7
Jurnal Antiterorisme The Guardian Musim Gugur 2011 | Vol 13, Edisi 3 Para Pembaca Guardian, Kami telah melewati jalan yang cukup panjang dalam memerangi terorisme sejak terjadinya peristiwa serangan 9/11. Kami juga telah membawa pertempuran ini langsung ke hadapan musuh-musuh di luar negeri, menggiring mereka keluar dari tempat persembunyian mereka nyaris di mana pun mereka berada, dan pada saat yang bersamaan menekan rasio rentannya berjuta-juta personel militer kami beserta keluarga mereka terhadap berbagai bentuk serangan teroris. Terorisme, sebagai sebuah filosofi dan taktik, kian menjadi sebuah pilihan hidup yang amat tidak bijaksana bagi para kaum ekstrimis, dan adalah tekad kami untuk tetap menjadikannya demikian. Di dalam negeri, Department of Defense/DOD (Departemen Pertahanan) terus memberi dukungan krusial kepada para mitra lintas agensi kami, khususnya Departemen Keamanan Dalam Negeri serta komunitas intelijen pada umumnya. Bersama-sama kami telah membuat negara kami menjadi lebih aman, namun tetap saja ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan. Kami masih memiliki beberapa tantangan penting yang perlu diatasi, seperti pengendalian wilayah perbatasan, keamanan transportasi, serta kesiapan dan tindakan dalam situasi darurat, selain juga kemampuan untuk mengambil berbagai keputusan pelik seputar manajemen risiko dalam batasan anggaran yang semakin ketat. Khusus untuk DOD, kami tetap harus melanjutkan segala upaya untuk menangkal berbagai bahaya akibat ancaman yang berasal dari dalam, serta memahami konsep bahwa Force Protection/FP (Perlindungan Satuan) ternyata membutuhkan lebih dari sekadar meningkatkan jumlah penjaga, senapan, maupun peluru di sepanjang garis pertahanan belaka. Seperti biasanya, The Guardian Antiterrorism Journal menyajikan pandangan yang lebih luas mengenai beberapa tantangan yang dihadapi oleh komunitas AT (Antiterrorism/Anti Terorisme)/FT (Force Protection/Perlindungan Kekuatan): Dalam Force Protection Detachment Indonesia: Setting the Standard for Security in the Ring of Fire, sang penulis, seorang agen Naval Criminal Investigative Service/NCIS (Dinas Penyelidikan Kriminal Angkatan Laut) Amerika Serikat, memaparkan pelajaran-pelajaran yang ia dapatkan ketika memimpin upaya FP di salah satu kawasan labil di dunia. Dalam Intelligence Preparation of the Garrison Environment , sang penulis memperlihatkan bagaimana mengaplikasikan metodologi Intelligence Preparation of the Battlefield / IPB (Persiapan Intelijen Pada Medan Tempur) guna merencanakan AT. Active Shooter Lessons Learned from the 2011 Norway Attack memberikan analisa lugas mengenai peristiwa penyerangan terburuk dalam sejarah yang dilakukan oleh seorang pelaku tunggal bersenjata, serta menilik apakah ada pelajaran konkret yang bisa dipetik dari musibah tersebut. Persoalan ini juga membahas Terrorist Use of Body Packing (Peggunaan Kemasan Tubuh oleh Teroris) sebagai sebuah cara untuk mengelabui personel keamanan penerbangan serta Terrorist Use of Symbolic Dates (Penggunaan Tanggal-tanggal Simbolis oleh Teroris) untuk mendayagunakan tanggal-tanggal penting tertentu dalam melakukan penyerangan. Penulis What Is Geotagging? membahas adanya titik rawan baru yang timbul karena aktivitas pengunggahan foto digital melalui jaringan internet. Berkat pengabdian Anda, kekhawatiran akan aksi terorisme di Amerika Serikat saat ini bisa jadi tidak separah yang dirasakan pada tahun 2001, walau begitu, ancaman tersebut sepertinya tidak akan lenyap begitu saja dalam waktu dekat ini. Seperti yang telah dikatakan secara begitu akurat oleh direktur CIA yang baru, David Petraeus, “Kami harus siap… menjalani semua ini untuk jangka panjang.” Sebagai insan AT/FP profesional, kami senantiasa memberikan kontribusi kami, tidak hanya dalam menghalau atau menekan berbagai jenis ancaman di masa mendatang melalui

Force Protection Detachment Indonesia - Setting the Standard for Security in the Ring of Fire - The Guardian - Fall 2011 - Bahasa Indonesian version

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Force Protection Detachment Indonesia - Setting the Standard for Security in the Ring of Fire - The Guardian - Fall 2011 - Bahasa Indonesian version

Jurnal Antiterorisme The Guardian Musim Gugur 2011 | Vol 13, Edisi 3

Para Pembaca Guardian,

Kami telah melewati jalan yang cukup panjang dalam memerangi terorisme sejak terjadinya

peristiwa serangan 9/11. Kami juga telah membawa pertempuran ini langsung ke hadapan

musuh-musuh di luar negeri, menggiring mereka keluar dari tempat persembunyian mereka

nyaris di mana pun mereka berada, dan pada saat yang bersamaan menekan rasio rentannya

berjuta-juta personel militer kami beserta keluarga mereka terhadap berbagai bentuk serangan

teroris. Terorisme, sebagai sebuah filosofi dan taktik, kian menjadi sebuah pilihan hidup yang

amat tidak bijaksana bagi para kaum ekstrimis, dan adalah tekad kami untuk tetap

menjadikannya demikian.

Di dalam negeri, Department of Defense/DOD (Departemen Pertahanan) terus memberi dukungan krusial

kepada para mitra lintas agensi kami, khususnya Departemen Keamanan Dalam Negeri serta komunitas intelijen

pada umumnya. Bersama-sama kami telah membuat negara kami menjadi lebih aman, namun tetap saja ada

pekerjaan lain yang harus diselesaikan. Kami masih memiliki beberapa tantangan penting yang perlu diatasi, seperti

pengendalian wilayah perbatasan, keamanan transportasi, serta kesiapan dan tindakan dalam situasi darurat, selain

juga kemampuan untuk mengambil berbagai keputusan pelik seputar manajemen risiko dalam batasan anggaran

yang semakin ketat. Khusus untuk DOD, kami tetap harus melanjutkan segala upaya untuk menangkal berbagai

bahaya akibat ancaman yang berasal dari dalam, serta memahami konsep bahwa Force Protection/FP (Perlindungan

Satuan) ternyata membutuhkan lebih dari sekadar meningkatkan jumlah penjaga, senapan, maupun peluru di

sepanjang garis pertahanan belaka.

Seperti biasanya, The Guardian Antiterrorism Journal menyajikan pandangan yang lebih luas mengenai beberapa

tantangan yang dihadapi oleh komunitas AT (Antiterrorism/Anti Terorisme)/FT (Force Protection/Perlindungan

Kekuatan):

• Dalam Force Protection Detachment Indonesia: Setting the Standard for Security in the Ring of Fire, sang

penulis, seorang agen Naval Criminal Investigative Service/NCIS (Dinas Penyelidikan Kriminal Angkatan Laut)

Amerika Serikat, memaparkan pelajaran-pelajaran yang ia dapatkan ketika memimpin upaya FP di salah satu

kawasan labil di dunia.

• Dalam Intelligence Preparation of the Garrison Environment, sang penulis memperlihatkan bagaimana

mengaplikasikan metodologi Intelligence Preparation of the Battlefield / IPB (Persiapan Intelijen Pada Medan

Tempur) guna merencanakan AT.

• Active Shooter Lessons Learned from the 2011 Norway Attack memberikan analisa lugas mengenai peristiwa

penyerangan terburuk dalam sejarah yang dilakukan oleh seorang pelaku tunggal bersenjata, serta menilik

apakah ada pelajaran konkret yang bisa dipetik dari musibah tersebut.

• Persoalan ini juga membahas Terrorist Use of Body Packing (Peggunaan Kemasan Tubuh oleh Teroris) sebagai

sebuah cara untuk mengelabui personel keamanan penerbangan serta Terrorist Use of Symbolic Dates

(Penggunaan Tanggal-tanggal Simbolis oleh Teroris) untuk mendayagunakan tanggal-tanggal penting tertentu

dalam melakukan penyerangan. Penulis What Is Geotagging? membahas adanya titik rawan baru yang timbul

karena aktivitas pengunggahan foto digital melalui jaringan internet.

Berkat pengabdian Anda, kekhawatiran akan aksi terorisme di Amerika Serikat saat ini bisa jadi tidak separah yang

dirasakan pada tahun 2001, walau begitu, ancaman tersebut sepertinya tidak akan lenyap begitu saja dalam waktu

dekat ini. Seperti yang telah dikatakan secara begitu akurat oleh direktur CIA yang baru, David Petraeus, “Kami harus

siap… menjalani semua ini untuk jangka panjang.” Sebagai insan AT/FP profesional, kami senantiasa memberikan

kontribusi kami, tidak hanya dalam menghalau atau menekan berbagai jenis ancaman di masa mendatang melalui

Page 2: Force Protection Detachment Indonesia - Setting the Standard for Security in the Ring of Fire - The Guardian - Fall 2011 - Bahasa Indonesian version

pelaksanaan program-program AT yang tangguh dan intelek, namun juga dengan berbagi semua pelajaran yang dapat

dipetik dari berbagai jurnal dan tabloid berita seperti jurnal kami ini.

Respon dari Anda sangat kami tunggu.

JEFF W. MATHIS Mayor

Jenderal, AS

Deputi Direktur Antiterorisme/Keamanan Dalam Negeri

Page 3: Force Protection Detachment Indonesia - Setting the Standard for Security in the Ring of Fire - The Guardian - Fall 2011 - Bahasa Indonesian version

3 THE GUARDIAN • MUSIM GUGUR 2011

DETASEMEN PENGAMANAN SATUAN INDONESIA

Kevin Aurell dari Wikipedia berbahasa Indonesia

Menetapkan Standar Keamanan di Wilayah “Lingkaran Api”

Oleh Scott M. Bernat

FPD Indonesia telah menyongsong dan melampaui tantangan yang ada, dan berhasil menetapkan

standar bagi program keamanan di wilayah Asia Pasifik

Force Protection Detachment (FPD)/Detasemen Pengamanan

Satuan Indonesia, yang berada di bawah komando U.S. Naval

Criminal Investigative Service (NCIS)/Badan Penyelidikan

Kriminal Angkatan Laut A.S., menjadi lini depan pertahanan

bagi semua kekuatan DOD yang tengah berkunjung dan

mengadakan latihan di Indonesia. Terletak di wilayah yang

disebut “Lingkaran Api” Pasifik karena banyaknya jumlah

gunung berapi aktif serta tingginya frekuensi gempa bumi di

daerah tersebut, Indonesia terdiri atas 17.500 pulau dengan

populasi yang hampir mencapai 240 juta jiwa, menjadikan

negara tersebut sebagai negara terpadat nomor empat di dunia1.

Di Indonesia, Islam menjadi agama mayoritas. Semboyan

negara, yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”, begitu mencerminkan

kemajemukan suku bangsa, bahasa, dan karakter kebudayaan

yang dimiliki Indonesia. Dinamisnya berbagai aspek geografis

dan demografis negara tersebut, mencakup ancaman nyata aksi

terorisme, kemungkinan terjadinya berbagai bencana alam,

dilema seputar keutuhan masyarakat, serta kemelut publik,

memberikan tantangan signifikan tersendiri bagi keselamatan

dan keamanan para personel DOD yang tengah transit. FPD

Indonesia telah menyongsong dan melampaui tantangan ini dan

berhasil menetapkan standar bagi program keamanan di wilayah Asia

Pasifik.

Titik Awal

Serangan teroris yang menimpa kapal USS COLE

(DDG-67) di Pelabuhan Aden, Yaman, pada tanggal 12

Oktober 2000 memprakarsai kebutuhan akan adanya

dukungan keamanan yang lebih baik bagi para personel

dan aset DOD yang tengah transit di lokasi-lokasi

mancanegara tanpa adanya personel keamanan DOD

permanen. Komisi USS COLE yang diserahi tugasuntuk

menyelidiki berbagai penyebab yang berbuntut aksi

penyerangan tersebut, telah menggarisbawahi kebutuhan

ini, sehingga dimulailah program FPD secara

keseluruhan. Misi utama FPD adalah untuk mendeteksi

dan memberi peringatan akan adanya ancaman bagi

personel dan sumber daya DOD, selain juga bertindak

sebagai kekuatan pengganda FP untuk Tim Negara

Kedutaan Besar Amerika di masing-masing lokasi kerja

mereka di luar negeri.

Page 4: Force Protection Detachment Indonesia - Setting the Standard for Security in the Ring of Fire - The Guardian - Fall 2011 - Bahasa Indonesian version

THE GUARDIAN • MUSIM GUGUR 2011 4

NEGARA TERPADAT KEEMPAT. Berada dalam

wilayah yang disebut “Lingkaran Api” karena

banyaknya gunung berapi aktif dan tingginya frekuensi

gempa bumi, Indonesia terdiri dari 17.500 pulau

dengan populasi yang hampir mencapai 240 juta jiwa.

Peran ini termasuk bekerja sama dengan personel keamanan

negara tuan rumah guna menciptakan mekanisme peringatan

dan pengamanan terhadap ancaman. Misi-misi FPD lainnya

meliputi dukungan kontraintelijen dan layanan FP kepada para

tim negara, kriminal dan reaksi penyelidikan kontraterorisme,

dan kemampuan maju ke garis depan dalam situasi krisis

dan/atau darurat.2 Saat ini ada sekitar 38 buah kantor FPD di

seluruh dunia, dengan rencana membuka kantor-kantor

tambahan lainnya.

FPD Indonesia

FPD Indonesia yang berlokasi di gedung Kedutaan Besar

Amerika di Jakarta mulai beroperasi penuh pada tahun 2009.

Sebagai komponen dari Kantor Lapangan NCIS Singapura, para

personel FPD terdiri dari seorang Agen Kepala NCIS, seorang

Agen Khusus Angkatan Darat A.S., dan seorang staf Asisten

Manajemen Kantor. Dengan berkoordinasi erat dengan Kantor

Keamanan Regional (Regional Security Office/RSO) Kedutaan

Besar Amerika, Kantor Atase Pertahanan (Defense Attaché

Office/DAO), serta Kantor Kerjasama Pertahanan (Office of

Defense Cooperation/ODC), FPD merupakan pihak yang

berwenang dalam mengembangkan, mengoordinasikan, serta

mengawasi arus informasi FP dan keamanan untuk sekitar 140

perhelatan per tahunnya, termasuk latihan militer, lawatan

pesawat dan kapal, kunjungan para kepala staf dan perwira

tinggi Amerika, serta berbagai perhelatan lainnya. Keseluruhan

fungsi ini tidak hanya mendukung segala kepentingan Amerika,

namun juga meningkatkan keamanan segenap masyarakat

Indonesia dan internasional secara signifikan. Melalui kerja

sama erat dan bantuan dari Tentara Nasional Indonesia (TNI)

dan juga Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri),

aktivitas FPD Indonesia menaruh fokus pada kewaspadaan dan

penekanan ancaman, keamanan fisik, penilaian risiko dan studi

kelemahan, kesiapan darurat, perencanaan dan pengerahan aksi

krisis, perlindungan personel eksekutif, serta penyelidikan.

Misi utama FPD adalah untuk mendeteksi dan memberi peringatan akan adanya ancaman terhadap personel dan sumber daya DOD yang tengah transit, selain juga bertindak sebagai sebuah kekuatan pengganda FP untuk Tim Negara Kedutaan Besar Amerika di masing-masing lokasi kerja mereka di luar negeri.

FPD juga didukung oleh para personel dan tim spesialis FP

dari NCIS, Kantor Investigasi Khusus Angkatan Udara

Amerika (U.S. Air Force Office of Special

Investigations/AFOSI), dan Korps Marinir Amerika (U.S.

Marine Corps/USMC) saat dibutuhkan sebagai suatu

komponen angkatan bersenjata.

Kunci Keberhasilan: Informasi

Kunci untuk menjaga agar personel dan aset tetap selamat

dan aman adalah dengan memastikan agar informasi

mengenai ancaman selalu terbaru dan disebarluaskan tepat

wakt. Kordinasi, kerja sama, dukungan sesama, serta berbagi

informasi sangatlah krusial untuk mengidentifikasi dan

menekan ancaman. FPD mewujudkan ini dengan memadukan dan

menggunakan semua sumber daya yang ada, termasuk yang terkait

dengan kedutaan besar Amerika dan kedutaan besar asing lainnya,

pihak TNI dan Polri, relasi komunitas ekspatriat dan bisnis, dan

relasi profesional lainnya, termasuk juga perusahaan keamanan

sektor komersial dan swasta yang berada di wilayah Indonesia dan

regional. Membangun relasi dan pertalian melalui hubungan dan

jaringan sangatlah krusial dalam pengembangan sebuah program

pengamanan yang baik dan menyeluruh.

Bekerja sama erat dan ooperation and bahu-membahu dengan

RSO Kedutaan Besar Amerika, para personel FPD merupakan

peserta aktif dalam Konsulat Penasihat Keamanan Luar Negeri

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (U.S. Department of

State Overseas Security Advisory Council/OSAC)3,selain juga

sebagai kontributor artikel rutin mengenai ketentuan keselamatan

dan keamanan untuk majalah Kamar Dagang Amerika di Indonesia,

The Executive Exchange.4 Selain itu, para personel FPD adalah

anggota Grup Keamanan dan Krisis Asia/Asia Crisis and Security

Group5 dan ASIS International6, yang merupakan organisasi yang

mendedikasikan diri untuk memajukan bantuan dan kerja sama

keamanan. Interaksi dan keterlibatan ini di dalam segenap

komunitas keamanan tidak hanya menjadikan FPD sebagai sebuah

mitra keamanan, namun juga secara dramatis memperluas otoritas

lembaga tersebut untuk memperoleh informasi krusial melalui

sebuah jaringan relasi ekstensif dan menyeluruh.

Komando Pasifik A.S. (The U.S. Pacific Command/PACOM),

Pusat Peringatan Ancaman Ganda NCIS (NCIS Multiple Threat

Alert Center), serta layanan pusat informasi komponen satuan

lainnya memainkan peranan penting dalam proses ini dengan

mengumpulkan, menganalisa, serta menyebarluaskan informasi

yang didapat dari FPD, sehingga mewujudkan penyebarluasan

penilaian ancaman wilayah serta layanan indikasi dan peringatan

akan potensi ancaman bagi para personel DOD yang tengah transit.

Page 5: Force Protection Detachment Indonesia - Setting the Standard for Security in the Ring of Fire - The Guardian - Fall 2011 - Bahasa Indonesian version

5 THE GUARDIAN • MUSIM GUGUR 2011

BANDUNG, INDONESIA (25 Maret 2009) Serma William Smith, Angkatan Darat Amerika, Sersan Mayor Operasional Pasifik, tampak tengah

berbicara di depan para siswa Kursus Pimpinan Panglima Perang Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Darat (TNI-AD) beberapa saat setelah

Inspeksi Komandan mereka. Para instruktur dari Sekolah Bintara dan para bintara Indonesia yang dilatih oleh USARPAC dalam kemampuan

teknis, taktik, dan prosedur Angkatan Darat. (Photo Credit: SSG Joann Moravac, USARPAC PAO)

Informasi keamanan relevan yang dihasilkan dari aktivitas FPD akan

digunakan oleh para personel yang tengah transit untuk mengembangkan

rencana aksi krisis yang tepat dan disesuaikan dengan lingkungan

operasional saat itu.

Penilaian Kerawanan

Para anggota tim FPD, maupun personel keamanan AFOSI, NCIS,

USA, dan USMC lainnya yang ditugaskan sementara untuk mendukung

perhelatan dan misi tertentu secara langsung, serta bekerja sama dan

berkoordinasi dengan TNI, Polri dan lembaga sektor swasta lainnya,

secara rutin melakukan penilaian keamanan pada pelabuhan, lapangan

terbang, rute perjalanan, areal latihan, hotel, lokasi penginapan, dan

berbagai fasilitas pendukung lainnya guna mengindentifikasi dan pada

akhirnya meminimalkan potensi kerawanan. Para anggota Tim Pelatihan

Keamanan, Bantuan, dan Penilaian NCIS (NCIS Security Training,

Assistance, and Assessment Team/STAAT) NCIS Security Training,

Assistance, and Assessment juga memiliki peranan vital dalam proses ini.

Proses penilaian yang mereka lakukan melalui kerjasama dengan FPD

pada sejumlah pelabuhan dan lapangan terbang menjadi kunci dalam

pengembangan rencana-rencana FP bagi kapal dan pesawat yang tengah

berkunjung. Kerawanan yang teridentifikasi beserta tindakan-tindakan

pencegahan yang diajukan, bila dikaitkan dengan pengadaan pengamanan

terpadu untuk suatu perhelatan tertentu, seringkali diinformasikan kepada

pemerintah Indonesia dan/atau personel keamanan sektor swasta,

untuk lebih memperbaiki kerjasama tim dan meningkatkan

keselamatan dan keamanan bagi semua orang.

Membangun Kemampuan

Program Kerja Sama Keamanan Mandala PACOM (The

PACOM Theater Security Cooperation Program) adalah sebuah

komponen vital dalam misi FPD di Indonesia. Melalui pelaksanaan

berbagai program pelatihan keamanan dan seminar, FPD ikut

membantu dalam membangun kemampuan keamanan TNI dan

Polri. Acara-acara pelatihan signifikan yang melibatkan FPD telah

mencakup pelatihan pengamanan bagi Pasukan Pengamanan

Presiden (PASPAMRES), pelatihan teknis dan keselamatan bagi

Polda Bali, penyelidikan pasca ledakan dan pelatihan manajemen

tempat kejadian perkara bagi unit kontraterorisme dan divisi

forensik Detasemen 88 Polri, serta pelatihan pengamanan personel

Polri yang ditugaskan untuk mengamankan pelabuhan-pelabuhan

internasional di Indonesia.

Page 6: Force Protection Detachment Indonesia - Setting the Standard for Security in the Ring of Fire - The Guardian - Fall 2011 - Bahasa Indonesian version

THE GUARDIAN • MUSIM GUGUR 2011 6

Pihak penyelenggara kursus dan instruktur yang terlibat

termasuk para pakar bidang khusus dari FBI, RSO Kedutaan Besar

Amerika, NCIS STAAT, Pasukan Penjaga Pantai A.S. (The U.S.

Coast Guard/USCG), Gugus Tugas Lintas Agensi Gabungan

Wilayah Barat (Joint Inter-Agency Task Force West), serta Kantor

Sheriff Wilayah Los Angeles (Los Angeles County (CA) Sheriff’s

Department).

Acara-acara ini secara signifikan telah memberi kontribusi

terhadap pemahaman umum mengenai kemampuan dan batasan para

personel keamanan Indonesia – sebuah informasi yang begitu

penting dalam mewujudkan rencana-rencana FP yang saling

mendukung. Melalui upaya gabungan dari FPD, NCIS, RSO, serta

USCG, berbagai peralatan pengamanan dan penegakkan hukum juga

telah disumbangkan kepada pemerintah Indonesia, yang secara

efektif meningkatkan kemampuan dan keahlian para personel

keamanan. Peralatan ini meliputi kelengkapan penyelidikan tempat

kejadian perkara, perangkat pengendali titik masuk dan pencarian,

peralatan pengisolasian wilayah pelabuhan, selimut penahan ledakan

bom, serta perlengkapan pelindung latihan bagi perwira polisi.

Sumbangan peralatan ini serta demonstrasi penggunaan masing-

masing merupakan bagian dari sebuah rencana perbaikan keamanan

infrastruktur vital dan pelabuhan Indonesia untuk lokasi-lokasi yang

dikunjungi atau digunakan oleh para personel DOD yang tengah

transit.

Melalui upaya penghubung yang efektif, keterlibatan secara

menyeluruh, serta program-program yang saling

mendukung, FPD Indonesia telah menetapkan standar bagi

program keamanan di wilayah Asia Pasifik.

Terlibat Secara Operasional

FPD secara rutin memberikan dukungan langsung pada berbagai

kapal, pesawat, dan personel militer Amerika yang tengah

berkunjung ke Indonesia, dan bertindak sebagai lini depan PACOM

dalam mendeteksi dan menyediakan peringatan akan adanya

ancaman. Dengan lebih dari 140 perhelatan dan kunjungan militer

setiap tahun, FPD terlibat secara aktif bersama TNI dan Polri untuk

mengembangkan konsep FP, keamanan, dan rencana aksi krisis

yang menyeluruh. Perhelatan utama PACOM yang juga didukung

oleh FPD termasuk Kerja Sama dan Pelatihan Kelaikan Laut, Perisai

Garuda, serta Kemitraaan Pasifik, yang kesemuanya merupakan

acara-acara yang didesain untuk memperbaiki kemampuan lintas

operasional, kesiapan, serta kerja sama antara pihak militer

Indonesia dan A.S. Selain itu, peristiwa pengeboman dua hotel

papan atas di Jakarta oleh para teroris pada bulan Juli 2009, serta

bencana gempa bumi yang melanda Padang pada bulan September

2009 dan serangkaian operasi penanganan bencana/bantuan

kemanusiaan (HA/DR) yang menyusul kedua peristiwa tersebut

memperlihatkan kemampuan FPD untuk maju ke garis depan guna

memberikan dukungan penyelidikan dan keamanan secara langsung

dan menyeluruh.

Setelah peristiwa serangan bom bunuh diri oleh teroris di hotel JW

Marriott dan Ritz Carlton di kawasan Kuningan Jakarta pada tanggal

17 Juli 2009 yang nyaris terjadi bersamaan, FPD yang berkoordinasi

dengan DAO Kedutaan Besar Amerika, ODC, dan RSO ikut

membantu dalam upaya mengecek keberadaan seluruh personel DOD

beserta aset-aset terkait. FPD juga mewawancarai para personel

militer dan karyawan pemerintah A.S. lainnya yang saat itu berada

di kedua hotel tersebut ketika pengeboman terjadi, guna

memperoleh informasi secepatnya yang dapat ditindaklanjuti untuk

membantu mengindentifikasi para teroris dan metode penyerangan

yang digunakan.

Sebagai respons terhadap bencana gempa bumi Padang, FPD

yang berkoordinasi langsung dengan DAO dan RSO Kedutaan

Besar Amerika, memimpin sebuah tim personel keamanan

profesional yang terdiri dari unsur AFOSI, NCIS, dan USA menuju

lokasi gempa sebagai dukungan langsung terhadap upaya HA/DR

pemerintah dan militer Amerika. Dukungan ini meliputi upaya

koordinasi dan bantuan kepada TNI, Polri, dan organisasi

nonpemerintahan, selain juga melakukan survey kelemahan di lokasi

tersebut, yang digunakan dalam membangun dan menyesuaikan

rencana keselamatan dan keamanan. Segala insiden mencurigakan

yang terjadi langsung diselidiki dan ditangani oleh tim tersebut.

Upaya menyeluruh yang dilakukan FPD tersebut memastikan

diterimanya informasi secara tepat waktu dan akurat oleh Kedutaan

Besar Amerika dan para pengawas militer A.S. yang bertanggung

jawab untuk menjamin keselamatan dan keamanan para personel

HA/DR yang diterjunkan di lokasi.

Contoh lain dari dukungnan langsung yang diberikan FPD dapat

dilihat saat latihan penanganan bencana Kemitraan Pasifik PACOM

yang dilangsungkan di seluruh wilayah propinsi Maluku Utara pada

musim panas 2010. Bagian utama dalam latihan ini adalah kapal

rumah sakit USNS MERCY (T-AH 19), yang memerlukan koordinasi

ketat dari TNI dan Polri untuk menyediakan dukungan keamanan.

FPD bekerja sama dengan NCIS juga melakukan serangkaian

penilaian keamanan di sejumlah pelabuhan dan zona pendaratan

helikopter, selain juga bantuan medis, gigi, kedokteran hewan, dan

teknis, serta proyek pelayanan masyarakat di seluruh kepulauan

propinsi Maluku Utara. Langkah-langkah penilaian ini digunakan

untuk membangun dan menetapkan rencana keamanan dan aksi krisis

yang berbobot, selain juga untuk memastikan agar para pengambil

keputusan tetap mengetahui kondisi keamanan di lingkungan mereka,

sehingga keadaan keamanan yang semestinya dapat terus

dipertahankan.

Pengamanan Tamu-Tamu Penting

FPD, bekerja sama dengan DAO dan RSO Kedutaan Besar Amerika,

mengoordinasikan dan memberikan bantuan dan dukungan FP terhadap

Operasi Personel Pengamanan yang melibatkan para kepala staf dan

perwira tinggi resmi yang tengah melakukan kunjungan ke Indonesia.

Untuk mendukung misi ini, FPD secara rutin melakukan survey

kelemahan rute dan penilaian keamanan seputar hotel, rumah sakit, dan

lokasi pertemuan terkait untuk membantu para personel pengamanan

dalam merancang sebuah rencana keamanan yang menyeluruh.

Terkadang, para personel FPD akan mendampingi para personel

pengamanan sebagai pakar keamanan di negara tujuan.

Sebagai persiapan untuk kunjungan Presiden Obama ke Indonesia pada

bulan November 2010, FPD mendayagunakan personel NCIS STAAT

untuk melakukan pelatihan pengamanan eksekutif bagi PASPAMPRES,

yang meningkatkan kemampuan lintas operasional pasukan tersebut dan

memperkuat hubungan keamanan strategis dengan Kedutaan Besar

Amerika. FPD juga menyediakan dukungan bagi Kantor Militer Gedung

Putih dan elemen garis depan Panglima Komando Garis Depan Armada

Ketujuh.

Page 7: Force Protection Detachment Indonesia - Setting the Standard for Security in the Ring of Fire - The Guardian - Fall 2011 - Bahasa Indonesian version

7 THE GUARDIAN • MUSIM GUGUR 2011

Dukungan ini termasuk melakukan survey sejumlah penginapan,

rute, dan kelemahan lokasi; upaya menyerentakan dan

memfasilitasi personel pengamanan dari sektor swasta; serta

pengadaan laporan dan instruksi situasional, yang kesemuanya

berperan serta dalam mewujudkan kunjungan kepresidenan yang

aman dan sukses.

Menunjukkan Jalannya

Melalui upaya penghubung yang efektif, keterlibatan secara

menyeluruh, serta program-program yang saling mendukung, FPD

Indonesia telah menetapkan standar bagi program keamanan di

wilayah Asia Pasifik. Keefektifan FPD sebagai sebuah kekuatan

pengganda FP di Indonesia telah terdokumentasikan dengan baik.

Semua ini merupakan hasil nyata dari kerja sama dan koordinasi

erat yang dicapai bersama RSO Kedutaan Besar Amerika, Perwira

Pertahanan Senior/Atase Pertahanan, ODC, serta pihak militer dan

kepolisian Republik Indonesia. Keselamatan dan keamanan

seluruh personel kami yang tengah transit bergantung padanya.

Catatan: Artikel ini merupakan lanjutan dari “FPD Thailand

Menunjukkan Jalannya,” U.S. Naval Institute Proceedings,

February 2008.

Scott M. Bernat adalah Agen Berwenang Setempat dan

Kepala Keamanan MiliterKedutaan Besar Amerika, Jakarta,

Detasemen Pengamanan Satuan Indonesia (Force Protection

Detachment/FPD. Sejak dibentuk, FPD Indonesia telah

menerima beberapa penghargaan U.S. Department of State

Meritorious Honor Award atas keberhasilannya membentuk

dan mengintegrasikan program FP yang efektif dan dukungan

keamanan bagi operasi HA/DR, selain juga meraih pujian dari

White House Military Office atas kegemilangannya

mewujudkan dukungan keamanan bagi perjalanan Presiden

A.S..

1 Indonesia. Wikipedia. Available at http://en.wikipedia.org/

wiki/Indonesia

2 Department of Defense. Force Protection Detachment Joint

Standard Operating Procedures. September 2008.

3 U.S. Department of State Bureau of Diplomatic Security.

OSAC [Overseas Security Advisory Council]. Tersedia di

http://www.osac.gov

4 American Chamber of Commerce in Indonesia. Tersedia di

http://www.amcham.or.id

5 Asia Crisis and Security Group. Available at http://www.

acsgroup.org

6 ASIS International. Tersedia di http://www.asisonline.org