View
234
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
163Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo
PENGELOMPOKAN KOMODITI BAHAN PANGAN POKOK DENGAN METODEANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Classification of Staple Food Commodity Using Analytical Hierarchy ProcessDwi Wahyuniarti Prabowo
Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, BP2KP, Kementerian Perdagangan - RI,Jl. M.I. Ridwan Rais No.5 Jakarta Pusat
dwi_wp@yahoo.com
Naskah diterima: 9/10/2013, Direvisi:12/2/2014, Disetujui diterbitkan: 25/11/2014
Abstrak
Pemerintah sampai saat ini belum memiliki daftar komoditi bahan pangan pokok (Bapok)yang konsisten. Terdapat perbedaan pandangan tentang komoditi Bapok antar lembagapemerintah, misalnya Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. Kep-28/M.EKON/05/2010 dan Renstra Kementerian Perdagangan 2010-2014 memasukkan komoditiBapok yang berbeda. Tulisan ini bertujuan untuk mencari kriteria penentuan suatu komoditiuntuk dikategorikan sebagai Bapok dan mengusulkan komoditi-komoditi potensial untuk Bapokdengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process. Hasil temuan menyimpulkanenam kriteria penentu komoditas sebagai Bapok yaitu pangsa pengeluaran komoditi dalampengeluaran pangan rumah tangga; kontribusi kandungan komoditi terhadap karbohidrat;konsumsi terhadap protein; frekuensi konsumsi; kontribusi konsumsi komoditi terhadap vitamindan mineral; serta pangsa produksi domestik terhadap konsumsi. Berdasarkan kriteria tersebut,calon Bapok yang diusulkan adalah beras, telur ayam ras, kedelai (tahu dan tempe), dagingayam ras, ikan kembung segar, ikan bandeng segar, gula pasir, susu, minyak goreng, danterigu.
Kata Kunci: Pangan Pokok, Kriteria Bahan Pangan Pokok, Analytical Hierarchy Process
Abstract
The government still does not have consistent list of commodities that classified as staplefood. There is a difference view on the staple foods among government institutions. TheEconomic Coordinating Ministry’s decision letter No. Kep-28/M.EKON/05/2010 and The Ministryof Trade Strategic Plan 2010-2014 for example, listed diiferent kind of staple foods. The aimof this paper is to identify the criteria of commodity which can be classified as staple food andto identify potential commodities that can be included as staple food by using Analytical HierarchyProcess. Six criteria of staple food are expenditure share of food in household spending;contribution to carbohydrate; consumption of the protein; frequency of consumption; contributionto vitamins and minerals; as well as the share of domestic production to consumption. Basedon these criterias, the candidates of proposed staple foods are rice, eggs, tofu and tempe,chicken meat, fresh mackerel, fresh milk, fish, sugar, milk, cooking oil, and wheat flour.
Keywords: Staple Food, Staple Food Criteria, Analytical Hierarchy Process
JEL Classification: D01, D10, E64
164 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
PENDAHULUANBahan pangan pokok memegang
peranan penting dalam aspek ekonomi,sosial, bahkan politik; namun sampaisaat ini pemerintah masih belummemiliki daftar komoditi bahan panganpokok (Bapok) yang konsisten. Sebagaicontoh, berdasarkan Surat KeputusanMenteri Perdagangan dan PerindustrianNo. 115/MPP/KEP/2/1998 tentang JenisBarang Kebutuhan Pokok Masyarakat(Depperindag, 1998), yang dimasukkansebagai barang kebutuhan pokokadalah beras, gula pasir, minyakgoreng, mentega, daging sapi, dagingayam, telur ayam, susu, jagung, minyaktanah, dan garam beryodium. Sedangkanberdasarkan Surat Keputusan MenteriKoordinator Bidang PerekonomianNo. Kep-28/M.EKON/05/2010 tentangTim Koordinasi Stabilisasi PanganPokok (Menko Perekonomian, 2010)yang te rmasuk Bapok ada lahberas, gula, minyak goreng, terigu,kedelai, daging sapi, daging ayam,dan te lur ayam. Hal tersebutmenimbulkan pertanyaan, khususnyamengenai ketidakkonsistenan dalampenentuan komoditi-komoditi Bapok;dan kemungkinan masuknya komoditi-k o m o d i t i l a i n s e b a g a i b a h a npangan pokok.
Undang-Undang (UU) Pangan No 18Tahun 2012 (Setneg, 2013) menegaskanpentingnya pengelompokan komoditidapat dikategorikan sebagai Bapok yangdalam UU pangan disebut pangan pokok.
UU tersebut mendefinisikan panganpokok sebagai pangan yang diperuntuk-kan sebagai makanan utama sehari-harisesuai dengan potensi sumber dayadan kearifan lokal. Selain itu, Pemerintahmenetapkan jenis dan jumlah panganpokok tertentu sebagai CadanganPangan Pemerintah pada pasal 28 ayat(1). Namun demikian, UU pangan inibelum secara jelas menyebutkankomodi t i -komodi t i pangan yangtermasuk pangan pokok.
Pada sisi lain, jenis komoditi Bapokdiduga mengalami perubahan yang di-pengaruhi oleh dinamika sosial-ekonomimasyarakat. Kondisi sosial-ekonomitersebut diantaranya peningkatan tarafhidup dan pendapatan serta ber-kembangnya populasi penduduk kelasmenengah. Faktor lain yang juga dapatmempengaruhi keputusan pilihan pangansaat ini adalah ketersediaan komoditiyang dikonsumsi dan keterjangkauannya.Peningkatan permintaan pangan karenapertumbuhan populasi, peningkatankonversi produk pangan menjadi bahanbaku energi, dan perubahan stok karenafaktor cuaca merupakan masalah dalamketersediaan pangan saat ini (Spiertz andEwert, 2009). Perubahan persepsikonsumen terhadap inovasi jugamempengaruhi konsumsi masyarakatterhadap pangan (Cornescu and Adam,2013). Sebagai contoh, produk-produkolahan pangan dari gandum saat inibanyak dikonsumsi masyarakat dantingkat konsumsinya terus meningkat.
165Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo
Hal ini menunjukkan penerimaankonsumen atas inovasi.
Analisis dilakukan dalam upayauntuk mencari kriteria-kriteria dalammenentukan suatu komoditi yang dapatdikategorikan sebagai Bapok. Kriteria-kriteria tersebut digunakan untuk memilihkomoditi yang dapat dikategorikansebagai Bapok. Rekomendasi kebijakanyang diusulkan adalah berupa komoditi-komoditi potensial untuk Bapok.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pangan Pokok
Kebutuhan paling mendasar bagisumber daya manusia suatu bangsaadalah pangan. Ketersediaan pangandalam jumlah dan kualitas yang cukup,diperlukan dalam mencapai ketahananpangan. Faktor lain yang merupakanfaktor penting dalam mencapai ke-tahanan pangan adalah tersedianya danterdistribusinya pangan yang terjangkaudari sisi harga dan aman dikonsumsimasyarakat untuk mencukupi kebutuhanenergi dalam aktivitas sehari-hari(Saliem et al, 2002). Pangan dinilaipenting (Nurkhayani, 2009) karenakenaikan harga pangan dapat me-nyebabkan penurunan konsumsi kaloridan protein yang besar.
Pengert ian pangan menurutEncyclopaedia Britannica (2013) adalah“material consisting essentially of protein,carbohydrate, and fat used in the body ofan organism to sustain growth, repair,
and vital processes and to furnish energy”.Definisi tersebut menekankan kepadakandungan bahan pangan yang mem-berikan manfaat kepada tubuh dalampertumbuhan, memperbaiki kerusakan,dan menjaga kelancaran fungsi vital sertasebagai sumber energi.
Dalam Undang Undang No. 7 Tahun1996 tentang Pangan (Setneg, 1996),pangan didefinisikan sebagai segalasesuatu yang berasal dari sumber hayatidan air, baik yang diolah maupun tidakdiolah, yang diperuntukkan sebagaimakanan atau minuman bagi konsumsimanusia, termasuk bahan tambahanpangan, bahan baku pangan, dan bahanlain yang digunakan dalam prosespenyiapan, pengolahan, dan atau pem-buatan makanan atau minuman. Sedang-kan definisi pangan menurut PeraturanPemerintah Republik Indonesia Nomor68 Tahun 2002 tentang KetahananPangan (Setneg, 2002) adalah segalasesuatu yang berasal dari sumber hayatidan air, baik yang diolah maupun tidakdiolah yang diperuntukkan sebagaimakanan atau minuman bagi konsumsimanusia, termasuk bahan tambahanpangan, bahan baku pangan, dan bahanlain yang digunakan dalam prosespenyiapan, pengolahan, dan/ataupembuatan makanan atau minuman.Penyelenggaraan Pangan dilakukandengan berdasarkan atas asas: (a)kedaulatan; (b) kemandirian; (c)ketahanan; (d). keamanan; (e) manfaat;(f). pemerataan; (g) berkelanjutan; dan(h) keadilan.
166 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
Dalam UU Pangan yang baru yaituUU No. 18 Tahun 2012 (Setneg, 2012)tentang Pangan, pengertian pangan lebihdiperluas terutama ruang lingkup jenispangannya. Dalam UU Pangan tersebut,pangan didefinisikan segala sesuatuyang berasal dari sumber hayati, produkpertanian, perkebunan, kehutanan,perikanan, peternakan, perairan, dan air,baik yang diolah maupun tidak diolahdiperuntukkan sebagai makanan atauminuman bagi konsumsi manusia,termasuk bahan tambahan pangan,bahan baku pangan, dan bahan lain-nya yang digunakan dalam prosespenyimpanan, pengolahan, dan ataupembuatan makanan dan minuman.
Penentuan jenis pangan yangdikonsumsi sangat tergantung kepadabeberapa faktor, di antaranya jenistanaman penghasil bahan pangan pokokyang biasa ditanam di daerah sertatradisi yang diwariskan oleh budayasetempat. Perilaku konsumsi panganmasyarakat dilandasi oleh kebiasaanmakan (food habit) yang tumbuh danberkembang dalam lingkungan keluargamelalui proses sosialisasi. Kebiasaanmakan tersebut dapat dipengaruhioleh lingkungan ekologi (ciri tanamanpangan, ternak dan ikan yang tersediadan dapat dibudidayakan setempat),lingkungan budaya dan sistem ekonomi(Hidayah, 2011).
Undang-Undang (UU) tentangpangan sebelumnya, yaitu UU No. 7Tahun 1996, belum memasukkan
definisi pangan pokok dalam uraianpasalnya. Pada UU tentang panganterbaru, yaitu UU No. 18 Tahun 2012,pangan pokok didefinisikan secaraeksplisit. Pangan Pokok berdasarkanUU ini adalah pangan yang diperuntuk-kan sebagai makanan utama sehari-harisesuai dengan potensi sumber daya dankearifan lokal.
FAO (2010) mendefinisikan panganpokok sebagai pangan yang dikonsumsisecara rutin pada kuantitas tertentu yangmenjadi bagian dominan dalam polamakan dan merupakan sumber asupanenergi dan gizi utama yang dibutuhkan.Pangan pokok memang tidak dapatmemenuhi seluruh kebutuhan nutrisikarena tubuh membutuhkan variasipangan lain (Ariani, 2010).
Pengelompokan Bahan PanganPokokRencana strategis Badan KetahananPangan 2010-2014 (KementerianPertanian, 2010) mengelompokkankomoditas pangan penting ke dalam duakelompok yaitu pangan nabati dan panganhewani. Pangan nabati terdiri dari 10komoditi yang terdiri dari beras, jagung,kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar,sayuran, buah-buahan, minyak gorengdan gula putih. Sedangkan panganhewani terdiri dari lima komoditi yangmeliputi daging sapi dan kerbau, dagingayam, telur, susu, dan ikan.
Badan Pusat Statistik (BPS, 2011)membagi bahan pangan ke dalamsembilan kelompok yang meliputi (1)
167Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo
padi-padian (beras, jagung, terigu), (2)umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang,sagu, umbi lainnya),(3) pangan hewani(daging ruminansia, daging unggas, telur,susu, ikan), (4) minyak dan lemak (minyakkelapa, minyak sawit, minyak lainnya),(5) buah/biji berminyak (kelapa, kemiri),(6) kacang-kacangan (kedelai, kacangtanah, kacang hijau, kacang lain), (7) gula(gula pasir, gula merah, (8) sayuran danbuah (sayur, buah), (9) lain-lain (minuman,bumbu-bumbuan).
S u r a t K e p u t u s a n M e n t e r iPerdagangan dan Per industr ianNo. 115/MPP/KEP/2/1998 tentang JenisBarang Kebutuhan Masyarakatmengklasifikasikan bahan pangansebagai beras, gula pasir, minyak goreng,mentega, daging sapi, daging ayam, telur
ayam, susu, jagung, minyak tanah, dangaram beryodium. Sedangkan menurutSurat Keputusan Menko PerekonomianNo. Kep-28/M.EKON/05/2010 Tahun 2010tentang Tim Koordinasi StabilisasiPangan Pokok, Bapok meliputi beras,gula, minyak goreng, terigu, kedelai,daging sapi, daging ayam, dan telurayam. Rencana Strategis KementerianPerdagangan 2010-2014 (KementerianPerdagangan, 2010) juga mengelompok-kan komoditi pangan sebagai indikatorkinerja stabilisasi harga. Pengelompokanpangan pokok berdasarkan beberapakebijakan yang diperlihatkan padaTabel 1 menunjukkan beberapa komoditiyang konsisten dikelompokkan sebagaipangan pokok yaitu beras, minyak goreng,gula, daging sapi, daging ayam, dan telur.
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.8 No. 2 Tahun 2014, DESEMBER 2014
Tabel 1. Komoditi Pangan Pokok
Renstra BKP 2010-2014
SK Menperindag No. 155/1998
SK Menko No. 28/2010
Renstra Kemendag 2010-2014
Beras v v v v Jagung vvv Kedelai v v Kacang Tanah v Ubi Kayu v Ubi Jalar v Sayuran v Buah-buahan v Minyak Goreng v v v v Gula v v v v Daging Sapi v v v v Daging Kerbau v Daging Ayam v v v v Telur v v v v Susu v v v Ikan v Mentega v Minyak Tanah v Garam Beriodium v Tepung Terigu v v
Tabel 2. Skala Penilaian
B ialiN A ialiN naialineP lisaH
A jauh lebih disukai dari B 1,4 0,6
A sedikit lebih disukai dari B 1,2 0,8
0,1 0,1 B nagned amas A
A sedikit kurang disukai dari B 0,8 1,2
A jauh kurang disukai dari B 0,6 1,4
Tabel 3. Perbandingan antar Kriteria
Kriteria CR1 CR2 CR3 CR4 Jumlah Bobot CR1 - c12 c13 c14 c1. bc1= c1./c
CR2 c21 - c23 c24 c2. bc2=c2./c
CR3 c31 c32 - c34 c3. bc3=c3./c
CR4 c41 c42 c43 - c4. bc4=c4./c
Jumlah C
Tabel 1. Komoditi Pangan Pokok
168 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
Sejalan dengan perkembanganekonomi dan taraf hidup masyarakatIndonesia saat ini, diperkirakan telahterjadi pergeseran kebutuhan pokokyang diperlukan masyarakat. Sebagaicontoh, produk-produk perikanan sepertiikan kembung dan ikan bandeng yangselama ini kurang diperhatikan jugadiperkirakan mengalami peningkatankonsumsi. Oleh karena itu perluditegaskan kembali jenis-jenis barangyang dapat dikategorikan sebagaibahan kebutuhan pokok masyarakat,dalam hal ini lebih khusus pada bahanpangan pokok. Penelitian yang dilakukanYuliana (2008) menyimpulkan semuakelompok pangan merupakan barangpangan jika dilihat dari elastisitaspendapatan, dimana kelompok sumberprotein merupakan substitusi darikelompok sumber karbohidrat.
METODE PENELITIAN
Metode Analisis
Salah satu metode untuk melakukanpengelompokan adalah metode AnalyticalHierartical Process (AHP), yaitu suatumetode untuk menyusun suatu prioritasda r i be rbaga i p i l i han denganmenggunakan beberapa kriteria (multicriteria) (Teknomo, Siswanto, Yudhanto,1999). AHP mempunyai sifat multikriteria dalam penyusunan kriteria,sehingga AHP cukup banyak digunakandalam penelitian. AHP didasarkan padatiga prinsip logika analisis yaitumembangun hirarki, membangun prioritas,
dan konsisten secara logika (Mezianidan Rezvani, 1990).
Di samping bersifat multi kriteria,AHP juga didasarkan pada suatu prosespemilihan yang terstruktur dan logis.Pemilihan atau penyusunan prioritasdilakukan dengan suatu proseduryang dapat merepresentasi pendapatdari narasumber yang kompeten(Bourgeois, 2005).
Dalam penelitian ini, tahapan AHPdilakukan untuk menyeleksi komoditiyang dapat diusulkan sebagai Bapok.Untuk i tu, uraian anal is is akandifokuskan pada: (a) dekomposisi darimasalah pemilihan Bapok; (b) teknikpeni laian untuk membandingkanelemen-elemen hasil dekomposisi; dan(c) sintesis dari penilaian.
1. Dekomposisi MasalahSesuai dengan tujuan penelitian
(goal), maka tujuan kegiatan adalah untukmengidentifikasi atau menyusun prioritasyang dapat digunakan sebagai kriteriaBapok. Setelah tujuan dapat ditetapkan,maka langkah selanjutnya adalahmenentukan kriteria dari tujuan tersebut.Untuk memperoleh kriteria-kriteriatentang Bapok, maka dilakukan identifi-kasi melalui Focus Group Discussion(FGD) dengan mengundang ahli-ahli.Responden dalam FGD terdiri dari 15(lima belas) orang yang mewakiliakademisi, ahli pangan, ahli ekonomi,ahli pertanian, dan ahli perikanan. Untukmembuat proses AHP menjadi dapatdikelola (managable), maka kriteria
169Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo
dibatasi. Dalam hal ini, kriteria yangdigunakan adalah kriteria yang diturunkandari pengertian/definisi Bapok sepertiyang tercantum dalam UU Pangan. DariFGD ini diperoleh hasil mengenaisejumlah “m” kriteria penentuan Bapokdan sekitar 190 komoditi Bapok.
2. Teknik PenilaianSetelah dapat ditentukan sebanyak
“m” kriteria melalui FGD, maka tahapselanjutnya adalah menilai ataumembandingkan derajad kepentingan(bobot) dari masing-masing kriteria untukidentifikasi bahan pangan pokok. Dengan
kata lain, perbandingan antar kriteriadimaksudkan untuk menentukan bobotuntuk masing-masing kriteria.
Alternatif penilaian yang digunakanoleh Bourgeois (2005) menggunakanskala antara 0.2 sampai dengan 1,8 untukmenyatakan perbandingan antar kriteria(lihat Tabel 2). Jika kriteria A sedikit lebihbaik/disukai dari kriteria B, maka A diberinilai 1,2 dan B dinilai 0,8, yangmengindikasikan jarak sekitar 20% darinilai 1. Jika kriteria A jauh lebih disukaiari pada kriteria B, maka A diberi nilai 1,4dan B 0,6.
Dengan menggunakan penilaianseperti Tabel 2 dan misalnya hanya adaempat kriteria, maka perbandingan antarkriteria akan menghasilkan Tabel 3. Daritabel tersebut dapat dirangkum sebagaiberikut:a. cij merupakan hasil penilaian/
perbandingan antara kriteria idengan j;
b. ci. merupakan penjumlahan nilaiyang dimiliki kriteria ke i;
c. c merupakan penjumlahan semuanilai ci;
d. Bobot kriteria ke i diperoleh denganmembagi nilai ci. dengan c.
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.8 No. 2 Tahun 2014, DESEMBER 2014
Tabel 1. Komoditi Pangan Pokok
Renstra BKP 2010-2014
SK Menperindag No. 155/1998
SK Menko No. 28/2010
Renstra Kemendag 2010-2014
Beras v v v v Jagung vvv Kedelai v v Kacang Tanah v Ubi Kayu v Ubi Jalar v Sayuran v Buah-buahan v Minyak Goreng v v v v Gula v v v v Daging Sapi v v v v Daging Kerbau v Daging Ayam v v v v Telur v v v v Susu v v v Ikan v Mentega v Minyak Tanah v Garam Beriodium v Tepung Terigu v v
Tabel 2. Skala Penilaian
B ialiN A ialiN naialineP lisaH
A jauh lebih disukai dari B 1,4 0,6
A sedikit lebih disukai dari B 1,2 0,8
0,1 0,1 B nagned amas A
A sedikit kurang disukai dari B 0,8 1,2
A jauh kurang disukai dari B 0,6 1,4
Tabel 3. Perbandingan antar Kriteria
Kriteria CR1 CR2 CR3 CR4 Jumlah Bobot CR1 - c12 c13 c14 c1. bc1= c1./c
CR2 c21 - c23 c24 c2. bc2=c2./c
CR3 c31 c32 - c34 c3. bc3=c3./c
CR4 c41 c42 c43 - c4. bc4=c4./c
Jumlah C
Tabel 2. Skala Penilaian
Sumber: Bourgeois (2005)
170 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
Dengan menggunakan kriteriapendahuluan tersebut, maka akandiperoleh sebesar “n” pangan yang akandiseleksi berdasarkan “m” kriteria yangtelah ditetapkan. Untuk itu, “n” komodititersebut dinilai berdasarkan satu persatudari “m” kriteria. Tabel 4 mengilustrasikanperbandingan antar pilihan (empat pilihan)untuk kriteria satu (C1) dengan penjelasansebagai berikut:
a. oij merupakan hasil penilaian/perbandingan antara pilihan i dengank untuk kriteria ke j
b. oi merupakan penjumlahan nilaiyang dimiliki pilihan ke i
c. o merupakan penjumlahan semuanilai oi.
d. boij merupakan nilai pilihan ke i untukkriteria ke j
3. Sintesis PenilaianSintesis hasil penilaian merupakan
tahap akhir dari AHP (Bayazit dan Karpak,2005). Pada dasarnya, sintesis ini adalahmerupakan penjumlahan dari bobot yangdiperoleh setiap pilihan pada masing-masing kriteria setelah diberi bobot dari
kriteria tersebut. Secara umum, nilai suatupilihan adalah sebagai berikut:
............................(1)
bopi : nilai/ bobot untuk pilihan ke i
Tabel 3. Perbandingan antar Kriteria
Tabel 4. Perbandingan antar Pilihan untuk Kriteria C1
COP
OP
OP
OP
Jum
O
O
O
O
Tab
C1 OP1
P2
P3
P4
mlah
Cbc
OP1 bo
OP2 bo
OP3 bo
OP4 bo
bel 4. Perb
OP1 -
o21
o31
o41
R1 c1
o11
o21
o31
o41
andingan
OP2 o12
-
o32
o42
Tabel 5. S
CR2 bc2
bo12
bo22
bo32
bo42
antar Pilih
OP3 o13
o23
-
o43
Sintesa Pen
CR3 bc3
bo13
bo23
bo33
bo43
an untuk K
OP4 o14
o24
o34
-
nilaian
CRbc4
bo1
bo2
bo3
bo4
Kriteria C1
Jumlah o1.
o2.
o3.
o4.
O
R4 4
4
23
34
44
1
Bobotbo11=o1./o
bo21=o2./o
bo31=o3./o
bo41=o4./o
Prioritas bopi
bop1
bop2
bop3
bop4
o
o
o
o
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.8 No. 2 Tahun 2014, DESEMBER 2014
Tabel 1. Komoditi Pangan Pokok
Renstra BKP 2010-2014
SK Menperindag No. 155/1998
SK Menko No. 28/2010
Renstra Kemendag 2010-2014
Beras v v v v Jagung vvv Kedelai v v Kacang Tanah v Ubi Kayu v Ubi Jalar v Sayuran v Buah-buahan v Minyak Goreng v v v v Gula v v v v Daging Sapi v v v v Daging Kerbau v Daging Ayam v v v v Telur v v v v Susu v v v Ikan v Mentega v Minyak Tanah v Garam Beriodium v Tepung Terigu v v
Tabel 2. Skala Penilaian
B ialiN A ialiN naialineP lisaH
A jauh lebih disukai dari B 1,4 0,6
A sedikit lebih disukai dari B 1,2 0,8
0,1 0,1 B nagned amas A
A sedikit kurang disukai dari B 0,8 1,2
A jauh kurang disukai dari B 0,6 1,4
Tabel 3. Perbandingan antar Kriteria
Kriteria CR1 CR2 CR3 CR4 Jumlah Bobot CR1 - c12 c13 c14 c1. bc1= c1./c
CR2 c21 - c23 c24 c2. bc2=c2./c
CR3 c31 c32 - c34 c3. bc3=c3./c
CR4 c41 c42 c43 - c4. bc4=c4./c
Jumlah C
171Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo
Sebagai contoh nilai prioritas/bobotpilihan 1 (OP1) diperoleh denganmengalikan nilai bobot pada kriteriadengan nilai yang terkait dengan kriteriatersebut untuk pilihan 1 sebagai berikut:
bopi = bo11* bc1 + bo12* bc2 + bo13 * bc3
+ bo14 * bc4 ........................................ (2)
Hal yang identik dilakukan untukpilihan 2, 3 dan 4. Dengan mem-bandingkan nilai yang diperoleh masing-masing pilihan, prioritas dapat disusunberdasarkan besarnya nilai tersebut.Semakin tinggi nilai suatu pilihan, semakintinggi prioritasnya, dan sebaliknya(Permadi, 1992).
Langkah pertama sebelum dilakukanAHP adalah menentukan pilihan komoditiyang potensial menjadi Bapok (Gambar1). Berdasarkan data SUSENAS 2012(BPS, 2012), maka ada sekitar 190pangan atau bahan pangan, termasukminuman, yang menjadi konsumsimasyarakat. Oleh sebab itu, sebelumdilakukan AHP, calon Bapok tersebutdiseleksi terlebih dahulu dengan kriteriapendahuluan sebagai berikut:a. Dalam pengeluaran rumah tangga,
pangan minimal berkontribusisebesar 0,5% dari total pengeluaranrumah tangga. Penentuan besarankontribusi didasarkan pada nilaitengah dar i data kontr ibusipenge luaran rumah tangga
komoditi pangan pada Susenas.Makanan utama direpresentasikanoleh kriteria pangsa pengeluarandalam pengeluaran pangan rumahtangga dalam bentuk persentase.J ika suatu komodi t i terp i l ihsebagai Bapok, maka pangsapengeluaran dalam pengeluaranpangan seyogyanya cukupsignifikan. Dalam studi ini, agarmasuk sebagai calon Bapok, makapangsa pengeluaran tersebutminimal 0,5% terhadap totalpengeluaran pangan rumah tangga.
b. Dari segi gizi, pangan minimalberkontribusi terhadap kebutuhandasar yang antara lain karbohidrat,protein, vitamin, dan mineral.
Tabel 5. Sintesa Penilaian
COP
OP
OP
OP
Jum
O
O
O
O
Tab
C1 OP1
P2
P3
P4
mlah
Cbc
OP1 bo
OP2 bo
OP3 bo
OP4 bo
bel 4. Perb
OP1 -
o21
o31
o41
R1 c1
o11
o21
o31
o41
andingan
OP2 o12
-
o32
o42
Tabel 5. S
CR2 bc2
bo12
bo22
bo32
bo42
antar Pilih
OP3 o13
o23
-
o43
Sintesa Pen
CR3 bc3
bo13
bo23
bo33
bo43
an untuk K
OP4 o14
o24
o34
-
nilaian
CRbc4
bo1
bo2
bo3
bo4
Kriteria C1
Jumlah o1.
o2.
o3.
o4.
O
R4 4
4
23
34
44
1
Bobotbo11=o1./o
bo21=o2./o
bo31=o3./o
bo41=o4./o
Prioritas bopi
bop1
bop2
bop3
bop4
o
o
o
o
172 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
Focus Group Discussion (FGD)dillakukan untuk menentukan kriteria-kr i ter ia yang d igunakan dalammengelompokan bahan pangan pokokseperti yang terlihat pada Tabel 6.Kriteria-kriteria tersebut terutamaditurunkan dari pengertian/definisi
bahan pangan pokok seperti yangtertuang dalam Undang-Undang (UU)Pangan No.18 Tahun 2012 yang berbunyi:“pangan yang diperuntukkan sebagaimakanan utama sehari-hari sesuaidengan potensi sumber daya dankearifan lokal”
Pengertian bahan pangan pokoksebagai makanan utama sehari-harid i representas ikan o leh kr i te r iafrekuensi mengkonsumsi dimanakomodi t i yang termasuk Bapokd ikonsumsi cukup ser ing o lehmayor i tas penduduk Indonesia.Dengan kata lain, suatu komodititermasuk Bapok seyogyanya adalahmakanan utama yang dikonsumsicukup ser ing dengan f rekuensipaling tidak seminggu sekali olehkebanyakan penduduk Indonesia.
Dari segi gizi masyarakat, suatukomoditi sebagai makanan pokok makahendaknya memberikan kontribusiyang signifikan terhadap kebutuhan gizi.
Tiga kriteria yang berkaitan dengangizi adalah sumbangan suatu komodititerhadap (i) karbohidrat; (ii) protein, dan(iii) vitamin dan mineral. Suatu komoditidianggap sebagai Bapok jika memilikikontribusi yang cukup signif ikanterhadap ketiga komponen gizi tersebut.Buruknya gizi merupakan masalah yangbanyak terjadi di negara berkembang.Gizi dan nutrisi yang tidak mencukupidi masa pertumbuhan menjadi salahsatu penyebab kematian anak danmemberikan konsekuensi jangkapanjang pada pertumbuhan ekonomidan produkt iv i tas (St i l lman andThomas, 2008).
Gambar 1. Dekomposisi Masalah Penentuan Bapok.
KRITERIA 1 KRITERIA 2
IDENTIFIKASI
KRITERIA 3 KRITERIA m
190 KOMODITI
173Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo
Pengertian sesuai dengan potensisumber daya dan kearifan lokal diwakilioleh kriteria pangsa produksi dalam negeriterhadap konsumsi dalam negeri. Sesuaidengan potensi sumberdaya alam dankearifan lokal bermakna bahwa bahanpangan tersebut sesuai dengan agro-klimat dan sosial budaya masyarakat.Implikasi dari kesesuaian tersebut adalahbahwa komoditas tersebut seyogyanyadiproduksi cukup banyak di dalam negerisehingga memiliki pangsa produksi yangbesar terhadap kebutuhan dalam negeri.
Pangan tidak hanya cocok secaraagroklimat, sosial, dan budaya, namunjuga dapat diterima oleh sebagian besarmasyarakat. Penilaian didasarkan padadata indikator pangsa produksi dalamnegeri terhadap konsumsi dalam negeri(Index Dependency Ratio : IDR) sebagaiindikator kesesuaian dengan potensisumber daya dan kearifan lokal. Semakinbesar nilai IDR maka ketidaksesuaindengan potensi sumber daya dan kearifanlokal semakin besar.
Tabel 6. Kriteria untuk Menyeleksi Komoditi Bapok
Tabel 7. Index Dependency Ratio Produk Pangan Indonesia
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.8 No. 2 Tahun 2014, DESEMBER 2014
Tabel 6. Kriteria untuk Menyeleksi Komoditi Bapok
isinifeD airetirK Representasi Pengertian Bapok
1. Gizi - Karbohidrat/Kalori Kontribusi karbohidrat terhadap
total per kapita Makanan utama
- Protein Kontribusi protein terhadap total per kapita
Makanan utama
- Vitamin dan mineral Kontribusi vitamin dan mineral terhadap total per kapita
Makanan utama
2. Ekonomi Rumah Tangga - Pangsa Pengeluaran
pangan Rumah Tangga (PPRT)
Persentase pengeluaran rumah tangga untuk pangan tersebut per satuan waktu
Makanan utama
- Frekuensi konsumsi Frekuensi mengkonsumsi per bulan atau per minggu
Sehari-hari
3. Produksi - Pangsa produksi
dalam negeri Persentase produksi dalam negeri/lokal terhadap konsumsi (index depedency ratio)
Sesuai dengan potensi sumberdaya dan kearifan lokal
Tabel 7. Index Dependency Ratio Produk Pangan Indonesia
Komoditi Tahun
2008 2009 2010 2012 2013* Beras 1,2 1,0 2,3 4,5 3,9 Daging Sapi 10,4 14,2 17,2 12,2 8,4 Kedelai 60,1 57,4 65,8 71,1 46,5 Gula 34,4 51,3 52,3 60,3 72,3
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.8 No. 2 Tahun 2014, DESEMBER 2014
Tabel 6. Kriteria untuk Menyeleksi Komoditi Bapok
isinifeD airetirK Representasi Pengertian Bapok
1. Gizi - Karbohidrat/Kalori Kontribusi karbohidrat terhadap
total per kapita Makanan utama
- Protein Kontribusi protein terhadap total per kapita
Makanan utama
- Vitamin dan mineral Kontribusi vitamin dan mineral terhadap total per kapita
Makanan utama
2. Ekonomi Rumah Tangga - Pangsa Pengeluaran
pangan Rumah Tangga (PPRT)
Persentase pengeluaran rumah tangga untuk pangan tersebut per satuan waktu
Makanan utama
- Frekuensi konsumsi Frekuensi mengkonsumsi per bulan atau per minggu
Sehari-hari
3. Produksi - Pangsa produksi
dalam negeri Persentase produksi dalam negeri/lokal terhadap konsumsi (index depedency ratio)
Sesuai dengan potensi sumberdaya dan kearifan lokal
Tabel 7. Index Dependency Ratio Produk Pangan Indonesia
Komoditi Tahun
2008 2009 2010 2012 2013* Beras 1,2 1,0 2,3 4,5 3,9 Daging Sapi 10,4 14,2 17,2 12,2 8,4 Kedelai 60,1 57,4 65,8 71,1 46,5 Gula 34,4 51,3 52,3 60,3 72,3
Sumber : BPS dan Kementerian Pertanian, diolah (2013) Keterangan: Produksi Beras, gula dan daging sapi tahun 2013 masih estimasi dan Produksi kedelai (ASEM)
174 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
Berdasarkan data SUSENAS 2009-2011 (BPS, 2011), ada sebanyak 190komoditas/produk yang dikonsumsi rumahtangga. Dari jumlah tersebut, adasebanyak 133 komoditas yang termasukkategori bahan pangan. Seleksi tahappertama dengan menggunakan kriteria
minimal berkontribusi 0,5% terhadap totalpengeluaran rumah tangga danmenggabungkan komoditas yang identik,seperti kedelai (tahu dan tempe). Denganpendekatan tersebut, maka terpilih duapuluh komoditas calon Bapok sepertitercantum pada Tabel 8.
Dua puluh komoditi calon Bapoktersebut kemudian akan dinilai dandiperingkat berdasarkan masing-masingkriteria pengelompokan Bapok yaitupangsa pengeluaran komoditi dalampengeluaran pangan rumah tangga;kontribusi kandungan komoditi terhadapkarbohidrat; konsumsi terhadap protein;frekuensi konsumsi; kontribusi konsumsikomoditi terhadap vitamin dan mineral;serta pangsa produksi domestik terhadap
konsumsi. Sepuluh komoditi padaperingkat teratas dipilih sebagai komoditiyang akan diusulkan sebagai Bapok.Pemilihan banyaknya sepuluh komoditididasarkan pendapat para ahli dantingkat kemampuan Pemerintah dalammengendalikan dan mengawasi Bapok.Berdasarkan kriteria dan calon Bapok,maka secara sederhana dekomposisimasalah dengan model AHP sebagai-mana terlihat pada gambar 2.
Tabel 8. Daftar Komoditas Calon Bapok
Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan... dengan Metode Analytical Hierarchy Process Dwi Wahyuniarti Prabowo 5
Dua puluh komoditi calon bapok tersebut kemudian akan dinilai dan
diperingkat berdasarkan masing-masing kriteria pengelompokan bapok yaitu
pangsa pengeluaran komoditi dalam pengeluaran pangan rumah tangga;
kontribusi kandungan komoditi terhadap karbohidrat; konsumsi terhadap protein;
frekuensi konsumsi; kontribusi konsumsi komoditi terhadap vitamin dan mineral;
serta pangsa produksi domestik terhadap konsumsi. Sepuluh komoditi pada
peringkat teratas dipilih sebagai komoditi yang akan diusulkan sebagai bapok.
Pemilihan banyaknya sepuluh komoditi didasarkan pendapat para ahli dan tingkat
kemampuan Pemerintah dalam mengendalikan dan mengawasi bapok.
Berdasarkan kriteria dan calon bapok, maka secara sederhana dekomposisi
masalah dengan model AHP sebagaimana terlihat pada gambar 2.
Sumber : BPS (2011), diolah
175Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo
Data Data yang digunakan dalam kajian
ini adalah data primer dan data sekunder.1. Data sekunder yang digunakan
adalah data komoditi pangan danpangsa pengeluaran rumah tangga.Sumber data sekunder utamaberasal dari data SUSENAS dariBadan Pusat Stat ist ik. DataSUSENAS yang digunakan dalampenelitian ini adalah data rata-ratatahun 2009, 2010, dan 2011.
2. Data primer digunakan secara umumadalah data yang berkaitan denganinformasi kri teria Bapok danpenilaiannya, yang digunakan baikuntuk kriteria Bapok maupun untukpenilaian komoditi berdasarkankriteria. Data primer ini diperolehmelalui FGD untuk penentuan kriteriadan pengisian kuesioner penilaianuntuk penentuan komoditi yang akandiusulkan sebagai Bapok.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penilaian Kriteria dan Komoditas
Kriteria penentu komoditas sebagaiBapok terutama diturunkan daripengertian/definisi bahan pangan pokokseperti yang tertuang dalam Undang-Undang (UU) Pangan No.18 Tahun 2012yang mencakup tiga isu utama yaitu gizi,ekonomi rumah tangga, dan produksi.Terdapat 6 (enam) kriteria penentukomoditas sebagai Bapok yai tupangsa pengeluaran komoditi dalampengeluaran pangan rumah tangga;kontribusi kandungan komoditi terhadapkarbohidrat; konsumsi terhadap protein;frekuensi konsumsi; kontribusi konsumsikomoditi terhadap vitamin dan mineral;serta pangsa produksi domestikterhadap konsumsi.
Hasil penilaian menunjukkan kriteriapangsa pengeluaran rumah tanggamemiliki bobot terbesar dengan nilai 0,217
Gambar 2. Dekomposisi Masalah dalam Penentuan Bapok.
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.8 No. 2 Tahun 2014, DESEMBER 2014
Gambar 2. Dekomposisi Masalah dalam Penentuan Bapok
Tabel 9. Hasil Penilaian Kriteria Bapok
Kriteria Karbohidrat Protein Vitamin Pengeluaran Frekuensi Produksi Total Bobot Ranking
Karbohidrat 1,0 1,2 1,4 0,8 1,2 1,4 7,00 0,194 2
Protein 0,8 1,0 1,2 0,6 1,0 1,2 5,80 0,161 3
Vitamin 0,6 0,8 1,0 0,6 1,0 1,2 5,20 0,144 5
Pengeluaran 1,2 1,4 1,4 1,0 1,4 1,4 7,80 0,217 1
Frekuensi 0,8 1,0 1,0 0,6 1,0 1,2 5,60 0,156 4
Produksi 0,6 0,8 0,8 0,6 0,8 1,0 4,60 0,128 6
Total 36,00 1,000
Menentukan Komoditas yang termasuk Bapok
Karbohidrat Protein Mineral & Vitamin
Pangsa Pengeluaran
Frekuensi Konsumsi
Goal
Kriteria
Pilihan 20 Calon Bahan Pangan Pokok
176 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
diikuti oleh kriteria kontribusi terhadapkarbohidrat yang sedikit lebih kecil yaitu0,194 (Tabel 9.). Hal ini berarti bahwakedua kriteria tersebut berperan palingpenting dalam menentukan suatukomoditas untuk dapat dikategorikansebagai Bapok dengan pangsa lebih dari41%. Tiga kriteria berikutnya denganbobot sekitar 0,15 berturut turut adalahkontribusi terhadap protein, frekuensidikonsumsi, dan kontribusi terhadapvitamin. Kriteria produksi menempatiperingkat terendah dengan nilai 0,128.
Kriteria pangsa pengeluaran rumahtangga unggul atas empat kriteria lainnya
bermakna bahwa kriteria terpenting darisuatu komoditas dikategorikan sebagaiBapok adalah pangsa pengeluaran rumahtangga. Kontribusi karbohidrat terhadapkonsumsi per kapita menempati urutanke dua yang mengambarkan bahwakarbohidrat sebagai sumber kalori utamamasih dinilai sebagai indikator pentingsuatu komoditas dikategorikan sebagaiBapok. Keadaan ini sejalan dengankomposisi masyarakat Indonesia yangmasih didominasi masyarakat menengahke bawah dengan pangsa sekitar 70%dari populasi penduduk Indonesia.
Kriteria kontribusi terhadap protein,frekuensi dikonsumsi, dan kontribusiterhadap vitamin dan mineral dapat dinilaisebagai lapis kedua dalam menentukanapakah suatu komodi tas dapatdikategorikan sebagai Bapok. Kriteria inicukup penting, namun perannya dibawahpangsa pengeluaran rumah tangga dankontribusi terhadap karbohidrat. Kriteriaproduksi yang mencerminkan keter-gantungan terhadap impor memiliki bobot
terkecil. Kriteria produksi dinilai agaklemah kaitannya dengan Bapok karenadinilai lebih penting dikaitkan dengankebijakan yang seyogyanya diterapkanpemerintah, bukan untuk menentukansuatu komoditi Bapok, karena Bapokberkaitan dengan konsumsi.
Kriteria karbohidrat menempatkanberas sebagai komoditi dengan penilaiantertinggi dengan bobot 0,012 diikuti olehterigu dengan bobot yang hampir sama
Tabel 9. Hasil Penilaian Kriteria Bapok
Sumber: Hasil Olahan (2013)
177Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo
(Tabel 10). Hasil ini sejalan denganpersepsi masyarakat secara umum yangmenempatkan beras sebagai bahankalori utama dan menempatkan berassebagai Bapok. Data SUSENAS (2009-2011) mengindikasikan kontribusi berasterhadap karbohidrat mencapai rata-ratasekitar 76,35%. Terigu dan berbagaiproduk turunannya menempati urutankedua sebagai sumber karbohidrat.Pentingnya beras juga ditunjukkan olehhasil penelitian Murda (2009) yangmenyatakan bahwa pengaruh hargaberas terhadap permintaan seluruhkelompok pangan lebih besar dari padapengaruh harga-harga bukan berasterhadap permintaan beras.
Dengan menggunakan kriteriaprotein, maka ada dua kelompok besaryang masuk 10 besar penyumbangprotein. Kelompok pertama dengan bobotsekitar 0,010 secara berurut adalah susu,ikan kembung segar, daging sapi, ikanmujair dan ikan mas (Tabel 10). Kelimakomoditas ini dinilai sebagai penyumbangutama protein untuk gizi masyarakat. Susuyang menempati peringkat pertamamerupakan komoditas esensial dalampemenuhan protein masyarakat. Dagingsapi menempati urutan ke tiga, dibawahikan kembung segar. Posisi ikan kembungsegar yang lebih tinggi dikarenakankomoditas ini dari segi harga lebihterjangkau, sehingga lebih seringdikonsumsi masyarakat.
Tabel 10. Bobot Hasil Perhitungan AHP
Tabel 10. Bobot Hasil Perhitungan AHP
Sumber: Hasil Olahan (2013)
Tabel 11. Kompilasi Peringkat Komoditi
Sumber: Hasil Olahan (2013)
.
Karbohidrat Protein Vitamin Pengeluaran Frekuensi Produksi
Beras 0,012 0,007 0,007 0,014 0,009 0,007 0,057
Terigu 0,012 0,007 0,006 0,013 0,007 0,005 0,050
Minyak Goreng 0,011 0,006 0,006 0,013 0,008 0,007 0,051
Tahu & Tempe 0,010 0,009 0,008 0,012 0,008 0,006 0,053
Telur Ayam Ras 0,010 0,009 0,008 0,012 0,008 0,007 0,055
Gula Pasir 0,011 0,006 0,006 0,013 0,009 0,006 0,050
Daging Ayam Ras 0,011 0,009 0,008 0,012 0,008 0,007 0,054
Susu 0,011 0,010 0,009 0,011 0,006 0,005 0,052
Cabe Merah & Rawit 0,008 0,007 0,008 0,011 0,008 0,007 0,048
Bawang Merah 0,008 0,006 0,007 0,011 0,009 0,007 0,047
Jeruk 0,007 0,006 0,008 0,009 0,007 0,006 0,043
Tongkol/ Tuna/ Cakalang Segar 0,009 0,009 0,007 0,010 0,007 0,007 0,049
Daging Sapi 0,010 0,010 0,007 0,009 0,007 0,006 0,049
Ikan Kembung Segar 0,009 0,010 0,007 0,010 0,008 0,007 0,051
Teri Diawetkan 0,009 0,008 0,008 0,010 0,008 0,007 0,050
Ikan Mujair 0,009 0,010 0,007 0,010 0,007 0,007 0,049
Ikan Bandeng Segar 0,009 0,009 0,008 0,010 0,007 0,007 0,050
Bawang Putih 0,008 0,007 0,006 0,010 0,009 0,005 0,045
Kelapa 0,010 0,007 0,006 0,009 0,008 0,007 0,047
Ikan Mas 0,009 0,010 0,008 0,009 0,008 0,007 0,049
Komoditi TotalKriteria
Komoditi Karbohidrat Protein Vitamin Pengeluaran Frekuensi Produksi Total
111151211sareB2285288saR mayA ruleT301017576saR mayA gnigaD
Kedelai (Tahu & Tempe) 10 9 8 6 5 15 45810201113usuS
Ikan Kembung Segar 11 2 10 11 11 6 67217291815gneroG kayniM80251481312ugireT
Ikan Bandeng Segar 14 6 7 16 16 8 9014213141121naktewaiD ireT11614302024risaP aluG21931029561saM nakI315415131451riajuM nakI
Tongkol/ Tuna/ Cakalang Segar 13 10 12 12 17 7 14517191711137ipaS gnigaD
Cabe Merah & Rawit 17 16 6 9 6 11 1671399171419apaleK813138417191hareM gnawaB9191241615181hituP gnawaB0241818139102kureJ
Sumber: Hasil Olahan (2013)
178 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
Dengan menggunakan pangsapengeluaran rumah tangga sebagaikriteria, maka beras menempati peringkatpertama dengan nilai 0,014 (Tabel 10).Secara nasional, pangsa pengeluaranrumah tangga (RT) untuk beras adalah16,88% dari pengeluaran pangan,sementara di pedesaan dan perkotaanmasing-masing 13,33% dan 21,36%.Dengan bobot sekitar 0,013, secaraberurutan minyak goreng, gula pasir danterigu masing menempati urutan ke dua,tiga, dan empat. Ketiga komoditas inimerupakan kelompok urutan ke duadalam pengeluaran RT. Berdasarkandata SUSENAS 2009-2011, pangsapenge luaran ke t iga komod i tastersebut berkisar antara 5,63% - 2,30%(BPS, 2011).
Berdasarkan kriteria frekuensidikonsumsinya suatu komoditas tersebutoleh rumah tangga, dengan bobot sekitar0,009, beras, bawang putih, bawangmerah, dan gula pasir adalah kelompokpertama dengan peringkat tertinggi (Tabel10). Keempat komoditas ini hampir setiaphari dikonsumsi oleh rumah tangga.Kelompok kedua dengan bobot 0,008ditempati oleh sembilan komoditas daritahu dan tempe sampai dengan ikan mas.Kalau dinilai bedasarkan patokan sepuluhbesar, maka yang masuk adalah tahu dantempe, cabe merah dan rawit, minyakgoreng, telur ayam ras, kelapa, dan dagingayam ras. Daging sapi dan susu yangmenjadi sumber utama protein justrumenempati peringkat dua terbawah. Hal
ini mungkin disebabkan oleh ketidak-mampuan kebanyakan masyarakat untukmembeli komoditas tersebut.
Dengan menggunakan kriteriakontribusi terhadap vitamin dan mineral,maka susu menempati peringkat pertamadengan bobot 0,009 (Tabel 10). Susutidak hanya sebagai sumber utamaprotein, juga memberi kontribusi besarterhadap vitamin dan mineral. Kelompokkedua dengan bobot 0,008 ditempatidelapan komoditas, dari telur ayam rassampai dengan ikan mas. Ikan kembungsegar dengan bobot 0,007 menempatiurutan kesepuluh, sementara daging sapidengan bobot yang sama menempatiurutan ke sebelas.
Kriteria pangsa produksi terhadapkonsumsi yang mencerminkan tingkatketergantungan terhadap pasarinternasional, ternyata tidak terlalusignifikan dalam menentukan urutankomoditas. Hal ini terlihat dari bobotyang hampir sama untuk sepuluhkomoditas dengan bobot tertinggi.Seperti terlihat pada Tabel 10, ada tigabelas komoditas dengan bobot yanghampir sama yaitu 0,007.
Sintesis PenilaianBerdasarkan bobot hasil perhitungan
AHP pada Tabel 10, maka disusunperingkat dari setiap komoditi sepertiyang diperlihatkan pada Tabel 11. Berasmenempati peringkat tertinggi sebagaiBapok (Tabel 11). Beras menempatiperingkat pertama untuk empat kriteriayaitu kriteria pangsa pengeluaran rumah
179Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo
tangga, karbohidrat, frekuensi konsumsi,dan produksi dalam negeri yang sudahmendekati swasembada. Telur ayam rasmenduduki peringkat kedua yangdidukung oleh penilaiannya yang sangat
baik untuk vitamin (peringkat dua) danproduksi dalam negeri (peringkat dua).Untuk kriteria lain, nilai telur ayam rasrelatif moderat dengan kisaran peringkatantara 5-8.
Daging ayam ras mendudukiperingkat ke tiga yang didukung oleh nilaiyang baik untuk vitamin, moderat untukkriteria lainnya. Selanjutnya, posisi keempat diduduki oleh kedelai (tahu dantempe) yang didukung nilai yang baikuntuk kriteria frekuensi dan pengeluaran,moderat untuk kriteria yang lain. Peringkatke lima ditempati oleh susu, didukungoleh hasil penilaian yang baik untukprotein (peringkat satu), vitamin (peringkatsatu), dan karbohidrat (peringkat tiga),namun sangat rendah untuk kriteriaproduksi (delapan belas) dan frekuensi
dengan peringkat terendah (duapuluh).
Gula pasir yang biasa masuk Bapokternyata menempati peringkat ke sebelaswalau nilainya hampir sama dengan teriyang diawetkan. Gula pasir mendapatnilai yang cukup baik untuk pangsapengeluaran rumah tangga, frekuensi,dan karbohidrat, namun mendapat nilaisangat rendah untuk protein dan vitamin(peringkat dua puluh). Selanjutnya, dagingsapi yang biasanya masuk Bapok hanyamenempati peringkat lima belas, karenaperingkatnya umumnya rendah, selain
Tabel 11. Kompilasi Peringkat Komoditi
Tabel 10. Bobot Hasil Perhitungan AHP
Sumber: Hasil Olahan (2013)
Tabel 11. Kompilasi Peringkat Komoditi
Sumber: Hasil Olahan (2013)
.
Karbohidrat Protein Vitamin Pengeluaran Frekuensi Produksi
Beras 0,012 0,007 0,007 0,014 0,009 0,007 0,057
Terigu 0,012 0,007 0,006 0,013 0,007 0,005 0,050
Minyak Goreng 0,011 0,006 0,006 0,013 0,008 0,007 0,051
Tahu & Tempe 0,010 0,009 0,008 0,012 0,008 0,006 0,053
Telur Ayam Ras 0,010 0,009 0,008 0,012 0,008 0,007 0,055
Gula Pasir 0,011 0,006 0,006 0,013 0,009 0,006 0,050
Daging Ayam Ras 0,011 0,009 0,008 0,012 0,008 0,007 0,054
Susu 0,011 0,010 0,009 0,011 0,006 0,005 0,052
Cabe Merah & Rawit 0,008 0,007 0,008 0,011 0,008 0,007 0,048
Bawang Merah 0,008 0,006 0,007 0,011 0,009 0,007 0,047
Jeruk 0,007 0,006 0,008 0,009 0,007 0,006 0,043
Tongkol/ Tuna/ Cakalang Segar 0,009 0,009 0,007 0,010 0,007 0,007 0,049
Daging Sapi 0,010 0,010 0,007 0,009 0,007 0,006 0,049
Ikan Kembung Segar 0,009 0,010 0,007 0,010 0,008 0,007 0,051
Teri Diawetkan 0,009 0,008 0,008 0,010 0,008 0,007 0,050
Ikan Mujair 0,009 0,010 0,007 0,010 0,007 0,007 0,049
Ikan Bandeng Segar 0,009 0,009 0,008 0,010 0,007 0,007 0,050
Bawang Putih 0,008 0,007 0,006 0,010 0,009 0,005 0,045
Kelapa 0,010 0,007 0,006 0,009 0,008 0,007 0,047
Ikan Mas 0,009 0,010 0,008 0,009 0,008 0,007 0,049
Komoditi TotalKriteria
Komoditi Karbohidrat Protein Vitamin Pengeluaran Frekuensi Produksi Total
111151211sareB2285288saR mayA ruleT301017576saR mayA gnigaD
Kedelai (Tahu & Tempe) 10 9 8 6 5 15 45810201113usuS
Ikan Kembung Segar 11 2 10 11 11 6 67217291815gneroG kayniM80251481312ugireT
Ikan Bandeng Segar 14 6 7 16 16 8 9014213141121naktewaiD ireT11614302024risaP aluG21931029561saM nakI315415131451riajuM nakI
Tongkol/ Tuna/ Cakalang Segar 13 10 12 12 17 7 14517191711137ipaS gnigaD
Cabe Merah & Rawit 17 16 6 9 6 11 1671399171419apaleK813138417191hareM gnawaB9191241615181hituP gnawaB0241818139102kureJ
Sumber: Hasil Olahan (2013)
180 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
untuk kriteria protein. Demikian jugacabe, bawang merah, dan bawang putih,peringkatnya relatif rendah karenamendapat penilaian relatif rendah,kecuali kriteria frekuensi.
Sintesa Prioritas BapokBerdasarkan hasil analisis, komoditas
yang secara konsisten berada di peringkatatas yaitu beras, telur ayam ras, kedelai(tahu dan tempe), daging ayam ras, ikankembung segar, susu minyak gorengterigu, ikan bandeng segar, dan gulapasir. Jika dibandingkan denganSurat Keputusan Menteri KoordinatorBidang Perekonomian No. Kep-28/M.EKON/05/2010 tentang TimKoordinasi Stabilisasi Pangan Pokokmaka komoditi yang konsisten sebagaiBapok sesuai dengan hasil analisisadalah beras, gula, minyak goreng, terigu,kedelai, daging ayam, dan telur ayam.
Dengan memper t imbangkanbeberapa faktor seperti peringkat,kecenderungan perkiraan konsumsi padamasa mendatang, serta kemudahan untukmelakukan intervensi serta kebijakansebelumnya, maka ada beberapakomoditas yang potensial untuk diusulkansebagai bahan pangan pokok. Komoditasyang dapat diusulkan berdasaran kriteriatersebut diatas adalah beras, telur ayamras, kedelai (tahu dan tempe),dagingayam ras, ikan kembung segar, susu,minyak goreng, terigu, ikan bandengsegar, dan gula pasir.
Beberapa komoditas yang seringmenjadi isu hangat di masyarakat dan
pemerintah kerap harus melakukanintervensi seperti daging sapi, cabe,bawang merah, dan bawang putih,ternyata tidak termasuk calon Bapokberdasarkan enam kri teria yangditetapkan. Hal ini bermakna bahwabahwa jika kita menggunakan kriteriayang objektif sesuai dengan UU Pangan,pemerintah tidak perlu merespon terlaluberlebihan terhadap isu-isu untukkomoditas yang ternyata bukanmerupakan pangan pokok yangdikonsumsi luas oleh masyarakat.Pemerintah perlu melakukan edukasipada berbagai pihak, khususnya, mediamassa dan juga pemerintah daerahtentang apa yang dimaksud denganBapok sesuai UU Pangan sehingga mediatidak terlalu banyak memuat isu yangsecara objektif sebenarnya bukan Bapok.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASIKEBIJAKAN
Enam kriteria untuk menentukansuatu komoditas sebagai Bapok denganmenggunakan esensi pengertian panganpokok dari Undang-Undang (UU) PanganNo. 18/2012 adalah (1) pangsapengeluaran dalam pengeluaran panganrumah tangga; (2) kontribusi terhadapkarbohidrat; (3) konsumsi terhadapprotein; (4) frekuensi konsumsi; (5)kontribusi terhadap vitamin dan mineral;serta (6) pangsa produksi domestikterhadap konsumsi (tingkat swasembada).
Berdasarkan kriteria tersebut,calon Bapok dan peringkatnya adalah
181Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo
(1) beras, (2) telur ayam ras, (3) tahu dantempe, (4) daging ayam ras, (5) ikankembung segar, (6) ikan bandeng segar(7) gula pasir, (8) susu; (9) minyak goreng,dan (10) terigu. Beberapa komoditasyang sering menjadi isu hangat sepertidaging sapi, cabe, bawang merah,bawang putih, ternyata tidak termasukcalon Bapok dengan menggunakanenam kriteria tersebut.
Hasil peringkat komoditas sebagaicalon Bapok ini dapat dijadikan sebagaibahan masukan dalam penyempurnaandaftar komoditas Bapok. Agar kebijakanBapok dapat berjalan secara efektif,pemerintah perlu membatasi jumlahBapok yang menjadi perhatian utamadengan mempertimbangkan beberapafaktor seperti kebijakan pembangunanpertanian, tingkat kesulitan dan biayada lam pe laksanaan keb i j akanpangan/intervensi, dinamika konsumsidan dinamika pasar internasional. Jikajumlah dan jenis Bapok sudah ditetapkanoleh pemerintah, maka pemerintahperlu segera merumuskan kebijakanterutama yang berkaitan dengan aspekketersediaan, keterjangkauan, dankualitas/keamanan pangan.
Daging sapi, cabe, bawang merah,dan bawang putih yang sering menyitaperhatian pemerintah dan media masaternyata berdasarkan hasil analisistidak termasuk dalam sepuluh besarcalon Bapok. Untuk itu, edukasi atausosialisasi tentang Bapok khususnyapada media masa dan pemerintahdaerah, perlu terus ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKAAriani, M. (2010). Analisis Konsumsi Pangan
Tingkat Masyarakat MendukungPencapaian Diversifikasi Pangan. GiziIndonesia 2010, 33(1):20-28.
Bayazit, O. dan B. Karpak. (2005). An AHPApplication in Vendor Selection.Departement of Business Administration,College of Business, Washington.
Bourgeois, R. (2005). Analytical HierarchyProcess: an Overview. UNCAPSA-UNESCAP, Bogor.
BPS. (2011). Pengeluaran Untuk KonsumsiPenduduk Indonesia 2011. Badan PusatStatistik. Jakarta.
BPS. (2012). Pengeluaran Untuk KonsumsiPenduduk Indonesia 2012. Badan PusatStatistik. Jakarta.
BPS. (2013). Pengeluaran Untuk KonsumsiPenduduk Indonesia 2011. Badan PusatStatistik. Jakarta.
Cornescu, V. and and C.R Adam. (2013).The Consumer Resistance Behaviourtowards Innovation. Procedia Economicand Finance Volume 6 (2013) Page 457-465.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan(Deperindag). (1998). Surat KeputusanMenteri Perdagangan dan PerindustrianNo. 115/MPP/KEP/2/1998 tentang JenisBarang Kebutuhan Pokok Masyarakat.Diunduh tanggal 16 Januari 2013 darihttp://www.kemenperin.go.id/
Encyclopaedia Britannica. (2013). TheD e f i n i t i o n o f f o o dh t t p : / / g l o b a l . b r i t a n n i c a . c o m /search?query=food
FAO. (2010). Agriculture and ConsumerProtection. "Dimensions of Need - StapleFoods: What Do People Eat?. Diunduhtanggal 20 Februari 2013 darihttp://www.fao.org/
Hidayah, N. (2011). Kesiapan PsikologisMasyarakat Pedesaan dan PerkotaanMenghadapi Diversifikasi Pangan Pokok.Jurnal Humanitas Vol. Viii No.1 Januari2011.
182 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
Saliem, H.P., M. Ariani, Y. Marisa dan T.B.Purwantini. (2002). Analisis KerawananPangan Wilayah Dalam PerspektifDesentralisasi Pembangunan. LaporanHasil Penelitian. Pusat Penelitian danPengembangan Sosial EkonomiPertanian.Bogor.
Setneg Republik Indonesia. (2012). Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentangPangan. Diunduh tanggal 21 Februari2013 dari http://www.setneg.go.id/
Setneg Republik Indonesia. (1996).UndangUndang No. 7 Tahun 1996 tentangPangan. Diunduh tanggal 21 Februari2013 dari http://www.setneg.go.id/
Setneg Republik Indonesia. (1996). PeraturanPemerintah Republik Indonesia Nomor68 Tahun 2002 tentang KetahananPangan. Diunduh tanggal dar ihttp://www.setneg.go.id/
Spiertz, J.H.J and F. Ewert. (2009). CropProduction and resource use to meetthe growing demand for food, feed andfuel: Opportunities and constraints. NJASWageningen Journal of Life Science.NJAS 56-4, 2009.
Stillman, A. and D. Thomas. (2008). NutritionalStatus during an Ecinimic Crisis:Evidance from Russia. The EconomicJournal, Volume 118, No. 531 (Aug.,2008), Page 1385-1417.
Teknomo, K., H. Siswanto, dan S.A. Yudhanto.(1999). Penggunaan Metode AnalyticalHierarchy Proses dalam MenganalisaFaktor-Faktor yang MempengaruhiPemilihan Mode Transportasi keKampus. Jurusan Teknik Sipi l ,Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Yuliana, R. (2008). Evaluasi PerubahanTingkat Kesejahteraan Rumah TanggaSebagai dampak Kenaikan Harga BBMdi Indonesia, Periode Februari 2005 –Maret 2006. Tesis Pascasarjana IlmuEkonomi. Universitas Indonesia.
Kementerian Perdagangan (2010). PeraturanMenter i Perdagangan Republ ikIndonesia No. 03/M-DAG/PER/1/2010Tentang Rencana Strategis KementerianPerdagangan Tahun 2010-2014.Diunduh tanggal 13 Februari 2014 darihttp://www.kemendag.go.id/id/news/201 0 / 0 4 / 1 2 / p e r a t u r a n - m e n t e r i -perdagangan-republik-indonesia-nomor-03m-dagper12010-tentang-rencana-strategis-kem.
Kementerian Pertanian. (2010). Rencanastrategis Badan Ketahanan Pangan2010-2014. Kementerian PertanianRepublik Indonesia.
Kementerian Pertanian. (2013). Basis DataPertanian. Kementerian PertanianRepublik Indonesia.
Menko Perekonomian. (2010). KeputusanM e n t e r i K o o r d i n a t o r B i d a n gP e r e k o n o m i a n N o . K e p -28/M.EKON/05/2010 tentang TimKoordinasi Stabilisasi Pangan Pokok.Diunduh tanggal 21 Februari 2013 darihttp://www.setneg.go.id/
Meziani, A.S. and F. Rezvani. (1990). UsingThe Analytical Hierarchy Process toSelect a Financing Instrument for aForeign Investment. Mathl ComputModelling Journal. Volume 13, No. , page77-82, 1990.
Murda, H. (2009). Dampak Kenaikan HargaRaskin Terhadap Kesejahteraan danKonsumsi Gizi Rumah Tangga Miskin diIndonesia. Tesis Pascasarjana IlmuEkonomi. Universitas Indonesia.
Nurkhayani, E. (2009). Analisis permintaanPangan dan Gizi di Indonesia. TesisPascasarjana Ilmu Ekonomi. UniversitasIndonesia.
Permadi, B. (1992). AHP. Pusat AntarUniversitas, Universitas Indonesia,Jakarta.
Recommended