View
55
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
PENDAHULUAN
• The goal of drug therapy
improve
a patient’s quality of lifea patient’s quality of life
while minimizing patient risk.
• Risks in the therapeutic use of drugs
� Adverse drug reactions (ADRs)
� Medication errors
Ilustrasi Kasus
Px D, Pasien dirawat inap dan menempati bed 2303E, setelah minum obat mengeluh pusing, keringat dingin dan pusing, Cek Tekanan Darah = 110/80, setelah ditelusuri Tekanan Darah = 110/80, setelah ditelusuri ternyata Px D salah minum obat Px S (bed 2303 D)
� Petugas farmasi menyerahkan obat kepada pasien yang salah
Ilustrasi Kasus
Px M (anak umur 3thn), mendapat resep dari dr.A (dr jaga UGD) �
R/ Tuzalos No 10
S 3x1, S 3x1,
Petugas farmasi curiga kemudian konfirmasi kpd dokter penulis resep.
� Dokter memberikan resep kepada pasien yan salah
DEFINISI• Medication error
– suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang
masih berada dalam pengawasan dan tanggung
jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan
seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1991, Basse &
Myers, 1998).Myers, 1998).
• SK MenKes RI No 1027/MENKES/SK/IX/2004
– kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian
obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan,
yang sebetulnya dapat dicegah
• A potential error is a mistake -inprescribing, dispensing, or plannedmedication administration- that is detectedand corrected through intervention beforeactual medication administration.
• Adverse Drug Reactions (WHO), • Adverse Drug Reactions (WHO),
a response to a drug which is noxious and
unintended and which occurs in man at doses
normally used for prophylaxis, diagnosis or
therapy of disease, or for modification of
physiological function.
Fase Medication
• fase prescribing,
• fase transcribing,
• fase dispensing dan
• fase administration oleh pasien.• fase administration oleh pasien.
Faktor yang berkonstribusi pada medication error
• Komunikasi (mis-komunikasi, kegagalan dalam berkomunikasi )
• Kondisi lingkungan
• Gangguan/interupsi pada saat bekerja• Gangguan/interupsi pada saat bekerja
• Stres dan beban kerja (Rasio antara beban kerja dan SDM)
• Poor Staf Education
Look a like Sound a like - LASA
• Mefinter (asam mefenamat) VS Metifer (mecobalamin),
• Leschol (fluvastatin) VS Lesichol (lesitin, vitamin),
• Proza (ekstrak echinacea, vit C, Zn) VS Prozac (fluoxetine).
FASE AIRCRAFT SAFETY DRUG PRODUCT SAFETY
I Safety of the product Effective and Ssafe drugs
PRODUCT PERSPECTIVE
EVOLUSI SISTEM SAFETY
II Pilot error The “pilot error” ���� dokter, tenaga
kesehatan lain, dll
III Air travel control system UU Kesehatan, UU Keselamatan
pasien, drug marketing laws
IV The whole air transportation
system including passenger
behavior
Standards safety and effectiveness of
drug products ���� new standards for
how doctors, pharmacists, patients,
and family members use medications.
SYSTEM PERSPECTIVE
Manajemen risiko
• Koreksi bila ada kesalahan sesegera mungkin
• Pelaporan medication error
• Dokumentasi medication error
• Pelaporan medication error yang berdampak cedera
• Supervisi setelah terjadinya laporan medication error• Supervisi setelah terjadinya laporan medication error
• Sistem pencegahan
• Pemantauan kesalahan secara periodik
• Tindakan preventif
• Pelaporan ke tim keselamatan pasien
Posisi strategis Apoteker
• Meningkatkan pelaporan, pemberian informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan lain,
• Memastikan bahwa semua pasien • Memastikan bahwa semua pasien mendapatkan pengobatan yang optimal.
• Meningkatkan keberlangsungan rejimen pengobatan pasien,
• Peningkatan kualitas dan keselamatan pengobatan pasien di rumah
Peran apoteker
Terdapat 2 peran yaitu :
• Aspek manajemen, meliputi : pemilihan
perbekalan farmasi, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan dan distribusi, alur pelayanan, penyimpanan dan distribusi, alur pelayanan,
sistem pengendalian
• Aspek klinik, meliputi skrining permintaan obat
(resep atau bebas), penyiapan obat dan obat
khusus, penyerahan dan pemberian informasi
obat, konseling, monitoring danevaluasi.
1. Pemilihan
– Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, risiko
insiden/error dapat diturunkan dengan
pengendalian jumlah item obat dan penggunaan
obat-obat sesuai formularium.
2. Pengadaan2. Pengadaan
– Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat
yang aman efektif dan sesuai peraturan yang
berlaku (legalitas) dan diperoleh dari distributor
resmi
3. Penyimpanan
– Simpan obat dengan nama, tampilan dan ucapan mirip
(look-alike, sound-alike medication names) secara
terpisah.
– High alert drugs di simpan di tempat khusus. Misalnya :
KCl inj, heparin, warfarin, insulin, kemoterapi, narkotik
opiat, neuromuscular blocking agents, thrombolitik, dan opiat, neuromuscular blocking agents, thrombolitik, dan
agonis adrenergik.
– kelompok obat antidiabet jangan disimpan tercampur
dengan obat lain secara alfabetis, tetapi tempatkan
secara terpisah
– Simpan obat sesuai dengan persyaratan penyimpanan.
4. Skrining Resep
• Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misalnya nama dan nomor rekam medik/ nomor resep,
• Apoteker tidak boleh membuat asumsi � hubungi dokter penulis resep.
• Dapatkan informasi mengenai pasien �keputusan pemberian obat, keputusan pemberian obat,
• Riwayat/catatan pengobatan pasien.
• Automatic stop order
• Sistem komputerisasi (e-prescribing)
• Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan emergensi
5. Dispensing
– Peracikan obat dilakukan dengan tepat sesuai dengan
SOP.
– Pemberian etiket yang tepat.
– Etiket harus dibaca minimum tiga kali :
• pada saat pengambilan obat dari rak,
• pada saat mengambil obat dari wadah,
• pada saat mengembalikan obat ke rak.• pada saat mengembalikan obat ke rak.
– Dilakukan pemeriksaan ulang oleh orang berbeda.
– Pemeriksaan meliputi kelengkapan permintaan,
ketepatan etiket, aturan pakai, pemeriksaan kesesuaian
resep terhadap obat, kesesuaian resep terhadap isi
etiket
6. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)• Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-
hal yang penting tentang obat dan pengobatannya :– Pemahaman yang jelas mengenai indikasi penggunaan dan bagaimana
– menggunakan obat dengan benar, harapan setelah menggunakan obat,
– lama pengobatan, kapan harus kembali ke dokter
– Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan
– Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan
– obat lain dan makanan harus dijelaskan kepada pasien
– Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction – ADR) yang – Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction – ADR) yang mengakibatkan cedera pasien, pasien harus mendapat edukasi mengenai bagaimana cara mengatasi kemungkinan terjadinya ADR tersebut
– Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termastermasuk mengenali obat yang sudah rusak atau kadaluarsa.
– Ketika melakukan konseling kepada pasien, apoteker mempunyai kesempatan untuk menemukan potensi kesalahan yang mungkin terlewatkan pada proses sebelumnya.
7. Penggunaan Obat
– Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan
obat oleh pasien rawat inap di rumah sakit dan
sarana pelayanaan kesehatan lainnya, bekerja sama
dengan petugas kesehatan lain.
– Hal yang perlu diperhatikan adalah :
8. Monitoring dan Evaluasi
– Apoteker harus melakukan monitoring dan
evaluasi untuk mengetahui efek terapi,
mewaspadai efek samping obat, memastikan mewaspadai efek samping obat, memastikan
kepatuhan pasien.
– Hasil monitoring dan evaluasi
didokumentasikan dan ditindaklanjuti dengan
melakukan perbaikan dan mencegah
pengulangan kesalahan.
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan
pasien
2. Pimpin dan Dukung Staf Anda
3. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko3. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko
4. Kembangkan Sistem Pelaporan
5. Libatkan dan Komunikasi Dengan Pasien
6. Belajar dan Berbagi Pengalaman Tentang
Keselamatan Pasien
7. Cegah KTD, KNC dan Kejadian Sentinel
TUGAS APOTEKER1. Mengelola laporan medication error
–Membuat kajian terhadap laporan insiden yang masuk
–Mencari akar permasalahan dari error yang terjadi
2. Mengidentifikasi pelaksanaan praktek profesi terbaik untuk menjamin medication safety
–Menganalisis pelaksanaan praktek yang menyebabkan medication error
–Mengambil langkah proaktif untuk pencegahan
–Memfasilitasi perubahan proses dan sistem untuk menurunkan insiden yang sering terjadi atau berulangnya insiden sejenisterjadi atau berulangnya insiden sejenis
3. Mendidik staf dan klinisi terkait lainnya terkait praktek pengobatan yang aman
–Mengembangkan program pendidikan untuk meningkatkan medication safety dan kepatuhan terhadap aturan/SOP yang ada
4. Berpartisipasi dalam Komite/tim yang berhubungan dengan medication safety
5. Terlibat didalam pengembangan dan pengkajian kebijakan penggunaan obat
6. Memonitor kepatuhan terhadap standar pelaksanaan Keselamatan Pasien yang ada
Prosedur Pelaporan Insiden
1. Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang
sudah terjadi, potensial terjadi ataupun yang
nyaris terjadi.
2. Laporan insiden dapat dibuat oleh siapa saja 2. Laporan insiden dapat dibuat oleh siapa saja
atau staf farmasi yang pertama kali
menemukan kejadian atau terlibat dalam
kejadian.
3. Pelaporan dilakukan dengan mengisi “Formulir
Laporan Insiden” yang bersifat rahasia
Recommended