View
94
Download
3
Category
Tags:
Preview:
DESCRIPTION
blok 14
Citation preview
Fraktur Terbuka Regio Kruris Dekstra Sepertiga Tengah Ventral
Felicia Ananda Baeha Waruwu
102011410
F9
fel_4nanda@yahoo.co.id
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Pendahuluan
Fraktur adalah suatu keadaan dimana putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan
epifisis atau tulang rawan sendi. Biasanya fraktur bisa terjadi karena adanya suatu trauma,
misalnya kecelakaan.1 Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab tersering terjadinya fraktur.
Pada kecelakaan lalu lintas kita juga harus mewaspadai pada kemungkinan terjadinya
politrauma yang dapat mengakibatkan trauma pada organ-organ lain. Selain kecelakaan,
fraktur bisa terjadi karena jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, dan cidera olahraga.1 Pada
skenario 9 diceritakan, “Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS setelah
mengalami kecelakaan sepeda motor. Menurut warga, saat sedang mengendarai motornya,
pasien teresebut ditabrak oleh mobil yang melaju dari arah kanan, lalu pasien terlempar dari
sepeda motornya, pasien menggunakan helm. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital
dalam keadaan normal. Pada PF luka terbuka pada regio kruris dekstra 1/3 tengah bagian
ventral dengan ukuran 5x2 cm, tepi luka tidak rata, sudut luka tumpul, tampak jembatan
jaringan, tidak tampak adanya perdarahan aktif, tampak adanya penonjolan fragmen tulang.
Ekstermitas bawah sebelah kanan terlihat adanya deformitas dan lebih memendek.
Tinjauan Pustaka
Anamnesis
Anamnesis adalah bagian terpenting dalam praktek dokter sehari-hari, terutama
anamnesis keluhan utama. Dari anamnesis kita bisa mendapatkan suatu informasi untuk
mencapai suatu diagnosis banding. Jika tidak bisa mendapatkan anamnesis yang jelas dari
pasien (autoanamnesa), kita bisa menanyakannya pada kerabat pasien yang tahu secara persis
1 | P a g e
keadaan pasien (alloanamnesa). Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis akan dilakukan
secara khas, yaitu berdasarkan pengetahuna tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan
yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan
pasien. Dari anamnesis yang baik maka dokter akan menemukan beberapa hal mengenai
penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien, penyakit atau konsis
lain menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan pasien, faktor-faktor yang
meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut, kemungkinan penyebab penyakit,
faktor yang dapat memperburuk atau memperbaiki keluhan pasien, dan pemeriksaan fisik dan
penunjang yang diperlukan.2
Pada auto anamnesa kita akan mencatat tanggal dan oleh siapa anamnesa itu
dilakukan. Ditanyakan masalah yang membuat mereka datang, seperti mengapa, untuk apa,
kapan dikeluhkan. Kemudian ditanyakan gejala suatu penyakit atau beberapa penyakit yang
serupa sebagai pembanding. Ada beberapa hal yang membuat penderita datang untuk
meminta pertolongan, yaitu sakit/nyeri, kekakuan, dan kelainan bentuk. Dokter harus
mencari tau sifat dari sakit/nyeri seperti lokasi nyeri/penjalaran, penyebab dari nyeri
(trauma), sejak kapan nyeri muncul, apa pernah mendapat pertolongan, bagaimana sifat
nyerinya (pegal, seperti ditusuk,rasa panas, ditarik-tarik, terus-menerus, hanya saat bergerak,
saat istirahat,dll), apa keluhan ini untuk pertama kalinya, atau sering hilang timbul. Kekakuan
yang hanya kaku atau disertai nyeri sehingga pergerakan penderita terganggu, apa terjadi
kelemahan otot. Apakah ada kelainan bentuk seperti
angulasi/rotasi/shortening,benjolan/bengkak. Dari hasil anamnesa yang aktif oleh penderita
dan pasif (ditanya oleh pemeriksa) dipirkan kemungkinan yang diderita oleh pasien, sehingga
apa yang didapat pada anamnesa dapat dicocokan pada pemeriksaan kemudian.1
Allo-anamnesa pada dasarnya sama seperti auto-anamnesa, bedanya hanya yang
menceritakan adalah orang lain. Hal ini penting bila kita berhadapan dengan anak kecil/bayo
atau orangtua yang sudah mulai pikun atau penderita yang sedang tidak sadarkan diri/sakit
jiwa, oleh karena itu perlu dicatat siapa yang memberikan allo-anamnesa. Biasanya allo-
anamnesa mengenai bayi lebih sering dilakukan oleh ibunya yang lebih tau keadaan bayinya,
pembantu rumah tangga yang dapat memberikan keterangan soal anak yang orangtuanya
jarang dirumah, dan saksi-saksi yang melihat kecelakaan dan dapat memberikan keterangan
yang baik pada pemeriksa, terutama saat pasien sedang dalam keadaan tidak sadar.1
2 | P a g e
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dibagi atas dua yaitu pemeriksaan umum untuk mendapatkan
gambaran umum dan pemeriksaan setempat. Hal ini sangat diperlukan untuk dapat
melaksanakan total care pada pasien. Pada keadaan umum kita harus memeriksa keadaan
umum dari pasien seperti status kesadaran pasien sedang dalam keadaan normal, apatis,
delirium, somnolen, stupor, ataupun koma. Setelah itu kita periksa tanda-tanda vital pasien,
yaitu tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan suhu tubuh. Pada pemeriksaan tanda-tanda
vital ditemukan bahwa status tanda vital pasien dalam keadaan normal. Sedangkan untuk
pemeriksaan lokal kita melakukan pemeriksaan muskuloskeletal yang penting, yaitu inspeksi
(look), palpasi (feel), dan pergerakan (move). 2,3
1. Inspeksi (LOOK)
a. Jaringan parut yang alamiah maupun buatan (luka bekas operasi).
b. Café au lai spot (birth mark).
c. Fistula
d. Warna kemerahan atau kebiruan atau hiperpigmentasi.
e. Benjolan/bengak/cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa, misalnya dengan rambut
diatasnya dll.
f. Posisi serta bentuk dari ekstermitas yang berubah (deformitas), biasanya terlihat pada
fraktur displaced.
g. Gaya berjalan yang abnormal.
h. Pembengkakan karena hematom dan oedema
i. Krepitasi tulang1,4
2. Palpasi (FEEL) : pada waktu mau meraba, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki agar
dimulai dari posisi netral/posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang
memberikan informasi dua arah, baik si pemeriksa maupun si sakit, karena itu perlu selalu
diperhatikan wajah sisakit atau menanyakan perasaan sisakit. Yang dicatat adalah :
a. Perubahan suhu terhadap sekitarnya atau kelembaban kulit.
b. Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau hanya oedema,terutama
daerah persendian.
c. Nyeri tekan, krepitasi, catat letak kelainannya (1/3 proksimal/tengah/distal)
3 | P a g e
d. Tonus otot pada waktu relaksasi atau kontraksi; benjolan yang terdapat di permukaan
tulang atau melekat pada tulang. Selain itu diperiksa juga status neurovaskuler.
Apabila ada benjolan,maka sifat benjolan perlu di deskripsikan permukaannya,
konsistensinya, dan pergerakan terhada permukan atau dasar, nyeri atau tidak, dan
ukuran benjolannya.1
3. Gerak (MOVE)
Setelah memeriksa pemeriksaan feel diteruskan dengan menggerakan anggota gerak
dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Jika terdapat gerakan fraktur
tentunya akan terdapat gerakan yang abnormal didaerah fraktur (kecuali pada incomplete
fracture). Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat 0 (netral) atau dengan ukuran metrik.
Pencatatan penting untuk mengetahui apakah ada gangguan gerak. Kekakuan pada sendi
(ankilosis) dapat disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal. Kekakuan karena faktor
intra-artikular adalah kelainan/kerusakan dari tulang rawan yang menyebabkan kerusakan
tulang subchondral ; juga didapatkan kelainan ligamen dan kapsul sendi. Sedangkan faktor
ekstra artikular disebabkan oleh karena otot atau kulit. Pergerakan yang perlu dilihat adalah
gerakan aktif (penderita menggerakan sendiri) dan pasif (dilakukan pemeriksa). Selain
diperiksa dengan posisi duduk, berbaring juga perlu dilihat waktu berdiri dan berjalan. Jalan
perlu dinilai untuk mengetahui apakah pincang disebabkan oleh instability, nyeri,
discrepancy, dan fixed deformity.1
Berdasarkan skenario, masalah yang terjadi pada pasien ini adalah fraktur pada bagian
regio kruris dekstra 1/3 tengah bagian ventral, sehingga pemeriksaan fisik pasien dilakukan
pada bagian ekstermitas bawah. Pemeriksaan pergerakan pada sendi panggul ruang lingkup
yang dicatat adalah gerak fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, dan rotasi interna-eksterna. Untuk
melakukan pemeriksaan, pelvis harus terlebih dahulu difiksasi agar setiap gerakan dapat
tercatat dengan baik tanpa terganggu dengan gerakan dari tulang belakang terhadap pelvis.
Hal ini jelas kalau kita ingin mengetahui adakah gangguan gerak karena adanya fixed
deformity misalnya dengan Thomas Test. Pada sendi lutut gerakan yang dicatat adalah fleksi-
ekstensi. Pada pemeriksaan gerak pergelangan kaki dan telapak kaki sebelumnya dilakukan
fixasi dan gerakan bagian lain kaki dengan memegang tumit dan dilakukan fleksi (plantar
fleksi) dan ekstensi (dorso flexi). Inversi dan eversi merupakan gerakan dari kaki/tarsalia, dan
abduksi-adduksi jari-jari kaki.1
4 | P a g e
Hasil dari pemeriksaan fisik pasien didapatkan luka terbuka pada regio kruris dekstra
1/3 tengah bagian ventral dengan ukuran 5x2 cm, tepi luka tidak rata, sudut luka tumpul,
tampak jembatan jaringan, tidak tampak adanya perdarahan aktif, tampak adanya penonjolan
fragmen tulang, dan pada ekstermitas bawah sebelah kanan terlihat adanya deformitas dan
lebih memendek.
Pemeriksaan Penunjang
Sebagai penunjang pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan sinar
rontgen (X-Ray). Pada pemeriksaan radiologis dengan sinar-X dua arah 90° didapatkan
gambaran garis patah. Pada patah yang fragmennya mengalamai dislokasi, gambaran patah
biasanya jelas. Foto Roentgen haruslah memenuhi beberapa syarat yaitu letak patah tulang
harus di pertengahan foto dan sinar harus menembus tempat ini secara tegak lurus. Harus
selalu dibuat 2 lembar foto dengan arah yang saling tegak lurus. ‘Rules of two’ digunakan
dalam rontgen, yaitu 2 posisi seperti anterior dan posterior, 2 sendi yaitu sendi atas dan
bawah tulang yang patah, dan 2 ekstremitas yaitu kanan dan kiri, terutamanya pada anak-
anak. Lempeng pertumbuhan yang terbuka pada tulang anak dapat membuat fraktur sulit
didiagnosis. Pada pemeriksaan sinar-X, fisis terlihat sebagai garis-garis lusen (greenstick
fracture) melintasi tulang panjang, yang dapat dikelirukan sebagai fraktur. Bagian tulang
yang masih berada dalam fase kartilaginosa perkembangannya tidak dapat dilihat dengan
baik dengan pemeriksaan sinar-X rutin. Jika terdapat pertanyaan mengenai diagnosis fraktur
yang melibatkan lempeng pertumbuhan, pemeriksaan sinar-X perbandingan terhadap sisi
kontralateral yang tidak terlibat sering kali berguna dalam mengklarifikasi masalah.perlu
disadari bahwa permintaan X-Ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemriksaan penunjang
tersebut dan hasilnya dibaca sesuai permintaan. Untuk fraktur baru, indikasi X-Ray adalah
untuk melihat jenis dan kedudukan fraktur, karena itu perlu tampak seluruh bagian tulang
(kedua ujung persendian) karena kemungkinan terjadi fraktur dan dislokasi pada jenis fraktur
tertentu, seperti monteggia, galeazzi, dan fraktur segmental femur dengan atau tanpa dislokasi
sendi panggul. Hal yang perlu dibaca pada X-Ray adalah bayangan jaringan lunak, tipis
tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periost atau karena akibat biomekanik atau rotasi,
trabukulasi ada tidaknya rare fraction, sela sendi, dan bentuk arsitektur sendi.1,3
5 | P a g e
Computerized tomography (CT-Scan) telah diterima sebagai alat diagnostik yang
berharga dimana-mana. Sama seperti pemriksaan USG, maka CT-Scan juga dapat digunakan
untuk keperluan biopsi. CT juga bermanfaat untuk pembuatan rencana radioretapi. CT-scan
sering digunakan untuk mendapatkan patah tulang yang kompleks, terutama yang di sekitar
sendi, kerana kemampuannya untuk membina semula area of interest di beberapa sudut.
Fraktur, kecederaan ligamen dan dislokasi mudah dapat dikenali dengan resolusi 0,2 mm.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) akan menghasilkan suatu citra (gambar) tanpa memakai
radiasi ionisasi. Pencitraan yang diperoleh hampir mirip dengan CT dan tidak ada bahaya
radiasi bagi pasien dan operator. MRI dapat digunakan untuk mengambil pencitraan otak,
medula spinalis, jaringan lunak, otot, sistem tulang, jantung, dan pembuluh darah besar.
Berdasarkan skenario, pemeriksaan radiologi yang tepat adalah dengan membuat gambar foto
pada bagian regio kruris dekstra dengan posisi anteroposterior dan anterolateral.6
6 | P a g e
Gambar 1. Hasil pencitraan dengan X-Ray 5
Gambar 3. Hasil pencitraan dengan MRI 8
Gambar 2. Hasil pencitraan dengan CT-Scan 7
Gambar 2. Hasil pencitraan dengan CT-Scan 8
Selain pemeriksaan radiologi, pasien juga harus melakukan beberapa pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium penunjang lainnya adalah pemeriksaan darah rutin
untuk mengenai keadaan umum dan infeksi akut/menahun. Pada beberapa pemeriksaan atas
beberapa indikasi diperlukan pemeriksaan kimia darah, reaksi imunologi, dan fungsi
hati/ginjal. Pemeriksaan urin rutin dan pemeriksaan mikro-organisme kultur dan sensitivity
test. Pemeriksaan golongan darah juga perlu dilakukan, sehingga ketika pasien membutuhkan
transfusi darah tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk mencari kantung darah pasien.1
Diagnosis Banding
Berdasarkan skenario, diagnosis banding yang akan diambil adalah fraktur proxial
tibia. Daerah ujung proksimal tibia merupakan tulang yang lemah dan terdiri dari tulang
spongiosa dan dibatasi cortex yang tipis. Kecuali pada orangtua tulangnya secara keseluruhan
sudah mengalami osteoporotik. Maka mudah dimengerti bila terjadi trauma langsung di
daerah lutut akan terjadi fraktur intraarticular tibia. Biasanya terjadi trauma langsung dari
arah samping lutut, dimana kakinya masih terfiksir di tanah. Gaya dari samping ini
menyebabkan lutut didorong sangat kuat ke arah valgus. Hal ini menyebabkan permukaan
sendi bagian lateral tibia akan menerima beban yang sangat besar yang akhirnya akan
menyebabkan fraktur intraartikular atau amblasnya permukaan sendi bagian lateral tibia.
Lutut yang cedera membengkak dan disertai rasa sakit. Kadang-kadang ditemukan deformitas
(varus atau valgus pada lutut). Pada permukaan lebih aktif, gerak sendi lutut terbatas karena
rasa sakit atau adanya haemorthrosis. Varus dan valgus stress akan menghasilkan nilai positif.
Hal ini disebabkan karena fragmen tulang yang amblas atau disertai dengan rupturnya
ligamen kolateral lateral atau ligamen kolateral medial.1
Diagnosis Kerja
Fraktur kruris merupakan akibat terbanyak dari kecelakaan lalu lintas. Melihat
susunan anatomis cruris dimana permukaan medialnya hanya dilindungi oleh jaringan
subkutan. Hal ini yang menyebabkan mudahnya terjadi fraktur kruris terbuka. Terdapat 4
grup otot yang terpenting pada bagian ini, yaitu otot ekstensor, otot abduktor, otot triseps
surac, dan otot fleksor. Empat grup ini akan membentuk suatu kompartmen yang dibagi atas
3 grup. Grup1 membentuk kompartmen anterior, group 2 membentuk kompartmen lateral,
7 | P a g e
dan grup 3 membentuk kompartmen posterior yang terdiri atas kompartmen superfisial dan
kompartmen dalam. Bagian ini diperdarahi oleh arteri tibialis anterior, arteri tibialis posterior,
dan arteri peroneus. Dipersarafi oleh n. tibialis anterior dan n. peroneus untuk mempersarafi
otot ekstensor dan abduktor ; n. tibialis posterior dan n. poplitea untuk mempersarafi otot
fleksor dan otot triceps surac.1
Mekanisme trauma ada yang berupa trauma langsung dan tidak langsung. Trauma
langsung-energi tinggi adalah akibat dari kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian
lebih dari 4 meter. Fraktur yang biasa terjadi adalah fraktur terbuka. Trauma langsung-energi
rendah adalah trauma yang muncul akibat cedera olahraga, biasanya yang terjadi adalah
fraktur tertutup. Trauma tidak langsung diakibatkan oleh gerakan tubuh sendiri. Biasanya
berupa torsi tubuh, kekuatan trauma disalurkan melalui sendi. Akibat yang terjadi biasanya
fraktur tibia fibula dengan garis patah spiral dan tidak sama tinggi pada tibia bagian distal dan
pada bagian tibia proksimal. Gejala klinik yang biasa muncul adalah pada daerah yang patah
akan tampak pembengkakan, lalu akan tampak deformitas angulasi. Pada endo/eksorotasi
akan didapati nyeri gerak ddan nyeri tekan pada daerah yang patah.1
Klasifikasi Fraktur Terbuka
Fraktur dikatakan terbuka jika terdapat hubungan antara tulang yang patah dengan
dunia luar. Luka yang muncul biasanya akan terkontaminasi dengan bakteri yang ada
dilingkungan. Hal ini akan membuat inflamasi menjadi semakin kronik, terutama jika materi
asing sudah terbawa masuk kedalam fraktur saat kecelakaan terjadi. Fraktur terbuka dibagi
atas derajat I, derajat II, dan derajat III. Derajat I bila terdapat hubungan dengan dunia luar,
timbul luka kecil (< 1 cm), biasanya diakibatkan oleh tusukan fragmen tulang dari dalam
menembus keluar. Derajat II bila lukanya lebih besar (1-10 cm), luka disebabkan karena
benturan benda-benda luar. Derajat III luka berukuran lebih besar ( > 10 cm), lebih kotor,
jaringan lunak banyak yang rusak (otot, saraf, pembuluh darah, kulit). Pada umumnya bentuk
penanggulangan fraktur terbuka, dilakukan tindakan debridement. Selain dibagi dalam
beberapa derajat, fraktur juga dibagi 1,4
Penatalaksanaan
Fraktur tertutup dilakukan reposisi tertutup dan dilakukan imobilisasi dengan gips.
Caranya adalah pasien tidur terlentang di atas meja periksa. Kedua lutut dalam posisi fleksi
90o, sedang kedua tungkai bawah menggantung di tepi meja. Tungkai bawah yang patah
8 | P a g e
ditarik ke arah bawah. Rotasi diperbaiki. Setelah tereposisi baru dipasang gips melingkar.
Ada beberapa cara pemasangan gips, yaitu :
- Cara long plaster : imobilisasi cara ini dilakukan dengan pemasangan gips mulai
pangkal jari kaki sampai proksimal femur dengan sendi talocrural dalam posisi netral
sedang posisi lutut dalam fleksi 20o.
- Cara Sarmiento : pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai di atas sendi
talocrural dengan molding sekitar malleolus. Kemudian setelah kering segera
dilanjutkan ke atas sampai 1 inci dibawah tuberositas tibia dengan molding pada
permukaan anterior tibia, gips dilanjutkan sampai ujung proksimal patella.
Keuntungan cara ini adalah kaki dapat diinjakan dengan lebih cepat.
Setelah dilakukan reposisi tertutup ternyata hasilnya masih kurang baik. Masih terjadi
angilasi, perpendekan lebih dari 2 cm, tidak ada kontak antara kedua ujung fragmen tulang.
Dapat dianjurkan untuk dilakukan open reduksi operasi dan pemasangan internal fiksasi
(ORIF). Macam-macam internal fiksasi ada screw, plate+screw, dan tibial nail.1
Pada fraktur terbuka dilakukan debridement luka, kemudian tulang yang patah akan
direposisi secara terbuka. Setelah itu dilakukan imobilisasi. Bermacam cara untuk melakukan
imobilisasi fraktur terbuka adalah :
- Cara Trueta : (1) Luka setelah dilakukan debridement tetap dibiarkan terbuka tidak
perlu dijahit. Setelah tulangnya direposisi, gips dipasang langsung tanpa pelindung
kulit kecuali pada derajat SIAS, calcaneus, dan tendo Achilles. (2) Gips dibuka
setelah berbau dan basah.
- Cara Long Leg Plaster : cara seperti ini sama seperti pada fraktur tertutup, hanya
kalau pada fraktur terbuka dibuat jendela setelah beberapa hari di atas luka. Dari
jendela ini luka dirawat sampai sembuh.
- External Fixation (pen diluar tulang) : (1) Cara ini sangat baik untuk fraktur terutama
pada fraktur terbuka derajat III pada regio cruris. Dengan cara ini perawatan luka
yang luas di cruris sangat mudah.1
Tindakan debridement pada fraktur terbuka adalah sebagai berikut : (1) penderita
diberi toksoid, ATS, atau tetanus human globulin. (2) Antibioka untuk kuman gram positif
dan negatif dengan dosis tinggi. (3) kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur
terbuka. (4) Torniquet disiapkan tetapi tidak perlu ditiup. (5) Setelah dalam narkose seluruh
ekstremitas dicuci selama 5-10 menit dan dicukur. (6) Luka diirigasi dengan cairan NaCl
9 | P a g e
steril atau air matang 5-10 liter. Luka derajat III harus disemprot hingga bebas kontaminasi.
(7) Tindakan desinfektasi dan pemasangan duk (draping). (8) Eksisi luka lapis demi lapis.
Eksisi kulit, subkutis, fasia, otot. Otot yang tidak vital dieksisi. Tulang-tulang kecil yang
tidak melekat pada periosteum dibuang. Fragmen tulang besar yang perlu untuk stabilisasi
dipertahankan. (9) Bila letak luka tidak menguntungkan maka untuk reposisi terbuka dibuat
insisi baru. (10) luka frajtur terbuka selalu dibiarka terbuka dan bila perlu ditutup setelah satu
minggu setelah oedema menghilang. Luka untuk reposisi terbuka dijahit primer. (11) Fiksasi
yang baik adalah fiksasi interna, tapi jika tidak ada bisa dengan gips sirkuler dengan jendela
atau traksi sampai luka sembuh. Pemakaian antibiotika diteruskan untuk 3 hari dan bila
diperlukan debridment harus diulang.1
Antibiotik diberikan apabila terjadi fraktur terbuka. Luka pada fraktur terbuka harus
segera diberi antibiotik karena apabila luka ditimbulkan karena terkena benda dari luar atau
luka yang kotor dan jaringan lunak banyak yang rusak, sehingga memungkinkan
mikroorganisme masuk melalui luka tersebut. Contoh antiobiotik yang diberikan yaitu
penisilin G, tetrasiklin, kombinasi benzilpenisilin + flukloksasilin, dan gentamisin, atau
metronidazol. Penisilin G adalah obat yang digunakan untuk terapi tetanus (C.tetani), perlu
ditambahkan toksoid tetanus dan imunoglobulin tetanus (ATS) sebab Penisilin G hanya
tertuju pada pembasmian mikroorganisme vegetatif saja. Tetrasiklin adalah obat yang
merupakan pengganti apabila tidak ada Penisilin G. Kombinasi benzilpenisilin dan
flukloksasilin tiap 6 jam selama 48 jam. Gentamisin atau metronidazol mencegah dari bakteri
gram negative. Analgesik dan Anti inflamasi Non-Steroid (AINS) dipakai untuk
menghilangkan rasa nyeri dan mencegah proses terjadinya inflamasi pada pasien. Contoh
obat jenis analgesik dan Anti-Inflamasi Non-Steroid(AINS) diantaranya ibuprofen, salisilat,
salisilamid, diflunisial, dan para amino fenol (parasetamol).9
Proses re-modeling tulang
Mekanisme seluler yang terlibat pada penyembuhan fraktur sangat berkaitan dengan
proses penyembuhan jaringan yang lain, walaupun terdapat modifikasi sesuai dengan
keadaan lingkungan tertentu. Segera setelah terjadi fraktur, akan terjadi perdarahan dalam
tulang karena sobeknya pembuluh darah dalam sumsum tulang dan juga di sekeliling tulang
yang berhubungan dengan periosteum. Timbulnya hematoma pada tempat fraktur
memberikan fasilitas penyembuhan karena merupakan landasan pertumbuhan sel. Terdapat
10 | P a g e
pula fragmen tulang yang mati, dan mungkin disertai kerusakan jaringan lunak disekitarnya.
Jadi, tahap awal penyembuhan adalah pembuangan jaringan nekrotik dan organisasi
hematom. Organisasi hematom berlangsung secara khusus, yaitu pecahnya kapiler disertai
fibroblas dan osteoblas yang membentuk pola tulang sebagai suatu anyaman yang tidak
teratur. Massa tulang baru yang kadang-kadang mengandung pulau-pulau tulang rawan,
disebut kallus. Kalus yang yerdapat dalam rongga medula disebut kalus internal, sedang yang
berhubungan dengan periosteum disebut kalus eksternal. Kalus eksternal berfungsi sebagai
penyangga, walaupun nantinya akan diresopsi. Tulang yang berbentuk seperti anyaman ini
selanjutnya akan diganti oleh tulang yang susunannya lebih teratur dan berlamel ; model
tulang ini secara bertahap akan mengalami perubahan berdasarkan tekanan mekanis yang
dialaminya. Tulang berbentuk anyaman ini selanjutnya diganti tulang yang berlapis-lapis
(lamelar) yang bentuknya lebih teratur, dan akhirnya akan mengalami perbaikan bentuk
perlahan-lahan sesuai dengan beban mekanik.10
Komplikasi
Komplikasi dini yang biasa terjadi adalah kompartmen sindroma yaitu suatu keadaan
peningkatan takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan
masif pada suatu tempat. Terutama terjadi pada fraktur proksimal tibia tertutup. Komplikasi
ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi tungkai bawah yang
dapat mengancam kelangsungan hidup tungkai bawah. Yang paling sering terjadi adalah
anterior compartment sindrom. Dengan terjadinya fraktur tibia akan terjadi perdarahan intra-
kompartemen, hal ini akan menyebabkan tekanan intrakompartemen meningkat,
menyebabkan aliran balik darah vena terganggu. Hal ini akan menyebabkan oedema. Dengan
adanya oedema tekanan intrakompartemen makin meninggi sampai akhirnya sedemikian
tingginya sehingga menyumbat arteri di intrakompartemen. Gejala yang akan timbul adalah
rasa sakit pada tungkai bawah dan ditemukan paraesthesia. Rasa sakit akan bertambah bila
11 | P a g e
Gambar 4. Proses re-modelling tulang 10
jari digerakkan secara pasif. Kalau hal ini berlangsung cukup lama dapat terjadi paralise pada
otot-otot ekstensor hallusis longus, ekstensor digitorum longus, dan tibial anterior. Dalam
waktu < 12 jam harus dilakukan fasciotomi.1
Komplikasi lanjut yang terjadi adalah mal-union, delayed union, non-union, dan
kekakuan sendi. Malunion biasanya terjadi pada fraktur yang kominutif sedang
imobilisasinya longgar, sehingga akan terjadi angulasi dan rotasi, dan untuk memperbaikinya
dilakukan osteotomi. Delayed union terutama terjadi pada fraktur terbuka yang diikuti dengan
infeksi atau pada fraktur kominutif. Hal ini diatasi dengan operasi tandur alih tulang
spongiosa. Non-union disebabkan karena terjadi kehilangan segmen tulang tibia disertai
infeksi. Hal ini diatasi dengan melakukan bone grafting menurut cara papineu. Kekakuan
sendi disebabkan pemakaian gips yang lama. Pada persendian kaki dan jari kaki biasanya
terjadi hambatan gerak. Hal ini dapat diatasi dengan fisioterapi.1
Komplikasi lainnya yang biasa terjadi adalah fat embolism syndroma (tetesan lemak
yang masuk ke dalam pembuluh darah), tromboembolic complication (sering terjadi pada
individu yang imobil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya
komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi
pada bedah ortopedi), infeksi, avascular necrosis (berkaitan dengan aseptika atau necrosis
iskemia), refleks symphathethic dysthropy (hiperaktif sistem saraf simpatik abnormal
syndroma ini belum banyak dimengerti, mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan
vasomotor instability), syok hipovolemik, syok neurovasculer, dan kerusakan organ syaraf.4
Prognosis
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur adalah imobilisasi fragmen tulang,
kontak fragmen tulang minimal, asupan darah yang memadai, nutrisi yang baik, latihan
pembebanan berat badan untuk tulang panjang, hormon-hormon pertumbuhan tiroid,
kalsitonin, dan vitamin D.
Penutup
Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS setelah mengalami kecelakaan
sepeda motor. Menurut warga, saat sedang mengendarai motornya, pasien teresebut ditabrak
oleh mobil yang melaju dari arah kanan, lalu pasien terlempar dari sepeda motornya, pasien
menggunakan helm. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dalam keadaan normal. Pada
PF luka terbuka pada regio kruris dekstra 1/3 tengah bagian ventral dengan ukuran 5x2 cm,
12 | P a g e
tepi luka tidak rata, sudut luka tumpul, tampak jembatan jaringan, tidak tampak adanya
perdarahan aktif, tampak adanya penonjolan fragmen tulang. Ekstermitas bawah sebelah
kanan terlihat adanya deformitas dan lebih memendek. Berdasarkan data yang ada pasien
laki-laki ini didiagnosa fraktur terbuka derajat II regio tibia dextra 1/3 tengah.
Daftar Pustaka
1. Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo. Orthopaedi. Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta :
Penerbita Binarupa Aksara ; 2003.
2. Gleadle J. Pengambilan anamnesis. Dalam : At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan
Fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2007. h.1-17.
3. Bickley L.S. Anamnesis. Bates’ Guide to physical examination and history taking.
International edition. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer
Health. 2009.
4. Henry MM, Thompson JN. Principles of management of fracture, joint injuries, and
peripheral nerve injuries. In Clinical Surgery. 2nd ed. United Kingdom : Elsevier
Saunders ; 2005.p.677-92.
5. Tibial Plafond Fractures. Diunduh dari orthopedics.about.com, 23 Maret 2013.
6. Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo. Perkembangan mutakhir pencitraan diagnostik (diagnostic imaging).
Dalam Radiologi Diagnostik. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1999.
7. Osteoitis. Diunduh dari www.springerimages.com, 23 Maret 2013.
8. Musculoskeletal and orthopaedic MRI. Diunduh dari
musculoskeletalmri.blogspot.com, 23 Maret 2013.
9. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia.
Farnakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta : Badan Penerbit FKUI ; 2012.
10. Underwood JCE, Sarjadi (editor). Patologi umum dan sistemik volume 1. Edisi 2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1999.
13 | P a g e
Recommended