23
MEMBUAT CATATAN PUSTAKA Annotated Bibliography Yoseph Yapi Taum

04-1 Membuat Catatan Pustaka

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cara membuat catatan pustaka

Citation preview

Page 1: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

MEMBUAT CATATAN PUSTAKAAnnotated Bibliography

Yoseph Yapi Taum

Page 2: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

Writing a good manuscript is Not Easy!

Be prepared to work hard on it!

Page 3: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

Lingkup Materi Kuliah:

1) Apa itu Catatan Pustaka? 2) Apa Perbedaan Catatan Pustaka dan

Abstrak? 3) Apa Fungsi Catatan Pustaka?4) Apa Sajakah Sumber-sumber Pustaka? 5) Bagaimana Membuat Catatan Pustaka?6) Contoh Catatan Pustaka7) Tugas Membuat Catatan Pustaka

Page 4: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

1. Apa itu Catatan Pustaka?

Catatan Pustaka (Annotated Bibliography) adalah sebuah catatan yang menginformasikan secara singkat dan padat sumber data, isi ringkas, dan kutipan-kutipan dari sumber-sumber pustaka yang akan dijadikan referensi utama sesuai dengan topik dan tema tulisan.

Page 5: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

Mengapa Catatan Pustaka?

Mencari dan menemukan bahan tulisan adalah tahap yang sangat menentukan dalam proses penulisan sebuah artikel/tulisan ilmiah.

Tidak ada tulisan bermutu tanpa bahan referensi!

Page 6: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

2. Perbedaan Catatan Pustaka dan Abstrak

Abstracts adalah sebuah ringkasan yang bersifat deskriptif yang biasa ditemukan pada bagian awal jurnal ilmiah atau skripsi.

Catatan Pustaka adalah tinjauan kritis yang mengungkap sudut pandang pengarang; kejelasan, kelayakan, dan otoritas pengarangnya.

Page 7: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

3. Fungsi Catatan Pustaka

Memudahkan penulis dalam mengingat dan menulis pustaka acuan.

Memudahkan penulis dalam mengutip pendapat orang lain Plagiarisme!

Membaca tanpa mengingat apapun yang ditulis sama dengan tidak membaca.

Page 8: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

4. Apa sajakah Sumber-sumber Pustaka?

1. Sumber Offline (Offline Resources): Sumber-sumber tulisan yang berasal dari buku, majalah, surat kabar, catatan harian, kliping, dan manuskrip).

Page 9: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

2. Sumber Online (Online Resources): Sumber-sumber tulisan yang berasal dari media online (internet) yang mudah diakses melalui search engine. Catat dengan benar sumber website dan tanggal aksesnya.

Page 10: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

3. Sumber Lisan (Oral Resources): Sumber-sumber yang berasal dari wawancara lisan (langsung) terhadap nara sumber.

TEKNIK WAWANCARA (?)

Page 11: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

5. Bagaimana Teknik Membuat Catatan Pustaka?

1. Catat sumber informasi Anda dengan teknik yang menyerupai pembuatan Daftar Pustaka. Tuliskan nama pengarang, judul karangan, kota dan nama penerbit, tahun terbit.

2. Buatlah isi ringkas sumber data tersebut, yaitu sebuah deskripsi singkat tentang pokok pembicaraan, yang meliputi: who, what, where, when, how, and why.

3. Bila diperlukan: catat kutipan-kutipan penting yang sangat diperlukan.

Page 12: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

CATATAN PUSTAKA6. DUA CONTOH

Page 13: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

Collective Cambodian Memories of Pol Pot Khmer Rouge Regime

Elizabeth Becker, When the War Was Over: The Voices of Cambodia's Revolution and Its People (New York: Public Affairs, 1996).

This book covers the KR period and the period of the 1980s prior to the Paris Peace Accords. Beginning with the KR overthrow of the U.S.-backed Lon Nol regime in 1975, Becker examines the historical patterns of violence and authority within Cambodian culture that made the KR slaughter of close to 2 million people possible. Becker integrates interviews with Cambodian leaders and ordinary citizens with a penetrating analysis of the politics of the cold war and humanitarianism.

David P. Chandler, Brother Number One: A Political Biography of

Pol Pot, Revised edition (Boulder: Westview Press, 1999). This is more than a biography of enigmatic KR leader Pol Pot. It traces the

Cambodian communist movement throughout the 1950s and 1960s up until the end of Pol Pot's life in 1998. This book is the first comprehensive, scholarly analysis of the biography of KR enigmatic leader. Using hundreds of interviews with survivors, Chandler, the leading authority on Cambodia history, meticulously examines Pol Pot's biography and clears up many misconceptions about Pol Pot.

Page 14: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

David Chandler, Voices from S-21: Terror and History in Pol Pot's Secret Prison, Second Edition (Chiang Mai: Silkworm Books, 2000).

Chandler gives a remarkably deep analysis of Pol Pot's secret prison S-21, which within the auto-genocide of the Cambodian people stands out as a haunting symbol. David Chandler has made extensive use of the archives of S-21, with photographs and "confessions" to show the absurd paranoia of the leaders in Democratic Kampuchea. This book provides important insights into the purges during the KR period. It takes a historian's approach to exploration of the questions many Cambodians struggle with: "how and why did all the killing and suffering happen?" described in scholarly and well-written detail.

Karl D. Jackson, Cambodia 1975-1978: Rendezvous with Death (Princeton, NJ: Princeton University Press, 1989).

This collection of nine essays about the Pol Pot Regime is an invaluable resource for a student of that period. It is not a very good historical overview (read Chandler's book for that), but it provides several excellent sources for analyses of specific sides of the DK regime. Particularly interesting (for me, anyway) were the chapters on the intellectual origins of the KR, a topic that is often mentioned but rarely explored with the depth found here. Kenneth Quinn, one of the contributors, finished an appointment as US ambassador to Cambodia in July 1999.

Page 15: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

Ben Kiernan, The Pol Pot Regime: Politics, Race and Genocide in Cambodia under the Khmer Rouge, 1975-1979 (New Haven: Yale University Press, 1996).

Australian author Ben Kiernan is one of the leading scholars on Cambodia and one of the leaders of Yale's genocide information project. In The Pol Pot Regime, Kiernan presents the first definitive account of the four-year reign of terror known as "Democratic Kampuchea." Working very closely with Cambodian sources, including interviews with hundreds of survivors and the archived "confessions" extracted by the KR from political prisoners just before their execution, Kiernan depicts the horrific nature of Pol Pot and his thugs with chilling specificity, and his historical analysis makes a valuable contribution to understanding how they were able to come to power in the wake of the Vietnam War.

François Ponchaud, Cambodia Year Zero, translated from the French by Nancy Amphoux (London: Allen Lane)1978.

Father Ponchaud has worked in Cambodia or with Cambodians since 1965. He wrote this book in French in 1976 after hearing many accounts of Cambodian refugees about what had happened to them during the first part of the Pol Pot regime. It includes his own first-person account of the first weeks of the regime.

Page 16: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

“Fenomena Seks Bebas di Kota-Kota Besar di Indonesia”

Moammar Emka, Jakarta Under Cover, Sex ‘n the City (Jogjakarta : Galang Press, 2002).

Buku ini menceritakan sisi gelap kehidupan seks 'liar‘ di kota Jakarta. Buku ini berbeda karena berani dan sensasional mengungkap perilaku seks masyarakat metropolitan. Meskipun seks itu bisa dikatakan sebagai sebuah kenikmatan bagi setiap orang, tapi pada kenyataannya setiap orang punya keinginan, pandangan dan cara yang berbeda untuk merealisasikannya. Dalam skala yang lebih luas, buku ini menunjukkan satu sisi penting dalam hidup manusia bahwa seks adalah anugerah Tuhan yang penuh sensasi, yang tidak saja harus dipertanggungjawabkan secara moral tapi juga agama. Emka menulis buku ini dengan investigasi secara mendalam selama bertahun-tahun dengan pendekatan personal, clubbing, nongkrong bareng, curhat, sampai wawancara.

 Herlinatiens, Garis Tepi Seorang Lesbian (Jogjakarta : Galang Press, 2003).

  Buku ini merupakan sebuah novel berisi kisah seorang wanita yang pernah sakit hati dan perasaan yang muncul secara alami karena proses yang dialaminya, dia menjadi seorang lesbian. Kisah ini terkesan dramatis karena secara gamblang menceritakan tentang pengorbanannya demi cinta, demi perasaannya yang terkoyak. Buku ini mampu mempermainkan perasaan pembaca sehingga buku ini terjual sebanyak 8500 eksemplar.

Page 17: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

Peggy Melati Sukma, Selingkuh Itu Indah (Jogjakarta : Galang Press, 2002).

  Peggy Melati Sukma dengan terang-terangan mengaku bahwa selingkuh itu indah. Dalam novelnya yang berjudul sama (Selingkuh Itu Indah), Peggy menjelaskan bahwa selingkuh itu tidak salah. Selingkuh merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kegalauan di hati dan melepaskan segala beban. Meskipun merupakan karya yang mampu meraih perhatian pembaca dan merupakan karya luar biasa, tetapi dengan adanya buku-buku seperti ini dapat mempengaruhi ideologi para pembaca sehingga tak jarang terjadi perselingkuhan bahkan kasus perceraian.

  Iip Wijayanto, Sex in the Kost - Realitas dan Moralitas Seks Kaum

“Terpelajar” (Jogjakarta : Penerbit Tinta, 2003).  Buku ini mengungkapkan perilaku dan transaksi seks di rumah-

rumah kos mahasiswa di kota pelajar Jogjakarta. Iip telah lama meneliti persoalan seks di berbagai rumah kos di Jogjakarta. Buku ini menguak dengan jelas dan vulgar segala tingkah para mahasiswa maupun wanita-wanita malam yang menggunakan kos sebagai tempat melepaskan birahi. Sejak terbit pertama kali, buku Sex in the Kost sudah tercetak sebanyak 25.000 eksemplar.

Page 18: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

Marthen Sihaan, “Seks Bebas Jadi Pergaulan yang Lumrah”, Diunduh dari http://www.jawapos.co.id tanggal 14 September 2010.

Seks bebas sudah menjadi satu bentuk pergaulan yang lumrah

bagi sebagian besar mahasiswa Jogjakarta. Mereka menganggap seks bukan lagi sesuatu yang tabu untuk dilakukan, meskipun tanpa ikatan pernikahan yang sah. Beberapa hal yang menarik, seks bebas nampak juga tidak berkorelasi posotif dengan konsumsi narkoba. Banyak di antara mahasiswa yang bermesraan dilanjutkan dengan hubungan seks bersama pacarnya di tempat kost, ditambah lagi masyarakat sekitar yang cenderung tidak mau tahu dengan apa yang terjadi di kalangan mereka.

Heru Atmojo, ”Tiga Kawasan Kehidupan Malam”, Diunduh dari http://www.global word.org/rumbs, tanggal 19 September 2010.

Tiga kawasan ini, kota dan sekitarnya, Jakarta Selatan dan

sekitarnya, serta Grogol dan sekitarnya memiliki denyut kehidupan malam yang memiliki ciri satu dengan yang lainnya. Persaingan tentu tidak hanya antara kawasan dengan kawasan, tapi juga antar tempat-tempat dalam satu kawasan. Juga persaingan antar tempat yang yang lokasinya berbatasan antara satu kawasan dengan kawasdan lain.

Page 19: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

SUMBER LISANCara Menuliskan Catatan Pustaka

Page 20: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

TRADISI DAN TRANSFORMASI CERITA WATO WELE-LIA NURATDALAM SASTRA LISAN FLORES TIMUR

Markus Ratu Badin, (67), Petani, tua adat desa Riang Kamie. Wawancara tanggal 18 Juli 2008 oleh Kanisius Pati (21), Mahasiswa, di Desa Riang Kamie.

Wato Wele-Lia Nurat adalah tokoh mistis yang merupakan asal-

usul masyarakat Flores Timur. Kedua tokoh ini berasal dari Nabi Nuh yang diutus dan menetap di Ile Mandiri. Cerita Wato Wele-Lia Nurat melegitimasi pemilikan tanah di seputar Ile Mandiri.

Philipus Koten, (45), Guru SD, Desa Lewohala. Wawancara tanggal 20 Juli 2008 oleh Kanisius Pati (21) Mahasiswa, di Desa Lewohala.

Lia Nurat berasal dari Suku Soge (Maumere). Ia menempati

puncak gunung Ile Mandiri. Perkawinan incestnya dengan Wato Wele membuahkan delapan anak, yang kemudian menempati wilayah gunung.

Page 21: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

BUATLAH CATATAN PUSTAKA ANDA, MINIMAL 10 SUMBER

Tugas (PR):

Page 22: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

Tuliskan: 1) Judul Artikel Ilmiah Akademis Anda.2) Tuliskan 10 sumber Catatan Pustaka

Anda dengan catatan: 5 sumber offline (buku) dan 10 sumber online.

3) Jangan lupa menulis: Nama Lengkap, Nomor Mahasiswa, Kelas, dan Jurusan.

Page 23: 04-1 Membuat Catatan Pustaka

SELAMAT BERLATIH!