View
217
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
8/11/2019 Teknologi Pulping
1/5
TEKNOLOGI PULPING
Kegiatan utama dalam industri pulp dan kertas adalah proses pulping (proses
pembuatan pulp) dan proses bleaching (proses pemutihan pulp). Saat ini sebagian
besar teknologi pulping yang digunakan dalam industri pulp dan kertas di Indonesia
adalah proses kraft atau proses sulfat yang memang merupakan proses paling banyak
digunakan di seluruh dunia.
Proses kraft diakui mempunyai banyak segi positif, antara lain mampu
mengolah semua jenis bahan baku dengan berbagai macam kualitas dan dapat
menghasilkan pulp dengan kualitas yang sangat prima. Di lain pihak, proses
konvensional ini juga mempunyai beberapa kelemahan, salah satunya adalah
kontribusinya terhadap pencemaran lingkungan.
Tuntutan masyarakat akan teknologi bersih semakin meningkat, baik di
tingkat nasional maupun internasional, tentu saja tidak bias diakomodasi dengan
menggunakan proses kraft. Bahkan, ada sinyalemen bahwa masyarakat internasional
untuk tidak membeli pulp apabila dalam proses produksinya tidak menggunakan
teknologi bersih.
Agar produksi pulp yang dihasilkan dapat diterima di pasar internasional,
maka harus dilakukan usaha-usaha pencarian teknologi alternatif yang lebih aman
terhadap lingkungan. Penelitian dan pengembangan teknologi dalam bidang pulp
telah banyak dilakukan dengan tujuan menjawab permasalahan lingkungan yang
ditimbulkan oleh industri ini, baik teknologi pembuatan pulp maupun dalam
teknologi pemutihan pulp.
Penemuan-penemuan dan inovasi teknologi tersebut sebagian sudah ada yang
diterapkan dalam skala industri, sebagian masih dalam taraf ujicoba untuk
penyempurnaan dalam skala pilot project, dan sebagian lainnya masih dalam taraf
penelitian dan pengembangan dalam skala laboratorium.
Beberapa inovasi teknologi pulping telah ditemukan dan terbukti lebih aman
terhadap lingkungan. Teknologi tersebut misalnya modifikasi terhadap proses
konvensional, kombinasi beberapa proses konvensional (proses ASAM), penggunaan
8/11/2019 Teknologi Pulping
2/5
bahan kimia organik dalam proses pulping (proses organosolv), dan pemanfaatan
mikroba dalam proses pulping (proses biopulping).
Pengembangan teknologi pulping pada saat ini bertujuan terutama untuk
menghasilkan pulp dengan bilangan kappa rendah, sehingga dalam proses pemutihan
pulp lebih aman terhadap pencemaran lingkungan. Diantara inovasi tekhnologi dalam
proses pulping, ada dua jenis teknologi yang bisa dikatakan bersifat revolusif dan
sangat aman terhadap lingkungan serta kemungkinan besar bisa memberikan harapan
untuk diterapkan dalam skala pabrik di masa depan. Kedua jenis teknologi pulping
tersebut adalah proses biopulping dan proses organosolv.
PROSES ASAM
ASAM adalah singkatan dari alkaline-sulfite-antrhraquinone-methanol yang
pada dasarnya merupakan modifikasi proses pulping konvensional. Proses ini
kombinasi antara proses kraft dan proses sulfit. Penambahan metanol dan antraquinon
dalam proses ini akan mempercepat proses delignifikasi serta dapat mengurangi
degradasi karbohidrat selama proses pulping sehingga rendemen pulp meningkat.
Dibandingkan dengan proses kraft konvensional, proses ASAM memiliki
beberapa keungggulan, antara lain dapat mengolah semua jenis kayu, rendemen pulp
yang dihasilkan lebih tinggi, pulp yang dihasilkan mudah diputihkan dan mempunyai
sifat kekuatan yang prima, serta dapat mengurangi emisi gas sulfur yang terjadi pada
proses konvensional.
PROSES ORGANOSOLV
Proses organosolv adalah proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan
kimia organik seperti misalnya metanol, etanol, aseton, asam asetat dan lain-lain.
Proses ini telah terbukti memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan sangat
efisien dalam pemanfaatan sumber daya hutan.
Dengan menggunakan proses organosolv diharapkan permasalahan
lingkungan yang dihadapi industri pulp dan kertas akan dapat diatasi. Hal ini karena
proses organosolv memberikan beberapa keuntungan, antara lain yaitu rendemen pulp
8/11/2019 Teknologi Pulping
3/5
yang dihasilkan tinggi, daur ulang lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah, tidak
menggunakan unsur sulfur sehingga lebih aman terhadap lingkungan, dapat
menghasilkan by-products (hasil sampingan) berupa lignin dan hemiselulosa dengan
tingkat kemurnian tinggi. Ini secara ekonomis dapat mengurangi biaya produksi, dan
dapat dioperasikan secara ekonomis pada kapasitas terpasang 200 ton pulp per hari.
Penelitian mengenai penggunaan bahan kimia organik sebagai bahan pemasak
dalam proses pulping sebenarnya telah lama dilakukan. Ada berbagai macam jenis
proses organosolv, namun yang telah berkembang pesat pada saat ini adalah proses
alcell (alcohol cellulose) yaitu proses pulping dengan menggunakan bahan kimia
pemasak alkohol, proses acetocell (menggunakan asam asetat),dan proses organocell
(menggunakan metanol).
Proses alcell telah memasuki tahap pabrik percontohan di beberapa negara
misalnya di Kanada dan Amerika Serikat, sedangkan proses acetocell mulai
diterapkan dalam beberapa pabrik di Jerman pada tahun 1990-an. Proses alcell yang
telah beroperasi dalam skala pabrik di New Brunswick (Kanada) terbukti mampu
menghasilkan pulp dengan kekuatan setara pulp kraft, rendemen tinggi, dan sifat
pendauran bahan kimia yang sangat baik.
MEMANFAATKAN JAMUR
Proses pulping konvensional baik dengan cara mekanis maupun cara kimia
membutuhkan energi yang sangat tinggi. Di lain pihak, secara alami ada sejumlah
mikroorganisme perusak kayu (dalam hal ini jamur) yang mampu mendegradasi
lignin. Kemampuan jamur dalam mendegradasi lignin secara alami ini selanjutnya
diteliti dan dikembangkan untuk dimanfaatkan sebagai agen dalam proses
delignifikasi dalam teknologi pulping dan bleaching.
Teknologi ini selanjutnya disebut teknologi biopulping dan teknologi
biobleaching. Dari sisi lingkungan, penemuan ini merupakan terobosan besar dalam
tekhnologi pulping dan bleaching dan diharapkan mampu menjawab permasalahan
8/11/2019 Teknologi Pulping
4/5
lingkungan yang ditimbulkan oleh industri pulp dan kertas karena pemoresannya
tidak menggunakan bahan kimia.
Namun, bila dibandingkan dengan proses pulping secara kimia yang
berlangsung pada suhu dan tekanan tinggi serta pH yang ekstrem, proses ini sangat
lambat. Karena prosesnya lambat, maka aplikasi dari biopulping secara penuh belum
bisa diterapkan secara penuh dalam skala indutri.
Saat ini aplikasi biopulping baru pada tahap pretreatment terhadap kayu yang
akan dimasak, baik pada proses mekanis maupun proses kimia. Proses mekanis yang
diberi perlakuan biologi disebut biomechanical pulping, sedangkan proses kimia yang
diberi perlakuan biologis disebut biochemical pulping.
Beberapa peneliti melaporkan, dengan adanya fungal pretreatment konsumsi
energi pada saat proses pulping menjadi berkurang. Perlakuan ini juga terbukti dapat
menurunkan bilangan kappa serta dapat meningkatkan sifat bleachability pulp yang
dihasilkan.
Pengembangan Bleaching
Dalam pengembangan teknologi bleaching juga telah ditemukan beberapa
metoda bleaching yang lebih aman terhadap lingkungan, antara lain teknologi
bleaching dengan konsep ECF (elemntally chlorine free) dan TCF (totally chlorine
free) serta penerapan biobleaching.
Proses pemutihan bertujuan untuk menghilangkan sisa lignin yang masih
terdapat dalam pulp. Apabila pada proses pemutihan digunakan khlorin, maka dari
unit ini akan dihasilkan limbah cair yang mengandung chlorinated organic
compounds yang diketahui sangat berbahaya terhadap lingkungan.
Untuk mengurangi hal tersebut, maka diperkenalkan konsep ECF (elementally
chlorine free) dan TCF (totally chlorine free). pada konsep ECF, unsur klor masih
boleh digunakan, tetapi tidak dalam bentuk Cl2melainkan dalam bentuk senyawa lain
misalnya ClO2, sedangkan pada konsep TCF sama sekali tidak digunakan unsur klor.
Sebagai pengganti khlorin pada konsep TCF biasanya digunakan oksigen atau ozon.
8/11/2019 Teknologi Pulping
5/5
Biobleaching adalah proses pemutihan pulp dengan memanfaatkan enzim dari
mikroba. Mikroba yang digunakan untuk penelitian adalah kelompok white-rot fungi
yang diketahui mempunyai kemampuan tinggi dalam mendegradasi lignin. Secara
teoritis, teknologi ini sangat aman terhadap lingkungan karena tidak menggunakan
bahan kimia.
Namun, dalam praktiknya proses bio-bleaching belum bisa diterapkan
sepenuhnya karena tekhnologi ini baru digunakan sebagai fungal pretreatment
terhadap pulp dalam proses pemutihan. Dalam fungal treatment ini digunakan dua
jenis enzim, yaitu enzim hemiselulase (xylanase dan mannase) yang dapat
meningkatkan bleachability pulp secara tidak langsung dan enzim lignase yang dapat
mendegradasi lignin secara langsung pada pulp yang diputihkan.
Beberapa penelitian melaporkan, dengan adanya fungal treatment ternyata
brightness (derajat putih) pulp bisa meningkat serta dapat menurunkan konsumsi
bahan kimia secara signifikan dalam proses pemutihan pulp.
Recommended