View
218
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
20
BAB II
DZIKIR, KETENANGAN BATIN DAN
BIMBINGAN KONSELING ISLAM
2.1.Dzikir
2.1.1. Pengertian Dzikir
Kata dzikir berasal dari bahasa Arab dzikr yang artinya
mengandung pengertian sesuatu yang dituturkan lsidah dan hati
mengenai Allah SWT (Abdillah, dkk., 1992: 420). Dzikir menurut
(Khan, 2000: 17), bahwa dhikr, meaning remembrance, that is,
remembrance of God, is one of the basic teachings of Islam. The
opposife state, That of forgetfulness of God, is unpardonable
negligence.” Bahwa dzikir berarti ingat, yaitu ingat Kepada Allah,
yaitu satu dari dasar ajaran dalam Islam. Berhadapan dengan keadaan,
bahwa kelalaian kepada Allah, adalah kelalaian yang tidak diampuni.
Sedangkan dzikir menurut Arifin (tt: 13), Dzikir adalah
perkataan kalimat dzikir yang tidak mengakui semua Tuhan-tuhan dan
menetapkan pengakuan kepada Allah; Allah yang maha Esa, adalah
dzikir yang paling utama dan bermanfaat dan dapat membekas pada
diri manusia yaitu kalimat Laailaahaillallah artinya tidak ada tuha
selain Allah.
Menurut Ash-Shidhieqy (1997: 36), dalam bukunya yang
berjudul pedoman dzikir. Dzikir adalah menyebut nama Allah SWT
dengan membaca tasbih (subhanallah) membaca tahlil
21
(laailaahaillallah) membaca hasbalah (hasiyallah) membaca tahmid
(alhamdulillah) membaca takbir (allahu akhar) membaca haukolah (la
haula wala quwwata illa billah) membaca basmalah
(bismillahrrahmanirrohim) membaca la-Qur’an, dan membaca do’a-
do’a yang maktsur yaitu do’a yang diterima dari Nabi Saw. Karena
dzikir dapat membawa kita pada perubahan psikis, dan untuk
mendekatkan diri kepada Allah agar mendapaatkan ridho-Nya demi
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dzikir merupakan upaya untuk menghubungkan diri secara
langsung dengan Allah, baik dengan lisan maupun dengan kalbu atau
dengan memadukan keduannya secara simponi demi mendapatkan
ketenangan pada dirinya (Qomaruddin, 2000: 26). Yaitu jalan, metode,
atau cara yang dilakukan para manusia guna menyucikan jiwa,
mendekatkan diri kepada Allah, dan merasakan kehadiran-Nya.
Menurut ajaran al-Qur’an hakikat manusia adalah makhluk yang
merindukan kehadiran Allah SWT. Sebagai sumber kebaikan dan
kebenaran inilah konsep fitroh dalam Islam.
Dzikir juga berarti ucapan tahmid (pujian), takbir (pengagungan
dengan mengucapkan Allahu Akbar), talbiyah, ibtihal (syair puji-
pujian), tasabbur (perenungan), tafakkur (pemikiran mendalam), dan
pengagungan asma Allah. Bila ucapan itu dibaca pada saat yang tepat,
dengan berserah diri sepenuhnya kepada Allah, membersihkan jiwa dan
raga dari semua rayuan setan, dan tidak mengharapkan apa pun kecuali
22
Allah, insya Allah bacaan dzikir bermanfaat untuk kehidupan karena
dzikir bermanfaat untuk kehidupan orang beriman.
Al-Qur’an menggambarkan bahwa kalimah thoyyibah atau
ungkapan dzikir itu harus tertanam secara kukuh dalam kalbu seperti
sebatang pohon yang akarnya terhunjam ke dalam perut bumi. Cabang,
ranting, dan dedaunannya menjulang kelangit nan tinggi, sedangkan
buahnya dapat dipetik setiap saat. Sebab dzikir kepada Allah
berintegrasi kedalam kesadaran kita secara mendalam dan menjiwai
seluruh perilaku kita, serta bermuara pada moralitas yang tinggi (al-
akhlaq al-karimah). Sedang orang yang tidak merasakan kehadiran
Allah dan hidupnya tidak berorientasi kepada kesadaran tentang nilai-
nilai ketuhanan (rabbaniyyah). Sebagaimana firman Allah dalam al-
Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 28:
القلوب ئنطمبذكر الله أال بذكر الله ت مهقلوب ئنطمتوا ونآم الذين . )28: الرعد(
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram” (Depag RI, 1982: 375).
Sedangkan dzikir menurut Atjeh (1985: 276) bahwa dzikir
adalah ucapan yang dilakukan dengan lisan dan mengingat Allah dalam
hati yaitu dengan ucapan dan ingatan mensucikan Allah dari sifat-sifat
yang tidak layak bagin-Nya.
23
Dzikir dalam al-Qur’an berasal dari ucapan para nabi dan rasul,
orang saleh, malaikat dan penduduk surga, semuanya menunjukan
kedekatan diri kepada Allah. Sebagiannya diucapkkan karena
penyesalan atas dosa, kegabahan dalam bertutur, bersikap dan
bertindak serta untuk bertobat kepada Allah dengan tekad tidak akan
mengulangi lagi kesalahan yang sama. Sebagian yang lain berisikan
pengharapan, do’a, perlindungan. Sebagian lagi berisikan ketulusan
hati, ketakjuban, tadabbur dan tafakkur atas kemahatinggian Allah di
atas semua makhluk-Nya. Ada pula yang merupakan pengagungan atas
asma Allah yang bersifat maha dalam segala hal. Allah maha esa
adalah Tuhan yang mahakuasa, maha mengetahui, maha melindungi,
maha pemberi rezeki, maha pengasih, maha penyayang, maha pemutus,
dan seterusnya, mencakup 99 atribut Allah (Qomaruddin, 2000: 31).
Maka langkah awal yang harus di lakukan oleh seorang agar
dzikir itu dapat meresap sampai ke hati sehinga hati benar-benar
merasakan ketenangan adalah memperbanyak dzikir dengan lisan dan
hatinya semaksimal mungkin dengan konsentrasi penuh sehingga dzikir
dapat meresap ke seluruh anggota badanya, urat-uratnya lalu ke
hatinya. Jika klien atau manula mengukuti pelaksanaan dzikir yang
sesuai dengan aturan maka akan dapat membangkitkan semangat hidup
dan adanya rasa percaya diri yang tinggi terhadap klien akan menyadari
jati dirinya lalu akhirnya berusaha untuk meninggalkan maksiat.
24
Dari berbagai pengertian di atas, menurut penulis dzikir adalah
segala sesuatu atau tindakan dalam rangka mengingat Allah SWT,
dengan mengagungkan asma-Nya dengan lafadz-lafadz, puji-pujian,
bacaan al-Qur’an dan menjalankan sholat dengan lisan, diucapkan
dalam hati dan perbuatan yang dilakukan dimana saja tidak terbatas
pada ruang dan waktu.
2.1.2. Anjuran Berdzikir
Anjuran untuk berdzikir inilah agar orang senantiasa melakukan
dzikir hati/pikiran agar hati menjadi tentram, adem dan ayem dan penuh
kesejukan. Perintah anjuran untuk berdzikir ini seperti dijelaskan dalam
al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 152, jika manusia mengingat Allah
SWT maka Allah aakan mengingatnya. Firman-Nya:
)152: البقرة(. فاذكروني أذكركم واشكروا لي وال تكفرون
Artinya: “Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku niscaaya Aku ingat pula kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku”.
Hanya dengan mengingat Allah SWT hati akan menjadi tentram.
Firman Allah SWT dalam surat ar-Ra’d ayat 28:
...القلوب ئنطم28: الرعد(. أال بذكر الله ت(
Artinya: “Haanya dengan mengingat Allah Swt sajalah hati aakan
menjadi tentram”.
25
Dzikir dapat dilakukan kapan sajah dan dimana sajah. Firman
Allah dalam surat al-Ahzab ayat 41-42:
. وسبحوه بكرة وأصيال. يا أيها الذين آمنوا اذكروا الله ذكرا كثريا )42- 41: االحزاب(
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.”.
2.1.3. Fungsi Dzikir
Dengan kemajuan zaman yang begitu pesat sering membuat
orang menjadi kering hatinya dari mengingat Allah SWT karena
manusia telah disibukkan oleh berbagai urusan dunia yang tiada habis-
habisnya. Dengan melihat fenomena di atas kiranya perlu adanya pelita
penenang agar mereka selalu senantiasa bias mengalihkan pandangan
mereka dari sifat-sifat materialisme, hedonisme, dan sifat-sifat lain yang
dapat membuat hati menjadi tidak tentram hatinya. Kembali ke jalan
Allah SWT yaitu dengan berdzikir kepada Allah SWT. Karena hanya
dengan dzikir yang meresap dan menyentuh hati, maka hati akan
menjadi tenang (QS. Ar-Ra’d: 28). Dan dalam hadist Rasul dijelaskan:
قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم : وعن اىب هريرة رضى اهللا قالما جلسم قوم جمليسا يذكرون اهللا فيه اال حفتهم املالئكة وغشيتهم
)رواه مسلم(. الرمحة وذكر هم اهللا فيمن عنده
26
Artinya: dari Abu Hurairah RA. Berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Suatu kaum tidak duduk dalam suatu tempat untuk berdzikir kepada Allah SWT, kecuali mereka dikelilingi oleh para malaikat dan diliputi rahmat. Dan Allah SWT menyebut mereka termasuk orang-orang yang ada didekatnya” (HR. Muslim) (Al-Asqalaniy, 773: 310).
Maka langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang agar
dzikir itu benar-benar meresap sampai ke hati sehingga hati benar-benar
merasakan kelezatan berdzikir dan hati bias menjadi tenang adalah
memperbanyak dzikir dengan lisan dan hatinya semaksimal mungkin
berkonsentrasi penuh, sehingga dzikir dapat meresap kesemua
badannya, keurat-uratnya lalu pindah ke hatinya. Ketika dzikir itu
sampai ke hati dengan penuh, maka hati benar-benar merasakan
ketentraman (Sarqawi, tt: 56).
2.2.Ketenangan Batin
2.2.1. Pengertian Ketenangan Batin
Ketenangan batin skap yang tenang dalam menghadapi masalah
apa saja, baik baik yang terjadi itu sesuatu yang menyedihkan atau
menyenangkan baik dating dari fisik atau psikis (Nasution, 2002: 85).
Menurut Darajat (1983: 17) bahwa tenang jiwanya merupakan
manusia yang dapat merasakan kebahagian dalam hidupnya. Ia
menyadari bahwa dirinya berguna, berharga dan mampu menggunakan
potensi dan bakat yang membuat dirinya dan orang lain bahagia.
Dengan kata lain orang yang tenang jiwanya tidak akan ambisi
memberi kecintaan dunia yang akhirnya melupakan tempat ia akan
27
dikembalikan, merasa sombong, tinggi hati dan bersifat apatis. Ia
selalu menghargai orang lain, percaya diri dan segala perbuatanya
mengarah kepada kebaikan diri dan orang lain, ilmu yang dimiliki
senantiasa diamalkan, baik bagi dirinyaaa maupun orang lain. Hal ini
sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:
حبال ي اللهو اكما آتوا بمحفرال تو كما فاتلى ما عوأسال ت لكي )23: احلديد(. كل مختال
Artinya: “Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu”. (QS. Al-Hadiid: 23) (Depag RI, 1992: 541).
2.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Ketenangan Batin
Ada dua tipologi ketenangan pada manusia yaitu manusia yang
tenang jiwanya dan manusia yang tidak tenag jiwanya.
a. Manusia yang tenang jiwanya merupakan manusia yang dapat
merasakan kebahagian dalam hidupnya. Ia menyadari bahwa
dirinya berguna, berharga dan mampu menggunakan potensi dan
bakat yang membuat dirinya dan orang lain bahagia. Dengan kata
lain orang yang tenang jiwanya tidak akan ambisi memberi
kecintaan dunia yang akhirnya melupakan tempat ia akan
dikembalikan, merasa sombong, tinggi hati dan bersifat apatis. Ia
selalu menghargai orang lain, percaya diri dan segala perbuatanya
28
mengarah kepada kebaikan diri dan orang lain, ilmu yang dimiliki
senantiasa diamalkan, baik bagi dirinya maupun orang lain.
b. Manusia yang tidak tenang jiwanya merupakan tingkatan tipologi
manusia yang paling ringan sampai yang paling parah dan dari
orang yang merasa terganggu ketenangannya sampai pada orang
yang mendapat kegilaan. Menurut Zakiyah Darajat (1983: 17-23)
dapat dilihat dari beberapa segi yaitu:
1) Dari segi perasaan di antara gangguan perasaan yang
disebabkan karena tegangnya mental adalah rasa cemas,
gelisah, iri hati, sedih, merasa rendah diri, pemarah, bimbang
dan ragu.
2) Dari segi pikiran gejala yang dapat dilihat yaitu sering lupa,
tidak bisa berkonsentrasi, kemampuan berfikir menurun
sehingga seolah-olah tidak cerdas lagi pikiranya buntu.
3) Dari segi kelakuan gejala yang ditampakan adalah aadanya
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan sehingga
menyebabkan orang lain menderita.
Setelah mengetahui adanya dua tipologi manusia di atas, maka faktor-
faktor yang mempengaruhi ketenangan batin itu secara garis besar ada dua:
1) Faktor Intern
Faktor ini meliputi faktor fiksik dan psikis pada diri seseorang
seperti keimanan dan ketaqwaan, sikap dalam menghadapi problem hidup,
keseimbangan dalam berdzikir, kondisi jiwa seseoarang dan sebagainya.
29
Seseorang yang memiliki keimanan dan ketaqwaan yang tinggi
akan memperoleh ketenangan dan kedamaian pada batinya dalam hidup.
Bila menghadapi problematika hidup ia akan menghadapi dengan sabar
dan tidak mudah putus asa, sehingga mampu secara luwes menyiapkan diri
dan menciptakan hubungan antara pribadi yang bermanfaat dan
menyenangkan.
Dengan demikian iamn dan taqwa seseorang yang merupakan
faktor penting yang dapat membimbing jiwanya. Keimanan merupakan
titik pokok yang menjadi sumber kehidupan manusia, iman itulah
pengendali sikap, ucapan, tindakan dan perbuatan seorang. Keimanan
kepada Allah akan membuat jiwa seorang menjadi tenang dan tentram
hatinya. Hal ini disebabkan iman kepada Allah, dapat memberikan
pengaruh yang sangat besar pada jiwa seorang karena diyakininya dengan
maha segala-galanya. Tempat orang menumpahkan segala rasa, baik cinta
maupun kekecewaan yang dialaminya.
2) Faktor Ekstern
Merupakan faktor yang berasal dari luar seorang seperti kondisi
lingkungan, pendidikan dan keadaan ekonomi, sosial serta faktor yang
lain. Sebagaimana pendapat Zakiyah Darajat (1983: 25) menyatakan
bahwa sesungguhnya ketenagan hidup, ketenagan jiwa atau kebahagian
batin itu banyak tergantung pada faktor-faktor dari luar seperti keadaan
sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dan sebagainya. Akan tetapi lebih
tergantung pada cara dan sikap mengahadapi faktor tersebut.
30
Jika melihat pendapat toko di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
faktor intern itu lebih dominan pengaruhnya dari faktor ekstern. Dengan
alasan walaupun ketenangan hidup dan ketenangan jiwa itu tergantung
pada faktor-faktor dari luar, namun lebih tergantung dari bagaimana cara
dan sikap untuk mewujudkan ketenagan batin dalam kehidupan sehari-
hari.
2.3.Bimbingan Konseling Islam
2.3.1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam
Bimbingan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan
terhadap individu agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai
makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat (Musnamar, tt: 5).
Sedangkan menurut Adz-Dzakiy (2001: 137), dalam bukunya
yang berjudul psiko terapi konseling Islam. Bahwa suatu aktivitas
memberikan bimbingan pelajaran dan pedoman kepada individu yang
meminta bimbingan (klien). Dalam hal ini bagaimana seharusnya
seorang klien dapat mengembangkan potensi akan pikiran, jiwanya,
keimanannya dan keyakinannya dengan baik dan benar. Secara
mandiri yang berparadigma pada al-Qur’an dan sunnah Rasul.
Sedangkan menurut Hellean (2001: 120), menyatakan bahwa
bimbingan konseling Islam adalah suatu usaha membantu individu
dalam menanggulangi penyimpangan perkembangan fitroh agama
31
yang dimilikinya, sehingga ia menyadari kembali peranannya sebagai
khalifah dimuka bumi dan berfungsi untuk menyembah atau mengabdi
kepada Allah SWT sehingga akhirnya tercipta kembali hubungan yang
baik dengan Allah SWT dan dengan manusia dan alam semesta.
Sedangkan bimbingan konseling Islam menurut penulis adalah
proses pemberian bantuan yang berupa bimbingan karena orang yang
dibimbing terlanjur berada dalam suatu kesalahan dan mereka sendiri
tidak tahu ke arah mana dan harus berbuat apa sehingga memerlukan
seoarang pembimbing dengan dasar petunjuk-petunjuk yang
berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits.
2.3.2. Landasan Bimbingan Konseling Islam
Landasan bimbingan konseling Islam adalah al-Qur’an dan al-
Hadits di mana kedua ini adalah sebagai pedoman manusia agar
manusia senantiasa berjalan pada jalan yang lurus selalu berada dalam
petunjuk Allah SWT.
Al-Qur’an dan sunah Rasul dapat diistilahkan sebagai landasan
ideal dan konseptual bimbingan konseling Islam dari al-qur’an dan
sunnah rasul itulah gagasan, tujuan dan konsep-konsep (pengertian
makna hakiki) bimbingan konseling Islam bersumber pada keduanya
(Arifin, 2001: 6).
32
2.3.3. Fungsi Dan Tujuan Bimbingan Konseling Islam
a. Fungsi Bimbingan Konseling Islam
Fungsi bimbingan konseling menurut Hatcher sebagaimana
yang dikutip oleh Abimanyu (1996: 17-20), meliputi 1) fungsi
rehabilitatif 2) fungsi prefentif.
Fungsi rehabilitatif, peran rehabilitatif pada bimbingan
konseling berfokus pada penyesuaian diri, penyembuhan masalah
psikologis yang dihadapi, mengembalikan kesehatan mental, dan
mengatasi gangguan emosional. Agar dapat menerima bantuan dari
seorang konselor, klien harus mengalami gangguan yang cukup
menggelisahkan untuk bisa terdorong mencari bantuan.
Fungsi Prefentif, upaya prefentif adalah suatu upaya untuk
mencapai individu-individu sebelum mereka mencapai masalah
kejiwaan karena kurang perhatian. Upaya prefentif adalah suatu
upaya untuk melakukan intervensi mendahului kesadaran akan
kebutuhan pemberian bantuan. Upaya prefentif haruslah
mendahului munculnya kebutuhan atau masalah, bila tidak
demikian bukanlah upaya prefentif. Upaya ini meliputi:
pengembangan strategi-strategi dan program-program yang dapat
digunakan untuk mencoba mengantisipasi dan mengelakkan
resiko-resiko hidup yang tidak perlu terjadi.
33
Dalam literatur keislaman, kita menemukan bahwasannya
fungsi-fungsi bimbingan konseling Islam dikelompokan menjadi
empat:
1) Fungsi prefentif, yakni membantu individu menjaga atau
mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
2) Fungsi kuratif, yakni membantu individu memecahkan masalah
yang sedang dihadapi atau dialaminya.
3) Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar
situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung
masalah) yang telah menjadi baik (terpecahkan) itu kembali
menjadi tidak baik (menimbulkan masalah kembali).
4) Fungsi developmental atau pengembangan, yakni membantu
individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi
yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik,
sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab munculnya
masalah baginya (Faqih, 2001: 37).
b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam
Shertzer dan Stone sebagaimana dikutip oleh Abimanyu
(1996: 13-17), mengelompokkan tujuan-tujuan bimbingan
konseling yang meliputi perubahan prilaku, kesehatan mental yang
positif, pemecahan masalah, keefektifan pribadi dan pengambalian
keputusan.
34
1) Perubahan Prilaku
Tujuan bimbingan konseling Islam adalah untuk menghasilkan
perubahan dalam prilaku. Perubahan prilaku sebagai tujuan
bimbingan konseling bisa dipandang sebagai perubahan
respon-respon khusus terhadap orang lain atau terhadap diri
sendiri sehingga terbuka kemungkinan untuk hidup lebih
produktif dan memuaskan dengan tidak mengabaikan
pembatasan-pembatasan yang dituntut masyarakat.
2) Pemecahan Masalah dan Menghilangkannya
Tujuan konseling kadang-kadang dianggap sebagai pemecahan
masalah dalam hubungan konseling. Alas an pokok bagi
eksistensi bimbingan konseling didasarkan pada fakta bahwa
orang-orang yang mempunyai masalah yang mereka sendiri
tidak dapat menyelesaikannya. Mereka dating kepada konselor
karena mereka telah digiring untuk percaya bahwa konselor
akan memberikan suatu bantuan kepadanya dalam
memecahkan masalah.
3) Keefektifan Pribadi
Tujuan meningkatkan keefektifan pribadi erat berkaitan dengan
tujuan pemeliharaan mental yang sehat dan perubahan prilaku.
Dalam literatur keislaman, kita menemukan bahwasannya
tujuan bimbingan konseling Islam sebagaimana dikemukakan oleh
Adz-Dzakiy (2001: 221), adalah sebagai berikut:
35
1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa atau batin. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (muthmainnah) bersikap lapang dada (radhiyah), dan mendapatkan pencerahan taufiq hidayah Tuhannya (mardhiyah).
2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.
3) Untuk menghasilakan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong, dan rasa kasih saying.
2.3.4. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam
Telah disebutkan bahwa bimbingan konseling islam
berlandaskan al-qur’an dan hadis nabi ditambah dengan berbagai
landasan filosofis dan keimanan. Berdasarkan landasan tersebut dapat
diketahui berbagai asas-asas pelaksanaan bimbingan konseling islam,
yang antara lain sebagai berikutss:
a) Asas Kebahagiaan Dunia dan Akhirat
Bimbingan konseling islam tujuan akhirnya adalah
membantu klien atau konseling yaitu orang-orang yang dibimbing
agar mereka senantiasa menyadari akan fitrahnya sebagai manusia
yaitu seorang hamba yang harus mengabdi kepada tuhannya. Maka
dengan demikian jika fitrah itu telah kembali maka kebahagiaan
hidup didunia dan akhirat insya allah akan tercapai. Dalam firman
allah swt :
ومنهم من يقول ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي اآلخرة حسنة )201: البقرة(. وقنا عذاب النار
36
Artinya: “Dan diantara mereka ada orang yang berdoa, ya tuhan
kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah: 201)
b) Asas Fitrah
Asas ini merupakan bantuan kepada klien atau konseling
untuk mengenal memahami dan menghayati fitrahnya sehingga
gerak tingkah laku dan tindakannya sesuai dengan fitrahnya.
Firman allah :
فأقم وجهك للدين حنيفا فطرة الله التي فطر الناس عليها ال تبديل لخلق الله ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس ال
)30: الروم. (يعلمون Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama (allah); (tetaplah atas) fitrah allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tetapi tidak ada perubahan fitrah allah (itulah agama yang lurus), tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 30)
c) Asas Lillahi Ta’ala
Asas lillahi ta’ala diselanggarakan oleh konselor kepada
seorang klien yang membutuhkan bimbigan dan pertolongan ini
semata-mata karena Allah SWT:
المنيالع باتي لله رممو اييحمكي وسنالتي وقل إن ص . )162: األنعام(
Artinya: “Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku,
dan matiku hanyalah untuk Allah, tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am: 162)
37
d) Asas Bimbingan Seumur Hidup
Asas ini memberikan fasilitas bimbingan kepada seorang
klien untuk selama-lamanya (seumur hidup), karena bagaimanapun
juga yang namanya manusia mesti suatu saat akan terdapat dan
kekhilafan, disinilah perlunya bimbingan seumur hidup.
e) Asas Kesatuan Jasmani dan Ruhaniah
Asas ini berusaha membantu individu untuk hidup dalam
keseimbangan jasmani dan rohani artinya jasmani yang sehat juga
perlu didukung oleh rohani yang sehat demikian juga sebaliknya.
f) Asas Keseimbangan Ruhaniah
Asas ini berusaha menyadari keadaan kudroti manusia
tersebut dengan berpijak kepada firman-firman Allah SWT dan
hadis nabi membantu klien atau yang dibimbing memperoleh
keseimbangan diri dalam segi mental ruhaniahnya. Firman allah :
جن واإلنس لهم قلوب ال ولقد ذرأنا لجهنم كثريا من اليفقهون بها ولهم أعين ال يبصرون بها ولهم آذان ال يسمعون . بها أولئك كاألنعام بل هم أضل أولئك هم الغافلون
)179: االعراف( Artinya: “Dan sesungguhnya kami jadikan isi neraka jahannam
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan allab), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat allah).
38
Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS. Al-A’raf : 179)
g) Asas Kemaujudan
Asas ini berlangsung pada manusia menurut citra manusia
memandang seorang individu merupan suatu maujud (eksistensi)
tersendiri dimana individu mempunyai hak dan ada perbedaan
andividu satu dengan individu yang lainnya. Individu mempunyai
kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan
kemampuan fundamental potensial ruhaniahnya.
)49: القمر(. إنا كل شيء خلقناه بقدر
Artinya: “Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. (QS. Al-Qamar: 49).
h) Asas Sosialisasi Manusia
Manusia merupakan makhluk sosial. Hal ini diakui dalam
konseling Islam, pergaulan, cinta kasih, penghargaan terhadap diri
sendiri dan orang lain, rasa ingin memiliki dan dimiliki semuanya
merupakan aspek-aspek yang diperlihatkan dalam konseling Islam
karena hal itu adalah cirri hakikat manusia.
i) Asas Kekhalifahan Manusia
Asas ini menerangkan bahwa setiap manusia adalah
khalifah walau dalam lingkup yang kecil yaitu pemimpin keluarga
oleh karena itu harus ada rasa tanggung jawab manusia untuk
39
mengatur alam ini karena semuanya akan diminta pertanggung
jawabannya dihadapan Allah SWT.
j) Asas Keselarasan Dan Keadilan
Asas ini menginginkan adanya keselarasan keseimbangan,
keadilan, di dalam diri manusia.
k) Asas Bimbingan Akhlakul Karimah
Pada dasarnya manusia mempunyai sifat-sifat yang baik,
lemah lembut, kasih saying dan lain-lain. Tetapi manusia sering
terjerumus pada sifat-sifat yang tidak baik. Maka untuk
mengembalikan semua ini adalah tanmggung jawab seorang
konselor islami agar turut serta memberikan bimbingan akhlakul
karimah kepada seorang klien.
l) Asas Kasih Sayang
Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan rasa sayang
dari orang lain. Bimbingan konseling Islam bersandar pada cinta
dan kasih sayang.
m) Asas Saling Menghargai Dan Menghormati
Dalam bimbingan konseling Islam antara konselor dengan
klien adalah sama kedudukannya yaitui sama-sama sebagai
makhluk Allah Swt hanya saja yang menjadikan perbedaan adalah
seorang konselor memberikan bimbingan kepada klien. Sedangkan
klien menerima bimbingan tersebut. Hubungan konselor dengan
40
klien adalah saling menghormati sesuai dengan kedudukannya
masing-masing sebagai makhluk Allah SWT:
وإذا حييتم بتحية فحيوا بأحسن منها أو ردوها إن الله كان )86: النساء(. على كل شيء حسيبا
Artinya: “Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan,
maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu”. (QS. An-Nisa’: 86).
n) Asas Musyawaroah
Bimbingan konseling Islam dilakukan dengan asas musyawarah
artinya antara pembimbing dengan yang dibimbing terjadi dialog
yang baik. Antara yang satu dengan yang lainnya tidak saling
mendeskreditkan atau menonjolkan tidak ada perasaan tertekan dan
keinginan untuk menekan. Sebagaimana diterangkan dalam al-
Qur’an:
فبما رحمة من الله لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك فاعف عنهم واستغفر لهم وشاورهم في كلنيوتالم حبي لى الله إن اللهكل عوفت تمزر فإذا عاألم .
)159: ال عمران( Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
41
tekad, maka bertawakkallah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: 159), (Depag RI, 1987: 103).
o) Asas Keahlian
Bimbingan konseling Islam memang harus dilakukan oleh
orang-orang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya dan
professional dalam tindakannya dengan tujuan bimbingan yang
diberikan dapat menyelesaikan problematika yang dimiliki oleh klien.
2.3.5. Dzikir Konseling dan Ketenangan Batin
Pelaksanaan dzikir penghuni Panti pada umumnya dilakukan
setelah menjalankan ibadah shalat, baik itu shalat wajib mapun shalat
sunnah lainnya. Dzikir ini bertujuan untuk menentramkan gejolak-
gejolak jiwa manula (kelayan) yang tidak stabil agar sebagai akibat
dari masalah yang dihadapinya.
Bimbingan dan konseling Islam sifatnya merupakan proses
pemberian bantuan kepada seorang kelaya (manula) yang mempunya
masalah hal ini sudah diketahui dari pengertian atau definisi konseling
Islam yaitu individu yang dimaksud disini adalah orang yang
dibimbing atu diberi konseling bagi orang-perorangan maupun
kelompok. Untuk mewujudkan diri sebagai manusia seutuhnya sesuai
dengan hakikatnya menjadi manusia selaras denganperkembangan
unsur dirinya dan fungsi atau kedudukannya sebagai makhluk Allah
SWT (mengabdi kepada Alla) makhluk individu, makhluk sosial yang
sesuai dengan fitrah manusia. Berdasarkan definisi diatas dan tujuan
42
konseling Islam dalam membantu menyelesaikan masalah yang
dihadapinya berupa pemberian layanan bimbingan. Individu yang
mempunyai masalah tersebut dapat menyadari hakikat dirinya sebagai
manusia seutuhnya untuk kembali ke jalan Tuhannya dan
melaksanakan semua perintah-perintah dan menjauhkan larangan-
larangan-Nya.
Dalam tataran praktek, konseling Islam sebagai sebuah
pendekatan terhadap masalah yang dihadapinya dapat terselesaikan
dan dapat menjadikan kedamaian pada dirinya dan merasakan
ketenangan dalam batinya untuk mencapai kebahagian hidup di dunia
dan akherat dengan mendapatkan ridho-Nya (Faqih, 2001: 15).
Tercapainya fungsi tersebut, secara teoritis mendukung
terwujudnya tujuan bimbingan konseling Islam dalam memecahkan
masalah. Di mana dengan mengadopsi pendapat Adz-Dzkiy tujuan
tersebut meliputi:
a. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan
kebersihan jiwa dan mental dalam diri manula. Batin menjadi
tenang, jinak dan damai (muthmainnah) bersikap lapang dada
(radhiyah), dan mendapatkan pencerahan taufiq hidayah Tuhannya
(mardhiyah).
b. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan
tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada manula,
lingkungan keluarganya, lingkungan sosial dan alam sekitarnya.
43
c. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada manula
sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetia kawanan,
tolong menolong, dan rasa kasih sayang.
d. Untuk menghasilkan kecerdasan religius pada diri individu para
manula sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk
berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala
perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-Nya.
Recommended