View
8
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
9
2. IDENTIFIKASI DATA
2.1. Tipografi
2.1.1. Sejarah Tipografi
Tipografi berasal dari bahasa Yunani, typos = form (bentuk) dan graphein
= to write (menulis) merupakan seni dan teknik menulis sebuah pembahasan
dalam bentuk huruf, menggunakan kombinasi typeface styles, point sizes, line
lengths, line leading, character spacing dan word spacing untuk menghasilkan
typeset artwork in physical or digital form.
Bahasa tulis yang pertama kali ditemukan berupa cuneiform yaitu tulisan-
tulisan kuno berbentuk baji. Cuneiform, tulisan Mesir, Yunani, alfabet Etruscan
yang merupakan inspirasi dari lahirnya huruf Roman yang telah digunakan saat ini
sehari-hari.
Gambar 2.1. Cuneiform
Bahasa tulis ditemukan oleh bangsa Sumeria yang merupakan peradaban
yang cukup makmur di sebelah selatan Mesopotamia pada masa 3500 tahun
sebelum masehi. Bangsa Sumeria dihargai sebagai bangsa yang membuat tanda
yang pertama yang dibuat dalam bentuk sebuah catatan. Tanda yang sederhana
tersebut kemudian berkembang menjadi lebih rumit dan pada masa 3000 tahun
sebelum masehi, bangsa Sumeria telah menemukan sistem penulisan untuk
pertama kalinya. Mereka membuat tulisan tentang benda-benda yang ada di
sekitarnya seperti manusia, binatang dan senjata. Gambar-gambar itu disebut
sebagai pictograph, yaitu symbol yang mewakili sebuah objek2
2 Craig, James. Designing With Type: A Basic Course In Typography. 1992. Watson-Guptill: New
York, Hal. 5. Universitas Kristen Petra
10
Kebudayaan Sumeria telah mendapat pengaruh yang besar dari peradaban
bangsa lainnya yaitu Babilonia dan Mesir. Pada masa 2500 tahun sebelum masehi,
bangsa Mesir telah memberi kontribusi yang lebih hebat untuk perkembangan
sistem penulisan. Penemuan alat tulis yaitu alang-alang dan papyrus sebagai
tempat/alas untuk menulis. Huruf Mesir merupakan huruf yang dikenal dengan
nama Hieroglyph/Hieratic Script. Melihat sejarah dari sistem penulisan dan
tipografi, penemuan alat dan alas merupakan titik awal dari bentuk huruf yang
terus berubah dan berkembang.
Gambar 2.2. Hierogliph
Berbagai teori awal mula perkembangan alfabet telah dikemukakan dan
dari semua teori itu berasal dari penemuan yang besar dari perkembangan
peradaban bangsa-bangsa. Alfabet merupakan sistem penulisan dengan satu
bentuk visual yang unik (huruf), setiap konsonan dan vokal dapat dikombinasikan
menjadi bentuk unit visual (kata) yang dapat merepresentasikan sebuah bahasa3.
Pada masa 1500 tahun sebelum masehi bangsa Semitic telah
mengembangkan sistem alfabet yang pertama yaitu bahasa tulis Phonetic. Sistem
ini terdiri dari sebuah tanda, untuk setiapnya dari 22 bunyi konsonan menyerupai
gambaran Hieratic Script. Sistem penulisan alfabet berkembang menuju bangsa
Yunani.
Gambar 2.3. Alfabet Phoenician
3 Perfect, Christopher and Jeremy Austen. The Complete Typographer. Trans. Massachusetts:
Rockport Publishers.1992, Hal.10. Universitas Kristen Petra
11
Saat ini di Yunani terdapat berbagai macam dialek lokal dan alfabet yang
digunakan, namun pada prinsipnya terdapat dua sistem alfabet yaitu Ionian yang
digunakan di sebelah timur Yunani dan Chalcidian yang digunakan di sebelah
barat. Pada masa 500 tahun sebelum masehi, petunjuk mengenai penulisan telah
dibalik yaitu dari sebelah kiri ke kanan. Alfabet Ionian telah secara resmi diadopsi
di Athena sebagai Alfabet Yunani Klasik.
Gambar 2.4. Alfabet Yunani yang diadopsi dari Phoenician.
Begitu pula dengan Chalcidian yang telah banyak mendapat pengaruh dari
sistem Phonetic merupakan bagian dari awal mula perkembangan dari Alfabet
Roman. Perkembangan perdagangan antar Yunani dengan Etruscan yaitu
masyarakat yang menetap di pantai sebelah barat Italia, melewati hubungan
perdagangan yang mempengaruhi penyebaran alfabet Chalcidian ke Italia dan
dipercaya bahwa Alfabet Etruscan berasal dari Chalcidian4.
Gambar 2.5. Huruf Etruscan
Etruscan merupakan dasar penciptaan Alfabet Roman yang kita gunakan
sehari-hari saat ini. Setelah mengalami beberapa modifikasi, Roman mengubah
bentuk huruf, menambah dan menghapus. Kemudian tercipta 23 huruf yang sama
dengan Alfabet Roman yang digunakan saat ini (tidak termasuk J, U, dan W yang
ditambahkan pada perkembangan selanjutnya)
4 Ibid, Hal. 11.
Universitas Kristen Petra
12
Setelah masa 500 tahun sebelum masehi, Roman memulai untuk menyebar
luaskan kekusaannya melalui invasi, kolonialisasi dan termasuk sistem penulisan
alfabet untuk menaklukan seluruh bangsa. Pengaruh yang didapat adalah alfabet
tersebut ditetapkan menjadi sebuah penulisan huruf di berbagai negara di Eropa
dan Asia (skala kecil) sebagai bahasa internasional.
Pada masa kekuasaan Roman, dua macam bentuk huruf yang digunakan
adalah huruf kapital (disebut majuscules) untuk penulisan secara formal dan
bentuk kursif (berbentuk seperti italic) untuk tujuan informal seperti penulisan
surat. Bentuk kursif merupakan bentuk huruf kecil yang disebut minuscules.
Bnetuk-bentuk huruf tersebut di buat dari bentuk geometri seperti persegi,
lingkaran atau segitiga yang menjadi bentuk huruf kapital yang saat ini digunakan.
Gambar 2.6. Minuscule
Pertama kali, bentuk stroke yang dibuat sangat tipis kemudian lebar stroke
berkembang secara bervariasi. Kesulitan untuk mengubah bentuk stroke adalah
bentuk huruf semula dibuat dengan garis lurus. Membuat variasi lebar huruf
berhubungan dengan perubahan secara bertahap dari berabad-abad lamanya sejak
terdapat pictogram dan phonetic. Bentuk serif berkembang secara alami sebagai
langkah finishing untuk memperkuat terminal dari sebuah huruf secara visual.
Pada abad pertama, bentuk yang sederhana dan ringan untuk huruf kapital
(rustic) telah berkembang seperti contoh tulisan yang ditemukan di tembok di
kota Pompeii. Hal ini merupakan respon secara langsung dari sistem penulisan
Roman untuk menulis dengan menggunakan pena atau kuas secara cepat. Rustic
menggunakan bentuk stroke yang vertikal, lebih kurus sejak pena telah ditemukan
dengan sudut yang tajam.
Universitas Kristen Petra
13
Gambar 2.7. Alfabet Rustica
Pada abad ke-4, variasi huruf kapital terus berkembang yang disebut
uncial. Uncial memiliki bentuk yang berbeda, lebih sederhana, dan memiliki lebar
stroke yang kontras seiring dengan ditemukannya pena yang datar dengan
permukaan kertas yang halus.
Di abad ke-6 sebagian dari uncial telah digunakan tersebar. Penulisan ini
di tandai dengan penghubung (antar stroke yang terhubung) dan pemanjangan dari
stroke vertikal seperti pada huruf ‘b’, ‘d’, dan ‘p’, maka memberi jalan untuk
menciptakan ascender dan descender. Hal merupakan perkembangan yang sangat
penting karena ini membuat huruf tampak berbeda antara satu dengan yang
lainnya agar lebih mudah untuk dikenali. Sistem alfabet terus berkembang hingga
bangsa Romawi menyempurnakannya ke dalam bentuk yang sebagaimana kita
kenal dan gunakan sekarang.
Bangsa Cina memberi kontribusi yang cukup besar yaitu pada tahun 105
dengan hadirnya T’sai Lun seorang ahli pembuat kertas. Sebelumnya mereka
menulis di atas selembar kayu dengan menggunakan pena bambu, baru pada abad
ke-7 bangsa Cina menemukan teknik cetak timbul dengan menggunakan tinta.
Ketika perguruan tinggi pertama kali berdiri di Eropa pada awal millennium
kedua, buku menjadi sebuah tuntutan kebutuhan yang sangat tinggi. Teknologi
cetak belum ditemukan pada masa itu, sehingga sebuah buku harus disalin dengan
tangan. Konon untuk penyalinan berbagai buku yang semakin meningkat serta
untuk mempercepat kerja para penyalin (scribes), maka lahir huruf Blackletter
Script, berupa huruf kecil yang dibuat dengan bentuk tipis-tebal dan ramping.
Efisiensi dapat terpenuhi lewat bentuk huruf ini karena ketipis-tebalannya dapat
mempercepat kerja penulisan. Di samping itu, dengan keuntungan bentuk yang
indah dan ramping, huruf-huruf tersebut dapat dituliskan dalam jumlah yang lebih
banyak di atas satu halaman buku.
Perkembangan yang cukup besar terjadi ketika alat untuk memindahkan
huruf yang telah diukir. Pada tahun 1450 Johann Gensfleisch Zum Guttenberg
dari Jerman merupakan penemu mesin cetak dengan sistem movable type. Dia Universitas Kristen Petra
14
telah membawa banyak perubahan yang sangat besar dalam sejarah tipografi,
terutama teknik pencetakan, pengukuran serta produksi.
Gambar 2.8. Potret Diri Johann Guttenberg
Melalui sistem dan subsistem yang kompleks, Johann Guttenberg
mengembangkan teknik cetak yang dibuat di atas permukaan bahan metal yang
diukir5. Setiap huruf, angka, tanda baca, serta ruang vertikal dan horisontal yang
terdapat di antara huruf-huruf dibentuk satu per satu. Guna mencapai akurasi serta
mempercepat proses kerja pada saat pencetakan di atas kertas, guttenberg
memerlukan hampir 50.000 blok metal yang terdiri dari berbagai macam jenis
huruf (metal type). Sebelum melakukan pencetakan, setiap blok metal tersebut
disusun satu per satu di atas sebuah wadah yang menjadi bagian permukaan cetak,
yang mana cara ini disebut sebagai typecasting. Blok-blok huruf yang digunakan
dapat dipindahkan atau diubah susunannya sesuai dengan kebutuhan dari naskah
yang akan dicetak.
Prinsip dasar yang digunakan oleh Johann Guttenberg masih digunakan
hingga pada abad ke-20 selama hampir 400 tahun dengan berbagai
penyempurnaan terhadap sistem yang telah diciptakan oleh Johann Guttenberg.
Pada tahun 1886, Ottmar Mergenthaler dari Jerman menemukan mesin
typecasting yang cara kerjanya adalah dengan memasangkan sejumlah huruf yang
disusun per baris (linecasting). Mesin temuan Mergenthaler ini disebut dengan
Linotype, yang berasal dari kata ‘Line of Type’. Mesin teknologi cetak tinggi ini
masih digunakan sampai saat ini. Selain Linotype, juga ada mesin-mesin 5 Ibid, Hal. 12.
Universitas Kristen Petra
15
typecasting yang lain seperti Monotype (cara kerjanya dengan menyusun huruf
satu per satu).
Gambar 2.9. Mesin Linotype dan Monotype Caster
Generasi selanjutnya dari teknologi typecasting adalah phototypesetting
yang menggunakan proses film sebelum naskah ditransfer ke lempeng cetakan.
Mesin phototypesetting dari Intertype Fotosetter yang dibuat oleh Herman Freud,
dikeluarkan pada tahun 1946 di Jerman. Teknologi yang dikenal dengan istilah
cetak datar atau offset ini jauh lebih murah dan efisien bila dibandingkan dengan
typecasting yang sebagian besar pekerjaan masih dilakukan dengan tangan6.
Pada perkembangan selanjutnya teknik pra-cetak analog yang
menggunakan lempengan (plate) sedikit demi sedikit mulai tergeser oleh teknik
pra-cetak digital (digital press). Sedangkan perambahan teknologi digital tipografi
dimulai pada tahun 1973 oleh perusahaan URW dari Hamburg, Jerman dengan
produknya yang bernama IKARUS7. Teknologi ini berfungsi untuk membuat
huruf digital sehingga dapat digunakan dalam sistem komputer. Setiap huruf
disimpan dalam data elektronik dengan berbagai perintah yang dapat
6 Ellen Lupton and Abbott Miller. Design Writing Research: Writing On Graphic Design. Trans.
New York: Phaidon. 1999, Hal 13. 7 Sihombing, Danton. MFA. Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.2001, Hal. 8. Universitas Kristen Petra
16
mengaktifkan komputer dalam kalkulasi yang dapat mengaktifkan komputer
dalam kalkulasi setiap garis ataupun ruang dalam huruf.
Pada pertengahan tahun 1980, software komputer baru yang bernama
PostScript dibuat oleh Adobe Systems di Amerika Serikat. Pada tahun 1991 Apple
Komputer dan Microsoft Corporation mengeluarkan TrueType Font. PostScript
dan TrueType Font adalah huruf elektronik atau yang sering disebut font. Huruf
digital sesungguhnya berupa bahasa komputer yang berfungsi menterjemahkan
kode-kode untuk menghasilkan tampilan bentuk huruf yang sempurna baik di
layar monitor maupun pada saat pencetakan. Saat ini dapat ditemukan beragam
jenis huruf digital yang digunakan dalam program komputer.
Hadirnya beragam jenis personal komputer dan perangakt lunak yang
semakin canggih, serta ditambah dengan meningkatnya apresiasi dari para
perancang grafis dan masyarakat umum terhadap perkembangan tipografi
merupakan penyebab terjadinya lonjakan kebutuhan terhadap huruf digital. Hal
tersebut pula yang memicu lahirnya industri perancangan dan produksi huruf
digital yang produk-produknya banyak digunakan untuk media cetak dan web.
Sejak akhir tahun delapan-puluhan, para perancang huruf (type designer) di
berbagi negara seperti Amerika, Swiss, Jerman, Rusis dan Jepang telah
menggunakan teknologi komputer sebagai perangkat kerja utama mereka. Hanya
dengan sebuah personal komputer typedesigners dapat merancang berbagai
macam jenis huruf baru dengan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan
masa-masa ketika huruf masih dibuat secara manual. Berbagai program
pembuatan huruf secara individual didukung oleh hadirnya program-program
yang mendukung seperti Microsoft Typography, Font Editor, dan Fontographer.
Kontribusi perancangan huruf digital bukan hanya berasal dari perorangan saja,
karena saat ini banyak sekali ditemukan perusahaan-perusahaan yang bergerak
dalam bisnis perancangan serta produksi huruf digital (typefoundary) seperti
Émigré, Font Bureau, T-26 dan Agfa yang beroperasi di Amerika, serta Linotype
Hell AG di Jerman.
Universitas Kristen Petra
17
2.1.2. Sejarah Perkembangan Desain Dan Gaya Huruf
Dalam sejarah perkembangan tipografi, lahirnya desain dan gaya huruf
banyak mendapat pengaruh dari faktor budaya dan teknik pembuatannya.
2.1.2.1 Roman
Perkembangan huruf dari abad-abad mengalami perubahan, dari awal
alfabet Phoenician kemudian huruf Yunani. Setelah itu bangsa Romawi telah
memberikan perubahan dan kontribusi terbesar dalam sejarah perkembangan
tipografi. Dimana telah dibahas sebelumnya bahwa bangsa Romawi telah
mengembangkan sistem penulisan huruf kapital, huruf kecil, serta perkembangan
bentuk-bentuk huruf dari bagian stroke yang bervariasi yang merupakan ciri fisik
dari huruf-huruf Roman Script. Penggunaan bentuk-bentuk geometri yang
diterapkan pada huruf kapital telah memberi bentuk visual yang mudah dikenali
dan huruf ini dikenal sebagai jenis Square Kapitals yang merupakan cikal bakal
dari huruf kapital yang digunakan sekarang. Huruf-huruf tersebut memiliki garis
lurus karena bentuk lengkung lebih sulit untuk di buat. Pada akhir stroke hingga
terminal huruf terdapat sebuah bentuk yang disebut serif.
Gambar 2.10. Square Capital dan Huruf Roman
Huruf kapital atau yang disebut uncial mulai tercipta. Runtuhnya kerajaan
Romawi pada abad ke-3 menyebabkan kerajaan Romawi terbelah menjadi dua
wilayah yaitu bagian timur dengan peradaban Constantinople dan bagian barat
terpecah menjadi perkampungan kecil yang peradabannya hampir punah. Pada
abad pertengahan ini (Medival Era), sebagian besar masyarakat hidup dalam
kemiskinan, banyak sekali yang buta huruf, perdagangan lumpuh serta muncul
feodalisme. Walaupun Medival Era sering disebut sebagai abad kegelapan (The
Universitas Kristen Petra
18
Dark Ages), namun kegiatan perancangan huruf tidaklah terhenti, terutama untuk
kepentingan pembuatan buku-buku. Pada masa itu, biara-biara umat Nasrani
menjadi pusat kegiatan pendidikan dan kebudayaan. Penyelamatan tulisan dan
naskah-naskah yang bernuansa kegamaan merupakan sumber inspirasi serta
motivasi utama dalam pengadaan dan pengembangan pembuatan buku-buku.
Uncial Script banyak digunakan oleh gereja-gereja pada abad ke-5 sampai abad
ke-9, hingga huruf-huruf ini memiliki citra yang kuat sebagai ‘huruf gereja’8.
Selain uncial juga terdapat half-uncial script atau huruf kecil. Huruf kecil banyak
digunakan untuk menulis catatan pendek dari sebuah naskah. Half Uncial Script
memiliki tinggi setengah kali lebih kecil dari Uncial Script. Dengan adanya kedua
jenis huruf tersebut maka dapat memberikan tekanan pada ascender dan
descender yang membantu kemudahan untuk dibaca.
Gambar 2.11. Gambar Huruf Uncial
2.1.2.2. Angka Arab
Bangsa Romawi menulis angka dengan simbol dari huruf kapital mereka
seperti I, V, X, L, C, D dan M. Angka yang kita gunakan dalam alfabet Latin
berasal dari kebudayaan Islam. Di sekitar abad ke-7 bangsa Arab mendominasi
kepiawaian dalam ilmu matematik. Sebelumnya , titik pokok dari kegiatan
matematik berawal dari Mesir ke Yunani kemudian Roma, India dan akhirnya
masuk ke Arab. Baru kemudian di sekitar abad ke-13, angka yang bentuk
dasarnya berawal dari alfabet Arab diterapkan ke dalam sistem alfabet Latin.
Awalnya angka-angka ini digunakan secara luas oleh para pedagang serta ahli
matematik dari wilayah Eropa.
2.1.2.3. Carolingian Minuscule Script
Pada tahun 800 sebuah gaya huruf baru muncul yaitu Carolingian
Minuscule. Gaya huruf ini berkembang pada saat pemerintahan Raja Charlemagne 8 Ibid, Hal. 45.
Universitas Kristen Petra
19
(724-814). Raja Charlemagne tidak membaca dan menulis, namun lewat
gagasannya dibangun sebuah sekolah di istananya yang mengajarkan cara
menyalin dan memproduksi naskah-naskah yang akan menjadi sumber lahirnya
ilmu pengetahuan. Alcuin of York yang merupakan penasihat Raja Charlemagne
sekaligus merupakan budayawan yang menangani pengadaan buku dan
pembuatan huruf. Alcuin menciptakan suatu standarisasi untuk desain tata letak
serta gaya huruf baru yang dikenal dengan Carolingian Minuscule.
Gambar 2.12. Carolingian Script
Gaya huruf ini diperkenalkan ketika raja dan Gereja Kristiani mengadakan
program tambahan untuk pendidikan dan kebudayaan yaitu Carolingian
Renaissance. Gaya huruf ini lebih kontras pada lebar stroke dan diagonal yang
kontras pula pada sudut dimana ujung pena ditorehkan. Carolingian Minuscule
dipengaruhi oleh Anglo-Irish Half Uncial dan The Frankish Script yang dikenal
dengan nama Merovingian dan huruf Carolingian mudah dibaca dan setiap huruf
memiliki bentuk yang berbeda dan terdapat jarak yang rapi antara kata dengan
garis. Carolingian Minuscule bertahan di Eropa hingga akhirnya muncul
gelombang kedua dari huruf nasional di Eropa pada abad ke-12, dimana The
German Gothic Minuscule atau Blackletter merupakan perkembangan yang paling
mencolok di masa perkembangan Movable Types.
2.1.2.4. Gothic
Setelah penemuan yang sangat penting dalam dunia tipografi yaitu sistem
movable types oleh Johann Guttenberg, jenis huruf yang merupakan
perkembangan dari huruf Roman yang muncul di Italia pada abad ke-12 hingga
abad ke-15 yaitu Gothic. Pada jaman Renaissance ini, periode gothic ini ditandai
dengan dimunculkannya kembali elemen-elemen klasik ke dalam perbendaharaan
visual.
Universitas Kristen Petra
20
Gambar 2.13. Huruf Gothic
Ciri utama huruf gothic adalah dominasi garis-garis vertikal yang sangat
kuat serta penggunaan ornamen-ornamen pada huruf inisial9. Tulisan bergaya
Gothic secara umum sukar dibaca. Ini merupakan contoh dari peranan nilai estetik
yang lebih dominan dibanding nilai fungsionalnya. Gaya huruf yang berlekuk-
lekuk pada masa ini diberi nama Bastarda. Selain itu juga terdapat huruf Gothic
yaitu Textura. Kata Textura berasal dari bahasa Latin, Textum yang artinya kain
yang dianyam atau dapat juga berarti tekstur. Huruf ini sukar dibaca karena
bentuknya yang tipis, monoton, terlihat berat di mata. Blackletter yang termasuk
dalam gaya gothic juga memunculkan jenis huruf baru yaitu Rotunda. Baik
blackletter maupun gothic merupakan modifikasi dari Carolingian Minuscule
dengan perampingan dan pemendekan fisik huruf.
2.1.2.5. Renaissance
Dalam dunia seni, periode Renaissance ditandai dengan kembalinya
komponen klasik di berbagai media. Kata Renaissance berarti lahir kembali.
Terminologi ini dipakai untuk mengacu kepada periode yang dimulai pada abad
ke-14 hingga abad ke-15 di Italia, ketika kesusasteraan klasik Yunani kuno dan
Roma dihidupkan kembali. Dalam dunia grafis lahirnya kembali kesusasteraan
klasik dikaitkan erat dengan pendekatan-pendekatan yang inovatif terhadap
desain-desain buku yang mencakup rancangan huruf, tata letak, ilustrasi gambar
serta ornamen.
Pada periode Renaisannce, alfabet Latin yang dalam bentuk Square
Capitals, menjadi subjek analisis para seniman dan ahli matematika. Mereka tidak
menciptakan bentuk-bentuk huruf, namun lebih kepda penemuan prinsip
konstruksi huruf yang dapat menjadi referensi penting bagi para perancang atau
penyalin huruf. Pada tahun 1463, Felice Feliciano merancang Alfabetum
Romanum, sebuah pola konstruksi huruf dengan menggunakan bentuk bujur
9 Ibid, Hal. 47.
Universitas Kristen Petra
21
sangkar yang di dalamnya terdapat sebuah lingkaran yang beraksis pada
persilangan dua garis diagonal. Pola konstruksi ini dapat mengontrol setiap
pengembangan komponen pada huruf yang keseluruhannya berbasis pada bentuk-
bentuk geometrik.
2.1.2.6. Humanist Types
Kembalinya periode Rennaisance di Itali telah membawa banyak
perubahan yang banyak. Selain bentuk-bentuk geometrik, huruf juga dibuat
berdasarkan tulisan para humanis yang kemudian disebut sebagai Humanist atau
Venetian Typefaces. Humanist Typefaces merupakan pembaharuan dari
Carolingian Minuscule yang lebih sempurna, sebagai tambahan untuk serif pada
huruf kecil dibuat dengan harmoni yang lebih baik. Penambahan serif pada huruf
kapital. Pada tahun 1465, Conrad Sweynheym dan Arnold Pannartz, dua orang
berkebangsaan Jerman yang telah terinspirasi oleh Guttenberg, menciptakan huruf
yang merupakan perpaduan antara Blackletter dan Roman. Pada tahun 1470,
mereka menciptakan kelompok huruf yang lebih ringan dan terinspirasi oleh
tulisan humanis.
Gambar 2.14. Huruf Humanis
Pada tahun 1470, Nicholas Jenson (1420-1480), seorang Perancis yang
hidup di Venice menciptakan huruf yang melampaui seluruh jenis huruf Roman
terdahulu di Italia. Jenson menciptakan huruf keduanya 6 tahun kemudian yang
dikenal sebagai ‘the white letter roman’ dan digunakan untuk pada pencetakan
buku Nonius Peripatetica. Huruf ini memiliki tampilan yang kontras antara lebar
tipisnya bentuk stroke. Bentuk serif yang berat dan kemiringan yang curam, huruf
kecil memiliki bentuk horisontal, penekanan pada diagonalnya serta pada
ascender terdapat serif yang memiliki bentuk yang melengkung dan miring.
Kalimat pertama pada setiap paragraf dimulai dari kiri dan diberi jarak masuk
(indentation). Setiap permulaan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan bentuk
Universitas Kristen Petra
22
paragraph menjadi justified (setiap baris memiliki panjang yang sama rata).
Bentuk yang sempurna dari huruf Jenson telah menginspirasi para type designer
sejak itu hingga sekarang.
2.1.2.7. Old style-Italy
Pada tahun 1490, Aldus Manutius (1450-1515), seorang Yunani pindah ke
Venice dan membangun bisnis penerbitan yaitu The Aldine Press. Setelah 5 tahun
kemudian, ia memproduksi sebuah buku dimana ia menggunakan sebuah gaya
huruf baru dari tipe roman yaitu huruf kapital yang memiliki tinggi badan (x-
height) lebih pendek daripada ascender huruf kecil (misal pada huruf ‘b’). Pada
tahun yang sama, ia menerbitkan De Atena yang dibuat oleh Cardinal Pietro
Bembo, yang mana ia mengungkapkan huruf kecil yang baru yang dibuat oleh
Fransesco Griffo dan memiliki harmoni yang seimbang dengan huruf besar10.
Griffo merupakan tukang emas seperti Guttenberg menciptakan seluruh
gaya huruf di The Aldine Press. Gaya huruf yang dibuatnya memiliki karakteristik
yaitu penekanan pada kemiringan huruf, stroke yang kontras pada ketebalannya,
serif yang tepat, lebih ringan, lintang yang horisontal pada huruf kecil. Hasilnya
huruf ini memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, hal ini menunjukkan keahlian
Griffo dalam pengetahuannya akan efek yang akan terjadi pada proses pencetakan
yaitu huruf cenderung menebal karena saputan tinta. Ini juga merupakan gerakan
yang jauh dari peniruan tulisan humanis. Periode ini merupakan awal mula
munculnya gaya baru yaitu Old style.
Griffo juga membuat perubahan besar dalam dunia tipografi, dimana ia
membuat bentuk paragraf dengan rata sebelah kiri dan sebelah kanan unjustified
menyerupai penulisan manual dengan tangan. Periode ini juga menghadirkan
bentuk italic types yang diambil dari nama kota Italia. Italic types memiliki
goresan pengikat antara huruf satu dengan lainnya (ligature), dimana lebih sulit
dibaca karena menyerupai tulisan tangan. Pada periode ini disebut juga masa italic
types.
10 Perfect, Christopher and Jeremy Austen. Opcit. Hal.14.
Universitas Kristen Petra
23
2.1.2.8. Old style-France
Pada tahun 1530 hingga 1585, ide-ide baru mengenai desain tipografi dan
penemuan huruf banyak berasal dari Perancis. Periode ini disebut juga periode
emas dari dari tipografi Perancis, periode dimana buku dengan tulisan tangan
yang dekoratif diproduksi. Pencetak yang berasal dari Perancis yaitu Robert
Estienne, Simon de Colines dan Geofry Tory telah terinspirasi oleh buku dan
perkembangan huruf roman di Italia. Pembuat mesin cetak yang meliputi Claude
Garamond telah dipekerjakan oleh Antoine Augreau11.
Pada tahun 1530, Garamond membuat seri dari roman baru dan huruf
italic. Ia terinspirasi dari huruf Roman De Atena dan huruf italic dari Arrighi.
Huruf Garamond memiliki bentuk yang lebih ringan, elegan dan memiliki bentuk
yang sempurna. Garamond mendapat perintah raja pada saat itu untuk mendesain
huruf Yunani yaitu The Gree du Roi. Ia terus menyempurnakan huruf yang
dibuatnya hingga tahun 1540 dan membuat standar untuk tahun-tahun berikutnya.
Pada akhir abad ke-16, pembuatan huruf (typefounding) menjadi pekerjaan yang
terpisah dari pencetakan.
Robert Granjon (1513-1589) memiliki semangat tinggi dalam menciptakan
huruf. Pada tahun 1545 meskipun ia menciptakan berbagai macam jenis huruf
roman namun desain huruf italic yang membangun reputasinya dalam dunia
tipografi. Pembuatan Garamond Italic yang telah dilakukan oleh Granjon menjadi
model huruf hingga abad ke-20. Pada tahun 1565, ia membuat huruf untuk
Christopher Plantin, kepadanya Plantin meneruskan untuk bekerja hingga tahun
1578 ketika ia pindah ke Roma.
2.1.2.9. Barouque Scripts
Pada periode Rennaisance, desain grafis banyak sekali dipengaruhi oleh
prinsip-prinsip yang berbasis pada harmoni, proporsi dan keseimbangan terhadap
kontras ruang dan warna. Sebaliknya rancangan huruf pada periode Baroque, pada
abad ke-16 sampai dengan abad ke-17 memiliki kecenderungan kepada seni
kaligrafi. Desain huruf dipenuhi oleh hiasan serta ornamen dari elaborasi guratan-
guratan garis yang memberikan kesan mewah.
11 Ibid, Hal. 14.
Universitas Kristen Petra
24
Rancangan-rancangan huruf dalam periode Baroque dipengaruhi oleh
perkembangan perangkat yang dimulai pada awal abad ke-16. Perubahan dari
pena berujung lancip, mulai adri pena bulu angsa hingga pena baja yang
memungkinkan terciptanya guratan-guratan garis yang sangat tipis.
2.1.2.10. Old style-Belanda
Pada akhir abad ke-16, periode emas Perancis mengalami kemunduran dan
Belanda menjadi titik penting dari perkembangan baru dalam desain tipografi.
Penurunan produksi buku di Perancis telah disebabkan oleh proses sensor yang
dilakukan oleh pemerintah Perancis dan gereja-gereja. Hal ini menyebabkan
perpindahan para French printer ke Belanda termasuk Christopher Plantin yang
menjalankan sebuah perusahaan percetakan terbesar dan paling berpengaruh di
Eropa12. Plantin dan perusahaan percetakan lainnya berkembang pesat di abad ke-
17.
Pertama kali, banyak para pencetak di Belanda memesan mesin pelubang
(punch) dan plat acuan (matrice) milik Garamond dan Granjon yang berasal dari
Perancis. Namun di pertengahan abad ke-17, beberapa freelancer dengan
keterampilan yang tinggi akan pembuat mesin pelubang (punchcutter) telah
bermunculan. Seperti Dirk Voskens dan Cristoffel van Dijck (1601-72)
merupakan pembuat acuan cetak yang terbaik dan menghasilkan bentuk huruf
yang rapi dan sempurna. Jenis Old style dari Belanda secara bertahap mengalami
perkembangan dengan karakter yang bentuk yang tajam, kontras antara tebal
tipisnya stroke, tinggi huruf yang lebih besar (x-height), dan lebar yang lebih
sempit pada huruf kecil.
2.1.2.11. Old Style-England
Typefounding di Inggris dikontrol secara ketat oleh pemerintah hingga
pada tahun 1637 hingga akhirnya para pencetak harus memesan huruf dari
Belanda. Pengaruh dari Dutch Old Style di Inggris dirangkum ke dalam sebuah
cerita dari Dr. John Fell (1625-1686), uskup dari Oxford dan wakil konselor
Universitas Oxford. Ia membawa kembali koleksi huruf-huruf, mesin pelubang
12 Ibid, Hal.15.
Universitas Kristen Petra
25
dan plat acuan dari Belanda sekitar pada tahun 1670 untuk digunakan di
perkumpulan pers di Universitas Oxford yang dipeloporinya. Pada tahun 1676, ia
membangun perkumpulan penemuan huruf dan memperkerjakan pembuat mesin
pelubang dari Belanda yaitu Peter Walpregen yang menghasilkan sebuah huruf,
sekarang dikenal dengan nama Fell Types (1693).
The Old Style di Inggris baru benar-benar di tetapkan secara independen di
awal tahun pada abad ke-18, dimana sekelompok pencetak memperkerjakan
pengukir muda yaitu William Caslon (1692-1766) untuk menciptakan jenis huruf
baru. Huruf yang mendapat pengaruh yang kuat dari orang-orang Belanda tekanan
pada garis vertikal dan lebih kontras, dikeluarkan pada tahun 1734. Hal itu
merupakan sebuah kesuksesan yang pasti dari pencetak Inggris yaitu jasa di
bidang type design dan mereka tidak harus memesan huruf dari luar negeri.
Huruf Caslon menjadi sangat terkenal di Inggris hingga pada abad ke-19
terdapat persaingan ketat desain huruf baru dari John Baskerville. Perluasan
kekuasaan kerajaan di Inggris, huruf Caslon juga tersebar luas di daerah kolonial
Inggris termasuk Amerika. Huruf Old Style pertama kali diperkenalkan oleh
Aldus Manutius di Italia pada tahun 1495 dan Caslon merupakan goresan terakhir
dari Old Style.
2.1.2.12. Transisional
Pada dekade terakhir dari abad ke-17, setelah lebih dari 200 tahun dimana
Old Style telah berjaya di Eropa. Angin perubahan mulai berhembus di Perancis.
Pada tahun 1692, Philipe Grandjean (1666-1714), pembuat huruf yang berasal
dari Perancis diperkerjakan untuk memproduksi sebuah huruf roman yang
berkesan royal yaitu The Roman du Roi. Untuk pertama kalinya desain setiap
huruf didasarkan pada ukuran presisi bentuk kotak dan garis luar (outline) diukur
secara matematis dalam sebuah grid untuk menghasilkan bentuk yang presisi.
Huruf tersebut dilengkapi pada tahun 1720, dengan sangat tajam dan
memiliki kombinasi dengan berbagai fitur lainnya. Bentuk serif yang datar dan
tidak berhimpitan, bentuk yang lebih sempit, kontras yang ideal antara tebal
tipisnya bentuk stroke dan penekanan pada bentuk vertikal. Pengaruh dari desain
ini, gaya baru yang pertama kali muncul ini dinamai Transitional, menjadi sangat
Universitas Kristen Petra
26
melekat pada para penemu huruf di seluruh Eropa. Periode transisional diadopsi
dari bentuk Old Style dan modern.
Beberapa tahun kemudian, pembuat mesin pelubang yaitu Fournier (1712-
1768) dan J. F. Fleischman (1730-68) membuat huruf yang mirip dengan The
Roman du Roi. Pada tahun 1737, Fournier memberi kontribusi yang lebih lanjut
dan besar untuk perkembangan tipografi dengan penemuan sistem poin Eropa
yaitu sistem pengukuran huruf. Walaupun mengalami beberapa perubahan, namun
sistem tersebut masih digunakan di Eropa hingga saat ini. Tidak lama kemudian
setelah perkembangan ini, John Baskerville (1707-1775) membuat kontribusi
pertama yang original dari Inggris kepada jenis huruf roman. Pada tahun 1750,
pembuat huruf dan seorang berkebangsaan Jepang mendirikan sebuah percetakan
di Birmingham untuk memproduksi buku Baskerville. Ia meluncurkan buku
pertamanya pada tahun 1757 yaitu The Georgics of Virgil dan tahun berikutnya
bukunya yang kedua . Desain buku ini mewakili perkembangan tipografi baru.
Huruf yang dibentuk oleh John Handy memiliki proporsi yang tepat, memakai
warna terang, kontras yang ideal antara tebal tipisnya stroke dan penekanan pada
garis vertikal. Pendekatan radikal dari Bakerville terhadap desain tipografi yaitu
spasi antar kata, leading, dan margin membawa new simplicity dan keterbukaan
terhadap halaman yang dicetak. Untuk pertama kalinya huruf berperan utama dan
tidak memainkan ilustrasi tambahan dan berbagai ornament dalam desain sebuah
buku.
Meskipun telah melakukan inovasi dan berjasa dalam pembuatan desain
huruf, bisnis Baskerville tidak begitu sukses. Huruf Baskerville tidak terlalu
dihargai hingga awal abad ke-20 ketika Bruce Rogers (1870-1957), seorang
pembuat huruf dan buku mengangkatnya kembali.
2.1.2.13. Late Transitional di Inggris
Pada tahun 1790, Wiliam Bulmer (1757-1830), seorang pencetak yang
telah melakukan banyak jasa untuk menaikkan standar percetakan di Inggris dan
ia juga memproduksi buku-buku Shakespeare13. Ia ingin menciptakan sebuah
gaya roman yang baru melalui Wiliam Martin yang mana memiliki seorang kakak
13 Ibid, Hal. 17.
Universitas Kristen Petra
27
yang bekerja pada Baskerville. Huruf tersebut merupakan perpaduan antara
transisional dengan modern yang dikenal dengan nama Bulmer dan Bulmer
mendapat pengaruh yang kuat dari huruf Baskerville dan huruf modern yang
dibuat oleh Firmin Didot (1740-1804) dan Gambattista Bodoni (1740-1813).
Pada saat yang sama, John Bell (1746-1831), seorang penerbit dari Inggris
memperkerjakan seorang pengukir yaitu Richard Austin untuk membuat huruf
baru. Huruf tersebut didasarkan pada model Old Style tetapi memiliki stroke yang
kontras, tekanan pada garis vertikal, bentuk serif yang lebih sempurna, warna
serta tekstur yang modern. Namun pada saat yang bersamaan muncul huruf Didot
dan Bodoni yang telah disempurnakan. Di abad ke-20, huruf Bell mendapat
perhatian dari Bruce Rogers, Daniel Updike; keduanya berasal dari Amerika, dan
Stanley Morison (1889-1967) di Inggris. Morison memasukkan huruf Bell ke
dalam Monotype Corporation pada tahun 1931.
2.1.2.14. Modern
Perubahan radikal yang dibuat oleh Baskerville telah jatuh, namun
membawa inspirasi bagi penemu huruf-huruf baru di Eropa. Firmin Didot,
seorang Perancis membuat huruf untuk Raja Louis XVI dan kakak Raja Louis
XVI. Huruf pertamanya dibuat pada tahun 1784, berdasarkan huruf Fornier (1750)
yang memiliki kemiripan dengan Romain du Roi yang dibuat oleh Grandjan
namun tidak diragukan lagi ia juga terpengaruh gaya Baskerville. Gaya Didot
memiliki bentuk tebal-tipis stroke yang kontras, penekanan garis vertikal, terdapat
garis tipis dan serif yang memiliki jarak yang sempurna. Huruf tersebut
dimasukkan ke dalam periode Modern. Teknologi dan bahan-bahan baru berperan
dalam kreasi huruf-huruf Modern. Penemuan alat untuk mengukir memungkinkan
bentuk huruf dapat dibuat dengan halus dan pembuatan kertas dengan bahan yang
halus membuat mereka suskes14.
Bodoni yang juga mendapat pengaruh dari Bakerville membuat huruf
diatas kanvas yang sama dengan yang dilakukan oleh Didot. Gaya Bodoni
memiliki kemiripan dengan Didot hanya pada serif yang berdekatan (bracketed).
Bodoni menjadi sangat popular di seluruh Eropa dan Amerika Serikat, sebagai
14 Ibid, Hal. 17.
Universitas Kristen Petra
28
teks dan bentuknya serta banyak dibangkitkan kembali oleh penemu huruf lainnya
di abad ke-20 buku yang berjudul Manuale Tipografico dijadikan sebagai buku
contoh-contoh huruf yang paling baik yang pernah dicetak.
2.1.2.15. Revolusi Industri
Revolusi industri yang terjadi pada tahun 1760 sampai dengan 1840 di
Inggris membawa dampak yang kuat terhadap ekonomi dan sosial. Penemuan
mesin uap oleh James Watt di sekitar tahun 1780 mendorong terciptanya gerak
industri yang semakin pesat dan dinamis. Pertumbuhan populasi masyarakat urban
yang semakin melonjak ditambah dengan daya beli masyarakat yang semakin
menguat menjadi sumber inspirasi serta perangsang dalam setiap usaha
peningkatan kualitas teknologi.
Aktivitas tradisional type foundary yang menggabungkan pembuatan dan
produksi huruf dengan tangan mulai punah karena tuntutan produksi yang
membutuhkan waktu sangat cepat (di sekitar periode ini mesin Linotype lahir).
Para spesialis desain dan produksi tidak lagi bekerja dalam satu atap melainkan
pekerajaan didistribusikan dalam satu dua kelompok yaitu desain dan produksi
cetak.
Desain grafis memegang peranan penting dalam kegiatan pemasaran
produk-produk yang dihasilkan oleh berbagai pabrik dan industri. Billboard dan
poster pada masa itu merupakan media penting dalam periklanan yang banyak
sekali digunakan. Eksekusi gambar atau tanda-tanda ditransformasikan ke dalam
bentuk abstrak visual yang lebih nyata dengan proyeksi bentuk yang kuat dan
ukuran yang besar.
Hingga pada abad ke-19, pekerjaan membuat huruf dan mencetak di
Inggris di orientasikan kepada produksi buku. Tipografi menjadi senjata yang kuat
untuk berperang dalam dunia bisnis komersil. Selain mesin uap juga terdapat
penemuan lainnya yaitu lisrik, telepon, fonograf dan fotografi yang membawa ke
arah mekanisasi seluruh proses industri dan manufacture. Pada perusahaan
percetakan, teknologi baru dan permintaan pasar membawa ke arah otomatisasi
proses percetakan, pembuatan kertas, dan pembuatan huruf.
Universitas Kristen Petra
29
Para pekerja pabrik, perlu untuk mempromosikan produk-produk mereka
kepada masyarakat yang lebih luas dan pasar yang lebih makmur dan
menghasilkan kegiatan promosi berupa media cetak yaitu poster, brosur, dan
iklan. Pada saat yang sama, keinginan untuk menyebarkan berita dan informasi
membawa kepada perluasan industri surat kabar melalui pembentukan pers.
Hasilnya para pembuat huruf memasukki persaingan ketat untuk memuaskan para
customer mereka yang bekerja sebagai pengusaha akan huruf baru yang dapat
menunjukkan slogan mereka. Genre baru dari gaya desain huruf muncul dan
diberi nama display15.
Pertama kali, para pencetak mencoba untuk memenuhi permintaan dari
para customer mereka dengan menggunakan huruf teks yang sudah ada. Namun
huruf-huruf tersebut terbatas dalam hal ukuran dan pengaruh, maka para pencetak
mengarahkan para pembuat huruf untuk membuat yang lebih besar, lebih tebal
dan lebih semarak. Inspirasi diambil dari bentuk huruf umum daripada kaligrafi
tradisional dan para pembuat huruf mendapatkan berbagai macam bentuk huruf
baru seperti fat face, square serif, dekoratif dan san serif. Pada kasus lainnya,
terdapat berbagai variasi bentuk yaitu bentuk tiga dimensi, shaded, outline, inline,
condensed, expanded, dan lain-lain. Dari masa inilah, huruf menjadi pengikut dari
mode.
2.1.2.16. Fat Faces
Pada awal tahun di abad ke-19, bentuk huruf yang paling popular dan
diterima di masyarakat adalah gaya Modern yaitu Bodoni. Gaya modern menjadi
model untuk huruf display. Pada tahun 1800, Robert Thorne membuat huruf fat
faces, bentuk outline yang tiga dimensi dan variasi italic bermunculan tak lama
kemudian. Dengan membuat stroke yang kurus pada huruf, mengurangi berat dari
serif dan membuat menjadi ukuran besar, pembuat huruf di Inggris yaitu Thomas
Cottrel menciptakan huruf yang dikenal dengan nama Fat Faces. Popularitas dari
fat faces meredup setelah tahun 1850, namun ketertarikan kepada fat faces
kembali pada awal abad-20an. Bentuknya sedikit janggal dan sulit untuk dibaca
namun, mereka popular karena bentuknya yang berbeda.
15 Ibid, Hal. 18.
Universitas Kristen Petra
30
2.1.2.17. Square Serif Types
Tidak lama setelah fat faces muncul, huruf-huruf lainnya bermunculan
yaitu square serif atau Egyptian atau yang dikenal saat ini dengan nama slab serif.
Bentuk ini pertama kali muncul dalam buku contoh-contoh huruf milik pembuat
huruf yaitu Vincent Figgins pada tahun 1817. Robert Thorne juga mendesain
beberapa bentuk square serif yang ia beri nama Egyptians.
Model huruf ini memiliki tebal stroke yang sama dan serif yang
berdekatan, sehingga memberikan kesan monoton dan penampilan mekanis yang
menyiratkan semangat penggunaan mesin dan industrialisasi. Pada tahun 1825,
bentuk square serif pertama kali yang dipublikasikan adalah Caslon Foundry.
Pada tahun 1845, square serif yang lainnya yaitu Claredon dibuat oleh Robert
Besley dipublikasikan oleh William Thorowgood. Bentuk ini memiliki ciri-ciri
yang hampir sama dengan Caslon yaitu tebal stroke yang sama dan lebih sempit
(narrow). Claredon membuktikan daya tahannya sebagai huruf untuk teks dan
display yang dicetak pada kualitas kertas yang rendah seperti kertas koran. Square
serif menjadi popular hingga tahun 1925 dan mengalami kebangkitan di tahun
1930-an dan 1950-an.
2.1.2.18. Sans-serif
Tempat penting dalam sejarah desin huruf pada tahun 1816, ketika pabrik
Caslon mengeluarkan sebuah desain monoline ( bentuk stroke yang memiliki
ketebalan yang sama) tanpa serif yaitu sans-serif, sans-serif pertama atau gothic
yang dikenal dengan nama tersebut di Amerika Serikat. Huruf ini yang memiliki
bentuk yang kasar mendapat respon diam dari dunia bisnis, hal ini dikarenakan
oleh kehadiran fat faces dan square serif yang mengambil perhatian pasar secara
luar biasa.
Pada tahun 1830, banyak pembuat huruf dari Inggris yang membuat huruf-
huruf sans-serif dalam sebuah buku. William Thorowgood merupakan orang
pertama yang menciptakan huruf kecil sans-serif yaitu Grotesque. Di tahun 1850,
konsep desain sans-serif yang fleksibel menyebabkan produksi huruf yang
berlebihan dan banyak memiliki variasi serta ukuran yang berbeda-beda. Desain
Universitas Kristen Petra
31
sans-serif tidak lagi popular pada tahun 1870, baru di abad ke-20 ide-ide tersebut
berkembang.
2.1.2.19. Decorative
Tulisan tangan merupakan awal mula penemuan huruf dekoratif. Union
Pearl merupakan huruf italic yang dibuat pada tahun 1690 yang merupakan huruf
dekoratif pertama yang diketahui. Tidak banyak yang mengetahui huruf tersebut
hingga pertengahan abad ke-18, Fournier seorang pembuat huruf menciptakan
huruf yang sama16. Huruf tersebut kemudian diikuti oleh huruf-huruf lainnya yang
memiliki garis lengkung klasik roman.
Banyak pembuat huruf dari Inggris yang membuat huruf dekoratif dan
memakai imajinasi desain yang berbunga-bunga. Kemudian pembuatan itu
berpindah ke Amerika Serikat untuk menaikkan tekanan terhadap nilai konstan
dari huruf dekoratif, namun kualitas huruf dekoratif tersebut mengalami
kemunduran secara bertahap. Abad ke-19 merupakan era produksi huruf-huruf
dekoratif.
2.1.2.20. Art Nuoveau
Dua dekade (1890-1910) perkembangans seni arsitektur, desain produk,
furnitur, mode pakaian hingga desain grafis mengacu kepada gaya dekoratif Art
Nuoveau yang merupakan reaksi terhadap gerak dari revolusi industri yang
eksesif. Kebalikan dari gaya rancangan di era revolusi industri dengan pengaruh
mesin begitu besar, Art Nuoveau mengangkat alam sebagai referensi dengan
keindahan dan harmoni berbasis pada bentuk-bentuk geometrik yang alami.
Art Nuoveau diidentifikasikan secara visual dengan bentuk-bentuk
organik, yang menyerupai tanaman. Garis-garis hadir mendominasi ruang,
sedangkan properti visual yang lain seperti warna dan tekstur menjadi minoritas.
Eksistensi ornamen-ornamen organik dalam desain huruf pada periode Art
Nuoveau tidak lagi menjadi penghias saja, namun terintegrasi dalam struktur
sebuah huruf.
16 Ibid, Hal. 20.
Universitas Kristen Petra
32
2.1.2.21. Pengaruh Modern Art Movement
Revolusi Industri merupakan pertumbuhan sistem mekanisasi, inovasi
perindustrian, perkembangan perdagangan, dan penghargaan teknologi. Namun
dampak dari revolusi industri adalah populasi yang semakin bertambah,
ketidakadilan sosial, eksploitasi manusia serta katastrofi lingkungan yang besar.
Masyarakat menjadi tidak sabar untuk sebuah perubahan, dan memiliki keinginan
untuk perubahan tersebut dilakukan segera.
Harapan mereka berada pada sesuatu yang baru yaitu sekelompok seniman
Eropa yang membentuk ‘modern art movement’ seperti futurism, dadaism,
construtivism, suprematism dan de stijl. Futurism merupakan merupakan gerakan
‘isms’ yang pertama, di luncurkan pada tahun 1909 oleh Filippo Marineti seorang
berkebangsaan Italia. Ia melakukan gerakan itu untuk menemukan ekspresi visual
yang baru dalam seni dan desain yang akan mencerminkan peroide ‘modern
machine’. Pada tahun 1913, gerakan suprematis telah dibentuk oleh Rusia dan
bentuk geometri yang sederhana dalam desain digunakan dalam propaganda yang
menjadi terobosan dari gambar abstrak yang diikuti di Eropa. Laszlo Moholy-
Nagy dan El Lissitzky yang merupakan anggota tetap gerakan suprematis. Di
tahun 1916, Dadaist juga hadir dalam dunia perkembangan tipografi. Gerakan
artistik ini datang melalui oposisi dari kegagalan Perang Dunia I dan propaganda
mereka memiliki karakteristik penggunaan teknik grafis.
Pada tahun berikutnya, gerakan De Stijl, yang mana Theo Van Doesburg
dan Piet Mondrian merupakan dua orang yang paling berpengaruh memulainya di
Belanda. Hal ini dengan cepat memperoleh dukungan dari berbagai kalangan di
Eropa dan manifestonya mengatakan bahwa bentuk geometrik yang simpel dan
warna primer merupakan ekspresi visual yang tepat untuk periode ‘modern
machine’.
Pada tahun 1919, Bauhaus merupakan sekolah seni yang berada di
Weimar, Jerman. Arsiteknya yaitu Walter Gropius yang merupakan kepala
sekolah yang pertama dan ia mendefinisikan bahwa tujuan dari sekolah ini adalah
untuk membawa bersama antara visual art dan industri. Banyak pengaruh dari
gerakan new art ini dan tokoh-tokohnya antara lain Wassily Kindinsky, Laszlo
Moholy-Nagy, dan Paul Klee yang menjadi pengajar dan pengaruhnya dapat
Universitas Kristen Petra
33
dilihat dalam pekerjaan murid-murid mereka. Gaya desain yang berbeda yang
diajarkan oleh Bauhaus, mencerminkan pendekatan modern kepada tipografi.
Berbagai metode pengajaran dan pelajaran struktur yang berkembang pada saat itu
menjadi framework dari pendidikan seni dan desain saat ini. Perpindahan Bauhaus
ke Berlin, sekolah tersebut ditutup oleh Nazis pada tahun 1933 namun
pengaruhnya masih hidup hingga sekarang.
2.1.2.22. Tipografi Digital
Sedikit melihat ke belakang, pada tahun 1970 komputer memulai revolusi
teknologi dalam memproduksi huruf dan industri typesetting17. Kehadiran
komputer memberikan solusi yang lebih bersifat teknis bagi perkembangan dunia
tipografi. Namun, kecanggihan perangkat keras serta perangkat lunak telah
memberikan banyak peluang serta mempermudah pekerjaan para perancang huruf
untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru dalam proses penciptaan
desain huruf baru.
Kehadiran teknologi komputer memberikan solusi yang lebih bersifat
teknis bagi perkembangan dunia tipografi. Namun, kecanggihan perangkat keras
serta perangkat lunak telah memberikan benyak peluang serta mempermudah
pekerjaan para perancang huruf untuk mengeksplorasi kemungkinan-
kemungkinan baru dalam proses penciptaan desain huruf baru.
Setiap bentuk karakter huruf dibentuk dalam grid berbentuk kotak kecil
yang disebut pixcels dan bersamaan dengan instruksi letterspacing, kerning,
measure dan spesifikasi tipografi yang lainnya. Bentuk karakter huruf tersebut
disimpan dalam komputer sebagai informasi digital.
Pada pertengahan tahun 1980, sebuah software baru yaitu postscript
diproduksi oleh Adobe Systems di Amerika Serikat yang merupakan terobosan
teknologi18. Postscript merupakan bahasa komputer yang memberi kode dari
informasi deskriptif mengenai desain dan layout dari halaman teks. Postscript
juga merupakan peralatan dan resolusi yang independen. Postscript dapat
beroperasi terlepas dari resolusi peralatan lainnya.
17 Warford and Hon. Design For Production. Trans. London: Focal Press. 1971, Hal. 54. 18 Kunkel, Gerard. Graphic Design With Postscript. Trans. London: Scott Foresman&Company.
1990, Hal. 12. Universitas Kristen Petra
34
Format Postscript dan TruetType merupakan jawaban dari permasalahan
yang dimiliki oleh Bitmap Fonts. Postscript dan TrueType sering disebut juga
sebagai outline fonts dan scalable fonts. Keduanya dideskripsikan secara
matematik dengan berbagai instruksi yang dapat mengaktifkan komputer dan
printer untuk menggambar huruf dengan berbagai ukuran dan resolusi.
Satu hal yang membedakan antara PostScript dan TrueType adalah cara
pembentukan garis lengkung yang menggunakan beberapa buah titik.
Teknologi komputer digital telah mengubah bisnis typefounding. Berbagai
grup desain huruf menyebar dan menjamur di seluruh dunia. Alasan terjadinya ini
adalah dikarenakan oleh pertumbuhan perhatian dari industri yang mempengaruhi
huruf dan gambar. Komputer grafis menjadi kenyataan yang menjual dan bersifat
komersil. Hanya dengan menekan sebuah tombol, huruf dihilangkan, diputar 360
derajat. Hadirnya Apple Macintosh membawa perubahan, huruf dapat
didistorsikan, overlapped, squashed dalam mendesain huruf. Di masa mendatang,
kehebatan teknologi dalam tipografi digital akan terus berlanjut, terutama dalam
perkembangan akan harga yang murah namun resolusi yang tinggi. Disitu akan
terjadi kenaikkan permintaan untuk mengeksplor horison baru dalam huruf dan
desain tipografi dalam upaya untuk memuaskan keinginan kesadaran huruf di
masa mendatang dan masyarakat yang dapat membaca. Desain tipografi yang
telah lama merupakan perpaduan antara fashion dan arsitektur akan terus
berkembang seperti itu dan berubah sesuai tren baru serta fashion dari ilmu displin
lainnya mengenai desain. Sejak kehadiran tipografi digital ini, tentu saja akan
mempermudah produksi tipografi dan huruf baru. Stanley Morison mengatakan
bahwa “the way to go forward is to make a step backward” artinya untuk para
tipografer tidak ada keraguan untuk mendapat inspirasi yang sumber yang kaya
berasal dari masa lampau.
2.1.3. Klasifikasi Huruf
Sering timbul pertanyaan yang dikaitkan dengan keberadaan ragam jenis
bentuk huruf digital yang hampir atau bahkan tidak memiliki korelasi dengan
konvensi klasifikasi huruf yang telah ada. Hal ini sebaiknya diabaikan, mengingat
klasfikasi huruf terakhir ditandai dengan tonggak sejarah kelahiran Helvetica pada
Universitas Kristen Petra
35
tahun 1957. Untuk lebih singkatnya, klasifikasi huruf dibuat berdasarkan atas latar
belakang sejarah perkembangan tipografi yang diambil dari momentum-
momentum penting dalam perjalanan sejarah penciptaan dan pengembangan
bentuk huruf.
2.1.3.1. Humanis
Setelah penemuan movable type oleh Gutenberg pada tahun 1455,
kelompok huruf roman yang pertama adalah Humanis19. Huruf Humanis yang
paling sempurna dibuat oleh pencetak Nicholas Jenson selama tahun 1470-an. Ia
sangat mengagumi huruf roman yang dibuat oleh Willam Moris pada tahun 1891,
yang telah diperbaharui kembali oleh International Typeface Corporation (ITC).
Desain humanis tidak digunakan secara terus-menerus saat ini. Bentuknya
yang berat, lebar, dan huruf kapital yang besar menyebabkan bentuknya yang sulit
dibaca. Sebagai tambahan, Humanis juga terpengaruh model tulisan kaligrafi yang
menyebabkan bentuk huruf tidak dapat digunakan untuk teks namun huruf
humanis digunakan dalam berbagai iklan dan brosur.
Gambar 2.15. Karakteristik Huruf Humanis
Karakter utama huruf Humanis adalah:
• Perbedaan antara lebar stroke tidak terlalu kontras.
• Penekanan pada kemiringan
• Garis yang condong pada huruf kecil
• Huruf kecil memiliki ascender dan foot yang miring
• Huruf kapital memiliki tinggi yang sama dengan tinggi ascender. 19 Perfect, Christopher and Jeremy Austen. The Complete Typographer. Trans. Massachusetts:
Rockport Publishers.1992, Hal. 38.
Universitas Kristen Petra
36
• Bentuk serif yang tebal dan miring
• Set huruf cenderung lebar
• Bentuk dan warna yang berat
Huruf Humanis mempunyai keluarga huruf yang termasuk di dalamnya
adalah Centaur dan Kennerly.
a. Centaur
Centaur didesain oleh pembuat buku dan huruf yang berasal dari Amerika
yaitu Bruce Rogers dan huruf tersebut merupakan salah satu huruf yang paling
baik dari keseluruhan huruf roman yang pernah ada. Dibentuk oleh pencetak huruf
Venetian yaitu Nicholas Jenson pada tahun 1470. Huruf tersebut dibuat secara
asli untuk huruf nama museum yaitu Metropolitan Museum of New York namun
kemudian dikombinasikan dengan komposisi mekanis oleh Monotype di Inggris
pada tahun 192920. Centaur merupakan huruf yang elegan dan cocok untuk teks
karena memiliki descender yang panjang dan memerlukan leading. Saat ini jenis
Centaur bold dan italic telah ada.
Gambar 2.16. Variasi huruf Centaur
20 Ibid, Hal. 40.
Universitas Kristen Petra
37
b. Kennerly
Kennerly diterbitkan oleh Mitchell Kennerley, New York Publisher.
Kennerley seorang berkebangsaan Amerika, merupakan pembuat huruf Goudy
yang menajdi huruf yang sangat sukses. Pada tahun 1920, huruf Kennerly dibuat
untuk komposisi mekanis oleh Lanston Monotype di Amerika Serikat21. Huruf
tersebut memiliki kunci karakteristik huruf Humanis tetapi juga memiliki
kemiripan dengan Goudy seperti ear pada huruf kecil ‘g’ descender yang sangat
pendek, bentuk angka 5 yang aneh, dan huruf kecilnya hampir menyerupai huruf
italic. Kennerley tidak dapat digunakan untuk tulisan teks namun, huruf ini
menjadi favorit bagi para tipografer dalam dunia advertising. Kennerley memiliki
dua macam variasi yaitu regular dan bold.
Gambar 2.17. Variasi Huruf Kennerly
21 Ibid, Hal. 42.
Universitas Kristen Petra
38
Gambar 2.18. Poster Tipografi
2.1.3.2. Old Style
Huruf Old Style pertama dibuat oleh Fransesco Griffo untuk De Atena,
sebuah buku yang diterbitkan di Venice oleh Aldus Manutius pad tahun 1495.
Huruf ini terus berkembang hingga abad ke-18 di Perancis, Belanda, dan Inggris.
Old Style menjadi huruf yang dilupakan hingga tahun 1920-an.
Old Style dikenal sebagai Old Face atau Garalde (nama yang berasal dari
Garamond dan Aldine, huruf pada Aldine Press). Old Style juga meliputi jenis
huruf setelah kebangkitannya pada abad ke-15, 18 dan 20. Old Style mendapat
pengaruh yang kuat dari tulisan kaligrafi sama halnya dengan Humanis namun,
alat yang digunakan lebih tajam dan dibuat oleh para ahli dalam bidang mengukir.
Kualitas huruf Old Style dapat dilihat pada kelompok huruf pertama yang dibuat
oleh Aldus Manutius di Italia, yang mempunyai bentuk stroke yang kontras, lebih
ringan, jarak serif yang tidak berhimpitan. Crossbar pada huruf ‘e’ horisontal,
bentuknya yang cenderung lebih sempit, huruf kapital lebih pendek daripada
ascender huruf kecil dan hal ini yang membedakan dengan desain humanis22.
Huruf Roman Aldine ini menjadi pembahasan atas dua kebangkitan huruf
yaitu Bembo (1929) dan Poliphilus (1937). Model huruf Old Style menjadi huruf
yang paling legible dan popular seperti Bembo, Caslon, Ehrhardt (1937),
Garamond, Goudy Old Style, Palatino, Plantin (1913), dan Times New Roman
(1932). Hal yang menjadikan huruf-huruf tersebut cocok untuk dibuat teks adalah
karena legibilitas, bentuknya yang medium (tidak terlalu berat atau ringan),
22 Ibid, Hal. 52.
Universitas Kristen Petra
39
kontras antara tebal tipis stroke yang medium, dan keterbukaan setiap huruf yang
membuat mudah dibaca dan dikenali.
Hampir semua huruf Old Style memiliki variasi roman dan italic.
Beberapa huruf memiliki bentuk yang ekstra bold dan berat namun, huruf-huruf
ini jarang digunakan karena tampilan mereka yang agak janggal. Dutch Old Style,
seperti Van Dijck dan Ehrhardt memiliki bentuk yang lebih sempit dan legible.
Times New Roman merupakan huruf yang memiliki bentuk tampilan yang
sempurna sehingga dapat digunakan pada kertas yang berkualitas rendah seperti
kertas koran.
Breughel (1982) dibuat oleh Adrian Frutiger, Plantin, Times New Roman
dan kebanyakan desain ITC memiliki x-height yang besar yang membuat huruf-
huruf tersebut mudah dibaca bahkan dalam ukuran (point) kecil. Times New
Roman dengan descender yang pendek merupakan alternatif yang baik untuk
penggunaan pada teks.
Gambar 2.19. Huruf Old Style
Universitas Kristen Petra
40
Karakter utama huruf Old Style yaitu:
1. Tebal tipis stroke yang tidak terlalu kontras
2. Ascender dan foot pada serif yang oblique
3. Serif yang tidak saling berhimpitan
4. Crossbar yang horisontal pada huruf kecil ‘e’
5. Huruf kapital lebih pendek daripada ascender huruf kecil
Huruf Old Style memiliki keluarga huruf yang didalamnya ternasuk huruf
Garamond dan Times New Roman
a. Garamond
Garamond merupakan huruf yang salah satu huruf yang paling popular
dari French Old Style pada abad ke 16, huruf Garamond diciptakan oleh Claude
Garamond di tahun 1530. Meskipun huruf Garamond dibuat berdasarkan huruf
Roman Venetian oleh Aldus Manutius untuk De Aetna pada tahun 1495, huruf ini
lebih ringan, memiliki stroke yang kontras, bentuk huruf yang pas, dan secara
keseluruhan huruf Garamond menunjukkan nilai elegan dan harmonis. Versi
Garamond Italic dibuat berdasarkan desain pada abad ke-16 oleh Robert Granjon.
Selama abad ke-12, Garamond telah digunakan kembali hampir oleh
seluruh perusahaan yang memproduksi huruf seperti American Typefounders,
Monotype, Linotype, Berthold, dan ITC. Garamond (1924) telah terpilih menjadi
huruf yang paling baik karena berdasarkan pembuatan yang original oleh
Garamond dan memiliki berbagai macam variasi ukuran, lebar dan italic.
Universitas Kristen Petra
41
Gambar 2.20. Variasi Huruf Garamond
b. Times New Roman
Times New Roman merupakan huruf yang paling sukses dari seluruh
huruf yang pernah diproduksi. Times New Roman pertama kali dibuat pada tahun
1932 oleh seorang berkebangsaan Inggris, tipografer yaitu Stanley Morison untuk
koran The Times di London. Monotype membuat distribusi huruf ini secara umum
pada tahun-tahun berikutnya. Morison mengambil Plantin sebagai model untuk
huruf yang dibuatnya dan membuatnya lebih modern serta lebih legible dengan
bentuk/proporsi yang pas, ascender dan descender yang pendek, serif yang
meruncing dan x-height yang lebar.
Universitas Kristen Petra
42
Times New Roman merupakan huruf yang menjadi pilihan pertama
sebagai huruf teks karena bentuknya yang tepat serta terdapat variasi italic dan
bold sehingga memudahkan penulisan teks.
Gambar 2.21. Variasi Huruf Times New Roman
Gambar 2.22. Packaging Obat Flu Universitas Kristen Petra
43
2.1.3.3. Transitional
Pada tahun 1962, Roman du Roi, sebuah hruuf roman baru dibuat oleh
Phllipe Grandjean untuk Imprimerie Nationale di Paris. Grandjean membuat huruf
Fournier di Perancis dan Baskerville di Inggris disebut huruf transisional karena
huruf-huruf tersebut memiliki karakteristik Old Style dan Modern Style yang hadir
pada abad ke-18. Transisional juga dikenal dengan nama Reales23.
Huruf transisional didesian pada abad ke-18 dan abad ke-20 mengalami
kebangkitannya. Gaya huruf transisional abad ke-18 mencerminkan ukuran yang
lebih presisi karena dibuat dari alat chopperplate engraving. Huruf-huruf itu juga
mewakili desain yang sama sekali berbeda dari pengaruh kaligrafi Humanis dan
Old Style. Pada awal huruf transisional ini muncul, seorang punchcutter yaitu
Phillipe Grandjean membuat huruf Roman Du Roi dengan karakteristik serif yang
datar, perbedaan stroke yang kontras dan stress yang vertikal. Huruf tersebut
dibuat dalam versi italic untuk membuat harmonis dengan keberadaan huruf
regular. Pada tahun 1750, Pierre Fournier membuat desain sebuah huruf roman
yang mirip dengan Roman Du Roi yang dikembangkan oleh Stanley Morison
pada tahun 1924.
John Baskerville, seorang Inggris yang membuat huruf yang paling
signifikan dan berpengaruh terhadap desain huruf transisional pada tahun 1750.
Huruf John pertama kali muncul pada tahun 1757 dan bentuknya yang ringan dan
dibuat dengan sangat sempurna sehingga memiliki bentuk yang presisi pada
proses pencetakan dan pelubangan. Pada akhir abad ke-18, Baskerville hilang
dibawah bayangan hadirnya huruf baru yaitu Didot dan Bodoni
Karakteristik huruf Transisional adalah:
• Stress yang vertikal
• Perbedaan stroke yang tidak terlalu kontras
• Serif pada ascender cenderung lurus
• Bentuk serif yang meruncing.
23 Ibid, Hal. 88.
Universitas Kristen Petra
44
Gambar 2.23. Karakteristik Huruf Transisional
Huruf Transisional memiliki keluarga huruf yang didalamnya termasuk
Baskerville dan Century Schoolbook.
a. Baskerville
Huruf Baskerville dibuat oleh John Baskerville sekitar tahun 1754 yang
merupakan huruf yang menjadi ciri utama huruf transisional. Desain Baskerville
memiliki perbedaan stroke yang cukup kontras, bentuk serif horisontal, huruf-
hurufnya dinamis dan stress vertikal24. Pada tahun 1923, huruf Baskerville
mengalami kebangkitan dan telah dibentuk kembali menjadi lebih sempurna.
Huruf itu telah diubah kedalam bentuk digital, semi-bold, dan bold, huruf
24 Ibid, Hal. 90.
Universitas Kristen Petra
45
Baskerville menjadi salah satu huruf yang paling popular yang pernah ada.
Namun, Baskerville memiliki kelemahan yaitu memerlukan jaraj sapasi yang
lebar karena bentuk yang bulat dan memerlukan banyak tempat. Linotype telah
mengeluarkan versi huruf Baskerville, Baskerville no.2, dan New Baskerville
(1982)
Gambar 2.24. Variasi Huruf Baskerville
b. Century Schoolbook
Century Schoolbook didesain pada tahun 1924, dan merupakan anggota
keluarga huruf Century yang paling popular. Huruf ini memiliki warna yang berat,
stress yang vertikal dan x-height yang lebar. Century Schoolbook merupakan
huruf yang banyak digunakan untuk teks karena legible, digunakan untuk teks
pada koran, majalah, dan untuk buku-buku publishing. Century Schoolbook yang
asli tidak memiliki versi tebal dan italic, Linotype mengeluarkan versi terbaru dari
Century Schoolbook yang bold dan ekstra bold.
Universitas Kristen Petra
46
Gambar 2.25. Variasi Huruf Century Schoolbook
Gambar 2.26. Poster Tipografi
Universitas Kristen Petra
47
2.1.3.4. Modern
Didot merupakan huruf roman yang dibuat pada tahun 1784 sebagai huruf
pada klasifikasi huruf Modern. Tiga tahun kemudian, Didot diikuti dengan hasil
yang mirip namun berukuran lebih besar yang dibuat oleh type designer
Giambattista Bodoni. Modern merupakan huruf yang standar hingga abad ke-19.
Perkembangan proses cetak, kertas dan tinta membuat para puchcutter
modern dapat menciptakan huruf-huruf yang sebelumnya tidak terpikirkan. Didot
yang merupakan huruf yang memiliki ciri-ciri yaitu perbedaan stroke yang
kontras, stress yang vertikal, hairline dan serif yang horisontal. Bodoni yang
dibuat setelah Didot memiliki bentuk yang lebih detil.
Kebanyakan dari huruf-huruf Modern tidak legible untuk digunakan
sebagai teks, terutama karena memiliki stroke yang kontras seperti Bodoni, Neo
Didot, dan Walbaum. Hal ini memerlukan leading untuk menyeimbangkan dengan
stress yang vertikal. Scotch Roman dan desain huruf yang mirip lebih tepat
digunakan untuk teks namun, kebanyakan huruf-huruf tersebut tidak memiliki
variasi bold italic atau dalam beberapa kasus tidak terdapat huruf bold sama
sekali.
Gambar 2.27. Karakteristik Huruf Modern
Universitas Kristen Petra
48
Huruf Modern memiliki keluarga huruf yang diantaranya adalah Bell dan
Bodoni.
a. Bell
Pada tahun 1788, John Bell seorang penerbit dan penjual buku dari Inggris
menetapkan Bell’s Britain Letter Foundry dan pada tahun yang sama ia
memperkerjakan seorang punchcutter yaitu John Handy untuk membuat huruf
roman baru. Bell memiliki ide yang brilian dalam desain huruf, dan huruf
romannya memiliki karakteristik dari Modern Style. Desain Bell memiliki narrow
set, bentuk serif yang runcing, perbedaan stroke yang kontras serta stress yang
vertikal. Stanley Morison menemukan kembali huruf Bell pada tahun 1920 yang
dibuat ulang oleh Monotype pada komposisi hot metal pada tahun 1931. Bell
memiliki berbagai variasi, italic, semi-bold dan bold. Bell merupakan huruf yang
‘tampan’ namun karena kehalusan huruf pada desain sehingga jarang digunakan.
Gambar 2.28. Variasi Huruf Bell
Universitas Kristen Petra
49
b. Bodoni
Huruf Modern Style yang radikal dibuat oleh Giambattista Bodoni, hadir
pada tahun 1787 di Eropa25. Huruf Bodoni digunakan kembali oleh berbagai type
founder menjelang abad ke-20 termasuk Linotype (1914-1916) dan Monotype
(1921). Bodoni memiliki variasi Poster Bodoni dan Ultra Bodoni yang tidak
berhubungan dengan desain asli Bodoni.
Gambar 2.29. Variasi Huruf Bodoni
Gambar 2.30. Kemasan Rokok Marlboro 25 Meggs, Philip.B. Revival Of The Fittest: Digital Version Of Classic Typefaces. Trans. New
York: RC Publications, Inc. 2000, Hal. 34. Universitas Kristen Petra
50
2.1.3.5. Slab Serif
Slab serif juga direferensikan sebagai square serif, Egyptian, dan pada
abad ke-19 ketika mereka muncul pertama kali dikenal dengan nama Antiques.
Slab serif pertama kali muncul di Inggris pada tahun 1817 dimana huruf display
dibuat untuk advertising dan pekerjaan yang lainnya. Slab Serif memiliki bentuk
mechanical structure yang memberikan pengaruh dan membuat menjadi sukses.
Awalnya Slab Serif dibuat hanya dalam bentuk huruf kapital namun kemudian
bentuk huruf kecil dibuat dan slab serif menjadi huruf yang popular hingga tahun-
tahun akhir abad ke-1926.
Pada tahun 1920-an dan 1930-an, bentuk baru geometri dari slab serif
dikeluarkan sebagai lawan dari geometric san serif Futura. Bentuk baru ini seperti
Memphis (1929), Beton (1931), Stymie (1931) dan Rockwell (1934) sering
disebut sebagai Futura dengan tambahan serif. Berbagai macam nama keluarga
huruf Slab Serif bermunculan dan memiliki berbagai macam variasi huruf.
Gambar 2.31. Karakteristik Huruf Slab Serif
26 Ibid, Hal. 130.
Universitas Kristen Petra
51
Huruf Slab Serif memiliki keluarga huruf dan diantaranya terdapat huruf
Clarendon dan Rockwell
a. Clarendon
Clarendon dibuat pertama kali oleh English Fann Street Foundry pada
tahun 1845 sebagai bold square serif untuk melengkapi versi regular. Clarendon
memiliki bentuk perbedaan yang kontras pada stroke dan x-height yang lebar,
Clarendon, cocok untuk digunakan sebagai teks dan display serta merupakan
pilihan huruf yang tepat untuk dicetak diatas kertas yang berkualitas rendah
seperti kertas koran.
Gambar 2.32. Variasi Huruf Clarendon
b. Rockwell
Rockwell dikeluarkan oleh Monotype pada tahun 1934, ketika slab serif
mengalami masa kebangkitan. Rockwell banyak digunakan untuk teks pada
brosur dan memiliki penggemar di Inggris. Bentuknya yang monoline dan
geometris namun narrow, x-height yang lebar dan memiliki bentuk serif yang
Universitas Kristen Petra
52
unik pada huruf kecil ‘m’ yaitu setengah serif, memiliki berbagai variasi bold,
ekstra bold, light, medium, italic, condensed, bold condensed.
Gambar 2.33. Variasi Huruf Rockwell
Gambar 2.34. Poster Merek Sepatu Bally
Universitas Kristen Petra
53
2.1.3.6. Sans-Serif
Sans-Serif dikenal juga dengan nama Gothic di Amerika Serikat dan
Lineales di Eropa27. Huruf-huruf sans-serif termasuk huruf yang legible sehingga
lebih fleksibel untuk digunakan sebagai teks dan display.
Gambar 2.35. Karakteristik Huruf Sans-Serif
Huruf Sans-Serif memiliki beberapa keluarga huruf dan diantaranya adalah
Helvetica dan Univers.
a. Helvetica
Helvetica dibuat pada tahun 1957 oleh Max Miedinger dan awalnya
bernama Neue Hass Grotesque, Helvetica merupakan salah satu huruf yang paling
sukses pada abad ke-20. Selama tahun 1960 dan 1970, Helvetica merupakan satu-
satunya huruf yang digunakan oleh Swiss Typographic Movement. Gerakan itu
mempengaruhi seluruh dunia pada waktu itu dan hasilnya, Helvetica menjadi
27 Ibid, Hal. 144.
Universitas Kristen Petra
54
sangat popular. Helvetica merupakan huruf yang memiliki x-height yang lebar,
ascender dan descender yang pendek dan memiliki tampilan yang biasa.
Beberapa orang mengatakan Helvetica tidak memiliki karakter yang kuat,
namun banyak digunakan untuk teks, buku dan advertising. Helvetica memiliki
keluarga yang bermacam-macam dari bentuk berat, lebar dan italic. Linotype
memperkenalkan Neue Helvetica yang merupakan versi modern termasuk shaded
dan ultrathin.
Gambar 2.36. Variasi Huruf Helvetica
b. Univers
Univers dibuat oleh desainer Adrian Frutiger pada tahun 1957. Bentuk
Univers memperhatikan detail dan Frutiger menghilangkan fitur-fitur yang aneh
dari bentuk tradisional. Univers memiliki 21 anggota, dimulai dari ultra light
condensed hingga extra black extended. Karakteristik huruf Univers adalah
perbedaan stroke yang tidak terlalu kontras, ascender dan descender yang pendek
dan apabila dibandingkan dengan Helvetica bentuknya lebih kaku.
Universitas Kristen Petra
55
Gambar 2.37. Variasi Huruf Univers
2.1.3.7. Display
Display typography memiliki beberapa macam jenis huruf dan dapat
digunakan pada saat yang tepat. Area yang tepat pada tipografi dimana display
types memainkan peran yang penting adalah pada media seperti packaging, book
cover, iklan, cover album lagu, pameran, poster, desain iklan TV, dan lain
sebagainya serta peletakkannya yang persuasif untuk menarik perhatian
masyarakat adalah di rumah, kantor, toko, public building dan pada transportasi
umum. Saat ini, para tipografer mempunyai beragam pilihan mengenai huruf
display yang dapat digunakan untuk memberikan efek secara individual mengenai
huruf tersebut atau penggunaannya yang dikombinasikan dengan huruf teks serta
penggabungan dengan gambar, foto dan ilustrasi. Namun, apabila ada aturan yang
penting mengenai huruf display, maka aturan itu adalah bagaimana membuat
huruf display dalam cara yang sensitif dan memiliki tujuan agar dapat
memaksimalkan efek yang ditimbulkan.
Universitas Kristen Petra
56
Gambar 2.38. Contoh-contoh Huruf Display
Poin ini menerangkan kembali huruf-huruf yang paling banyak hadir saat
ini seperti fat face, thin face, decorative, ornamental, inline, outline, shaded, 3-D,
brush script, pen script, expanded, condensed dan lainnya. Huruf yang dibahas
disini juga merupakan huruf yang dipakai dalam skala kecil pada iklan, brosur,
dan lainnya. Peranan utama dari huruf-huruf tersebut adalah untuk tujuan display,
mereka dibuat untuk dikenal. Display types membawa pesan dan emosi, mereka
bisa menjadi agresif, tenang, modern, tradisional, senang, sedih, high tech, low
tech, keras, halus, tua, muda dan sebagainya28.
Display types dibagi kedalam 5 kategori. Kategori yang pertama meliputi
huruf yang meniru tulisan tangan (handwriting) yaitu blackletter atau gothic
minuscule, uncial, pen, brush script, dan cursive handwriting. Empat kategori
lainnya adalah serif dan slab serif, sans-serif, hybrid serif serta dekoratif dan
ornamental. Semua huruf-huruf tersebut dibuat untuk tujuan komersil dan untuk
bisnis tipografi yang menjamur sejak Revolusi Industri seperti packaging, brosur,
poster, leaflet, iklan.
2.1.4. Analisis Huruf
Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang
menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf ‘m’ dengan ‘p’ atau ‘C’
dengan ‘Q’. Keunikan ini disebabkan oleh cara mata kita melihat korelasi anata
komponen visual yang satu dengan yang lain. Sekelompok pakar psikologi dari
Jerman dan Austria pada tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal
28 Ibid, Hal. 178.
Universitas Kristen Petra
57
dengan teori Gestalt. Teori ini berbasis pada ‘pattern seeking’ dalam perilaku
manusia. Setiap bagian dari sebuah gambar dapat dianalisis dan dievaluasi sebagai
komponen yang berbeda. Salah satu hukum persepsi dari teori ini adalah
membuktikan bahwa untuk mengenal atau membaca sebuah gambar diperlukan
adanya kontras antara ruang positif yang disebut dengan figure dan ground29.
2.1.4.1. Anatomi Huruf
Kita cenderung melihat kata-kata dari sisi apa arti kata tersebut dan
memberi pengertian apa, dan jarang untuk memperhatikan penampilan fisik yang
sebenarnya dari sebuah huruf secara individu. Namun sebagai desainer, kita wajib
untuk memahami bentuk huruf tidak hanya sebagai hitam di atas putih tetapi juga
ruang putih di dalamnya dan seluruh bagian dari huruf.
Gambar 2.39. Anatomi Huruf (1)
Bagian-bagian huruf:
a. Uppercase
Semua huruf besar
b. Lowercase
Semua huruf kecil
c. Baseline
Sebuah garis maya lurus horisontal yang menjadi batas dari bagian
terbawah dari setiap huruf besar.
29 Sihombing, Danton. Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
2001, Hal. 12. Universitas Kristen Petra
58
d. Capline
Sebuah garis maya lurus horisontal yang menjadi batas dari bagian teratas
dari setiap huruf besar.
e. Meanline
Sebuah garis maya lurus horisontal yang menjadi batas dari bagian teratas
dari setiap huruf kecil.
f. X-Height
Jarak ketinggian dari baseline sampai ke meanline. X-height merupakan
tinggi dari badan huruf kecil. Cara yang termudah mengukur ketinggian badan
huruf kecil adalah dengan menggunakan huruf ‘x’.
g. Ascender
Bagian dari huruf kecil yang posisinya tepat berada di antara meanline dan
capline
h. Descender
Bagian dari huruf kecil yang posisinya tepat berada di bawah baseline
i. Counter
Ruang kosong yang berada pada bagian dalam setiap huruf.
j. Stem
Batang vertikal yang terdapat huruf kecil ataupun huruf besar yang pada
bagian ujungnya dapat ditemukan beberapa akhir garis penutup yang disebut
terminal
Gambar 2.40. Anatomi Huruf (2)
Universitas Kristen Petra
59
Gambar 2.41. Anatomi Huruf (3)
Gambar 2.42. Garis Pembuka dan Penutup Huruf
Setiap individu huruf, angka dan tanda baca dalam tipografi disebut
sebagai character. Seluruh character secara optis rata dengan baseline. Setiap
character apakah huruf kecil atau besar memiliki batang (stem) yang pada bagian
ujung-ujungnya dapat ditemukan beberapa garis akhir sebagai penutup yang
disebut terminal.
Universitas Kristen Petra
60
Pada dasarnya setiap huruf terdiri dari kombinasi berbagai guratan garis
(stroke) yang terbagi menjadi dua yaitu guratan garis dasar (basic stroke) dan
guratan garis sekunder (secondary stroke)30.
Apabila ditinjau dari sudut geometri, maka garis dasar yang mendominasi
struktur huruf dalam alphabet dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar yaitu:
• Kelompok garis tegak-datar
• Kelompok garis tegak-miring
• Kelompok garis tegak-lengkung
• Kelompok garis lengkung
Gambar 2.43. Kelompok Garis
Apabila kita menelaah keberadaan ruang negatif dari seluruh huruf maka
secara garis besar dapat dipecah menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Ruang negatif bersudut lengkung
Gambar 2.44. Ruang Negatif Sudut Lengkung
30 Ibid, Hal. 15.
Universitas Kristen Petra
61
2. Ruang negatif bersudut persegi-empat
Gambar 2.45. Ruang Negatif Sudut Persegi Empat
3. Ruang negatif bersudut persegi-tiga
Gambar 2.46. Ruang Negatif Sudut Persegi Empat
Perhitungan tinggi fisik huruf memiliki azas optikal matematis, dalam
pengertian bahwa dalam perhitungan angka, beberapa huruf dalam alphabet
memiliki tinggi yang berbeda-beda, namun secara optis keseluruhan huruf
tersebut terlihat sama tinggi. Huruf yang memiliki bentuk lengkung dan segitiga
lancip pada bagian teratas atau terbawah dari badan huruf akan memiliki bidang
lebih dibandingkan dengan huruf yang memiliki bentuk datar. Apabila beberapa
huruf tersebut dicetak secara berdampingan akan tercapai kesamaan tinggi secara
optis.
2.1.5. Sistem pengukuran dalam tipografi
Apabila kita perhatikan susunan huruf-huruf pada sebuah naskah dalam
majalah, buku ataupun brosur, maka akan terlihat bahwa susunan dari huruf-huruf
Universitas Kristen Petra
62
tersebut memiliki suatu disiplin dalam pengukuran dan proporsi. Hal tersebut
biasanya mencakup pengukuran tinggi huruf, panjang baris huruf, jarak antara
huruf yang satu dengan yang lain serta jarak antar baris.
Selama lebih dari 250 tahun lamanya setelah penemuan movable types
oleh Guttenberg, setiap penemu huruf memproduksi huruf dengan ukuran dan
spesifikasinya sendiri sehingga antara huruf satu dengan huruf lainnya tidak
mungkin tertukar. Namun sebagai reaksi atas situasi yang kacau ini, seorang
typecutter yang berasal dari Perancis yaitu Pierre Simon Fournier
memperkenalkan point system pada tahun 1737. Hal ini merupakan metode
standar pertama untuk sistem pengukuran tipografi. Meskipun metode tersebut
diubah pada tahun 1785 oleh Firmin Didot, sistem tersebut masih menjadi metode
pengukuran di Eropa, yang kemudian dikenal dengan Europian Didot Point
System.
Point system lainnya yang berbeda juga digunakan di Inggris dan Amerika
Serikat pada tahun 1870. Sistem ini masih menggunakan sistem pengukuran
dasar, lebih kecil yaitu 0.0138 inch untuk setiap huruf dibandingkan dengan poin
yang digunakan Europian Didot yaitu 0.0148 inch untuk setiap huruf. Peningkatan
penggunaan sistem metric di seluruh dunia sebagai standar sistem pengukuran
membawa hasil pada sistem pengukuran tipografi seperti kolom.
2.1.5.1. Point dan Pica
Tiga dasar sistem pengukuran dalam tipografi adalah: point (disingkat pt),
pica (dibaca paika) dan unit. Point digunakan untuk mengukur tinggi huruf,
sedangkan pica digunakan untuk mengukur panjang baris. Pengukuran dari lebar
persatuan huruf serta jarak antar huruf dihitung dengan satuan unit. Perhitungan
unit hanya digunakan dalam proses yang menggunakan teknologi photosetting
dan digital composition yaitu teknologi yang digunakan untuk pengetikan dan
pencetakan huruf agar dapat menghasilkan hasil cetak yang tajam dan presisi.
Acuan yang dipakai sekarang adalah sistem Anglo Saxon dengan
perhitungan 72 pt setara dengan 1 inch atau 2.539 cm. Sistem pengukuran
tipografi di atas berawal dari teknik cetak movable type yang pada perkembangan
berikutnya diciptakan standarisasi pengukuran dan satuannya. Untuk lebih
Universitas Kristen Petra
63
memperjelas gambaran terhadap sistem pengukuran huruf, kita dapat melihat
gambar potongan metal type di sebelah kanan halaman ini.
Blok metal ini memiliki bidang permukaan cetak pada bagian teratas.
Keseluruhan dari blok metal ini disebut sebagai body dan permukaan cetak
disebut sebagi face. Lebar dari body adalah set-width, yang memiliki berbagai
macam ukuran tergantung kepada lebarnya masing-masing huruf31. Kedalaman
dari body adalah dimensi yang dipakai untuk mengukur tinggi huruf yang disebut
body size. Satuan pengukuran yang dipakai untuk mengukur tinggi huruf adalah
point. Satu hal yang perlu diingat bahwa acuan pengukuran tinggi sebuah huruf
bukan dihitung dari tinggi huruf yang tercetak namun dihitung dari kedalaman
dari body size. Sebagai gambaran, 10 pt kedalaman dari body size akan
menghasilkan huruf setinggi 10 pt.
Gambar 2.47. Blok Metal
2.1.5.2. Pengukuran Ruang Tipografi
Istilah spasi sering kita gunakan dalam pekerjaan pengetikan naskah.
Pengertian istilah ini sebenarnya adalah berupa interval antar elemen tipografi
yang mencakup jarak antarhuruf atau yang disebut kerning, jarak antar kata atau
yang disebut word spacing dan jarak antarbaris atau yang disebut leading.
31 Ibid, Hal. 21.
Universitas Kristen Petra
64
a. Jarak antarhuruf atau kerning
Pengukuran jarak antarhuruf (kerning) dalam phototypesetting dan digital
composition dihitung dengan sistem unit. Sistem ini tidak memiliki acuan
pengukuran yang tetap, dalam penertian bahwa unit memiliki nilai yang berbeda-
beda tergantung kepada sistem yang digunakan. Em berupa kotak seukuran
besarnya huruf kemudian bila kotak ini dibagi menjadi beberapa segmen yang
sama besar, maka setiap segmen ini disebut sebagai unit. Sebuah huruf ‘U’ dapat
memiliki lebar 12 unit, sementara huruf ‘t’ dapat memiliki lebar 6 unit.
Gambar 2.48. Satuan Em
Dalam metal typesetting seperti kombinasi Ti, Yi, fi memiliki jarak yang
kacau diantara kedua huruf tersebut. Untuk memberikan jarak yang sempurna
diantara huruf-huruf tersebut, kombinasi tersebut di buat menjadi individu yang
ligature.
Hadirnya phototypesetter di tahun 1950an, masalah dan kesulitan kerning
menghilang karena hadir sebuah mesin yang dapat mengatur huruf tanpa ruang
dan jarak yang aneh. Kemampuan untuk mengatur kerning sangat penting
terutama ketika mengatur display type32, karena huruf itu menghindari mengatur
letterspacing secara manual untuk memperoleh hasil yang sempurna. Saat ini,
phototypesetting dan sistem digital typesetting diprogram untuk mengatur spasi
secara otomatis.
32 Bridgewater, Peter. An Introduction To Graphic Design. Trans. London: Grange Books.1996,
Hal 23. Universitas Kristen Petra
65
b. Jarak antar baris atau leading
Pengukuran jarak antar baris (leading) dihitung dengan menggunakan
satuan point. Teknik tradisional memakai lembaran metal yang sisipkan di antara
baris. Lembaran metal ini memiliki ketebalan yang beragam.
Jika tidak ada tambahan ruang vertikal yang disisipkan diantara garis
dibawah huruf maka pengaturan tidak dapat dikatakan solid. Interline spacing
disebut juga leading.
Gambar 2.49. Lembaran Ketebalan
c. Jarak antarkata atau word spacing
Teknik tradisional yang digunakan untuk pengukuran ruang jarak
antarkata adalah penyisipan potongan metal yang diletakkan di antara huruf yang
satu dan yang lain. Potongan metal ini disebut quad. Sebuah quad berbentuk
persegi empat yang merupakan kotak sebesar ukuran huruf. Quad memiliki satuan
yag disebut em. Ukuran dari setengah em adalah en. Untuk memperjelas gambaran
tentang teknik tradisional ini, berikut adalah contoh penggunaan pengukuran
dengan satuan em dan en.
Gambar 2.50. Pengukuran Em dan En
Universitas Kristen Petra
66
2.1.6. Keluarga Huruf
Keluarga huruf terdiri atas berbagai kembangan yang berakar dari struktur
bentuk dasar (regular) sebuah alfabet dan setiap perubahan berat huruf masih
memiliki kesinambungan bentuk. Perbedaan tampilan yang pokok dalam keluarga
huruf dibagi menajdi tiga bentuk pengembangan yaitu berat, proporsi dan
kemiringan.
2.1.6.1. Berat
Perubahan berat dari struktur bentuk dasar huruf terletak pada
perbandingan antara tinggi dari huruf yang tercetak dengan lebar stroke. Bila
ditinjau dari berat huruf, maka anggota dari keluarga huruf ini daapt dibagi
menjadi tiga kelompok pokok yaitu : light, regular dan bold.
Gambar 2.51. Pengembangan Berat
Setiap anggota keluarga huruf baik light, regular dan bold memiliki
kesamaan ciri fisik namun, dengan tampilnya perbedaan berat dapat memberikan
dampak visual yang berbeda. Seperti contoh, huruf bold karena ketebalannya
memiliki potensi yang kuat dalam menarik perhatian mata. Biasanya kelompok
huruf bold ini banyak sekali digunakan untuk judul (headline) sebuah naskah,
Universitas Kristen Petra
67
baik untuk iklan, poster, maupun media terapan lainnya33. Untuk mendapatkan
gambaran terhadap perubahan berat huruf yang ideal disamping ini adalah tabel
perbandingan antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar stroke dari huruf
tersebut.
2.1.6.2. Proporsi
Perbandingan antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar dari huruf itu
dibagi menjadi lima kelompok bila ditinjau dari perbandingan proporsi terhadap
bentuk dasar huruf tersebut. Pembagiannya adalah regular, condensed, dan
extended. Regular merupakan bentuk standar huruf atau juga dikenal dengan nama
normal. Kelompok huruf-huruf condensed dapat terakomodasi lebih banya dalam
sebuah bidang atau ruang. Namun, huruf-huruf tersebut apabila dicetak untuk
keperluan naskah dalam jumlah panjang akan dapat melelahkan mata. Karena
bentuk condensed merupakan versi sempit (narrow) dari bentuk regular.
Gambar 2.52. Pengembangan Proporsi
Extended merupakan versi lebar (wide ) dari bentuk regular huruf.
Extended juga disebut dengan expanded. Huruf-huruf condensed dan extended
biasanya layak diterapkan untuk teks pendek, seperti untuk headline ataupun sub-
judul (sub-head).
33 Branczyk, Alexander, Jutta Nachtwey, Heike Nehl, Sibylle Schlaich, Jurgen Siebert. (Eds).
Emotional Digital. Trans. United Kingdom: Thames&Hudson. Ltd. 1999, Hal. 25. Universitas Kristen Petra
68
2.1.6.3. Kemiringan
Huruf yang tercetak miring dalam terminology tipografi disebut italic.
Huruf italic ini biasanya digunakan untuk memberikan penekanan pada sebuah
kata. Di samping itu, huruf-huruf ini juga dipakai untuk menunjukkan istilah atau
kata yang berasal dari bahasa asing. Umumnya, huruf italic digunakan untuk teks
dalam jumlah yang tidak terlalu panjang, seperti untuk keterangan gambar
(caption), highlight dari naskah (copy blurb) serta kadang juga digunakan sebagai
headline atau sub-head.
Gambar 2.53. Kemiringan Huruf
Apabila kita perhatikan secara seksama, huruf italic dirancang dengan
sudut kemiringan tertentu untuk mencapai toleransi terhadap kenyamanan mata
kita dalam membacanya. Sudut kemiringan yang terbaik adalah 12°. Mata kita
akan sukar mengidentifikasi huruf italic apabila sudut kemiringan lebih kecil dari
12°. Sebaliknya apabila sudut kemiringan lebih besar dari 12°, akan
mempengaruhi keseimbangan bentuk huruf.
2.1.7. Prinsip dasar dalam perancangan tipografi
Tujuan perancangan tipografi adalah menyusun komponen-komponen dari
sebuah desain menjadi harmonis dan kohesif. Hal ini dapat diraih melalui
kesatuan dari elemen-elemen desain atau dengan membuat komposisi yang
dinamis dari nilai-nilai yang kontras. Sebelum membuat keputusan, harus
Universitas Kristen Petra
69
mempunyai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang penting antara lain kepadas
siapa desain itu ditujukan, apa tujuan desain itu dan apa isi pesannya.
Pendekatan yang digunakan untuk perancangan tipografi adalah dengan
diawali oleh kompleksitas dan keasliannya. Seprti contoh, manuskrip untuk
sebuah buku biasanya memiliki struktur yang kompleks untuk teks utama,
berbeda lagi dengan judul, keterangan gambar dan lain sebagainya. Sebagai
perbandingan, teks yang sedikit pada poster dan iklan lebih mudah untuk di atur.
Irama dan gaya teks yang digunakan juga mempengaruhi struktur perancangan
apakah untuk tujuan promosi atau tujuan informasi.
Proses perancangan dengan menggunakan huruf merupakan tahapan yang
paling menentukan dalam solusi masalah tipografi. Pada tahap vital dalam proses
kreatif dari sebuah perancangan tipografi, seorang desainer akan bertindak sebagai
komunikator visual yang memiliki berbagai peluang mengontrol setiap keputusan
kreatif yang kelak dapat memperkuat efektivitas dan efisiensi dari sebuah pesan
yang akan disampaikan kepada khalayak penerimanya.
2.1.7.1. Sintaksis tipografi
Dalam ilmu bahasa dikenal istilah sintaksis, yang berarti penyusunan kata-
kata dalam bentuk dan urutan yang tepat. Aturan dalam tata bahasa sudah
dibakukan, seperti: huruf membentuk kata, kemudian kata membentuk kalimat
yang terdiri dari komponen-komponen seperti subjek, perdikat dan objek.
Sedangkan sintaksis dalam tipografi memiliki pengertian sebagai sebuah
proses penataan elemen-elemen visual ke dalam kesatuan bentuk yang kohesif.
Studi terhadap sintaksis tipografi dimulai dari elemen komposisi yang terkecil
yaiut huruf, kata, garis, kolom dan margin.
Sintaksis tipografi tidak memiliki aturan yang baku. Namun dalam proses
perancangan tipografi, penggunaan logika-logika dan prinsip-prinsip persepsi
visual yang diterapkan dalam setiap pendekatan kreatif akan secara bertahap
melahirkan suatu sistematika penataan elemen-elemen visual huruf. Tugas
seorang perancang grafis adalah meciptakan sebuah kesatuan visual yang mudah
dipahami oleh penglihat. Pemahaman terhadap prinsip persepsi visual adalah kata
kunci untuk memahami tendensi mata kita dalam melihat sebuah pola visual.
Universitas Kristen Petra
70
Gambar 2.54. Sintaksis Tipografi
Seperti telah diulas pada sub bab sebelumnya mengenai teori Gestalt,
untuk selanjutnya dalam beberapa bagian pembahasan dalam bab ini akan
digunakan penerapan prinsip persepsi visual dari teori yang dapat memperjelas
gambaran-gambaran terhadap penerapan dari teori tersebut.
2.1.7.2. Focal Point
Musuh besar dari serang perancang grafis adalah keapatisan penglihat
terhadap hasil rancangannya. Tugas perancang grafis adalah menarik perhatian
penglihat dengan menciptakan suatu pola rancangan visual yang secara tepat dan
cepat dapat menstimulasi penglihat lewat pokok penekanan (focal point). Namun,
sebagai catatan, focal point yang gamblang tidak merupakan keharusan untuk
menciptakan sebuah rancangan yang berhasil.
Gambar 2.55. Focal Point
Universitas Kristen Petra
71
Dalam desain tipografi ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menciptakan focal point dengan berbagai kemungkinan sebagai contoh berikut.
Semenjak focal point terlalu umum digunakan sebagai salah satu dari perangkat
arstistik, kadang untuk menarik perhatian penglihat, kehadiran focal point hanya
digunakan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan dari rancangan serta pesan yang
akan disampaikan.
2.1.7.3. Alignment
Dalam sebuah perancangan tipografi penataan baris (alignment) memiliki
peranan penting sebagai penunjang legibility serta estetika dari rancangan. Huruf-
huruf dalam beberapa baris berikut disejajarkan dengan lima cara berikut:
1. Justified (rata kiri-kanan)
Pada era medival, tulisan yang dibuat sangat simetris dan sempurna, sisi
kanan serta sisi kiri teks disejajarkan. Dengan adanya penemuan movable types
pada abad ke-15, para pencetak menggunakan sistem ini.
Sistem justified masih popular hingga sekarang. Terkadang sistem lain
juga digunakan seperti rata kanan, rata kiri. Justified merupakan sistem yang
paling popular dan gaya yang biasa dipakai karena ketenangannya, dan
penampilannya yang sederhana. Pengaturan justified yang tertata dengan rapi
membuat pembaca dapat fokus pada elemen desain lainnya seperti ilustrasi dan
foto. Kelemahan dari justified adalah jarak kata yang lebar. Sehingga harus
diperhatikan jarak antarkata bila jumlah huruf tidak sebanding dengan lebar
kolom.
2. Unjustified
Hingga akhir abad ke-19, bentuk justified dan centered merupakan yang
paling sering digunakan. Namun, pada tahun 1920-an, tipografi yang modern
muncul akibat Art Movement di Eropa dan Bauhaus di Jerman mencerminkan
ritem dinamis dari abad ke-20 yang merupakan periode mekanisasi. Karakteristik
dari modern tipografi ini merupakan metode yang fungsional untuk digunakan
pada teks yaitu unjustified setting.
Universitas Kristen Petra
72
Terdapat dua variasi dari unjustified setting yaitu:
a. Rata kiri (flush left)
Layak digunakan untuk naskah yang panjang atau pendek. Bagian kanan
susunan huruf menghasilkan bentuk iregular yang memberi kesan dinamis. Sistem
ini banyak digunakan untuk brosur, laporan. Spasi perkata yang rapi dan bentuk
yang iregular menghasilkan tampilan yang menarik dan legible. Namun bentuk
yang panjang garis yang iregular harus diperhatikan agar tampilan tidak membuat
bentuk yang aneh.
b. Rata kanan (flush right)
Sistem rata kanan ini jarang digunakan dan hanya layak digunakan untuk
jumlah naskah yang pendek dengan penataan jumlah huruf-huruf yang seimbang
pada tiap barisnya.
3. Centered (rata tengah)
Sistem centered hanya layak digunakan untuk jumlah naskah yang pendek
dengan penataan jumlah huruf yang seimbang pada tiap barisnya. Bentuknya
statis, simetris pada bagian tengah antara kanan dengan kiri serta spasi perkata
yang rapi. Bentuk centered ini banyak diasosiasikan dengan nilai tradisional dan
popular untuk display seperti cover buku dan packaging.
4. Asimetris
Penataan ini berbeda engan empat cara penataan yang telah dijelaskan di
atas. Setiap baris disusun secara acak (random) sehingga tidak ada pola baris yang
dapat diprediksi panjangnya atapun penempatannya. Biasanya digunakan untuk
keperluan informal dan menghasilkan efek dramatis. Futurist Movement
menggunakan gaya ini, dan gaya ini memiliki spasi kata yang rapi dan hanya
layak digunakan untuk keperluan display. Leading yang banyak terkadang
diperlukan untuk membantu pembaca menempatkan permulaan baris berikutnya.
2.2. Madura
2.2.1. Sejarah Pulau Madura
Masyarakat Pulau Madura menjaga nilai-nilai mitos yang menjadi awal
mula kehidupan di Pulau Madura. Dikatakan pada jaman dahulu kala Kerajaan
Jawa Medang Kamulan diperintah oleh Prabu Gilingwesi, yang memiliki seorang
Universitas Kristen Petra
73
putri yaitu Dewi Bendoro Gung. Dewi Bendoro Gung hamil pada saat itu dan
dipercaya sebagai anak titipan dari Tuhan dan karena Dewi Bendoro Gung pernah
bermimpi bertemu dengan bulan purnama yang kemudian bulan tersebut masuk
ke dalam tubuhnya. Raja menjadi marah dan memerintahkan salah satu perdana
menterinya, Patih Pragulang untuk membunuh Dewi Bendoro Gung.
Patih tersebut memenuhi permintaan sang raja dan Patih Pragulang
membawa sang putri menuju laut yang gelap namun rakit berhenti pada sebuah
hutan. Patih segera menuruti permintaan sang raja namun ketika pedang
diayunkan kepada Dewi Bendoro Gung, pedang itu jatuh ke tanah dan hingga tiga
kali pedang itu diayunkan. Patih memerintahkan sang putri untuk segera pergi dari
tempat itu dan rakit yang dinaikki oleh putri perlahan-lahan meninggalkan tempat
itu34.
Patih Pragulang masuk kembali ke hutan dan mengganti nama dengan
Poleng dan merubah bentuk menjadi pusaka yaitu Alugro. Rakit yang dinaiki
Dewi Bendoro Gung terbawa arus ke utara dan beberapa hari lamanya ia
terkatung-katung di tengah laut. Pada suatu malam, bulaan sedang purnama.
Cahaya bulan tampak menerangi laut, ketika bulan purnama sedang rembang,
Dewi Bendoro Gung merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya dan ia
melahirkan seorang anak laki-laki. Karena anak itu lahir di tengah laut maka
diberi nama Raden Segoro, Segoro yang artinya laut.
Rakit bergerak mendekati sebuah pulau, Dewi Bendoro Gung dan Raden
Segoro turun seperti anak yang berumur dua tahun. Mereka menemukan sebuah
tanah lapang yang luas. Di sudut tanah lapang itu Raden Segoro melihat sebatang
pohon dan melihat lebah-lebah berterbangan. Raden Segoro menikmati madu dari
sarang lebah itu. Karena mereka menemukan madu di tanah lapang yang luas
maka tempat itu diberi nama Madura yang berasal dari kata maddu e ra-ara
artinya madu di tanah dataran.
Beranjak dewasa, Raden Segoro menghamba pada Raja Medang Kamulan
dan pada saat bersamaan datang invasi dari Bangsa Cina. Ketika kembali ke
Madura, ia menanyakan identitas ayahnya. Karena merasa kebingungan
menjawab pertanyaan anaknya maka Dewi Bendoro Gung berpindah tempat ke 34 Imron, Zawawi. Cerita Rakyat Dari Madura. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
1993, Hal. 2. Universitas Kristen Petra
74
suatu tempat yang disebut Nepa dan tempat dimana terdapat banyak monyet
berdasarkan kepercayaan lokal bahwa monyet-monyet tersebut merupakan prajurit
Raden Segoro.
Legenda lainnya mengulang kembali cerita Jokotole, putra dari Putri
Kuning yang merupakan cucu dari Pangeran Bukabu Sumenep. Jokotole dan
kakaknya, Jokowedi telah diberi mimpi mengenai pertengkaran antara ibunya
dengan ayahnya, Adipoday. Ketika berlayar ke Majapahit untuk menolong ayah
tirinya yaitu Empu Kelleng, Jokotole bertemu dengan pamannya, Adirasa yang
memberinya kuda terbang, Si Mega dan sebuah pecut yang mana kedua benda
tersebut dipercayakan kepadanya oleh Adipoday.
Si Mega terus hidup sebagai lambang dari Kabupaten Sumenep. Pecut
juga merupakan souvenir yang sangat terkenal di Madura dan nama Jokotole serta
Putri Kuning dapat ditemukan di kapal feri yang berlayar dari Surabaya menuju
Pelabuhan Madura, Kamal.
Beberapa bukti-bukti membantu untuk mengungkap kebenaran mengenai
sejarah Madura serta hubungannya dengan aturan-aturan Jawa masa kuno. Untuk
sekilas, pada masa pemerintahan Kerajaan Singosari (tahun 1222-1292),
Kabupaten Sumenep, diperintah oleh Aria Wiraraja bersama dengan Raden
Wijaya, yang membangun Kerajaan Majapahit setelah berhasil menundukkan
Kerajaan Kublai Khan dari China (1292-1293)
Pada awal periode Islam, agama baru diperkenalkan kepada masyarakat
Madura oleh Pangeran Kerajaan Palakaran (Arosbaya, Bangkalan) yang bernama
Pratanu, putra dari Pangeran Pragalbo.
Satu abad kemudian, selama peride emas pemerintahan Mataram, dibawah
pimpinan Sultan Agung, cucu dari Pratanu yang bernama Raden Praseno diberi
kekuasaan atas seluruh wilayah Madura dengan gelar sebagai Pangeran
Cakraningrat I. Daerah kekuasannya berada di Sampang. Kemudian
pemerintahannya diteruskan oleh putranya yaitu Raden Undakan yang menjadi
Pangeran Cakraningrat II.
Selama periode ini, Belanda (VOC) mulai untuk mengambil alih
kekuasaan politik Madura yang menimbulkan pemberontakan Trunojoyo dan
Pangeran Cakraningrat II diasingkan ke Lodaya. Ketika pemberontakan selesai,
Universitas Kristen Petra
75
Cakraningrat II memerintah kembali Madura dan daerah kekuasaannya berpindah
ke Tonjung (Bangkalan). Cakraningrat III memerintah setelah ayahnya
Cakraningrat II, dan terjadi pemberontakan dengan adiknya yaitu R.T.
Suroadiningrat yang menjadi Cakraningrat IV35.
Bagaimanapun juga karena ia menentang VOC, ia dipaksa untuk
diasingkan di Tanjung Harapan dan putranya, R.A. Secoadiningrat (Cakraningrat
V) mengambil alih kekuasaan. Daerah kekuasaan kembali berpindah tempat ke
Sembilangan. Cakraningrat V memberikan kekuasaanya kepada cucunya
Panembahan Adipati Cakraningrat VI dan diteruskan oleh pamannya Adipati
Cakraningrat VII. Sejak kekuasaan berada di daerah Arosbaya tahun 1528, agama
Islam menyebar luas ke luar Pulau Madura dan memberikan pengaruh kepada
kehidupan sosial dan politik Madura.
2.2.2. Keadaan Geografis Pulau Madura
Madura merupakan pulau yang termasuk dalam propinsi Jawa Timur,
terletak di sebelah timur Pulau Jawa. Madura merupakan pulau yang indah dengan
pasirnya yang putih namun, tidak begitu banyak penduduk, biaya hidup yang
murah dan berbagai macam makanan yang unik.36. Pulau ini tidak begitu subur
karena sebagian tanahnya mengandung kapur. Terbatasnya sumber air di daerah
tersebut juga melengkapi kesan “tidak suburnya” Madura.37
Luas daratan Pulau Madura sebesar 547.514 Ha. Pulau Madura tidak
memiliki gunung berapi, sedangkan pada bagian punggung pulau terdiri dari
perbukitan tandus dengan ketinggian maksimum + 471 m diatas permukaan air
laut. Dataran tertinggi terletak pada ketinggian + 321 m dan dataran terendah +2m
diatas permukaan air laut.
Sungai-sungai umumnya kecil, pendek dan sebagian terbesar tergantung
pada air hujan. Mata air sedikit jumlahnya dan tidak ada yang besar. Dengan
demikian maka pulau ini sebagian besar terdiri dari tanah gersang dan tandus
karena irigasi teknis amat terbatas lingkupnya.
35 PH, Mijiyono dan R. Sjamsuddin S.H. Madura Island Of Charm. Surabaya: Government
Tourism Service Regional Government Of East Java. 1992, Hal. 1. 36 Indonesia. 1990. Odyssey Guides: Hong Kong, Hal. 163. 37 Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 10. 1990. PT Cipta Adi Pustaka: Jakarta, Hal. 18.
Universitas Kristen Petra
76
Iklim di Madura terbagi atas musim kering dan musim hujan, Di daerah
timur (terutama daerah Sumenep), musim kering seringkali lebih panjang daripada
musim hujan. Hujan baru mulai turun sekitar bulan Oktober atau November
hingga akhir bulan 2, suhu udara di Madura relatif panas38.
Kurangnya air tanah dan keadaan tanah yang kurang subur menyebabkan
pertanian dengan irigasi hanya dapat dilakukan pada beberapa tempat saja. Oleh
karena itu kegiatan pertanian sebagian besar tergantung pada besarnya curah
hujan. Tanah pulau ini terutama terdiri atas batu kapur yang merupakan kelanjutan
bukit-bukit kapur bagian utara Jawa Timur, marl (tanah yang mengandung
lempung dan karbonat), dan juga sediment-sedimen vulkanik tua. Berikut keadaan
geografis tiap kabupaten:
2.2.2.1. Bangkalan
Bangkalan merupakan kabupaten yang memiliki luas 1.260,14 kilometer
persegi yang berada dibagian paling barat dari Pulau Madura, yang tereletak
diantaar koordinat 112°40’06”-113º08’04” Bujur Timur serta 6°51’39”-7º11’39”
Lintang Selatan
Adapun batas-batas wilayah Bangkalan sebagai berikut39:
• Utara : Laut Jawa
• Selatan: Selat Madura
• Timur : Kabupaten Sampang
• Barat : Selat Madura
Dilihat dari topografi, maka daerah Kabupaten Bangkalan berada pada
ketinggian 2-100 m diatas permukaan air laut. Wilayah yag terletak di pesisir
pantai, seperti Kecamatan Sepulu, Bangkalan, Socah, Kamal, Modung, Kwanyar,
Arosbaya, Klampis, Tanjungbumi, Labang dan Kecamatan Burneh mempunyai
ketinggian antara 2-10 m diatas permukaan air laut. Sedangkan wilayah yang
terletak di bagian tengah mempunyai ketinggian antara 19-100 m diatas
38 Geografi Budaya Jawa Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1983. 39 http://www. eastjava/tourism/bangkalan.
Universitas Kristen Petra
77
permukaan laut, tertinggi adalah Kecamatan Geger dengan ketinggian 100 m
diatas permukaan air laut40.
Kemampuan tanah di Kabupaten Bangkalan jika dilihat dari
kemiringannya maka sebagian besar memiliki kemiringan 2-15% yaitu sekitar
50,45% atau 63,002 Ha dan kemiringan 0%-2% sekitar 45, 43 atau 56,738 Ha
apabila dilihat dari tekstur tanahnya maka sebagian besar bertekstur sedang yaitu
seluas 116.267 Ha atau sekitar 93,10% sedangkan dari kedalaman spektip
tanahnya maka prosentase terbesar adalah tanah yang kedalamannya ≥ 90 cm
yaitu sekitar 64.131 Ha atau 51,35%
Rata-rata curah hujan di Kabupaten Bangkalan sebesar 1.865 mm, jauh
lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang hanya mencapai 1.247
mm atau naik 49.56%. Pada periode yang sama rata-rata jumlah hari hujan per
tahun juga mengalami peningkatan yaitu dari 59 hari per tahun menjadi 107 per
tahun. Dengan demikian meningkatnya curah hujan tersebut seiring dengan
meningkatnya jumlah hari hujan. Di Kabupaten Bangkalan, keadaan iklim
cenderung lebih lembab. Biasanya hujan turun sekitar bulan Desember hingga
January.
2.2.2.2. Sampang
Sampang merupakan kabupaten kedua setelah Bangkalan, berada pada
garis 7º13’ Lintang Selatan dan 113º08’-113º39’ Bujur Timur.
Kabupaten Sampang memiliki batas-batas41:
• Utara : Laut Jawa
• Selatan : Selat Jawa
• Barat : Kabupaten Bangkalan
• Timur : Kabupaten Pamekasan
Dilihat dari kondisi topografi Kabupaten Sampang, maka daerah ini berada
pada ketinggian 50 m diatas permukaan air laut. Berdasarkan penyebaran macam-
macam tanah dan kondisi geologinya maka di Sampang, penggunaan tanah dibagi
atas kesuburan tanah.
40 Opcit. Hal. 15. 41 http://www. eastjava/tourism/sampang
Universitas Kristen Petra
78
Penggunaan tanah di Sampang:
a. Bagian Selatan daerah Sampang relatif subur dan kondisi tanah yang subur ini
terdapat di daerah Sampang, Camplong, Jrengik dan Sreseh
b. Bagian Utara daerah Sampang memiliki kondisi tanah yang tidak begitu subur
dan terdapat di daerah Sokobanah, Ketapang dan Banyumas
c. Bagian Barat dan Timur daerah Sampang memiliki tanah yang paling kering
dibandingkan dengan daerah Utara dan Selatan dan terdapat di daerah
Kedungdung, Tamelangan, Robatal, dan Omben.
Kabupaten Sampang berada pada daerah dengan iklim tropis. Terdiri dari
dua musim yaitu musim kering atau kemarau dan musim hujan. Curah hujan turun
sekitar 1.800 mm hingga 2.000 mm. Hujan turun dengan total 75 hari per tahun.
Temperatur di daerah Sampang yaitu 29°C hingga 30°C.Setiap tahunnya,
Sampang mengalami musim hujan yang berlangsung selama 7 bulan dan periode
kering berlangsung selama 5 bulan dan kondisi seperti ini menyebabkan kondisi
tanah untuk pertanian juga terpengaruh.
Kabupaten Sampang merupakan daerah yang lebih primitif dan memiliki
karakteristik pedesaan, kecuali pada tengah kota Sampang. Area yang digunakan
di Sampang sebagian besar untuk bercocok tanam. Penggunaan tanah di daerah
Sampang yaitu:
• Ladang Padi dengan Pengolahan Teknis : 3.615 Ha
• Ladang Padi dengan Pengolahan Semi Teknis : 988 Ha
• Perairan Sawah : 15.862 Ha
• Sawah tanpa Irigasi : 68.024 Ha
• Perkebunan : 15.399 Ha
• Hutan : 617 Ha
2.2.2.3. Pamekasan
Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu kota di kawasan Madura.
Secara astronomis berada pada 6°51’-7°31’ Lintang Selatan dan 113°19’-113°58’
Bujur Timur.
Universitas Kristen Petra
79
Dari sisi geografis Kabuapten Pamekasan memiliki batas-batas42:
• Utara : Laut Jawa
• Selatan: Selat Madura
• Barat : Kabupaten Sampang
• Timur : Kabupaten Sumenep
Dataran tertinggi di Kabupaten Pamekasan mencapai 350 meter diatas
permukaan air laut dan yang terendah berada di Kecamatan Galis setinggi 6 meter.
Seperti daerah lainnya di Indonesia, dalam satu tahunnya berlaku dua
musim. Musim hujan jatuh pada bulan Oktober-April dan musim kemarau jatuh
pada bulan April-Oktober. Meskipun curah hujan dapat dikatakan tidak jauh
berbeda dengan di Jawa, namun struktur tanahnya yang tidak kedap dengan air
menyebabkan sektor pertanian masih banyak berharap belas kasih sang hujan.
Kondisi ini secara drastis akan menyebabkan kekurangan suplai air pada saat
musim kemarau. Curah hujan yang turun di Pamekasan adalah 1.574 mm per
tahun dan dengan total 92 hari per tahun. Periode hujan di Pamekasan berlangsung
selama 3 bulan dan musim kering berlangsung selama 5 hingga 9 bulan.
Temperatur rata-rata di Pamekasan adalah 28°C hingga 30°C dengan kelembaban
80%
Kondisi tanah di Pamekasan cenderung kering dengan total sawah dan
lading sebesar 15% dan 85% adalah tanah kering dan tidak diolah. Tanah di
Pamekasan terdiri dari lapisan-lapisan yaitu Mediteranian 60%, Alluvial 15%,
Regusol 10% dan Grumosol 5%. Penggunaan tanah di Pamekasan terdiri atas
beberapa kategori yaitu:
a. Ladang Padi Resmi : 45,15 km²
b. Perairan Sawah : 59,49 km²
c. Ladang Kering : 466,92 km²
d. Perumahan : 98,70 km²
e. Kebun : 68,82 km²
f. Hutan : 8,62 km²
g. Tambak Ikan : 2.03 km²
42 http://www.eastjava/tourism/pamekasan
Universitas Kristen Petra
80
2.2.2.4. Sumenep
Kabupaten Sumenep merupakan daerah paling Timur Pulau Madura,
Sumenep memiliki luas sebesar 185.759 Ha atau 33,92% dari total luas Pulau
Madura. Sumenep berada pada 113º32’54”-116º16’48” Bujur Timur dan 4º55’-
7º24’ Lintang Selatan.
Batas-batas wilayah Sumenep adalah43:
• Utara : Laut Jawa
• Selatan : Selat Madura
• Barat : Kabupaten Pamekasan
• Timur : Laut Flores
Makin ke bagian Timur Pulau Madura ternyata hujan semakin berkurang.
Keadaan yang demikian kering ini dimanfaatkan oleh penduduk Sumenep
terutama di daerah Kalianget, untuk usaha pembuatan garam. Dari areal usaha
garam di Madura yang luasnya 6.399,77 Ha, sebagian besar yaitu 3.442,29 Ha
atau 53,79% berada di Sumenep.
Secara geografis, Sumenep terbagi atas 2 teritorial yaitu:
a. Tanah Dataran
Tanah dataran sebesar 57% dari total area Sumenep meliputi 17 kecamatan
yaitu: Kecamatan Sumenep, Kalianget, Manding, Bluto, Saronggi, Lenteng,
Guluk-guluk, Ganding, Pragaan, Ambunten, Pasongsongan, Dasuk, rubaru,
Batang-batang, Batuputih, Dungkek dan Gapura.
b. Daerah Archipelago
Daerah Archipelago memiliki luas sebesar 43% dari total luas daerah
Sumenep yang meliputi 76 pulau yang dihuni maupun tidak dihuni yang tersebar
di area laut. Area Archipelago meliputi 8 daerah kecil yaitu Talango, Giligenting,
Gayam, Nongunong, Raas, Masalembu, Arjasa dan Sapeken. Kondisi tanah di
Kabupaten Sumenep memiliki kondisi tanah yang cukup kering dan tandus.
Kondisi tanah dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu:
• Tanah tandus : Tanah yang tidak ditanami karena terjadi akibat
erosi sehingga tingkat kesuburan yang rendah menyebabkan kesulitan
memproduksi.
43 http://www. eastjava/tourism/sumenep
Universitas Kristen Petra
81
• Tanah Hidrolik : Tanah yang sangat sulit menyerap air
Tipe tanah di Kabupaten Sumenep dapat dibagi kedalam 4 macam yaitu:
• Mediteran (merah-kuning) : Tanah yang berasal dari bukit dan
berwarna kuning serta grumosol yang berasal dari sediment yang
membentang dari daerah perbukitan.
• Regosol : Tanah yang berasal dari pantai dan tanah sedimen pantai dan
sediment berbatuan yang berasal dari daerah perbukitan
• Aluvial : Tanah yang berasal dari sediment sungai dan danau di daerah
kosong dan sunken area
2.2.3. Keadaan Flora dan Fauna
2.2.3.1. Keadaan Flora
Karena keadaan tanahnya yang tandus dan gersang maka laha persawahan
di Pulau Madura relatif amat sempit yakni hanya seluas 61,163 Ha atau hanya
11,17% dari luas pulau itu. Itupun yang dapat panen dua kali dalam setahun hanya
seluas 17,787 Ha atau hanya 3,25% saja. Sisanya merupakan lahan persawahan
tadah hujan, yakni seluas 43,376 Ha.
Di pihak lain tanah kering terhampar seluas 300.821 Ha atau sebesar
52,36% dari luas pulau sedangkan juga terdapat tanah kritis yang cukup dominant
yakni sebsar 51.009 H, nyaris seluas lahan persawahan di Pulau Madura.
Areal hutan di Pulau Madura amat sempit yaitu hanya seluas 2402 atau
0,373% dari total luas pulau. Dengan demikian maka hutan yang amat sempit ini
tak mampu memberikan fungsi hidrolik yang memadai. Di pihak lain juga tidak
terdapat gunung berapi dan sungai-sungai besar. Dengan demikian maka tanah
kurang subur dan irigasi teknik menjadi amat sempit sehingga amat sulit untuk
memperluas lahan pertanian. Dengan demikian maka akhir-akhir ini diusahakan
pencarian sumber air untuk irigasi dari air tanah. Usaha ini juga didukung oleh
program penghijauan. Usaha penghijauan yang dilakukan oleh pihak masyarakat,
seperti pondok pesantren, mendapat perhatian dan penghargaan yang memadai
dari pemerintah. Dengan demikian maka diharapkan pulau yang gersang ini
setapak demi setapak akan menjadi lebih hijau dan lebih subur.
Universitas Kristen Petra
82
2.2.3.2. Keadaan Fauna
Hujan yang tak merata sepanjang tahun, bahkan musim kering yang sering
berkepanjangan menyebabkan tetumbuhan banyak yang mati. Hal ini kemudian
menyebabkan pula jenis dan jumlah satwa di Pulau Madura amat terbatas. Kaerna
usaha pertanian demikian sulit itu, maka penduduk Madura mencari alternatif lain
yaiut bidang perternakan. Maka dari itu hasil perternakan sapi menjadi amat
dominan di pulau ini. Bahkan daerah Kabupaten Sumenep merupakan daerah
potensial di bidang ini. Selain mutunya yang tinggi, Sumenep juga merupakan
daerah yang potensial di bidang ini serta menjadi produsen sapi yang paling
menonjol di antara kabupaten lainnya. Bekisar atau ayam hutan dari Pulau
Kangean di Kabupaten Sumenep cukup terkenal dalam dunia perunggasan di
Indonesia, sehingga hal ini sekaligus mendorong usaha kerajinan ukiran kayu
untuk kurungan Ayam Bekisar di daerah Karduluk Sumenep.
2.2.4. Area Adsministrif
2.2.4.1. Bangkalan
Wilayah Kabupaten Bangkalan dikepalai oleh seorang bupati terbagi
menjadi 18 kecamatan dan 281 desa/kelurahan atau lebih spesifik terdiri dari 273
desa dan 8 kelurahan44. Dilihat dari komposisi jumlah desa, maka Kecamatan
Tanah Merah memiliki jumlah desa terbanyak yaitu 23 desa/kelurahan, sedangkan
yang paling sedikit Kecamatan Kamal sebanyak 10 desa/kelurahan.
Gambar 2.56. Lambang Kabupaten Bangkalan
44 http://www. eastjava/tourism/bangkalan
Universitas Kristen Petra
83
Pembangunan di segala bidang yang telah digalakkan oleh pemerintah
bersama masyarakat selama ini menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan.
Khusus dibidang ekonomi, pertumbuhan ekonomi semakin mantap. Bahkan dari
281 desa yang ada, seluruhnya merupakan klasifikasi desa swasembada dan 199
desa diantaranya termasuk desa swasembada mantap II dan yang 82 desa
termasuk desa swasembada mantap III.
Kabupaten Bangkalan pertama ini terbagi dalam 18 kecamatan yaitu:
a. Kamal
b. Labang
c. Kwanyar
d. Modung
e. Blega
f. Konang
g. Galis
h. Tanah Merah
i. Tragah
j. Socah
k. Bangkalan
l. Burneh
m. Arosbaya
n. Geger
o. Kokop
p. Tanjungbumi
q. Sepuluh
r. Klampis
2.2.4.2. Sampang
Untuk membentuk suatu sistem pemerintahan yang terkoodinir dengan
baik maka dibentuklah suatu garis koordinasi secara tertorial maupun teknis.
Secara territorial terbagi dalam wilayah kecamatan dan level yang lebih rendah
terdapat sejumlah desa dan kelurahan
Universitas Kristen Petra
84
Gambar 2.57. Lambang Kota Sampang
Kabupaten Sampang memiliki daerah administratif yang berpusat di
Pamekasan, dikepalai oleh seorang bupati dan memiliki Asisten Bupati di
Pamekasan. Kabupaten Sampang terdiri dari 4 kecamatan dibawah naungan
Pemerintah Daerah, 12 kecamatan, 8 daerah perwakilan, 6 kelurahan dan 180
desa45.
Detil pembagian daerah administratif Sampang adalah:
1. Daerah Pemerintahan Sampang terdiri dari:
• Kecamatan Sampang yang terdiri dari 12 kelurahan dan 6 daerah
pemerintahan yang dikepalai oleh Lurah
• Kecamatan Camplong yang terdiri dari 14 kelurahan
• Kecamatan Omben yang terdiri dari 20 kelurahan
2. Daerah Pemerintahan Torjun terdiri dari:
• Kecamatan Torjun yang terdiri dari 18 kelurahan
• Kecamatan Jrengik yang terdiri dari 14 kelurahan
• Kecamatan Sreseh yang terdiri dari 12 kelurahan
3. Daerah Pemerintahan Kedungdung
• Kecamatan Kedungdung yang terdiri dari 18 kelurahan
• Kecamatan Tambelangan yang terdiri dari 10 kelurahan
• Kecamatan Robatal yang terdiri dari 12 kelurahan
• Kecamatan Ketapang yang terdiri dari 14 kelurahan
• Kecamatan Banyumas yang terdiri dari 20 kelurahan
• Kecamatan Sukobanah yang terdiri dari 12 kelurahan 45 http://www. eastjava/tourism/sampang
Universitas Kristen Petra
85
2.2.4.3. Pamekasan
Sebagai langkah untuk meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan,
berbagai proyek, berbagai proyek kegiatan dilakukan di wilayah desa dalam
lingkup terkecil. Wilayah desa dijadikan sebagai fokus berbagai proyek kegiatan,
sebab secara akumulasi sangat menentukan tingkat perkembangan dan
kesejahteraan di seluruh Pamekasan.
Gambar 2.58. Lambang Kabupaten Pamekasan
Untuk membentuk garis koordinasi secara teknis dibentuklah berbagai
Bagian, Badan, Kantor, dan Dinas yang terkait dengan masing-masing bidang
dengan maksud untuk memudahkan dalam penentuan langkan dan evaluasi
kinerjanya dari tahun ke tahun. Komponen teknis Pemerintah Kabupaten
Pamekasan terdiri dari Bupati, Sekretaris Daerah, Asisten Bagian serta
Dinas/Badan/Kantor yang terkait dalam suatu sistem Pemerintahan
Secara garis administratif, Kabupaten Pamekasan terdiri dari46:
• 4 daerah administrasi politik
• 13 kecamatan
• 11 kelurahan
• 178 desa
Detil pembagian daerah administrasi Kabupaten Pamekasan dibawah
naungan Asisten Bagian dan Kecamatan adalah
a. Kecamatan Pamekasan : Kecamatan Pamekasan, Proppo dan Tanakan
b. Kecamatan Galis : Kecamatan Galis, Pademawu dan Larangan
46 http://www. eastjava/tourism/pamekasan
Universitas Kristen Petra
86
c. Kecamatan Pegantenan : Kecamatan Pegantenan, Palengaan, Pakong dan
Kadur
d. Kecamatan Waru : Kecamatan Waru, Batumarmar dan Pasean
2.2.4.4. Sumenep
Kabupaten Sumenep merupakan daerah terbesar di Pulau Madura dengan
struktur administrasi yang terbagi atas 7 kecamatan, 25 kelurahan, 4 asisten
bagian, 4 area pedesaan47.
Gambar 2.59. Lambang Kabupaten Sumenep
Detil mengenai pembagian daerah administratif Sumenep adalah:
1. Daerah Pemerintahan Sumenep terdiri dari 4 kecamatan, 4 kelurahan di daerah
perkotaan dan 45 kelurahan.
2. Daerah Pemerintahan Bluto terdiri dari 4 kecamatan dan 62 kelurahan
3. Daerah Pemerintahan Guluk-Guluk terdiri dari 3 kecamatan dan 40 kelurahan
4. Daerah Pemerintahan Ambunten terdiri 4 kecamatan dan 51 kelurahan
5. Daerah Pemerintahan Batang-Batang terdiri dari 4 kecamatan dan 62
kelurahan
6. Daerah Pemerintahan Sepudi terdiri dari 4 kecamatan dan 31 kelurahan
7. Daerah Pemerintahan Kangean terdiri dari 2 kecamatan dan 37 kelurahan.
2.2.5. Penduduk dan Tenaga Kerja
Data kependudukan umumnya diperoleh melalui sensus penduduk. Sensus
Penduduk adalah pengumpulan data penduduk yang dilakukan menyeluruh setiap
47 http://www. eastjava/tourism/sumenep
Universitas Kristen Petra
87
10 tahun sekali dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)48. Hasil sensus
penduduk selain bermanfaat untuk mengetahui jumlah penduduk pada waktu
tertentu, juga berguna sebagai data utama proyeksi penduduk pada tahun
sesudahnya. Registrasi penduduk adalah kegiatan pencatatan rutin tentang
kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk, biasanya dilakukan pada
pertengahan dan akhir tahun. Survei Penduduk merupakan pengumpulan data
penduduk dengan teknik sampel seperti: survei Sosial Ekonomi Nasional dan
Survei Angkatan Kerja Nasional yang dilakukan oleh BPS. Data kependudukan
yang disajikan dalam publikasi ini adalah dari registrasi penduduk yang dilakukan
rutin 2 kali dalam satu tahun dan proyeksi dari data Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas)
Penduduk yang mendiami Kepulauan Madura hampir seluruhnya terdiri
dari Suku Madura. Penduduk asli Madura lebih tradisional dibandingkan dengan
Suku Jawa49. Campuran antara suku Jawa dan suku Madura hanya terdapat di
daerah pantai Selatan dan bagian Barat Pulau Madura. Di Pantai Timur pulau,
tepatnya di Pinggirpas Sumenep terdapat masyarakat keturunan Suku Bali,
sedangkan di pulau-pulau bagian Timur Kabupaten Sumenep terdapat penduduk
campuran keturunan Suku Bugis-Suku Makasar-Suku Madura. Di pulau
Masalembo dan Karamian terdapat campuran suku Madura dengan suku Banjar.
Penduduk campuran keturunan Bangsa Arab dan Suku Madura tersebar di seluruh
pulau, sedangkan campuran dengan Bangsa Cina terdapat di daerah perkotaan.
Pulau Madura merupakan pulau yang menjadi program transmigrasi paling
pokok dari pemerintah pada abad ke-19 dan ke-20 , dan penduduk Madura
bermukim di Pulau lain di Indonesia terutama Kalimantan dan Sumatera. Sebagai
hasil program transmigrasi, karena masyarakat Madura masih mempertahankan
kebudayaan dan komunitasnya meski di luar Madura maka, terjadi konflik dengan
komunitas penduduk asli di pulau lain. Konflik yang paling besar dan mencuat
dipermukaan media adalah di daerah Kalimantan yaitu konflik antara Suku
Madura dengan Suku Dayak50.
48 Kabupaten Pamekasan Dalam Angka 2003: Pamekasan Regency In Figure 2003. Pamekasan:
Badan Pusat Statistik. 2003, Hal. 3. 49 Indonesia. 1990. Odyssey Guides: Hong Kong, Hal. 63. 50 http://en.wikipedia.org/wiki/Madurese
Universitas Kristen Petra
88
Selain itu suku Madura juga banyak yang tersebar di Pulau Jawa.
Perpindahan Suku Madura ke Jawa Timur dikarenakan kondisi geografis yang
letaknya berdekatan.51. Di Jawa Timur suku Madura tersebar di daerah pantai
Utara daerah ini sehingga penyebarannya menyerupai tapal kuda yang
membentang dari pulau Madura, daerah Kabupaten Lamongan, Gresik, Surabaya,
Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso dan Banyuwangi.
Sedangkan daerah pedalaman seperti Jember, Malang dan Jombang juga masih
terdapat daerah-daerah yang dihuni oleh Suku Madura. Suku Madura yang
merantau dan hidup di luar daerah ini dinamakan Suku Madura Medalungan52.
Akibat tanahnya yang gersang maka jiwa bahari suku Madura amat menonjol,
sehingga selain sebagai nelayan pencari ikan mereka juga amat berani mengarungi
lautan sehingga suku ini tersebar sampai ke daerah yang amat jauh seperti
Malaysia dan Singapura.
Gambar 2.60. Penduduk Laki-laki dengan baju khas Madura
51 Geografi Budaya Jawa Timur. 1983. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta, Hal. 3. 52 Ensiklopedia Indonesia Jilid 5. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve. 1984, Hal. 2528.
Universitas Kristen Petra
89
Gambar 2.61. Dokar
Gambar 2.62. Clurit
Penduduk Madura memiliki khas yaitu pakaian yang lorek-lorek berwarna
merah-putih, menggunakan destar yaitu ikat kepala berwarna hitam untuk laki-
laki dan kebaya tradisional yang masih banyak digunakan oleh penduduk
wanita53. Kendaraan tradisional di Pulau Madura yaitu dokar masih banyak
dijumpai di jalan-jalan di daerah Madura. Clurit merupakan salah satu ciri senjata
yang dikenal dari Pulau Madura dan dihubungkan dengan ciri khas penduduk
Madura yang suka bertengkar dengan menggunakan clurit atau yang lebih dikenal
dengan sebuatan carok.
Suku Madura merupakan suatu kelompok etnik yang asli penghuni Pulau
Madura dan merupakan kelompok etnik terbesar ketiga di Indonesia. 54. Mata
53 Ibid, Hal. 2529. 54 Loc cit, par 3.
Universitas Kristen Petra
90
pencaharian Suku Madura sebagian besar adalah bertani dan sebagai nelayan
sebanyak 82%, pengerajin sebanyak 3.2% dan lain-lain 3.5%. Bidang perternakan
menghasilkan sapi potong, sapi karapan, kuda dan lain-lain. Suku Madura
mengembangkan industri penambangan garam dan kapur, pembuatan ukir-ukiran
kayu, perabot, dan menganyam tikar.
Gambar 2.63. Nelayan
Gambar 2.64. Pengerajin Batik
Pada musim kemarau, penduduk Madura bermigrasi ke daerah lain dan ini
disebut sebagai migrasi musiman. Mereka mengadu nasib di daerah lain karena
kondisi fisik Pulau Madura yang kering dan tandus.55 Biasanya saat datang musim
kemarau, penduduk Madura pindah ke Surabaya untuk mencari penghasilan yang
lebih baik. Proses perpindahan penduduk (migrasi) Suku Bangsa Madura telah
55 Oey, Eric. ed. Java: Garden Of TheEast. 1995. Periplus Editions: Singapore, Hal. 56.
Universitas Kristen Petra
91
berlangsung sejak lampau. Di dalam berlangsungnya perpindahan penduduk ini
akan diikuti oleh proses akulturasi antara penduduk asli di Jawa Timur dalam hal
ini suku bangsa Jawa, dengan pendatang Suku Madura. Gejala akulturasi banyak
terjadi di pantai yang berhadapan dengan Selat Madura dan juga Pantai Selatan
daratan Madura yang berbatasan dengan Selat Madura. Tetapi di beberapa gejala
akulturasi seperti halnya di daerah Pantai Utara Jawa Timur tersebut. Salah satu
bentuk akulturasi budaya yang jelas kelihatan adalah di bidang kesenian56.
Pada kenyataannya di daerah sepanjang Pantai Utara Jawa Timur bagian
Timur yang berbatasan denga Selat Madura, banyak terdapat orang-orang Suku
Bangsa Madura. Bahkan dibeberapa tempat mereka migran, mereka masih
menggunakan bahasa Madura.
2.2.6. Latar belakang terjadinya migrasi Suku Madura adalah:
2.2.6.1. Keadaan Fisik Pulau Madura
Keadaan fisik Pulau Madura yang kurang menguntungkan untuk usaha
pertanian. Sebagian besar tanahnya terdiri dari kapur, yang berbentuk pada jaman
pleistosin, yang umumnya kurang subur untuk pertanian. Keadaan morfologinya
juga kurang menguntungkan sebab banyaknya pegunungan dan bukit-bukit dan
terbatasnya dataran rendah yang bisa dipergunakan untuk pertanian. Secara
keseluruhan tanah yang terdapat di Madura mempunyai sifat solum, tanahnya
dangkal, tekstur tanahnya liat, struktur kersai bergumpal tidak tahan terhadap
erosi, tingkat kesuburan rendah hingga sedang saja dan kadar unsur haranya
rendah terutama unsur nitrogennya.
Disamping itu 18,20% atau ± 99,650 Ha, merupakan tanah gundul dalam
keadaan fisik teknis kritis dan hidrologisnya kritis. Ditambah lagi masih
banyaknya tanah-tanah kritis yang masih tetap diusahakan oleh penduduk, akibat
kurangnya tanah garapan mereka. Keadaan tata airnya juga kurang
menguntungkan. Pada musim penghujan banyak sungai meluap dan banjir,
sedangkan pada musim kemarau kering sama sekali atau sangat sedikit airnya.
Dengan demikian secara keseluruhan keadaan fisik Pulau Madura baik
yang mencakup masalah tanahnya, iklimnya morfologinya dan tata airnya kurang
56 Ensiklopedia Indonesia Jilid 4. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve. 1983, Hal. 2080.
Universitas Kristen Petra
92
menguntungkan untuk usaha pertanian. Justru mata pencaharian ini merupakan
paling banyak di Madura. Keadaan alam yang kurang menguntungkan ini
mendorong mereka meninggalkan daerahnya untuk bermigrasi.
2.2.6.2. Segi Politis
Dari data-data historis dapat diketahui bahwa antar penguasa-penguasa di
Jawa dan Madura telah ada hubungan, baik melalui proses perkawinan ataupun
melalui penguasaan militer antara kedua daerah tersebut. Semuanya ini dengan
tujuan politis yang dilakukan oleh penguasa-penguasa di kedua daerah tersebut.
a. Sebuah konflik Madura mengatakan bahwa adanya hubungan darah
antara penguasa Bangkalan dengan Raja-raja Majapahit. Trunojoyo menganggap
dirinya merupakan keturunan kesebelas dari Raja Barwijaya-Majapahit.
b. Adanya hubungan politik antara Prasena atau Pangeran Cakraningrat I
dengan Sultan Agung di Mataram
c. Dalam penempatan Wiraraja di Sumenep oleh Kerajaan Singsari,
kemudian Wiraraja mengadakan hubungan rahasia dengan Jayakatong di Kediri
untuk meruntuhkan kekuasaan Singasari. Dikatakan pula sewaktu pembukaan
hutan Tarik dikerjakan oleh pengikut Wiraraja dan pada saat pertama mulai
berdirinya Kerajaan Majapahit.
d. Hubungan antara Madura dengan Surabaya telah terjadi pada tahun
1791, yaitu Bupati Kasepuhan Surabaya, Raden Tumenggung Cakranegara, kawin
dengn Putri Panembahan Madura.
2.2.6.3. Perdagangan
Hubungan antara pelabuhan-pelabuhan di Madura dengan kota-kota di
pantai Utara Jawa Timur telah ada sejak jaman dahulu. Pelabuhan-pelabuhan itu
adalah Sumenep, Pamekasan, Sampang, dan Kamal. Sedangkan pelabuhan-
pelabuhan di pantai Utara Jawa Timur diantaranya Gresik, Surabaya, Pasuruan,
Probolinggo dan Besuki. Melalui kontak dengan pelabuhan-pelabuhan tersebut
terjadilah perdagangan beras yang sangat diperlukan oleh daratan Madura.
Universitas Kristen Petra
93
2.2.6.4. Peperangan
Kegiatan yang dilakukan di bidang militer yang dilakukan oleh penguasa-
penguasa sendiri ataupun dalam rangka memberi bantuan pada pemerintahan
Belanda ataupun raja-raja banyak melibatkan orang-orang Madura di daratan
Jawa.
a. Bantuan orang Madura di dalam penyerangan Singasari, oleh
Jayakatong dari Kediri
b. Bantuan orang Madura dalam mendirikan Kerajaan Majapahit, dalam
perang Trunojoyo dalam pemberantasan pemberontakan orang Cina di
Kartasura oleh Pangeran Cakraningrat IV pada tahun 1767
c. Perlawanan Prabu Joko di Malang dan Ngantang tahun 1768 dimana
Kompeni Belanda minta bantuan orang Madura sebanyak 1.000 orang
d. Dalam Perang Diponegoro tahun 1825, Sumenep menyerahkan pasukan
Madura sebanyak 2.677 orang
Dari gambaran peristiwa-peristiwa diatas menunjukkan bahwa orang
Madura cukup banyak keluar dari daerah Madura, masuk ke Jawa ataupun daerah-
daerah lain untuk perlawatan perang. Sebagian pasukan Madura atau pekerja kasar
yang masih hidup dan tertinggal tidak semuanya kembali ke Madura. Mereka
akan berintegrasi dengan penduduk setempat dan selanjutnya keturunannya akan
menempati tempat tinggalnya yang baru ini.
2.2.6.5. Perpindahan Mata Pencaharian
Sebenarnya sebagian besar penduduk Madura bermata pencaharian
sebagai petani. Karena keadaan alamnya yang kurang menguntungkan untuk
usaha pertanian ini, menyebabkan banyak diantara orang Madura ini berpindah
mata pencaharian, misalnya berdagang, mencari ikan. Yang mendorong mereka
untuk ke luar dari daerahnya hingga akhirnya sampai ke Jawa. Dari perantau-
perantau ini banyak yang menetap di daerah baru dan berintegrasi dengan
penduduk setempat.
Universitas Kristen Petra
94
2.2.7. Angka Populasi dan Penyebarannya
2.2.7.1. Bangkalan
Total populasi di Kabupaten Bangkalan adalah 880.772 jiwa. Dibawah ini
berikut angka tenaga kerja yang tersebar di berbagai bidang
1. Agrikultur : 49.22%
2. Pertambangan : 6.63%
3. Industri/Pabrik : 11.13%
4. Listrik, gas dan air : 0.13%
5. Pembangunan : 3.30%
6. Restauran dan hotel : 17.30%
7. Transportasi dan komunikasi : 3.23%
8. Keuangan dan asuransi : 0.48%
9. Jasa sosial dan swasta : 15.81%
10. Lain-lain : 0.77%
Populasi di Kabupaten Bangkalan terdiri dari 421.982 jiwa penduduk laki-
laki (47,91%) dan 458.790 jiwa penduduk perempuan (52,09%). Secara
keseluruhan jumlah penduduk mengalami kenaikan sebesar 7.48% dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Penduduk Madura yang mengenyam pendidikan sangat
minim. Angka pendidikan di tingkat sekolah dasar yaitu 107.063 jiwa, tingkat
menengah pertama yaitu 9.115 jiwa, tingkat menengah ke atas yaitu 5.538 dan
universitas hanya 2.400 jiwa.
2.2.7.2. Sampang
Populasi di Kabupaten Sampang lebih sedikit daripada Kabupaten
Bangkalan yaitu 704.445 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak
337.541 jiwa dan perempuan 365.594 jiwa. Penduduk di Sampang sangat sedikit
dikarenakan luas daerah yang kecil dan kondisi lingkungan, namun, populasi di
Kabupaten Sampang mengalami kenaikan sebanyak 1.55%. Kepadatan penduduk
di Kabupaten Sampang yaitu 570 jiwa/km². Karena penduduk yang relative
sedikit dan kondisi lingkungan yang tidak begitu menguntungkan maka, sebagian
besar penduduk Kabupaten Sampang bermata pencaharian sebagai petani dan
nelayan. Jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan sekolah dasar adalah
Universitas Kristen Petra
95
94.459 jiwa, tingkat menengah pertama sebesar 6.844 jiwa dan menengah ke atas
sebesar 2.986 jiwa sedangkan yang mengenyam pendidikan di tingkat universitas
hanya sebesar 233 jiwa.
2.2.7.3. Pamekasan
Populasi di Kabupaten Pamekasan mengalami kenaikan sebanyak 1.54%
dari tahun 2002 dan dari sensus terakhir pada tahun 2003, populasi di Pamekasan
menjadi 634.127 dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 304.264 jiwa dan
jumlah penduduk perempuan sebanyak 329.933 jiwa. Jumlah penduduk yang
mengenyam pendidikan sekolah dasar sebesar 107.063, sekolah tingkat pertama
sebesar 9.115 jiwa, sekolah menengah ke atas sebanyak 2.400 jiwa dan yang
mengenyam pendidikan di universitas sebanyak 2.400 jiwa
Angka penyebaran tenaga kerja di Pamekasan:
1. Pegawai Pemerintahan : 8.720
2. Pegawai Swasta : 2.771
3. Militer : 3.268
4. Wirausaha : 11.851
5. Petani : 372.225
6. Nelayan : 8.441
2.2.7.4. Sumenep
Penduduk Kabupaten Sumenep tercacat sebanyak 861.015 jiwa dengan
komposisi laki-laki sebanyak 412.964 jiwa dan perempuan sebanyak 448.051.
Suatu komposisi yang lazim yang mana jumalh penduduk wanitanya sedikit lebh
banyak daripada jumlah penduduk wanita.
2.2.8. Keadaan Agama
Hampir seluruh penduduk Madura beragama Islam (90%)57. Penduduk asli
umumnya pemeluk agama Islam yang taat. Sebagian terbesar menganut mazab
Ahli Sunnah Wal Jama’ah dan sebagian kecil penganut pergerakan
Muhammadiyah (pembaharuan). Agama lain seperti Nasrani, Budha Tri Darma
57 Geografi Budaya Jawa Timur. 1983. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta
Universitas Kristen Petra
96
dan lainnya amat sedikit jumlahnya. Dan agama ini umumnya dipeluk oleh
pendatang dan relatif sedikit jumlahnya. Agama Islam pertama kali dibawa oleh
Wali Songo pada abad ke-15 dan ke-16 dan dipercaya bahwa masyarakat Madura
merupakan pengikut Sunan Giri dari Gresik.58
Agama Islam menjadi agama yang terutama di daerah Madura. Hampir
semua lapisan masyrakat memeluk agama ini, dengan demikian maka peran Kaum
Ulama menjadi amat menonjol. Demikian pula peran pendidikan madrasah dan
pondok pesantren menjadi amat potensial. Dalam bidang pendidikan, Agama
Islam sangat mendominasi, bahkan untuk tingkat menengah ke atas tidak terdapat
sekolah swasta.
Umat Islam di Madura justru amat bangga karena dapat dikatakan bahwa
hanya pulaunya sajalah di antara ribuan pulau di kepulauan Indonesia yang tidak
tercampur agamanya. Pulau Sumatera masih mempunyai daerah penganut Kristen
yaitu Batak, Pulau Jawa terdapat sejumlah besar penganut dan ajaran Kristen,
Budha dan Hindu, Pulau Kalimantan juga mempunyai daerah penganut Kristen
yaitu Suku Dayak sedangkan Sulawesi berada di daerah Toraja dan Minahasa.
Tidak demikian halnya Pulau Madura. Daerah ini tidak memiliki daerah kantong
yang beragama lain seperti di empat pulau itu. Jadi Islam di daerah Madura dapat
dikatakan merata dan homogen.
Para kyai merupakan figur sentral yang amat dihormati dan ditaati.
Sebelum masyarakat menerima sesuatu ajaran atau perintah dari pamong desa,
maka terlebih dahulu mereka akan memohon fatwa dari Pak Kyai. Dengan
demikian maka para pemimpin formal yang ingin memimpin daerahnya dengan
sukses umumnya mereka harus pandai-pandai menghargai dan memanfaatkan
peran sentral para kyai itu.
Kehidupan keagamaan bagi masyarakat amat terasa. Pada setiap gugus
bangun rumah tinggal dari suatu Brayat (extended family) akan selalu membangun
langgar di bagian Barat Taneannya. Setiap warga masyarakat umumnya selalu
bercita-cita agar dapat menunaikan ibadah haji, meskipun hidupnya serba
sederhana. Kalau dia menunaikan ibadah haji maka sebagian besar masyarakatnya
akan menyambut hangat dan bahkan berduyun-duyun mengantarkannya ke
58 http://www.maduraislandofcharm_culture
Universitas Kristen Petra
97
pangkalan haji. Setelah ia berhasil menunaikan rukun islam yang kelima ini maka
ia akan dielu-elukan masyarakatnya dan mendapat gelar Tuan Haji. Suatu gelar
yang sangat berlebihan tetapi sangat diidamkan.
Meskipun sebagian besar masyarakatnya memeluk agama Islam namun,
mereka belum sepenuhnya meninggalkan bentuk-bentuk kepercayaan lama. Jadi,
selalu muncul tata nilai dan tata laku yang berdasarkan kepercayaan lama yang
telah berakar sebelum agama Islam hidup subur di daerah ini.
Menurut masyarakat Madura, dunia yang telah diciptakan Tuhan
merupakan dunia gaib (supernatural) yang selain dihuni oleh umat manusia,
binatang dan tetumbuhan, juga didiami oleh makhluk halus dan kekuatan gaib.
Mereka percaya adanya makhluk halus. Mereka mengenal jenis dan nama mahluk
halus itu seperti: jin, gondoruwo, setan gundul, dindadin, jerangkong, searaksa
bengko (= penunggu rumah) dan sebagianya. Mereka juga percaya kepada
kekuatan gaib terutama kekuatan yang berada pada benda-benda yang dianggap
sakti dan keramat. Mereka amat menghormati benda-benda peninggalan leluhur.
Keris, tombak, pedang pusaka dianggap memiliki kekuatan sakti sehingga harus
kerap diziarahi.
Tentang kepercayaan terhadap hidup dan mati umumnya berdasarkan
ajaran agama Islam. Mereka telah percaya bahwa hidup dan mati itu ditentukan
oleh Tuhan. Setiap orang diwajibkan mencari kesehatan dan kesembuhan atau
kematian itu sepenuhnya ada di tangan Tuhan. Mereka seperti yang diajarkan oleh
agamanya tidak mempercayai adanya reincarnatie atau reinkarnasi. Mereka
percaya bahwa roh orang yang mati secara baik-baik akan terus masuk ke dalam
alam barzah (alam kubur). Di dalam menghadapi dunia gaib itu mereka was-was,
takut, atau bahkan ngeri. Oleh karenanya mereka lalu menghormatinya dan
menyucikan kekuatangaib yang ada di dalam pusaka, jimat dan makam seseorang
yang dianggap sakti. Untuk menjaga agar kekuatan gaib itu tidak marah, tidak
mengganggu dan bahkan sebaliknya dapat memberikan manfaat kepadanya maka
mereka masih suka dengan pembacaan doa dan ayat-ayat suci Al-Quran.
Mereka masih mengenal Upacara rokad di desa (bersih desa), rokad tasik
(selamatan di laut), nyadar (selamatan di laut) dan sebagainya. Upacara yang
bertalian dengan siklus hidup juga masih dikerjakan. Tata nilai dan tata lakunya
Universitas Kristen Petra
98
juga hampir mirip dengan berlaku di masyarakat Jawa. Sebagai pemeluk agama
Islam yang taat mereka juga tetap mengadakan upacara dan peringatan keagamaan
seperti: Mauladan, Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha, Peringatan Nuzurul
Quran , Khitanan, Nikah, Khataman dan sebagainya.
Demikian pula di dalam proses pembangunan rumah juga terdapat
beberapa upacara. Menjelang pembangunan rumah, seorang Kyai atau Dukun
Sarat dikunjungi dan dimohon memperhitungkan dan menentukan tempat yang
paling baik dan waktu yang paling tepat sedemikian sehingga nantinya rumah itu
akan memberikan kesejahteraan lahir batin kepada penghuninya dan sebaliknya
terjauh dari segala penderitaan dan gangguan dari kekuatan gaib. Hasil dari
perhitungan berdasarkan Kitab atau Primbon itu kemudian digunakan untuk
menentukan letak rumah tonggu (rumah tinggal yang pertama) dan waktu yang
akan digunakan untuk memulai pekerjaan itu biasanya diadakan selamatan pada
persil yang akan dibangun. Untuk upacara itu disediakan nasi ponar (nasi kuning)
dan tajin (jenang aneka warna). Tajin ini nantinya boleh dimakan oleh para
pekerja atau ditanamkan di bawah empat sasaka agung (saka guru) rumah itu.
Di antara sendi-sendi sasaka agung ini sering dimasukkan uang perak, agar
suasana rumah itu nantinya “dingin” artinya terdapat berkah dan sebagai
kepsekkep artinya sebagai benda penolak bala. Di dalam pendiriannya maka
sasaka agung yang terletak di arah Timur Laut dipasang terlebih dahulu. Jadi di
sini arah Timur Laut merupakan tempat suci. Hal ini mengingatkan pada Agama
Hindu Bali bahwa arah Timur Laut merupakan arah yang paling suci dan
dikatakan “utamaning utama”59. Pada tiang utama ini selama masa pembangunan
digantungkan untalan padi dan jagung sebagai lambang rejeki. Sore harinya
setelah pekerjaan mendirikan rumah selesai seluruhnya diadakan upacara
selamatan yang dipimpin oleh seorang Kyai dan dihadiri oleh semua orang yang
membantu waktu membangun rumah tersebut. Sebagai penutupnya setelah makan
dan minum, semua yang hadir diberikan berkat untum dibawa pulang ke
rumahnya masing-masing.
59 Wiryoprawiro, Zein. M. Arsitektural Tradisional Madura Sumenep Dengan Pendekatan
Historis Dan Deskriptif. Surabaya: Laboratorium Arsitektur Tradisional ITS Surabaya. 1986, Hal. 15.
Universitas Kristen Petra
99
Kehidupan keagamaan di Madura sangat kental dengan ajaran agama
Islam, meski terdapat beberapa agama lain yang masuk dan menjadi agama bagi
sebagian kecil dari total penduduk di Madura60.
2.2.9. Kebudayaan
Pada dasarnya kebudayaan masyarakat Madura adalah Kebudayaan Jawa.
Merek percaya bahwa mereka adalah keturunan orang Jawa. Menurut sejarah dan
legenda yang berlaku di masyarakat Madura nampak bahwa kecenderungan itu
amat kuat. Bahkan dari segi bahasa menunjukkan bahwa kalau mereka pergi ke
Pulau Jawa, mereka menganggap atau mengatakan akan naek meskipun kedau
pantai penyeberangannya sama-sama landainya, dan kalau mau kembali dari Jawa
maka mereka mengatakan akan toron. Jadi mereka menganggap bahwa Tanah
Jawa adalah tanah para leluhurnya yang dipuja dan dihormatinya.
Di pihak lain, komunikasi yang paling dekat dengan mereka tentu saja
hanya dengan suku Jawa. Oleh sebab itu maka kebudayaan Jawa mendasari
kebudayaan Madura, meskipun kemudian diwarnai oleh Kebudayaan Melayu,
Eropa dan Cina.
Pada lapisan masyarakat atas dan menengah yakni bangsawan tinggi dan
bangsawan lainnya maka kebudayaan mereka cenderung berkiblat ke arah raja
atau bangsawan Jawa. Dalam sejarah hal itu memang nampak adanya pertautan
kekuasaan antara penguasa Madura. Hal itu memang nampak pada kurun waktu
berkembangnya kekuasaan Raja-raja Hindu dan Budha di Jawa, jaman Wali
Songo dan jaman kekuasaan Raja-raja Islam di Jawa Tengah.
Pada lingkungan masyarakat ini berkembang kesenian yang mirip dengan
kesenian Jawa. Kesenian Topeng Dalang dalah sangat mirip dengan kesenian
Wayang Orang Jawa, dengan takhasus bahwa setiap pemainnya menggunakan
topeng. Di Sumenep juga dikenal kesenian Karawitan dan Macama yang sangat
nirip dengan Karawitan dan Macapat di Jawa.
Nama para bangsawan Madura adalah nama-nama Jawa seperti: Ario
Danurwondo, Panembahan Mondokoro, Raden Wetan, Tirtonegoro, Panembagan
Sumolo dan sebagainya. Kesemuanya itu dapat ditemukan dalam daftar Nama
60 Ensiklopedia Indonesia. Jilid 3. Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka. 1989, Hal. 2524.
Universitas Kristen Petra
100
Bupati Sumenep yang terlampir. Bahkan rumah mereka merupakan pola dan
bentuk rumah Jawa. Komposisi rumah: Pendopo, Peringitan, Dalem dan Pawon
seperti di Jawa juga nampak pada rumah bangsawan. Demikian pula bentuk
bangunan Joglo, Limasan dan Kampung seperti di Jawa juga nampak disana
meski dalam skala yang agak berbeda dan nama yang berbeda pula.
Pada lapisan menengah ke bawah atau rakyat kebanyakan, kebudayaan
mereka cenderung berkiblat kepada kebudayaan Islam Melayu, Bugis dan Aceh.
Masyarakat ini amat taat kepada Kyai meskipun tetap hormat kepada
raja/bangsawan61. Huruf Arab atau huruf Al’Quran lebih mereka kuasai daripada
huruf Jawa. Nama-nama mereka juga cenderung lebih banyak menggunakan
nama-nama Islam Arab. Kesenian Jawa kurang disenangi, namun kesenian
Hadrah, Samsoh, Qosidah, Qurrok dan sejenisnya amat disenangi. Ludruk,
kesenian rakyat dan masyarakat Islam yang konon dulu lahirnya di hutan-hutan
daerah Jombang itu banyak digemari dan tersebar ke seluruh pulau.
2.2.9.1.Pengaruh Budaya Jawa-Islam
Islam datang di Madura berkat hasil penyebaran dan pengajaran Sunan
Giri di Gresik (murid Sunan Ampel Surabaya), serta saudagar-saudagar Islam dari
Gujarat yang singgah di pelabuhan-pelabuhan Madura terutama di Kalianget. Dan
kemudian rakyat Madura tertarik dengan ajaran agama Islam ini. Dalam tempo
yang relatif singkat agama ini menyebar ke pedalaman Madura62.
Diceritakan selanjutnya bahwa di Parsanga (Sumenep), datanglah seorang
penyiar agama ini yang kemudian tenar dengan sebutan Sunan Padusan, sebab
setiap orang yang telah masuk Islam dan telah dipandang mampu untuk
menjalankan syariat Islam, maka orang tersebut kemudian “diedus”, dimandikan
dengan air bunga yang harum.
Rakyat Madura semakin antusias untuk mempelajari agama Islam,
kemudian Joko Tole (1415-1460); keturunan Raja Sumenep, tertarik dan memeluk
61 Wiryoprawiro. Opcit. Hal 35. 62 Abdullah, Taufik. ed. Sejarah Lokal di Indonesia: Kumpulan Tulisan. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, Hal. 44.
Universitas Kristen Petra
101
agama ini. Bahkan kemudian Sunan Padusan diambilnya menantu dan dijodohkan
dengan putrinya.
Dengan meluasnya dan mendalamnya ajaran Islam di Madura, maka
kebudayaan Islam-Jawa ikut terbawa serta sampai ke pelosok-pelosok desa.
Karena itu kesenian seperti Hadrah, Gambus, Zamroh masih terdapat di pelosok-
pelosok desa dan menjadi kesenian rakyat.
a. Bangunan
Gambar 2.65. Asta tinggi dengan prasasti tertulis dalam Bahasa Arab
Pengaruh budaya Islam sangat kental di Madura dan masih terdapat
beberapa tempat yang diagungkan dan didatangi peziarah untuk berdoa. Asta
Tinggi merupakan Pemakaman Kerajaan yang berlokasi di Kebunagung di
sebelah tenggara Kabupaten Sumenep, berjarak 2,5 km dari Sumenep. Asta Tinggi
dibangun oleh Panembahan Romo (1678-1709)63. Asta Tinggi memiliki dua
bangunan utama yaitu yang pertama dapat ditemui pendopo dan didalamnya
terdapat 3 buah makam. Pendopo digunakan untuk pertemuan dahulu kala dan
makam adalah tempat mengubur keluarga kerajaan. Makam yang pertama terletak
di sebelah Barat dan merupakan makam Raden Pulang Jiwo. Makam yang kedua
berada di sebelah Utara, merupakan makam Raden Jimat dan yang terakhir
terletak di sebelah Timur yang merupakan makam Bindoro Soad dan Raden
63 Wiryoprawiro, Zein. M. Arsitektural Tradisional Madura Sumenep dengan Pendekatan Historis
dan Deskriptif. 1986. Laboratorium Arsitektur Tradisional FTSP ITS: Surabaya, Hal. 77. Universitas Kristen Petra
102
Tirtonegoro. Bangunan kuno ini dibangun pada tahun 1750 dalam masa
pemerintahan Bindoro Soad yang memiliki gelar Raden Tumenggung
Tirtonegoro.
Gambar 2.66. Pendopo
Bangunan kedua terletak di sebelah Utara. Jalan masuk Asta Tinggi besar
dan indah yang berada 2 meter dan setelah itu dapat ditemukan prasasti yang
tertulis dalam Bahasa Arab64. Bangunan ini memiliki pemakaman yang menarik
dan merupakn makam Arya Noto Kusumo dan keturunan-keturunannya. Banguan
yang kedua ini dibangun pada tahun 1763 oleh Arya Noto Kusumo I. terlihat jelas
bangunan-bangunan tersebut merupakan pengaruh Islam dan hingga kini masih
menjadi tempat yang dirawat oleh masyarakat Madura (Sumenep)
64 http://www.eastjava.com/tourism/sumenep/sumenep/asta04
Universitas Kristen Petra
103
Gambar 2.67. Pemakaman Aryo Kusumo
Pengaruh ajaran agama Islam cukup melekat di Madura terutama di daerah
Sumenep. Dengan demikian maka pada budaya kaum bangsawan terlihat adanya
Islam-Kejawen, dimana unsur tradisional Jawa masih terlihat jelas. Pada seni
bangunan masjid dengan beratap tajug yang bersusun tiga (ganjil) sedangkan
bentuk menaranya menggunakan bentuk kubah/bawang. Timbul pula bangunan
langgar atau Mushola merupakan bangunan pengaruh ajaran Islam.
b. Ukir-ukiran
Bentuk ukir-ukiran Madura yang kini masih bertahan di desa Karduluk
Sumenep diperkirakan merupakan perkembangan dari ukiran Jepara di Jawa
Tengah dan merupakan pengaruh Jawa. Keduanya memiliki pola sangat mirip
yakni agak kasar namun lebih dinamis65. Hal itu amat berbeda dengan ukiran
Majapahit, Mataram dan Bali yang halus dan lembut. Keadaan yang demikian
nampaknya sesuai dengan latar belakang sejarahnya, di mana terdapat
bupati/adipati Sumenep yang berasal dari Demak, Kudus dan Semarang.
65 Bastoni, Suwaji. Drs. Seni Ukir. Semarang: Percetakan IKIP. 1982, Hal. 16.
Universitas Kristen Petra
104
Gambar 2.68. Pola Ukiran Jawa, Madura dan Mataram
Motif-motif ukiran Jawa pada umumnya merupakan gubahan dari tumbuh-
tumbuhan. Motif dasarnya sama, dengan bagian-bagian:
• Daun pokok sebagai bentuk dasar
• Lung, gubahan dari batang tumbuh-tumbuhan yang melilit atau menjalar
• Ikal = ukel = ulir = gelung = yaitu ujung daunyang diikal atau digelung,
sehingga menjadi bentuk bulatan.
• Benangan yaitu gubahan dari tulang daun
• Pecahan yaitu pinggiran daun yang dipecah dengan garis untuk menambah
keindahan
• Cawen yaitu pecahan yang pahatannya diperlebar
• Angkup yaitu gubahan kuncup daun, kuncup bunga, lipatan daun atau daun
yang menelungkup
• Ceplok yaitu gubahan bunga yang sedang berkembang
• Sulur yaitu serupa benang yang tumbuh dari batang
• Simbar yaitu sirip daun yang terletak pada bagian depan atau tengah-tengah
daun
• Endhong yaitu sirip daun bagian belakang
• Trubusan yaitu tunas daun, gubahan daun kecil atau angkup yang tumbuh di
sekitar daun pokok sebagai pelengkap.
Universitas Kristen Petra
105
Pola ukiran Madura nampak kasar-dinamik, mirip dengan pola ukiran
Jepara. Pada tiap-tiap motif terdapat sebagian besar unsur tersebut diatas, tetapi
tidak semuanya berkedudukan sama. Bentuk tiap-tiap unsur berbeda-beda,
sehingga memberi ciri khusus pada tiap-tiap motif tersebut. Pola dasar motif
ukiran Jawa sesuai dengan motif geometri yang disebut ikal dengan arah seperti
gelombang. Ikal tersebut ada yang berakhir dengan simpul ke dalam, tetapi ada
pula yang berakhir dengan simpul mengarah ke luar yang disebut ikal mursal atau
ikal recalsitran. Berdasarkan bagian-bagian motif serta bentuk motif Jawa, dapat
dikatakan bahwa ukiran Madura memiliki bagian-bagian yang sama dan bentuk
yang mirip. Bentuk atau motif ukiran Madura selalu sama pada setiap bagian
daerah di Madura. Motif tersebut memiliki bagian-bagian yang sama.
Gambar 2.69. Pola ukiran yang terdapat pada tiang/pilar bangunan Keraton
Bangkalan dan Ukir-ukiran pada list jendela di Keraton Sumenep
2.2.9.2. Pengaruh Kolonial Belanda
Kompeni Belanda atau VOC datang ke Madura khususnya Sumenep pada
kurun pemerintahan Raden Bugan (1648-1672), sahabat Pangeran Trunojoyo.
Setelah perjuangan Trunojoyo dapat dipatahkan, maka Pamekasan dan Sumenep
takluk pada kekuasaan Kompeni. Bahkan sepeninggal Raden Bugan, kompeni
jelas telah ikut campur menentukan tampuk pemerintahan Sumenep. Bahkan
kemudian menentukan bahwa Raden Sudarmo, satu-satunya putra laki-laki Raden
Universitas Kristen Petra
106
Bugan yang masih remaja, dibawa dan diasuh oleh Kompeni Belanda di Batavia
(1668)
Pada tahun 1704, Pangeran Cakraningrat meninggal dan di Mataram
terjadi peristiwa penandatanganan antara Pangeran Puger (saudara laki-laki Sultan
Amangkurat II) dengan kompeni mengakui kekuasaan Pangeran Puger yang saat
itu masih berselisih dengan Sunan Mas (Amangkurat III). Sebaliknya Pangeran
Puger berkewajiban menyerahkan sebagian dari Tanah Jawa dan Madura bagian
timur kepada kompeni.
Kolonial Belanda berhasil baik dapat memanfaatkan keperwiraan prajurit-
prajurit Sumenep untuk memerangi saudara-saudaranya setanah air yang justru
berjuang menentang Kolonial Belanda. Hal ini merupakan bukti realisasi politik
devide et impera dari Kolonial Belanda.
a. Bangunan
Kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda tertanam cukup kuat dan cukup
lama kira-kira selama 3 abad di Sumenep. Karena siasat dan kecerdikan
Pemerintah Kolonial Belanda, maka setelah Perang Trunojoyo dapat dipatahkan,
maka politik devide et impera dapat dilaksanakan dengan cukup berhasil terutama
melalui daerah ini. Pemimpin-pemimpin Sumenep yang dulunya berkiblat ke
Singosarri, Mojopahit, Demak, dan Mataram, lama-lama beralih kiblat kepada
bangsa Belanda. Dengan bujuk rayu, puji-pujian, bintang penghargaan dan
onderstand dari Pemerintah Hindia Belanda, maka bangsawan-bangsawan
Sumenep umumnya menjadi terlena dan kemudian menjadi demikian taat dan
setiap kepadanya, sedemikian rupa sehingga dengan mudah dapat dimanfaatkan
oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk membantu menumpas perjuangan
saudara-saudara setanah air-nya yang justru tegak berjuang melawan penjajah
Belanda. Dengan demikian kebudayaan Belanda ikut andil memberikan warna
pada kebudayaan Madura. Hal ini terlihat pada konsepsi ruang pada bangunan
rumah tinggal kaum bangsawannya. Bangunan ini mirip dengan konsepsi ruang
pada bangunan Kolonial Belanda yang banyak terlihat di Batavia dan kota-kota
besar di Jawa yang disebut “landhuise” yaitu bentuk arsitektur Belanda yang
sudahdisesuaikan dengan iklim di Indonesia. Demikian pula beberapa bentuk
Universitas Kristen Petra
107
elemen bangunan seperti kolom banyak yang diselesaikan dengan gaya Arsitektur
Belanda (Yunani).
Gambar 2.70. Gerbang masuk Asta Tinggi dengan khas bangunan Eropa
Gambar 2.71. Labang Mesem
Labang Mesem merupakan bangunan di bagian depan tempat masuk
menuju Keraton Sumenep66. Labang Mesem berarti “Pintu (gerbang) yang
tersenyum” adalah sebuah pintu yang ramah (welcome), sesuai dengan ajaran
Islam untuk selalu memuliakan tamu kita sebagai perwujudan ukhuwah Islamiah.
Masyarakat Madura terkenal dengan tutur bahasanya yang kasar dan berintonasi
tinggi namun, ketika melewati Labang Mesem maka anggapan itu akan hilang dan
orang akan tersenyum serta disambut dengan senyuman.
66 http://www.eastjava.com/tourism/sumenep/sumenep/keraton
Universitas Kristen Petra
108
Gambar diatas merupakan Labang Mesem tampak dari depan samping.
Tampak hiasan tembok meniru bentuk Parthenon dengan pilar-pilarnya yang
bergaya ionic, pengaruh Arsitektur Belanda (Yunani).
Gambar 2.72. Gedong Lonceng
Pada bagian dalam Keraton Sumenep, terdapat bangunan kecil menyerupai
bangunan pos penjaga. Bangunan tersebut adalah Gedong Lonceng, didalam
bangunan tersebut terdapat lonceng sebagi isyarat apabila keratin kedatangan
tamu agung. Bangunan Gedong Lonceng memiliki bentuk arsitektur Eropa.
2.2.9.3. Pengaruh Budaya Cina
Karena orang-orang Cina di Sumenep selain berusaha pada bidang
perdagangan juga banyak yang tekun pada bidang pertukangan, maka pengaruh
kebudayaan Cina terlihat jelas pada seni bangunan dan ukiran67. Bentuk penutup
atap dan pengukiran atap dengan top gavel (gunung-gunung) yang menjulang,
keramik, dan porselin dari Cina dan sebagainya merupakan pengaruh kebudayaan
Cina. Pada ukir-ukiran juga terlihat pengaruhnya dengan bentuk-bentuk Naga,
Burung Merak. Demikian pula pintu gerbang Masjid Agung Sumenep yaitu
Masjid Jamik yang mengingatkan kita pada Tembok Raksasa di Cina.
67 Prawirodiningrat, Syamsul Imam. Sepintas Adat Budaya Sumenep Sebagai Aspek
Pembangunan Nyata. Sumenep: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dati II, Hal. 20.
Universitas Kristen Petra
109
Gambar 2.73. Ukiran Cina pada tembok Masjid Jamik, Sumenep
Gambar 2.74. Porselin Cina pada mesbah Masjid Jamik
Universitas Kristen Petra
110
Gambar 2.75. Labang Mesem dengan atap menyerupai Pagoda Cina
Bangunan ini mempunyai konstruksi tembok pemikul dengan tebal ± 50
cm. Selain itu ruang masuk atau koridor yang mempunyai skala amat tinggi
sehingga kendaraan bisa lewat, di sisi kiri dan kanan terdapat ruang samping
(istirahat penjaga) yang mempunyai skala amat rendah sehingga untuk keluar
masuk ruang tersebut penjaga terpaksa membungkuk karena pintu yang amat
rendah dan di dalam ruang ia harus duduk bersila. Dari sini dapat diperkirakan
betapa wajib hormatnya para petugas jaga di tempat ini terhadap setiap tamu yang
lewat di pintu gerbang ini. Hal inilah yang dimaskudkan dengan pintu senyum itu.
Gambar 2.76. Bagian depan Pendopo Keraton yang menghadap ke Selatan
Universitas Kristen Petra
111
Pada Pendopo Keraton Sumenep, bagian atap terdapat duri di setiap ujung-
ujungnya yang menyerupai bentuk wuwungan pada klenteng dan sangat
mencerminkan khas bangunan Cina. Selain itu pengaruh kebudayaan Cina sangat
berpengaruh terhadap rumah tradisional Madura yang dapat ditemui hampir di
seluruh daerah di Madura. Ujungnya yang memiliki duri merupakan gubahan dari
cakar naga yang merupakan hewan khas Bangsa Cina.
Gambar 2.77. Klenteng Buddha di Pantai Talang Siring, Selatan
Pamekasan
Gambar 2.78. Rumah Tradisional Madura
Universitas Kristen Petra
112
Penampilan rumah tinggal mereka berdasarkan bentuk rumah Jawa di sisi
kiri dan kanan seolah-olah dipotong68. Hal ini mungkin merek tunujkkan bahwa
kebudayaan mereka tidak identik dengan kebudayaan Jawa. Bentuk bangunan
Bangsal, Pegunn dan Trompesan diperkirakan varian dari bentuk bangunan Jawa
Joglo, Limasan dan Kampung. Juga berkembang bentuk bangunan Pacenan yang
mirip dengan bentuk rumah kaum Cina yang biasa terdapat di kota-kota besar.
Bentuk ini seing juga tampil pada gugus bangun kaum bangsawan.
Gambar 2.79. Ukir-ukiran Naga di Pendopo Keraton Bangkalan.
68 Wiryoprawiro, Zein. M. Arsitektural Tradisional Madura Sumenep Dengan Pendekatan
Historis Dan Deskriptif. Surabaya: Laboratorium Arsitektur Tradisional ITS Surabaya. 1986, Hal. 38.
Universitas Kristen Petra
113
Gambar 2.80. Lambang Keraton Sumenep
Pengaruh Cina, Islam dan Eropa sangat dalam di Madura khususnya
daerah Sumenep, sehingga dengan adanya pengaruh kebudayaan asing maka,
Keraton Sumenep membuat lambang dengan perpaduan unsur-unsur Cina dan
Eropa.
Pengertian Lambang Keraton Sumenep:
• Mahkota Kerajaan bergaya Eropa
• Kuda Terbang sebagai simbol tunduk pada pemerintahan dan pengaruh Islam
• Naga terbang sebagai symbol Cina dan Putra Bangsawan ada dibawah jangan
diinjak
• Rumah berarti memberi perlindungan pada masyarakat
• Bintang berarti keagamaan
• Gambar orang memegang senjata artinya jangan acuh tak acuh kalau bicara
• Bunga berarti perdamaian
2.2.10. Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh penduduk Madura adalah Bahasa Madura.
Bahasa madura merupakan keluarga bahasa Hesperonesian, cabang bahasa
Indonesia Barat69. Bahasa ini berkaitan erat dengan Bahasa Jawa. Bahasa terbagi
atas dialek Bangkalan dan Sampang (Madura Barat), dialek Pamekasan (Madura
Tengah), dialek Sumenep (Madura Timur) dan dialek Kangean serta dialek
Girpapas yang digunakan penduduk di luar Pulau Jawa. Bahasa Madura juga
69 Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 10. 1990. PT Adi Cipta Pustaka: Jakarta, Hal. 63.
Universitas Kristen Petra
114
dipakai para perantau Madura yang bertempat tinggal di Pulau Jawa seperti di
Surabaya, Bondowoso, Banyuwangi, Lumajang, Jember dan Probolinggo.
Penduduk juga menggunakan bahasa Jawa. Dialek Sumenep dan Pamekasan yang
dominan. Bahasa Madura disini mempunyai tingkatan-tingkatan seperti Bahasa
Jawa70. Penggunaan dan penerapan Bahasa Madura di desa maupun di desa sama
saja dengan penggunaan Bahasa Madura pada umumnya khususnya Bahasa
Sumenep sebagai Bahasa Sastra atau Bahasa Buku. Karena itulah penggunaan
Bahasa Madura juga mengikuti tingkatan-tingkatan sosial tertentu.
Di daerah ini juga bahasa daerahnya terdiri dari tiga tingkatan pokok yaitu
bahasa halus, menengah atau tengahan dan kasar. Dalam prakteknya walaupun
hany tiga tingkatan, tetapi dalam penggunaan sehari-hari ada istilah-istilah
tertentu sampai mencapai tujuh tingkatan dan adakalanya sama sekali tidak
mengenal tingkatan. Bahasa kasar digunakan untuk teman sebaya dan akrab,
orang yang lebih muda yang sudah kenal lama atau masih dalam lingkungan
keluarganya dan untuk diri sendiri. Walaupun masih ada kata-kata tertentu yang
digunakan untuk diri sendiri, seperti Sake’ (sakit), untuk diri sendiri anglo dan
untuk bahasa halusnya songkan. Bahasa tengahan, digunakan untuk orang-orang
ayng lapisan sosialnya termasuk pertengahan, seperti umur sebaya atau lebih tua
sedikit atau orang yang baru kenal dan orang-orang yang menurut pandangannya
tidak perlu mendapat penghormatan yang tinggi. Misalnya, kita berbicara dengan
kerabatnya yang lebih tua umurnya atau teman sekantor. Dipergunakan, nila kita
berbicara dengan orang yang paling dihormati menurut pandangannya, seperti
orang tua, guru/bekas gurunya, neneknya dan para pejabat, kyai/alim ulama dan
semacamnya.
Contoh tingkatan bahasa:
Saya = Sengko’ bula, kaula (kasar)
Badan kaula (tengahan)
Abdina, abdi dalem (halus)
Demikian seterusnya, yan pada umumnya hanya ada tiga tingkatan atau
dua tingkatan seperti surat = sorat (kasar) dan bahasa halusnya = serat
70 Geografi Budaya Jawa Timur. 1983. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta, Hal. 50.
Universitas Kristen Petra
115
Disamping hal-hal tersebut diatas, kita masih mengenal bahasa-bahasa
khusus dalam hubungan dengan kesatuan hidup setempat, antara lain seperti:
Sakaron : Satu rumah yang terdiri dari beberapa keluarga
batih
Sajudu : Suami-istri atau juga bisa dikatakan pada binatang
(jantan dan betina)
Sasoma : Satu keluarga batih
Sagalebenggan : Satu kompleks keluarga besar yang menempati
satu kompleks perumahan/seketurunan
Sakampong : Jumlah penduduk dalam satu desa
Sajina : Sepuluh
Sakaban : Empat
Sedangkan bahasa halusnya sangat mirip dengan bahasa Jawa yang halus
serta dengan intonasinya yang agak berbeda. Huruf Jawa juga masih digunakan
oleh para bangsawan di samping huruf Arab.
Bahkan Almarhum Sultan Sumenep Abdurakhman Pakunataningrat adalah
seorang ahli bahasa yakni Bahasa Jawa, Sansekerta, Belanda, Inggris dan
bahasanya sendiri yaitu Bahasa Madura. Karena keahliannya itu maka sultan
pernah menjadi sahabat Letnan Jendral Sir Thomas Stamford Rafles, penguasa
tunggal pemerintah kolonial Inggris untuk Pulau Jawa dan Madura. Bahkan sultan
pernah diikutsertakan Rafles di dalam penyusunan bukunya The History Of Java,
terutama untuk yang berkenaan dengan Bahasa Sansekerta.
Pemakai Bahasa Madura berjumlah 7.5 juta orang. Bahasa Madura
berkedudukan sebagai bahasa daerah utama dan berperan sebagai lambang
kebangsaan daerah, lambang identitas daerah dan alat perhubungan di dalam
keluarga dan masyarakat daerah. Bahasa Madura digunakan sebagai bahasa
pengantar di sekolah, terutama sekolah dasar di Madura.
2.2.11. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan dan prinsip keturunan orang Madura bersifat bilateral.
Garis keturunan ditarik melalui pihak laki-laki maupun perempuan. Tetapi sistem
pewarisan gelar, yang masih terdapat pada golongan bangsawan, berlaku secara
Universitas Kristen Petra
116
patrilineal dan diwariskan hanya kepada anak laki-laki. Di Madura terdapat satuan
kekerabatan yang disebut koren ,yaitu beberapa keluarga yang menempati suatu
pekarangan tertentu, terpisah dari koren yang lain. Suatu koren biasanya didiami
oleh suatu keluarga sampai empat generasi, dengan rumah yang berjumlah tidak
lebi dari 10 buah71.
Kesatuan yang lebih besar daripada koren adalah kampung, yang namanya
berbeda-beda dari satu daerah ke daerah lainnya. Di daerah pegunungan, kampung
yang disebut kampong meji terdiri atas 20 rumah yang didiami oleh lima generasi
keturunan. Di daerah Sumenep, kampung yang disebut tanean lanjeng didiami
oleh suatu keluarga besar dengan rumah-rumah yang dibangun saling berhadapan.
Selain itu, ada juga pamekang yaitu kampung yang terdiri atas paling banyak lima
rumah yang didiami tiga generasi keturunan.
Suatu desa di Madura dipimpin oleh seorang kepala desa (kelebun). Dalam
menjalankan tugasnya, kelebun dibantu oleh tiga orang pembantunya, yaitu carek
(juru tulis) yang membantu di bidang administrasi desa, dan apel yang mengepalai
sebuah kampung. Selain tokoh-tokoh formal desa ini, tokoh agama Islam, kyai
dan santri, di Madura mempunyai peranan yang sangat besar. Mereka merupakan
lapisan sosial tersendiri yang kedudukannya sangat dihormati dalam masyarakat.
2.2.11.1. Keluarga Inti
Keluarga inti atau keluarga batih orang-orang Madura terdiri dari sepasang
suami-istri beserta anak-anaknya yang belum kawin. Status anak tiri atau anak
angkat pada umumnya diperlakukan sebagaimana yang diajarkan oleh agama
Islam.
Keluarga batih besar terdiri atau yang lebih kompleks terdiri dari seorang
suami dengan beberapa istri, masksimum 4 orang istri beserta anak-anaknya yang
belum menikah (poligini). Hal ini hanya dapat dilakukan oleh masyarakat yang
kaya, pejabat pemerintah dan kyai. Biaya upacara perkawinan yang mahal, nafkah
yang harus adil dibagikan kepada setiap istri beserta anak-anaknya, sumber
kehidupan yang demikian berat di daerah minus ini, dan tuntutan agamanya yang
71 Sistem Kesatuan Hidup Setempat Daerah Jawa Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 1982, Hal. 46.
Universitas Kristen Petra
117
mengharuskan suami untuk memperlakukan istri-istrinya secara adil lahir dan
batin, mengakibatkan jumlah poligini tidak banyak. Poliandri atau perkawinan di
mana seorang istri mempunyai beberapa orang suami merupakan pantangan keras
bagi masyarakat Madura.
Orang yang melakukan poligini umumnya karena alasan istrinya tidak
dapat memberikan keturunan. Istri-istri tersebut adakalanya tinggal serumah,
tetapi tidak tinggal di lingkungan kerabat salah seorang di antaranya atau neokal;
tapi adakalanya istri-istrinya itu masih tinggal di lingkungan kerabatnya sendiri-
sendiri atau uxorilokal. Kalau tidak mau beristri lagi maka keluarga yang tidak
mempunyai keturunan itu dapat mengambil anak angkat (adopsi) dari anak
kerabatnya. Biasanya mereka mengambil kemenakkannya sendiri.
Dalam kehidupan keluarga batih orang Madura, suami adalah pemimpin
dan penanggung jawab keluarga itu. Istri bertindak sebagai pengendali,
pemelihara, dan perawat rumah tangga dan anak-anaknya. Suami wajib
memberikan enggon (papan), sandang, pangan, membisikkan adzan kepada
anaknya yang baru lahir, ngokom atau membayarkan zakat fitrah untuk anak-
anaknya sebagai wali jika anak-anaknya mau menikah dan sebagainya.
Istri wajib bakti, setia dan patuh pada suami. Ia wajib menjadi ibu rumah
tangga yang baik, yang pandai memasak, mengatur rumah tangga, merawat anak,
merawat diri dan sebagainya. Hal ini sudah menjadi adat dalam kehidupan
berumah tangga. Adat seperti ini masih dipatuhi secara sempurna di Madura. Di
kota-kota dan terutama keluarga yang telah mendapatkan pendidikan yang lebih
baik serta pada masyarakat Madura ke arah bagian Barat, adat ini cenderung
makin longgar. Hal yang sama berlaku juga pada kuatnya sistem kekerabatan.
2.2.11.2. Keluarga Luas
Keluarga luas, keluarga brayat atau extended family di daerah Madura
terdiri dari keluarga kakek-nenek beserta keluarga anak-anaknya dengan keluarga
cucu-cucunya. Dengan kata lain keluarga luas ini adalah keluarga besar yang
masih sedarah atau seketurunan.
Hubungan dengan masa lampau dalam bentuk peringatan kepada jasa-jasa
para leluhur seraya mengharapkan perlindungannya dan hubungan masa
Universitas Kristen Petra
118
mendatang bagi kelangsungan keturunannya, dipelihara dalam bentuk upacara,
tata cara, tata nilai yang dibakukan dalam adat. Hal itu menandai segala corak
kehidupan masyarakat Madura dalam menjaga hubunagn kekerabatannya. Gerak
aktivitas kehidupan masyarakat Madura seperti ini mengakibatkan pentingnya arti
kerukunan keluarga brayat yang berintikan pada keluarga batih.
Ikatan seperti itu di bagian besar desa-desa di Madura ditandai dengan
kesatuan-kesatuan rumah yang masing-masing didiami lingkungan pagar hidup
yang umumnya berupa batih ini yang merupakan satu brayat terhimpun dalam
kesatuan: Pamekang, Koren, Tanean Lanjang dan Kampong Meji seperti yang
telah dijelaskan di atas. Pada pola gugus bangun Pamekang dan Koren jumlah di
rumah maupun keluarga batih yang terdapat di dalam rumpun itu belum banyak
jumlahnya. Akan tetapi pada pola Tanean Lanjang dan Kampung Meji jumlah
rumah dan jumlah keluarga batihnya jauh lebih besar sehingga bisa mencapai
sekitar 20 buah rumah keluarga batih.
Di dalam satu gugus bagun terkecil atau gugus bangun paling awal uang
dinamakan Tanean Lanjang yang lengka terdiri dari beberapa bangunan. Di
antaranya adalah: Romah (ruang tidur wanita), Langgar (ruang ibadat, belajar
agama, terima tamu, ruang tidur anak laki-laki), Dhapor, Kandang, Lombung
(kadang-kadang tidak ada), Gandhu (gardu di tengah Tanean), Jeding atau
Pakeban (kamar mandi dan WC), sering pula tidak nampak di daerah sulit air.
Sekalipun orang Madura menganut prinsip kekerabatan bilateral/parental
(tiap individu di dalam masyarakat termasuk kerabat kedua orang tuanya), akan
tetapi pada umumnya sepasang suami-istri setelah kawin akan berkumpul di
lingkungan kerabat istri, yang biasanya disebut dengan istilah exorilokal. Namun
demikian keluarga baru itu dapat pula tinggal di lingkungan kerabat suami yang
disebut dengan istilah virilokal asal pihak keluarga suami meminta dan mendapat
persetujuan dari pihak keluarga istri. Namun, apabila mampu dan disetujui oleh
semua pihak, maka keluarga baru dapat pula mendirikan rumah baru dalam gugus
bangun yang sama sekali baru dan tidak terkait lagi dengan gugus bangun kerabat
lama baik kerabat istri maupun kerabat suami. Hal ini disebut dengan istilah
neologikal.
Universitas Kristen Petra
119
Dalam hal tata warisan bagi masyarakat Madura lebih banyak berdasarkan
hukum waris Islam, yang didalamnya antara lain ditentukan bahwa pembagian
warisan dari orang tua, maka anak lelaki akan mendapat bagian dua kali lipat
lebih besar besar dari warisan yang didapatkan oleh anak perempuan. Namun
demikian apabila semua pihak menyetujui maka dapt terjadi pula cara-cara lain
seperti:
• Para ahli waris membagi rata warisan
• Para ahli waris yang sudah kaya memberikan seluruh haknya atau
sebagian kepada ahli waris yang miskin
• Warisan tidak dibagi-bagi (lebih-lebih rumah), tetapi ditempatkan
statusnya sebagai rumah milik keluarga besar, sebagai tempat-tempat
pertemuan keluarga besar dengan upacara selamatan untuk para
leluhur. Salah seorang anggota keluarga menempati rumah tersebut
untuk memeliharanya.
• Warisan tidak dibagi selagi salah seorang dari orang tua masih hidup.
Pembagian warisan tergantung dari kesepakatan ahli waris nantinya.
Pada umumnya masyarakat cenderung untuk tetap menggunakan hukum
Islam. Dengan menggunakan hukum ini maka umumnya orang akan cenderung
takut untuk menggugat soal warisan karena adanya sanksi Tuhan dan sanksi
dikucilkan oleh masyarakatnya yang taat memeluk agama Islam.
Universitas Kristen Petra
Recommended