam Yoghurt Terhadap

     Kandungan Kolesterol Darah

     Mencit.  Jurnal bionatural, Volume

    10. Nomor 2, halaman 29-140.

    Akmar Atsmanul. 2006. Aktivitas Protease

    dan Kandungan Asam Laktat pada

    Yoghurt yang Dimodifikasi

     Bifidobacterium bifidum dan

    diinokulasi Pseudomonas

     fluorescens (Skripsi). Bogor:

    Fakultas Matematikan dan Ilmu

    Pengetahuan Alam, IPB.

    Chotimah Siti Chusnul. 2009.  Peranan

    Streptococcus thermophillus dan

     Lactobacillus bulgaricus dalam

     Proses Pembuatan Yogurt . Jurnal

    Ilmu Peternakan, Vol. 4 No.2 ISSN1907 –  2821.

    Hadiwiyoto Suwedo. 1994. Teori dan

     prosedur pengujian mutu susu dan

    hasil olahannya.  Liberty:

    Yoghyakarta

    Prasetyo Heru. 2010.  Pengaruh

     Penggunaan Starter Yoghurt Pada

     Level Tertentu Terhadap

     Karakteristik Yoghurt Yang

     Dihasilkan. (Skripsi). Surakarta:

    Fakultas Pertanian, Universitas

    Sebelas Maret Surakarta

    Ramadzanti, Alviana. 2006.  Aktivitas

     Protease Dan Kandungan Asam

     Laktat Pada Yoghurt Yang

     Dimodifikasi Bifidobacterium

    bifidum.( Skripsi).Bogor: Fakultas

    Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam, IPB.

    Setyorini, D .A, M Arifin, Nurwantoro.

    2010.  Karakteristik sosis Probiotik

     Daging Sapi menggunakan

     Lactobacillus casei dan

     Bifidobacterium bifidum Pada Lama

     Penyimpanan Yang Berbeda. 

    Seminar Nasional Teknologi

    Peternakan dan Veteriner.

  • 8/16/2019 12230-12183-1-PB.pdf

    16/16

    16

    Sukmawardani A. P, T. Setyawardani, dan

    T.Y.Astuti. (2013 ). Nilai pH, jumlah

     Mikroba, Jumlah bakteri asam laktat

    keju probiotik yang dibuat dengan

    tiga level kultur bakteri asam laktat .

    Jurnal Ilmiah Peternakan Volume 1. Nomor 2.

    Sunarlim R, H. Setiyanto, dan

    M. Poeloengan. 2007.  Pengaruh

    kombinasi starter bakteri

     Lactobacillus bulgaricus,

    Streptococcus Thermophillus, dan

     Lactobacillus Plantarum terhadap

     sifat mutu susu fermentasi.  Seminar

     Nasional Teknologi Peternakan dan

    Veteriner 2007.

    Sunarlim Roswita. 2009.  Potensi

     Lactobacillus sp asal dari dadih

     sebagai starter pada pembuatan

     susu fermentasi khas indonesia.

    Buletin Teknologi Pascapanen

     pertanian: Volume 5.