51
Diskusi tentang Foto Cerita di majalah National Geographic, panduan untuk mengikuti FK Award 2011 kategori Photo Story Disampaikan oleh Reynold Sumayku, photo editor majalah National Geographic Indonesia dan National Geographic Traveler Indonesia April 2011 ~ For Educational and Promotional Purposes Only

PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

  • Upload
    fotokita

  • View
    17.969

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Diskusi tentang Foto Ceritadi majalah National Geographic,

panduan untuk mengikuti FK Award 2011 kategori Photo Story

Disampaikan oleh Reynold Sumayku, photo editor majalah National Geographic Indonesiadan National Geographic Traveler Indonesia

April 2011 ~ For Educational and Promotional Purposes Only

Page 2: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Amy Toensing. Kekeringan di Cekungan Murray. National Geographic, April 2009

Page 3: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Amy Toensing. Kekeringan di Cekungan Murray. National Geographic, April 2009

Page 4: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Amy Toensing. Kekeringan di Cekungan Murray. National Geographic, April 2009

Page 5: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Amy Toensing. Kekeringan di Cekungan Murray. National Geographic, April 2009

Page 6: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Amy Toensing. Kekeringan di Cekungan Murray. National Geographic, April 2009

Page 7: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Amy Toensing. Kekeringan di Cekungan Murray. National Geographic, April 2009

Page 8: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Amy Toensing. Kekeringan di Cekungan Murray. National Geographic, April 2009

Page 9: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Amy Toensing. Kekeringan di Cekungan Murray. National Geographic, April 2009

Page 10: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Amy Toensing. Kekeringan di Cekungan Murray. National Geographic, April 2009

Page 11: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Amy Toensing. Kekeringan di Cekungan Murray. National Geographic, April 2009

Page 12: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Amy Toensing. Kekeringan di Cekungan Murray. National Geographic, April 2009

Page 13: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Setelah melihat deretan foto-foto di atas,saya menduga kita segera dapat menangkap suatu benang merah. Ada kisah yang terkandung di dalam rangkaian foto tersebut. Suatu kisah yang hendak

disampaikan oleh fotografer Amy Toensing, mengenai kekeringan yang mulai melanda Basin (Cekungan) Murray, Australia.

Saya berulangkali menggunakan foto-foto yang diambil dari National Geographic edisi April 2009 ini untuk menyampaikan presentasi karena foto-

fotonya sederhana tetapi langsung mengena. Ceritanya cukup kuat dan barangkali tanpa melihat keterangan fotonya pun kita dapat langsung

mengerti. Di sana ada foto lanskap yang berdebu, tanah retak, sungai yang mulai kering, orang-orang yang mandi dan menampung kembali airnya—untuk digunakan sebagai penyiram tanaman (hemat air). Ada profil sebuah keluarga,

ada pula foto sekumpulan orang yang sepertinya tengah berada dalam suatu rapat desa, mungkin membicarakan masalah air dan membahas kemungkinan

solusinya demi kepentingan bersama.

Untuk rangkaian foto seperti itu, istilah apa yang kita gunakan? Apakah itu sebuah Photo Story? Photo Essay? Photo Series?

atau…

Picture Stories?

Page 14: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

New York Institute of Photography, sekolah foto yang usianya telah dihitung sejak 1910, dalam suatu pengantarnya tentang fotojurnalistik menulis kalimat-

kalimat yang saya kutip di sini:

“Photojournalism is the photograph you see on page one of your daily newspaper illustrating the traffic accident at Fourth and Main. It’s the photograph on the sports

page from yesterday’s football game. It’s the ‘photo stories’ in the Sunday supplement on “A Day in the Emergency Room” and “Life in the Retirement Home.””

Mereka menggunakan istilah “photo stories”. Kutipan di atas sengaja tidak saya terjemahkan.

Page 15: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Kemudian, di bagian lain, mereka menulis definisi tentang Picture Stories. Saya kutip di bawah ini, dan sebagian tidak saya terjemahkan:

“Picture Stories. Sebuah picture story adalah seri foto yang menceritakan kisah. Misalnya tentang program penyuluhan mengenai bahaya obat bius di sekolah, atau

suasana dan aktivitas malam di sebuah kantor pemadam kebakaran.Sebuah picture story mungkin dicetak sebagai bagian dari sebuah feature panjang. Atau dicetak hanya disertai caption singkat. Bahkan mungkin juga disajikan tanpa tambahan

teks apapun. Regardless, the picture story, sometimes also called a photo essay, has become important element in modern photojournalism.”

Perhatikan bagian dari kalimat terakhir di atas: “Picture Story kadang disebut Photo Essay”.

Page 16: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Pada bagian lain (saya terjemahkan):

“Pada suatu masa, picture story menjadi domain dari majalah-majalah fotografi berita seperti LIFE dan Look. Suatu picture story bisa dicetak berhalaman-halaman. Sebelum

era booming televisi, melalui photo essay semacam itulah masyarakat mendapat suguhan mengenai banyak realita di seluruh dunia.

Dewasa ini, kita mungkin menemukan picture story di beberapa surat kabar, terutama pada edisi akhir pekan. Atau dalam majalah feature seperti National Geographic, Sports

Illustrated, atau bahkan People.”

Sekadar informasi, bacaan yang saya kutip ini dibuat pada 1993. Saya tidak tahu apakah saat ini Sports Illustrated dan People masih ada, tetapi pada

tahun 1990-an saya beberapa kali melihat kedua majalah tersebut dan fotografinya memang kuat.

Page 17: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Menurut New York Institute of Photography (sebagian saya terjemahkan):

“Photo Essay. Terkadang, picture stories juga disebut photo essays. Namun, sebagian jurnalis foto berargumen bahwa keduanya berbeda. Sebabnya? Sebuah

photo story menampilkan beberapa aspek dari sebuah peristiwa, sedangkan photo essay tidak hanya menampilkan informasi, tetapi juga sekaligus melakukan persuasi

kepada pembaca. Kami menggunakan kedua istilah tersebut bergantian, artinya dapat dipertukarkan, seperti halnya dilakukan oleh banyak fotografer profesional.

Definisi umum mengenai sebuah esai sendiri adalah “suatu komposisi tulisan tentang subyek tertentu.” Umumnya, sebuah picture story disertai oleh teks secukupnya, dan apabila persuasion dimaksudkan di dalam rangkaian informasi yang disampaikan,

orang akan mampu mengenalinya dengan mudah.”

Dalam bacaan di atas, istilah photo story (ies) digunakan bergantian dengan picture story (ies). Kemudian, picture/photo story itu juga dapat digunakan bergantian dengan

photo essay. Di halaman berikut, kita akan melihat apa yang dikatakan oleh Michael Davis, mantan picture editor di National Geographic.

Page 18: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

“Saya akan mengatakan bahwa sebuah picture story cenderung mengenai suatu tempat atau orang atau situasi. Sedangkan essay cenderung mengenai suatu tipe

atau aspek dari banyak tempat, banyak hal, atau orang. Kedua istilah tersebut membutuhkan hal yang sama: alur yang menyatukan. Anda dapat mengikuti

kehidupan seseorang selama bertahun-tahun dan tetap tidak mampu mendapatkan serangkaian foto yang menceritakan kisah, apabila Anda tidak memiliki cerita di dalam benak Anda. Pada akhirnya, baik picture story atau

essay sama-sama menceritakan sebuah kisah.” ~~Michael Davis

Menurut Michael Davis, bekerja membuat picture stories cenderung membutuhkan keterampilan diri yang luas. Ia menyebutkan bahwa berdiam di suatu tempat dalam jangka waktu lama tidaklah mudah. Subyek cerita kita harus dalam kondisi bisa menerima kita dengan tangan terbuka, artinya kita membutuhkan teknik pendekatan dan

pembawaan diri yang baik. Padahal, tidak ada resep khusus tentang bagaimana melakukannya. Terkadang, di tengah jalan, arah cerita yang

terjadi berubah. Pekerjaan kita menjadi lebih rumit. Kita harus menyesuaikan diri dan membuat penafsiran ulang terhadap apa yang

terjadi, dan terhadap arah cerita kita.

Page 19: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Sedangkan dalam membuat essay, menurut Davis, kita membutuhkan “kejernihan melihat”. Kita menentukan sudut pandang secara keseluruhan,

melihat duduk perkara, terkadang dengan mengaitkan hal-hal yang seringkali tidak tampak terlalu jelas kaitannya. Kalau bukan tentang kaitan antara satu hal dengan hal-hal lainnya, itu pastilah tentang kaitan waktu, atau kaitan kejadian. Essay membutuhkan kerajinan dan ketekunan yang

berbeda dengan pengerjaan story. “Kemudian, ada topik-topik yang membutuhkan pendekatan story maupun essay sekaligus,” tulis Davis. “Anda dapat membuat individual picture stories yang dikombinasikan seperti sebuah essay, untuk membahas sebuah topik yang lebih luas.”

Page 20: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Kenapa saya merasa perlu untuk mengutip bacaan-bacaan di atas? Tidak lain tidak bukan, adalah untuk memberi sedikit gambaran mengenai

ragam penyebutan istilah terkait komposisi foto yang berkisah ini. Selebihnya terserah kepada Anda. Bagaimanapun, ketika saya

konfirmasikan beberapa waktu lalu kepada salah satu dewan juri Foto Kita Award 2011 yang sekaligus merupakan kurator Galeri Foto

Antara yang pertama, Yudhi Soerjoatmojo, jawabannya adalah, “Sama saja. Cuma, sepertinya istilah photo essay lebih sering

dipergunakan.”

Satu hal lagi yang menurut saya kaitannya cukup erat dengan sebuah photo story atau photo essay adalah layout. Desain. Mari kita lihat

kalau foto-foto kekeringan di Cekungan Murray, Australia, karya Amy Toensing kita dekatkan satu sama lain dan ditampilkan dalam

satu halaman—kalau perlu dengan penempatan yang memperhitungkan urutan foto atau besar-kecilnya. Berikut ini bukanlah desain yang baik, namun dengan menampilkan foto-

fotonya dalam satu halaman, barangkali akan memberikan impresi berbeda dibanding kita melihat fotonya satu per satu seperti di awal

tadi. Seharusnya ada teks pengantar atau mungkin bisa juga ditambah caption di bawah tiap-tiap foto.

Page 21: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Kekeringan di Australia~Amy Toensing

Page 22: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Contoh lain:

Krimea, Permata di Dua Mahkota. Foto oleh Gerd Ludwig. Dimuat di National Geographic edisi April 2011. Mengisahkan tentang suatu

wilayah dengan lanskap yang cantik di Ukraina. Walaupun menjadi bagian dari Ukraina, masyarakat di sana lebh fanatik kepada Rusia

yang dianggp sebagai representasi dari Uni Soviet.

Page 23: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Crimea: Permata di Dua Mahkota

~Gerd Ludwig

Page 24: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Kesatria Penantang Api

~Reynold Sumayku

Page 25: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Bekantan Sei Hitam~Reynold Sumayku

Page 26: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

FotoKita Award 2011

Kategori Photo Story

Page 27: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Panduan Dasar Membuat Komposisi Foto Cerita

1. Pembuka2. Potret

3. Interaksi4. Penanda Utama

5. Detil6. Penutup

atau…

1. Hook2. Establishing

3. Medium/Environment portrait4. Detail/Close up

5. Portrait6. Gesture/Exchange

7. Closing

Page 28: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Hook/Opener/Teaser Penarik perhatian. Menimbulkan penasaran. Terkadang foto pembuka.

Reynold Sumayku

Page 29: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Establishing PhotoKonteks. Set. Biasanya wide angle. Biasanya agak di awal.

Reynold Sumayku

Page 30: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

PortraitSubyek cerita

Reynold Sumayku

Page 31: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Medium/Environment PortraitSubyek cerita di tengah lingkungannya. Pembentuk karakter.

Reynold Sumayku

Page 32: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Detail/Close-UpBumbu. Penguat. Pemberi nuansa khas.

Reynold Sumayku

Page 33: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Gesture/ExchangeGestur. Interaksi. Pergerakan.

Reynold Sumayku

Page 34: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Closing

Reynold Sumayku

Page 35: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Tengkawang Sungulo Palin

Reynold Sumayku

Page 36: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Contoh 2Tanpa Terlalu Terpaku pada Aturan

Page 37: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Reynold Sumayku

Page 38: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Reynold Sumayku

Page 39: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Reynold Sumayku

Page 40: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Reynold Sumayku

Page 41: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Reynold Sumayku

Page 42: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Reynold Sumayku

Page 43: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Reynold Sumayku

Page 44: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Antara Tradisi dan Iman

Reynold Sumayku

Page 45: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Idealnya, esai membutuhkan plot lengkung layaknya sebuah buku bagus. Ada awal, pertengahan, klimaks, penutup. Mungkin juga termasuk di dalamnya:

detail, tensi, paradoks, atau kesimpulan. Untuk membuat foto cerita sederhana, terkadang saya sering membayangkan komik singkat yang

dimuat di halaman-halaman surat kabar atau majalah.

Nah, setelah melihat panduan dasar membuat sebuah foto cerita, kita akan sedikit membahas tentang FotoKita Award 2011 untuk kategori photo story.

Dalam beberapa kesempatan saya pernah ditanya teman-teman calon peserta tentang hal-hal ini: seperti apa foto cerita yang sesuai dan cocok

dengan ruh National Geographic?

Page 46: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Saya akan menjawab, cara pertama yang paling mudah adalah dengan melihat dan mempelajari foto-foto dalam feature di majalahnya. Apakah National

Geographic semata berisi cerita tentang kehidupan satwa dan tanaman (fauna-flora)? Seberapa sering National Geographic menampilkan foto satwa dengan lensa makro? Seberapa sering kita melihat foto manusia di majalah tersebut

yang diambil dengan lensa tele?

Mempelajari isi suatu majalah, menurut saya, adalah salah satu cara terbaik untuk membuat foto-foto serupa yang mungkin cocok dengan majalah

tersebut. FotoKita Award 2011 mengambil tema Populasi 7 Miliar , sesuai tema besar laporan majalah National Geographic sepanjang 2011. Foto-foto yang

diharapkan, tentu saja, adalah foto-foto yang sesuai dengan semangat National Geographic.

Majalah National Geographic memberikan ruang yang luas kepada foto. Foto detail penting. Tetapi foto yang memberikan nuansa ruang sering lebih penting

bagi National Geographic.

Page 47: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

National Geographic Magazinebukan majalah fotografi, melainkan sebuah jurnal resmi yang diterbitkan oleh

National Geographic Society (berdiri pada 1888). Ketika didirikan, National Geographic mengusung misi “Meningkatkan dan Menyebarkan

Pengetahuan Geografis”. Belakangan, misi tersebut dipertegas ke arah “Menginspirasi Kita agar Peduli terhadap Planet Bumi”.

Fotografi adalah medium bagi majalah National Geographic untuk menjalankan misinya tersebut. Medium tersebut telah memiliki sejarah dan

standar yang tinggi, menjadi tradisi. Foto-foto di majalah NG semuanya dibuat dengan alasan dan tujuan untuk menginspirasi kepedulian terhadap

kelangsungan planet kita bersama, baik dalam skala kecil maupun besar. Sudut pandang mungkin saja personal (namun harus dilandasi oleh ilmu

pengetahuan pula), sedangkan topiknya bukanlah topik personal. NG menceritakan tentang tempat, manusia atau satwa yang hidup di atasnya, bagaimana mereka hidup, bagaimana problematikanya, dan apa harapan

akan kemungkinan solusinya.

Teknis fotografi adalah pertimbangan, namun bukan tujuan utama. Membuat foto yang indah secara fotografis tidaklah berarti dalam konteks ini jikalau

kita tidak memiliki alasan yang terkait dengan misi NG: kenapa kita membuat foto tersebut? Apa alasannya? Apa yang hendak kita kemukakan?

Page 48: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Panduan mengenai komponen-komponen dasar sebuah photo essay di atas (atau apapun sebutan yang digunakan untuk menamainya) pada akhirnya

hanyalah sebuaah alat, bukan tujuan utama. Foto-foto cerita yang digunakan dalam majalah National Geographic pada dasarnya adalah

pengembangan dari komponen-komponen dasar tersebut. Suatu cerita di NG bisa disampaikan sampai 30 halaman, sehingga memberi ruang lebih

luas dibanding sekadar 6-7 foto. Akan tetapi, ada pula cerita-cerita tertentu di majalah itu yang tidak merupakan sebuah photo story. Ada yang lebih

merupakan ilustrasi-ilustrasi mengenai suatu hal atau fenomena yang terjadi di berbagai tempat atau negara. Apabila satu, dua, atau beberapa

foto dalam rangkaian tersebut dihilangkan, sebenarnya tidak akan mengubah alur atau kohesivitas cerita. Kita hanya akan kehilangan ilustrasi

mengenai kejadian atau fenomena serupa yang terjadi di tempat lain. Bagaimanapun, informasi dari berbagai tempat untuk sebuah cerita

bertema global di NG tentulah penting. Kalau fotonya bagus dan informasinya kuat, tidak ada yang dibuang.

Itulah mengapa situs FotoKita.Net mengusung moto “Indah Bermakna.”

Page 49: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Sedikit banyak, mungkin ada benarnya dugaan bahwa umumnya pehobi fotografi di Indonesia belum terlalu banyak yang berminat ke arah foto cerita. Namun, dalam kontes FK Award 2011, tantangan dibuka lebar.

Sebenarnya membuat foto-foto yang mengugah kepedulian orang terhadap dunia di mana kita hidup tidaklah sulit—sejauh kita berniat. Bahkan topik-topiknya pun bisa saja ditemukan di sekitar kita. Yang dibutuhkan adalah

kepekaan dan story board yang disusun dalam kepala.

Salah seorang fotografer kontributor NG, Ed Kashi, mengatakan bahwa dewasa ini tidaklah cukup lagi pergi ke tempat-tempat terpencil untuk membuat foto-fotonya. Yang akan menjadi pembeda adalah kemampuan seorang fotografer dalam menyusun cerita. Dalam FK Award 2011 yang bertema populasi, tema yang dapat digali sangatlah luas. Kita bicara mengenai

populasi sekaligus dampak-dampaknya terhadap dunia di mana kita hidup. Bagaimana soal daya dukung lingkungan? Bagaimana soal ketersediaan dan

keberlanjutan pangan? Bagaimana soal kebutuhan energi? Banyak lagi tema-tema besar lainnya yang terkait populasi. Belum lagi kalau tema-tema

besar tersebut dibuat turunannya. Apa yang kita lihat di Indonesia? Di sekitar kita?

Page 50: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Tema-tema terkait populasi dimuat di majalah NG sepanjang tahun 2011 dan dapat menjadi panduan mengikuti FK Award 2011 tema Photo Story,

sepanjang kita berusaha menggalinya dalam konteks lokal. Pedoman dasar mengenai komponen-komponen yang membentuk photo essay di atas

dapatlah gunakan dalam ajang ini. Namun yang lebih penting adalah, kita mau menyampaikan apa dengan photo story tersebut?

Kurator Galeri Fotografi Jurnalistik Antara yang pertama, sekaligus salah satu juri FK Award 2011, Yudhi Soerjoatmojo, pada diskusi sebelum dimulainya kontes foto ini mengatakan, “Sebaiknya calon peserta jangan diberi terlalu

banyak contoh foto, karena kemungkinan besar foto-foto seperti itulah yang akan dibuat.”

Pada lomba periode pertama, foto-foto yang diunggah oleh peserta banyak sekali yang menggambarkan kerumunan manusia. Pada periode kedua dan selanjutnya sampai akhir tahun nanti, semoga kita akan melihat foto-foto

cerita yang lebih bervariasi.

Page 51: PHOTO ESSAY @ NATIONAL GEOGRAPHIC

Barangkali perlu juga disampaikan bahwa saat kita membuat foto tentang manusia, hendaknya kita dapat menghormati dan menjaga perasaan subyek foto kita tersebut. Mereka bukanlah obyek, sehingga barangkali kita dapat

menghindari sikap atau tindakan eksploitatif secara berlebihan.

Sekian dan Terima KasihMohon Maaf Atas Kekurangannya

dan Selamat mengikuti FK Award 2011 kategori Photo Story

Informasi Kegiatan:National Geographic Indonesiahttp://fotokita.net/event/fk-awardEmail : [email protected]: http://nationalgeographic.co.id/facebookTwitter: @fotokitanet & @NGIndonesia #frameFK