View
235
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. KAJIAN TEORI
1. Pengertian Judul
Pengertian dari judul “Desain Interior Kids Space di Surakarta” adalah sebagai
berikut :
Desain Interior menurut D. K. Ching (2002:46) :
“Interior design is the planning, layout and design of the interior space within
buildings. These physical settings satisfy our basic need for shelter and protection,
they set the stage for and influence the shape of our activities, they nurture our
aspirations and express the ideas which accompany our action, they affect our
outlook, mood and personality.The purpose of interior design , therefore, is the
functional improvement, aesthetic enrichment, and psychological enhancement of
interior space.”,
yang artinya, desain interior adalah sebuah perencanaan tata letak dan perancangan
ruang dalam di dalam bangunan. Keadaan fisiknya memenuhi kebutuhan dasar akan
naungan dan perlindungan, mempengaruhi bentuk aktivitas dan memenuhi aspirasi
dan mengekspresikan gagasan yang menyertai tindakan, disamping itu sebuah desain
interior juga mempengaruhi pandangan, suasana hati dan kepribadian. Oleh karena itu
tujuan dari perancangan interior adalah pengembangan fungsi, pengayaan estetis dan
peningkatan psikologi ruang interior.
Kids merupakan kata dalam Bahasa Inggris yang berarti anak-anak. Menurut
The Minimum Age Convention Nomor 138 tahun 1973, pengertian tentang anak
adalah seseorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sebaliknya, dalam Convention on
The Right Of the Child tahun 1989 yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia
melalui Keppres Nomor 39 Tahun 1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang
berusia 18 tahun ke bawah. Sementara itu, UNICEF mendefenisikan anak sebagai
penduduk yang berusia antara 0 sampai dengan 18 tahun. Undang-Undang RI Nomor
4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, menyebutkan bahwa anak adalah mereka
yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan Undang-undang
Perkawinan menetapkan batas usia 16 tahun (Huraerah, 2006: 19).
8
Maka, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rentang usia anak terletak pada
skala 0 sampai dengan 21 tahun. Penjelasan mengenai batas usia 21 tahun ditetapkan
berdasarkan pertimbangan kepentingan usaha kesejahteraan sosial, kematangan
pribadi dan kematangan mental seseorang yang umumnya dicapai setelah seseorang
melampaui usia 21 tahun.
Space merupakan sebuah kata dalam Bahasa Inggris yang berarti ruang.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang :
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tepat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :
Ruang adalah sela - sela antara dua (deret) tiang atau sela - sela antara empat tiang (di
bawah kolong rumah).
Natural menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :
Bersifat alam; alamiah; bebas dari pengaruh; bukan buatan; asli; dapat dipakai untuk
warna apa saja.
Kota Surakarta merupakan bagian dari 35 Dati II di Propinsi Jawa Tengah.
Persisnya, terletak di bagian Selatan. Areal wilayah merupakan daerah penghubung
antara Propinsi Jawa Timur, DIY, Jawa Barat, maupun DKI Jakarta.
Jadi Desain Interior Kids Space dengan Konsep Natural di Surakarta
merupakan perencanaan tata ruang dan perancangan ruang dalam bangunan yang
bersifat commercial space difungsikan sebagai fasilitas bermain untuk anak-anak, di
mana anak-anak dapat melakukan semua kegiatan yang mereka gemari dengan fungsi
edukasi dengan menghadirkan konsep natural atau alami di Surakarta.
2. Tinjauan Kota Solo
a. Kondisi Geografis
Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan
sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan
pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m diatas permukaan air laut.
Dengan Luas sekitar 44 Km2, Kota Surakarta terletak diantara 110 45` 15″ – 110
45` 35″ Bujur Timur dan 70` 36″ – 70` 56″ Lintang Selatan. Kota Surakarta
dibelah dan dialiri oleh 3 (tiga) buah Sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo,
9
Kali Jenes dan Kali Pepe. Sungai Bengawan Solo pada jaman dahulu sangat
terkenal dengan keelokan panorama serta lalu lintas perdagangannya.
Batas wilayah Kota Surakarta sebelah Utara adalah Kabupaten Karanganyar
dan Kabupaten Boyolali. Batas wilayah sebelah Timur adalah Kabupaten
Sukoharjo dan Kabupaten Karangnyar, batas wilayah sebelah Barat adalah
Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karangnyar, sedang batas wilayah sebelah
selatan adalah Kabupaten Sukoharjo. Surakarta terbagi dalam lima wilayah
Kecamatan yang meliputi 51 Kelurahan.
3. Tinjauan Demografis Kota Solo
Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2010 adalah 503.421 jiwa, terdiri
dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita, yang tersebar di lima kecamatan yang
meliputi 51 kelurahan dengan daerah seluas 44,1 km2. Perbandingan kelaminnya
96,06% yang berarti setiap 100 orang wanita terdapat 96 orang laki-laki. Angka
ketergantungan penduduknya sebesar 66%. Catatan dari tahun 1880 memberikan
cacah penduduk 124.041 jiwa. Pertumbuhan penduduk dalam kurung 10 tahun
terakhir berkisar 0,565 % per tahun. Tingkat kepadatan penduduk di Surakarta adalah
11.370 jiwa/km2, yang merupakan kepadatan tertinggi di Jawa Tengah (kepadatan
Jawa Tengah hanya 992 jiwa/km2).
Jika dibandingkan dengan kota lain di Indonesia, kota Surakarta merupakan
kota terpadat di Jawa Tengah[1] dan ke-8 terpadat di Indonesia, dengan luas wilayah
ke-13 terkecil, dan populasi terbanyak ke-22 dari 93 kota otonom dan 5 kota
administratif di Indonesia.
4. Tinjauan Kawasan Rekreasi Kota Solo
Selain surga bagi wisata kuliner, sebagai kota budaya kota Solo tentu saja juga
memiliki beragam stok wisata budaya. Salah satu wisata budaya yang dapat dinikmati
setiap malam adalah pertunjukan wayang orang. Gedung wayang orang berada di
komplek Taman Hiburan Rakyat Solo.
10
Telah lama pertunjukan wayang orang ini menjadi agenda rutin komplek THR
Solo. Wayang rang Sriwedari pernah mengalami masa jaya pada tahun 70-an. Namun
sekarang jumlah pengunjung tinggal dapat dihitung dengan jari.
Selain itu dikomplek Taman Hiburan Sriwedari terdapat arena bermain
dimana didalamnya terdapat beberapa mainan, seperti komedi putar, halilintar, bom-
bom car dan lain sebagainya.
5. Karakter yang terdapat pada anak-anak
a. Ceria
Anak-anak erat kaitannya dengan keceriaan. Suasana ceria dapat mendukung
perkembangan anak, khususnya dalam hal psikis dan emosional. Visualisasi
keceriaan juga dapat merangsang daya imajinasi dan kreatifitas anak. Pada
umumnya visualisasi keceriaan identik dengan warna-warna primer yang cerah
serta bentuk-bentuk primer yang mudah diingingat oleh anak.
b. Aktif dan kreatif
Usia anak-anak memang keadaan di mana seseorang ingin mencoba dan
mengeksplorasi sesuatu disekelilignya. Dalam usia ini anak juga sudah sewajarnya
dikenalkan pada bentuk-bentuk dasar serta diajarkan untuk membuat sesuatu yang
baru untuk mengasah kretifitas dan ketrampilannya.
c. Curious
Curious atau memiliki rasa ingin tahu yang tinggi merupakan salah satu karakter
yang dimiliki oleh anak-anak. Pada umumnya dalam usia anak-anak seseorang
terdorong untuk selalu mencari tahu lebih dalam tentang hal-hal yang ada di
sekitarnya serta mencoba hal-hal baru.
d. Mudah meniru
Dalam usia ana-anak seseorang cenderung mudah menirukan perilaku yang ada di
sekitarnya, namun sering kali belum dapat membedakan baik dan buruk. Maka dari
itu anak-anak memerlukan contoh perilaku maupun perkataan yang baik dari
siapapun yang berada di dekatnya. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam
perkembangan anak untuk masa depannya.
11
6. Tinjauan Tentang Permainan Anak
Sejarah Teori Bermain
Gagasan bahwa anak-anak belajar melalui bermain dimulai dari konsep Friedrich
Wilhelm Froebel (1782-1852), yang membangun sistem sekolahnya pada nilai
pendidikan bermain. Froebel percaya bahwa perkembangan alami terjadi melalui
bermain. Sejak itu, sebagian besar program bermain anak usia dini telah dimasukkan
ke dalam kurikulum mereka atau membuat bermain sebagai bagian utama dari
kurikulum.
Montessori melihat keterlibatan aktif anak-anak dengan bahan dan lingkungan siap
sebagai sarana utama melalui mana mereka menyerap ilmu dan belajar .
John dewey juga menganjurkan dan mendukung pembelajaran aktif dan percaya
bahwa anak-anak belajar melalui kegiatan bermain berdasarkan kepentingan mereka .
Ia merasa bahwa bermain membantu mempersiapkan anak-anak untuk pekerjaan
dewasa.
Piaget percaya bahwa bermain mendukung skema kognitif dan merupakan sarana
anak-anak membangun pengetahuan tentang dunia mereka. Menurut Piaget, melalui
keterlibatan aktif, anak-anak belajar tentang hal-hal dan sifat fisik benda;
mendapatkan pengetahuan tentang lingkungan dan peran mereka di dalamnya; dan
memperoleh matematika logis pengetahuan - penomoran, seriation, klasifikasi, waktu,
ruang, dan nomor. ( Early Childhood Education Today, 274)
Vygotsky melihat interaksi sosial yang terjadi melalui bermain sangat penting untuk
perkembangan anak-anak. Dia percaya bahwa anak belajar melalui interaksi sosial
dengan bahasa lain dan kemampuan sosial ( misalnya, kerjasama dan kolaborasi) yang
mendukung dan menambah kemampuan kognitif mereka. Dilihat dari perspektif
Vgotsky, orang dewasa bermain dengan anak sama pentingnya ketika mereka bermain
dengan teman-teman mereka.
Dunia pendidikan saat ini sangat dipertanggungjawabkan, terkadang mungkin guru
berfikir bahwa bermain tidak penting untuk membantu anak belajar konsep dasar dan
keterampilan. Namun, para ahli Vygotskian Bodrova Elena dan Deborah Leong
berpendapat persuasif dalam artikel mereka “The Importance of Being Playful”
bahwa guru bisa dan harus menggunakan bermain sebagai sarana belajar anak. ( Early
Childhood Education Today, 275)
12
Arti Bermain
“Bermain” (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti
utamanya mungkin hilang. Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan
untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Bermain dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau
kewajiban.
Piaget menjelaskan bahwa bermain “terdiri atas tanggapan yang diulang untuk
sekedar kesenangan fungsional.” Menurut Bettelheim kegiatan bermain adalah
kegiatan yang “tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain
sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar”.
Bermain secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kategori, aktif dan
pasif(hiburan).
Pada semua usia anak melakukan permainan aktif dan pasif. Proporsi waktu yang
dicurahkan ke masing-masing jenis bermain itu tidak bergantung pada usia, tetapi
pada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh dari masing-masing kategori.
Meskipun umumnya permain aktif lebih menonjol pada masa awal kanak-kanak dan
permainan hiburan ketika anak mendekati masa puber, namun hal itu tidak selalu
benar. Sebagai contoh, anak kecil mungkin lebih menyukai menonton televisi
ketimbang bermain aktif karena mereka belum belajar permainan yang disukai teman
sebayanya, dan akibatnya mereka tidak diterima sebagai anggota kelompok teman
sebaya. (Perkembangan Anak Jilid 1 : 320)
Pengembangan Aktivitas Bermain
a. Bermain diluar ruangan
Bermain diluar ruangan biasanya lebih banyak menimbulkan suara dan lebih
banyak membutuhkan kekuatan fisik. Bermain membutuhkan lebih banyak ruang,
dimana anak dapat berlari, melompat, dan menggunakan sepeda maupun
kndaraan lain.
Bentuk kegiatan bermain di luar ruangan terdiri dari kegiatan memanjat, lari,
melompat, berayun dan jumpalitan.
13
Alat-alat yang dipergunakan diluar baisanya bersifat menantang tetapi aman
sehingga terhindar dari perasaan frustasi.
b. Bermain didalam ruangan
Bermain didalam ruangan biasanya sedikit lebih tenang dan ruangannya lebih
luas. Ruang didalam sebaiknya dirancang dan ditata sedemikian rupa sehingga
dapat dipergunakan untuk berbagai macam kegiatan, apabila sekaligus terjadi
masing-masing pusat kegiatan tersebut mengganggu. Masing-masing kegiatan
memiliki ruangan dan alat-alat sendiri.
Umumnya ditempat hiburan bermain anak-anak biasanya jarang yang
memfasilitasi sarana fungsi edukasi atau tempat belajar. Namun biasanya fasilitas
yang ada adalah sarana untuk bermain dengan menggunakan meja, kegiatan
bermainnya disebut kegiatan meja. Materi yang dimainkan dalam kegiatan ini
adalah mengembangkan ketrampilan gerakan halus dan koordinasi mata
mengembangkan keterampilan gerakan halus dan koordinasi mata dan tangan.
Alat atau materi dalam pusat ini adalah :
1. Alat permainan menara gelang ganda bentuk bulat, segi empat, segitiga, dan
segi enam. Dengan alat permainan ini anak-anak akan mengenal konsep
warna, bentuk, dan ukuran.
2. Lego mainan yang bisa dibongkar pasang. Dengan memainkan alat permainan
ini anak belajar tentang bentuk, warna jumlah, posisi benda.
3. Puzzles (mainan bongkar pasang). Yang paling sederhana adalah papan bentuk
( lingkaran, segi empat, segitiga, oval, bintang dan sebagainya). Model puzzle
lain adalah suatu gambar tertentu yang kemudian dipotong-potong, setelah
gambar tersebut ditebarkan dimeja, anak diminta menyatukannya kembali.
4. Alat permainan yang bersifat konstruksi, misalnya : balok meja, alat
permainan lazy, yaitu unutk mengembangkan kreatifitas. Dengan permainan
tersebut anak dapat menyusun suatu bentuk tertentu, dapat dengan contoh atau
berdasarkan kreasinya sendiri.
5. Games sejumlah permainan yang sederhana juga termasuk dalam pusat ini,
games tersebut antara lain meliputi domino, lotto, ular tangga, dan sebagainya.
14
Tahapan Perkembangan Bermain
1. Tahap Eksplorasi
Hingga bayi berusia sekitar 3 bulan, permainan mereka terutama terdiri atas
melihat orang dan benda serta melakukan usaha acak untuk menggapai benda
yang diacungkan di hadapannya. Selanjutnya, mereka dapat mengendalikan
tangan sehingga cukup memungkinkan bagi mereka untuk mengambil,
memegang, dan mempelajari benda kecil. Setelah mereka dapat merangkak atau
berjalan, mulai memperhatikan apa saja yang berada dalam jarak jangkauannya.
2. Tahap Permainan
Bermain barang mainan dimulai pada tahun antara 5-6 tahun. Pada mulanya anak
hanya mengeksplorasi mainannya. Antara 2 dan 3 tahun, mereka membayangkan
bahwa mainannya mempunyai sifat hidup – dapat bergerak, berbicara, dan
merasakan. Dengan semakin berkembangnya kecerdasan anak, mereka tidak lagi
menganggap benda mati sebagai sesuatu yang hidup dan hak ini mengurangi
minatnya pada barang mainan. Faktor lain yang mendorong penyusutan minat
dengan barang mainan ini adalah bahwa permainan itu sifatnya menyendiri
sedangkan mereka menginginkan teman.”
3. Tahap Bermain
Setelah masuk sekolah, jenis permainan mereka sangat beragam. Semula, mereka
meneruskan bermain dengan barang mainan, terutama bila sendirian, selain itu
mereka merasa tertarik dengan permainan, olah raga, hobi, dan bentuk permainan
matang lainnya.
4. Tahap Melamun
Semakin mendekati masa puber, mereka mulai kehilangan minat dalam
permainan yang sebelumnya disenangi dan banyak menghabiskan waktunya
dengan melamun. Melamun, yang merupakan ciri khas anak remaja, adalah saat
berkorban, saat mereka menganggap dirinya tidak diperlakukan dengan baik dan
tidak mengerti oleh siapapun. (Perkembangan Anak Jilid 1 : 324)
Kegiatan Bermain yang Umum di Masa Kanak-Kanak
1. Bermain Aktif
Bermain aktif adalah bermain yang kegembiraannya timbul dari apa yang
dilakukan anak itu sendiri. Kebanyakan anak melakukan berbagai bentuk bermain
15
aktif aktif, tetapi banyaknya waktu yang digunakan dan banyaknya kegembiraan
yang akan diperoleh dari setiap permainan sangat bervariasi. (Perkembangan
Anak Jilid 1 : 327)
2. Bermain Bebas dan Spontan
Bermain bebas dan spontan merupakan bentuk bermain aktif yang merupakan
wadah anak-anak untuk melakukan apa, kapan, dan bagaimana mereka ingin
melakukannya. Tidak ada kaidah dan peraturan. Anak-anak terus bermain selama
kegiatan itu menimbulkan kegembiraan dan kemudian berhenti bila perhatian dan
kegembiraan dari permainan itu berkurang.
Rangsangan yang membangkitkan bermain bebas dan spntan adalah segala
sesuatu yang baru dan berbeda dalam lingkungan atau mainan yang terutama
dirancang untuk eksplorasi.
(Perkembangan Anak Jilid 1 : 328)
3. Bermain Konstruktif
Bermain konstruktif adalah bentuk bermain dimana anak-anak menggunakan
bahan untuk membuat sesuatu yang bukan untuk tujuan bermanfaat melainkan
lebih ditujukan bagi kegembiraan yang diperolehnya dari membuatnya. Pada
mulanya, kebanyakan bermain konstruktif adalah reproduktif. Anak
memproduksi obyek yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-sehari atau dalam
media massa ke dalam bentuk konstruksinya.
Anak kecil akan senang dengan apa saja yang dapat dibuatnya dan dengan bangga
menunjukannya kepada orang lain. (Perkembangan Anak Jilid 1 : 330)
4. Mengeksplorasi
Terdapat perbedaan jenis kelamin dalam hal eksplorasi. Anak laki-laki lebih
sering mengerjakannya ketimbang anak perempuan. Apabila anak perempuan
melakukan eksplorasi, mereka mungkin kurang berpetualang ketimbang anak
laki-laki, lebih dekat dengan rumah, dan lebih banyak diawasi orang dewasa. Hal
ini karena kegiatan bermain anak perempuan lebih dibatasi ketimbang anak laki-
laki. (Perkembangan Anak Jilid 1 : 332)
Karakteristik Eksplorasi di Masa Kanak-Kanak
16
Perencanaan dan Pengorganisasian
Lingkungan terpencil
Perilaku kelompok lawan perilaku sendiri
Bimbingan dan Pengarahan
(Perkembangan Anak Jilid 1 : 333)
7. Hiburan
Hiburan merupakan bentuk permainan pasif, tempat anak memperoleh kegembiraan
dengan usaha minimum dari kegiatan orang lain.
Bagi beberapa anak hiburan lebih menyenangkan ketimbang bermain aktif, tetapi bagi
yang lain berlaku sebaliknya. (Perkembangan Anak Jilid 1 : 334)
Sumbangan Penting Hiburan bagi Penyesuaian Anak
Hiburan merupakan sumber pengetahuan yang penting.
Dari hiburan anak belajar kata-kata dan bagaimana menggunakannya untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
Dengan mengidentifikasikan diri dengan tokoh di media massa, anak-anak
mengembangkan wawasan sosial yang akan membantu mereka menyesuaikan
diri dengan kehidupan sosial.
Hiburan memenuhi kebutuhan dan kenginan anak yang tidak dapat dipenuhi
situasi hidup sebenarnya.
Untuk mampu menikmati berbagai macam hiburan anak harus belajar
memusatkan perhatian, mengingat, dan menalar. Ini membantu perkembangan
kecerdasannya.
Banyak bentuk hiburan yang menyediakan bahan kreativitas dan mendorong
anak untuk menggunakannya dalam melakukan sesuatu yang orisinal.
(Perkembangan Anak Jilid 1 : 335)
17
8. Tinjauan Umum Perancangan
(Kids Space di Surakarta)
a. Tentang Kids Space
1. Definisi Kids Space
Kids Space (bahasa Inggris) artinya sebuah ruang atau wadah bagi anak-anak
prasekolah. Kids Space merupakan sebuah fasilitas ruang hiburan bermain
anak-anak yang menerapkan fungsi edutaiment, dan anak-anak dapat
melakukan semua kegiatan yang mereka gemari.
Kids Space menyediakan berbagai program-program unik untuk
mengembangkan kreatifitas anak dengan sistem bermain sambil belajar.
Sasaran kelompok bermain Kids Space adalah anak usia 2-4 tahun dan anak
usia 4-6 tahun.
2. Fungsi dan Tujuan Kids Space
Menurut Prof. Dr. Sukarni Catur Utami Munandar, DiplPsych., anak berumur
3-5 tahun memerlukan pengasuhan dan bimbingan yang baik agar muatan
kreativitasnya dapat diberdayakan secara optimal. Pada skala umur ini anak
mudah menyerap segala informasi yang ada disekitarnya.
Sistem belajar sambil bermain merupakan cara terbaik yang dapat diberikan
kepada anak usia 3-5 tahun dengan penyesuaian perkembangan dan
kemampuan masing-masing anak.
Fungsi Kids Space diantaranya :
1. Mengembangkan dan mengasah ketrampilan fisik lewat berbagai
permainan.
2. Melatih anak agar dapat menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan
lingkungannya.
3. Sebagai fasilitas hiburan yang menerapkan fungsi edutaiment untuk anak
usia prasekolah.
Tujuan Kids Space :
Memberikan fasilitas hiburan bemain sambil belajar untuk anak-anak usia pra
sekolah dengan menyediakan berbagai program-program unik dan pengetahuan
sederhana sekaligus membantu anak mengembangkan berbagai potensi baik
psikis dan fisik. Merangsang tumbuh kembang anak secara terpadu melalui
18
program unik yang interaktif, mengajak anak untuk bereksplorasi secara aktif,
sehingga anak dapat menggali kreativitas, rasa ingin tahu, dan imajinasi. Anak-
anak pun dapat bermain sekaligus belajar. Pada umumnya tujuan tersebut yaitu
mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk
hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
3. Kegiatan dan Ruang Kids Space
Agar program unik yang interaktif dapat berjalan dengan optimal, maka ruang
pendidikan pra sekolah diharapkan dapat ( Harianti,1995) :
1. Menciptakan situasi pendidikan yang memberi rasa aman dan
menyenangkan bagi anak.
2. Memberikan kegiatan perseorangan kepada anak-anak sesuai minat dan
tahap perkembangan, disamping kegiatan kelompok maupun klasikal agar
anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Semua kegiatan
tersebut harus diberikan mengingat setiap anak adalah unik dalam arti
berbeda keadaan fisik (gerak / motorik kasar dan halus), psikis ( moral,
perasaan dan kecerdasan) dan tingkat perkembangannya.
3. Cara belajar anak menggunakan prinsip bermain sambil belajar karena cara
belajar anak yang paling efektif adalah dengan bermain. Dalam bermain
anak dapat mengembangkan otot besar dan halusnya., meningkatkan
penalaran dan memahami keberadaan lingkungannya, membentuk daya
imajinasi.
Dengan demikian dibutuhkan kualitas suasana ruang yang memadai dan
sesuai kebutuhan bagi perkembangan anak-anak tersebut. Kebutuhan anak
dalam ruang adalah memperoleh rasa bebas, aman, rangsang, nyaman dan
hangat. (Eilleen, 1998 : 169)
Rasa bebas maksutnya anak-anak tidak menentukan kesulitan untuk
beraktivitas dalam ruang. Rasa aman maksudnya lingkungan fisik memberi
rasa aman ketika melakukan kegiatan (tidak merasa dirinya selalu berada
dalam suasana yang tegang, menakutkan).
Nyaman maksudnya mampu mengkondisikan seorang anak untuk tetap
beraktivitas selama ia mau dan mampu untuk melakukannya. Rangsang
diartikan bahwa ruang hendaknya mampu hadir sebagai faktor eksternal
yang dapat membantu proses perkembangan potensi anak melalui kegiatan-
kegiatan kreatifnya.Rangsang hendaknya mampu menjadi sumber gagasan,
19
imajinasi bagi anak-anak. (Sriti Mayang Sari, 1 Juni 2004, Peran Warna
Interior Terhadap Perkembangan dan Pendidikan Anak di Taman Kanak-
Kanak, Surabaya; Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas
Kristen Petra Surabaya).
“Learning by Playing and Experiencing within a hommy situation (Feels
Like Home)” adalah metode yang digunakan dalam mendidik, mengasuh,
dan mengembangkan kegiatan belajar bagi anak. Dengan metode belajar
sambil bermain atau bermain seraya belajar dalam situasi hommy anak-anak
dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki secara optimal tanpa
rasa takut ataupun terpaksa.
Adapun beberapa kegiatan bermain sambil belajar di Kids Space beserta
penempatan kegiatan tersebut :
1. Ruang Bermain Indoor
Kegiatan didalam ruang utama ini mengacu pada anak-anak untuk
bermain bebas, atau beraktivitas sosial bersama teman lainnya.
Kegiatan tersebut antara lain adalah, Fun Science yang terdiri dari
pengenalan pengetahuan sederhana, Water Play yaitu mengenalkan
anak tentang sifat benda cair, Sand box yaitu area bermain pasir, dan
Play Things merupakan area workshop untuk anak-anak menciptakan
sesuatu sesuai dengan kemampuan mereka menggunakan lego, play
doh, bloks, dan membuat kerajinan lain.
2. Ruang Konsultasi Anak
Ruang konsultasi anak merupakan program pengembangan mental anak
lewat konsultasi psikiater anak.
3. Café & Lounge
Café & Lounge merupakan ruang penunjang yang terdapat dalam Kids
Space sebagai fasilitas tambahan untuk para pendamping ketika anak-
anak sedang bermain, sehingga anak-anak dapat bermain dengan bebas.
4. Kamar Mandi Anak
Mengajarkan anak agar mandiri dalam pentingnya menjaga kebersihan
dan merawat diri, salah satu contoh pembelajarannya, anak di didik
secara mandiri dalam pengarahan pengajar agar dapat bertindak sendiri
dan memahami hal-hal yang perlu dilakukan dalam upaya merawat diri.
5. Ruang Perawatan
20
Ruang khusus untuk ibu-ibu yang sedang menyusui anaknya.
4. Syarat permainan dalam kegiatan belajar di Kids Space
Ada persyaratan permainan yang baik untuk anak menurut Drs. H. Zulkifli L
(1987,h.58), yaitu :
1. Bongkar pasang
Alat permainan sebaiknya yang mudah dibongkar pasang (built in).
2. Mengembangkan daya fantasi
Alat permainan sebaiknya bersifat mudah dibentuk dan dirubah-ubah,
karena sangat sesuai untuk mengembangkan daya fantasinya. Misalnya,
bak pasir, tanah liat, kertas-gunting dan lainnya.
3. Tidak berbahaya, baik dari bahan maupun bentuknya
Bahan permainan setidaknya mengedepankan keamanan bagi para
penggunanya, yaitu anak-anak. Pemilihan material dan finishing dan
dimensinya disesuaikan dengan mengedepankan keamanan dan fungsi
mainan tersebut.
Macam-macam Perkembangan Anak
a. Perkembangan Fisik
Anak mengembangkan ketrampilan fisiknya dan dapat bereksplorasi terhadap
lingkungan tanpa bantuan dari orang tuanya.
Perkembangan fisik ditandai dengan berkembangnya kemampuan motorik,
yang dideskripsikan sebagai berikut :
Usia Kemampuan Dasar Motorik Kemampuan Motorik Khusus
2-4 tahun 1. Naik turun tangga
2. Meloncat dengan kaki
3. Melempar bola
1. Menggunakan crayon
2. Menggunakan benda / alat
3. Meniru bentuk / orang
4-6 tahun 1. Meloncat
2. Mengendarai sepeda
anak
3. Menangkap bola
4. Bermain olahraga
1. Menggunakan pensil
2. Menggambar
3. Memotong dengan gunting
4. Menulis huruf cetak
Tabel 2.1. Perkembangan Fisik Anak-Anak
Sumber Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,
Dr. H. Syamsu Yusuf (2003,h.163)
21
b. Perkembangan Intelektual
Tahapannya adalah pra-operasional yaitu anak belum mampu menguasai
mental secara logis. Anak mampu berimajinasi dan berfantasi mengenai
berbagai hal, dapat menggunakan kata-kata, peristiwa dan benda untuk
mengembangkan hal lainnya.
c. Perkembangan Bahasa
Usia 2-4 tahun, anak sudah menggunakan kalimat majemuk serta anak
kalimatnya, tigkat berfikir sudah lebih maju (sering bertanya sebab-akibat).
d. Perkembangan Sosial
Pada masa ini, anak sudah mulai mengetahui aturan, mulai dapat mematuhi
peraturan tersebut, mulai menyadari hak dan kepentingan orang lain. Anak
mulai bermain dengan anak-anak lainnya.
Kematangan penyesuaian sosial anak akan semakin terbantu bila mendapatkan
pendidikan pada fasilitas pendidikan pra sekolah. Pendidikan pra sekolah
memberikan peluang terhadap anak untuk belajar memperluas pergaulan dan
belajar berdisiplin.
e. Perkembangan Fantasi
Masa dongeng dimana anak suka sekali mendengarkan cerita kehidupan yang
lucu, cerita raja-raja dan lainnya. Fantasi dapat dipergakan sebagai hiburan,
memudahkan anak dalam menerima pelajaran dan membentuk budi pekerti
karena ia terdorong meniru dan berbuat seperti yang ia baca atau dengar.
f. Pekembangan Bermain
Usia pra sekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktu
luang anak diisi dengan kegiatan bermain.
g. Perkembangan Kepribadian
Berkembangnya kesadaran dan kemampuan untuk memenuhi tuntutan dan
tanggung jawab.
Havighurst dalam Development task and Education, menuliskan tugas
perkembangan untuk masa kanak-kanak dini (lahir sampai 6 tahun), adalah :
belajar berjalan, belajar makan-makanan padat, belajar berbicara, belajar
mengendalikan pembuangan sampah tubuh, belajar membedakan jenis
kelamin dan kesopanan seksual, mancapai stabilitas fisiologis, membentuk
konsep sederhana, mengenai kenyataan sosial dan fisik, belajar berhubungan
emosional dengan orang tua, saudara kandung dan orang lain, belajar
22
membedakan mana yang benar dan mana yang salah serta mengembangkan
nurani. (Hurlock, 1993)
Hurlock (1993:38) membagi perkembangan anak dalam periode masa kanak-
kanak dini (2 tahun sampai 6 tahun), usia pra sekolah. Pada periode ini anak
berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai dapat belajar dengan
menggunakan pemikirannya (kemampuan abstraksi), misalnya anak mulai
dapat mengingat simbol-simbol dan membayangkan benda-benda yang tidak
nampak dihadapannya.
Pada anak usia pra sekolah, persepsi visual menjadi lebih efektif dan anak
dapat mempertahankan konsentrasi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Lingkungan awal yang ber[eran dalam perkembangan anak usia prasekolah
menurut Bronfrenbenner (1979) adalah lingkungan rumah dan lingkungan luar
rumah. Skema berikut menjelaskan lingkungan awal yang memperngaruhi
perkembangan anak usia prasekolah.
Lingkungan kelas mempunyai nilai tertentu bagi anak didik dalam konteks
desain interior ruang secara psikologis dapat memotivasi dan merangsang
anak untuk bermain sambil belajar sesuai dengan peerkembangan mereka.
(Sriti Mayang Sari, 1 Juni 2004, Peran Warna Interior Terhadap
Perkembangan dan Pendidikan Anak di Taman Kanak-Kanak, Surabaya;
Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra
Surabaya).
9. Tinjauan Khusus Perancangan
(Kids Space di Surakarta)
a. Pelaku kegiatan
1. Kegiatan Pendidikan
Anak usia 2-4 tahun, dan anak usia 4-6 tahun.
Tutor / Karyawan
Pengantar / pendamping
2. Kegiatan Pengelolaan
Manager
Staf pengelola Supervisor
Leader
23
Karyawan
Sekretaris
Bendahara
Humas
Sarana Prasarana
Kasir
Receptionist
Staf Operasional Koki
Teknisi
Bidang Kebersihan
3. Kegiatan Pelayanan
Cafe & Lounge
Psikolog Anak
b. Aktivitas
William Fowler “Infant & Child Care” dalam buku A Guide to Education in Group
Setting (1980 : 21), aktifitas utama pendidikan pra sekolah antara lain :
1. Perawatan yang mendasar
2. Permainan
3. Perencanaan atau rangkaian pengetahuan
B. TINJAUAN INTERIOR
1. Kebutuhan Ruang
Kebutuhan ruang-ruang pada pendidikan pra sekolah menurut Joseph De Chiara &
Michael J. Crosbie, Time Saver Standarts For Building, Types (4th edition), 2001 h.
371, terdiri atas
1. Class Room
De Porter menjelaskan bahwa faktor penataan ruang kelas merupakan kunci untuk
menciptakan lingkungan belajar yang optimal. Pemilihan jenis perabotan,
penataan, warna, pencahayaan, musik, visual poster, gambar, temperatur,
tanaman, kenyamanan, dan suasana hati secara umum merupakan kunci
24
menciptakan lingkungan yang optimal, baik secara fisik maupun mental (De
Porter dkk, 2000 : 67)
2. Discovery Area
Area ini disebut pula sebagai area permainan pasir dan air. Tempat ini merupakan
tempat dimana anak-anak bereksperimen dan mengembangkan kreativitasnya
dengan bahan-bahan alam yang tersedia. Lantai dekat dengan bak pasir atau bak
air, sebaiknya dipilih bahan yang kedap air dan bila memungkinkan disediakan
floor drain sehingga dapat lebih mudah dibersihkan.
3. Art Area
Pada area ini anak-anak dapat menggambar atau melukis, melakukan kerajinan
tanah liat dan lainnya. Area seni sebaiknya diletakkan dekat dengan discovery
area dan harus memiliki lantai yang mudah dibershikan. Dalam ruang ini juga
harus menyediakan bak cuci tangan (sink) yang terbuat dari stainlessteel. Bukan
air (keran) pada bak cuci tangan sebaiknya terletak pada ketinggian kira-kira 55-
66 cm dari permukaan lantai, sehingga mudah dijangkau oleh anak.
4. Blocks Building Area
Merupakan area permainan dimana anak bermain membangun dan membuat
sesuatu dari balok-balok.
5. Toilet
Letak toilet sebaiknya berdekatan dengan ruang kelas sehingga anak tidak
membuang waktu untuk mencapai toilet.
2. Sirkulasi
Sirkulasi ruang mengarah dan membimbing perjalanan atau tapak yang terjadi dalam
ruang. Sirkulasi memberi kesinambungan pada pengunjung terhadap fungsi ruang.
(Pamudji Suptandar, 1999, h.114)
Menurut Le Corbueser, suatu sirkulasi yang terorganisir secara baik antara satu
dengan yang lain dihubungkan dengan sistem lalu lintas yang berkesinambungan,
semua ruang dianalisa, disesuaikan dengan perkembangan atau perubahan-perubahan
yang bisa terjadi dalam kehidupan, kegemaran penghuni dan masyarakat yaitu jalan
pintas (langsung) kebiasaan dalam sistem sirkulasi (Suptandar, 1999, h. 114)
Menurut Pamudji Suptandar, 1999, hal. 119-120, hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam perancangan sirkulasi dalam ruang :
25
1. Kegiatan manusia sebagian besar dilakukan didalam ruang, maka faktor yang
sangat penting adalah perancangan sirkulasiyang ada didalam ruangan itu.
2. Fungsi ruang ditentukan oleh kegiatan manusia yang didalamnya mempengaruhi
dimensi ruang, organisasi ruang, ukuran, sirkulasi ruang, letak serta bukaan
jendela dan pintu.
3. Dimensi ruang dalam sangat ditentukan oleh aktivitas manusia dan dipengaruhi
skala dan proporsi manusia itu sendiri.
4. Modul perancangan ruang ke ruang dan bangunan merupakan faktor utama,
dimana faktor-faktor yang mempengaruhi modul tersebut adalah bahan-bahan
bangunan dan teknik pelaksanaan.
5. Pencapaian ruang-ruang hendaknya diberi identitas yang jelas dimana hal ini
berhubungan erat dengan sistem organisasi ruang.
Dalam perancangan sirkulasi ada beberapa bentuk dari lorong dengan metode
perencanaannya yaitu mengikuti pola-pola sirkulasi antar ruang. Bentuk-bentuk
pola sirkulasi tersebut, antara lain :
Nama Pola Sirkulasi Gambar Keterangan
Linear 1. Jalan Lurus
2. Jalan melengkung
3. Memotong jalan lain
4. Bercabang-cabang
5. Membentuk Loop
Semua jalan adalah linear. Jalan
yang lurus dapat menjadi unsur
pengorganisir yang utama untuk
satu deretan ruang-ruang.
Jalan dapat melengkung atau
terdiri dari segmen-segmen,
memotong jalan lain,
bercabang-cabang dan
membentuk kisaran / loop.
Radial
Bentuk radial memiliki jalan
yang berkembang dari atau
berhenti pada sebuah pusat.
26
Spiral Pola bentuk spiral adalah suatu
jalan yang menerus yang
berasal dari titik pusat, berputar
mengelilinginya dengan jarak
yang dapat berubah.
Grid Bentuk grid terdiri dari jalan-
jalan sejajar yang saling
berpotongan pada jarak yang
sama dan menciptakan bujur
sangkar atau kawasan-kawasan
segi empat.
Network Suatu bentuk jalan yang terdiri
dari beberapa jalan yang
menghubungkan titik tertentu
didalam ruang.
Komposit Suatu kombinasi alur jalan-
jalan linear, radial, spiral, grid,
dan network.
Tabel 2.2. Pola-Pola Sirkulasi
(Sumber : Arsitektur : Bentuk, Ruang, dan Susunannya, 1999. h. 271)
3. Organisasi Ruang
Menurut (Suptandar, 1982 : 38) pencapaian dari ruang luar ke ruang dalam hendaknya
mempunyai identitas yang jelas, dan pencapaian semacam ini bisa berhubungan erat
dengan sistem organisasi ruang seperti yang disimpulkan sebagai berikut :
a. Kegiatan manusia sebagian besar dilakukan di dalam ruang maka faktor yang
sangat penting adalah perancangan sirkulasi dalam ruang.
b. Fungsi ruang ditentukan oleh kegiatan manusia yang terjadi di dalamnya dan ini
akan mempengaruhi dimensi dalam ruang, ukuran, sirkulasi, letak serta bukaan
jendela dan pintu-pintu.
c. Dimensi suatu ruang selain ditentukan oleh aktivitas manusia juga dipengaruhi
27
oleh skala dan proporsi.
d. Modul dalam desain dan bangunan merupakan faktor yang utama. Ada beberapa
modul yaitu modul dasar, modul manusia, modul fungsi, sub modul,
perencanaan, multi modul dan faktor yang mempengaruhi modul adalah bahan
bangunan dan teknik pelaksanaan.
e. Pencapaian ruang luar dan ruang dalam hendaknya diberi identitas yang jelas.
Menurut Francis D.K Ching ada lima macam perorganisasian ruang, yaitu:
1. Organisasi terpusat
Gambar 2. 1 Organisasi ruang Terpusat
(sumber, Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya,1999,h.205)
Merupakan komposisi terpusat yang dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang
pusat yang besar dan dominan. Organisasi terpusat bersifat stabil. Kelebihannya
adalah memiliki pusat kegiatan atau orientasi dengan efisiensi dan efektivitas yang
tinggi serta menciptakan kofigurasi keseluruhan ruang yang secara geometris teratur
dan simetris terhadap dua sumbu atau lebih. Kelemahannya adalah karena
bentuknya teratur harus cukup ruang untuk mengumpulkan sejumlah ruang sekunder
di sekitarnya.
2. Organisasi linier
Gambar 2. 2 Organisasi ruang Linear
(sumber, Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya,1999,h.205)
Organisasi linier terdiri dari sederetan ruang yang berhubungan langsung satu sama
lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah.
28
Organisasi linier biasanya terdiri dari ruang-ruang yang berulang mirip dalam hal
ukuran, bentuk dan fungsinya.
3. Organisasi radial
Gambar 2. 3 Organisasi ruang Radial
(sumber, Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya,1999,h.205)
Organisasi jenis radial memadukan unsur-unsur organisasi terpusat maupun linier.
Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan, dimana sejumlah organisasi-
organisasi linier berkembang seperti bentuk jari-jarinya.
Organisasi radial adalah sebuah bentuk ekstrovert yang mengembang ke luar ruang
lingkupnya. Dengan lengan-lengan liniernya, bentuk ini dapat meluas dan
menggabungkan dirinya pada unsur-unsur tertentu atau benda-benda lapangan
lainnya.
Kelebihannya adalah mudah menyesuaikan kondisi lingkungan. Kelemahannya
adalah membutuhkan banyak ruang.
4. Organisasi cluster
Gambar 2. 4 Organisasi ruang Cluster/ Mengelompok
(sumber, Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya,1999,h.205)
Organisasi cluster menggunakan pertimbangan penempatan peletakan sebagai dasar
untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya.
Sering kali penghubungnya terdiri dari sel-sel ruang yang berulang dan memiliki
fungsi-fungsi serupa dan memiliki persamaan sifat visual seperti halnya bentuk dan
orientasi. Suatu organisasi cluster dapat juga menerima ruang-ruang yang berlainan
29
ukuran, bentuk, dan fungsinya tetapi berhubungan satu dengan yang lain
berdasarkan penempatan dan ukuran visual seperti simetri atau menurut sumbu.
5. Organisasi grid
Gambar 2. 5 Organisasi ruang Grid
(sumber, Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya,1999,h.205)
Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dan ruang-ruang dimana posi-posisinya
dalam ruang dan hubungan antar ruang diatur oleh pola grid tiga dimensi atau
dengan bidang.
Suatu grid dibentuk dengan menetapkan sebuah pola teratur dari titik-titik yang
menentukan pamer-pamer dari dua pasang garis sejajar. Suatu organisasi grid dapat
memiliki hubungan bersama, walaupun berbeda dalam ukuran, bentuk atau fungsi.
4. Elemen Pembentuk Ruang
1. Aspek Lantai
Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan lantai adalah :
2. Fungsi Lantai
3. Sifat lantai
4. Karakter lantai
5. Konstruksi lantai
(Drs. Djoko Panuwun, 1997)
Syarat perencanaan lantai dengan anak sebagai pengguna utamanya adalah :
1. Seluruh permukaan lantai harus non slip (anti selip atau anti licin), hal ini
berkaitan dengan kenyataan bahwa sifat licin adalah penting, karena bahaya
secara psikologis. Hal ini berlaku untuk keseluruhan bagian ruang.
30
2. Lantai harus tidak kasar, meskipun non slip lantai tidak boleh kasar.
3. Ambang pintu dan perubahan kecil dalam kenaikan sebisa mungkin dihindari.
(Joseph De Ciara, 1990)
Kebutuhan keluasan lantai setiap kelas untuk anak usia prasekolah adalah 20-25 m2
(24-30 yd2) untuk 30-40 anak, tapi ukuran idealnya untuk 20 anak. Pada ruang kelas
yang umum setiap anak memerlukan luas lantai 1,5 m2 (16 ft2) lebih baik kalau
2m2 (2,4 yd2).
(Drs. Yan Dianto, 1991)
2. Aspek Dinding
Tuntutan yang harus dipenuhi dinding pada ruang-ruang publik antara lain mudah
pemeliharaannya, mampu meredam suara, menunjang aspek dekoratif, tahan terhadap
kelembapan, memperlihatkan kesan atau sifat ruangan tertentu yang sesuai dengan
sistem pencahayaan atau penghawaan, baik secara alami maupun buatan. ( Suptandar,
1995)
Faktor-faktor dalam merencanakan dinding yang perlu diperhatikan adalah :
1. Fungsi dinding
2. Sifat dinding
3. Karakter dinding
4. Konstruksi dinding
(Drs. Djoko Panuwun, 1997)
Seluruh permukaan dinding hendaknya menggunakan bahan yang halus, tidak
licin, dan mudah dibersihkan serta mempunyai kemampuan untuk menyerap bunyi
dengan baik. (Neufert, 1995)
Porsi terbesar dari dinding ruang kelas dan ruang bermain indoor sebaiknya
menggunakan permukaan dengan material yang lembut, dari tekstur yang tak
beraturan. Kesegaran dinding baik material maupun bentuknya akan merangsang emosi
dan persepsi anak. Maka diperlukan variasi dengan desain yang menarik, sederhana,
dan selektif. (Fowler, 1980 : 107)
Suara anak yang meninggi karena ekspresi emosional mereka, membutuhkan
dindin yang menyerap suara anak, maupun suara-suara lain yang mengganggu.
(Fowler, 1980 : 107)
31
Sebaiknya ketinggian dinding massif (tembok bata) tidak dibuat mencapai
ceilling, melainkan diteruskan dengan dinding kaca pada bagian atasnya, setinggi mata
orang dewasa, agar orang dewasa dapat mengamati anak yang beraktifitas didalamnya.
(Fowler, 1980 : 101)
Tinggi ruangan kelas tergantung dari keadaan penerangan pada siang hari dan
hubungannya dengan faktor-faktor luar yang lain (bangunan lain, kebun, dan lain-lain).
Untuk ruangan selebar 6-8 meter (20-26 ft) tingginya 3,25-3,75 m (10 ft 8 in – 12 ft 4
in) (Drs. Yan Dianto, 1991 : 3)
3. Aspek Ceiling
Ceiling adalah sebuah bidang (permukaan) yang terletak di atas garis pandang
normal manusia, berfungsi sebagai pelindung atap sekaligus sebagai pembentuk
ruang dengan bidang yang ada di bawahnya. (Pamudji Suptandar, 1999, h. 161)
Penggunaan material ceiling secara umum yaitu dengan ciri-ciri : mudah
perawatannya, dapat digunakan sebagai bahan akustik, tahan terhadap suhu dan
kelembapan, menunjang aspek dekoratif, mempunyai variasi bentuk dan warna.
(Rida Darmawan, 2002, h. 12)
Material yang biasa digunakan :
1. Gypsumboard
Merupakan bahan yang muda dipasang, mempunyai bobot yang ringan dan
kemampuan menyerap suara dan mudah dibersihkan. Lembaran gypsum memiliki
ukuran standar 1200 mm x 2400 mm.
Bahan ini dapat dipasang dengan rangka yang terbuat dari kayu ataupun metal.
2. Multipleks
Multipleks yang digunakan untuk ceiling biasanya dengan ketebalan 4 mm. ukuran
standar multipleks adalah 1200 mm x 2400 mm.
(Tabloid RUMAH edisi 13-1/9 Juli – 22 Juli 2003, h. 18)
32
5. Aspek Furnitur dan Antropometri Pengguna
1. Syarat Furniture untuk Anak.
Syarat furniture untuk anak sebagai pengguna utama, menurut Rida Darmawan,
2002, h.12 antara lain :
a. Memenuhi tuntutan ergonomis anak kecil
b. Memiliki bentuk yang tidak membahayakan seperti bentuk lengkung dan sudut
tumpul dan mempunyai variasi bentuk dan warna.
c. Menggunakan bahan yang tidak mengandung racun, tahan lama dan ringan,
mudah dipindahkan. Bila memungkinkan dapat digunakan sebagai media
permainan (mutlifungsi).
2. Ukuran Furnitur (Ergonomi furnitur)
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat temperamen dan ukuran-
ukuran manusia, agar dapat hidup nyaman dan puas dalam melakukan kegiatan-
kegiatan, merasakan keindahan hidup. Semua unsur menyangkut kondisi fisik
atau kenikmatan yang bersangkutan dengan intensitas organ manusia dipelajari
dan dijadikan sebagai standar. (Suptandar, 1995 : 31)
Penggabungan dai berbagai disiplin ilmu yaitu : fisiologi, anatomi, kedokteran,
psikologi fisiologi, psikologi eksperimental, fisika serta teknik menerapkan usaha
penyerasian pekerjaan dan lingkungan. Maka furnitur pada umumnya harus
dirancang untuk menanggulangi keluhan-keluhan tersebut yang disesuaikan
dengan kebutuhan seseorang dalam aktifitas pasif maupun dinamis.
Anak tentu saja lebih mudah ketika area belajar dan bermainnya diorganisasikan
dengan skala ukuran anak dengan furnitur dan alat-alat yang diatur dengan
meminimalkan kekacauan atau kerusakan yang lebih memberikan kebebasan
bergerak. (Fowler, 1980 :270)
Furniture yang praktis dan fungsional diperlukan dalam ruang untuk bermain,
sebaiknya mudah dibersihkan untuk dirapikan kembali. Praktis bukan berarti
kaku dan menyulitkan kebebasan gerak anak (Tate, Smith, Harper & Row, 1986;
113-114).
Tuntutan ergonomi untuk dimensi furnitur tentunya bervariasi, karena
bervariasinya usia anak. Sebaiknya menggunakan furnitur (terutama meja dan
kursi) dengan usia anak, sehingga setiap anak dapat dengan mudah meletakkan
kaki diatas lantai dalam posisi yang nyaman, jika furniture untuk anak yang lebih
33
muda terlalu besar untuk kenyamanannya, itu patut melepas kaki beberapa meja
kursi (cut down) (Fowler, 1980 : 270)
Bahan atau perabot untuk anak-anak harus terbuat dari bahan yang ringan, namun
kuat supaya tidak mudah hancur atau patah. Untuk setiap sudut furniturnya pun
harus tumpul untuk keamanan anak-anak itu sendiri. Sebisa mungkin semua
perabotan diberi pengaman atau pelapis yang empuk dari bahan yang ringan dan
estetis.
Syarat furnitur untuk anak sebagai pengguna utama, menurut Rida Darmawan,
2002, h. 12 antara lain :
a. Memenuhi tuntutan ergonomis anak kecil.
b. Memiliki bentuk yang tidak membahayakan seperti bentuk lengkung dan
sudut tumpul dan mempunyai variasi bentuk dan warna.
c. Menggunakan bahan yang tidak mengandung racun, tahan lama, dan ringan,
mudah dipindahkan. Bila memungkinkan dapat digunakan sebagai media
permainan (multifungsi).
No. Ukuran Usia (th) Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
45-50
50-52
25-30
30-32
100
30
28-3015
3015-38
2-3
3-6
2-3
3-6
2-6
2-6
3-4
5-8
Tinggi meja
Tinggi meja
Tinggi kursi
Tinggi kursi
Tinggi loker
Tinggi loker
Tinggi toilet
Tinggi toilet
Tabel 2.3 Ukuran Furniture Anak
3. Dimensional anak
- Tinggi badan anak usia pra sekolah menurut http:www.balitaanda.com/b-tb-
rata.html (dari usia 3-5 tahun) adalah:
Usia Tinggi (cm)
3 tahun 96,0
4 tahun 103,5
5 tahun 109,0
Tebel 2. 4 Tinggi badan anak usia 3-5 tahun
34
(Sumber : http:www.balita-anda.com/b-tb-rata.html)
- Tinggi badan anak usia pra sekolah (usia 5-6 tahun) menurut Dasar-Dasar
Arsitektur karangan Drs. Yan Dianto, adalah :
Usia Tinggi (cm)
5 tahun 111,8
6 tahun 116,8
Tabel 2.5 Tinggi anak usia 5-6 tahun
(sumber : Dasar-Dasar Arsitektur,1988.h.2)
- Tinggi posisi duduk, tinggi permukaan meja dan jangkauan anak pada usia
pra sekolah menurut Data Arsitek karangan Ernest Neufert edisi 2 (alih
bahasa Ir.Sjamsu Amril), yaitu
Gambar 2.6 Tinggi posisi duduk, tinggi pemukaan meja dan jangkauan anak
usia 3-5 tahun
(sumber : Data Arsitek, 1993, h.132)
4. Dimensional furniture
Gambar 2.7 Dimensi furniture bagi anak pra sekolah
(sumber : Time Saver Standarts for Building, Types (4th edition) Joseph
Chiara & Michael J.Crosbie
35
5. Lay out Furniture
(Drs. Yan Dianto, 1991)
Layout dapat dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Penentuan daerah aktifitas
b. Daerah aktif, memiliki frekuensi aktifitas tinggi dan bersifat cepat
c. Daerah pasif, memiliki frekuensi aktifitas rendah dan bersifat lebih lambat.
d. Bentuk kegiatan
e. Ukuran gerak untuk memperhitungkan ruang atau jarak yang dibutuhkan oleh
sikap gerak atau kegiatan manusia.
Layout furnitur mengikuti perencanaan umum ruang (Pile, 1988). Jadi bila
beberapa area permainan yang mempunyai kedekatan karakteristik dijadikan
satu dalam ruangan, maka dengan layout yang berbeda akan mampu
membedakan kegiatan masing-masing area.
Perabot yang dibutuhkan (Built in Equipment) dalam tempat pendidikan anak
prasekolah adalah :
a. Sink
b. Display counter
c. Work banches
d. Paper trays
e. Filling cases
f. Book cases
g. Cupboard
h. Locker
(John E. Nichols, etc, 1956 : 275-276)
Penataan furniture yang tepat akan menimbulkan perasaan nyaman bagi murid yang
melakukan aktivititas belajar dalam suatu ruangan. Dalam buku School Progresive
Architecture Library oleh Lawrence B. Perkins dan Walter D.Cocking (1957, h.28 –
49), terdapat beberapa alternatif penataan furniture pada ruang kelas :
a. Penataaan dengan bentuk berderet-deret rapi dari depan ke belakang dan
samping membutuhkan area 1 m2 per murid.
36
Gambar 2.8 Penataan meja dan kursi secara formal
(sumber : School Progresive Architecture Library,1957,h.48)
b. Penataan dengan bentuk lingkaran dan tertutup, sehingga murid yang satu
melihat murid yang lain. Penataan bentuk ini membutuhkan area sekitar 1,5
m2 per murid.
Gambar 2.9 Penataan meja dan kursi secara melingkar dan tertutup
(sumber : School Progresive Architecture Library,1957,h.48)
c. Penataan kursi berderet rapi ke arah belakang dan samping dengan
menggunakan meja yang langsung menempel pada kursi. Penataan ini
membutuhkan ± 0.5 m2 per murid
Gambar 2.10 Penataan meja dan kursi secara berderet
(sumber : School Progresive Architecture Library,1957,h.49)
d. Penataan meja dan kursi belajar saling digabungkan membentuk suatu meja
baru yang lebih besar dengan 4 kursi yang saling berhadapan. Model ini
membutuhkan area 1 m2 per murid
37
Gambar 2.11 Penataan meja yang digabungkan
(sumber : School Progresive Architecture Library,1957,h.49)
e. Penataan kursi secara melingkar dengan memberi jarak antara kursi satu
dengan lainnya. Sifatnya terbuka dan memerlukan area ± 0,75 m2 per murid.
Gambar II.12.Penataan kursi secara melingkar
(sumber : School Progresive Architecture Library,1957,h.49)
f. Penataan kursi berbentuk lingkaran dengan radius yang lebih kecil dan dalam
1 ruang terdiri dari beberapa kelompok kursi berbentuk lingkaran. Model ini
membutuhkan area ± 0.75 m2 per murid
Gambar 2.13 Penataan kursi secara melingkar dengan radius yang kecil
(sumber : School Progresive Architecture Library,1957,h.49)
38
6. Aspek Interior System
1. Pencahayaan
Ada 2 macam pencahayaan yaitu : Pencahayaan Alam (Natural ligthing) dan
Pencahayaan Buatan (Artificial lighting). Penerangan menggunakan pencahayaan
alami pada siang hari yaitu sinar matahari sangat berpengaruh pada sebuah kelas.
Dinding tempat jendela utama menggunakan kolom dari batu bata dan sedikit
penompang untuk mendapatkan cahaya matahari yang merata dan tidak
menyilaukan.
Pencahayaan rendah 0,60-0,80 m (2 ft-2 ft 8 inch), agar cahaya dapat mencapai
lantai ruangan maka jendela sebaiknya tidak mempunyai ambang yang tidak terlalu
tinggi. Untuk mengatasi silau yang disebabkan oleh cahaya yang berlebihan pada
keadaan tertentu (karena awan tinggi, dll) dapat digunakan alat pengatur cahaya
yang juga berfungsi sebagai penyerap panas.
Penggunaan cahaya buatan diperlukan dalam beberapa aktivitas dan keadaan,
terutama untuk ruang serbaguna apabila digunakan untuk acara seni pertunjukan
dan pertemuan.
Pada aktivitas tertentu cahaya harus dikontrol batas kecerahan cahaya, warna
penempatan dan kualitasnya, baik secara alami maupun buatan dapat menjawab
kebutuhan psikologis yang memedai dan harus mampu menciptakan suasana
khusus (Mangunwijaya, 1991). Kebutuhan kuat penerangan pada bangunan lv
sekolah dengan spesifikasi aktivitasnya membaca, belajar, mengajar, menulis
adalah :
Tinggi
Ruang
Kuat Penerangan
Nominal
Jenis Ruang Kebutuhan
Lampu
Sampai
3 m
Sampai 200 Lux Ruang
Tunggu
Ruang
Makan
Lampu biasa ≤ 100
Watt
Lampu biasa > 100
Watt
Lampu biasa ≤100
Watt
Lampu pemantul
39
Sampai
3 m
Sampai 500 Lux Kantor
Ruang
pengajaran
Ruang rapat
Perpustakan
Ruang masuk
Lampu TL
Lampu TL
Lampu biasa ≤ 100
Watt
Lampu biasa > 100
Watt
Lampu TL
Lampu pijar
halogen ≤ 250 W
Lampu TL
Lampu biasa ≤ 100
Watt
Lampu biasa > 100
Watt
Lampu TL
Lampu pijar
halogen ≤ 250 W
Tabel 2.6 Kebutuhan penerangan pada bangunan sekolah
.(Sumber : Materi Fisika Bangunan, 2003)
2. Penghawaan
Ventilasi tergantung pada orientasi dan penempatan suatu bangunan. Letak
ventilasi yang baikadalah terletak pada dearah yang arah mata angin keluar dari
bangunan. Biasanya lubang ventilasi harus berfungsi menukar udara secra cepat
tanpa mempengaruhi suhu pada dinding. Penggunaan ventilasi sebaiknya
menyilang dengan tidak memakai saluran.
Umumnya 6 m3 (240 ft3 ) udara yang diperlukan oleh setiap anak-anak, oleh
karena itulah hendaknya pertukaran udara dalam kelas harus dapat bertukar paling
tidak 3 sampai 5 kali dalam satu jam.
40
Kenyamanan udara tergantung dari temperatur udara, temperatur benda –benda
sekitar, kelembaban relative dan pergerakkan udara. Kelembaban relatif sekitar 40-
45 %. Kenyamanan udara berbeda untuk setiap kegiatan, yaitu :
Pekerjaan ringan duduk 21 -23o C
Pekerjaan ringan berdiri 19 – 21o C
Pekerjaan berat duduk 18 – 19o C
Pekerjaan berat berdiri 15 – 17o C. (Suptandar, 1995)
Kebutuhan udara untuk anak-anak dalam ruang kelas adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.7 Kebutuhan udara untuk anak-anak
Sumber : (Yan Dianto, 1991)
Table pergantian udara bersih:
Jenis Arus udara bersih
M3 /menit / orang
Volume Ruang
(M3) / orang
Kantor kecil
Kamar mandi & Ruang
bermain
Ruang perundingan
Ruang pertunjukan
Sekolah untuk anak-anak
Klinik umum
Kamar tidur (ruang
istirahat)
0,8
0,4
0,7
0,4
0,8
0,9
0,8
30
15 – 20
5,5 – 7
5,5 – 8,5
5,5 – 7
5,5 - 8,5
10,5 - 14
Tabel 2.8 Pergantian udara bersih
(Sumber : YB.Mangunwijaya, 1988:147)
Ruang udara yang
disediakan
untuk setiap anak
Kebutuhan udara untuk
setiap anak per menit
3,00 m2
6,00 m2
9,00 m2
15,00 m2
0,8 m2
0,6 m2
0,48 m2
0,31 m2
41
Menurut Pamuji Suptandar, ventilasi dapat melaui jendela, pintu, dinding yang
berlubang, buka-bukaan dan sebagainya. Untuk memperoleh keuntungan yang
maksimal, persyaratan yang lvii dibutuhkan umumnya dengan tinggi ambang 0,9 m
di atas lantai (ketinggian jendela). Suptandar, 1995 : 27.
3. Akustik
Kontrol terhadap gangguan suara sangat penting karena anakanak sering
mengeluarkan suara–suara berisik. Gangguan suara akan mempengaruhi
ketenangan konsntrasi suatu aktivitas yang terjadi. Batas sakit pendengaran
manusia adalah 130 foon (sekitar 130db atau 1000Hz).
Berikut adalah tabel tingkat kebisingan suara, yang dapat digunakan sebagai dasar
penanganan desain akustik suatu ruang, yaitu:
Jenis Desibel Efek suara
Jet tinggal landas
Tembakan meriam
120 – 130 Menulikan
Sonic Boom
Music orchestra
forttisimo
Band rock
100 – 120 Menulikan
Truk tanpa knalpot
Bising lalu lintas
Sempritan polisi
80 – 100 Sangat keras
Kantor yang bising
Mesin tik
Radio pada umumnya
60 -80 Keras
Rumah yang bising
Percakapan pada
Umumnya
Radio yang pelan
40 – 60 Sedang
Kantor pribadi
Rumah yang tenang
Percakapan yang tenang
20 – 30 Lemah
Gemerisik daun 10 – 20 Sangat lemah
42
Bisikan
Nafas manusia
Tabel 2.9 Tingkat kebisingan suara
Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L.Doelle
Dalam penanganan desain akustik dalam ruangan, ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan untuk mendapatkan kenyamanan secar akustik, seperti yang tertulis
dalam materi kuliah Fisika Bangunan II (2003), diantaranya adalah :
a) Bentuk bidang pembatas ruang yaitu : dinding, lantai dan langitlangitnya.
b) Bahan bidang pembatas ruang Di bagi menjadi 2:
Penyerapan nada – nada tinggi Menggunakan bahan – bahan yang berpori-
pori. Misalnya serabut kayu, serabut kelapa, merang jerami, lainnya.
Semakin berpori-pori semakin ringanlah bahan dan semakin bagus sebagai
penyerap nada-nada tinggi.
Penyerapan nada – nada rendah Untuk penyerapan nada-nada rendah
sebaiknya memakai bahan dengan plat-plat tipis atau kulit tipis yang elastis.
c) Memperlihatkan metode konstruktif pemasangan bahan.
d) Isolasi dinding
e) Perletakan program ruang
7. Pertimbangan Desain
a. Bentuk
Secara umum syarat penggunaan bentuk untuk anak menurut Imelda Sanjaya
dari bukunya yang berjudul Kamar Anak dan Remaja (2003, h.24), adalah:
a. Menyesuaikan bentuk dan ukuran dengan golongan usia anak, terutama
dalam furniture.
b. Pemilihan bentuk-bentuk yang tidak membahayakan anak (aman),
yaitu dengan mengadopsi bentuk tumpul dan lengkung.
c. Memberikan variasi bentuk pada setiap komponen interior dan
furniture untuk mengurangi kebosanan anak.
d. Menerapkan bentuk-bentuk yang tidak banyak menggunakan detail dan
mudah dibersihkan.
43
8. Warna
Untuk memenuhi rasa bebas dalam ruang, anak memerlukan suasana ruang
yang fleksibel, tidak terlalu padat dan didukung dengan warna terang dan
warna netral, karena skema warna netral adalah yang paling fleksibel. (D.K
Ching,1996). Sedangkan Sharpe (1974 : 8) mengatakan bahwa anak usia pra
sekolah umumnya lebih menyukai warna dari pada bentuk (color dominance)
dan warna dapat digunakan sebagai dasar stimuli. Berikut merupakan tabel
warna –warna yang mendukung kebutuhan anak dalam ruang:
Kebutuhan anak
dalam ruang
Suasana ruang Warna
Rasa bebas Fleksibel, tidak
terlau padat
Rasa aman Tidak menakutkan,
menegangkan
Tidak menyilaukan,
sehingga tidak
menyebabkan ;
- Mata cepat lelah
- Sakit kepala
- Tegang
Dibutuhkan warna-warna
pastel (warna
dicampur dengan putih
sehingga nilai dan
intensitas warna lemah
sampai sedang)
Rasa nyaman,
hangat
Suasana hangat Komposisi warna-warna
hangat dengan
intensitas rendah
Rangsang,
merangsang
anak untuk
beraktivitas
gembira dan kreatif
Suasana hangat,
Meriah
- Warna –warna hangat
- Komposisi warna
kontras
- Komposisi warna-warna
terang
Tabel II.10 Warna-warna yang mendukung kebutuhan anak dalam ruang
44
Sumber ; Sriti Mayang Sari, 1 Juni 2004, Peran Warna InteriorTerhadap
Perkembangan Dan Pendidikan Anak Di Taman Kanak-Kanak
1. Peran warna dalam mendukung program belajar :
a. Stimuli
Warna berperan sebagai stimuli (rangsangan), dengan menggunakan
warna- warna cerah yang disukai anak dan menarik perhatian.
Misalnya : kuning, oranye pada sarana pembelajaran akan menstimuli
anak untuk beraktivitas dan berimajinasi.
b. Evaluasi perkembangan anak
Warna merupakan elemen penting untuk mengevaluasi perkembangan
anak, misalnya anak-anak diberi benda –benda dengan bentuk sama
tapi warna berbeda atau sebaliknya.
c. Memfokuskan dan mengalihkan perhatian
Untuk memfokuskan perhatian anak pada sesuatu menggunakan warna
yang menarik perhatian. Untuk mengalihkan perhatian menggunakan
warna yang tidak menarik perhatian anak, misalnya ; coklat, abu-abu.
d. Mengatur ruang agar tampak luas atau kecil
Warna dingin memberikan ilusi jarak akan terasa mundur. Warna
hangat terutama merah member ilusi jarak terasa maju. Warna cerah
membuat obyek kelihatan lebih besar dan ringan dan warna gelap
membuat obyek lebih kecil dan berat.
e. Menciptakan rasa hangat, dingin, tenang dan riang
Contohnya, penggunaan komposisi warna-warna cerah dan warna –
warna kontras pada ruang akan menciptakan suasana gembira dan
riang. (Sriti Mayang Sari, 1 Juni 2004, Peran Warna Interior Terhadap
Perkembangan Dan Pendidikan Anak Di Taman Kanak-Kanak).
2. Pengaruh Warna dan Bentuk Terhadap Psikologi Anak
Warna dapat didefinisikan secara obyektif sebagai sifat cahaya yang
dipancarkan atau secara subyektif pengalaman indera pengelihatan. Secara
obyektif atau fisik, warna dapat diberikan oleh panjang gelombang.
Dilihat dari panjang gelombang, cahaya yang tampak oleh mata
merupakan salah satu bentuk pancaran energi yang merupakan bagian
45
yang sempit dari gelombang elektromagnetik. Cahaya sangat berpengaruh
dalam kehidupan karena cahaya membantu melihat keadaan sekitar.
Warna dan anak adalah dua elemen yang tak terpisahkan. Dari bayi anak
sudah mengenal warna. Terbukti mereka lebih menyukai maina berwarna
primer seperti merah, biru, dan kuning ketimbang yang berwarna pastel.
Beberapa ahli psikologi seperti Hemphill di tahun 1996, Lang di tahun
1993, dan Mahnke di tahun 1996, telah melakukan penelitian mengenai
warna dan hubungannya dengan emosi anak. Hasilnya, mereka mengakui
memang ada hubungan antara warna dengan emosi anak, walaupun ada
beberapa hal yang masih meragukan. Sementara di China, merah
menyimbolkan perayaan dan keberuntungan, serta memberikan efek
menenangkan. Namun demikian, terdapat efek unversal yang terjadi
akibat penggunaan warna.
Selain itu warna juga mempengaruhi emosi manusia dan menciptakan
imajinasi yang berguna untuk meningkatkan kekreatifan anak. Adapun
efek dan peran warna menurut Cahyono (2006: 17-25), diantaranya:
a. Merah
Warna merah hanya digunakan di dalam ruang yang diinginkan untuk
mendorong aktivitas dan percakapan yang bersemangat seperti ruang
tamu dan ruang makan.
Warna ini merupakan pilihan yang tepat untuk melewati ruang dimana
kita tidak menghabiskan banyak waktu, seperti hallways, atau kamar
mandi tamu.
b. Merah Muda
Dalam chromatherapy, sebuah ruang berwarna merah muda disarankan
bagi orang yang memiliki kesulitan untuk tenang karena warna merah
muda dapat mengurangi rasa marah dan tenaga fisik sehingga berguna
untuk memperkecil resiko bunuh diri dan tingkat kecerdasan.
c. Jingga
Warna jingga merupakan warna yang dapat menstimulasi dan
memberikan energi dimana berkesan ramah, gembura, dan sangat
46
berani. Dikarenakan warna jingga merupakan warna yang aktif maka
warna ini menjadi warna favorit bagi anak-anak, remaja, dan atlit.
d. Kuning
Kecakapan intelektual, membangkitkan semangat, menjaga
keseimbangan, dan rasa optimisme. Sebagai warna dari matahari benar
benar dapat menyemarakan hidup kita, memiliki efek gembira,
memberi semangat, attention-drawing, menarik perhatian. Secara
psikologis warna ini merupakan warna paling bahagia dalam spektrum,
memberi perasaan optimis, kegembiraan, warna riang, dan spontanitas.
e. Hijau
Mendukung keseimbangan, keselarasan, cinta, komunikasi,
penerimaan. Warna ini dianggap memiliki kekuatan untuk
penyembuhan dan kemampuan untuk menenangkan dan menyegarkan.
Merupakan warna keseimbangan, sangat bermanfaat untuk kondisi
kondisi emosional dan psikologis yang meliputi stress, tekanan emosi
dan berbagai rasa takut.
f. Biru
Merupakan simbol ketaatan, harapan, dan kepercayaan sejak jaman
dahulu. Memiliki efek menurunkan gairah dan kemudian membantu
sesorang untuk berkonsentrasi. Meningkatkan ketenangan, damai,
cinta, kejujuran, kebaikan, emosional yang mendalam.
g. Ungu
Warna ungu dihubungkan dengan spiritual, kekayaan, kebangsawanan,
pemborosan, dan dapat menyebabkan depresi, serius dan menaikkan
derajat. Orang cenderung untuk menyelesaikan sedikit pekerjaan dalam
ruangan berwarna ungu karena warna ini mendorong orang untuk
melamun. Dalam hal dekorasi, warna ungu sangat dramatis dan
sensual.
h. Coklat
Warna coklat merupakan warna hangat dan nyaman yang dihubungkan
dengan bumi, pohon dan rumah. Dalam desain interior, warna coklat
disadari sebagai dasar dari keseluruhan warna lainnya yang dapat
menyamaratakan.
i. Hitam
47
Warna hitam merupakan warna yang palingbersifat authoritative dan
overpowering. Warna ini juga dapat mengintimidasi, dapat terlihat
agresif bila berlebihan. Warna hitam memberi kesan berat, menekan,
dan dalam.
j. Abu-abu
Dalam desain interior, dark grey bersifat agung, mulia, dan formal,
tetapi dapat sedikit suram. Sedangkan lighter grey lebih menenangkan.
Warna abu-abu lebih sesuai bila diterapkan pada ruang dimana
penggunanya mencari ketenangan. Warna abu-abu juga dihubungkan
dengan kedewasaan dan kebajikan.
k. Putih
Melambangkan kemurnian, rasa tidak bersalah, kebaikan dan
kebenaran. Walaupun warna putih adalah netral, juga disadari sebagai
warna sejuk karena dihubungkan dengan salju dan es. Warna putih
sering digunakan untuk memberi kesan kesederhanaan, sterilitas, dan
keamanan.
a. Garis
Garis merupakan gabungan dari kumpulan titik –titik. Garisgaris yang
merupakan suatu kesatuan menunjukkan citra dan kesan dari sebuah benda.
Garis horizontal dan vertical dianggap sebagai arah pokok. Garis horizontal
terasa tenang, berhubungan yang kuat dengan bumi dan memberi kesan
melebar. Sedang garis vertikal terasa aktif, garis diagonal memberi kesan
hidup tai tidak tenang. Garis lurus terasa dingin, keras dan lugas. Garis patah-
patah berkesan keras dan tidak lxii organis. Garis lengkung terasa lunak,
member kesan lemah gemulai. (Fritz Willkening, 1994,h 24)
b. Tekstur
Tekstur adalah kualitas tertentu suatu permukaan yang timbul sebagai akibat
dari struktur 3 dimensi. Tekstur paling sering digunakan untuk menjelaskan
tingkat kehalusan atau kekasaran relative dari suatu permukaan benda.
(Francis D.K.Ching,1996,h.120).
48
9. Sistem Keamanan
a. Sistem pencegahan bahaya kebakaran
a. Alarm kebakaran otomatis
Alarm kebakaran otomatis harus disesuaikan dengan kemungkinan bahaya
kebakaran dan dipasang dengan tepat agar dapat bereaksi dengan benar saat
terjadi kebakaran. (Ernst Neufert, 1996, h.255).
b. Detektor kebakaran
1. Jenis –jenis detektor kebakaran Jenis – jenis detektor kebakaran menurut
Data Arsitek jilid 2 karangan Ernst Neufert 1996, h.255, yaitu:
Detektor asap
Detektor api
Detektor panas
2. Luas pengawasan detektor
Luas Pengawasan
Maksimal
Setiap Detektor
Luas bidang
ceiling
m2
Jumlah Pemasangan
Detektor
Detektor
panas
20 m2 >12
8 – 12
6 – 12
4 - 12
< 4
1 Detektor
2 Detektor
3 Detektor
4 Detektor
5 Detektor
30 m2 > 18
12 -18
9 – 12
6 – 9
> 6
1 Detektor
2 Detektor
3 Detektor
4 Detektor
5 Detektor
Tabel 2.11 Luas Pengawasan detektor kebakaran.
Sumber Data Arsitek, 1996. h.256
Luas Pengawasan
Maksimal Setiap
Detektor
Luas bidang
ceiling m2
Jumlah
Pemasangan
Detektor
Detektor
asap
60 m2 >36
24 – 36
1 Detektor
2 Detektor
49
18 – 24
12 - 18
< 12
3 Detektor
4 Detektor
5 Detektor
80 m2 > 48
32 - 48
24 – 32
16 – 24
> 16
1 Detektor
2 Detektor
3 Detektor
4 Detektor
5 Detektor
Tabel 2.12 Luas Pengawasan detektor kebakaran .
Sumber Data Arsitek, 1996. h.256.
3. Sprinkler
Jarak antar alat siram yang satu dengan lainnya harus berjarak 1,5 m2 .
Jarak maksimal ditentukan oleh luas perlindungan alat, penggolongan dan
bahaya kebakaran. (Ernst Neufert 1996, h.257)
Jenis Alat
Siram
Batasan
Bahaya
Kebakaran
Luas
Perlindungan
Setiap Alat
Siram (m 2)
Jarak Maksimal
Antara
Alat Siram (m 2)
Alat siram
normal
BK 1
BK 2
BK 3
BK 4
9
9
9
9
3,75
3,75
3,75
3,75
Alat siram
paying
(pancaran)
BK 1
BK 2
BK 3
BK 4
21
12
9
9
4,60
4,00
3,75
3,75
Tabel 2.I3 kebutuhan alat siram / sprinkler
Sumber Data Arsitek, 1996. h.256
4. Fire Extinguiser (alat pemadam portabel)
Alat pemadam portable diletakkan pada area kurang lebih 250 m2 dan jarak
pengadaannya setiap 20 – 25 m. (Ernst Neufert 1996, h.255).
5. Emergency lighting
50
Lampu darurat yang berfungsi memberikan tanda bagi pengguna bangunan
untuk segera meninggalkan bangunan sebab telah terjadi kebakaran.
b. Sistem Audiovisual
Pemasangaan speaker indoor pada bangunan menurut buku Desain Interior
karangan Pamudji Suptandar, yaitu dengan rumus pemasangan sebagai
berikut:
Tinggi Ceiling Jarak antara
Speaker (m)
Daerah yang
tercakup (m2)
Di bawah 2,5 5 25
2,5 – 4,5 6 36
4,5 – 15 9 81
Tabel 2.14 kebutuhan pemasangan sprinkler
Sumber Data Arsitek, 1996. h.262
c. Bahaya karena Human Factor
Untuk mengoptimasikan pemantauan dan pengoperasian peralatan ME
terutama yang berkaitan keselamatan bangunan dapat diterapkan peralatan
khusus sperti CCTV dan BAS. Bangunan lxv dengan lantai yang cukup luas
atau bangunan dengan aktivitas kompleks yang memerlukan pemantauan yang
intensif.
Maka salah satu usaha untuk untuk mengurangi bahaya yang mengancam
bangunan antara lain:
Pengawasan dari security / satpam
Alat Pengawas Automatic berupa : Close Circuit Television (CCTV).
Monitoring peralatan ME secara terpusat berupa : Building Automatic
System (BAS).
Dapat dikatakan alat tersebut tidak hanya untuk kepentingan satu bangunan
saja tetapi juga berperan untuk keamanan lingkungan. (Gagoek Hardiman,1
Juni 2006, Kenyamanan dan Keamanan Bangunan Ditinjau dari Kondisi
Tapak Bahan dan Utilitas, Sistem Prasarana Kota di Program Magister
Teknik Arsitektur, Program Pasca Sarjana UNDIP).
Recommended