7
Jurnal Biogenesis Vol. 2(1):1-7, 2005 © Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau ISSN : 1829-5460 1 STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI MANGROVE TANJUNG SEKODI KABUPATEN BENGKALIS RIAU Nursal*, Yuslim Fauziah dan Ismiati Laboratorium Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru 28293 Diterima 21 Februari 2005, Disetujui 1 Maret 2005 ABSTRACT The research of structure and composition mangrove vegetation at Tanjung Sekodi Bengkalis Riau Province had been carried out on September until December 2005 by survey methods with quadrates/plots and transects. The transect was taken place 170 m from coastline. Each individual of trees and sapling that account in the plot 100m 2 was measured diameter of breast high, and seedling was account total individual of each species in each plot 1m 2 . The parameter were; Density, Frequency, Dominance, Importance Values and Diversity index. The Regeneration of each species was visualized by graphic to determine their ability for regeneration. The results of this research account 5 species of mangrove vegetation at Tanjung Sekodi Bengkalis, its dominance by Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata and Sonneratia alba. The ability for regeneration for the next time are Rhizophora apiculata and Rhizophora mucronat was the better than anothers. Key words : mangrove vegetation, Tanjung Sekodi, Bengkalis PENDAHULUAN Hutan mangrove merupakan tipe vegetasi yang khas terdapat di daerah pantai tropis. Vegetasi mangrove umumnya tumbuh subur di daerah pantai yang landai di dekat muara sungai dan pantai yang terlindung dari kekuatan gelombang. Karakteristik habitat yang menonjol di daerah hutan mangrove diantaranya adalah jenis tanah berlumpur, berlempung atau berpasir, lahan tergenang air laut secara periodik, menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat seperti dari sungai, mata air dan air tanah, airnya payau dengan salinitas 2-22 ppt atau asin dengan salinitas sekitar 38 ppt (Nirarita et al, 1996). Adanya faktor lingkungan tersebut menyebabkan habitat mangrove bersifat spesifik yang hanya dapat ditempati oleh jenis tumbuhan dan fauna tertentu yang telah teradaptasi dengan lingkungan setempat. *) Komunikasi Penulis : Laboratorium Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Riau Hutan mangrove mempunyai fungsi fisik dan fungsi ekologi yang penting bagi kelestarian ekosistem di daerah pesisir. Secara fisik, hutan mangrove berfungsi sebagai pelindung pantai dari pengaruh gelombang laut. Secara ekologi, hutan mangrove berfungsi sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah pemijahan (spawning ground), dan tempat mencari makan (feeding ground) bagi beranekaragam biota perairan seperti ikan, udang, dan kepiting. Hutan mangrove Riau merupakan hutan mangrove terluas kedua di Sumatera dengan perkiraan luas 259.500 ha, namun karena mengalami eksploitasi khususnya untuk keperluan kayu gelondongan, chip dan arang, yang tersisa hanya 184.000 ha (Giesen dalam Zieren, 1997). Hutan mangrove di daerah Bengkalis merupakan bagian dari formasi vegetasi indo-malaya yang mencakup pantai di daerah Malaysia dan Indonesia khususnya Riau. Di daerah pesisir Malaysia dan Indonesia hutan mangrove berkembang dengan sangat baik, mempunyai jumlah jenis terbanyak dan bahkan merupakan pusat penyebaran geografi beberapa genera (genus) utama seperti Rhizophora,

1 Nursal-Struktur Dan Komposisi 1-7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Composition of Nursal

Citation preview

Page 1: 1 Nursal-Struktur Dan Komposisi 1-7

Jurnal Biogenesis Vol. 2(1):1-7, 2005 © Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau ISSN : 1829-5460

1

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI MANGROVE TANJUNG SEKODI KABUPATEN BENGKALIS RIAU

Nursal*, Yuslim Fauziah dan Ismiati Laboratorium Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP

Universitas Riau, Pekanbaru 28293

Diterima 21 Februari 2005, Disetujui 1 Maret 2005 ABSTRACT The research of structure and composition mangrove vegetation at Tanjung Sekodi Bengkalis Riau Province had been carried out on September until December 2005 by survey methods with quadrates/plots and transects. The transect was taken place 170 m from coastline. Each individual of trees and sapling that account in the plot 100m2 was measured diameter of breast high, and seedling was account total individual of each species in each plot 1m2. The parameter were; Density, Frequency, Dominance, Importance Values and Diversity index. The Regeneration of each species was visualized by graphic to determine their ability for regeneration. The results of this research account 5 species of mangrove vegetation at Tanjung Sekodi Bengkalis, its dominance by Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata and Sonneratia alba. The ability for regeneration for the next time are Rhizophora apiculata and Rhizophora mucronat was the better than anothers.

Key words : mangrove vegetation, Tanjung Sekodi, Bengkalis PENDAHULUAN

Hutan mangrove merupakan tipe vegetasi yang

khas terdapat di daerah pantai tropis. Vegetasi mangrove umumnya tumbuh subur di daerah pantai yang landai di dekat muara sungai dan pantai yang terlindung dari kekuatan gelombang. Karakteristik habitat yang menonjol di daerah hutan mangrove diantaranya adalah jenis tanah berlumpur, berlempung atau berpasir, lahan tergenang air laut secara periodik, menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat seperti dari sungai, mata air dan air tanah, airnya payau dengan salinitas 2-22 ppt atau asin dengan salinitas sekitar 38 ppt (Nirarita et al, 1996). Adanya faktor lingkungan tersebut menyebabkan habitat mangrove bersifat spesifik yang hanya dapat ditempati oleh jenis tumbuhan dan fauna tertentu yang telah teradaptasi dengan lingkungan setempat.

*) Komunikasi Penulis : Laboratorium Pendidikan Biologi

PMIPA FKIP Universitas Riau

Hutan mangrove mempunyai fungsi fisik dan

fungsi ekologi yang penting bagi kelestarian ekosistem di daerah pesisir. Secara fisik, hutan mangrove berfungsi sebagai pelindung pantai dari pengaruh gelombang laut. Secara ekologi, hutan mangrove berfungsi sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah pemijahan (spawning ground), dan tempat mencari makan (feeding ground) bagi beranekaragam biota perairan seperti ikan, udang, dan kepiting.

Hutan mangrove Riau merupakan hutan mangrove terluas kedua di Sumatera dengan perkiraan luas 259.500 ha, namun karena mengalami eksploitasi khususnya untuk keperluan kayu gelondongan, chip dan arang, yang tersisa hanya 184.000 ha (Giesen dalam Zieren, 1997). Hutan mangrove di daerah Bengkalis merupakan bagian dari formasi vegetasi indo-malaya yang mencakup pantai di daerah Malaysia dan Indonesia khususnya Riau. Di daerah pesisir Malaysia dan Indonesia hutan mangrove berkembang dengan sangat baik, mempunyai jumlah jenis terbanyak dan bahkan merupakan pusat penyebaran geografi beberapa genera (genus) utama seperti Rhizophora,

Page 2: 1 Nursal-Struktur Dan Komposisi 1-7

Nursal, Fauziah dan Ismiati : Struktur dan Komposisi Vegetasi Mangrove

2

Bruguiera, Sonneratia, Avicennia, Ceriops dan Lumnitzera (Chapman, 1976).

Luas hutan mangrove di Kabupaten Bengkalis pada tahun 1997 diperkirakan mencapai 69.000 ha, berkurang menjadi 50.765,04 ha pada tahun 2002 (Anonim, 2004). Adanya perubahan tata guna dan fungsi lahan mangrove serta berbagai aktifitas pembukaan lahan telah menyebabkan semakin berkurangnya luas hutan mangrove dan terjadinya perubahan komposisi vegetasi pada berbagai strata pertumbuhan seperti seedling, sapling dan pohon. Menurut Bengen (2001) kerusakan dan gangguan pada strata pertumbuhan dapat menjadi kendala pada proses regenerasi pohon mangrove di masa yang akan datang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi dan kemampuan regenerasi secara alami jenis-jenis mangrove yang dominan di hutan mangrove Tanjung Sekodi Bengkalis.

METODE PENELITIAN

Survey lapangan dilakukan pada bulan September sampai Desember 2004 pada 4 lokasi (stasiun) di kawasan hutan mangrove Desa Tanjung Sekodi Bengkalis. Lokasi 1 di hutan mangrove yang masih alami, lokasi 2 di dekat pemukiman penduduk, lokasi 3 di dekat dapur arang dan lokasi 4 di dekat tambak udang. Data vegetasi dikumpulkan pada sejumlah plot pengamatan yang disebar di sepanjang transek. Pada tiap lokasi dibuat 2 transek sepanjang 170 m tegak lurus terhadap garis pantai ke arah dalam hutan. Masing-masing transek terdiri dari 5 plot pengamatan berukuran 10x10 m dengan jarak antar plot 30 m untuk pencacahan vegetasi strata pohon dan sapling, di dalamnya dibuat 3 plot berukuran 1x1 m untuk pencacahan vegetasi strata seedling. Untuk keperluan analisis data, masing-masing individu pohon dan sapling dicatat nama jenis dan keliling batang setinggi dada, sedangkan untuk vegetasi strata seedling dicatat nama jenis dan jumlah individu masing-masing jenis. Setiap jenis yang ditemui dibuat herbarium untuk keperluan identifikasi di Laboratorium berdasarkan kepustakaan yang relevan, diantaranya Tomlinson (1986); Corner dan Watanabe (1974); dan Noor et al (1999).

Data dianalisis untuk mengetahui nilai parameter struktur vegetasi yang mencakup frekwensi relatif, kerapatan relatif, dominansi relatif dan nilai penting. Untuk mengetahui kemantapan (stabilitas) ekosistem hutan dalam proses suksesi, dilakukan analisis untuk mengetahui indeks keanekaragaman pada masing-masing lokasi. Regenerasi vegetasi divisualisasikan dalam bentuk grafik untuk membandingkan nilai kerapatan masing-masing jenis pada tingkatan pertumbuhan yang berbeda yaitu strata pohon, sapling dan seedling. Prosedur analisis data mengacu kepada Muller-Dombois dan Ellenberg (1974); Causton (1988); dan Ludwig dan Reynolds (1988). Data parameter lingkungan diukur pada masing-masing lokasi meliputi pH tanah, suhu dan kelembaban udara, salinitas, kadar organik dan kelas tekstur tanah.

Rumus yang digunakan dalam penentuan struktur dan komposisi vegetasi :

1. Kerapatan (ind/ha) =

2. Kerapatan Relatif (%) = x 100%

3. Frekuensi =

4. Frekuensi Relative (%) = x 100%

5. Dominansi (m2/ha) =

6. Dominansi Relatif (%) = x 100%

7. Nilai Penting = KR + FR + DR

8. Indeks Similaritas (IS) = x 100%

Jumlah individu suatu jenis Luas seluruh plot

Kerapatan suatu jenisKerapatan seluruh jenis

Jumlah plot yang ditempati suatu jenis

Jumlah seluruh plot pengamatan

Frekuensi suatu jenis

Frekuensi seluruh jenis

Jumlah Basal Area suatu jenisLuas seluruh plot

Dominansi suatu jenis Dominansi seluruh jenis

2 W A + B

Page 3: 1 Nursal-Struktur Dan Komposisi 1-7

Nursal, Fauziah dan Ismiati : Struktur dan Komposisi Vegetasi Mangrove

3

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis dan distribusi vegetasi di kawasan hutan

mangrove Tanjung Sekodi Bengkalis dicantumkan pada Tabel 1.

Ekosistem mangrove di Tanjung Sekodi Bengkalis umumnya tersebar di pesisir Timur dan Selatan Pulau Bengkalis terutama pada daerah yang berdekatan dengan muara sungai dan daerah pantai yang terlindung. Hutan mangrove dapat tumbuh sejauh 200 meter dari garis pantai. Komunitas mangrove di daerah Tanjung Sekodi terdiri dari 5 jenis yang tergolong ke dalam 4 suku yaitu Suku Rhizophoraceae, Avicenniaceae,

Sonneratiaceae dan Malvaceae. Tiga suku pertama termasuk kategori takson spesifik mangrove (major mangroves, true mangroves), yang hanya ditemukan di ekosistem mangrove (Tomlinson, 1986).

Jenis Rhizophora apiculata, R. mucronata dan Sonneratia alba mendominasi komunitas mangrove di area studi yang ditunjukkan dengan Nilai Penting yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya, baik pada strata pohon, sapling maupun seedling. Hasil penelitian sebelumnya (Fauziah et al, 2004) menunjukkan bahwa Suku Rhizophoraceae yang terdiri dari jenis R. apiculata dan R. mucronata juga mendominasi vegetasi strata sapling di kawasan hutan mangrove Pulau Bengkalis. Jenis-jenis tersebut umum dijumpai di kawasan hutan mangrove pesisir pantai kawasan indo-malesia (Indonesia dan Malaysia) yang merupakan pusat biogeografi jenis-jenis

tertentu seperti Rhizophora, Bruguiera, Sonneratia, Avicennia, Ceriops, Lumnitzera dan jenis lainnya (Chapman, 1976; Tomlinson, 1986).

Jenis R. apiculata dan Avicennia alba mendominasi zona terluar diikuti oleh jenis R. mucronata, sedangkan jenis Hibiscus tiliaceus banyak terdapat di zona paling dalam yaitu pada batas air pasang tertinggi. Sonneratia alba lebih banyak ditemukan pada daerah pantai dengan substrat lumpur berpasir terutama pada daerah pantai yang berbatasan langsung dengan perairan laut terbuka. Jenis ini dapat ditemukan sebagai tegakan pohon yang berukuran besar di tepi pantai.

Regenerasi Vegetasi

Kemampuan regenerasi

vegetasi mangrove berdasarkan

perbandingan nilai kerapatan antara vegetasi strata pohon dengan

permudaannya pada strata sapling

dan seedling dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 1.

Secara umum kerapatan vegetasi strata pohon

pada masing-masing lokasi kurang dari 1000 individu/ha. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No.201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove, kawasan hutan mangrove Tanjung Sekodi Bengkalis dapat dikategorikan sebagai kawasan hutan mangrove yang sudah rusak.

Kemampuan regenerasi vegetasi pada empat lokasi yang diteliti dianggap masih baik,

Tabel 1. Distribusi vegetasi mangrove strata pohon, sapling dan seedling berdasarkan Nilai Penting di kawasan hutan mangrove Tanjung Sekodi Bengkalis

Nilai Penting Lokasi I Lokasi II Lokasi III Lokasi IV No Jenis

Ph Sp Sd Ph Sp Sd Ph Sp Sd Ph Sp Sd 1 R. apiculata 89,8 95,7 68,2 75,5 98,0 71,5 73,0 93,8 73,6 78,7 95,0 69,7 2 R. mucronata 65,0 65,1 47,6 67,5 55,0 56,3 66,3 67,4 43,1 50,1 74,4 51,7 3 S. alba 63,6 61,5 37,6 63,0 68,1 37,1 94,3 66,9 46,0 73,4 67,3 44,4 4 A. alba 44,2 34,2 34,7 52,7 43,2 27,0 36,2 41,8 28,0 54,9 39,2 29,1 5 H. tiliaceus 37,5 43,5 12,0 41,3 35,6 08,2 30,2 30,1 09,1 43,0 24,2 05,1

Ket. Ph : Pohon, Sp : Sapling, Sd : Seedling

Tabel 2. Kerapatan vegetasi di kawasan hutan mangrove Desa Tanjung Sekodi Bengkalis Kerapatan (individu/ha)

Lokasi I Lokasi II Lokasi III Lokasi IV No Jenis Ph Sp Sd Ph Sp Sd Ph Sp Sd Ph Sp Sd

1 R. apiculata 240 220 870 160 350 1030 90 310 1050 140 290 7702 R. mucronata 200 190 640 140 180 610 70 270 730 90 220 4103 S. alba 150 160 460 100 160 510 110 180 510 130 150 3404 A. alba 120 60 350 100 120 330 40 120 270 90 100 2805 H. tiliaceus 90 80 50 90 80 50 30 90 70 70 50 30

JUMLAH 800 710 2370 590 890 2530 340 970 2630 520 810 1830Ket. Ph : Pohon, Sp : Sapling, Sd : Seedling

Page 4: 1 Nursal-Struktur Dan Komposisi 1-7

Nursal, Fauziah dan Ismiati : Struktur dan Komposisi Vegetasi Mangrove

4

ditunjukkan dengan kerapatan anakan (seedling) lebih dari 1000 individu/ha dan kerapatan sapling lebih dari 240 individu/ha. Dari keseluruhan jenis yang ada, jenis Rhizophora apiculata, R. mucronata, Sonneratia alba dan Avicenia alba mempunyai kemampuan regenerasi yang lebih dibandingkan dengan Hibiscus tiliaceus.

Berdasarkan data sebaran individu strata seedling pada berbagai kelas ketinggian (Tabel 3 dan Gambar 2) diketahui bahwa pada kelas ketinggian 101-150 cm jumlah individu masing-masing jenis

pada umumnya lebih sedikit dibandingkan dengan kelas ketinggian yang lebih rendah. Hal ini membuktikan terjadinya kompetisi intraspesifik

antar individu yang sejenis di dalam komunitasnya. Jenis R. apiculata dan R. mucronata terlihat mempunyai sebaran individu yang lebih baik pada berbagai tingkatan umur sehingga regenerasinya akan dapat berlangsung lebih cepat di masa yang akan datang. Jumlah individu pada kelas ketinggian 10-50 cm mempunyai kerapatan yang lebih banyak dibandingkan dengan kelas ketinggian 51-100 cm dan 101-150 cm. Hal ini menunjukkan kemampuan menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak dan sebagian besar (lebih dari 50%) individu anakan yang ada dapat tumbuh

mencapai kelas ketinggian berikutnya yaitu 51-100 cm dan 101-150 cm.

Hasil pengukuran parameter lingkungan pada 4 lokasi yang diteliti dicantumkan pada Tabel 3.

Data hasil pengukuran parameter lingkungan mengindikasikan adanya keterbukaan lahan terutama pada kawasan hutan mangrove yang berada di dekat pemukiman penduduk (lokasi 2) dan hutan mangrove yang berdekatan dengan tambak (lokasi 4). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran suhu udara yang lebih tinggi dan

kelembaban udara yang lebih rendah dibandingkan dengan lokasi hutan mangrove alami (lokasi 1). Adanya keterbukan lahan juga diindikasikan dari

berkurangnya kerapatan vegetasi, terutama pada strata pohon dan sapling KESIMPULAN

Komunitas mangrove desa Tanjung Sekodi Bengkalis terdiri dari jenis Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, Avicennia alba dan Hisbiscus tilliaceu.

Vegetasi mangrove didominasi oleh jenis Rhizophora apiculata, Rhizophora

muronata dan Sonneratia alba, baik pada strata pohon, sapling maupun seedling.

Jenis Rhizophora apiculata dan Rhizophora muronata mempunyai kemampuan regenerasi yang lebih baik dibandingkan dengan jenis lainnya. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2004. Program Pendampingan Community

Development (II). Pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam. Laporan Akhir, Cofish Project dan PT. Ayamaru Bakti Pertiwi. Bengkalis

Tabel 3. Sebaran jumlah individu vegetasi strata seedling berdasarkan kelas ketinggian (cm) di kawasan hutan mangrove Tanjung Sekodi Bengkalis

Jumlah indiividu berdasarkan kelas ketinggian (cm) Lokasi I Lokasi II Lokasi III Lokasi IV No Jenis

10-50 51-100 101-150 10-50 51-100 101-150 10-50 51-100 101-150 10-50 51-100 101-1501 R. apiculata 50 20 17 65 33 5 47 39 11 28 35 14 2 R. mucronata 30 25 9 21 35 11 23 41 9 21 18 2 3 S. alba 16 23 7 45 6 0 51 0 0 9 20 5 4 A. alba 25 0 10 13 16 4 11 9 7 15 7 6 5 H. tiliaceus 5 0 0 0 3 2 0 6 1 0 0 3

JUMLAH 126 68 43 144 93 22 132 95 28 73 80 30 Ket. Ph : Pohon, Sp : Sapling, Sd : Seedling

Tabel 4. Hasil pengukuran parameter lingkungan di kawasan hutan mangrove Tanjung Sekodi Bengkalis

Lokasi No Parameter

I II III IV 1 PH Tanah 5.9 5.9 6.0 5.9 2 Suhu Udara ( 0C ) 27 28 27 30 3 Suhu air ( 0 C ) 30 30 28 30 4 Kelembaban udara (%) 67 66 67 64 5 Salinitas (0/00) 23 23 23 24 6 Kadar Organik 28.36 29.83 29.00 28.41 7 Kelas Tekstur Sedimen Lumpur Lumpur Lumpur Lumpur

Page 5: 1 Nursal-Struktur Dan Komposisi 1-7

Nursal, Fauziah dan Ismiati : Struktur dan Komposisi Vegetasi Mangrove

5

Bengen, D.G. 2001. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Penerbit IPB. Bogor.

Causton, D.R. 1988. Introduction to Vegetation Analysis. Principles, practice and interpretation. Unwin Hyman. London.

Chapman, V.J. 1976. Mangrove Vegetation. J. Cramer. Vadus.

Fauziah, Y., Nursal dan Supriyanti. 2004. Struktur dan Penyebaran Vegetasi Strata Sapling di Kawasan Hutan Mangrove Pulau Bengkalis Propinsi Riau. J. Biogenesis 1(1)

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 Tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penetuan Kerusakan Mangrove

Ludwig, J.A. and J.F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology. A Primer on Methods and Computing. John Wiley and Sons. New York.

Muller-Dombois, D. dan H. Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. John Wiley & Sons. New York.

Nirarita, C.H.E., P. Wibowo, S. Susanti, D. Padmawinata, Kusmarini, M. Syarif, Y. Hendriani, Kusniangsih, dan L. Sinulingga. 1996. Ekosistem Lahan Basah Indonesia. Buku panduan untuk guru dan praktisi pendidikan. Diterbitkan kerjasama Wetlands International-Indonesia Programme Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Canada Foundation dan Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam. Bogor.

Noor, Y.R., M. Khazali, dan N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Wetlands International Indonesia Programe. Bogor.

Tomlinson, P.B. 1986. The Botany of Mangroves. Cambridge University Press. London.

Zieren, M., Suhara, O., dan Budhi, D.K., 1997, Coastal Zone Environmental Profile of Riau Province Indonesia, PT. Ardes Perdana, Pekanbaru

Page 6: 1 Nursal-Struktur Dan Komposisi 1-7

Nursal, Fauziah dan Ismiati : Struktur dan Komposisi Vegetasi Mangrove

6

0

200

400

600

800

1000

1200

Ker

apat

an (i

nd/h

a)

Ra Rm Sa Aa HtJenis

PohonSaplingSeedling

0

200

400

600

800

1000

1200K

erap

atan

(ind

/ha)

Ra Rm Sa Aa Ht

Jenis

PohonSaplingSeedling

0200400600800

10001200

Ker

apat

an (i

nd/h

a)

Ra Rm Sa Aa Ht

Jenis

PohonSaplingSeedling

0200400600800

10001200

Ker

apat

an (i

nd/h

a)

Ra Rm Sa Aa Ht

Jenis

PohonSaplingSeedling

Gb. 1.1. Kerapatan vegetasi mangrove di hutan alami

Gb. 1.2. Kerapatan vegetasi mangrove di lokasi dekat pemukiman penduduk

Gb. 1.3. Kerapatan vegetasi mangrove di dekat lokasi dapur arang

Gb. 1.4. Kerapatan vegetasi mangrove di dekat lokasi tambak

Page 7: 1 Nursal-Struktur Dan Komposisi 1-7

Nursal, Fauziah dan Ismiati : Struktur dan Komposisi Vegetasi Mangrove

7

0

25

50

75Ti

nggi

(cm

)

Ra Rm Sa Aa Ht

Jenis

10-50cm51-100cm101-150cm

0

25

50

75

Ting

gi (c

m)

Ra Rm Sa Aa Ht

Jenis

10-50cm51-100cm101-150cm

Gb. 2.1. Sebaran ketinggian anakan

mangrove di hutan alami

Gb. 2.2. Sebaran ketinggian anakan mangrove di hutan dekat pemukiman

0

25

50

75

Ting

gi (c

m)

Ra Rm Sa Aa HtJenis

10-50cm51-100cm101-150cm

0

25

50

75Ti

nggi

(cm

)

Ra Rm Sa Aa HtJenis

10-50cm51-100cm101-150cm

Gb. 2.3. Sebaran ketinggian anakan mangrove di

hutan dekat dapur arang

Gb. 2.4. Sebaran ketinggian anakan mangrove di dekat tambak udang

Ket. Ra : Rhyzophora apiculata, Rm : Rhyzophora mucronata, Sa : Sonneratia alba, Aa : Avicennia alba Ht : Hibiscus tiliaceus