View
247
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
kftdfg
Citation preview
1
Penggunaan Media Panggung Boneka dalam Pendidikan Personal Hygiene Cuci Tangan Menggunakan Sabun
di Air Mengalir (Studi Pada Siswa Kelas 1 SD Muhammadiyah 18 Surabaya Tahun 2009)
Riris Diana Rachmayanti Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
ABSTRACT Washing hand with soap and flow water is the most easy and most affordable
to prevent disease transmission. Washing hand with soap should accustomed since early, because they are more vulnerable to disease activity with a higher play. especially to children because they are more susceptible towards disease with activity plays higher. Therefore, the pads of this research would like to know the media puppet stage effectiveness used to provided education in personal (washing hand with soap).
This experiment done to analyze effective puppet that used as media in give information about washing hand with seen increase knowledge and skill about washing hand with soap in subject or group that given different treatment.
This experiment done at elementary school Muhammadiyah 18 Mulyorejo Tengah with 1st grade class. First class is fruits that given treatment shaped lecture elucidation, while second class vegetables that is given treatment shaped elucidation with puppet. Experiment that used is quasi experimental
From the research result there were differences in knowledge and skill before and after treatment both of them. There was increasing knowledge and skill with result for knowledge and skill wilcoxon singed rank test p= 0,000 and wilcoxon mann-whitney p=0,000. Fruits class increase skill 75,9% and increase knowledge 86,2% while the class vegetables increase skill 76,7% and increase knowledge 56,6%
Based on the research result on it after puppet stage less effective. Many factors make it ineffective can be from targets or puppet stage.
Keywords : washing hand, soap, puppet stage
PENDAHULUAN
Tinggi rendahnya tingkat
mortalitas penduduk di suatu daerah
tidak hanya mempengaruhi
pertumbuhan penduduk, tetapi juga
merupakan barometer dari tinggi
rendahnya tingkat kesehatan masyarakat
di daerah tersebut (Bagus, 2003).
Penyakit infeksi yang disebabkan
oleh adanya bakteri sering menyerang
anak-anak terutama mereka yang status
gizi dan kesehatannya rendah. Infeksi
bakterial pada saluran pencernaan
2
Penggunaan Media Panggung Boneka dalam Pendidikan Personal Hygiene Cuci Tangan Menggunakan Sabun di Air Mengalir,
Riris Diana Rachmayanti
masih merupakan masalah kesehatan di
berbagai negara, terutama di negara
berkembang. Setiap tahun, angka
kematian pada anak balita akibat diare
di dunia mencapai 2,5 juta jiwa
(Evy, 2007).
Salah satu penyakit diare adalah
penyakit diare akut yang banyak
diderita oleh anak-anak. Diare akut
merupakan salah satu penyebab utama
morbilitas dan mortalitas anak di negara
yang sedang berkembang. Dalam
berbagai hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga diare menempati kisaran urutan
ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab
kematian bayi di Indonesia
(Kandun, 2003).
Data dari Subdit Diare, Direktorat
Pengendalian Penyakit Menular
Langsung Depkes RI tahun 2003, diare
merupakan penyebab kematian nomor
dua pada balita, nomor tiga pada bayi
dan nomor lima pada semua umur.
Banyak riset mengungkapkan bahwa
resiko penularan penyakit bisa
dikurangi dengan peningkatan perilaku
hidup bersih dan sehat serta perilaku
hygiene seperti cuci tangan pakai sabun
pada waktu penting.
Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Dina Agoes dengan judul “Perilaku
Cuci Tangan Sebelum Makan dan
Kecacingan pada Murid SD di
Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera
Barat”, menunjukkan bahwa perilaku
cuci tangan memakai air dan sabun
sebelum makan terbukti berhubungan
bermakna dengan kejadian kecacingan
(OR=2,35, 95% CI=1,40-3,94), variabel
lain yang berhubungan bermakna
adalah perilaku buang air besar (BAB)
tidak di jamban dengan nilai (OR=2,64,
95% CI=1,46-4,77) dan perilaku jajan
bukan di warung sekolah (OR=1,96,
95% CI=1,06-3,65).
Cuci tangan pakai sabun yang
dipraktikkan secara tepat dan benar
merupakan cara termudah dan efektif
untuk mencegah berjangkitnya penyakit
seperti diare, tifus, dan bahkan flu
burung. Cuci tangan ternyata
merupakan sebuah kunci penting dalam
pencegahan penularan penyakit. Banyak
sekali penyakit menular yang terjadi
karena masalah perilaku hidup bersih
dan sehat yang rendah, salah satunya
dalam hal mencuci tangan. Sudah
banyak bukti yang menunjukkan bahwa
perilaku mencuci tangan dengan sabun
dapat menurunkan tingkat kejadian dan
penularan berbagai macam penyakit
menular. Dengan mencuci tangan
dengan air dan sabun dapat lebih efektif
menghilangkan kotoran dan debu secara
mekanis dari permukaan kulit dan
secara bermakna mengurangi jumlah
mikroorganisme penyebab penyakit
seperti virus, bakteri dan parasit lainnya
3
Jurnal Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, Maret 2011: 1-13
pada kedua tangan. Oleh karenanya,
mencuci tangan dengan menggunakan
air dan sabun dapat lebih efektif
membersihkan kotoran dan telur cacing
yang menempel pada permukaan kulit,
kuku dan jari-jari pada kedua tangan.
Dari berbagai riset, risiko
penularan penyakit dapat berkurang
dengan adanya peningkatan perilaku
hidup bersih dan sehat, perilaku
hygiene, seperti cuci tangan pakai sabun
pada waktu penting. Menurut penelitian
Fewtrell dan Kaufmann (2005),
perilaku cuci tangan pakai sabun
merupakan intervensi kesehatan yang
paling murah dan efektif dibandingkan
dengan hasil intervensi kesehatan
dengan cara lainnya dalam mengurangi
risiko penularan berbagai penyakit
termasuk flu burung, kecacingan,
influenza, hepatitis A, demam tifoid,
dan diare terutama pada bayi dan
balita.
Maka perlu adanya pendidikan
serta pembelajaran kesehatan untuk
membiasakan diri menerapkan personal
hygiene (cuci tangan memakai sabun).
Hal tersebut tidak mudah namun apabila
pendidikan dan pembelajaran mengenai
kesehatan diberikan secara dini pada
anak maka akan lebih mudah diterima
jika dibandingkan pada orang dewasa.
Perilaku sehat bagi anak merupakan
modal utama menuju ke arah hidup
sehat di masa mendatang sehingga
perilaku sehat dan pola hidup sehat
perlu terus dibina dan dikembangkan
secara dini dan secara luas. Belum
optimalnya kesehatan pada anak
terutama masalah kesehatan diri
disebabkan oleh karena kurangnya
peran orang tua dalam memberikan
informasi serta pendidikan kesehatan
kepada mereka. Pada dasarnya segala
sesuatu perlu dibiasakan sedini
mungkin sehingga dapat menjadi suatu
kebiasaan dan rutinitas yang secara
sadar maupun tidak hal tersebut
dilakukan tanpa disuruh ataupun
diperintah orang lain tapi keinginan dan
motivasi tersebut muncul dari dirinya
sendiri. Dalam memberikan
pembelajaran perlu adanya media yang
dapat dijadikan sarana guna
mempermudah penyampaian materi.
Berdasarkan penelitian tentang
puppets dengan sebutan penelitian
timescale tahun 2003-2004
mengemukakan bahwa menggunakan
orangan (boneka) ternyata memiliki
dampak positif pada pelajaran sains.
Dari penelitian tersebut didapatkan hasil
yaitu meningkatkan keterlibatan anak-
anak dan motivasi, memberikan
dorongan untuk fokus bicara dan
penyelidikan dalam sains,
meningkatkan keyakinan segan dari
anak-anak, termasuk beberapa anak-
4
Penggunaan Media Panggung Boneka dalam Pendidikan Personal Hygiene Cuci Tangan Menggunakan Sabun di Air Mengalir,
Riris Diana Rachmayanti
anak dengan pendidikan kebutuhan
khusus, mendapatkan anak-anak mereka
untuk berbagi ide dan mereka
mengungkapkan adanya
kesalahpahaman, menantang anak-anak
dan adanya kesalahpahaman ide kreatif
dalam cara, memberikan peluang pada
guru untuk mengambil peran yang
berbeda, mendukung manajemen kelas
efektif, menciptakan konteks untuk
penggunaan kosa kata ilmiah. Oleh
karena itu dilakukan penelitian tentang
media panggung boneka dalam
memberikan informasi tentang cuci
tangan menggunakan sabun.
Tujuan penelitian ini adalah
Menganalisis efektifitas media
panggung boneka dalam memberikan
pendidikan cuci tangan menggunakan
sabun di air mengalir dan meningkatkan
pengetahuan tentang cuci tangan
menggunakan sabun di SD
Muhammadiyah 18 Surabaya.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilaksanakan
adalah dengan penelitian eksperimental.
Jenis eksperimental yang digunakan
adalah eksperimental kuasi. Perlakuan
ada 2 macam yaitu panggung boneka
dan ceramah.
Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa-siswi kelas 1 SD
Muhammadiyah 18 yang terdiri dari 2
kelas yaitu kelas 1 Vegetables dengan
jumlah 31 siswa dan kelas 1 Fruits
dengan jumlah 30 siswa.
Lokasi pengambilan data
dilaksanakan di dilaksanakan di SD
Muhammadiyah 18 di Mulyorejo
Tengah Surabaya.
Untuk melihat adanya perbedaan
sebelum dan sesudah pemberian
perlakuan dengan menggunakan
Wilcoxon singed-rank test dan untuk
melihat adanya perbedaan pada
penggunaan media yang digunakan
antara panggung boneka dan ceramah
dengan menggunakan Wilcoxon mean
whithney
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Tabel Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelas Fruits Laki-laki 16 Perempuan 13
Kelas Vegetables Laki-laki 17 Perempuan 13
Jumlah 59 Sumber: dari data primer
Tabel 2. Tabel Distribusi Berdasarkan Umur
No Umur Frekuensi (%) 1 2 3 4
6 tahun 7 tahun 8 tahun 9 tahun
17 35 5 2
28.8 59.3 8.5 3.4
Total 59 100 Sumber: dari data primer
5
Jurnal Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, Maret 2011: 1-13
Secara umum kondisi
lingkungan sekolah di SD
Muhammadiyah dapat dikatakan cukup
bagus dan baik dengan fasilitas air
bersih, dengan 5 buah kran air, terdapat
3 buah kamar mandi 2 kamar mandi
untuk putri dan 1 buah kamar mandi
untuk putra dengan kondisi kamar
mandi yang cukup bersih, penerangan,
ventilasi yang baik keadaan lantai yang
tidak licin dan ventilasi yang cukup.
Gambar 1. Diagram Peran Orang Tua
Dalam Mengajarkan Cara Mencuci
Gambar 2. Diagram Perintah Orang Tua
Untuk Mencuci Tangan di SD Muhammadiyah 18 Surabaya Tahun 2009
Gambar 3. Diagram Sumber Informasi
Tentang Cuci Tangan
Berdasarkan uraian dari setiap
diagram diatas maka dapat diketahui
bahwa keberadaan orang tua yang
paling besar namun keberadaan media
juga sebagai faktor pendorong
(reinforcing factor) sedangkan faktor
pendukung (enabiling factor) dalam
hal ini adalah sarana yang dimiliki
oleh sekolah untuk melakukan cuci
tangan.
Tabel 3. Tabel Tentang Keterampilan Kelas Fruits di SD Muhammadiyah 18 Surabaya Tahun 2009
No Kategori Frekuensi (%)
1 Meningkat 22 75,9
2 Menurun 7 24,1
3 Tetap 0 0
Total 29 100 Sumber: dari data primer
6
Penggunaan Media Panggung Boneka dalam Pendidikan Personal Hygiene Cuci Tangan Menggunakan Sabun di Air Mengalir,
Riris Diana Rachmayanti
Tabel 4 Tabel Keterampilan Kelas Vegetables di SD Muhammadiyah 18 Surabaya Tahun 2009
No Kategori Frekuensi (%) 1 Meningkat 23 76,7 2 Menurun 6 20,0 3 Tetap 1 3,3
Total 30 100 Sumber: dari data primer
Berdasarkan kedua tabel
mengenai keterampilan mencuci tangan
di kedua kelas tersebut peningkatan
lebih besar terjadi pada kelas vegetables
sebesar 76,7% dan di kelas fruits
75,9%. Namun perbedaanya tidak
begitu besar. Padahal pada kelas fruits
hanya menggunakan ceramah
sedangkan pada vegetables
menggunakan panggung boneka.
Tabel 5 Tabel Pre-Test Pengetahuan Kelas Fruits di SD Muhammadiyah 18 Surabaya Tahun 2009
No Kategori Frek. (%) 1 Sangat baik (≥80) 2 6,8 2 Baik (79-60) 19 65,5 3 Sedang (59-40) 6 20,9 4 Kurang (<40) 2 6,8
Total 29 100 Sumber: dari data primer
Tabel 6. Tabel Post-Test Pengetahuan Kelas Fruits di SD Muhammadiyah 18 Surabaya Tahun 2009
No Kategori Frek. (%) 1 Sangat baik (≥80) 16 55,2 2 Baik (79-60) 13 44,8 3 Sedang (59-40) 0 0 4 Kurang(<40) 0 0
Total 29 100 Sumber: dari data primer
Tabel 7 Tabel Peningkatan Pengetahuan Kelas fruits di SD Muhammadiyah 18 Surabaya Tahun 2009
No Kategori Frek. (%)
1 Meningkat 25 86,2
2 Menurun 1 3,5
3 Tetap 3 10,3
Total 29 100 Sumber: dari data primer
Tabel 8 Tabel Pre-Test Pengetahuan Kelas vegetables di SD Muhammadiyah 18 Surabaya Tahun 2009
No Kategori Frekuensi (%)
1 Sangat baik (≥80) 5 16,7
2 Baik (79-60) 16 53,3
3 Sedang (59-40) 6 20
4 Kurang (<40) 3 10
Total 30 100 Sumber: dari data primer
Tabel 9 Tabel Pre-Test Pengetahuan Kelas vegetables di SD Muhammadiyah 18 Surabaya Tahun 2009
No Kategori Frekuensi (%)
1 Sangat baik (≥80) 13 43,3
2 Baik (79-60) 13 43,3
3 Sedang (59-40) 2 6,7
4 Kurang (<40) 2 6,7
Total 30 100 Sumber: dari data primer
7
Jurnal Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, Maret 2011: 1-13
Tabel 10 Tabel Peningkatan Pengetahuan Kelas fruits di SD Muhammadiyah 18 Surabaya Tahun 2009
No Kategori Frekuensi (%)
1 Meningkat 17 56,7
2 Menurun 3 10
3 Tetap 10 33,3
Total 29 100 Sumber: dari data primer
Berdasarkan kedua tabel
pengetahuan diatas dapat diketahui
bahwa pada kelas vegetables
peningkatan pengetahuannya lebih kecil
yaitu 56,6% jika dibandingkan dengan
kelas fruits yang peningkatannya
sebesar 79,3%. Maka disini media
panggung boneka yang digunakan
kurang berpengaruh terhadap
pengetahuan atau informasi yang
disampaikan didalamnya. Selain itu
karakteristik dari siswa kelas vegetables
yang cenderung lebih aktif dari kelas
fruits.
PEMBAHASAN
Hasil perhitungan statistik
perbedaan media yang digunakan dalam
memberikan informasi mengenai cuci
tangan menggunakan sabun, nilai p =
0,000 < α = 0,05. Maka H0 ditolak
artinya ada perbedaaan antara kelompok
yang diberi media panggung boneka
dan tidak diberi panggung boneka.
Perbedaan tersebut sudah dijelaskan
sebelumnya. Yaitu pada keterampilan di
kelas Fruits sebesar 75,9% sedangkan
Pada kelas Vegetables keterampilan
sebesar 76,7%. Meskipun perbedaan
antara kedua kelompok tersebut tidak
terlalu besar. Sedangkan pada
pengetahuan pada kelas Fruits
peningkatan pengetahuan terjadi sebesar
79,3%, sedangkan pada subyek di kelas
Vegetables yang diberilan perlakuan
berupa panggung boneka sebesar 56,6%
Bobbi (1999) mengatakan dari
kutipan yang berasal dari Dr Vernon A
Magnesen, 1983 bahwa 10% kita
belajar dari apa yang kita baca, 20%
kita belajar dari apa yang kita dengar,
30% kita belajar dari apa yang kita
lihat, 50% kita belajar dari apa yang
kita lihat dan kita dengar, 70% kita
belajar dari apa yang kita katakan, dan
90% kita belajar dari apa yang kita
katakan dan kita lakukan.
Menurut Buku Bahan Ajar (1997)
menyatakan bahwa ada piramida
perkembangan media pendidikan yang
dinamakan kerucut pengalaman Edgar
Dale.
Pada panggung boneka sistem
pembelajaran dengan melihat dan
mendengar hal ini lebih efektif dari
sekedar melihat saja atau mendengar
saja, seperti halnya pada ceramah.
8
Penggunaan Media Panggung Boneka dalam Pendidikan Personal Hygiene Cuci Tangan Menggunakan Sabun di Air Mengalir,
Riris Diana Rachmayanti
Maka dapat disimpulkan bahwa
panggung boneka lebih efektif jika
dibandingkan dengan ceramah karena
pada penggunaan media panggung
boneka ada beberapa tahapan yang ada
pada piramida tersebut yang panggung
boneka merupakan simbol visual dan
visual yang kemudian anak-anak ikut
terlibat didalamnya mendemonstrasikan
dan berpartisipasi didalamnya mereka
mengobservasi langsung kegiatan pada
panggung boneka dan pada akhirnya
melaksanakan pengalaman langsung
dengan melakukan ketrampilan mencuci
tangan dengan sabun. Pada anak-anak
tahapan-tahapan tersebut tidak bisa
langsung namun bertahap yang dimulai
dengan rangsangan awal berupa
panggung boneka yang di dalamnya
mengandung simbol visual dan non
visual.
Menurut farida (2008), ada
beberapa tahapan dalam bermain pada
anak Tahap Kedua (anak usia 2 sampai
6 atau 7 tahun), Pada tahap ini anak
mulai berpikir simbolik dan mampu
berbicara untuk memahami
lingkungannya. Cara berpikirnya masih
berpusat pada diri sendiri dan anak
masih belum mampu menerapkan
hukum-hukum logika terhadap
pengalamannya dan pikirannya. Daya
imajinasi anak berkembang pada tahap
ini. Jadi jangan khawatir bila pada tahap
ini anak mempunyai teman imajinasi
yang diajaknya bermain, bercerita, dan
tertawa bersama. Bila imajinasi anak
bertambah, secara bertahap cara
berpikir anak tidak lagi berpusat pada
diri sendiri sehingga sosialisasi dapat
dikembangkan. Melalui bermain, anak-
anak melatih diri sendiri untuk lebih
menguasai gerakan motorik kasar dan
halus, atau melakukan kegiatan berpikir
seperti klasifikasi. Tata cara hidup di
masyarakat seperti disiplin dan aturan-
aturan sudah mulai dikenalnya.
Dengan menggunakan media
panggung boneka maka anak akan ikut
bermain didalammya artinya panggung
boneka juga merupakan sarana untuk
bermain dan mendapatkan hiburan.
Media panggung boneka sebagai
hiburan dan pembelajaran, namun
dalam hasil penelitian ini yang paling
dominan adalah sebagai hiburan jadi
siswa kurang memahami informasi
yang diberikan melalui panggung
boneka.
Menurut Rakhmad (2005),
gerakan sangatlah penting bagi
pembelajaran. Karena gerakan mampu
membangkitkan dan mengaktifkan
kapasitas mental. Gerakan menyatukan
dan menarik informasi-informasi baru
kedalam jaringan neuron. Gerakan
sangat vital bagi semua tindakan untuk
pembelajaran, pemahaman, dan untuk
9
Jurnal Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, Maret 2011: 1-13
diri kita sendiri. Setiap gerakan yang
dilakukan merupakan suatu kejadian
sensoris-motorik, yang berkaitan
dengan pemahaman terhadap dunia
fisik, dunia tempat semua pembelajaran.
Setiap kali kita bergerak dalam
cara yang teratur dan halus, otak akan
diaktifkan secara penuh dan integrasi
terjadi, pintu kepada pembelajaran
terbuka secara alami. Huward Gardner,
Jean Ayres, Rudolph Steiner, Neil
Kephardt dan para pembaharu ternama
lainnya di dunia pendidikan telah
menekankan pentingnya gerakan dalam
proses pembelajaran (Rakhmat, 2005).
Untuk anak yang aktif dalam
pembelajaran perlu sekali memberikan
dalam bentuk gerakan yang sesuai
dengan kebutuhannya. Sehingga akan
sangat tidak efektif karena keadaan
yang diam dan monoton tidak bisa
dilakukan oleh anak yang aktif.
Sehingga penelitian dengan media
panggung boneka tidak efektif untuk
anak-anak yang aktif seperti siswa-siswi
di kelas vegetables namun jika media
panggung boneka ini diterapkan di kelas
fruits atau pada kelompok anak yang
normal artinya tidak aktif maka hasil
yang diperoleh akan sangat berbeda.
Kemungkinan besar hasil yang
diperoleh akan lebih bagus dan lebih
efektif menggunakan media panggung
boneka dalam memberikan informasi
seperti halnya penelitian sebelumnya
yang menyatakan bahwa memberikan
pembelajaran dengan media orangan
atau panggung boneka bisa
meningkatkan pengetahuannya.
Selain lokasi penelitian yang
dilakukan dikota dengan subyek anak-
anak kota sangat berpengaruh hal
tersebut dikarenakan anak-anak kota
lebih meyukai hal-hal yang
berhubungan dengan teknologi modern
(bermain PS, computer, Nintendo,dan
lain sebagainya) dalam keseharian
mereka teknologi sudah menjadi hal
yang biasa hal tersebut akan sangat
berbeda dengan anak-anak desa yang
masih kurang berpengetahuan terhadap
teknologi modern. Sehingga dengan
karakter anak kota yang menyukai
teknologi maka penggunaan media
panggung boneka yang masih bersifat
tradisional kurang menarik bagi mereka.
Macam panggung boneka juga
sangat beragam artinya penampilan
dalam mengemas panggung boneka itu
sendiri. Pada penelitian ini panggung
boneka yang digunakan masih bersifat
tradisional disesuaikan dengan
kemampuan peneliti. Sehingga
berpengaruh terhadap hasil penelitian
yang kurang sesuai. Karena tampilan
panggung boneka sangat berpengaruh
disini. Panggung boneka dengan
tampilan beragam banyak bermunculan
10
Penggunaan Media Panggung Boneka dalam Pendidikan Personal Hygiene Cuci Tangan Menggunakan Sabun di Air Mengalir,
Riris Diana Rachmayanti
panggung boneka yang tampilannya
lebih bagus dan lebih modern seperti si
unyil, jalan sesame, star kidz, dan laen
sebagainya.
Soekodjo (2005) mengatakan
Green menganalisis perilaku manusia
yang dimulai dari tingkat kesehatan.
Kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor
yaitu faktor perilaku (behavior causes)
dan faktor diluar perilaku ( non-
behavior causes). Perilaku tersebut
ditentukan oleh 3 faktor yaitu Faktor-
faktor predisposising (predisposing
factors), yaitu faktor-faktor yang
mempermudah atau
mempredisposisikan perilaku yang
terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan
lain sebagainya. Faktor-faktor
pendukung (enabling factors), yaitu
faktor-faktor yang memungkinkan atau
yang memfasilitasi perilaku atau
tindakan. Yang dimaksud dengan faktor
pemungkin adalah sarana dan prasarana
yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedianya fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana kesehatan. Misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat
kontrasepsi, jamban, dan lainnya.
Faktor-faktor pendorong (reinforcing
factors), yaitu faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku yang terwujud
dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan, atau petugas lain, yang
merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat. Kadang-kadang
meskipun seseorang tahu dan mampu
untuk berperilaku sehat, tetapi tidak
melakukannya
Dari hasil penelitian dengan
menggunakan angket yang telah
dilakukan untuk menggetahui faktor
yang mempengaruhi dalam mencuci
tangan Berdasarkan dari diagram 1
tentang peran orang tua dalam
mengajarkan cara cuci tangan diketahui
bahwa sebesar 94,9% orang tua mereka
mengajarkan cara mencuci tangan
sedangkan sebanyak sebesar 5,1%
mengatakan bahwa orang tua mereka
tidak mengajarkan cara mencuci tangan.
Berdasarkan diagram 2 tentang
orang tua perintah orang tua untuk
melakukan cuci tangan diatas maka
dapat diketahui bahwa atau sebesar
91,5% orang tua mereka menyuruh
anaknya untuk mencuci tangan sebesar
8.5% orang tua mereka tidak meyuruh
anaknya untuk mencuci tangan.
Berdasarkan diagram 3 tentang
sumber informasi yang didapatkan oleh
anak-anak mengenai cuci tangan dapat
diketahui bahwa sebesar 47,5%
mendapat informasi dari orang tua,
sebesar 16,9% mendapat informasi dari
televisi, sedangkan sebesar 6,8%
mendapat informasi dari sekolah,
11
Jurnal Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, Maret 2011: 1-13
jumlah ini sama dengan siswa yang
mendapat informasi dari majalah, dan
sebesar 22% mendapatkan informasi
dari lain-lain disini bahwa informasi
didapatkan tidak hanya dari satu sumber
saja tapi dari beberapa sumber .
Dari uraian diatas dapat diketahui
bahwa faktor pendorong (factor
reinforcing) adalah orangtua namun
keberadaan media juga termasuk
memberikan kontribusi dalam
memberikan informasi mengenai
personal hygine cuci tangan
menggunakan sabun. Namun tetap yang
paling penting adalah orang tua.
Menurut John (2003), Masa
pertengahan dan akhir anak adalah
masa perkembangan yang berlangsung
dari kira-kira usia 6 sampai 11 tahun.
Kadang-kadang masa ini disebut masa
sekolah dasar. Anak menguasai
ketrampilan dasar seperti membaca,
menulis dan berhitung, dan mereka
secara formal juga dikenalkan dengan
dunia yang lebih luas dengan budaya.
Prestasi menjadi hal yang utama dari
dunia anak dan pengendalian diri mulai
meningkat. Dan masih tergantung
dengan orang tua.
Soekodjo (2005), Faktor-faktor
Pendukung (enabiling factors), yaitu
faktor-faktor yang memungkinkan atau
yang memfasilitasi perilaku atau
tindakan. Yang dimaksud dengan faktor
pemungkin adalah sarana dan prasarana
yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedianya fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana kesehatan. Misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat
kontrasepsi, jamban, dan lainnya.
Faktor pendukung disini adalah
sumber daya yang dimiliki oleh pihak
sekolah seperti yang telah diuraikan di
atas bahwa SD Muhammadiyah
memiliki 5 buah kran air dan yang
paling penting adalah adanya air bersih,
namun pada sekolah tidak disediakan
sabun sebagai fasilitas. Fasilitas inilah
yang merupakan faktor pendukung yang
penting dalam melakukan cuci tangan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka
dapat disimpulkan bahwa kondisi
lingkungan sekolah SD Muhammadiyah
18 Mulyorejo Tengah dalam kategori
cukup dengan nilai 70,45%. Faktor
yang mampu meningkatkan
pengetahuan dan perilaku untuk
mencuci tangan atau faktor pendorong
(factor reinforcing) adalah orang tua
namun keberadaan media juga tidak
dapat dipisahkan meskipun hasilnya
tidak sebesar orang tua. Sesuai dengan
hasil yang diperoleh melalui angket
yang telah dilakukan dalam penelitian
ini 94,9% orang tua siswa mengajarkan
cara mencuci tangan, sebesar 91,5%
12
Penggunaan Media Panggung Boneka dalam Pendidikan Personal Hygiene Cuci Tangan Menggunakan Sabun di Air Mengalir,
Riris Diana Rachmayanti
orang tua mereka menyuruh anaknya
untuk mencuci tangan, sedangkan untuk
sumber informasi sebesar 47,5%
mendapat informasi dari orang tua,
sebesar 22% mendapatkan informasi
dari lain-lain disini bahwa informasi
didapatkan tidak hanya dari satu sumber
saja tapi dari beberapa sumber antara
lain dari guru disekolah, majalah,
televisi. Faktor pendukung (enabling
factors) dalam hal ini adalah fasilitas
atau sarana yang dimiliki oleh sekolah
yaitu air bersih dan kran menentukan
pula dalam melakukan cuci tangan.
Terjadi perbedaan keterampilan
pada kedua kelompok yang diberi
intervensi berupa panggung boneka
pada kelas vegetables lebih tinggi
nilainya yaitu sebesar sebesar 76,7%
sedangkan pada kelas fruits yang hanya
diberikan penyuluhan berupa
penyuluhan biasa tanpa media apapun
peningkatan yang terjadi sebesar 75,9%.
Ada perbedaan namun perbedaan
tersebut tidak begitu besar dan tidak
begitu signifikan.
Pada pengetahuan juga terjadi
perbedaan antara kelas fruits yang
diberi penyuluhan biasa tanpa media
dan antara kelas vegetables yang
diberikan penyuluhan dengan media
panggung boneka. Pada kelas fruits
peningkatan pengetahuan sebesar
86,2%, dan pada kelas vegetables
sebesar 56,6%. Perbedaan tersebut
sangat signifikan terhadap efektifitas
media yang digunakan. Hal ini sangat
tidak sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang menyatakan bahwa
pembelajaran dengan media orangan
(panggung boneka) dapat meningkatkan
pengetahuan dan memudahkan dalam
belajar.
Karakteristik siswa-siswi di kelas
vegetables yang aktif merupakan faktor
yang menentukan ketidakefektifan
panggung boneka yang diterapkan
dalam pendidikan personal hygiene
mencuci tangan dengan sabun. Karena
dengan karakter anak yang aktif media
panggung boneka tidak sesuai dengan
anak-anak tersebut. Selain itu media
panggung boneka dalam penelitian ini
lebih cenderung pada hiburan. Dan
tampilan panggung boneka yang
diberikan masih tradisional sehingga
mempengaruhi hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. Hari cuci tangan
sedunia PBB, http://steelxp.wordpress.com/2008/10/16/hari-cuci-tangan-sedunia-pbb. (Sitasi 14 Oktober 2008).
Anonim. 17 Persen Penduduk Terserang Diare. http://digilib.ampl.or.id/detail/detail.php?row=&tp=kliping&ktg=sanitasi&kode=6605. (Sitasi 14 Oktober 2008)
13
Jurnal Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, Maret 2011: 1-13
Anonim. 2007 Diare Turun, Tinggal 59.300 Penderita. www.surabayapost.info/detail.php?cat=4&id=68079 - 42k. (Sitasi 14 Oktober 2008)
Anonim. Ikuti Hari Cuci Tangan Sedunia Pertama pada 15 Oktober 2008. http://www.perempuan.com/?ar_id=19173. (Sitasi 14 Oktober 2008)
Kandun NI. 2003. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat dalam kumpulan makalah Kongres nasional II BKGAI hal 29
Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Nur’aini, Farida. 2008. Edu Games For Childs Penduan Permainan Alami Yang Mencerdaskan Anak. Surakarta. AfraPublishing.
Rakhmat, Jalaludin. 2005. Belajar Cerdas Belajar Berbasiskan Otak. Bandung. MLC.
Santrock W. John. 2003. Edisi ke Enam Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta. Airlangga.
Santrock W. John. 2003. Edisi ke Kelima Life-Span Development PerkembanganMasa Hidup. Jakarta. Airlangga.
Recommended